Laboratorium
Biokimia Glukosa
Darah, Lemak, Protein,
Enzim dan Non-Protein
Nitrogen 213
Pemeriksaan
Laboratorium pada
Kelainan Pankreas 227
Urinalisis 231
Pemeriksaan Tinja 243
Tes Fungsi Ginjal 250
Tes Penanda Diagnostik
Jantung 255
Tes Fungsi Penyakit
Hipofisis 263
Tes Fungsi Penyakit
Kelenjar Adrenal 266
Analisis Cairan 270
Penanda Tumor dan
Aplikasi Klinik 282
25
BIOKIMIA GLUKOSA DARAH, LEMAK, PROTEIN,
ENZIM DAN NON-PROTEIN NITROGEN
Suzanna Imanuel
Biokimia berupaya memberikan kajian tentang proses fosfat melalui hexose monophosphat shunt (HMP shunt)
kimia yang terjadi pada makhluk hidup. Biokimia begitu penting untuk m e n a n g g u l a n g i stress oksidatif pada
luas sehingga dapat juga menyentuh aspek biologi sel, eritrosit. Metabolisme 1,2 difosfogliserat (1,3-DPG) melalui
biologi molekular, genetika molekular, fisiologi, patologi Luebering-Rapoport shunt j u g a penting untuk proses
dan ilmu klinik.^ Glukosa, lemak, protein, enzim dan transport oksigen tubuh.^
non-protein nitrogen yang akan dibahas secara ringkas Didalam mulut, ketika makanan dikunyah, makanan
dalam tulisan ini, merupakan analit yang memiliki arti akan bercampur dengan enzim saliva yang menghidrolisis
klinik yang penting. Status metabolisme glukosa, lemak, tepung menjadi disakarida maltosa, sukrosa dan laktosa.
protein, enzim dan non-protein nitrogen menunjukkan Enterosit pada vili usus halus mengandung empat enzim:
keadaan sistemik tubuh. Pemahaman tentang biokimia, laktase, sukrase, maltase dan a-dekstrinase. Enzim-enzim
fisiologi dan patofisiologi penting dalam upaya penyaring, ini akan memecahkan disakarida laktosa, sukrosa dan
penegakan diagnosis, penatalaksanaan, pemantauan dan maltosa termasuk juga polimer glukosa lainnya menjadi
prognosis penyakit. monosakarida. Laktosa dipecah menjadi satu molekul
galaktosa, dan satu molekul glukosa. Sukrosa dipecah
menjadi satu molekul fruktosa, dan satu molekul glukosa.
METABOLISME GLUKOSA Maltosa dan polimer glukosa lainnya diubah menjadi
molekul-molekul glukosa. Hasil pencernaan karbohidrat
Karbohidrat adalah derivat aldehid atau derivat keton dari berupa monosakarida diabsorpsi masuk sirkulasi portal.^
alkohol polihidroksi atau senyawa yang menghasilkan Di d a l a m h e p a t o s i t , g l u k o s a a k a n mengalami
derivat ini pada hidrolisis. Istilah karbohidrat berhubungan serangkaian proses metabolisme yaitu glikogenesis,
dengan rumus kimia senyawa ini yang mengandung satu glikogenolisis dan glukoneogenesis. Glikogenesis
molekul air per satu atom karbon (rumus umum Cx(H20) adalah konversi glukosa menjadi glikogen sedangkan
y).^^ Karbohidrat sederhana seperti glukosa disebut glikogenolisis adalah pemecahan glikogen menjadi glukosa.
monosakarida. Dua monosakarida yang dihubungkan Pembentukan glukosa dari zat non-karbohidrat seperti
dengan ikatan glikosidik membentuk disakarida. Lebih asam amino, gliserol dan laktat disebut glukoneogenesis.
dari dua monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan Kemudian hati melepaskan monosakarida ke sirkulasi
glikosidik membentuk polisakarida." d a r a h , hampir s e l u r u h n y a berupa g l u k o s a . G l u k o s a
Karbohidrat adalah sumber energi utama dalam di d e g r a d a s i di d a l a m sel melalui proses glikolisis
metabolisme tubuh. Oksidasi glukosa melalui jalur glikolitik sebagai sumber energi utama untuk proses metabolisme
dan siklus asam trikarboksilat menghasilkan adenosin (Gambar 1).^
trifosfat (ATP) yang adalah sumber energi universal untuk Hati, pankreas dan kelenjar endokrin lain ikut serta
reaksi biologik.'' Gula ribosa dan deoksiribosa adalah dalam pengaturan konsentrasi glukosa pada rentang
komponen struktur utama asam deoksiribonukleat (DNA) t e r t e n t u . Pengaturan kadar glukosa darah t e r u t a m a
dan asam ribonukleat (RNA).^ Metabolisme glukosa-6- dilakukan oleh insulin dan glukagon yang diproduksi oleh
213
214 LABORATORIUM KLINIK
p e m e c a h a n p r o t e i n . G l u k a g o n , d i p r o d u k s i sel alfa
pankreas merangsang glikogenolisis, glukoneogenesis dan
lipolisis di hati. Epinefrin disekresi oleh medulla adrenal,
m e n y e b a b k a n g l i k o g e n o l i s i s otot dan m e r a n g s a n g
pengeluaran glukosa dari hati yang mengandung glikogen.
Glukokortikoid meningkatkan glukoneogenesis. Growth
hormone dan ACTH mengurangi ambilan glukosa oleh
jaringan dan meningkatkan pengeluaran glukosa hati dan
lipolisis. Hormon tiroid meningkatkan absorbs! glukosa,
merangsang glikogenolisis dan meningkatkan degradasi
insulin. ^
Transport g l u k o s a ke d a l a m sel d i b a n t u o l e h
CO;+H,0
protein transporter. Pada saluran usus halus dan ginjal
Gambar 1. Homeostasis glukosa'^ cofronsporte/" glukosa dan natrium berperan untuk ambilan
glukosa dan galaktosa dari lumen. Pada permukaan sel
pankreas. Kontrol juga dilaksanakan oleh hormon adrenal terdapat glucose transporters (GLUTs). Distribusi GLUTs
(epinefrin dan kortisol), hipofisis anterior (GH dan ACTH), dan fungsi disajikan pada tabel 1.^
tiroid (tiroksin) dan somatostatin (Gambar 2). GLUTs berdasarkan kemiripan urutan asam amino
I n s u l i n , d i p r o d u k s i o l e h sel b e t a pankreas, dapat dibagi menjadi kelas I (GLUT 1-4), kelas II (GLUT
menyebabkan penurunan kadar glukosa darah dengan 5,7,9,11), dan kelas III (GLUT 6,8,10,12). GLUT4 diketahui
cara m e n i n g k a t k a n a m b i l a n g l u k o s a oleh j a r i n g a n memiliki peran penting karena bergantung pada regulasi/
otot dan lemak, meningkatkan glikogenesis dan stimulasi insulin sehingga bersifat rate limiting. Insulin
l i p o g e n e s i s , m e n g h a m b a t g l u k o n e o g e n e s i s di hati, akan menyebabkan translokasi GLUT4 ke membran plasma
merangsang pembentukan protein dan menghambat untuk transport glukosa kedalam otot dan sel lemak.'
METABOLISME LEMAK
Karena lipid bersifat tidak larut pada lingkungan air, menyebabkan partikel ini lebih mudah masuk kebawah
maka transport lipid dalam plasma terjadi melalui suatu tunika intima pembuluh darah. Adanya faktor cedera
bentuk kompleks makromolekul yang disebut lipoprotein. endotel dibarengi dengan kolesterol LDL yang tinggi
Sekitar 6 0 % kolesterol total dalam plasma dari subjek mempermudah terbentuknya aterosklerosis. Stress
berpuasa dibawa oleh LDL.^ Partikel lipoprotein berbentuk oksidatif bisa memodifikasi LDL menjadi LDL-teroksidasi
sferis dan terdiri dari banyak molekul lemak dan protein dan/atau LDL-glikat. Bentuk-bentuk LDL termodifikasi ini
yang diikat oleh ikatan nonkovalen.^^ Lemak utama mempunyai afinitas yang lebih rendah kepada reseptor
dari lipoprotein adalah kolesterol, trigliserida (TG) dan LDL (LDL-R) dan dapat dikenali oleh makrofag sebagai
fosfolipid (PL). Struktur lipoprotein dikatakan terdiri benda asing sehingga m e m p e r m u d a h t e r b e n t u k n y a
dari lapisan luar hidrofilik dengan PL, kolesterol tak foam cell.
teresterifikasi, dan protein (apolipoprotein, apo), dengan LDL beredar d a l a m sirkulasi s e l a m a ± 3 hari.^^
inti lipid netral hidrofobikyang didominasi kolesterol ester Kemudian LDL diambil oleh hepar dan sel perifer melalui
(CE) dan TG. LDL-R dimana protein LDL kemudian didegradasi dan
Lipoprotein mempunyai ciri fisika dan biokimiawi kolesterol yang ada digunakan dalam metabolisme sel.
yang berbeda-beda karena mengandung proporsi lipid Sekitar 33-66% LDL didegradasi melalui sistem LDL-R,
dan protein yang berbeda. Lipoprotein dapat dibedakan sedangkan sisanya melalui sistem sel scavenger.^
sesuai dengan mobilitas elektroforetik mereka (contohnya
mobilitas a untuk HDL, dan P untuk LDL).^^^^ Lipoprotein HDL
j u g a dikategorikan berdasarkan pada densitas mereka Persentasi lipid dan protein pada HDL "dewasa" adalah
setelah ultrasentrifugasi, yaitu chylomicrons (CM), very low- sekitar 1:1 dan waktu paruh dalam plasma bervariasi 3,3
density lipoprotein (VLDL), intermediate-density lipoprotein - 5,8 hari.^^ Fungsi HDL penting dalam transpor kolesterol
(IDL), low-density lipoprotein (LDL), high-density lipoprotein balik dari jaringan perifer ke hepar ApoA-l adalah protein
(HDL), dan lipoprotein{a) [Lp(a)]. struktural utama. Kadar HDL-C yang tinggi diasosiasikan
dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular.
CM {chylonnicron)
CM adalah esensial dalam transport lipid eksogen. CM Lipoprotein (a)
terutama terdiri dari trigliserida sedangkan komponen lain Lipoprotein (a) secara struktural berhubungan dengan
adalah kolesterol, fosfolipid dan apolipoprotein spesifik. LDL. Pada satu partikel Lp(a) terdapat satu apo(a), suatu
Mantel permukaan CM terdiri dari PL, free cholesterol (FC), protein yang kaya karbohidrat, dan satu apoB-100. Apo(a)
apoB-48, apoAl, apoA-ll, and apoA-IV. Dalam keadaan terikat secara kovalen dengan apoB-100.^
puasa 10-12 j a m , tidak ada CM yang ditemukan dalam
darah orang normal. Adanya CM membuat serum terlihat Jalur Metabolisme Lipoprotein
keruh atau seperti susu.^° Terdapat tiga jalur metabolisme lipoprotein yaitu jalur
eksogen (diet), jalur endogen (hepatik) dan jalur transpor
VLDL HDL {reverse cholesterol transport). Ketiga jalur ini saling
Partikel VLDL terdiri dari trigliserida (55%), fosfolipid (12%), berhubungan dan saling berinteraksi satu sama lain
kolesterol (25%) dan protein (8%).^^ Bersama-sama CM, (Gambar 3). Melalui jalur eksogen, lemak dari makanan
VLDL disebut sebagai triglyceride-rich lipoprotein. Pada ditranspor oleh kilomikron menuju hati. Melalui jalur
dinding endotel, lipoprotein lipase (LPL) menghidrolisis endogen, dari hati, lemak disekresikan dalam bentuk VLDL.
VLDL sehingga m e n g e l u a r k a n isi trigliseridanya dan Lipoprotein lipase (LPL) menghidrolisis lemak dari partikel
menghasilkan IDL. ^ VLDL sehingga partikelnya semakin menyusut menjadi
IDL dan kemudian LDL. LDL kemudian kembali diambil
IDL oleh hati. Dalam sirkulasi sebagian kolesterol ditransfer
Disebut juga VLDL/-emnonf yaitu merupakan bentuk lanjut oleh cholesterol ester transfer protein (CETP) dari LDL ke
setelah VLDL dihidrolisis oleh LPL. Hidrolisis selanjutnya HDL. Selain itu kolesterol dari sel di transfer oleh lecithin
oleh lipase hepatik (LH) membuat partikel lipoprotein ini cholesterol acyl transferase (LCAT) ke HDL yang kemudian
menjadi semakin kecil dan menjadi LDL. diambil oleh hati.^
LDL Dislipidemia
LDL adalah produk hasil hidrolisis IDL, d i m a n a 8 0 % Abnormalitas kadar lipid plasma disebut dislipidemia.^^
partikel terdiri dari lipid dan 2 0 % protein. Kadar LDL Peningkatan kolesterol total atau kolesterol
d a l a m darah dikenal s e b a g a i faktor penting d a l a m LDL t a n p a p e n i n g k a t a n t r i g l i s e r i d a d i s e b u t hiper-
penyakit aterosklerotik. Ukuran partikel yang lebih kecil kolesterolemia sedangkan peningkatan trigliserida
216 LABORATORIUM KLINIK
pankreatektomi, pankreatitis kronik), kehamilan, dan deLong dimana Tg/6. Karena banyak ketidaktepatan
obat-obatan.^° dalam menentukan nilai K-LDL dengan rumus maupun
metode tidak langsung, maka sekarang dianjurkan metode
Trigliserida langsung homogen {direct homogenous assays)}^
Beberapa penyebab peningkatan trigliserida serum yaitu Penyebab peningkatan K-LDL antara lain adalah
hiperlipidemia genetik, penyakit hati, sindrom nefrotik, hiperkolesterolemia familial, hiperlipidemia kombinasi
hipotiroidisme, diabetes mellitus, alkoholisme, gout, familial, diabetes mellitus, hipotiroidisme, sindroma
pankreatitis, penyakit von Gierke, infark miokard akut, nefrotik, gagal ginjal kronik, diet tinggi kolesterol total
obat-obatan misalnya kontrasepsi oral, estrogen dosis dan lemakjenuh, kehamilan, mieloma multipel, disgamma-
tinggi, beta-bloker, hidroklorotiazid, steroid anabolik, globulinemia, porfiria, anorexia nervosa, serta obat-obatan
kortikosteroid, serta gestasi.^° seperti steroid anabolik, beta-bloker antihipertensi,
Trigliserida serum yang rendah dapat disebabkan oleh progestin, karbamazepin. Penurunan K-LDL dapat terjadi
keadaan abetalipoproteinemia, malnutrisi, perubahan diet karena penyakit berat, abetalipoproteinemia dan terapi
dalam 3 minggu, kehilangan berat badan, latihan fisik, estrogen oral. ^°
obat-obatan e.g. blokeralfa-1 reseptor.^°
elemen sehingga terbentuk struktur tiga dimensi yang Protein dari sirkulasi akan mengalami endositosis untuk
karakteristik. Konformasi ini terbentuk oleh adanya ikatan didegradasi dalam sel. Degradasi protein dilaksanakan
elektrovalen, ikatan hidrogen, ikatan disulfida, gaya van oleh protease. Protease lisosom (katepsin) mendegradasi
der Waals dan interaksi hidrofobik. Struktur kuarterner protein yang masuk lisosom. Protein sitoplasmik yang
adalah struktur molekul yang terdiri dari beberapa subunit akan diurai, diikat oleh ubiquitin yang berinteraksi dengan
sehingga terbentuk molekul protein yang lengkap." proteasom untuk mendegradasi protein. Produk degradasi
berupa asam amino akan dimetabolisme untuk sintesis
Sintesis, Metabolisme dan Degradasi protein baru atau untuk menjadi sumber energi."
Proses sintesis protein dimulai dari transkripsi DNA di
nukleus membentuk mRNA kemudian proses translasi Fungsi
mRNA menjadi rantai asam amino (polipeptida) oleh Protein memiliki banyak fungsi dalam tubuh yaitu untuk
ribosom di sitosol (Gambar 5). Selama atau setelah proses fungsi katalisis, transpor molekul, struktural, kontraktil,
translasi rantai polipeptida mengalami proses lipatan nutrititif, imunologik, hormonal, koagulasi, keseimbangan
dan modifikasi menjadi protein matang dengan bantuan asam basa, tekanan onkotik dan sebagai reseptor. Fungsi
protein yang disebut chaperone. Protein pada ribosom dan contoh protein disajikan pada tabel 1}^
dengan menempel pada retikulum endoplasma kasar
yang kemudian digunakan atau dipindah dalam badan Protein Plasma
golgi untuk kemudian disekresikan melalui eksositosis Sebagian besar protein plasma disintesis di hati kecuali
keluar s e l . " imunoglobulin yang disintesis oleh sel B dan hormon
Dalam keseimbangan, sintesis dan degradasi protein oleh organ endokrin. Protein plasma tersebut disekresi
berkisar 300-400 g/hari. Di dalam sel, protein terus oleh hepatosit ke ruang Disse dan masuk sirkulasi melalui
menerus mengalami pergantian (sintesis dan degradasi). sinusoid hati. Setelah bersirkulasi, kebanyakan protein
plasma kehilangan asam sialat y a n g menjadi tanda
bersihan dan degradasinya oleh hati.
Alanin «^ ^ ^ " ^
Berdasarkan sifat elektroforetiknya protein plasma
Glisin \ ^ ^ ^ ^ ^ ' - ^
t e r d i r i d a r i f r a k s i a l b u m i n d a n p r e a l b u m i n (RBP,
Serin l^fc.^
transthyretin), alfa-1 ( a l -antitripsin, a l -acid glycoprotein,
vilin
V al-fetoprotein), alfa-2 (haptoglobin, a2-makroglobulin,
Leusin
seruloplasmin), beta-1 (transferrin, C4), beta-2 (C3, p2-
V mikroglobulin) dan gamma (IgG, IgA, IgM, CRP). Fungsi
dan korelasi klinik beberapa protein plasma secara ringkas
ValiR''' W''
disajikan pada tabel 8 . "
Primer Sekunder Tersier Quaternary
Struktur Molekular
Molekul enzim memiliki struktur primer, sekunder dan
tersier sesuai karakteristik protein. Kebanyakan enzim
juga memiliki struktur kuarterner Struktur primer dibentuk
sesuai urutan asam amino. Struktur sekunder berupa
konformasi segmen rantai polipeptida apakah berupa
a-heliks, pita-p, gulungan (co«7s) dan belokan-p {^-turns).
Struktur tersier terbentuk berdasarkan susunan elemen
sekunder dan interaksi antar elemen sehingga terbentuk
struktur tiga dimensi yang karakteristik. Struktur kuarterner
adalah struktur molekul yang terdiri dari beberapa subunit
Gambar 5. Sintesis dan degradasi protein" sehingga terbentuk molekul enzim yang lengkap dan
220 LABORATORIUM KLINIK
fungsional. Enzim dengan struktur homomultimer terdiri disandi oleh gen yang berbeda namun mengkatalisis reaksi
dari beberapa subunit yang sama (misalnya LDH H4), karakteristik yang sama.^'
sedangkan struktur heteromultimer terdiri dari subunit
yang berbeda (misalnya CK-MB). Enzim dengan variasi Spesifitas dan Nomenklatur
struktur yang disebut isoenzim (misalnya CK-MM, CK- Enzim hanya berikatan dengan substrat pada bagian
MB). Isoenzim memiliki struktur yang berbeda karena spesifik {active site) sehingga reaksi yang terjadi adalah
i
Tabel 7. Fungsi dan Contoh Protein Tubuh'- 4
Fungsi Contoh
Katalisis Enzim
Transport molekul Transkortin (Cortisol), thyroxin-binding-globulin (tiroksin), albumin (asam lemak, bilirubin tak
terkonjugasi, kalsium, hemoglobin (O^, CO^), lipoprotein (kolesterol, triasilgliserol).
Struktural Kolagen pada tulang dan jaringan ikat, keratin pada kulit, rambut dan kuku. Protein juga
membentuk struktur endoskelet selular. Kromosom mengandung histon untuk stabilisasi
gulungan DNA.
Kontraktil Aktin, miosin untuk kontraksi otot
Nutrisi Albumin
Imunologik Antibodi, interleukin
Regulasi/hormonal Neurotransmiter, hormon: insulin, dll.
Koagulasi Fibrinogen
Keseimbangan asam basa Protein: komponen penyangga keasaman darah
Tekanan onkotik Albumin
Reseptor Reseptor estriol
reaksi yang spesifik. Enzim j u g a bersifat stereoselektif yang membangun struktur molekul enzim.^^
karena a s i m e t r i s i t a s b a g i a n a k t i f n y a . Enzim h a n y a Beberapa enzim membutuhkan senyawa non-
mengenali satu bentuk enantiomerik dari suatu substrat. protein dengan berat molekul rendah untuk aktivitasnya.
Protease misalnya, hanya berikatan dengan polipeptida Senyawa yang berikatan lemah dengan enzim disebut
yang terdiri dari asam amino-L (tidak dengan asam koenzim, sedangkan yang berikatan kuat disebut gugus
a m i n o - D ) . Enzim j u g a dapat menunjukkan spesifitas prostetik. Bentuk inaktif enzim (apoenzim) akan menjadi
geometrik, misalnya fumarase, hanya bereaksi dengan bentuk aktif (holoenzim) setelah berikatan dengan gugus
fumarat (isomer trans) dan tidak dengan maleat (isomer prostetiknya."
cis).'° Laju reaksi enzimatik juga dapat dipengaruhi oleh
Enzim (E) bekerja melalui pembentukan kompleks suhu, keasaman dan adanya substansi lain yaitu inhibitor
enzim-substrat (ES). Substrat akan terikat di situs aktif pada atau aktivator. Inhibitor dibagi atas tipe ireversibel dan
enzim (gambar 6). Setelah itu terjadi transformasi substrat reversibel. Inhibitor ireversibel berikatan kovalen dengan
menjadi produk (P) dan enzim terlepas kembali: enzim sehingga metode fisik seperti dialisis, filtrasi gel,
SuDstrate
amilase akan meningkat tiga kali lipat dengan adanya
+ aktivator yaitu CI". Kreatinin kinase membutuhkan Mg2",
f \ Active site
• \ 1 sedangkan ALP membutuhkan Mg2* dan Zn2\^^
•o
^^nskripsig^ lnhibi_si.um£an_ba^^^^^
Kecepatan Maksimum
Enzim 1 /^Enzim 2
A 7:: •B^
W \ Enzim 5 Enzim ^ ^
Inhibisi produk F-
Kazmierczak SC, editors. Clinical chemistry: theory, analysis, Elsevier Saunders; 2006. p. 533-95.
correlation. 4th ed. S t Louis: Mosby; 2003. p. 580-601. 24. T y m c h a k LL. A m i n o acids and proteins. In: Bishop M L ,
5. H o f f b r a n d A V , P e t t i t JE, M o s s P A H . E s s e n t i a l h a e m a t o l o g y . Fody EP, Schoeff LE, editors. Clinical chemistry: principles,
4 t h ed. O x f o r d : B l a c k w e l l science; 2 0 0 1 . procedures, correlations. 6th ed. Philadelphia: Lippincott
6. G a w A , C o w a n R A , O ' R e i l l y D S J , S h e p h e r d J. C l i n i c a l W i l l i a m s & W i l k i n s ; 2010. p. 223-65.
biochemistry: a nillustrated colour text. 2 n d ed. E d i n b u r g h : 25. S m i t h C M , M a r k s A D , L i e b e r m a n M A . M a r k ' s basic medical
C h u r c h i l l Livingstone; 1999. biochemistry: a clinical approach. 2nd e d . Philadelphia:
7. Sacks DB. Carbohydrates. In: Burtis C A , A s h w o o d E R , Lippincott W i l l i a m s & W i l k i n s ; 2005.
Bruns D E , S a w y e r BG, editors. Tietz fundamentals of clinical 26. Tortora GJ, Derrickson B. Principles o f a n a t o m y a n d
c h e m i s t r y . 6 t h ed. St. L o u i s : S a u n d e r s Elsevier; 2008. p . 373- physiology. 13th ed. H o b o k e n : John W i l e y & Sons; 2012.
401. 27. P a g a n a K D , P a g a n a TJ. M o s b y ' s m a n u a l o f diagnostic a n d
8. Rifai N ,W a m i c k GR. Lipids, lipoproteins, apolipoproteins, l a b o r a t o r y tests. 4 t h ed. St. L o u i s : M o s b y Inc.; 2010.
a n d other cardiovascular risk factors. I n : B u r t i s C A , A s h w o o d 28. R o d w e l l V W , Kennellly PJ. E n z y m e s : m e c h a n i s m o f action.
ER, B r u n s D E , editors. Tietz textbook o fclinical chemistry In: M u r r a y RK, Granner D K , M a y e s PA, R o d w e l l V W , editors.
a n d m o l e c u l a r diagnosis. 4 t h ed. St. L o u i s : Elsevier S a u n d e r s ; Harper's illustrated biochemistrv. 26th ed. N e w York: Lange
2006. p. 903-81. Medical B o o k s / M c G r a w - H i l l ; 2003. p. 49-59.
9. K a p l a n L A ,N a i t o H K ,Pesce A J . Classifications a n d 29. Bais R, Panthegini M .Principles o fclinical e n z y m o l o g y . I n :
descriptions of proteins, lipids and carbohydrates. In: Kaplan Burtis C A ,A s h w o o d ER, Bruns DE, editors. Tietz textbook
L A , Pesce A J , K a z m i e r c z a k S C , editors. Clinical chemistry: of clinical chemistry and molecular diagnostics. 4 t h e d .
theory, analysis, correlation. 4 t h ed. S t Louis: Mosby; 2003. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2006. p. 191-218.
p. 1024-42. 30. Pincus M R , A b r a h a m Jr N Z .Clinical e n z y m o l o g y . I n :
10. Ginsberg H N , G o l d b e r g IJ. D i s o r d e r s o f l i p o p r o t e i n McPherson R A ,Pincus M R , editors. Henry's clinical
metabolism. In: B r a u n w a l d E, Fauci AS, Kasper D L , Hauser diagnosis and management by laboratory methods. 22th ed.
SL, Longo D L , Jameson JL,editors. Harrison's principles o f Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011. p. 273-95.
internal medicine. 15th ed. N e w York: M c G r a w - H i l l ; 2001. 31. R o d w e l l V W , K e n n e l l l y PJ. E n z y m e s : kinetics. I n : M u r r a y
p. 2 2 4 5 - 6 1 . RK, Granner D K , Mayes PA, R o d w e l l V W , editors. Harper's
11. Segrest JP, Jones M K , D e L o o f H , Dashti N . Structure o f illustrated biochemistry. 26th ed. N e w York: Lange Medical
a p o l i p o p r o t e i n B-lOO i n l o w density lipoproteins. J L i p i d Res. B o o k s / M c G r a w - H i l l ; 2003. p. 60-71.
2001;42(9):1346-67. 32. Frank EL. Nonprotein nitrogen compounds. In: Bishop M L ,
12. H a v e l RJ, K a n e JP. Introduction: structure and metabolism Fody EP, Schoeff LE, editors. Clinical chemistry: principles,
o f p l a s m a l i p o p r o t e i n s . In: S c r i v e r C R , B e a u d e t A L , S l y W S , procedures, correlations. 6th ed. Philadelphia: Lippincott
V a l l e D , C h i l d s B , K i n z l e r K W , et a l , e d i t o r s . T h e m e t a b o l i c W i l l i a m s & W i l k i n s ; 2010. p. 266-80.
a n d m o l e c u l a r bases of i n h e r i t e d disease. 8 t h ed. N e w Y o r k : 33. O hM S . Evaluation of renal function, water, electrolytes and
M c G r a w - H i l l ; 2001. p. 2705-16. acid base balance. In: M c P h e r s o n R A , Pincus M R , editors.
13. O n c l e y J, S c a t c h a r d G , B r o w n A . P h y s i c a l - c h e m i c a l Henry's clinical diagnosis and m a n a g e m e n t b y laboratory
characteristics o f the certain proteins o f n o r m a l h u m a n methods. 22th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011. p.
plasma. J Phys C h e m . 1947;51:184. 169-92.
14. Roberts W L , M c M i l l i n GA, Burtis C A ,Bruns DE. Reference 34. F e n t o n R A , K n e p p e r M A . Urea a n d renal f i m c t i o n i n the 21st
information for the clinical laboratory. In: Burtis C A , c e n t u r y : insights f r o m k n o c k o u t mice. J A mS o c N e p h r o l .
A s h w o o d ER, B r u n s D E , editors. Tietz textbook o f clinical 2007;18(3):679-88.
chemistry and molecular diagnostics. 4 t h ed. Philadelphia: 35. Pallone T L . A q u a p o r i n 1 , urea transporters, and renal vascular
Elsevier Saunders; 2006. p . 2251-318. bundles. J A m Soc N e p h r o l . 2007;18(ll):2798-800.
15. M a y n e PD. Clinical chemistry in diagnosis and treatment. 6th 36. Sands JM, Blount M A , Klein JD. Regulation o frenal urea
ed. L o n d o n : ELBS; 1994. transport b v vasopressin. Trans A mClin Climatol Assoc.
16. N a i t o H K . L i p i d s . In: K a p l a n L A , P e s c e A J , K a z m i e r c z a k S C , 2010;122:82-92.
editors. Clinical chemistry: theory, analysis, correlation. 4th 37. L a m b EJ, P r i c e C P . C r e a t i n i n e , u r e a , a n d u r i c a c i d . I n : B u r t i s
ed. S tLouis: M o s b y ; 2003. p . 1030-35. C A , A s h w o o d E R ,B r u n s D E , S a w y e r B G ,editors. Tietz
17. Sethi A A , W a m i c k GR, Remaley A T . Lipids and lipoproteins. f u n d a m e n t a l s o f clinical c h e m i s t r y . 6 t h ed. St. L o u i s : S a u n d e r s
In: B i s h o p M L , F o d y E P , S c h o e f f L E , e d i t o r s . C l i n i c a l c h e m i s t r y : Elsevier; 2008. p. 363-72.
principles, procedures, correlations. 6th ed. Philadelphia: 38. W i l s o n D D .M c G r a w - H i l l ' s m a n u a l o f l a b o r a t o r y a n d
Lippincott W i l l i a m s & W i l k i n s ; 2010. p. 328-55. diagnostic tests. N e w Y o r k : M c G r a w - H i l l ; 2008.
18. Carlson L A ,Gotto A M , Illingworth D R . Current 39. First M R . Renal function. I n : K a p l a n L A , Pesce AJ, K a z m i e r c z a k
h y p e r l i p i d a e m i a . L o n d o n : Science Press L t d ; 1999. SC, editors. Clinical chemistry: theory, analysis, correlation.
19. A s s m a n n G . L i p i d m e t a b o l i s m and atherosclerosis. Stuttgart: 4th ed. S tLouis: Mosby; 2003. p. 477-91.
Central laboratory o f the medical faculty University o f 40. D e l a n e y M P , P r i c e C P , L a m b EJ. K i d n e y f u n c t i o n a n d d i s e a s e .
M u n s t e r and Institute for arteriosclerosis research a t the In: Burtis C A ,A s h w o o d ER, Bruns D E , Sawyer BG, editors.
University of M u n s t e r - Schattauer; 1982. Tietz fundamentals o fclinical chemistry. 6th ed. St. Louis:
20. W a l l a c h JB. I n t e r p r e t a t i o n o f diagnostic tests. 6 t h ed. N e w Saunders Elsevier; 2008. p. 631-54.
Y o r k : Little, B r o w n & Co; 1996. 41. Levey AS, Stevens LA, Schmid C H , Zhang YL, Castro AF,
21. Suryaatmadja M . Pemeriksaan pola lipid dan penafsirannya. 3 r d , F e l d m a n H I , et al. A n e w e q u a h o n to estimate g l o m e r u l a r
In: Suryaatmadja M , editor. P e n d i d i k a n Berkelanjutan filtration rate. A n n Intern M e d . 2009;150(9):604-12.
Patologi K l i n i k 2002. Jakarta; 2002. p . 54-65. 42. Marshall W J ,Bangert S K . Clinical chemistry. 5th e d .
22. Bhagavan N V . Medical biochemistry. 4th ed. San Diego: Edinburgh: M o s b y ; 2004.
H a r c o u r t / A c a d e m i c Press; 2002.
23. J o h n s o n A M . A m i n o acids, peptides a n d proteins. In: Burtis
C A , A s h w o o d ER, B r u n s D E , editors. Tietz textbook of clinical
chemistry and molecular diagnostics. 4 t h ed. Philadelphia:
26
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PADA KELAINAN PANKREAS
Ina S. Timan
227
228 LABORATORIUM KLINIK
berperan pada regulasi komponen sekret dari berbagai organ pancreas, i n c l u d i n g cystic fibrosis. I n F e l d m a n M F , F r i e d m a n
I ^ , Sleisinger M H . Gastrointestinal and Liver Disease. Eds.
tubuh. Pada keadaan tertentu akibat malabsorpsi mungkin
7th ed. Saunders, Philadelphia 2002:pp.881-906.
terjadi gangguan malabsorpsi vitamin K dan berakibat pada 11. R o w e S M , M i l l e r S, S o r c h e r EJ. C y s t i c f i b r o s i s . N E n g l J M e d
gangguan hemostasis terutama pada anak.^^ 2005;352:1992-2001.
12. W a n g L , F r e e d m a n S D . L a b o r a t o r y test f o r the diagnostic o f
cystic fibrosis. A m J C l i n P a t h o l 2002;117(suppll):S109-115.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
REFERENSI
PENDAHULUAN SPESIMEN
Pemeriksaan urin dapat memberikan banyak informasi Untuk mendapatkan spesimen yang benar-benar
tentang keadaan fisiologi dan patologi tubuh. Pemeriksaan m e n u n j u k k a n k e a d a a n p a s i e n , perlu diperhatikan
urin memberikan informasi tentang keadaan sistemik beberapa aspek yaitu waktu dan periode pengumpulan,
secara umum maupun lebih khusus pada keadaan ginjal makanan dan obat-obatan yang dimakan pasien, serta
dan saluran kemih. cara pengambilan.
Sejarah pemeriksaan urin telah ada sejak Hippocrates, Spesimen yang didapat harus ditampung dalam
Aristoteles dan Mesir kuno. Namun, uroskopi menggunakan wadah yang bersih dan kering. Tutup wadah tidak mudah
labu urin pertama kali dipublikasikan oleh Johannes de bocor, dengan bukaan minimal 5 cm. Wadah urin harus
Ketham {Fasciculus Medicinae) pada tahun 1491, terutama dilabel dengan baik. Spesimen harus dikirim segera
melihat warna urin.^ ke laboratorium dan dilakukan pemeriksaan sebelum
Pemeriksaan urinalisis saat ini terdiri dari pemeriksaan 2 j a m , jika terjadi keadaan-keadaan dimana urin tidak
makroskopik, mikroskopik/ sedimen dan kimia urin. dapat diperiksa dalam waktu kurang dari 2 j a m , maka
Pemeriksaan kimia urin dapat dikerjakan menggunakan perlu pengawetan urin. Tabel 2 menunjukkan beberapa
carik celup, yang terdiri dari pemeriksaan pH, berat jenis, keuntungan dan kerugian pengawet urin.
protein, glukosa, keton, eritrosit, bilirubin, urobilinogen,
nitrit, dan leukosit. Pemeriksaan sedimen urin dikerjakan
untuk mendeteksi dan mengidentifikasi partikel yang PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK
tidak larut dalam urin secara mikroskopik. Cara baru
menggunakan alat otomatis untuk pemeriksaan partikel Pemeriksaan makroskopik terutama melihat warna dan
urin berdasarkan flowcytometry. partikel yang terlihat dalam urin. Tabel 3 menunjukkan
penyebab perubahan warna urin. Kekeruhan urin dapat
disebabkan oleh keadaan patologik misalnya karena
PERSIAPAN PASIEN adanya eritrosit, leukosit, bakteri, jamur, sel epitel, kristal
abnormal, cairan limfa maupun lemak. Penyebab kekeruhan
Pasien perlu diinformasikan tentang jenis pemeriksaan non patologik dapat berupa sel epitel skuamosa, mukus,
dan syarat spesimen yang diinginkan. Untuk menghindari semen, kontaminasi fekal, kontras media radiografik,
kontaminasi urin, perlu dilakukan pembersihan sekitar bedak ataupun krim vaginal."
uretra sebelum urin dikumpulkan. Tabel 1 menyajikan Urin normal beraroma khas akibat adanya asam volatil.
tipe spesimen urin dan cara pengambilannya. Hubungan Urin tanpa bau dapat dijumpai pada nekrosis tubular Bau
seksual perlu dihindari satu hari sebelum pengambilan pada urin dapat disebabkan oleh keadaan patologik atau
urin u n t u k m e n g h i n d a r i p e n i n g k a t a n p r o t e i n , sel masalah pengelolaan spesimen urin. Bau busuk dapat
atau kontaminasi oleh semen. Menstruasi dapat dijumpai pada infeksi saluran kemih. Bau seperti buah
mengkontaminasi urin. Kehamilan dapat menyebabkan dapat dijumpai pada ketonuria. Penyakit asam amino dapat
pyuria fisiologik.^ memberikan bau spesifik seperti bau tikus (fenilketonuria),
231
232 LABORATORIUM KLINIK
tengik/anyir (tirosinuria), sirup maple, kubis (malabsorpsi epitel transisional, epitel gepeng dan epitel tubuli ginjal.
metionin), keringat (asam isovalerik/glutarik), ikan busuk Epitel transisional melapisi pelvis ginjal hingga uretra
(trimetilaminuria).^ bagian proksimal. Epitel ini berukuran 2-4 kali leukosit,
bentuk bulat seperti buah pir. Epitel gepeng melapisi
uretra bagian distal dan v a g i n a , berbentuk g e p e n g ,
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK besar, tepi tidak beraturan dengan inti kecil. Epitel
tubuli ginjal berukuran sedikit lebih besar dari limfosit,
Evaluasi mikroskopik urin dilakukan melalui evaluasi inti bulat dan besar, dapat bentuk gepeng, kubus atau
sedimen dari hasil sentrifugasi 12 mL urin. Tabel 4 dan lonjong. Peningkatan jumlah epitel tubuli dapat dijumpai
Tabel 5 memberikan ringkasan dan gambaran unsur-unsur pada kerusakan tubulus ginjal seperti pada pielonefritis,
pada pemeriksaan sedimen urin. nekrosis tubulus akut, intoksikasi salisilat, reaksi penolakan
transplantasi ginjal.
lliUy!VNm.UJ
Warna urin Penyebab Korelasi klinik
Tidak berwarna Konsumsi cairan Biasanya diamati dengan spesimen sewaktu
Kuning/Srrovv Poliuria atau diabetes insipidus Peningkatan volume urin 24 jam
Kuning pucat Diabetes melitus Peningkatan berat jenis dan tes glukosa positif
Kuning Gelap Urin terkonsentrasi Normal setelah berolahraga dan spesimen pagi hari
Amber
Oranye Dehidrasi dari demam atau luka bakar
Bilirubin Busa kuning waktu dikocok dan tes kimia bilirubin positif
Tes bilirubin negatif dan kemungkinan floresensi hijau
Akriflavin Larut dalam petroleum eter
Wortel /vitamin A Obat untuk infeksi saluran kemih
Piridium Dapat mempunyai busa oranye dan pigmen oranye yang dapat
menganggu pembacaan strip reagen
Antibiotik diberikan untuk infeksi saluran kemih
Nitrofurantoin
Kuning hijau Bilirubin teroksidasi menjadi Busa berwarna dalam urin asam dan false negatif pada tes kimia
Kuning coklat biliverdin untuk bilirubin
Hijau Infeksi pseudomonas Kultur urin positif
Biru-hijau Amitriptilin Antidepresan
Metokarbamol Relaksan otot
Klorets
Indikan Infeksi bakteri
Biru metilen
Fenol Ketika teroksidasi
Merah muda Sel darah merah Spesimen keruh dengan tes kimia positif untuk darah dan sel darah
Merah terlihat pada mikroskop
Spesimen jernih dengan tes kimia positif; plasma mungkin
Hemoglobin merah
Urin jernih dengan tes kimia positif; plasma tidak berwarna
Mioglobin Tersedia tes identifikasi yang spesifik
Tes kimia darah negatif
Dideteksi dengan tes skrining Watson-Schwartz atau floresensi
dibawah sinar ultraviolet
Porfirin
Urin alkali pada orang yang dicurigai dengan kelainan genetik
Spesimen keruh dengan sel darah merah, mukus, dan bekuan
Antikoagulan
fieefs
Kontaminasi menstruasi
Fenomendione
Coklat Sel darah merah teroksidasi menjadi Terlihat pada urin asam setelah berdiri; tes kimia untuk darah
Hitam methemoglobin positif
Methemoglobin Hemoglobin denaturasi
Asam homogen (alkaptonuria) Tampak urin basa setelah berdiri; terdapat tes spesifik
Melanin atau melanogen Urin menggelap setelah berdiri dan bereaksi terhadap nitropruside
dan ferri clorida
Derivat fenol Menganggu pemeriksaan reduksi cuprum
Argirol (antiseptik) Warna menghilang dengan ferri klorida
Metildopa atau levodopa Antihipertensi
Metronidazol Flagyl, menggelap pada saat dibiarkan
URINALISIS 235
Epitel
Skuamosa Ukuran besar, 5-7x eritrosit, Departemen Patologi Klinik
sitoplasma tipis, inti kecil FKUI/RSUPNCM
Mikroba
Bakteri Bentuk cocci, batang Mundt
Jenis-jenis silinder urin adalah sebagai berikut: Ditemukannya silinder leukosit di urin menandakan
infeksi atau inflamasi pada nefron. Leukosit yang paling
a. Silinder hialin
sering dijumpai membentuk silinder iaIah netrofil. Bila
Silinder yang paling sering terbentuk, sebagian besar
terjadi degenerasi sel terbentuklah silinder berbutir
terdiri dari protein Tamm-Horsfall, tidak berwarna,
yang dapat dijumpai pada pielonefritis kronik dan
homogen, transparan. Normal 0-2/LPK, dan dapat
glomerulonefritis kronik.
dijumpai pada urin normal.
d. Silinder berbutir/granula halus
b. Silinder eritrosit
Berasal dari degenerasi silinder leukosit dan agregasi
M e n a n d a k a n a d a n y a h e m a t u r i a . Dijumpai pada
protein serum ke dalam mukoprotein. Bila stasis
keadaan-keadaan yang m e n y e b a b k a n kerusakan
berlangsung lama maka butir kasar akan berubah
glomerulus, atau kapiler ginjal seperti pada
menjadi butir halus. Dijumpai pada penyakit ginjal
glomerulonefritis akut, trauma ginjal, infark ginjal,
tahap lanjut.
sindrom Goodpasture yang terdiri dari perdarahan
e. Silinder lilin
paru, g l o m e r u l o n e f r i t i s dan a d a n y a antibodi
Berasal dari silinder berbutir halus yang mengalami
membrana basalis. Silinder eritrosit mudah dikenali
degenerasi lebih lanjut. Bersifat refraktil dengan
karena refraktil dan warnanya bervariasi dari kuning
tekstur y a n g kaku s e h i n g g a m u d a h m e n g a l a m i
hingga coklat.
fragmentasi ketika melewati tubulus. Bentuknya tidak
c. Silinder leukosit
teratur, dan kadang-kadang terlihat sebagai "cork-
URINALISIS 237
Urin asam
Urat amorf Granulasi kuning kemerahan, Strasinger"
seperti debu bata
Urin basa
Fosfat amorf Bentuk bulat halus Simerville^
238 LABORATORIUM KLINIK
V >
URINALISIS
239
dan reduksi nitrit menjadi nitrogen. Bakteri penyebab PENYEBAB POSITIF PALSU DAN NEGATIF PALSU
infeksi saluran kemih yang menghasilkan nitrit adalah E.
coli, Enterobacter, Citrobacter, Klebsiella dan Proteus sp. Faktor tertentu dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
Untuk reduksi nitrat menjadi nitrit, urin harus terpapar urinalisis sehingga perlu evaluasi teliti untuk interpretasi
bakteri saluran kemih selama minimal 4 j a m . Sensitivitas urinalisis. Tabel 7 menyajikan faktor yang dapat
reagen uji carik celup untuk deteksi nitrit bervariasi pada menyebabkan hasil palsu pada pemeriksaan uji carik
0 , 0 5 - 0 , 1 mg/dL« celup urin.
Urobilinogen
Uji ini didasarkan pada modifikasi uji reaksi Ehrlich, P O L A H A S I L U R I N A L I S I S PADA BEBERAPA
p-diethylaminobenzaldehyde bereaksi dengan urobilinogen KEADAAN
urin dalam suasana asam kuat m e n g h a s i l k a n warna
berkisar dari jingga sampai merah tua. Sensitivitas reagen Pada infeksi saluran kemih sering ditemukan nitrit positif,
uji carik celup untuk deteksi urobilinogen umumnya pada jumlah leukosit meningkat, bakteri positif Pada pielonefritis
0,2 EU.^ Hasilnya dilaporkan dalam Ehrlich Units (EU), dapat ditemukan silinder leukosit. Mikrohematuria sering
yaitu 0,2 EU, 1 EU, 2 EU, 4 EU atau 8 EU. 1 EU sebanding dijumpai dengan proteinuria ringan, eritrosit eumorfik atau
dengan 16 pmol/L. sebagian dismorfik dan tanpa peningkatan leukosit. Pada
sindrom nefrotik ditemukan proteinuria masif, silinder hialin,
Leukosit Esterase silinder lilin, droplet lemak, oval fat bodies dan silinder
Pemeriksaan ini menunjukkan adanya reaksi esterase lemak. Pada sindrom nefritik ditemukan protein (+ +) sampai
granulosit yang menghidrolisis derivat ester naftil. Naftil (+ ++), hemoglobin positif, eritrosit dismorfik, akantosit
yang dihasilkan, bersama dengan garam diazonium akan dan silinder eritrosit. Pada nekrosis tubular akut ditemukan
menghasilkan warna ungu. Hasilnya dilaporkan sebagai glukosuria ringan, silinder kasar dan silinder epitel. Pada
negatif, trace (15 leukosit/pL), 1 + (70 leukosit/pL), 2+ (125 nefritis tubulointerstisial akut ditemukan proteinuria ringan,
leukosit/pL) atau 3+ (500 leukosit/pL). Sensitivitas reagen leukosituria, silinder leukosit, eritrosituria, eosinofiluria.
uji carik celup untuk deteksi leukosit bervariasi pada 5 - Tabel 8 menunjuk-kan perbandingan tanda pada beberapa
20 leukosit/pL.« keadaan glomerulopati.^
Glomerulopati Temuan
Sindrom nefritik akut Hematuria dengan eritrosit dismorfik (akantosit), silinder eritrosit,
proteinuria
Tanda gagal ginjal akut, hipertensi, edema
Sindrom nefrotik Proteinuria >3,5 g/24jam, lipiduria
Edema hipoalbuminemia, hiperlipidemia, tendensi trombosis dan infeksi
Rapidly progressive glomerulonephritis (RPGN) Hematuria (moderate-severe), proteinuria
Gagal ginjal dengan kehilangan fungsi 5 0 % dalam beberapa hari,
minggu,bulan, hipertensi
Asimptomatik Hematuria atau proteinuria terisolasi
Glomerulonefritis kronik Temuan urin nonspesifik
REFERENSI
Pemeriksaan tinja biasanya terdiri dari pemeriksaan obstruktif atau pada pemakaian garam barium pada
makroskopik dan mikroskopik ditambah pemeriksaan pemeriksaan radiologik. Warna merah muda biasanya
kimia, hematologi, imunologi, dan mikrobiologi. oleh perdarahan yang segar di bagian distal, mungkin
Pemeriksaan kimia dapat terdiri dari pemeriksaan pH, pula oleh makanan seperti bit. Warna coklat dihubungkan
lemak, karbohidrat, tripsin, elastase, serta osmolalitas. dengan perdarahan proksimal atau dengan makanan,
Pemeriksaan hematologi berupa pemeriksaan darah samar seperti coklat atau kopi. Warna hitam disebabkan oleh
dan uji Apt. Pemeriksaan imunologik misalnya deteksi karbomedisinalis, obat-obatan yang mengandung besi,
toksin Clostridium dan alfa-1 antitripsin. Pemeriksaan atau melena.^
mikrobiologik dan parasitologi untuk deteksi mikroba dan
Bau. Bau normal tinja disebabkan oleh indol, skatol, dan
parasit dalam tinja.
asam butirat. Tinja menjadi lindi oleh karena pembusukan
protein yang tidak dicerna dan kemudian dirombak oleh
flora usus. Tinja dapat berbau asam karena peragian zat
PEMERIKSAAN TINJA RUTIN
gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Tinja dapat
berbau tengik karena perombakan zat lemak dengan
Persiapan dan Pengumpulan Bahan
pelepasan asam lemak.
Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari
defekasi spontan. Jika pemeriksaan sangat diperlukan, Konsistensi. Tinja normal agak lunak dan berbentuk. Pada
boleh juga sampel tinja diambil dengan jari bersarung dari diare, konsistensi tinja menjadi sangat lunak atau cair,
rektum. Tinja hendaknya diperiksa dalam keadaan segar; sedangkan pada konstipasi didapat tinja keras. Peragian
kalau dibiarkan mungkin sekali unsur-unsur dalam tinja itu karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan
menjadi rusak. Wadah sebaiknya yang terbuat dari kaca bercampur gas. Tinja lengket dapat disebabkan karena
atau dari bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti banyak mengandung lemak {steatorrhea).^^
plastik. Wadah harus bermulut lebar. Jika akan memeriksa Lendir. Adanya lendir berarti rangsangan atau radang
tinja, pilihiah bagian d e n g a n kemungkinan terbesar dinding usus. Kalau lendir itu hanya didapat di bagian luar
terdapat kelainan misalnya bagian yang bercampur darah tinja, lokasi iritasi mungkin di usus besar. Apabila lendir
atau lendir.^ bercampur dengan tinja, lokasi iritasi mungkin sekali
di usus kecil. Pada disentri, intususepsi, dan ileokolitis
Makroskopik mungkin didapat lendir saja tanpa tinja. Kalau lendir berisi
banyak leukosit, terdapat nanah pada feses.'
Warna. Warna tinja yang dibiarkan di udara menjadi
lebih tua karena terbentuk lebih banyak urobilin dari Darah. Perhatikan apa darah segar (merah terang), coklat
urobilinogen yang diekskresikan lewat usus. Urobilinogen atau hitam, serta apakah bercampur baur atau hanya
tidak berwarna s e d a n g k a n urobilin berwarna coklat di bagian luar tinja saja. Makin proksimal terjadinya
tua. Warna kuning bertalian dengan susu, jagung, obat perdarahan, makin bercampur darah dengan tinja dan
santonin, atau bilirubin yang belum berubah. Warna abu- makin hitam warnanya. Jumlah darah yang besar mungkin
abu mungkin disebabkan oleh karena tidak ada urobilin disebabkan oleh ulkus, varises dalam esofagus, karsinoma,
dalam saluran makanan dan hal itu didapat pada ikterus atau hemoroid.
243
LABORATORIUM KLINIK
Parasit. Parasit bentuk dewasa seperti cacing ascaris, Sel epitel. Sel epitel dari dinding usus bagian distal
ancylostoma, mungkin terlihat. dapat ditemukan dalam keadaan normal. Jumlah epitel
b e r t a m b a h banyak kalau ada perangsangan atau
Mikroskopik peradangan dinding usus itu.
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan cara Kristal. Kristal-kristal umumnya tidak bermakna. Pada tinja
memeriksa sejumlah kecil suspensi tinja. Secara kualitatif normal dapat ditemukan kristal tripelfosfat, kalsiumoksalat,
dapat dinilai adanya leukosit serta sisa makanan yang dan asam lemak. Kelainan mungkin dijumpai kristal Charcot-
tidak tercerna dengan baik seperti lemak, serat daging, Leyden dan kristal hematoidin.
dan serat tumbuhan.^
Untuk mencari protozoa dan telur cacing, dapat Telur dan jentik cacing. Ascaris lumbricoides, Necator
dipakai larutan eosin 1-2% sebagai bahan pengencer americanus, Enterobius vermicularis, Trichiuris trichiura,
tinja atau juga larutan lugol 1 -2%. Selain itu, larutan asam Strongyloides stercoralis, termasuk genus cestoda dan
asetat 10% dipakai untuk melihat leukosit lebih jelas, trematoda mungkin didapatkan pada pemeriksaan tinja.
hanya dilihat beberapa dalam seluruh sediaan, tidak ada produksi asam lemak rantai pendek dan rantai panjang,
artinya.1 Adanya leukosit lebih dari 1-3/lapangan pandang serta dikaitkan kepentingannya dengan kanker kolon.
besar (Ipb) menunjukkan suatu keadaan inflamasi. Untuk Telah dilaporkan hubungan antara pH alkali tinja dengan
meningkatkan kemampuan identifikasi leukosit pada penurunan asam lemak rantai pendek terutama asam
sediaan basah, dapat dilakukan pewarnaan dengan Wright butirat. Peningkatan pH tinja disertai berkurangnya asam
atau biru metilen.^ lemak rantai pendek {short chain fatty acid/SCfA) menunjang
adanya proses pencernaan yang tidak sempurna.^
Eritrosit. Pada tinja normal tidak terlihat eritrosit.^ Eritrosit
hanya terlihat kalau terdapat lesi abnormal pada kolon, Pemeriksaan Lemak Tinja 72 Jam (Kuantitatif)
rektum atau anus. Bahan pemeriksaan berupa kumpulan tinja 72 jam (minimal
Lemak. Adanya peningkatan lemak dalam tinja secara 150g tinja). Pasien harus mendapat asupan 70-100 g lemak
makroskopik, dapat dipastikan dengan pemeriksaan per hari selama 4 hari sebelum dan selama pemeriksaan.
mikroskopik menggunakan zat warna Sudan III, Sudan IV, Dapat dilakukan metode gravimetrik atau titrimetrik. 5
atau Oil Red O. Lemak tampak sebagai globul berwarna Metode titrasi Van de Kamer sering digunakan. ^
oranye sampai merah.^
Interpretasi. Rentang rujukan total lipid normal <20
Pada keadaan normal dijumpai <100 globul/lpb mmol/24 jam7 atau <6 g/24 j a m . Dikatakan steatorea
dengan ukuran globul <4 pm atau sekitar separuh ukuran bila kadar lemak >6 g/24 jam.5,8 Bila berdasarkan asupan
eritrosit. Peningkatan jumlah dan ukuran globul yang besar lemak, kadar normal lemak tinja berkisar pada 4 - 6 % dari
mencapai 40-80 pm, menandakan suatu steatorrhea.^" lemak yang dimakan. ^
Penilaian terhadap hasil pemeriksaan lemak tinja Pemeriksaan ini baik untuk mendeteksi steatorea
pada kedua kaca obyek bermanfaat dalam membeda- namun nonspesifik karena tidak dapat memberi informasi
kan maldigesti dengan malabsorpsi. Jumlah lemak netral penyebab steatorea.^ Steatorea dapat disebabkan oleh
pada kaca obyek pertama disertai peningkatan jumlah penyakit pankreas, bilier, atau intestinal. Pengumpulan
lemak total pada kaca obyek kedua menunjukkan suatu bahan yang inadekuat dapat menyebabkan kegagalan
malabsorpsi. Sebaliknya, peningkatan jumlah lemak netral, dalam mendeteksi steatorea.^
menandakan suatu maldigesti.^
Serat sisa makanan. Untuk melihat adanya serat sisa Pemeriksan Karbohidrat (Uji Reduksi - Clinitest)
m a k a n a n , baik serat d a g i n g atau serat t u m b u h a n , Peningkatan konsentrasi karbohidrat dapat dideteksi
dilakukan pemeriksaan suspensi tinja dengan larutan eosin dengan uji reduksi cuprum. Uji reduksi cuprum dapat
10% dalam alkohol. Beberapa penelitian menunjukkan d i l a k s a n a k a n d e n g a n m e n g g u n a k a n tablet Clinitest
korelasi yang baik antara ditemukannya peningkatan {Miles Diagnostics). Bahan berupa satu bagian tinja yang
jumlah serat daging dengan maldigesti. Pada keadaan diemulsikan dalam 2 bagian air.
normal tidak ditemukan serat daging dalam tinja dan bisa H a s i l b e r u p a a d a n y a zat p e r e d u k s i 0,5 g/dL
dijumpai 1-4 serat tumbuhan/lpb.^ mengindikasikan adanya intoleransi karbohidrat.'' Pada
ANALISIS TINJA 245
anak dianjurkan disertai dengan pemeriksaan p H . pH osmotik, dapat j u g a dilihat perbedaan osmolalitas hitung
normal tinja berkisar pada 7-8. Peningkatan peng-gunaan dan osmolalitas ukur. Osmolalitas hitung didapatkan dari
karbohidrat oleh flora usus akan menurunkan pH menjadi rumus:
<5,5 pada intoleransi karbohidrat. ^ .
Osmolalitas hitung = 2 x ( Na+, + K+, )
^ tinja tinja '
Pemeriksaan mikroskopik langsung atau dengan coklat dengan konsistensi berbentuk atau semiformed.
pewarnaan dari emuisi tinja untuk menilai adanya leukosit, Tinja bayi kuning kehijauan dan semiformed.
ragi atau parasit, dan komponen atipikal lainnya (darah, 2. Pemeriksaan mikroskopik:
mukus, lemak). Adanya leukosit tidak dapat dinilai dari Rutin :
spesimen tinja pada media transport, yang dibekukan atau Sediaan salin dan eosin untuk mencari parasit.
disimpan dalam lemari es atau dari usap rektal. Emuisi Sediaan eosin j a n g a n terlalu tebal supaya
tinja dapat dibuat dengan media cair untuk kultur, larutan tampak amuba atau kista. Amuba dan kista dapat
garam fisiologis, atau air: 1 atau 2 tetes diletakkan di atas dideteksi dengan sediaan eosin: latar belakang
gelas objek dan dipakai kaca penutup. warna merah, sedangkan kista dan amuba tidak
Jika pemeriksaan tidak dapat segera dilakukan, maka berwarna. Jika kista tampak, konfirmasi dengan
harus digunakan pengawet. Buffer natrium fosfat atau satu tetes larutan iodin pada sediaan salin. lodin
kalium fosfat dan gliserol dapat digunakan untuk bakteri akan mewarnai inti dan vakuola glikogen kista,
patogen. Polyvinyl alcohol dapat digunakan untuk parasit tapi tidak mewarnai badan kromatoid kista E.
dan telurnya. histolytica.
Tambahan :
Media untuk Kultur Tinja Sediaan biru metilen untuk mencari leukosit tinja
Media kultur tinja yang biasa digunakan adalah agar Mac jika tinja tidak berbentuk. Leukosit tinja: cari sel
Conkey atau agar EMB, agar Xylose-lysine-deoxycholate MN dan PMN (sel pus). Sel pus berhubungan
(XLD) atau agar Hektoen Enteric (HE), GN enricment dengan bakteri yang menyebabkan inflamasi
broth, dan Campy-Bap untuk m e n u m b u h k a n spesies usus besar, seperti Shigella, Salmonella (kecuali
Campylobacter. S. typhi), dan Campylobacter. Banyak sel pus
K o m b i n a s i agar Mac Conkey, a g a r HE, dan GN j u g a ditemukan pada kolitis ulseratif. Sel pus
enrichment broth paling sering digunakan untuk kultur yang sedikit pada disentri amuba dan infeksi
tinja. Sebagai tambahan, dapat digunakan media agar yang disebabkan strain invasive E. coll (EIEA).
phenylethyl alcohol (PEA) atau agar colistin-nalidixic Tidak ada atau sedikit pada infeksi toxigenic E.
acid (CAN) untuk m e n u m b u h k a n staphylococci atau coil (ETEC), diare rotavirus dan kolera. SeIMN
ragi dari spesimen tinja neonatus atau penderita yang terutama ditemukan pada tifoid dan beberapa
memakai antibiotika j a n g k a panjang. Media selektif infeksi parasit termasuk disentri amuba.
seperti agar Wilson-Blair bismuth sulfite digunakan untuk Hapusan basic fuchsin untuk mencari
menumbuhkan Salmonella typhi. Agar sorbitol MacConkey Campylobacter bila tinja tidak berbentuk dan atau
b a n y a k d i g u n a k a n untuk i d e n t i f i k a s i s t r a i n E. coll terdapat darah, pus, atau mukus. Campylobacter
enterohaemorrhagic 0157:H7 (sorbitol negatif dan terlihat tampak sebagai bakteri yang kecil licin, berbentuk
koloni yang tidak berpigmen). Untuk menumbuhkan C spiral, sering seperti sayap burung camar, bentuk
Difficile, dapat digunakan agar cycloserine cefoxitin egg S, atau bentuk spirochaeta pendek.
yolk fructose (CCFA). Motilitas dan tes imobilisasi slide jika dicurigai
kolera. Periksa kultur vibrio dalam larutan alkali
Pemeriksaan mikrobiologi membutuhkan waktu sekitar
pepton. Sediaan terbaik diperiksa dengan
empat hari. Pemeriksaan mikrobiologi tinja hari ke-l:^"
mikroskop lapangan gelap. Jika motilitas
1. Makroskopik: warna, konsistensi tinja, ada tidaknya
khas tampak pada pemeriksaan kultur vibrio
mukus, darah, pus, cacing. Tinja normal berwarna
dalam larutan alkali pepton, berikan 1 tetes Pemeriksaan hari ke-2, dan seterusnya:
antisera polivalen V. cholerae O group 7. Bila Kultur:
menjadi tidak bergerak dalam 5 menit, kuman Rutin:
tersebut kemungkinan V. cholerae 01. Tapi jika Kultur agar XLD dan larutan selenite. Shigellae dan
tidak,diagnosis kolera belum dapat disingkirkan Salmonella typhi menghasilkan koloni merah 1-2
karena kadang-kadang V. cholerae 07 tidak mm pada agar XLD, juga beberapa strain Proteus,
menggumpal dengan antisera polivalen V. Edwardsiella, Arizona. E. coli, Serratia, Citrobacter,
cholerae O group 7 menggunakan cara tersebut. Klebsiella dan beberapa strain Proteus berwarna
Kultur kuning.
Jika tinja berbentuk atau semiformed, buat suspensi
tebal dalam 1 mL larutan pepton steril. Tambahan :
Rutin: Kultur media Campylobacter C. jejuni dan C.
Agar Xylose lysine deoxycholate (XLD) dan coli menghasilkan koloni nonhemolitik. Jika ada
kaldu selenite, diinkubasi 24 jam, 37 °C. Agar pertumbuhan, lanjutkan dengan melakukan tes
XLD merupakan media selektif untuk yang oksidase dan katalase. Campylobacter kedua tes
direkomendasikan untuk isolasi Salmonellae tersebut positif. Kemudian periksa hapusan basic
dan Shigellae dari spesimen tinja, mengandung fuchsin dan sediaan salin. Jika mikroaerofilik, oksi-
indikator merah fenol. Basa warna merah, asam dase dan katalase positif, bentuk spiral dan aktif
warna kuning, pH media 7,4. Shigellae membentuk bergerak diidentifikasi sebagai Campylobacter.
koloni merah karena tidak memfermentasi laktosa, Kultur agar TCBS. V. cholerae memfermentasi
sukrosa, atau xylosa. So/mone/Zojuga membentuk sukrosa dan menghasilkan koloni kuning 2-3
koloni merah, walaupun memfermentasi xylosa mm dan media warna kuning. Dengan inkubasi
karena memecah lisin yang menghasilkan basa. diperpanjang (48 jam atau lebih) koloni menjadi
H2S dihasilkan dengan tengah koloni warna hitam. hijau. V. parahaemolyticus tidak memfermentasi
Beberapa strain Proteus, Arizona, dan Edwardsiella sukrosa dan menghasilkan koloni hijau biru,
membentuk koloni merah dengan bagian tengah 2-3 mm pada agar TCBS. V.mimicus juga tidak
hitam. Spesies £ coli, Enterobacter, dan beberapa memfermentasi sukrosa. Spesies Aeromonas
Enterobacter lain menghasilkan koloni kuning dan enterococci menghasilkan koloni kuning
karena mem-fermentasi karbohidrat. kecil. Strain Proteus menghasilkan koloni kuning
Selenite F broth merupakan media selektif dan atau kehijauan dengan bagian tengah hitam.
enrichment untuk salmonellae. Beberapa strain Pseudomonas membentuk
koloni hijau kecil. Isolasi dicurigai V. cholerae
Tambahan: 01 bila fermentasi sukrosa, oksidase positif,
Media Campylobacter, jika pasien di bawah 2 Gram negatif, dan aglutinasi antisera polivalen
tahun atau dicurigai Campylobacter enteritis. V. cholerae 01. V. parahaemolyticus dicurigai bila
Inkubasi dalam candle jar A1°C 24 jam atau 37°C tidak memfermentasi sukrosa, oksidase positif
48 jam. Gram negatif, tidak tumbuh pada larutan pepton
Larutan alkali pepton dan agar TCBS: jika kolera tanpa NaCI atau NaCI 10 %, tapi tumbuh di NaCI
atau keracunan makanan V. parahaemolyticus 8%. Bila tumbuh di larutan pepton tanpa NaCI,
dicurigai. Inokulasi dalam larutan pepton alkali, tapi tidak tumbuh di NaCI 8% dan 10% dicurigai
inkubasi 35-37°C 5-8 jam. Subkultur ke agar TCBS V. mimicus.
( tiosulfat sitrat bile salt sukrosa), inkubasi 35-
Kultur agar Mac Conkey atau SS pada suhu kamar
37°C 24 jam. V. cholerae juga dapat tumbuh pada
Setelah inkubasi 24-48 jam 20-28°C, kebanyakan
suhu kamar.
strain Y enterocolitica menghasilkan koloni kecil
Agar Mac Conkey atau SS jika dicurigai Yersinia
0,5-1 mm tidak memfermentasi laktosa. Isolasi
enterocolitica. Inkubasi secara aerob suhu kamar
dicurigai Y. enterocolitica jika motil pada suhu
48 jam.
20-28°C tapi non motil pada suhu 35-37°C, urease
Investigasi enteritis yang disebabkan patogenik
positif fenilalanin deaminase negatif, oxidase
E coli
negatif, pada KIA basa asam tanpa gas dan tanpa
Investigasi keracunan makanan yang disebabkan
HjS. Kebanyakan strain menunjukkan pewarnaan
Clostridia, S. aureus, B. cereus.
bipolar
ANALISIS TINJA 249
REFERENSI
Sebelum membahas tes fungsi ginjal, sebaiknya kita bahas gangguan ginjal dan untuk mengikuti perjalanan penyakit
sedikit mengenai fisiologi normal ginjal. Ginjal melakukan ginjal, tetapi LFG tidak memberikan informasi mengenai
beberapa proses penting: penyebab penyakit ginjal. Bab ini akan membahas perihal
Ginjal m e m p u n y a i p e r a n a n d a l a m memelihara penilaian LFG.
lingkungan ekstraseluler yang dibutuhkan sel untuk
b e r f u n g s i s e c a r a a d e k u a t . Hal t e r s e b u t dicapai LAJU FILTRASI GLOMERULUS
dengan ekskresi sisa produk metabolisme (seperti Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) merupakan produk dari rata-
urea, kreatinin, dan asam urat) dan dengan mengatur rata laju filtrasi setiap nefron, unit filtrasi ginjal, dikalikan
ekskresi air dan elektrolit agar sesuai dengan asupan dengan jumlah nefron di kedua ginjal. Pemeriksaan ini
dan produksi endogen. Ginjal dapat mengatur secara masih merupakan indikator fungsi ginjal yang terbaik.
mandiri ekskresi air dan solut seperti natrium, kalium Untuk setiap nefron, filtrasi dipengaruhi oleh aliran
dan hidrogen, dengan cara mengubah reabsorpsi dan plasma, perbedaan tekanan, luas permukaan kapiler dan
sekresi di tubulus. permeabilitas kapiler.
Ginjal m e m p u n y a i fungsi sekresi h o r m o n y a n g Nilai laju filtrasi glomerulus bergantung pada jenis
berperan dalam mengatur hemodinamik renal dan kelamin, usia, ukuran tubuh, aktivitas fisik, diet, terapi
sistemik (renin, p r o s t a g l a n d i n , d a n b r a d i k i n i n ) , farmakologi dan keadaan fisiologis tertentu seperti
p r o d u k s i sel d a r a h m e r a h ( e r i t r o p o i e t i n ) , d a n kehamilan. Untuk wanita, nilai laju filtrasi glomerulus
m e t a b o l i s m e k a l s i u m , f o s f o r dan t u l a n g ( 1 , 2 5 - y a n g n o r m a l a d a l a h 1 2 0 m l / m e n i t p e r 1,73 m 2 ,
dihydroxy-vitamin D3 atau kalsitriol). sedangkan untuk pria nilai normalnya adalah 130 ml/
Pada pasien dengan penyakit ginjal, beberapa atau menit per 1,73 m2. Laju filtrasi glomerulus bervariasi
semua fungsi tersebut dapat menurun atau sama sekali sesuai dengan ukuran tubuh, sehingga perlu disesuaikan
tidak berfungsi. Sebagai contoh, pasien dengan Diabetes dengan area permukaan tubuh, yaitu 1,73 m2. Walaupun
Insipidus Nefrogenik mempunyai penurunan kemampuan telah disesuaikan dengan area permukaan tubuh, LFG
untuk mengkonsentrasikan urin, tetapi fungsi lainnya diperkirakan 8 % lebih tinggi pada pria dibandingkan
normal. Sedangkan pada pasien dengan Penyakit Ginjal wanita. Setelah usia 4 0 tahun, LFG menurun sebanyak
Tahap Akhir, semua fungsi ginjal dapat terganggu secara 0,75 ml/menit tiap tahunnya. Selama kehamilan, LFG
signifikan, sehingga menyebabkan retensi toksin uremia, meningkat sebanyak 50% pada trimester pertama dan
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang nyata, kembali normal setelah melahirkan. LFG memiliki variasi
anemia, dan gangguan mineral dan tulang. diurnal dan 1 0 % lebih rendah pada t e n g a h m a l a m
Pada saat penyakit ginjal didiagnosis, adanya disfungsi dibandingkan sore hari.
atau derajat gangguan fungsi dan kecepatan progresi
perlu dinilai, dan penyakit yang mendasarinya didiagnosis. PENGUKURAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS
Walaupun anamnesis dan pemeriksaan fisik penting, Laju filtrasi glomerulus tidak dapat diukur secara langsung,
tetapi informasi yang berguna didapat dari estimasi Laju oleh karena itu untuk menentukan nilai LFG dilakukan
Filtrasi Glomerulus (LFG) dan pemeriksaan sedimen urin. pengukuran terhadap klirens urin dari suatu petanda
Estimasi LFG digunakan di klinik untuk menilai derajat filtrasi tertentu.
250
TES FUNGSI GINJAL 251
Konsep Klirens mengukur laju filtrasi glomerulus. Nilai klirens inulin pada
Klirens suatu zat didefinisikan sebagai volume plasma dewasa muda yang sehat sekitar 127 ml/menit per 1,73 m2
yang dibersihkan dari suatu petanda filtrasi dengan cara untuk pria dan 118 ml/menit per 1,73 m2 untuk wanita.
ekskresi per satuan waktu. Klirens suatu zat x (Cx) dapat Metode yang digunakan untuk menilai klirens inulin
dihitung dengan rumus Cx = Ax/Px dimana Ax adalah memerlukan infus inulin secara IV yang terus menerus
jumlah X yang dibersihkan dari plasma, Px adalah rerata serta pengumpulan urin yang membutuhkan waktu cukup
konsentrasi plasma, dan Cx disebutkan dalam satuan lama. Karena sulitnya teknik ini, dan juga pengukuran
volume per waktu. Klirens suatu zat x adalah jumlah klirens inulin membutuhkan pemeriksaan kimia yang cukup
urin dan klirens ekstrarenal. Untuk zat yang dieliminasi rumit, maka klirens inulin tidak digunakan secara umum
melalui ginjal dan jalur ekstrarenal, klirens plasma lebih pada praktek klinis untuk menilai fungsi ginjal. Teknik ini
tinggi dari klirens urin. biasanya digunakan sebagai suatu alat penelitian. Selain
itu, inulin juga mahal dan sulit untuk didapatkan.
Klirens Urin Selain inulin, petanda eksogen lainyang dapatdigunakan
Klirens urin adalah istilah yang diperkenalkan oleh antara lain iothalamate, iohexol, ethylenediaminetetraacetic
Homer Smith untuk menilai LFG. Jumlah suatu zat x yang acid, and diethylenetriaminepentaacetic acid. Pengukuran
diekskresikan di urin dapat dihitung sebagai produk laju klirens menggunakan petanda eksogen masih sangat
aliran urin (V) dan konsentrasi urin (Ux). Sehingga, klirens mahal, kompleks dan sulit untuk dilakukan di praktek
urin didefinisikan sebagai berikut: klinis.
Cx =(Ux.V)/Px
Petanda Filtrasi Endogen
Ekskresi suatu zat dalam urin bergantung pada filtrasi Terdapat beberapa jenis petanda endogen yang dapat
di glomerulus, sekresi tubulus dan reabsorbsi tubulus. digunakan untuk menilai laju filtasi glomerulus antara lain
Suatu zat yang dapat difiltrasi namun tidak disekresi atau urea, kreatinin dan sistatin C. Urea dan kreatinin paling
direabsorbsi oleh tubulus adalah petanda filtrasi yang ideal sering digunakan karena mudah didapatkan. Sistatin C
karena klirens zat tersebut di urin dapat digunakan untuk merupakan petanda baru yang cukup menjanjikan untuk
mengukur LFG. Untuk zat-zat tertentu yang dapat difiltrasi menilai laju filtrasi glomerulus.
dan juga disekresikan oleh tubulus, klirens lebih tinggi dari
Kreatinin. Kreatinin merupakan suatu asam amino
LFG, sedangkan untuk zat yang terfiltrasi dan direabsorbsi
endogen yang memiliki berat molekul 113 dalton dan
kembali, nilai klirens lebih rendah dibandingkan LFG.
difiltrasi secara bebas oleh glomerulus. Zat ini adalah
Pengukuran klirens urin memerlukan pengumpulan urin
hasil katabolisme otot dari kreatinin dan kreatinin
dalam waktu tertentu untuk mengukur volume urin, dan
fosfat melalui proses dehidrasi nonenzimatik. Laju
konsentrasi urin dan plasma dari petanda filtrasi. Perhatian
produksi kreatinin sesuai dengan jumlah massa otot di
khusus diperlukan untuk mencegah pengumpulan urin
tubuh yang dapat diperkirakan dari usia, jenis kelamin,
yang tidak komplit, yang akan mempengaruhi akurasi
ras dan ukuran tubuh. Sumber lain kreatinin adalah
penghitungan klirens.
kreatinin yang berasal dari daging yang dimakan dan
suplemen kreatinin. Kreatinin juga terdapat dalam
Klirens Plasma sekresi intestin, dan dapat didegradasi oleh bakteri
Klirens plasma menghindari perlunya pengumpulan urin usus. Pada keadaan laju filtrasi glomerulus yang turun,
dalam waktu tertentu pada pengukuran klirens urin. LFG rute eliminasi kreatinin ekstrarenal ini turut meningkat.
dihitung dari klirens plasma (Cx) setelah injeksi intravena Antibiotik dapat meningkatkan kadar serum kreatinin
bolus petanda filtrasi eksogen. Klirens (Cx) dihitung dengan cara menghancurkan flora normal usus, sehingga
dari jumlah petanda yang diberikan (Ax) dibagi dengan mengganggu eliminasi kreatinin ekstrarenal.
konsentrasi plasma (Px). Sama seperti klirens urin, klirens
Penggunaan kreatinin sebagai petanda untuk
plasma dari suatu zat bergantung pada filtrasi glomerulus,
mengukur laju filtrasi glomerulus memiliki beberapa
sekresi dan reabsorpsi tubulus serta eliminasi ekstrarenal.
keuntungan seperti pemeriksaannya murah dan mudah
Laju filtrasi glomerulus diukur dari klirens plasma dengan
didapatkan. Kreatinin dilepaskan ke sirkulasi secara
rumus sebagai berikut:
konstan, zat ini tidak terikat pada protein dan secara
Cx = Ax/Px bebas difiltrasi melewati membran glomerulus. Zat ini
tidak direabsorbsi di tubulus dan hanya sebagian kecil
Petanda Filtrasi Eksogen yang disekresikan lewat tubulus.
Beberapa obat seperti trimetophrim dan cimetidine
Inulin merupakan suatu polimer fruktosa berukuran 5200
merupakan penghambat kompetitif sekresi kreatinin
dalton dan klirensnya merupakan standar baku emas untuk
LABORATORIUM KLINIK
Rumus baru CKD-EPI dibuat berdasarkan data sebagai penanda kerusakan dari sel epitel tubulus dalam
subyek yang banyak dari studi dengan karakteristik hal ini sel tubulus proksimal ginjal. Pembentukan sistatin
populasi yang beragam, pasien dengan atau C tidak terlalu bervariasi antara satu individu ke individu
tanpa penyakit ginjal kronik, diabetes dan pasien yang lainnya bila dibandingkan dengan kreatinin. Laju
transplantasi. Rumus ini masih menggunakan empat produksi sistatin C tidak dipengaruhi oleh faktor massa
variabel rumus MDRD tetapi menggunakan model otot, jenis kelamin dan juga ras. Dari beberapa penelitian
hubungan antara LFG dan kreatinin serum yang didapatkan inflamasi, jaringan lemak, penyakit tiroid,
berbeda. Model yang berbeda ini secara sebagian keganasan tertentu dan penggunaan kortikosteroid dapat
memperbaiki underestimasi LFG pada nilai yang lebih meningkatkan kadar sistatin C.
tinggi yang didapatkan pada rumus MDRD. Sehingga Terdapat dua jenis pemeriksaan yang dapat diguna-
rumus CKD-EPI sama akuratnya dengan rumus MDRD kan untuk menilai sistatin C yaitu particle enhanced
pada LFG dibawah 60 ml/min per 1,73 m2 dan lebih turbidimetric immunoassay (PETIA) dan particle-enhanced
akurat pada nilai LFG yang lebih tinggi. nephelometric immunoassay {PEN\A). Beberapa penelitian
terakhir membandingkan kadar serum kreatinin dan
LFG (ml/min/1.73 m^) = 141 x min(Scr/K,1) x max(Scr/
sistatin C sebagai prediktor fungsi ginjal. Dari penelitian
K,1)1,209 X 0,993umur x 1,018 (jika perempuan) x
tersebut disimpulkan bahwa Sistatin C jauh lebih baik
1,157 (jika ras Afrika-Amerika)
dibandingkan kreatinin. Walaupun demikian, sistatin C
Rumus ini dapat memberikan estimasi LFG pada masih mahal dan belum terlalu banyak digunakan.
seluruh kisaran nilai LFG tanpa bias yang bermakna. Pada populasi tertentu seperti pada anak-anak,
Beberapa penulis berpendapat bahwa rumus CKD-EPI orang tua, pasien transplantasi, pasien dengan penyakit
sebaiknya digunakan di klinik untuk menggantikan neuromuskular atau liver serta individu dengan nilai LFG
rumus MDRD. yang tinggi, sistatin C dapat memprediksi fungsi ginjal
Urea. Urea adalah suatu molekul dengan berat molekul dengan lebih baik. Pasien dengan gagal ginjal akut, kadar
60 d, dihasilkan dari katabolisme protein oleh hati. serum sistatin C meningkat lebih cepat dibandingkan
Beberapa faktor yang meningkatkan produksi urea serum kreatinin. Walaupun demikian, masih dibutuhkan
meliputi peningkatan jumlah protein dalam tubuh lebih banyak data untuk menyatakan bahwa sistatin C lebih
akibat hiperalimentasi ataupun reabsorbsi darah akurat dalam mendeteksi perubahan fungsi ginjal.
setelah terjadinya perdarahan gastrointestinal. Infeksi,
penggunaan kortikosteroid atau kemoterapi juga
meningkatkan produksi urea. Penurunan produksi urea APLIKASI KLINIS ESTIMASI LAJU FILTRASI
terjadi pada keadaan malnutrisi berat dan penyakit GLOMERULUS
liver. Kadar urea serum mempunyai peran yang terbatas
untuk menilai LFG disebabkan banyaknya variabel non- Estimasi laju filtrasi glomerulus diperlukan untuk
LFG yang berpengaruh, terutama pembentukannya dan mendeteksi, evaluasi dan penatalaksanaan penyakit
reabsorpsinya di tubulus. ginjal kronik. Penggunaan kadar serum kreatinin saja
Urea difilrasi secara bebas oleh glomerulus dan untuk menilai laju filtrasi glomerulus tidak menunjukkan
direabsorbsi kembali secara pasif di nefron proksimal hasil yang memuaskan, dan dapat menyebabkan
dan distal. Penurunan perfusi ginjal seperti pada keterlambatan dalam mendeteksi penyakit ginjal kronik
keadaan kekurangan cairan dan keadaaan antidiuresis, serta pengklasifikasian derajat penyakit ginjal kronik.
meningkatkan reabsorpsi urea. Akibat reabsorpsi tubulus Rumus yang digunakan untuk mengestimasi laju
ini, klirens urin urea menunjukkan nilai estimasi LFG yang filtrasi ginjal menggunakan kadar serum kreatinin masih
lebih rendah. mempunyai kekurangan, terutama untuk pasien yang
memiliki permasalahan dengan jumlah massa otot. Pada
Sistatin C. Sistatin C adalah suatu asam amino dengan keadaan seperti ini, pengukuran laju filtrasi glomerulus
berat molekul 13kD, inhibitor cysteine proteinase yang menggunakan petanda eksogen atau klirens urin lebih
dapat difiltrasi secara bebas di glomerulus. Seluruh sel akurat.
berinti memproduksi substansi ini dan laju produksi- Pada gangguan ginjal akut terdapat keterlambatan
nya relatif konstan dari usia 4 bulan hingga 70 tahun. sebelum terjadi peningkatan kadar serum petanda filtrasi
Zat ini sedang dikembangkan sebagai pengganti serum endogen akibat perlunya waktu untuk retensi. Sebaliknya,
kreatinin untuk memprediksi laju filtrasi glomerulus. setelah terjadi perbaikan LFG, terdapat keterlambatan
Setelah difiltrasi, sistatin C direabsorbsi seluruhnya dan penurunan kadar serum petanda akibat perlunya waktu
dikatabolisme oleh sel epitel tubulus. Oleh karena itu, untuk ekskresi petanda yang tadinya teretensi. Walaupun
ditemukannya sistatin C di dalam urin dapat digunakan begitu, perubahan estimasi LFG pada keadaan akut dapat
254 LABORATORIUM KLINIK
REFERENSI
Ketidaknyamanan Iskemik
Perubahan Penanda Jantung pada IMA
v-ipMHm| Sindrom Koroner Akut
Mulai Puncak Kembali ke Normal
255
256 LABORATORIUM KLINIK
Gambar 4. Pendekatan Kelainan Jantung Iskemik dengan Gambar 5. Pemeriksaan Penandajantung dengan cara kualitatif
Banyak Penanda Jantung pada berbagai tahap perubahan. dan kuantitatif menggunakan alat Point-of-care Testing dan Alat
otomatis di Laboratorium Pusat.
TES PENANDA DIANOSTIK JANTUNG 257
HIGH SENSITIVE C-REACTIVE PROTEIN (HSCRP) mendapat infark miokard dan penyakit vaskular perifer
berat. Namun kadar hsCRP >10 mg/L perlu diulang dalam
CRP berupa molekul 105 kilo Dalton (kD), yang terdiri jangka waktu 2 minggu untuk menyingkirkan pengaruh
dari 5 rantai polipeptida yang i d e n t i k y a n g membentuk inflamasi akut.^'^°
suatu cincin. Sebagai protein fase akut (PFA) klasik,
CRP diproduksi di hati, yang paling pertama kadarnya
m e n i n g k a t d e n g a n c e p a t s e l a m a proses i n f l a m a s i . Clinical Application of the-CRP for
Kompleks CRP mengaktifkan sistem komplemen, dimulai Cardiovascular Risk Prediction
d e n g a n C l q , k e m u d i a n CRP m e n g a w a l i opsonisasi
1
dan fagositosis sel penyerang tetapi fungsi utamanya
adalah mengikat dan mendetoksifikasi bahan toksik 1 mg/L 3 mg/L 10 mg/L > 100 mg/L
endogen yang diproduksi sebagai hasil dari kerusakan
jaringan.^
\y -^N ^ /
Beberapa penelitian telah m e n y i m p u l k a n bahwa
CRP pada kadar rendah, yang diperiksa dengan metoda Low Moderate High Acute Phase Response
Risk Risk Risk Ignore Value, Repeat Test in 3 weeks
khusus, {high sensitive CRP) merupakan penanda yang 5 mg/L
m e m p r e d i k s i risiko penyakit j a n t u n g koroner pada
seseorang yang tampak sehat dan sebagai indikator idker PM, Circulation 2003;107:363-9
Pengukuran kadar hsCRP dapat dilakukan dengan CK-MB adalah isoenzim CK yang terdapat terutama (15-
banyak metoda, umumnya secara immunoassay misalnya 20%) di miokard dan sedikit di otot rangka (terutama
nefelometri, turbidimetri dan aglutinasi. Nilai rujukan CRP pada atlit). Pada IMA, CK-MB dideteksi dalam darah
yang dianut ada beberapa versi satuan, yaitu <0,5 mg/ 3-8 j a m setelah timbulnya gejala j a n t u n g dan masih
dL menurut IFCC/CRM 4780, atau <5,0 mg/L atau <47,6 dapat dideteksi selama beberapa waktu tergantung dari
nmol/L; sekarang ini umumnya dipakai <5,0 mg/L. Untuk perjalanan kelainan. CK-MB juga dapat dideteksi pada
hsCRP berdasarkan rekomendasi CDC/AHA untuk penilaian kelainan di luarjantung misalnya pada rhabdomiolisis dan
risiko penyakit kardiovaskular, kadar berturut-turut < strok. Dalam lingkup diagnostik laboratorium, penetapan
1,0; 1.0-3.0; dan 3.0-10.0 mg/L ditafsirkan memberikan CK total dan troponin dapat membantu membedakan
risiko relatif berturut-turut rendah, sedang, dan tinggi. gambaran klinis tersebut. Kepekaan (sensitivity) penetapan
Kadar hsCRP yang lebih tinggi lebih besar kemungkinan CK-MB tergantung dari waktu pengambilan sampel darah.
258 LABORATORIUM KLINIK
Karena itu penting pemantauan dengan pemeriksaan dibedakan antara jenis T, I , dan C; yang penting untuk
ulang/ serial Diagnosis IMA didasarkan pada 3 temuan, diagnostikjantung adalah Troponin T (TnT) dan Troponin
yaitu CK total >190 U/L, CK-MB >24 U/L dan rasio CK-MB/ I (Tnl). Meskipun fungsi Troponin sama pada semua
CK total >6% (umumnya 6-25%). otot lurik, TnT dan Tnl yang berasal dari otot jantung/
Pemeriksaan CK-MB dapat dilakukan dengan beberapa miokardium dapat dibedakan dari yang berasal dari
cara. Ada yang berdasarkan keaktifannya sebagai enzim otot skelet dengan menggunakan antibodi monoklonal,
(CK-MB act), ada pula sebagai massa (CK-MB mass). dikenal sebagai cTnT dan cTnl. Berat molekul cTnT, 39,7
Pengukuran CK-MB berdasarkan keaktifannya dilakukan kD sedangkan cTnl 23,9 kD. Keduanya bersifat spesifik
dengan fotometer, biasanya dengan cara immunoinhibition, dan sensitif untuk kerusakan miokardium. Pada IMA,
dan hasilnya dinyatakan secara kuantitatif dengan kadar cTnT serum meningkat sekitar 3-4 jam setelah
nilai rujukan <25 U/L. Pengukuran CK-MB berdasarkan gejala jantung dan dapat tetap tinggi sampai 14 hari,
massanya, dengan uji cepat kualitatif atau kuantitatif dan sedangkan kadar cTnl mulai meningkat sekitar 3-6
dengan cara elektrokemiluminesen immunoassay, dengan jam setelah timbul gejala, mencapai puncaknya pada
nilai rujukan <72 ng/mL untuk laki-laki dan <58 ng/mL 12-16 jam, dan dapat menetap selama 4-9 hari. cTnT
untuk perempuan. Untuk diagnosis penafsiran hasil harus merupakan penanda prognosis bebas {independent)
selalu dilakukan dengan mempertimbangkan riwayat sakit, yang dapat memprediksi akibat jangka dekat, sedang,
pemeriksaan klinis dan temuan lain.11 dan lama pasien dengan SKA, juga berguna untuk
mengenai pasien yang mendapat manfaat dari terapi
antitrombotik.
MIOGLOBIN (MG) Komisi bersama dari the European Society of
Cardiology (ESC), dan the American College of Cardiology
Mioglobin merupakan protein sitoplasmik dalam otot lurik (ACC) telah mendefinisi ulang IMA yaitu IMA didiagnosis
jantung dan skelet, ikut berperan pada angkutan oksigen bila kadar cardiac Troponin di atas 99 %-til batas rujukan
di dalam miosit dan juga sebagai penampung oksigen. (dari populasi sehat) pada keadaan klinis iskemia
Berat molekul mioglobin 17,8 kD, cukup kecil, yang akut. Pada kadar tersebut ketidaktelitian {imprecision),
memungkinkannya untuk lewat dengan cepat ke sirkulasi dinyatakan dengan koefisien variasi (CV), untuk tiap
setelah adanya kerusakan miosit. Penetapan mioglobin tes harus <10 %.^^ Oleh karena itu pasien dengan SKA
dalam serum penting untuk diagnosis IMA, reinfark dini, didiagnosis IMA (STEMI atau NSTEMI) bila cTn dan /
dan reperfusi yang berhasil pasca terapi lisis. Kadarnya atau CK-MB meningkat dan angina tidak stabil {unstable
sudah meningkat sekitar 2 jam setelah timbul gejala. Oleh angina = UA) bila cTn dan CK-MB masih dalam batas
karena itu mioglobin digolongkan sebagai penanda dini rujukan. Berdasarkan definisi ulang tersebut telah
untuk IMA. Tergantung dari tindakan reperfusi pengobatan diterbitkan beberapa pedoman.^"
yang dilakukan, kadar mioglobin serum mencapai puncak Perlu diketahui bahwa kenaikan Tn oleh karena jejas
4-12 jam setelah mulainya infark dan turun ke tingkat miokard juga dijumpai pada gagal jantung kongestif,
normal setelah kira-kira 24 jam. Kadar mioglobin juga kardiomiopati, miokarditis, kontusiojantung, transplantasi
meningkat pada kerusakan otot skelet dan gangguan jantung, disfungsi ventrikel kiri pada renjatan septik,
berat fungsi ginjal. terapi intervensi seperti bedah jantung, PTCA, dan
Pemeriksaan mioglobin dapat dilakukan dengan cara kardiotoksisitas oleh karena obat. Tn dapat mendeteksi
cepat kualitatif atau kuantitatif dengan cara immunoassay. infark mikro miokard. Oleh karena itu kadar Troponin
Bahan pemeriksaan dapat berupa darah utuh untuk cara yang meningkat mengindikasikan jejas miokardial tetapi
imunokromatografi, dan serum atau plasma heparin, EDTA tidak sinonim dengan mekanisme iskemik dari jejas.
atau sitrat untuk immunoassay. Nilai rujukan sekitar 28-72 Peningkatan kadar cTnT dilaporkan pula pada pasien
ng/mL pada laki-laki dan 25-58 ng/mLpada perempuan, dengan gagal ginjal, emboli paru, strok, bedah bukan
menggunakan cara kemiluminesen. Nilai rujukan jantung, juga pada rhabdomiolisis, dan polimiositis.
mungkin berbeda berdasarkan metoda dan populasi. Bahan pemeriksaan dapat berupa darah utuh, serum
Tiap laboratorium disarankan untuk menetapkan nilai atau plasma heparin, EDTA, atau sitrat. Pemeriksaan
rujukannya sendiri dengan populasi setempat.^^ dapat dilakukan dengan uji cepat dan dapat pula dengan
metoda immunoassay. Nilai rujukan dengan metoda
elektrokemiluminesen untuk cTnT < 0,010 |ig/L, sedangkan
T R O P O N I N (TN) untuk cTnl <0,160 ^ig/L. Karena kinetik pelepasan cTn maka
hasil rendah pada pemeriksaan pada jam-jam pertama dari
Troponin merupakan komponen aparatus kontraktil otot awitan gejala belum dapat menyingkirkan diagnosis IMA
lurik, sebagai protein pengatur kunci. Troponin dapat dan perlu dipantau secara serial.^^'^^
TES PENANDA DIANOSTIK JANTUNG 259
TROPONIN HIGH SENSITIVE (HSTROPONIN) Troponin generasi sebelumnya maka diagnosis IMA dapat
ditegakkan lebih dini.^^"
Pada diagnosis NSTEMI penting sekali pemeriksaan
penanda nekrosis jantung. Menurut definisi universal yang
baru, IMA didiagnosis bila didapatkan peningkatan kadar HEART FATTY ACID BINDING PROTEIN (HFABP)
cTn di atas 99%-til batas rujukan (dari populasi sehat)
bersama dengan adanya bukti iskemia miokardium (gejala, Protein pengikat asam lemak kardiak ini ditemukan pada
perubahan EKG, atau pencitraan). Definisi ini memerlukan tahun 1988, merupakan protein sitoplasma terdiri dari
pemeriksaan troponin dengan ketidaktelitian, dinyatakan 132 residu asam amino dengan berat molekul 15kD,
dengan CV, yang <10 % pada kadar di nilai batas rujukan berikatan dengan asam lemak rantai panjang dan berperan
tersebut. Pada pedoman yang baru cTn juga merupakan penting intraseluler sebagai pembawa asam lemak masuk
penanda jejas miokardium yang disukai untuk diagnosis ke mitokhondria. Selain di j a n t u n g FABP j u g a dapat
dan pengobatan NSTEMI.^^^« ditemukan di jaringan lain seperti usus dan hati. FABP
Kadar rendah cTnT dapat dideteksi pada pasien yang berasal dari jantung, HFABR dapat dibedakan dari
dengan keadaan klinis stabil seperti pasien dengan gagal yang lain dan diukur tersendiri menggunakan antibodi
jantung baik yang iskemik maupun yang tidak iskemik, monoklonal.^"
berbagai bentuk kardiomiopati, gagal ginjal, sepsis, dan Setelah serangan iskemia miokard, kadar asam lemak
diabetes. Peningkatan kadar cTnT berhubungan dengan intraseluler mulai meningkat secara bermakna dalam 20-
beratnya penyakit arteri koroner dan hasil buruk tidak 45 menit, terakumulasi di jaringan miokardium dan hal
tergantung pada kadar natriuretic peptide. Kadar rendah ini dihubungkan dengan terjadinya aritmia, peningkatan
troponin T merupakan prediktor bebas {independent) dari ukuran infark miokardium dan penurunan kontraktilitas
kejadian kardiovaskular termasuk timbul dan kekambuhan m i o k a r d i u m . Pada keadaan iskemia, HFABP penting
fibrilasi atrium. untuk mencegah kerusakan jaringan. Pada IMA, HFABP
Pemeriksaan hsTnT menggunakan cara immunoassay dilepaskan ke aliran darah oleh miosit yang rusak dan
kemiluminesen dengan 2 j e n i s antibodi monoklonal secara cepat dibersihkan dari darah oleh filtrasi ginjal.
yang khusus ditujukan pada jantung Troponin T manusia, Kadar HFABP plasma/ serum dilaporkan meningkat di atas
mengenali 2 epitop di bagian tengah, yaitu asam amino nilai rujukan dalam 1,5-3 j a m pertama dari permulaan
125-131 dan 136-147. Selain pengembangan cTnTjuga infark, dan kembali normal dalam 24 j a m . McCann dkk
ada pengembangan hsTnl dengan nilai rujukan tersendiri. mendapatkan bahwa pengukuran HFABP dalam serum
Bahan pemeriksaan dapat serum atau plasma EDTA, atau penderita dengan nyeri dada iskemik akut pada waktu
heparin. Nilai rujukan menggunakan cara kemiluminesen awal akan membantu diagnosis dini IMA dan melengkapi
pada nilai batas 9 %-til adalah hsTnT 14 ng/L (atau pg/mL) pengukuran Troponin T kardiak (cTrop-T). Untuk
dengan 95 % confidence interval 12,7-24,9 ng/L (pg/mL). penderita yang datang dalam 4 jam dari mulainya gejala,
Kadar terendah dengan CV 10 %, sebagaimana persyaratan kepekaan {sensitivity) HFABP lebih tinggi secara bermakna
Universal definition, adalah 13 ng/L (pg/mL).20-21 Dengan dibandingkan cTrop-T tetapi spesifisitasnya (71%) lebih
kepekaan hsTroponin yang j a u h lebih baik daripada rendah daripada cTrop-T ( 9 5 % ) . "
«— CK-MB — H-FABP
— cTnl — Myo
— cTnT
Penanda Jantung Infark Miokard:
HFABP, Mioglobin lebih cepat daripada CK-MB, c T n l , cTnT
G a m b a r 7. Perubahan kadar hs-Troponin T dan cTroponin T
G a m b a r 8. Penandajantung infark miokard
pada pasien dengan Non-STEMI.
260 LABORATORIUM KLINIK
Pemeriksaan HFABP dapat dilakukan dengan uji cepat menunjukkan NT-proBNP merupakan prediktor bebas
baik kualitatif maupun kuantitatif. Bahan pemeriksaan terkuat untuk kematian dalam 1 tahun bagi pasien dengan
berupa darah utuh ataupun serum atau plasma heparin. SKA.^° Parameter ini juga berguna untuk membedakan
Nilai rujukan pada individu yang sehat kadar HFABP relatif p e n y e b a b kardiak dari n o n - k a r d i a k dan m e m b a n t u
rendah, yaitu < 6 n g / m l . " " mengenali subyek dengan disfungsi ventrikel kiri. Task
Force dari ESC untuk diagnosis dan pengobatan gagal
j a n t u n g kronis menganjurkan dalam p e d o m a n yang
B-NATRIURETIC PEPTIDE diterbitkannya bahwa BNP dan NT-proBNP mungkin
paling bermanfaat secara klinis untuk menyingkirkan
Kelompok peptida natriuretik terdiri dari natriuretik A diagnosis gagal jantung berdasarkan nilai prediktif negatif
(A-type natriuretic peptide atau dahulu dikenal sebagai yang amat tinggi dan k o n s i s t e n . P e r u b a h a n kadar NT-
atrial natriuretic peptide = ANP), natriuretik B (B-type proBNP dapat dipergunakan untuk menilai keberhasilan
natriuretic peptide atau dahulu dikenal sebagai brain pengobatan pasien dengan disfungsi ventrikel kiri, juga
natriuretic peptide = BNP) dan C-type natriuretic peptide baik untuk menilai remodeling vaskular dan membantu
(CNP). ANP dan BNP merupakan antagonis pengaruh prosedur rehabilitasi perorangan. Kadar NT-proBNP juga
sistem renin-angiotensin-aldosteron dengan kerjanya mewakili fungsi jantung dan mengindikasikan peningkatan
sebagai diuretik/ natriuretik dan vasodilator terhadap risiko retensi cairan pada pasien yang direncanakan untuk
keseimbangan elektrolit dan cairan.^^ diberikan obat yang potensial kardiotoksik atau intervensi
Disfungsi jantung terjadi dan berkembang mulai dari yang menyebabkan retensi cairan atau volume overload,
tanpa gejala sampai yang berat. Klasifikasi yang dianut misalnya penghambat COX-2, dan NSAID.
umumnya mengacu kepada New York Heart Asociation Pemeriksaan BNP dapat ditujukan kepada fragmen
(NYHA) yang membagi dalam kelas 1-4 berdasarkan aktif BNP atau fragmen tidak aktif NT-proBNR Penggunaan
beratnya g a n g g u a n . Pada subyek d e n g a n disfungsi
ventrikel kiri, terjadi peningkatan kadar proBNP yang
terdiri dari 108 asam amino, yang disekresi terutama Al<;(>ritmc iitk l)ia<;n()sis (iayal .lanfiin<; Akut ( K S C )
dari ventrikel. ProBNP tersebut kemudian dibelah secara
enzimatik menjadi fragmen aktif BNP (asam amino 77- Di Gawat darurat: Pasien data
108) dan fragmen tidak aktif NT-proBNP (asam amino Berdasarkan kadar BNP & NT-p
1-76).28
keduanya sebagai penanda j a n t u n g sejajar hanya nilai 9. Danesh J, Wheeler JG, Hirschfield G M , et al. C-Reactive
rujukannya berbeda dengan beberapa perbedaan sifat. Protein and other circulating markers of inflammation in
the prediction of coronary heart disease. N Eng J Med 2004;
Pemeriksaan m e n g g u n a k a n cara immunoassay. Bahan
350 (14): 1387-97.
pemeriksaan berupa serum atau plasma heparin dan 10. Cobas. C R P H S Tina-quant a Cardiac C-reactive Protein
EDTA.^2 (ILatex) high sensitive. 2009-02 V 16 E n g l i s h , Roche
Diagnostics, 2009.
Nilai rujukan untuk BNP dan NT-proBNP berbeda,
11. Cobas. CK-MB. C K - M B - the MB isoenzyme of creatine kinase.
berdasarkan metodik dan pabrik pembuat reagen serta Ref 11821598 322, 2010-08, V 12 English, Roche Diagnostics,
populasi yang diteliti. Selalu dianjurkan agar tiap pusat/ 2010.
RS m e n e t a p k a n nilai r u j u k a n n y a sendiri. Beberapa 12. Cobas. Myoglobin. Ref 12178214 122, 2010-07, V 13 English.
Roche Diagnostics, 2010.
penelitian dengan cara kemiluminesen mendapatkan nilai
13. Alpert JS, Thygessen K. Myocardial infarction redefined
batas 125 pg/mL untuk NT-proBNP; kadar <125 pg/mL - A consensus document of the joint European Society of
menyingkirkan disfungsi jantung dengan tingkat kepastian Cardiology / American College of Cardiology committee
for the redefinition of myocardial infarction. J A C C 2000; 36:
tinggi pada pasien tersangka gagal jantung dengan sesak,
959-69.
sedangkan kadar >125 pg/mL mungkin mengindikasikan 14. Braunwald E, Antman E M , Beasley JW, et al. A C C / A H A
disfungsi jantung dan berkaitan dengan peningkatan risiko guidelines for the management of patients with unstable
penyulit jantung seperti infark miokard, gagal jantung dan angina and non-ST-elevation myocardial infarction: Executive
summary and recommendation. Circulation 2000; 102:1193-
kematian. Gustafsson dkk mendapatkan pada 721 pasien
1209.
dengan gagal j a n t u n g stabil dibandingkan dengan 2264 15. Cobas. Troponin T. Troponin T, cardiac T. Ref 04491815 190,
orang kelompok rujukan bahwa nilai batas 125 pg/mL 2010-11, V 6 English. Roche Diagnostics, 2010.
16. Cobas. Troponin I. Ref 05094810 190, 2010-02, V 3 English.
memberikan kepekaan (sensitivity) 8 8 % dan kekhasan
Roche Diagnostics, 2010.
(specificity) 92%, nilai prediktif positif (NPP) 80,6% dan
17. The Task Force for the diagnosis and treatment of Non-
nilai prediktif negatif (NPP) 96,7%."'^" ST Segment Elevation Acute Coronary Syndrome of the
European Society of Cardiology. Guidelines for the diagnosi
and treatment of non-ST-elevation acute coronary syndrome.
Eur Heart J 2007; 28:1598-1660.
REFERENSI 18. Thygessen K, Alpert JS, White H D on behalf of the Joint
E S C / A C C F / A H A / H W H F Task Force for the Redefinition
of Myocardial Infarction: universal definition of myocardial
1. Panteghini M, Apple FS, Christenson R H , Dati F, Mair J, W u
infarction. Eur Heart J 2007; 28: 2525-38.
A H . Proposals from I F C C Committee on Standardization of
Markers of Cardiac Damage (C-SMCD): recommendations 19. Rossing P, Jorsal A, Tamow L , Parving H H . Plasna hs-
on use of biochemical markers of cardiac damage in acute Troponin T predicts cardiovascular and all cause mortality
coronary syndromes. Scan J Clin Lab Invest, Supplementum, as well as deterioration in kidney function in type 1 diabetic
1999; 230:103-12. patients with nephropathy. Abstract E A S D 2008.
2. Joint European Society of Cardiology/American College of 20. Cobas. Troponin T hs.05b92744 190, 2011-02, V 4 English.
Cardiology Committee. Myocardial infarction redefined —a Roche Diagnostics, 2011.
consensus document of the joint E u r o p e a n Society of 21. White H D . H i g h e r sensitivity troponin levels in the
Cardiology/American College of Cardiology Committee community: what do they mean and how will the diagnosis
for the Redefinition of Myocardial Infarction. Eur Heart J of myocardial infarction be made? A m Heart J 2010; 159:
2000; 21:1502-13. 933-6.
3. Apple FS, Wu A H B . Myocardial infarction redefined: Role of 22. Hochholzer W, Morrow D A , Giugliano RP. Novel biomarkers
cardiac troponin testing. Clin Chem 2001; 47: 377-9. in cardiovascular disease: Update 2010. A m Heart J
160(4):583-94
4. Thygesen K, Alpert JS, White H D ; Joint E S C / A C C F / A H A /
W H F Task Force for the Redefinition of Myocardial Infarction. 23. Giannitsis E, Kurz K, Hallermayer K, Jarausch J, Jaffe AS,
Universal definition of myocardial infarction. Eur Heart J Katus H A . Analytical validation of a high-sensitivity cardiac
2007; 28: 2525-38. troponin T assay. Clin Chem 2010; 56: 254-61.
24. Kilcullen N, Viswanathan K, Das R, et al, for the E M M A C E - 2
5. de Lemos J. Cardiovascular biomarkers for acute coronary
Investigators. Heart-type fatty acid-binding protein predicts
syndromes Using a multi-marker strategy. Emerg Med
long-term mortality after acute coronary syndrome and
Critical Rev 2006; 20-22.
identifies high-risk patients across the range of troponin
6. Ridker P M , Hennekens C H , Buring JE, Rifai N . et al.
values. J. A m . Coll. Cardiol 2007;50: 2061-7.
C-Reactive Protein and other markers of inflammation in the
25. McCann CJ, Glover BM, Menown IBA, et al. Novel biomarker
prediction of cardiovascular disease in women. N Eng J Med
in early diagnosis of acute myocardial infarction compared
2000; 342 (112); 836-43.
with cardiac Troponin T. Eur Heart J. 2008;29:2843-50.
7. Ridker PM. Clinical application of C-Reactive Protein for
26. Cavus U , Coskun F, Y a v u z B et al. Heart type fatty acid
cardiovascular disease detection and prevention. Circulation
binding protein can be a diagnostic marker in acute coronary
2003; 107: 363-9.
syndromes. J Nat Med Ass. 2006;98:1067-70.
8. Pearson T A , Mensah G A , Alexander RW, et al. Markers of
27. Azzazy H M , Reisers M M A L , Cristenson R H . Unbound free
inflammation and cardiovascular disease. Application to
fatty acid and heart type fatt\' acid binding protein: diagnostic
clinical and public health practice, a statement for healthcare
assay and clinical application. Clin Chem.2006;52:19-29.
professionals from the Centers for Disease Control and
28. Valli N , Gobinet A, Bordenave L . Review of 10 years of the
Prevention and the American Heart Association. Circulation
clinical use of brain natriuretic peptide in cardiology. J Lab
2003; 107: 499-511.
Clin Med 1999; 134:437-44.
262 LABORATORIUM KLINIK
263
264 LABORATORIUM KLINIK
adanya galaktore yang disertai dengan disfungsi seksual Apabila jumlah air seni mencapai 1 liter maka perlu
seperti amenorea pada wanita dan impotensi pada pria. ditimbang berat badan. Apabila air seni tampung
Kadar hormon prolaktin yang normal, pada wanita < 25 m e m p u n y a i osmolalitas <10% dan berat badan
ug/L dan pria < 20 u g / L I . menurun >2% dari awalnya, maka perlu diperiksa
Meningkatnya kadar hormon prolaktin dapat kadar sodium dan osmolalitas plasma. Tes dehidrasi
disebabkan oleh beberapa hal yaitu pada wanita hamil dan dihentikan apabila berat badan penderita menurun
beberapa obat seperti obat antidepresi {tricyclic inhibitor sampai 3 kg.
MAO) dan antihipertensi seperti verapamil. Oleh karena
itu, diagnosis prolaktinoma berdasarkan meningkatnya Tes desmopresin
kadar hormon prolaktin hanya dapat ditegakkan setelah Tes dehidrasi dilanjutkan dengan tes desmopresin
menyingkirkan semua penyebab sekunder. Hal yang yaitu penderita diberikan suntikan 2 pg desmopressin,
paling penting untuk mendiagnosis prolaktinoma adalah dan setelah 2 j a m diukur kembali jumlah air seni dan
gambaran klinis, khususnya galaktore, hiperprolaktinemi, pemeriksaan osmolalitas.
dan hasil pencitraan adanya tumor hipofisis.^
Pemeriksaan kadar vasopresin plasma
Bagaimana menginterpretasi hasil tes di atas.
1. Polidipsi primer
DIABETES INSIPIDUS
J u m l a h air seni m e n u r u n dan o s m o l a l i t a s urin
meningkat, serta tidak bereaksi dengan pemberian
Diabetes insipidus adalah penyakit yang ditandai oleh
desmopresin
jumlah air seni yang berlebihan yang bersifat hipotonik
2. Diabetes insipidus hipotalamik
dan disebabkan oleh k u r a n g / tidak adanya hormon
Konsentrasi air seni tidak berubah atau sedikit sekali.
vasopressin atau respons terhadap hormon vasopressin
Osmolalitas air seni meningkat setelah pemberian
yang tidak adekuat. Jumlah air seni >4 liter sehari patut
desmopresin. Selain itu, yang paling penting adalah
dicurigai adanya diabetes insipidus." Dikenal empat bentuk
pemeriksaan kadar vasopresin darah rendah, bahkan
diabetes insipidus yaitu.^
tidak terdeteksi
1. Diabetes insipidus hipotalamik (diabetes insipidus
3. Diabetes insipidus nefrogenik
sentral) sebagai akibat berkurangnya atau tidak
Sama halnya dengan diabetes insipidus hipo-talamik,
adanya hormon vasopresin
konsentrasi air seni tidak berubah. Berbeda dengan
2. Diabetes insipidus nefrogenik d i s e b a b k a n oleh
diabetes insipidus hipotalamik, pada diabetes insipidus
respons ginjal terhadap hormon vasopresin yang
nefrogenik osmolalitas air seni tidak meningkat
menurun.
setelah pemberian desmopresin. Penting sekali untuk
3. Diabetes insipidus pada kehamilan yang disebabkan
mendiagnosis diabetes insipidus nefrogenik adalah
oleh metabolisme hormon vasopresin yang berlebihan
pemeriksaan kadar vasopresin darah yang sangat
dan bersifat sementara.
meningkat.
4. Diabetes insipidus dikenal dengan polidipsia primer
sebagai akibat minum yang berlebihan.
Tes dehidrasi.^ ^
Penderita ditimbang dan sekaligus diambil contoh
darah untuk pemeriksaan kadar sodium dan
osmolalitas plasma
Gambar 1. Perubahan osmolalitas air seni pada diabetes
Penderita dipuasakan dan kemudian jumlah air seni insipidus yang berbeda selama tes dehidrasi dan pemberian
ditakar setiap j a m untuk pemeriksaan osmolalitas. desmopresin.^
TES FUNGSI PENYAKIT HIPOFISIS 265
REFERENSI
PENDAHULUAN liur, pemeriksaan kadar kortisol air seni 24 jam, dan tes
supresi deksametason. Menurut Nieman dan kawan-
Kelenjar adrenal atau suprarenal terdiri atas dua bagian kawan^ untuk membuktikan adanya sindrom skrining
yaitu bagian korteks dan medula yang masing-nnasing sebaiknya menggunakan dua tes skrining yang berlainan
nnengeluarkan hormon yang berbeda. Sama halnya dengan (lihat gambar 1).
penyakit kelenjar hipofisis, pemeriksaan pencitraan sangat
Gara skrining untuk mendiagnosis adanya sindrom
berperan untuk diagnosis penyakit kelenjar adrenal.
Gushing
Pembahasan mengenai tes fungsi kelenjar adrenal hanya
1. Pemeriksaan kadar kortisol cairan liur
akan dibatasi pada sindrom Gushing, penyakit Addison,
Kadar kortisol cairan liur yang diambil pada jam
aldosteronisme primer, dan feokromositoma.
23.00. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan dua hari
berturut-turut."
2. Pemeriksaan kadar kortisol bebas di air seni 24 jam
SINDROM GUSHING
Kadar kortisol diperiksa dari air seni 24 jam. Pada
orang sehat kadar kortisol air seni 24 jam <50 pg/
Sindrom Gushing adalah suatu keadaan dimana terjadi
24 jam. Apabila ditemukan angka yang lebih tinggi,
peningkatan hormon glukokortikoid. Sindrom Gushing
kemungkinan besar orang tersebut menderita
dibagi atas dua jenis yaitu, a) sindrom Gushing akibat
sindrom Gushing^
AGTH yang meningkat {ACTH dependent) yang terdiri atas
3. Pemeriksaan tes supresi deksametason
penyakit Gushing akibat adenoma hipofisis (sekitar 80%
Penderita diberikan deksametason 1 mg pada jam
dari semua sindrom Gushing) dan akibat neoplasma bukan
23.00, kemudian pada pagi harinya diperiksa kadar
dari kelenjar hipofisis {ectopic ACTH), b) sindrom Gushing
kortisol plasma. Pada orang sehat kadar kortisol
bukan akibat kadar hormon AGTH yang meningkat {ACTH
plasma pagi hari setelah pemberian dexametason
independent), termasuk disini adenoma neoplasma/
akan menurun tetapi tidak lebih dari 1,8 pg/dl.^
karsinoma adrenal, hiperplasi noduler, dan iatrogenik
akibatkortikosteroid berlebihan.^ Tes untuk membedakan penyebab sindrom Gushing
Mendiagnosis sindrom Gushing secara klinik
mudah karena tidak tergantung dari penyebabnya dan Pemeriksaan kadar ACTH plasma
mempunyai gambaran klinis yang khas. Pemeriksaan Pemeriksaan kadar AGTH plasma pagi hari penting
untuk mendiagnosis sindrom Gushing harus dilakukan sekali untuk membedakan antara sindrom Gushing yang
secara bertahap yaitu tergantung pada kadar AGTH {ACTH dependent Cashing)
a) skrining untuk menentukan apakah betui sindrom dan sindrom Gushing yang tidak tergantung pada AGTH
Gushing, disebut juga tes skrining, dan b) apabila tes {ACTH independent Cashing). Kadar AGTH plasma normal
skrining positif, maka dilanjutkan dengan tes untuk <5 pg/mL Pada umumnya apabila ditemukan kadar AGTH
menentukan penyebab sindrom Gushing.^ Skrining untuk yang tinggi >10 pg/mL menunjukkan sindrom Gushing
menentukan sindrom Gushing dapat dilakukan dengan tergantung AGTH. Walaupun bukti klinis memperlihatkan
beberapa cara yaitu peneriksaan kadar kortisol dari air kadar AGTH plasma jauh lebih tinggi pada tumor ektopik
266
TES FUNGSI PENYAKIT KELENJAR ANDRENAL
267
24 jam KB * air seni (s 2 tes) Tes DXM** 1-mg Kortisol cairan air liur (> tes)
Apabila ada hasil yang tidak normal Normal (Tidak mungkin SC)
Abnormal Normal
Sindrom Gushing
dibandingkan adenoma hipofisis, masih perlu tes lain Inferior petrosal sinus sampling (IPPS) ^
yang membedakan antara keduanya. Dalam hal demikian Manfaat tes ini untuk m e m b e d a k a n antara penyakit
pemeriksaan pencitraan sangat berperan. Gushing dan tumor ektopik apabila dengan pemeriksaan di
atas dan pencitraan MRI belum dapat membedakan antara
Tes Corticotropin-Releasing Hormone {CRH-testy keduanya. Darah vena dari kedua bagian hipofisis mengalir
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membedakan antara melalui inferior petrosal sinus. Dengan menggunakan
tumor ektopik dan tumor hipofisis. Tes dilakukan dengan kateter diambil contoh darah dari inferior petrosal sinus.
memberikan suntikkan intravena CRH sebanyak 1 pg/kg Pada ektopik tumor maka rasio ACTH antara kadar dari
berat badan pada pagi hari. Sebelum tes dilaksanakan, IPPS dan kadar plasma vena kurang dari 1,4:1,0 sedang
diperiksa terlebih dahulu kadar ACTH dan kortisol plasma pada penyakit Gushing rasio tersebut lebih tinggi yaitu
puasa, kemudian diambil kadar ACTH dan kortisol setiap 15 lebih tinggi dari 2:1.
menit selama satu atau dua j a m . Pada orang sehat setelah
suntikan CRH, kadar ACTH dan kortisol akan meningkat
masing-masing 15% dan 20%. Pada penyakit Gushing kadar PENYAKIT ADDISON
ACTH plasma akan meningkat >505 pg/ml dan kortisol
>20%, sedang pada tumor ektopik tidak ada perubahan. Penyakit Addison dikenal juga dengan nama insufisiensi
adrenokortikal primer, disebabkan oleh berbagai penyebab
Tes metyrapon^ antara lain penyakit autoimun, perdarahan adrenal, dan
Metyrapon menghambat enzim 11 b-hydroxylase yang infeksi seperti tuberkulosis. Pemeriksaan yang penting
berperan pada jalur pembentukkan kortisol sehingga kadar untuk menegakkan diagnosis penyakit Addison adalah^:
kortisol plasma menurun. Sebagai akibat dari menurunnya 1. Pemeriksan elektrolit yaitu kadar sodium rendah (90%)
kortisol plasma, maka akan terjadi mekanisme balik sedang kadar potassium meningkat (65%).
merangsang hipofisis melepaskan ACTH. Metyrapon secara 2. Tes stimulasi ACTH1
suntikkan intravena setiap 4 j a m selama 24 j a m . Pada Tes ini d i g u n a k a n s e b a g a i tes s k r i n i n g untuk
penyakit Gushing kadar ACTH plasma akan meningkat, m e m b u k t i k a n a p a k a h ada insufisiensi a d r e n a l .
sedangkan pada tumor ektopik tidak. Pada orang sehat pemberian suntikkan ACTH akan
268 LABORATORIUM KLINIK
meningkatkan kadar kortisol, sedangkan pada <30 tahun, dan hipertensi berat. Walaupun tidak semua
penyakit Addison tidak. Tes ini untuk nnembuktikan aldosteronisme primer ditemukan hipokalemia, tetapi
adanya insufisiensi adrekortikal, tetapi tidak untuk adanya hipokalemi harus dilanjutkan dengan pemeriksaan
membedakan sebab primer atau sekunder kadar konsentrasi aldosteron plasma (KAP) dan aktivitas
3. Kadar ACTH plasma^ renin plasma (ARP), biasanya diambil pada pagi hari antara
Setelah tes stimulasi ACTH perlu dibedakan antara j a m 8 . 0 0 - 10.00.
p e n y e b a b primer/ penyakit A d d i s o n dan p e n y e b a b Adanya kadar KAP yang tinggi biasanya >15 ng/
s e k u n d e r m a k a d i l a k u k a n p e n g u k u r a n kadar A C T H dL, d a n A R P r e n d a h y a i t u <1,0 n g / m L m e n u n j a n g
puasa. Pada penyebab primer kadar ACTH plasma puasa aldosteronisme primer Bila dilakukan rasio KAP-ARP maka
sangat meningkat mencapai >52 pg/mL, sedangkan pada rasio >20 ng/dL per ng/mL dianggap sangat mencurigakan
penyebab sekunder kadar ACTH plasma puasa tetap adanya aldoteronisme primer (gambar 2). Pada keadaan
normal yaitu 10 pg/mL bahkan dapat lebih rendah. demikian perlu dilanjutkan dengan tes konfirmasi.
Tes K o n f i r m a s i
ALDOSTERONISME PRIMER Dikenal dua jenis tes konfirmasi yaitu tes dengan sodium
oral dan tes infus salin intravena. Pada prinsipnya kedua
Sindrom aldosteronisme primer ditandai oleh tes itu untuk mengukur kadar aldosteron di urin dan
adanya hipertensi, supresi aktivitas plasma renin, dan plasma. Pada orang normal pemberian sodium akan
meningkatnya kadar aldosteron plasma. Dikenal dua menurunkan kadar aldosteron air seni atau plasma sedang
bentuk aldosteronisme primer yaitu akibat suatu adenoma pada hiperaldosteronisme primer tidak terjadi supresi
( s i n d r o m C o n n ) dan h i p e r a l d o s t e r o n i s m e idiopatik aldosteron
bilateral. Pendekatan diagnosis aldosteronisme primer
terdiri atas tiga tahap yaitu tes skrining, tes konfirmasi, Tes M e n c a r i P e n y e b a b
dan tes untuk mendeteksi penyebab.^^ Untuk mencari penyebab penting sekali pemeriksaan
pencitraan untuk mengetahui adanya a d e n o m a . Tes
Tes S k r i n i n g yang lebih sulit adalah dengan mengambil contoh darah
Adanya aldosteronisme primer harus dipikirkan pada dari masing-masing vena adrenal kanan dan kiri. Tes ini
keadaan-keadaan: hipertensi disertai hipokalemia, dimaksud untuk membedakan apakah penyakit bersifat
hipertensi yang resistan terhadap pengobatan dua atau unilateral atau bilateral.
tiga j e n i s obat, penderita hipertensi usia muda yaitu
Tes skrining
Pemeriksaan darah untuk:
- Kadar konsentrasi aldosteron plasma (KAP)
- Aktivitas renin plasma (ARP)
•
KAP(S15 ng/dL; > 416 pmol/L)
ARP (< 1.0 ng/mL/h)
dan
Rasio KAP-ARP >20 ng/dL per ng/mL/h (555 pmol/L per ng/mL/h)
Tes konfirmasi
FEOKROMOSITOMA
Tes s k r i n i n g
Tes skrining yang paling banyak dan yang paling baik
adalah pemeriksaan metanefrin di air seni 24 j a m ataupun
kadar dalam plasma.^^
Tes lama yaitu vanUylmandilic acid (VMA) di air seni
saat ini jarang digunakan lagi.
Tes K o n f i r m a s i
Tes supresi dengan menggunakan klonidin. Klonidin
adalah suatu obat antihipertensi yang menekan sekresi
norepinefrin dari saraf simpatik. Dengan demikian, kadar
norepinefrin dan normetanefrin akan menurun dalam
plasma. Pada penderita feokromositoma, normetanefrin
berasal dari tumor dengan demikian pemberian klonidin
tidak akan memengaruhi kadar normetanefrin dalam
darah
REFERENSI
Dalam berbagai rongga tubuh seperti rongga peritoneal, adalah infeksi hepatitis, steatohepatitis alkoholik dan non
pleura serta perikardial, terdapat sejumlah kecil cairan yang alkoholik. Sebagian kecil asites disebabkan oleh proses
terletak di antara 2 membran, yaitu membran viseralis dan nonhepatik dengan retensi cairan.
parietalis. Membran viseralis melapisi organ terkait yang Terdapat beberapa teori terjadinya asites, terutama
ada dalam rongga sedangkan membran parietalis melapisi pada penderita sirosis hati. Teori yang digunakan saat ini
rongga tersebut. Cairan yang terletak dalam rongga umumnya adalah gabungan dari berbagai teori sebelumnya,
tersebut disebut sebagai cairan serosa yang berfungsi yaitu adanya dilatasi arterial perifer Sebelumnya dikenal
sebagai pelumas antar 2 permukaan membran untuk adanya teori underfiU dan overflow. Prosesnya dimulai
mempermudah pergerakan organ dalam rongga tersebut. dengan terjadinya hipertensi portal, peningkatan tekanan
Dalam keadaan normal hanya terdapat sejumlah kecil portal di atas critical threshold akan m e n y e b a b k a n
cairan karena produksi cairan dan reabsorpsinya berjalan peningkatan local splanchnic vasodilators, terutama nitrit
dengan seimbang. Bila terjadi ketidakseimbangan maka oksida, yang berakibat terjadinya vasodilatasi arteriolar
akan terdapat peningkatan jumlah cairan tersebut, efusi splanchnic. Hal itu akan m e n y e b a b k a n peningkatan
cairan yang berlebih itu dapat berupa cairan transudat t e k a n a n di kapiler, p e n i n g k a t a n p e r m e a b i l i t a s , dan
atau eksudat.^ penurunan volume arteri efektif. Akibatnya akan terjadi
peningkatan produksi cairan limf dan kompensasi berupa
aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron (RAAS),
ASITES susunan saraf simpatis dan hipersekresi dari hormone
antidiuretik sehingga akhirnya terbentuk asites.^'^
Asites berasal dari kata Yunani "askos" yang berarti Asites ringan mungkin tidak terlihat, tetapi asites berat
kantong, asites diartikan sebagai terkumpulnya cairan akan tampak sebagai distensi abdomen dan penderitanya
bebas secara patologik di rongga peritoneum. Asites mengeluh adanya rasa pertambahan beban di perut
menandakan suatu proses yang serius dan sebagian besar dan sesak. Pada pemeriksaan fisik asites dapat dideteksi
diakibatkan oleh proses kronis pada hati dan merupakan dengan terlihatnya pembesaran abdomen, adanya shifting
tanda adanya kerusakan hati lanjut. Asites seringkali dullness, dan fluid thrill daerah abdominal. Terdapat 3
dijumpai pada sirosis hati mengikuti terjadinya hipertensi gradasi asites, yaitu tahap 1 hanya dapat dideteksi dengan
portal. Selain itu, asites j u g a dijumpai pada penderita pemeriksaan ultrasonogram (USG) dan computerized
tumor atau keganasan seperi karsinomatosis peritoneal, tomography scanning (CT-scan), tahap 2 dideteksi dengan
keganasan hati, limfoma yang dapat mengakibatkan adanya pembesaran abdomen pada saat berbaring dan
terjadinya asites khilus, gagal j a n t u n g atau kelainan shifting dullness, dan tahap 3 jelas terlihat pembesaran
ginjal. Asites juga dapat disebabkan oleh kelainan bilier dan adanya fluid thrilU
atau pankreas, pascapembedahan abdomen serta infeksi. Cairan asites diperoleh dengan melakukan pungsi
Peritonitis bakterialis spontan merupakan suatu keadaan parasentesis. Parasentesis d i l a k u k a n untuk mencari
yang dapat menyertai asites yang telah ada. Sebagian penyebab asites, melakukan analisis terhadap cairan yang
besar penderita dengan asites j u g a menderita sirosis. diperoleh, mendeteksi adanya infeksi dini, serta sebagai
Di Amerika penyebab sirosis tersering yang dilaporkan bagian dari terapi. Parasentesis sebaiknya dilakukan pada
270
ANALISIS CAIRAN 271
semua penderita pada saat awitan asites serta semua sedangkan bila akibat trauma pungsi maka pada tabung
penderita asites yang di rawat inap. Parasentesis juga perlu yang awal akan mengandung lebih banyak darah. Trauma
diulang bila diduga terjadi infeksi dengan berbagai gejala pungsi dapat mengakibakan timbulnya bekuan bila tidak
yang timbul (rasa sakit di abdomen, peningkatan suhu digunakan p e n a m p u n g dengan antikoagulan. Warna
tubuh, ensefalopati, hipotensi, gagal ginjal, leukositosis, merah muda dapat disebabkan oleh j u m l a h eritrosit
dan lainnya). Kontraindikasi parasentesis antara lain >10.000/uL, sedangkan jumlah eritrosit yang lebih sedikit
adalah koagulopati berat, terdapatnya fibrinolisis atau DIC sering tidak menimbulkan warna, kadang dapat sedikit
{disseminated intravascular coagulation).^ memberi kekeruhan. Bila j u m l a h eritrosit >20.000/uL
Cairan asites dapat digolongkan menjadi cairan maka cairan akan tampak k e m e r a h a n . Bila dijumpai
transudat dan eksudat. Umumnya untuk membedakannya cairan dengan warna kemerahan umumnya dicurigai
dilakukan pemeriksaan SAAG {serum asites albumin adanya riwayat perdarahan sebelumnya, trauma, atau
gradient). Bila SAAG tinggi (>1,1 g/dL) dianggap asites keganasan.
adalah transudat, disebabkan oleh hipertensi portal K e k e r u h a n d i s e b a b k a n o l e h j u m l a h sel y a n g
Jika SAAG rendah (<1,1 g/dL) dianggap eksudat dan meningkat (>1.000/uL), warna dapat menjadi sangat
penyebabnya bukan hipertensi portal. Penyebab dari keruh bila jumlah sel >5.000/uL. Cairan asites dengan
transudasi (SAAG tinggi) terutama adalah sirosis, gagal warna keruh juga dapat diakibatkan oleh adanya lipid,
j a n t u n g , oklusi v e n a , p e r i k a r d i t i s s e r t a m a l n u t r i s i . bervariasi dari kekeruhan ringan hingga keruh seperti susu.
Penyebab dari adanya cairan eksudat (SAAG rendah) Kekeruhan biasa disebabkan oleh peningkatan trigliserida
antara lain adalah keganasan (primer atau metastasis), antara 200-1.000 mg/dL. Pada sebagian besar penderita
infeksi (tuberkulosis, spontaneous bacterial peritonitis/ sirosis umumnya cairan hanya mempunyai kekeruhan yang
SBP), pankreatitis, sindrom nefrotik serta berbagai kelainan sangat ringan. Warna kuning tua-kecoklatan pada cairan
lain.^'3 asites dapat diakibatkan peningkatan bilirubin, umumnya
bila terdapat perlukaan pada saluran bilier.^'*'^
Penilaian meliputi warna cairan, kejernihan, adanya bekuan MN (mononuklear). Bila terdapat banyak variasi sel lain
serta hal lain yang mungkin ada. Pada cairan transudat maka dilakukan hitung jenis leukosit sama seperti hitung
cairan tampak kekuningan, jernih tanpa adanya bekuan jenis sel darah.
atau darah. Warna menjadi lebih tua pada eksudat dan Pada cairan transudat akibat sirosis umunya dijumpai
bila terdapat netrofilia. Warna kemerahan disebabkan jumlah sel <500/uL, jumlahnya dapat agak meningkat
adanya darah, dapat berupa asites hemoragik attau akibat bila penderita sedang mendapat diuretik. Dominasi sel
prosedur parasentesis. Bila disebabkan asites hemoragik terutama adalah limfosit, j u m l a h PMN biasa <250/uL
maka warna cairan di semua tabung penampung sama, dan j u m l a h ini dianggap sebagai batas cut off dalam
LABORATORIUM KLINIK
m e n e n t u k a n a d a n y a i n f e k s i . Pada proses inflannasi U/L. Bila dicurigai adanya perforasi kandung empedu atau
dan infeksi akan terjadi peningkatan j u m l a h sel. SBP salurannya, maka dapat ditemukan kadar bilirubin cairan
merupakan penyebab tersering kenaikan jumlah sel total yang lebih besar dibanding kadar bilirubin serum. Pada
maupun PMN. Jumlah PMN pada SBP dapat mencapai dugaan adanya khilus dilakukan pemeriksaan kolesterol
70%jumlah total sel. Pada tuberkulosis dan karsinomatosis dan trigliserida cairan dibandingkan terhadap serum.
peningkatan sel umumnya didominasi sel limfosit atau Bila terdapat kontaminasi dengan khilus maka kadarnya
MN. Pada pemeriksaan hitung jenis dapat dijumpai sel meningkat melebihi kadar dalam serum. Pemeriksaan pH
lain seperti mesotel, makrofag, sel plasma, eosinofil serta cairan < 7,3 lebih mengarah pada eksudat.^
sel atau kelompok sel yang berbentuk tidak beraturan dan Pemeriksaan lain yang j u g a sering dilakukan pada
dicurigai ganas. ^''•^ penderita dengan asites adalah pemeriksaan hematologi
lengkap, hemostasis termasuk D-Dimer dan elektrolit.
Pemeriksaan Kimiawi Beberapa peneliti juga memeriksa penanda tumor dari
Dahulu penentuan transudat dan eksudat dilakukan cairan asites, yaitu AFP dan CEA, atau ADA untuk deteksi
dengan pemeriksaan Rivalta, yaitu meneteskan 1 tetes M. tuberculosis. ^'^'^
cairan ke dalam larutan akuadestilata yang diasamkan.
Bila pada tes Rivalta terbentuk kekeruhan maka dianggap Pemeriksaan Mikrobiologi
cairan m e n g a n d u n g banyak protein dan merupakan Pemeriksaan mikrobiologi meliputi pemeriksaan terhadap
eksudat. Selain itu, dilakukan juga dengan pemeriksaan sediaan langsung dan biakan resistensi. Sediaan langsung
kadar protein cairan. Bila kadar protein total < 2.5 g/dL dipulas dengan pewarnaan Gram atau pewarnaan untuk
maka cairan tersebut dianggap transudat. Kedua cara bakteri tahan asam (Ziehl Neelsen) atau pemeriksaan PCR
ini sudah jarang digunakan. Untuk menentuan pakah untuk M. tuberculosis.'^
cairan asites tergolong transudat dan eksudat digunakan
m o d i f i k a s i dari kriteria Light. U n t u k itu d i l a k u k a n Pemeriksaan Sitologi
pemeriksaan kadar protein, glukosa, dan LDH dari cairan P e m e r i k s a a n sitologi c a i r a n asites d i p u l a s d e n g a n
dan serum kemudian dihitung rasionya. Kriteria Light yang Hematoksilin eosin atau pulasan Papanicolaou. Pemeriksaan
dimodifikasi menggunakan kriteria yang sama dengan terutama digunakan untuk mencari adanya keganasan baik
cairan pleura, yaitu cairan dianggap eksudat bila rasio primer atau metastases.^-^
protein cairan/serum >0,5, rasio glukosa cairan/serum
>0,6, dan LDH cairan/serum >0.6. Atau kadar LDH cairan
>200 U/L. Terdapat modifikasi dari beberapa peneliti REFERENSI
yang menambahkan pemeriksaan rasio kolesterol cairan/
serum >0,3 agar pemeriksaan lebih sensitif dan spesifik 1. R u n y o n B A . Ascites a n d spontaneous bacterial peritonitis. I n
untuk membedakan antara transudat dan eksudat. Cairan F e l d m a n M P , F r i e d m a n LS, Sleisinger M H . Gastrointestinal
a n d L i v e r Disease. Eds. 7 * ed. Saunders, Philadelphia
berupa eksudat bila kadar kolesterol cairan > 60 mg/dL.
2002:pp.l517-41.
Bila digunakan gabungan antara rasio protein dan LDH 2. T h r a l l M J , G i a m p o l i EJ. R o u t i n e r e v i e w o f ascites f l u i d f r o m
maka pemeriksaan dianggap mempunyai sensitivitas 100% p a t i e n t s w i t h c i r r h o s i s o r h e p a t o c e l l u l a r c a r c i n o m a is a l o w -
yield procedure: A n observational studv. C v t o j o u m a l 2009,
dan spesifisitas 7 1 % . Bila cairan hemoragik maka harus
6:16-8.
hati-hati dalam menggunakan pemeriksaan LDH sebagai 3. G l i c k m a n R M . A b d o m i n a l s w e l l i n g a n d ascites. I n K a s p e r
salah satu criteria menentukan eksudat."'^'^-^ D L , B r a v m w a l d E, Fauci A , Hauser SL, L o n g o D L , Jameson
JL. H a r r i s o n s p r i n c i p l e s o f i n t e r n a l m e d i c i n e . 1 6 * e d N e w
Pemeriksaan lain yang digunakan untuk membedakan Y o r k , M c G r a w Hill, 2005;pp.243-6.
transudat dan eksudat adalah perhitungan SAAG. SAAG 4. M o r e K P , W o n g F, Gines P ,b e m a r d i M , O c h s A , Salerno F ,
dihitung dengan rumus sebagai berikut: kadar albumin A n g e l i P , e t all. T h e M a n a g e m e n t o fAscites i n Cirrhosis:
Report o n the Consensus Conference o f the International
serum - kadar albumin cairan asites. Bila SAAG tinggi
Ascites Club. H e p a t o l o g i 2003;38:258-66.
(> 1,1 g/dL ) dianggap transudat dan bila SAAG rendah 5. K u i p e r JJ, D e M a n R A , B u u r e n H R . R e v i e w a r t i c l e :
(<1,1 g/dL ) d i a n g g a p e k s u d a t . Pemeriksaan SAAG m a n a g e m e n t o f ascites a n d associated complications i n
mempunyai ketepatan hingga 9 7 % untuk mendeteksi patients w i t h cirrhosis. A l i m e n t Pharmacol T h e r 2 6 (Suppl
2), 183-193.
adanya hipertensi portal.^•^'^
6. L i g h t R W . Pleural effusion. N E n g l J Med,2002; 346:1971-7.
Beberapa pemeriksaan tambahan dapat dilakukan 7. P a r a m o t h a y a n N S , B a r r o n J. N e w c r i t e r i a f o r t h e d i f f e r e n t i a t i o n
pada keadaan tertentu. Bila dicurigai adanya proses pada between transudates and exudates. J Clin Pathol 2002;55:69-
71.
pankreas maka dilakukan pemeriksaan amilase. Pada
transudat karena sirosis tanpa komplikasi, kadar amilase
sekitar 50 U/L, tetapi dalam keadaan pankreatitis akut
atau perforasi intestinal, amilase akan meningkat >2000
ANALISIS CAIRAN 273
CAIRAN PLEURA agak putih kekuningan kental, berisi sisa sel yang rusak
serta fibrin. ^-^
Cairan pleura terletak dalam rongga pleura yang dibatasi
oleh lapisan mesotelium pleura viseralis dan parietalis.
Rongga pleura dalam keadaan normal mengandung PEMERIKSAAN CAIRAN PLEURA
sedikit cairan yang berfungsi sebagai pelumas pergesekan
ke dua membran tersebut. Cairan pleura berasal dari Bahan Pemeriksaan
filtrasi kapiler dari pleura parietalis, diproduksi secara
Bahan pemeriksaan berupa caian pleura diperoleh dengan
terus menerus sesuai dengan tekanan hidrostatik, tekanan
melakukan thorakosentesis. Pungsi dilakukan di bagian
onkotik plasma, serta permeabilitas kapiler. Cairan ini akan
belakang rongga pleura di daerah interkostal 6, 7, atau
diabsorpsi kembali melalui saluran limf dan venula dari
8 pada garis midaksila. Akhir-akhir ini dianjurkan untuk
pleura viseralis. Bila terjadi ketidakseimbangan antara
melakukan torakosentesis selain atas dasar pemeriksaan
produksi cairan yang berlebih terhadap kemampuan
fisikjuga dengan bantuan ultrasonografi (USG), terutama
reabsorpsinya maka akan terjadi akumulasi cairan dan
pada efusi yang tidak terlalu banyak untuk menghindari
disebut sebagai efusi pleura. Umumnya cairan ini akan
terjadinya komplikasi serta k e g a g a l a n . P e n g g u n a a n
dibedakan menjadi cairan transudat dan eksudat.
USG juga dianggap sebagai standard dalam melakukan
Transudat biasanya terjadi bilateral karena gangguan torakosentesis pada efusi parapneumonik serta pada
sistemik y a n g m e n g a k i b a t k a n p e n i n g k a t a n tekanan pemasangan drainase.
hidrostatik atau adanya penurunan tekanan onkotik Sama seperti pada pengambilan bahan pemeriksaan
plasma. Penyebab efusi pleura dengan cairan transudat, untuk cairan lain, sebaiknya digunakan 3 buah penampung,
antara lain: gagal jantung, sirosis hepatis, sindrom nefrotik yaitu untuk pemeriksaan kimiawi dan imunologi, tabung
dan hipoproteinemia. Eksudat lebih sering terjadi unilateral dengan antikoagulan K 3 E D T A atau heparin untuk hitung
dihubungkan dengan gangguan lokal atau setempatyang dan analisis sel serta tabung steril atau tang biakan
mengakibatkan peningkatan permeabilitas vaskuler atau (misalnya botol Bactec, atau media aerob dan anaerob lain)
gangguan resorpsi limfatik. Penyebab cairan eksudat, untuk pemeriksaan mikrobiologi. Seringkali antikoagulan
antara lain: infeksi ( p n e u m o n i a , tuberkulosis, virus), mutlak diperlukan karena terdapat kemungkinan
neoplasma, limfoma, metastasis keganasan, mesotelioma, terbentuknya bekuan setelah pungsi cairan pleura karena
infark pulmoner dan berbagai proses inflamasi, lupus kadar fibrinogen atau proteinnya yang tinggi.Hal itu
eritematosus sistemik dan kelainan reumatoid. Cairan akan mengakibatkan j u m l a h sel atau hitung jenisnya
juga bisa berasal dari luar rongga pleura, antara lain pada tak dapat dilakukan. Untuk analisis cairan pleura j u g a
pankreatitis, ruptur esophagus dan urinothoraks.^^ diperlukan contoh sampel darah K 3 E D T A dan darah beku
Kelainan pada pleura seringkali sukar ditentukan untuk perhitungan rasio dalam menentukan jenis cairan
penyebabnya, begitu pula efusi pleura kadang sukar transudat atau eksudat. Biasanya pada thorakosentesis
diketahui penyebabnya. Pemeriksaan cairan pleura akan dapat diperoleh cukup banyak cairan. Sebaiknya cairan
m e m b a n t u mengetahui p e n y e b a b n y a , m e m b e d a k a n tersebut dikirim cukup banyakjumlahnya ke laboratorium
adanya inflamasi, infeksi, serta keganasan yang untuk dianalisis baik sitologi maupun mikrobiologi.^-^
menyebabkan efusi pleura atau efusi parapneumonik. Pemeriksaan analisis cairan pleura yang dilakukan
Terdapat beberapa jenis obat yang dapat menyebabkan meliputi protein t o t a l , laktat d e h i d r o g e n a s e ( L D H ) ,
efusi pleura seperti amiodaron, nitrofurantoin, fenitoin, a l b u m i n , a m i l a s e , pH dan g l u k o s a , hitung sel dan
metotreksat, penisilinamin, siklofosfamid. Efusi pleura diferensiasinya serta sitologi. Selain itu j u g a dilakukan
dapat berlanjut menjadi empiema, patogen yang sering pemeriksaan mikrobiologi termasuk pewarnaan Gram,
berperan adalah tuberkulosis, kuman anaerob, dan jamur. ADA, dan PCR untuk mengetahui adanya tuberkulosis.
Empiema juga dapat menyertai keganasan paru, limfoma, Kriteria yang digunakan untuk m e m b e d a k a n antara
atau metastasis e n d o b r o n k h i a l dan dapat berlanjut transudat dan eksudat menggunakan kriteria Light yang
menjadi piothoraks. Untuk deteksi kecurigaan ini perlu dimodifikasi, yaitu dianggap eksudat bila rasio protein
dilakukan pemeriksaan radiologik.^" cairan/serum >0,5, rasio LDH cairan dan darah >0,6, dan
Efusi parapneumonik adalah suatu efusi pleura yang kadar LDH cairan 2/3 jumlahnya di niiai batas atas LDH
disebabkan oleh pneumonia (baik community acquired serum atau dianalisis pula kadar kolesterol hasilnya >45
pneumonia hingga nosocomial pneumonia) atau abses mg/dL.
paru, dan biasanya menyebabkan efusi pleura eksudatif. Kriteria Light dianggap relatif baik untuk menentukan
Efusi p a r a p n e u m o n i k d i b e d a k a n menjadi 3 bentuk, transudat dan eksudat, meskipun dari beberapa laporan
yaitu bentuk parapneumonik tanpa komplikasi, dengan terdapat ketidaksesuaian. Pada keadaan tersebut perlu
komplikasi, dan empiema. Pada empiema cairan keruh dilakukan pemeriksaan albumin cairan dan serum. Bila
274 LABORATORIUM KLINIK
perbedaan antara albunnin cairan dan serum >1.2 g/dL diakibatkan adanya khilus akibat perlukaan pada duktus
maka dianggap cairan tersebut transudat. Bila dianggap thoraksikus atau merupakan pseudokhilus yang dijumpai
perlu dapat dilakukan pemeriksaan bilirubin cairan, lalu pada proses inflamasi kronis. Untuk membedakan adanya
dibandingkan dengan kadarnya di s e r u m . Dianggap khilus dilakukan ekstraksi dengan eter, bila terbentuk
transudasi bila perbandingannya <0,6.^''^ cairan yang jernih maka cairan tersebut adalah khilus. Bila
cairan yang mengandung khilus diwarnai dengan Sudan
III akan tampak positif sedangkan pada pseudokhilus
Tabel 1 . Perbedaan Transudat dan Eksudat
akan negatif Cairan pada khilothoraks mengandung
Parameter Transudat Eksudat
trigliserida yang meningkat tertapi tidak mengandung
Warna jernih keruh kristal kolesterol.^^
Berat jenis < 1.015 > 1.015
Protein total < 3.0 g/dL < 3.0 g/dL
Pemeriksaan Mikroskopik
Rasio protein cairan/serum < 0.5 > 0.5
Pada pemeriksaan mikroskopik dilakukan hitung sel. Jumlah
LDH (Laktat Dehidrogenase) < 200 lU > 200 lU
sel >1000/uL dianggap meningkat. Dilakukan hitung jenis
Rasio LDH cairan/serum < 0.6 > 0.6
untuk melihat adanya sel mononuklear (MN) yang terdiri
Jumlah sel < 1000 uL > 1000 uL
dari limfosit dan monosit, serta sel polimorfonuklear
Bekuan spontan Tak ada Kemungkinan
(PMN) yang berupa neutrofil. Pada infeksi tuberkulosis
ada
Kolesterol cairan < 55 mg/dL > 55 mg/dL akan dijumpai dominasi limfosit dan disertai adanya sel
plasma, sedangkan dominasi neutrofil dijumpai pada
infeksi bakteri lain. Limfositosis juga dapat dijumpai pada
Umumnya perbandingan protein dan LDH cairan keganasan, limfoma, sarkoidosis, khilothoraks dan penyakit
t e r h a d a p serum m e r u p a k a n p a r a m e t e r y a n g c u k u p rheumatoid. Eosinofil dapat meningkat pada keganasan,
baik untuk membedakan antara transudat dan eksudat. efusi parapenumonik, asbestosis, infark pneumonik, serta
Parameter yang digunakan untuk criteria Light adalah rasio infeksi parasit. Eosinofil perlu dilaporkan bila jumlahnya
protein cairan/serum >0,5, LDH cairan/serum 0,6 dan LDH mencolok. Pada parapneumonik dan empiema dapat
dijumpai peningkatan jumlah sel dengan morfologi sel
cairan > 2/3 batas atas nilai normal LDH serum . Beberapa
yang degeneratif dan seringkali sudah sukar dikenali.^^
peneliti juga menambahkan parameter kolesterol, gradien
albumin dan pH untuk memperbaiki sensitivitas dan Pada cairan pleura j u g a dapat dijumpai sel lain
spesifisitasnya terutama pada penderita yang mendapat seperti mesotel, makrofag, serta sel ganas. Mesotel
diuretika."^ berasal dari lapisan m e m b r a n pleura. Mesotel yang
reaktif berwarna lebih tua, dapat mempunyai inti lebih
Pemeriksaan Makroskopik dari satu dan biasanya dijumpai pada inflamasi. Mesotel
Sama seperti pada cairan serosa lain dilakukan penilaian yang berkelompok perlu dibedakan dengan sel ganas.
terhadap warna cairan, kejernihan, adanya bekuan serta Pada penyakit lupus eritematosus sistemik dapat dijumpai
kelainan lain yang mungkin tampak. Pada cairan pleura adanya sel LE di cairan pleura. Selain sel pada cairan
jenis transudat, cairan akan tampak kekuningan, jernih yang dicurigai juga perlu dilakukan pemeriksaan sitologi
tanpa adanya bekuan atau darah. Warna menjadi lebih untuk mencari sel abnormal seperti adanya keganasan
tua pada eksudat dan bila terdapat peningkatan jumlah atau metastasis sel ganas. Sel ganas umumnya memiliki
sel, misalnya pada infeksi. Warna kemerahan disebabkan membran sel yang iregular, sitolpasma dan inti yang
h e m o t h o r a k s atau t r a u m a pada saat pungsi cairan. mengalami moulding. Perlu dibedakan antara mesotelioma
Trauma pungsi dapat mengakibatkan timbulnya bekuan dengan adenokarsinoma. Dijumpainya sel mesotelioma
bila mengandung cukup banyak fibrinogen sehingga yang tak beraturan atau menampakkan morfologi yang
sebaiknya digunakan penampung dengan antikoagulan. abnormal perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan sitologi
Untuk membedakan antara hemothoraks pada perdarahan untuk kecurigaan mesotelioma maligna.
dengan trauma maka dilakukan pemeriksaan hematokrit
cairan dan darah, bila hematokrit cairan menyerupai Pemeriksaan Kimiawi
hematokrit darah maka dianggap terdapat hemothoraks Cairan pleura berasal dari hasil ultrafiltrasi plasma oleh
karena cairan yang terkumpul berasal dari perdarahan. karena itu komposisinya menyerupai p l a s m a . Selain
Pada perdarahan kronik akan terjadi efusi j u g a secara parameter protein dan LDH untuk membedakan transudat
kronik sehingga hematokrit akan menjadi lebih rendah. dan eksudat,parameter lain yang diperiksa adalah glukosa,
Cairan pleura yang keruh hingga berbentuk pus dapat pH dan amilase. Penurunan kadar glukosa dijumpai pada
disebabkan oleh adanya infeksi atau empiema. Cairan infeksi, tuberkulosis, serta inflamasi akibat rheumatoid
pleura yang sangat keruh seperti susu umumnya arthritis. Bila terdapat p e n u r u n a n pH menjadi <7,2
ANALISIS CAIRAN 275
Pemeriksaan Mikrobiologi
S a m a seperti pada cairan serosa lain, p e m e r i k s a a n
mikrobiologi meliputi pemeriksaan terhadap sediaan
langsung dan biakan resistensi mikroorganisme dan
terhadap kuman tuberkulosis. Sediaan langsung dipulas
dengan pewarnaan Gram atau pewarnaan untuk bakteri
tahan asam (Ziehl Neelsen) atau pemeriksaan PCR untuk
M. tuberculosis. Aspirasi yang berupa pus menandakan
terdapatnya empiema, bila penderita telah mendapat
terapi antibiotika sebelumnya maka mungkin saja hasil
kultur tidak tumbuh mikroorganisme. Untuk meningkatkan
hasil biakan sebaiknya cairan harus segera dimasukkan ke
dalam botol inokulasi untuk biakan dengan segera.
276 LABORATORIUM KLINIK
di ruang tersebut pada orang dewasa berkisar antara Pemeriksaan cairan otak meliputi pemeriksaan
140-170 mL dan 10-60 mL pada neonatus. Produksi makroskopik, mikroskopik, kimiawi, serologi, imunologi,
cairan terjadi melalui proses ultrafiltrasi akibat tekanan mikrobiologi serta pemeriksaan khusus lainnya.
hidrostatik sepanjang kapiler koroidal serta transpor aktif
sel epitelnya. Cairan otak berfungsi sebagai pembawa Pemeriksaan Makroskopik
nutrisi kejaringan saraf, membawa sisa hasil metabolisme Pada p e m e r i k s a a n m a k r o s k o p i k d i l a p o r k a n w a r n a ,
sel, m e m b e n t u k bantalan untuk menjaga otak serta kejernihan serta kelainan lain yang tampak seperti adanya
medulla spinalis dari trauma. Lapisan sel yang melapisi bekuan, endapan, serta keadaan lainnya. Cairan otak
rongga cairan terdiri dari endotel kapiler dan pleksus normal tak berwarna dan jernih seperti air Cairan berwarna
koroid. Antar sel terdapat suatu tight junction yang akan kemerahan dan sedikit keruh bila terdapat perdarahan,
menghambat makromolekul seperti protein, lipid dan kekeruhan dapat disebabkan juga oleh peningkatan jumlah
molekul lain untuk masuk ke dalamnya. Hal ini dikenal leukosit. Cairan sangat keruh atau seperti susu dapat
sebagai blood brain barrier atau sawar otak. Komposisi disebabkan peningkatan protein atau lipid di dalamnya.
cairan otak tidak sama seperti plasma karena adanya Warna xantokhrom dapat disebabkan oleh perdarahan
transpor aktif dari beberapa substansi.^'^ dan kemudian terjadi degradasi eritrosit. W a r n a n y a
bervariasi dari agak merah muda ( o k s i h e m o g l o b i n ) ,
agak j i n g g a akibat hemolisis atau kekuningan akibat
perubahan oksihemoglobin mejadi bilirubin. Penyebab
PEMERIKSAAN CAIRAN OTAK
warna xantokhrom lain adalah peningkatan kadar bilirubin,
Bahan Pemeriksaan pigmen karoten, peningkatan protein yang tinggi, pigmen
melanoma serta juga dapat dijumpai pada fungsi hati yang
Cairan otak biasa diperoleh dengan pungsi lumbal, sisternal
kurang baik pada neonatus.^"^
atau lateral servikal. Untuk pungsi lumbal dilakukan antara
vertebra lumbal 3-4 atau lumbal 4-5. Tindakan harus hati- Warna kemerahan pada cairan otak harus dibedakan
hati dan memperhatikan tekanan intrakranial serta tak apakah berasal dari trauma pungsi atau memang terdapat
boleh mencederai jaringan saraf. Sebaiknya digunakan perdarahan otak. Pada perdarahan akibat trauma pungsi
manometer utuk mengukur tekanan sebelum dilakukan maka jumlah darah tidak homogen pada ketiga tabung.
pengambilan cairan otak. Dalam keadaan normal pada Tabung pertama akan mengandung lebih banyak darah
d e w a s a t e k a n a n berkisar antara 9 0 - 1 8 0 m m , dapat dibandingkan tabung ke tiga3. Cairan dengan trauma
mencapai 250 mm pada pasien o b e s e . Peningkatan pungsi cenderung lebih sering membentuk bekuan. Warna
tekanan >250 mm air dapat disebabkan oleh meningitis, xantokhrom seringkali disebabkan adanya perdarahan
perdarahan intrakranial dan tumor. Bila tekanan >200 mm yang telah berlangsung lebih dari 2 j a m sebelumnya.
maka sebaiknya maksimal hanya dikeluarkan 2 mL cairan Kontaminasi dengan darah hingga 200-300 uL darah
saja. Pengambilan cairan harus dihentikan bila tekanan seringkali masih menampakkan cairan yang jernih.^-"*
menurun sebesar 50% dari tekanan awal. Penurunan
tekanan dapat dijumpai pada blok spinal-subarakhnoid, Pemeriksaan Mikroskopik
dehidrasi, kolaps sirkulasi, dan kebocoran cairan otak. Pemeriksaan mikroskopik meliputi hitung sel dan hitung
278 LABORATORIUM KLINIK
jenis sel. Sel yang dilaporkan adalah junnlah leukosit, elektroforesis protein untuk melihat fraksinya. Dalam
bila jumlah eritrosit cukup banyak maka jumlahnya juga keadaan normal cairan otak hanya sedikit sekali
dilaporkan. Sebaiknya cairan diperiksa sebelum 30 menit mengandung protein karena cairan tersebut merupakan
dari sejak pungsi, sebelum terjadi lisis dari sel. Pada ultrafiltrasi selektif dari plasma. Jumlah protein normal
pemeriksaan cairan otak sebaiknya juga disertai contoh berkisar antara 15-45 mg/dL, jumlah yang sedikit lebih
darah dengan antikoagulan K 3 E D T A untuk melakukan tinggi dijumpai pada bayi dan orang tua. U m u m n y a
perbandingan bila terjadi trauma pungsi atau bila dijumpai fraksi protein yang dapat dijumpai sama dengan fraksi
adanya sel abnormal seperti bias. Cairan otak dewasa protein plasma, kekhususan pada cairan otak adalah
normal mengandung 0-5 sel/ uL, pada anak jumlahnya adanya protein tau. pada analisis pemeriksaan cairan otak
lebih tinggi, pada neonatus dapat mencapai 30 sel/uL. sebaiknya disertakan juga sampel dari serum agar dapat
Pemeriksaan jumlah sel umumnya tak dapat mengunakan dilakukan perbandingan.^
alat hitung otomatik dan untuk menghitungnya digunakan Pemeriksaan protein total cairan otak dilakukan
kamar hitung konvensional.^^ dengan reaksi warna atau dengan metode turbidimetri.
Pemeriksaan hitung jenis sebaiknya menggunakan Hasil pemeriksaan protein yang sedikit meningkat dapat
sediaan y a n g dibuat d e n g a n alat sitospin s e h i n g g a disebabkan oleh rembesan protein susunan saraf pusat
penyebaran dan morfologi sel tetap baik. Sediaan hitung tetapi peningkatan protein yang nyata menandakan adanya
sel dipulas dengan pewarnaan Wright dan dilakukan hitung kerusakan pada sawar otak, produksi imunoglobulin pada
sel dengan membedakan sel PMN (polimorfonuklear) sistem saraf pusat, berkurangnya bersihan protein, serta
dan MN (mononuklear). Bila terdapat banyak variasi sel degenerasi dari susunan saraf pusat. Penyebab tersering
lain maka dilakukan hitung jenis leukosit sama seperti dari kerusakan sawar otak adalah karena meningitis
hitung jenis sel darah. Sel yang sering dijumpai adalah dan perlukaan yang m e n g a k i b a t k a n perdarahan.
sel limfosit dan monosit (MN) dan kadang dapat dijumpai Beberapa kelainan neurologis juga dapat mengakibatkan
netrofil (PMN). Pada anak lebih sering dijumpai limfosit peningkatan protein. Pungsi cairan otak traumatik juga
sedang pada orang dewasa monosit. Pada inflamasi dan akan menyebabkan peningkatan protein cairan disertai
infeksi akan terjadi peningkatan jumlah leukosit dan bila adanya peningkatan j u m l a h komponen selnya. Dapat
jumlahnya sangat meningkat disebut sebagai pleositosis. d i l a k u k a n koreksi hasil pada pungsi t r a u m a t i k bila
Dapat dijumpai adanya eosinofil, sel plasma, dan makrofag. pengiriman cairan otak disertai dengan pengiriman sampel
Sel abnormal yang dapat dijumpai, antara lain sel ganas, darah dengan antiakoagulan dan serum.^
sel granulosit imatur hingga sel bias pada leukemia. Bila Selain pemeriksaan protein total cairan otak, j u g a
peningkatan sel didominasi oleh PMN maka dicurigai dapat d i l a k u k a n p e m e r i k s a a n fraksi protein seperti
adanya meningitis yang disebabkan oleh bakterial dan pemeriksaan albumin, IgG serta pemeriksaan elektroforesis
bila d o m i n a s i n y a MN maka d u g a a n n y a meningitis protein untuk melihat fraksi lainnya. Pemeriksaan ini
viral, tuberkulosa atau parasitik. Pada sklerosis multipel dilaporkan dalam bentuk rasio terhadap kadarnya dalam
dijumpai dominasi limfosit dengan j u m l a h sel kurang serum. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk menunjang
dari 25 sel/uL. Adanya makrofag yang memfagositosis diagnosis adanya berbagai kelainan neurologis. Pada
eritrosit menandakan kemungkinan riwayat perdarahan penderita slerosis multipel akan dijumpai peningkatan
sebelumnya atau adanya sepsis. Peningkatan eosinofil fraksi IgG. Untuk m e m b e d a k a n apakah peningkatan
sering dijumpai sebagai reaksi terhadap adanya parasit tersebut merupakan produksi dari susunan saraf pusat
serta intracranial shunt malformation. Adanya limfosit maka dihitung rasio antara IgG/albumin dan IgG indeks.
reaktif dan limfosit berbentuk plasmositoid dijumpai IgG indeks= (IgG cairan/serum)/(albumin cairan/
pada infeksi viral serta sklerosis multipel. Pada hitung albumin serum)
j e n i s j u g a perlu d i l a p o r k a n pula benda lain seperti
Dalam keadaan normal IgG indeks lebih kecil dari 0,6
adanya bakteri intraseluler, jamur, ragi, dan Cryptococcus.
sedangakan pada multiple sclerosis IgG indeks > 0,77.
Untuk konfirmasi adanya Cryptococcus dapat dilakukan
Selain itu pada elektroforesis dapat dijumpai adanya
pembuatan sediaan basah dengan pulasan tinta India,
band oligoklonal y a n g tidak dijumpai dalam serum
terlihat gambaran yang khas berupa lingkaran halo tak
penderitanya. Band oligoklonal dapat pula dijumpai pada
berwarna dari kapsulnya.^"
beberapa kelainan lain seperti AIDS, tetapi band ini dapat
dijumpai juga di serum. Pada penderita sklerosis dapat
Pemeriksaan Kimiawi Cairan Otak dilakukan monitoring kadar myelin basic protein (MBP)
P e m e r i k s a a n kimiawi y a n g sering d i l a k u k a n a d a l a h yang ada dalam cairan otak. Protein ini juga dilaporkan
p e m e r i k s a a n protein t o t a l , g l u k o s a , dan elektrolit. meningkat pada sindrom Guillian-Barre.^^
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan Fraksi protein lain yang dapat dianalisis adalah a-^-
albumin, fraksi protein seperti transferin, imunoglobulin. makroglobulin (A2M) yang meningkat pada kerusakan
ANALISIS CAIRAN 279
yang terdapat di rongga sendi. Cairan sendi berasal dari meningkat. Cairan pleura yang sangat keruh seperti susu
ultrafiltrasi plasma melalui membran sinovial ditambah umumnya diakibatkan adanya kristal.
dengan sekresi sel sinovial berupa suatu mukopolisakarida
yang m e n g a n d u n g asam hialuronat dan protein. Pemeriksaan Viskositas
Ultrafiltrasi tidak bersifat selektif, kecuali untuk protein Cairan sendi lebih kental karena adanya polimerisasi
b e r m o l e k u l besar, s e h i n g g a dalam keadaan normal asam hialuronat. Arthritis akan menyebabkan viskositas
komposisi cairan sendi menyerupai komposisi plasma. berkurang. Pemeriksaan viskositas dilakukan dengan cara,
Cairan sinovial membawa nutrisi bagi sendi, terutama di antara lain melihat kemampuan cairan sendi meregang
permukaan yang bergerak. Dalam keadaan normal cairan bila diteteskan. Dalam keadaan normal panjangnya dapat
sinovial berjumlah < 3.5 mL, jumlahnya akan meningkat mencapai 4-6 cm. Dapat juga dinilai dengan mucin clot
bila terjadi inflamasi dan infeksi serta proses lain di test, kemampuan cairan untuk membentuk bekuan yang
sendi. Cairan synovial berada di setiap sendi tetapi untuk baik pada pH asam. Dilaporkan sebagai bekuan yang baik,
mengambil sampel cairan biasa dilakukan pungsi dari sedang, buruk serta tidak membentuk bekuan. ^-^
sendi lutut. Analisis cairan sendi dilakukan untuk mencari
penyebab kelainan yang ada.^^ P e m e r i k s a a n M i k r o s k o p i k ^-^
Cairan sendi kadang terlalu kental sehingga terdapat
kesulitan untuk melakukan hitung sel serta hitung jenis
PEMERIKSAAN CAIRAN SENDI selnya. Dilakukan hitung leukosit dan eritrosit serta sel lain
yang banyak dijumpai. Hitung sel harus segera dilakukan
Bahan Pemeriksaan <1 j a m pasca aspirasi karena setelah itu netrofil akan
Bahan pemeriksaan berupa caian sinovial diperoleh mengalami degenerasi dan menyebabkan j u m l a h n y a
dengan melakukan arthrosentesis, aspirasi dengan jarum berkurang. Dalam keadaan normal dapat dijumpai hitung
di rongga sendi. Arthrosentesis dilakukan paling sering sel leukosit <200 sel/uL. Jumlah leukosit akan sangat
di sendi lutut. Sebaiknya bahan aspirasi d i t a m p u n g meningkat hingga 100.00 sel/uL pada infeksi berat.
dalam 3 buah tabung, yaitu untuk pemeriksaan kimiawi Pada hitung j e n i s cairan sendi normal dijumpai
dan imunologi, tabung dengan antikoagulan K3EDTA predominasi sel mononuklir seperti limfosit, monosit
cair atau heparin untuk hitung dan analisis sel serta makrofag, dan sel sinovial. Jumlah netrofil < 2 5 % jumlah
tabung steril atau media inokulasi (misalnya botol Bactec, sel total. Peningkatan jumlah netrofil menandakan adanya
atau media aerob dan anaerob lain) untuk pemeriksaan arthritis septik, sedangkan peningkatan sel mononuklear
mikrobiologi. Seringkali mutlak diperlukan antikoagulan m e n a n d a k a n a d a n y a p r o s e s n o n - i n f l a m a s i . Perlu
karena terdapat k e m u n g k i n a n t e r b e n t u k n y a bekuan dilaporkan adanya eosinofil, sel LE (Lupus eritematosus),
setelah aspirasi karena kadar fibrinogen yang tinggi. Hal sel Reiter dan sel RA (rheumatoid arthritis) atau adanya
ini akan mengakibatkan jumlah sel atau hitung jenisnya Ragosit. Untuk memperoleh gambaran dan penyebaran
tak dapat dilakukan. Untuk analisis cairan sinovial j u g a yang baik, maka pembuatan sediaan hitung jenis dilakukan
diperlukan contoh sampel darah beku dan kadang darah dengan mengunakan sitosentrifugasi. Pada trauma juga
dengan K3EDTA. '-^ dapat dijumpai adanya butir lemak.
Pemeriksaan cairan sendi meliputi p e m e r i k s a a n Pada p e m e r i k s a a n mikroskopik j u g a d i p e r l u k a n
makroskopik, mikroskopik, viskositas, identifikasi kristal, identifikasi kistal untuk mendiagnosis adanya crystal
kimiawi, sero-imunologi dan mikrobiologi. Induced arthritis. Pemeriksaan kristal harus dilakukan
sesegera mungkin karena kristal mudah berubah dengan
Pemeriksaan Makroskopik a d a n y a p e r u b a h a n suhu atau p H . Bila cairan sendi
Pada cairan sinovia dilakukan penilaian terhadap warna disimpan di lemari es akan terjadi peningkatan kristal
cairan, kejernihan, adanya bekuan serta kelainan lain m o n o s o d i u m u r a t n y a . Kristal y a n g u m u m dijumpai
yang mungkin tampak. Pada keadaan normal, cairan akan dalam cairan sendi adalah monosodium urat (asam urat)
tampak kuning muda, jernih tanpa adanya bekuan atau yang dijumpai pada gout, sedangkan kristal kalsium
darah. Warna menjadi lebih tua bila terdapat inflamasi, pirofosfat dijumpai pada pseudogout. Selain itu juga dapat
infeksi dengan peningkatan jumlah sel. Warna kemerahan dijumpai kristal kolesterol, apatit, kalsium oksalat serta
disebabkan trauma pada saat pungsi cairan atau gangguan kristal kortikosteroid pada penderita yang diberi injeksi
koagulasi. Trauma pungsi dapat mengakibakan timbulnya kortikosteroid. Bila pada aspirasi menggunakan sarung
bekuan bila m e n g a n d u n g cukup banyak fibrinogen tangan yang mengandung bedak kadang dapat dijumpai
s e h i n g g a sebaiknya d i g u n a k a n p e n a m p u n g d e n g a n artefak kristal talkum. Bila kristal didiamkan lama dalam
antikoagulan. Cairan sendi yang keruh hingga berbentuk udara terbuka dapat terbentuk tambahan kistal kalsium
pus d a p a t d i s e b a b k a n o l e h a d a n y a l e u k o s i t y a n g fosfat.
ANALISIS CAIRAN 281
Pemeriksaan Kimiawi
Cairan sendi berasal dari hasil ultrafiltrasi plasnna oleh
karena itu komposisinya menyerupai plasma. Dilakukan
analisis glukosa cairan, laktat, protein dan asam urat. Kadar
glukosa cairan menurun pada arthritis septik atau adanya
infeksi. Dalam keadaan normal perbedaan glukosa cairan
dan plasma tidak lebih dari 10 mg/dL. Pemeriksaan laktat
dengan hasil <7,5 mmol/L dianggap dapat menyingkirkan
adanya arthritis septik, sedangkan kadar >7,5 mmol/L
d a p a t d i j u m p a i pada a r t h r i t i s septik atau a r t h r i t i s
rheumatoid. Pada keadaan normal, protein molekul besar
tidak difiltrasi sehingga kadar protein normal <3 g/dL.
Peningkatan protein dijumpai pada inflamasi atau keadaan
hemoragik. Pemeriksaan asam urat cairan dilakukan untuk
mengetahui peningkatannya terutama bila kristal urat tak
dapat ditemukan secara mikroskopik.^^
Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologi dilakukan untuk mengetahui adanya
proses imunologik dan inflamasi. Pemeriksaan terhadap
faktor rheumatoid dapat dilakukan di cairan maupun
plasma, begitu juga pemeriksaan untuk serologi terhadap
lupus eritematosus. Pemeriksaan CRP, prokalsitonin,
komplemen cairan serta berbagai sitokin dilakukan untuk
mengetahui adanya proses septik dan imunologik. ''^
Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi meliputi pemeriksaan tuntuk
mencari penyebab inflamasi dan infeksi. Pemeriksaan
dilakukan terhadap sediaan langsung dan biakan resistensi
mikroorganisme, baik terhadap kuman tuberkulosis,
jamur, viral maupun bakteri lain. Sediaan langsung dipulas
dengan pewarnaan Gram atau pewarnaan untuk bakteri
tahan asam (Ziehl Neelsen) atau pemeriksaan PCR untuk M.
tuberculosis. Untuk meningkatkan hasil biakan sebaiknya
cairan harus segera dimasukkan ke dalam botol inokulasi
untuk biakan dengan segera. Kadang dilakukan inokulasi
untuk mencari Neisseria dan Hemophilus. ^"^
REFERENSI
282
PENANDA TUMOR DAN APLIKASI KLINIK 283
Tabel 1. Molekul atau Bahan yang Dapat atau Memungkinkan untuk Diukur Alat Ukur Serta Kelainannya sebagai Petanda
Tumor (dikutip : 14)
Molekul atau Kelainan apa yang Bagaimana bentuk Apa reagen yang Bagaimana Apa yang
proses apa yang dapat dideteksi pengukuran? digunakan? persyaratannya? dipertimbangkan
diukur? dalam pengukuran? sebagai hasil
positif?
Gen Amplifikasi, delesi, Southern, CDGE, Pro6e(panjang Stringency, dll Tergantung tes,
mutasi, dll SSCPE, PCR/ penuh, pasrial, kemungkinan
sekuens, dll sekuens primer, beragam
dll)
RNA Ekspresi berlebihan, Nothern, reverse Sama dengan di Sama dengan di Sama d e n g a n di
mutasi, dll PCR, hibridisasi in atas atas atas
situ
Produk ( protein, Ekspresi berlebihan, ELISA, EIA,RIA,IRMA, Antibodi poli- Konsentrasi dari Sama d e n g a n di
karbohidrat, glikosilasi abnormal, imunohisto-kimia klonal, antibody reagen, langsung atas
lemak, dll) lokasi seluler (imunoperoksidase, monoclonal, vs tidak langsung,
abnormal, dll fluoresensi, dll) ligan, dll dll
Salah satu langkah penting untuk identifikasi dan fosfatase, alkali fosfatase, amilase, kreatin kinase,
mennastikan manfaat suatu PT adalah merancang suatu gamma glutamyl transferase, laktat dehidrogenase,
bentuk tersendiri yang layak dan sesuai. Salah satu dan deoksinukleotidil transferase.
fornnat yang baik untuk tersebut adalah yang dirancang 2. Reseptor j a r i n g a n . Reseptor j a r i n g a n merupakan
oleh ASCO yang disebut T M U G S {The Tumor Marker protein yang berkaitan dengan membran sel. Reseptor
Utility Grading System). Masing-masing PT ditentukan ini berikatan dengan hormon dan faktor pertumbuhan
penggunaan kliniknya berdasarkan LOE {Level of evidence), serta mempengaruhi kecepatan pertumbuhan tumor
dimana LOE I merupakan PT yang didukung oleh desain Beberapa reseptor petanda tumor yang penting
y a n g terbaik, sedangkan LOE V merupakan PT yang adalah reseptor estrogen reseptor p r o g e s t e r o n ,
dukungan buktinya paling minimal. Sesuai dengan sistem reseptor interleukin-2, dan epidermal growth factor
ini, PT ideal seharusnya didukung oleh rancangan disain receptor (EGFR).
studi yang prospektif, dengan kekuatan {power) yang 3. A n t i g e n . Antigen onkofetal adalah protein yang
memadai, terandomisasi dan secara spesifik menilai aspek terbuat dari gen yang memiliki aktivitas tinggi saat
penggunaan dari PT yang diperiksa, apakah sebagai masa pertumbuhan fetal, namun berfungsi sangat
penanda prognosis, prediktif atau lainnya.^""'^^ minimal saat masa setelah kelahiran. Petanda tumor
Demikian halnya dalam melaporkan hasil studi perlu yang penting dalam kelompok ini adalah alfa feto
dilakukan strandardisasi mengenai elemen yang penting protein (AFP), antigen karsinoembrionik (CEA), antigen
dari sebuah PT yaitu: kegunaan kliniknya, kekuatan dari spesifik prostat (PSA), cathespin D, HER-2/neu, CA-
PT yang bersangkutan dan reliabilitasnya. Untuk ini 125, CA-19-9, CA-15-3, dan lainnya.
telah dikembangkan suatu format laporan yang disebut 4. Onkogen. Beberapa petanda tumor adalah produk
REMARK {reporting recommendation for tumor marker dari onkogen, yang merupakan gen yang berperan
prognostic studies) oleh NCI-EORTC. Dalam guidelines ini aktif dalam masa fetal dan mencetuskan pertumbuhan
perlu di tetapkan tujuan dari studi, identifikasi dengan tumor saat gen ini teraktivasi pada sel matur Beberapa
jelas populasi pasien dan kontrol, end-point d a n studi dan onkogen penting contohnya adalah BRAC-1, myc,
faktor - faktor pengganggu yang potensial yang mungkin p 5 3 , g e n RB ( r e t i n o b l a s t o m a ) , dan kromosom
ada (3,22). Philadelphia.
Penanda tumor yang ideal adalah PT yang sangat 5. Hormon. Kelompok terakhir dari petanda tumor ini,
spesifik artinya dia hanya ada pada tumor tersebut termasuk kelompok hormon yang secara normal
dan j u g a perlu sensitifitas ^ a n g tinggi artinya dapat disekresi oleh jaringan yang mengalami perubahan
mendeteksi tumor pada kondisi pra-kanker. Akan tetapi malignansi, di mana hormon ini juga diproduksi oleh
sampai saat ini belum ada satupun PT yang ideal dan j a r i n g a n yang secara normal tidak menghasilkan
pemeriksaan hanya satu jenis PT tidak dapat dipakai hormon (produksi ektopik). Beberapa hormon yang
sebagai pegangan untuk diagnosis suatu tumor oleh terkait dengan proses malignansi adalah adrenal
karena: 1. kadar PT dapat meningkat pada penderita tanpa cortico tropic hormon (ACTH), kalsitonin, katekolamin,
kanker; 2. kadar PT tidak meningkat pada setiap penderita gastrin, human chorionic gonadotropin (hCG) dan
kanker, lebih-lebih pada kanker stadium dini; 3. banyak prolaktin.
PT meningkat kadarnya pada berbagai jenis tumor Akan
Keuntungan dari penggunaan petanda tumor: '^^
tetapi kadar PT akan sangat berguna apabila digunakan
Memberikan lebih banyak informasi tentang penyakit
bersama-sama dengan pemeriksaan rontgen dan tes darah
dan memungkinkan untuk penyesuaian pengobatan
lainnya untuk menegakkan diagnosis kanker pada individu
yang digunakan, termasuk dalam mencapai
yang diketahui mempunyai risiko tinggi untuk kanker."-^^
peningkatan efikasi dan survivaL
Mencegah efek samping dari pemberian terapi yang
tidak diperlukan.
JENIS PETANDA TUMOR
Melakukan cara diagnostik yang kurang invasif.
Meningkatkan kualitas hidup
Banyak macam penggolongan yang dapat ditemukan
Mengurangi biaya
mengenai jenis dan macam PT, tapi pada dasarnya ada
5 jenis PT yaitu : Kelemahan yang potensial dari menggunakan petanda
1. Enzim. Beberapa enzim yang terdapat di beberapa tumor^'29
jaringan kadarnya akan meningkat dalam plasma Variasi hasil dan juga interpretasinya dari berbagai
bila terjadi keganasan y a n g melibatkan j a r i n g a n metode pemeriksaan
tersebut. Beberapa contoh enzim yang kadarnya Rendahnya reliabilitas
m e n i n g k a t pada kasus k e g a n a s a n a d a l a h a s a m Protein dan atau protein yang dimodifikasi sangat
PENANDA TUMOR DAN APLIKASI KLINIK
285
bervariasi pada tiap individu, diantara beberapa tipe kanker hepatoseluler. Kadar normal AFP tidak lebih dari 20
sel, dan bahkan pada sel yang sama sekalipun yang ng/ml, kadarnya meningkat sesuai dengan peningkatan
mengalami stimulus yang berbeda atau stadium ukuran tumor
penyakit y a n g b e r b e d a . Jadi sangat sulit untuk
mengetahui apakah nilai/ kadar yang diperoleh dari Carcino Embryonic Antigen (CEA)
individu adalah sesuatu yang akurat dan nilai/ kadar CEA diproduksi selama perkembangan bayi dan setelah
pada tiap pasien yang menunjukkan adanya suatu lahir produksi CEA akan berhenti dan tak terdeteksi
abnormalitas. pada orang dewasa normal. CEA ditemukan pertama
Sel normal seperti sel kanker memproduksi banyak kali pada a d e n o k a r s i n o m a kolon pada t a h u n 1965.
petanda tumor CEA dimetabolisme di hepar dengan half-life sekitar
Petanda tumor tidak selalu muncul pada kanker 1-8 hari. Beberapa penyakit hati dan obstruksi biliaris
stadium awal. akan m e n g h a m b a t klirensnya sehingga akan terjadi
Petanda t u m o r dapat muncul pada kondisi non peningkatan kadar CEA.^^ CEA adalah PT yang digunakan
malignansi. untuk penderita dengan kanker kolorektal. Kadar diatas
Pasien dengan kanker biasa saja tidak mengalami 5 u/ml sudah dianggap abnormal. Kadar yang tinggi j u g a
peningkatan petanda tumor pada sampel darahnya. dijumpai pada kanker paru, payudara, pankreas, tiroid, hati,
Bahkan pada petanda tumor kadarnya tinggi, serviks dan kandung kemih. Dalam kondisi normal kadar
petanda tumor belum tentu cukup spesifik untuk CEA meningkat pada perokok. Kadar CEA akan meningkat
mengkonfirmasi keberadaan suatu kanker. setelah kankernya sendiri terdeteksi sehingga CEA tidak
digunakan sebagai alat diagnostik.
kanker saluran cerna jenis lainnya seperti kanker duktus menentukan prognosis. Penderita dengan kadar > 3 ng/ml
biliaris. Kadar yang meningkat juga dapat dilihat pada akan mempunyai prognosis yang lebih jelek."-^"-^^
hepatitis, sirosis, pankreatitis dan kelainan saluran cerna
lainnya. Keadaan ikterus akan mempengaruhi spesifisitas' Cancer Antigen 27.29 (CA 27.29)
CA 19-9, karena pada kondisi dengan ikterus didapatkan CA ini juga dipakai untuk kanker payudara, akan tetapi dia
kadar CA 19-9 yang meningkat sehingga CA 19-9 kurang tidak lebih baik dari pada CA 15-3. Akan tetapi dia lebih
sensitif dalam mendeteksi kanker pankreas fase awal dan jarang positif pada individu yang sehat. Kadar normal
hanya 55% penderita kanker pankreas dengan kadar CA biasanya kurang dari 38-40 u/ml. Penanda ini ternyata
19-9 yang tinggi apabila masa tumor < 3 cm. juga dapat meningkat pada kanker yang lain."*
Penanda Prognostik respon sekitar 20-25% saja. Oleh karena itu banyak para
Penanda ini akan nnenaberikan informasi mengenai hasil sarjana masih meneliti biological predictive marker yang
pengobatan dan j u g a tentang tingkat keganasan dari lainya sebagai target potensial di masa depan seiring
tumornya. Umumnya penanda ini dievaluasi pada saat dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan yang
pemberian terapi pertama pada masing individu. Salah satu makin canggih.^"°
contoh PT yang dapat memberikan informasi prognosis
yang banyak digunakan di klinik adalah uPA {urokinase- Penanda Monitoring
type plasminogen activator) dan PAI-1 {plasminogen Penanda ini dapat digunakan pada beberapa keadaan.
activator Inhibitor type-1) pada kanker payudara. PT ini P e r t a m a , PT y a n g sudah baku dapat dipakai untuk
merupakan yang pertama dilakukan validasi dengan level memonitor manfaat atau respon terapi yang diberikan.
of evidence yang tinggi. Kombinasi kedua PT ini dapat Artinya perubahan dari status penyakitnya j u g a diikuti
menggambarkan prognosis penderita dengan kanker dengan perubahan dari kadar PT. Juga dapat digunakan
payudara berdasarkan risk-group nya khususnya pada sebagai alat follow-up setelah pemberian terapi awal
kasus yang node-negative. Penanda lainnya yang j u g a dengan tujuan melihat onset timbulnya dan beratnya
mendapat validasi dan evaluasi yang konsisten sebagai recurrent disease. Pengukuran kadar PT untuk evaluasi
penanda prognosis adalah proliferation marker thymidine t e r a p i s e r i n g d i p a k a i s e b a g a i surrogate end point
labelling index j u g a untuk kanker payudara. ^^^
'^ dari manfaat terapi tersebut. PT jenis ini jelas sangat
Beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan sebelum bermanfaat untuk pergantian dan pemilihan terapi lainnya
menetapkan suatu PT sebagai penanda prognosis adalah apabila tidak dijumpai adanya respon terhadap terapi yang
PT ini sebaiknya hanya dievaluasi pada pasien yang tidak diberikan atau adanya toksisitas obat sehingga penderita
menerima terapi sistemik setelah pemberian terapi loko- terhindar dari paparan obat terlalu lama."
regional, oleh karena pemberian terapi sistemik akan Pada penderita kanker sel germinal, alpha fetoprotein
mempengaruhi perjalanan penyakit secara signifikan. Hal dan HCG dipakai sebagai alat monitor dari keberhasilan
yang kedua adalah PT yang berkaitan langsung dengan t e r a p i . S e d a n g pada pasien d e n g a n kanker saluran
perjalanan dari suatu tumor tidak akan memberi manfaat cerna CEA dan CA 19-9 digunakan sebagai alat untuk
klinik. Manfaat dari penanda prognosis dan juga lainnya mengetahui kekambuhan penyakit setelah terapi awal. Hal
tergantung dari apakah hasilnya akan mempengaruhi yang sama pada kanker ovarium, CA 125 umumnya dipakai
penatalaksanaan selanjutnya. Misalnya pada pasien dengan untuk mengetahui adanya proses kekambuhan. Namun
kemampuan yang sangat terbatas tentunya penentuan perlu untuk diingat, agar PT klas ini mempunyai manfaat
prognosis tidak akan memberikan manfaat maksimal.^ klinik yang jelas, harus dapat dibuktikan bahwa dengan
dilakukannya deteksi dini akan meningkatkan kemampuan
Penanda Prediktif hidup penderita. Pada kanker payudara ternyata tidak
Penanda prediktif memprediksi respon terapi sedang- didapatkan manfaat dengan mengukur kadar PT secara
kan p e n a n d a prognostik m e m p r e d i k s i terjadinya reguler pada follow-up setelah terapi primer sehingga
kekambuhan atau progresi dari penyakitnya. Akan tetapi pemeriksaan PT pada fase ini tidak direkomendasikan
banyak penanda mempunyai kedua sifat tersebut. Pada walaupun hasil yang didapatkan dapat merupakan alat
kanker payudara, penanda yang banyak diteliti sebagai monitor yang berguna selama terapi sistemik pada kanker
penanda prediktif adalah reseptor hormon steroid. ER payudara yang mengalami k e k a m b u h a n . " "
{estrogen receptor) dan PgR {progesterone receptor) dapat
memprediksi respon terapi hormonal. Penderita yang Penanda Toksisitas
berespon dengan dengan terapi hormonal mempunyai Kemoterapi adalah obat yang dikenal toksik terhadap
korelasi positif dengan kadar ER pada tumor primer dan t u b u h . Seperti halnya dengan penanda lainnya,pada
pada kasus yang lanjut. Keberhasilan terapi lebih banyak pasien yang mendapatkan kemoterapi tentunya akan
dijumpai pada kasus dengan tumor dengan kadar ER dan lebih menguntungkan apabila ditemukan penanda khusus
PgR yang tinggi. yang bisa menentukan efek toksik dari kemoterapi yang
Selama hampir 20 tahun keberadaan dari ER dan PgR diberikan. Sampai saat ini hanya ditemukan 2 jenis penanda
pada tumor primer merupakan petunjuk utama bagi para toksisitas yaitu TMPT {Thiopurine Methyltrasfrase)ur\tuk
klinisi untuk mengobati kanker yang recurrent dengan memprediksi toksisitas thiopurine dan UDP-Glucorunosyl
terapi hormonal. Akan tetapi status reseptor hormonal ini transferase lAl (UGT 1A1) yang memprediksi adanya
tidak sepenuhnya dapat memprediksi mana pasien yang toksisitas dari pemakaian irinotecan. Beberapa penanda
akan memberi respon ataukah resisten dengan terapi lainnya seperti DPD {dehydropyrlmldlne dehydrogenase)
hormonal. Pada pemberian terapi hormonal adjuvant sedang dalam evaluasi untuk memprediksi toksisitas 5
pada kanker payudara dengan ER positif hanya memberi FU, namun belum dipakai dalam klinik."
PENANDA TUMOR DAN APLIKASI KLINIK 289
PENANDA TUMOR DAN KAITAN DENGAN IsO-yGTR CK18,CK19 ,Alpha Fucosyl transferase, plasma
KANKER proteosome dan lainnya masih dalam proses evaluasi."^
Banyak jenis PT yang tersedia secara konnersial akan tetapi Penanda tumor pada Kanker Kandung Kemih
tidak semuanya bermanfaat secara klinik. Ada juga PT Sampai saat ini belum ada PT yang direkomendasikan
yang hanya digunakan oleh para peneliti di dalam riset penggunaan klinik secara regular pada kasus dengan
saja sehingga tidak tersedia di laboratorium komersial kanker kandung kemih, termasuk apakah dipakai untuk
dan hanya apabila diketahui mempunyai nilai klinik maka diferensial diagnosis, prognosis stadium penyakit maupun
PT yang bersangkutan akan dapat diperiksakan pada untuk m o n i t o r i n g . Belum ada studi prospektif y a n g
laboratorium klinik. Untuk idealnya, nilai referensi untuk mendapatkan validasi penggunaan PT yang diajukan
masing-masing jenis TM dengan tehnik pemeriksaan yang walaupun sudah disetujui oleh FDA seperti BTA-STAT dan
dipakai harus dicantumkan oleh karena adanya variasi TRAK, NMP22, Immunocyt test, maupun Urovysion test.
hasil diantara beberapa metode assay yang ada (between Namun demikian BTA {bladder tumor antigen) banyak
method variation). dijumpai pada urin penderita dengan kanker kandung
kemih. Dan bersama dengan NMP 22 digunakan sebagai
Penanda Tumor pada Kanker Hati tes untuk memonitor rekurensi kanker. Hal ini belum
Banya kasus kanker hati stadium awal adalah asimtomatik, banyak digunakan ,masih dilakukan studi lanjutan. Akan
dan kanker hati lebih sering terlambat terdiagnosis tetapi banyak ahli masih menganggap sitoskopi lebih
sehingga kesembuhan sukar didapatkan. Oleh karena baik dari pada penanda ini." Tes BTA hanya disetujui oleh
sangat raional pemeriksaan reguler dengan USG hati FDA apabila dikombinasikan dengan sistoskopi untuk
ditambah pemeriksaan PT untuk mendeteksi fase awal monitoring keberadaan kanker"^""
dari suatu kanker hati. Pada kanker hati AFP merupakan PT
yang paling banyak digunakan di klinik. Direkomendasikan Penanda Tumor pada Kanker Servik
pemeriksaan AFP dan USG abdominal setiap 6 bulan pada Pada kanker servik tipe skuamus PTyang terbaik adalah SCC
mereka yang dengan risiko tinggi seperti penderita sirosis {squamous cell carcinoma) antigen, dimana konsentrasinya
hati olehkarena hepatitis Bdan C. Kadar > 20ug/L dan dalam serum berkorelasi dengan stadium tumor, ukuran
dengan tendensi meningkat mengharuskan pemeriksaan tumor, residual tumor, progresivitas tumor dan survival.
lanjutan walaupun hasil USG negatif (LOE III). Pasien Pada tipe adenokarsinoma servik, dapat dipergunakan
d e n g a n risiko tinggi d e n g a n kadar A F P y a n g tetap CEA dan CA 125 walaupun masih memerlukan studi
meningkat dan adanya nodul < 1cm maka dilakukan lanjutan untuk komfirmasi penggunaannya. Penggunaan
monitoring dengan interval 3 bulan. Apabila nodul 1 -2 cm TM sebagai penanda skrening atau diagnosis kanker
maka pemeriksaan seperti MRI dan CT scan diperlukan, servik tidak dianjurkan (LOE III) berdasarkan guideline
dan kalau nodul tersebut sesuai dengan kanker hati maka NACB. Akan tetapi kadar SCC sebelum pengobatan
masih dibutuhkan biopsi jaringan hati. Akan tetapi bila dapat memberikan informasi tambahan karena kadar
nodul > 2cm dan AFP > 200 ug/L dengan gambaran nodul yang tinggi mencerminkan adanya keterlibatan kelenjar
yang sesuai maka diagnosis kanker hati dapat ditegakkan getah bening dan membutuhkan pengobatan ajuvan (LOE
tanpa harus biopsi (LOE III). AFP juga bisa dipakai sebagai IV/V). Demikian pula kadar SCC yang tinggi merupakan
faktor prognosis dimana kadar yang tinggi mencerminkan faktor prognosis yang independen, namun pengaruhnya
prognosis yang jelek (LOE IV). pemeriksaan AFP untuk tehadap rencana pengobatan belum konsisten, sehingga
monitoring setelah terapi reseksi atau transpantasi, terapi belum direkomendasikan sebagai tindakan yang rutin
ablatif dan terapi paliatif untuk monitoring rekurensi pada wanita dengan kanker servik (LOE III). Kadar SCC
dilakukan dengan interval 3 bulan dalam 2 tahun pertama setelah pengobatan berkorelasi kuat dengan perjalanan
kemudian selanjutnya tiap 6 bulan (LOE IV).Menurut klinik pasien dengan kanker servik tipe skuamosa akan
guideline NACB , AFP merupakan satu-satunya PT yang tetapi tidak ada bukti kuat bahwa penangan awal akan
direkomendasikan secara klinik untuk kanker hati, baik memperbaiki hasil terapi sehingga penggunaan TM ini
sebagai skrening dan awal diagnosis pada group pasien untuk monitoring belum direkomendasikan dalam praktik
dengan risiko tinggi, prognosis, dan monitoring setelah sehari-hari (LOE III). Beberapa TM yang lain seperti baik
pengobatan dengan LOE lll-IV. CA 125, CEA dan Cytokeratins masih memerlukan studi
PT y a n g b a r u s e p e r t i DCP (Des-y-Carboxy- tambahan sebelum bisa dipakai dalam klinik (LOE III-
Prothombin) danGPC-3(Glypican-3) cukup menjajnjikan IV)."3
tapi sumbangannya untuk pengobatan yang ada masih
belum diketahui sehingga diperlukan studi lanjutan. Penanda Tumor pada Kanker Lambung
Beberapa PT yang lain seperti soluble NH2 fragment, Beberapa jenis PT pada kanker lambung seperti CEA, Ca
LABORATORIUM KLINIK
19-9, CA 72.4, Cytokeratins tidak direkomendasikan untuk Penanda Tumor pada Kanker Prostat
skrining dan diagnosis kanker lambung (LOE III). Faktor Pengobatan yang optimal pada kanker prostat memerlukan
prognosis yang paling penting yang m e m p e n g a r u h i pemeriksaan PSA pada semua kondisi kelianan prostat.
survival p e n d e r i t a kanker l a m b u n g a d a l a h l u a s n y a Pemeriksaan isoform dari PSAjuga diperlukan pada kondisi
dan stadium kliniknya. Akan tetapi belum ada PT yang tertentu. Sampai saat ini hanya pemeriksaan PSA dan
m e m p u n y a i nilai prognosis y a n g i n d e p e n d e n pada isoform nya yang direkomendasikan pada kanker prostat
kanker lambung sehingga penggunaan klinik PT pada dan diperlukan pada semua kondisi kelainan prostat (LOE
kanker lambung tidak direkomendasikan (LOE lll-IV). III). Oleh karena adanya kontroversi tentang penggunaan
Demikian halnya pada proses monitoring terhadap respon PSA untuk mendeteksi tumor yang kecil, menurunkan
pengobatan tidak direkomendasikan pemeriksaan rutin batas PSA dibawah 4 ug/L akan meningkatkan sensitivitas
CEA dan CA 19-9, walaupun beberapa studi mendapatkan akan tetapi menurunkan spesifisitas kecuali disertai
pemeriksaan CEA dan CA 19-9 pada penderita yang di dengan pemeriksaan lain y a n g dapat meningkatkan
follow-up mampu memberikan manfaat dalam hal deteksi spesifisitasnya. Sebaliknya meningkatkan batas PSA diatas
awal rekurensi dari tumornya."^ 4 ug/L akan menurunkan sensitivitas sehingga banyak
kasus yang justru akan mendapatkan manfaat dari terapi
P e n a n d a T u m o r p a d a K a n k e r Testis awal akan terlewatkan. Oleh karenanya nilai referensi dari
PT pada kanker testis mempunyai peran penting dalam PSA sebaiknya berdasarkan kelompok umur penderita
penatalaksanaannya yaitu dalam hal diagnosis, penentuan (LOE: expert opinion). Kadar total dari PSA dalam serum
stadium dan penilaian risiko, evaluasi respon terapi mempunyai korelasi dengan kadar PSA bebas (free PSA)
dan deteksi dini dari proses kekambuhannya. Bahkan dan PSA-ACT, dimana kadar fPSA berkisar antara 5-40%
peningkatan kadar PT cukup kuat untuk memulai terapi. dari total PSA. Beberapa pemeriksaan komposit PSA
AFP, phCG dan LDH m e r u p a k a n b e b e r a p a PT pada ditujukan untuk meningkatkan spesifisitas PSA untuk
kanker testis yang cukup penting peranannya di klinik. mendeteksi fase awal dari kanker prostat, seperti PSA
Pada sebagian kanker testis yang seminoma, LDH dan density, PSA velocity, PSA doubling time, percent free PSA
phCG merupakan PT yang penting, sedang pada yang (%fPSA). Pemakaian %fPSA direkomendasikan sebagai
non seminoma sering dijumpai peningkatan dari ketiga bagian dari usaha untuk membedakan antara pasien
PT tersebut. Beberapa PT yang lain pada kanker testis kanker prostat dengan kelainan yang jinak. Keputusan
hanya mempunyai nilai yang terbatas seperti NSE, PLAR klinik sebaiknya divalidasi untuk setiap kombinasi antara
CD 30, cKIT dan lainnya. Apabila dicurigai keberadaan fPSA dan PSA total. Penggunaan PSA sebagai alat skrining
dari kanker testis p e m e r i k s a a n phCG, LDH dan AFP pada populasi masih belum bisa direkomendasikan sampai
sebelum tindakan merupakan sesuatu yang diwajibkan hasil dari studi ERSPC di Eropa yang merupakan studi
(LOE II). Menurut the International Germ Cell Consenssus prospektif randomisasi mendukung hal tersebut. PSA
Classification pemeriksaan phCG, LDH dan AFPdiharuskan direkomendasikan sebagai alat monitoring status penyakit
pada penetuan stadium klinik dan penilaian risiko dari setelah pengobatan (LOE III). Pemeriksaan PSA dilakukan
kanker testis ( LOE I). Apabila kadar PT ini meningkat sebelum dilakukan manipulasi pada prostat dan beberapa
sebelum terapi maka dilakukan pemeriksaan mingguan minggu setelah prostattitis. Beberapa PT lainnya seperti
sampai kadar PT tersebut normal. Kadar yang tinggi PCA-3, AMACR ,hK2, P27, PTEN, Ki67, PSCA dan lainnya
setelah terapi menandakan adanya sisa dari tumornya dan masih dilakukan eksplorasi kegunaannya di klinik.""^
dilakukan pemeriksaan tambahan untuk menyingkirkan
keberadaannya (LOE II). Pemeriksaan serial ketiga PT ini
Penanda Tumor pada Kanker Kolorektal
direkomendasikan walaupun kadarnya tidak meningkat
Walaupun pembedahan merupakan terapi kuratif
sebelum terapi oleh karena adanya perubahan ekspresi
pilihan, tidak jarang sekitar 4 0 - 5 0 % penderita kanker
dari PT selama pengobatan. Oleh karena kadar basal
kolorektal akan mengalami relaps atau metastasis. Dalam
dari PT ini bervariasi, sangat individual, maka adanya
rangka deteksi awal ini pemeriksaaan PT (misalnya CEA)
peningkatan lebih bermakna klinik dibanding kadar
merupakan salah satu PT yang dianggap cukup penting
absolut. Mengingat adanya pengaruh yang non spesifik
dalam penatalaksanaan kanker ini. Pemeriksaan CEA
(hipogonadism iatrogenik) maka peningkatan kadar
tidak bisa digunakan sebagai skrining untuk mendeteksi
yang sekali harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan
fase awal kanker kolorektal pada populasi sehat (LOE
ulang (LOE II). Peningkatan kadar AFR phCG dan LDH
IV/V), akan tetapi kadar CEA preoperatif dapat digunakan
dapat ditemukan pada kondisi non kanker maupun pada
bersama sama dengan faktor lainnya untuk perencanaan
kanker non testis sehingga hal ini harus tetap menjadikan
tindakan pembedahan, namun tidak untuk menentukan
pertimbangan dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan
p e r l u n y a p e m b e r i a n k e m o t e r a p i a j u v a n . Kadar > 5
PT tersebut."
ug/L m e n a n d a k a n a d a n y a k e m u n g k i n a n m e t a s t a s i s
PENANDA TUMOR DAN APLIKASI KLINIK 291
j a u h (LOE III). CEA diperiksa setiap 3 bulan selama 3 dengan terapi hormonal (LOE I). Kalau dikombinasikan
tahun sejak diagnosis kanker kolorektal stadium II dan dengan beberapa prognostik faktor seperti stadium tumor,
III ditegakkan, kalau pasien yang bersangkutan akan derajat tumor, keterlibatan kelenjar getah bening, maka
menjalani pembedahan atau mendapat terapi sistemik penggunaan reseptor estrogen dan progesteron dapat
untuk kasus metastasis (LOE I). Pada kasus yang berat dipakai untuk menentukan prognosisjangka pendek pada
yang mendapatkan terapi kemoterapi sistemik, kadar CEA pasien kanker payudara yang baru terdiagnosis (LOE III).
harus diperiksa rutin, dan peningkatan > 30% menandakan Disamping itu HER-2 juga harus diperiksa terutama
adanya progresivisitas penyakit (LOE III). Sedang untuk PT pada pasien dengan kanker payudara yang invasif, dimana
yang lain seperti CA 19-9, Ca 242, TIMP-1 ('f/ssue inhibitor tujuannya adalah untuk menseleksi pasien yang akan
of metailoproteinases type 7) tidak direkomendasi untuk mendapat terapi trastuzumab (LOE I). Pemeriksaan HER-2
pemeriksaan rutin pada kanker kolorektal (LOE lll/IV). ini juga menetukan pasien yang akan mendapat manfaat
Beberapa PT yang berasal dari jaringan seperti TS, MSI, dari kemoterapi ajuvan y a n g m e n g a n d u n g regimen
DCC, uPA, PAI-1, p53 tidak dianjurkan untuk kanker ini. antrasiklin (LOE ll/lll).
Akan tetapi PT K-Ras mutation memberikan manfaat Penanda uPA dan PAI-1 digunakan di klinik untuk
tambahan untuk memprediksi respon terapi dengan memilah pasien yang tidak akan mendapat kemo terapi
anti-EFGR. ajuvan atau hanya m e n d a p a t manfaat minimal dari
NACB juga merekomendasikan, pasien dengan umur kemoterapi ajuvan. PT ini harus diperiksa dengan standar
50 tahun atau lebih melakukan skrining test untuk kanker ELISA, menggunakan bahan dari jaringan tumor yang
kolorektal. Oleh karena metode yang paling efektif belum segar atau sedian beku yang segar (LOE I).
diketahui maka pilihannya tergantung pada risiko terkena Untuk PT yang lain seperti CEA, CA 15-3 dan BR
kanker, ketersediaan alat, dan pengalaman personal 27.29 tidak rutin digunakan untuk deteksi dini rekurensi
dari klinisi. FOBT (fecal occult blood test) merupakan test atau metastasis pada kasus asimtomatik, namun demikian
yang telah teruji baik untuk skrining kanker kolorektal masih diijinkan sepanjang ada persetujuan dari pasien yang
(LOE I) akan tetapi pemeriksaan DNA pada fekal j u g a bersangkutan (LOE III). Apabila dikombinasikan dengan
merupakan pilihan yang baik. Disamping itu sekrining pemeriksaan radiologi dan klinik kedua, PT dan CEA
genetik untuk kanker kolorektal harus disertai dengan mungkin bisa digunakan untuk monitoring kemoterapi
anamnesis keluarga yang lengkap. Sebelum dilakukan pada pasien yang advance. Dan kadar meningkat pada
p e m e r i k s a a n g e n e t i k , keluarga harus m e n d a p a t k a n pasien - pasien yang non-assessable menunjukan adanya
konseling yang memadai. Untuk mereka yang dicurigai progresifvitas penyakit (LOE I I I ) .
dengan poliposis adenoma familial, pemeriksaan genetic Pemeriksaan mutasi gen BRCA1 dan BRCA2 mungkin
bisa untuk konfirmasi diagnosis dan untuk menilai risiko berguna untuk menentukan wanita yang berisiko tinggi
pada anggota keluarga yang lain (LOE : Expert opinion). untuk menderita kanker payudara atau kanker ovarium pada
Pada individu yang ditemukan dengan MSI [microsatelUte kelompok keluarga dengan risko tinggi. Mereka-mereka ini
instability) yang tinggi uji genetik untuk mengetahui harus di lakukan skrining sejak umur 25-30 tahun, namun
mutasi M L H 1 , MSH2, MSH6, atau PMS2, harus dikerjakan strategi pemeriksaannya dan surveilans nya belum bisa
(LOE l l l / I V ) . " " 2 , 4 6 ditentukan karena kekurangan data. Pada mereka yang
melakukan pemeriksaaan BRCA diperlukan konseling
Penanda Tumor pada Kanker Payudara genetik yang baik. (LOE ;expert opinion). Pemeriksaan
Terapi utama pada kanker payudara yang lokal adalah Oncotype DX merupakan faktor prediktoryang meramalkan
pembedahan atau radiasi. Setelah terapi primer, rekurensi pada kasus yang kelenjar getah beningnya negatif
hampir semua pasien dengan tumor yang invasif akan dan reseptor estrogen nya positif dan sedang mendapatkan
membutuhkan terapi ajuvan baik kemoterapi maupun terapi tamoksifen. Pasien dengan prediksi hasil yang baik
hormonal ataupun kombinasi hormonal dan kemoterapi. tentu bisa dihindarkan dari pemberian ajuvan kemoterapi
Namun demikian tidak semua pasien ini akan sembuh (LOE ll/lll). Pasien dengan oncotype DXjuga bisa diramalkan
dengan terapi tersebut sehingga diperlukan beberapa PT mendapat manfaat dari ajuvan kemoterapi (CMF) pada
yang reliable baik untuk prognosis maupun prediktif yang kasus dengan node-negative dan reseptor estrogen positif
menuntun pemilihan pengobatan yang lebih baik. (LOE III) (33,42,47).
Pemeriksaan yang rutin untuk reseptor estrogen
dan progesteron pada kasus kanker payudara yang baru Penanda Tumor pada Kanker Ovarium
merupakan suatu keharusan sesuai dengan rekomendasi Karsinoma ovarium menurut FIGO dan W H O dibagi
dari NACB, EGTM, ESMO dan St.Gallen Consenssus Panel. menjadi 5 jenis: serous, musinus, endometroid, clear cell,
Tujuan utama pemeriksaan ini adalah untuk menentukan transisional. Untuk mencari PT yang efektif diperlukan
pasien-pasien kanker payudara yang mungkin berespon pemahaman tentang kejadian molekular dari kanker
292 LABORATORIUM KLINIK
ovarium. Dari beberapa PTyang ada pada l<ankerovarium, Sampai saat ini masing-masing PT seperti NSE,SCCA,
CA 125 merupakan PT yang paling banyak dipelajari. Untuk CYFRA, CEA maupun ProGRP belum direkomendasikan
pemeriksaan CA 125 analisanya harus dikerjakan segera penggunaannya sebagai alat skrining untuk kanker paru
setelah bahan disentrifugasi dan bahan tersebut disimpan baik pada populasi sehat maupun mereka yang berisiko
pada suhu 4°C ( 1 - 5 hari) atau -20°C (2 minggu - 3 bulan) seperti perokok. Pada kasus-kasus yang tidak operabel
atau -70°C untuk penyimpanan jangka panjang. Akan tapi tidak ada hasil histologi maka peningkatan kadar
tetapi CA 125 ini tidak direkomendasikan untuk skrining NSE dan ProGRP menunjukkan lebih kearah kanker paru
pada wanita yang tidak mempunyai gejala. CA 125 ini sel kecil, sedang peningkatan kadar SCCA lebih kearah
d i r e k o m e n d a s i k a n b e r s a m a - s a m a d e n g a n sonografi kanker paru bukan sel kecil. CEA dan CYFRA 21-1 dapat
transvagina untuk deteksi awal dari kanker ovarium diukur kadarnya selama terapi sistemik pada kanker paru
pada wanita dengan riwayat keluarga (LOE III). CA 125 bukan sel kecil dan kadar NSE dan ProGRP selama terapi
ini juga direkomendasikan sebagai data tambahan untuk sistemik pada kanker paru sel kecil, untuk melihat respon
membedakan apakah masa serviks itu ganas ataupun jinak terapi dan progresifitas penyakit. Yang lebih penting
terutama pada wanita-wanita postmenopause (LOE lll/IV). pemeriksaan serial dari PT yang sesuai akan banyak
Demikian pula pemeriksaan kadar CA 125 bisa dipakai membantu menilai keberhasilan pengangkatan tumor
untuk memonitor respon kemoterapi. Sampel pertama dan mendeteksi rekurensi awal. Pemeriksaan serial ini
diambil 2 minggu sebelum terapi dan selanjutnya pada 2 mengharuskan setiap PTyang diperiksa memakai satujenis
atau 4 minggu selama pengobatan dan dengan interval metode pemeriksaan yang sama. NSE direkomendasikan
2 - 3 minggu selama follow-up. Metode pemeriksaannya penggunaannya untuk diferensiasi tumor paru dimana
harus sama dan pasien yang mendapat terapi anti CA 125 kadar yang tinggi menunjukkan tumor yang kita hadapi
tidak bisa dievaluasi (LOE l/ll). Khususnya pemeriksaan adalah kanker paru sel kecil. Pada kadar yang tinggi
CA 125 pada saat follow-up untuk kasus-kasus dimana juga membantu meramalkan prognosis yang jelek baik
kadar awal CA 125nya meningkat. Evaluasi bisa dilakukan pada SCLC maupun NSCLC (LOE III). NSE juga dipakai
setiap 2 - 4 bulan selama 2 tahun dan kemudian dikurangi
untuk monitoring hasil terapi pada SCLC. CYFRA banyak
(LOE III). Untuk menentukan prognosis kanker ovarium
dipakai untuk menilai prognosis dimana kadar yang
pemeriksaan CA 125 bisa dilakukan oleh karena baik kadar
tinggi meramalkan prognosis yang jelek pada NSCLC
preoperatif dan postoperatif akan menentukan dimana
stadium awal maupun lanjut (LOE l-ll), disamping juga
peningkatan yang menetap menunjukan prognosis yang
dipergunakan untuk monitoring terapi pada kasus NSCLC
jelek (LOE III).
yang lanjut (LOE III). ProGRP juga dipakai untuk prediksi
Beberapa PT yang potensial juga dilaporkan pada prognosis dan monitoring hasil terapi pada SCLC (LOE III)
penderita kanker ovarium baik yang ditemukan pada Kadar SCCA yang tinggi menunjukkan probabilitas yang
cairan tubuh maupun jaringan walaupun PT ini menjanjikan lebih besar pada kanker paru bukan sel kecil terutama sel
s e b a g a i PT y a n g b a r u u n t u k s k r i n i n g , d i a g n o s i s , skuamosa (LOE III)."
monitoring, masih belum jelas apakah PT ini mempunyai
manfaat klinik. PT ini anatara lain : the kallikrein family,
osteopontin prostasin, TPA {tissue polypeptide antigen), KESIMPULAN
LPA {lysophospatidic acid), TATI {tumor associated trypsin
inhibitor), CEA, CASA, hCG, HER-2, dan lainnya." PT adalah alat yang penting bagi para klinisi untuk
membantu memberikan informasi mengenai deteksi awal
P e n a n d a T u m o r p a d a K a n k e r Paru suatu tumor, estimasi prognosis pasien, memprediksi
Berdasarkan perilaku klinik dan sensitivitas yang berbeda respon terapi dan monitoring penyakit. Namun sebuah
t e r h a d a p k e m o t e r a p i dan r a d i o t e r a p i k a n k e r paru PT s e b e l u m d i a k u i b e r m a n f a a t s e c a r a klinik harus
dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu kanker paru melalui suatu studi validasi dan penilaian kualitas pada
sel kecil {small cell lung carcinoma SCLC) dan kanker paru b e b e r a p a t i n g k a t a n . Suatu p e n a n d a harus t e r b u k t i
bukan sel kecil {non-small cell lung carcinoma NSCLC). memberi manfaat lebih pada penderita, meningkatkan
Untuk mendiagnosis kanker paru disamping pemeriksaan kualitas dan menurunkan biaya perawatan penderita
fisik dan p e m e r i k s a a n l a b o r a t o r i u m serta radiologi sebelum di aplikasikan dalam praktek klinik sehari-hari.
penunjang lainnya, pemeriksaan PT j u g a mempunyai Ada banyak jenis penanda dan manfaatnya akan lebih
peran yang cukup potensial baik untuk diagnosis maupun baik apabila dilakukan pemeriksaan serial dan kombinasi
stadium kanker Beberapa PTyang sering didapatkan pada dibandingkan hanya dengan pemeriksaan tunggal. Yang
kanker paru seperti NSE (neuron specific enolase), CEA, perlu juga diperhatikan adalah kualitas dan prosedur dari
cytokeratin-19 (CYFRA 21-1), ProGRR SCCA {squamous cell pemeriksaan, karena pemeriksaan dengan metode yang
carcinoma antigen). lain akan mendapatkan hasil yang beda sehingga perlu
PENANDA TUMOR DAN APLIKASI KLINIK 293
dilakukan standarisasi. Dengan perkembangan teknologi 20. Kyzas PA, Denaxa-Kyza D, loannidis JPA. Quality of reporting
kedokteran yang pesat diharapkan di masa depan suatu of cancer prognostic marker studies: association with reported
prognostic effect. J Natl Cancer Inst 2007;99:236-43.
penanda yang ideal bisa ditemukan yaitu penanda yang
21. Saegent DJ, Conley BA, Allegra C , Collette L. Clinical trial
dengan sensitivitas dan spesifitas tinggi, mudah dan designs for predictive marker validation in cancer treatment
murah pemeriksaannya. trials. J Clin Oncol 2005;23:2020-7.
22. McShane L M , Altman D G , Sanuerbrei W, Taube SE, Gion M,
Clark G M . Reporting Recommendations for Tumor Marker
Prognostic Studies (REMARK). Journal of the National Cancer
REFERENSI Institute 2005;97(16):1180-4.
23. Phillips L. Tumor Markers. Available at: http://ww^vv.google,
1. Lichtenstein A V , Potapova G I . Genetic Defects as Tumor com. Accessed 31/01/05.
Markers. Moleculer Biology 2003;37:159-69. 24. Kobayashi T, Kawakubo T . Prospective Investigation of
2. Bartels C L , Tsongalis GJ. MicroRNAs: Novel biomarkers for T u m o r markers and Risk Assessment in E a r l y Cancer
human cancer. Clinical Chemistry 2009;55(4):623-31. Screening. Available at: http://www.google.com. Accessed
3. Schrohl A S , Holten-Andersen M , Sweep F, Schmitt M , 04/02/05.
Harbeck N, Foekens J, et al. Tumor Markers from Laboratory 25. European Group on Tumor Markers . Tumour Markers in
to Clinical Utility. Review. Molecular & cellular proteomics Germ Cell Cancer-EGTM Recommendations. Available at:
2.6 2003: 378-87. http://www.google.com. Accessed 04/02/05.
4. American Cancer Society. Tumor Markers. Available at: 26. Smith JF. Tumor Markers. Available at: http://www.google,
http://www.cancer.org.. Accessed 15/10/11. com. Accessed 15/01/05.
5. Lindblom A, Liljegren A. Tumour Markers in Malignancies. 27. Norderson NJ. Tumor Markers. Available at: http://www.
Clinical Review. BMJ 2000;320:424-7. google.com. Accessed 04/02/05.
6. Sturgeon C M , Hoffman BR, Chan DW, Ching SL, Hammond 28. Sidransky D. Emerging molekuklar markers of cancer. Nature
E, Hayes DF, et al. National Academy clinical biochemistry Rev. Cancer 2002; 2: 210-19
laboratory medicine practice guidelines for use of tumor 29. C I S N . How do tumor markers work ? Available a t : http://
markers in clinical practice: quality requirements. Clinical cisncancer.org/research/new_treatment/tumor_markers
chemistry 2008;54(8):el-10. .Accessed at 10/23/201.
7. Hermeking H. Serial Analysis of Gene Expression and Cancer. 30. C i g n a Healthcare Coverage Position. T u m o r markers
Current Opinion in Oncology 2003;15:44-49. for diagnosis and management of cancer. Available at :
8. Srinivas PR, Verma M, Zhao Y, Srivastava. Proteomics for http://www.slideshow.net.section_index.html. Accessed
Cancer Biomarker Discovery. Clin Chem 2002;48:1160-9. at 11/28/2011.
9. Sturgeon C . Practice Guidelines for Tumor Marker Use 31. A E T N A . Clinical Policy Bulletin: Tumor markers. Availbel at:
in the C l i n i c . Cancer Diagnostic: R e v i e w . C l i n C h e m / / C : / U s e r s / I N T E R N A / D o c u m e n t s / T M / T M policy.html.
2002;48:1151-9. 32. European Group on Tumor Markers . Tumour Markers in
10. Duffy MJ. Predictive markers in breast and other cancer: a Gastrointestinal Cancers-EGTM Recommendations. Available
review. Clinical Chemistry 2005;51(3):494-503. at: http://www.google.com. Accessed 04/02/05.
11. Duffy MJ. Serum tumor markers in breast cancer: are they of 33. Sturgeon C M , Diamandis EP. Laboratory Medicine Practice
clinical value? Clinical Chemistry 2006;52(3):345-51. Guidelines . Use of tumor markers in testicular, prostate,
colorectal, breast, and ovarian cancers. National Academy
12. McShane L M , Altman D G , Sauerbrei W. Identification of
of Clinical Biochemistry
clinically useful cancer prognostic factors: what are w e
34. Varsney D, Zhou Y Y , Giller SA, Alsabel R. Determination
missing? Journal of The Cancer Institute 2005;97(14):1023-4.
of H E R - 2 status and Chromosome 17 Polysomy in Breast
13. Duffy MJ, Crown J. A personal approach to cancer treatment
Carcinoma Comparing Hercep test and Pathvysion. Am.J
: how biomarkers can help . Clinical chemistr)' 2008;54:1774-
Clin Pathol. 2004; 121: 70-77
78
35. Baselga J. Is Circulating H E R - 2 More Than Just a Tumor
14. Hayes DF, Bast RC, Desch C E , Fritsche H , Kemeny N E , Jessup
Marker? Editorial. Clin Cancer Res 2001;7:2605-7.
JM, et al. Tumor Marker Utility Grading System: a Framework
36. European Group on Tumor Markers . Tumour Markers in
to Evaluate Clinical Utility of Tumor Markers. Special Article.
Lung Cancer-EGTM Recommendations. Available at: http://
J Natl Cancer Inst 1996;88:1456-66.
www.google.com. Accessed 04/02/05.
15. Sturgeon C M . Limitation of assay techniques for tumor
37. Stieber P, Hatz R, Holdenreider S, Molina R, Nap M, vanPawel
markers. In : Diamandis E P , Fritsche H A , Lilja H , Chan
J, et.al. Guideline for the use of tumor marker in lung cancer,
D W , Schwartz M K , eds. Tumor markers : physiology,
availble a t : www.google.com. Accessed at 11/25/2011
pathobiology, technology and clinical applications. A A C C
38. Shoterlersuk K, Khorpraset C , Sakdikul S, Pomthanakasem
press, USA, 2002 p. 65-80
W, Voravud N , Mutirangura A. Epstein-Barr Virus D N A
16. Hammond E H . Quality control and standardization for
in Serum/Plasma as a Tumor Marker for Nasopharyngeal
tumor markers. In : Diamandis E P , Fritsche H A , Lilja H ,
Cancer. Clin Cancer Res 2000;6:1046-51.
Chan DW, Schwartz MK, eds. Tumor markers : physiology,
39. Harbech N , Kates R E , Schmit H M . Clinical relevance
pathobiology, technology and clinical applications. A A C C
invasion factors Urokinase type Plasminogen Activator and
press, USA, 2002 p. 25-32
Plaminogen Activator Inhibitor type-1 for individualized
17. Henry N L , Hayes D F . Uses and abuses of tumor markers
therapy decision in primary breast cancer is greatest when
in the diagnosis, monitoring and treatment of primary and
used in combination. J Clin.Oncol.2002; 19:1000-07
metastatis breast cancer. The oncologist 2006; 11: 541-52.
40. European Group on Tumor Markers . Tumour Markers in
18. Buckhaults P, Rago C , StCroix B. Secreted and Cell Surface
Breast Cancer-EGTM Recommendahons. Available at: http://
Genes Expressed in Benign and Malignant Colorectal Tumors.
www.google.com. Accessed 04/02/05.
Cancer Res. 2001; 61: 6996-01
19. Cordon-Cordo C . p53 and RB: Simple Interesting Correlates
or Tumor Markers of Critical Predictive Nature? J Clin Oncol
2004;22:975-7.
294 LABORATORIUM KLINIK
295
296 ELEKTROKARDIOGRAFI
Garis horizontal
Gambar 5. Bentuk dasar EKG dan nama-nama interva Gambar 7. Elektroda-elektroda prekordial
298 ELEKTROKARDIOGRAFI
S a n d a p a n p r e k o r d i a l . Sesuai d e n g a n nama-nama
elektrodanya, sandapan prekordial disebut: V I , V2, V3,
V4, V5, dan V6.
/\
sumbu ruang yang terdiri dari tiga buah bidang yang
saling tegak lurus. Untuk mempelajari vektor-vektor listrik
pada jantung, ketiga bidang berikut ini dipilih : bidang
Horisontal. (H), bidang Frontal (F) dan bidang Sagital (S). aVF"^
Untuk keperluan elektrokardiografi yang konvensional, 111+ 11+
cukup dipakai dua bidang saja yaitu bidang H dan bidang F . Gambar 9. Sistem sumbu pada bidang frontal
ELEKTROKARDIOGRAFI
299
J
juga bulatan T.
Dari ketiga bulatan vektor itu, bulatan vektor QRS iaIah
+7
r
yang terpenting dan terbesar ukurannya.
Suatu vektor yang menjalani bulatan vektor,
+5
besar dan arahnya selalu berubah-ubah. Tetapi V
Kelainan S u m b u Q R S p a d a B i d a n g Frontal
Sumbu QRS pada bidang frontal yang dianggap normal Gambar 14. Menentukan sumbu listrik QRS pada bidang
bervariasi antara -300 hingga +90°. frontal dengn mencari sandapan yang jumlah defleksinya nol,
dalam contoh ini aVL. Maka sumbu listrik iaIah tegak lurus
1. Sumbu QRS antara -30° hingga -90° disebut deviasi
pada aVL. Selanjutnya untuk menentukan arah ke atas atau ke
sumbu ke kiri (DSKi) bawah, diperhatikan jumlah defleksi pada I; karena defleksinya
2. Sumbu QRS antara +90° hingga -180° disebut deviasi positif maka arah sumbu iaIah ke kanan
sumbu ke kanan (DSKa)
3. Sumbu QRS antara +180° hingga -90° disebut sumbu Sumbu superior Deviasi sumbu
superior J<e kiri
M e n e n t u k a n S u m b u Q R S p a d a B i d a n g Horisontal
Pada dasarnya menentukan sumbu QRS pada bidang
horisontal adalah sama dengan sumbu QRS pada bidang
frontal. Yang umum dipakai iaIah cara II, yaitu mencari
sandapan yang jumlah aljabar defleksinya nol. Dari sini
didapatkan arah vektor yaitu tegak lurus pada sadapan Deviasi sumbu sumbu normal
ini. Suatu kebiasaan, bahwa sumbu QRS pada bidang ke kanan
horisontal tidak dinyatakan dalam derajat, tetapi cukup
Gambar 15. Kelainan sumbu QRS pada bidang frontal. Sumbu
ditentukan sadapan yang tegak lurus pada sumbu itu.
listrik yang mendekati 0'' sering disebut "jantung horisontal"
Jadi cukup ditentukan sadapan yang mempunyai jumlah yang mendekati 90° disebut "jantung vertikal"
aljabar defleksi nol. Sadapan ini disebut daerah transisi
pada bidang prekordial.
Dianggap bahwa daerah transisi yang normal iaIah
V3 dan V4. Bila daerah transisi berpindah ke arah jarum
j a m (dilihat dari arah tungkai), misalnya di VS atau V6,
maka dikatakan bahwa sumbu QRS mengalami rotasi
searah j a r u m j a m . Bila daerah transisi berpindah ke ' V1 V3=T
arah V2, maka dikatakan terjadi rotasi lawan arah jarum V I V2 V3 V4 V5 V6
jam. Gambar 16. Sumbu listrik QRS pada bidang horisontal yang
normal. Dari sandapan-sandapan prekordial ditentukan
sandapan yang jumlah defleksinya nol, dalam hal ini didapatkan
V3. Maka sumbu listrik QRS iaIah tegak lurus pada V3. V3
disebut daerah transisi (T)
aVF
+4
aVF J r
R = +7 mm, lebar 1 mm - luas (y2)x7x1= -7
S = -3 mm, lebar 1mm - Luas (V2)x3x2 = -3
jumlah = +4
S U M B U LISTRIK VEKTOR P
J
1
A
aVF AVF
n /
gelombang T yang sekunder. Dalam hal ini T adalah
terbalik dibanding defleksi QRS, atau vektor T dan vektor
QRS berlawanan arah.
2
V1 V.
INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAM
(mV). Secara baku, defleksi 10 mm sesuai dengan 1 mV. Gelombang Kompleks QRS
Kecepatan kertas perekam secara baku adalah 25 mm/ Kompleks ini menunjukkan depolarisasi ventrikel. Istilah-
dt istilah tentang bagian-bagian kompleks QRS iaIah :
Garis rekaman mendatar tanpa ada potensi listrik 1). G e l o m b a n g Q yaitu defleksi negatif p e r t a m a ; 2).
disebut garis isoelektrik. Defleksi yang arahnya ke atas Gelombang R yaitu defleksi positif pertama. Defleksi
disebut defleksi positif dan yang ke bawah disebut defleksi berikutnya disebut gelombang R', R" dan seterusnya; 3).
negatif Gelombang S yaitu defleksi negatif pertama setelah R.
Gelombang S berikutnya disebut S', S" dan seterusnya.
1t i 1 A
i1
QR qR rS
- * V—
Rs R
T y
QS RR' SS'
Gelombang U
Gelombang U adalah gelombang kecil yang mengikuti
gelombang T yang asalnya tidak jelas.
Gambar 24. Gelombang P sinus, dengan sumbu +30°
Pengukuran Waktu
Gelombang T
Pada orang dewasa, biasanya gelombang T adalah tegak a/
di semua sandapan kecuali di aVR dan V I . aVF
Nilai N o r m a l u n t u k I n t e r v a l - I n t e r v a l Tinjauan v e k t o r :
Interval PR (durasi) kurang dari 0,12 detik 1. Pada bidang frontal: sumbu P bergeser ke arah kiri
Interval PA 0, 12 -0,20 detik 2. Pada bidang horisontal : sumbu P bergeser ke arah
Interval QRS (durasi) 0,07 -0, 10 detik jarum j a m .
304 ELEKTROKARDIOGRAFI
- R/S di V I > 1 fase yang terakhir, vektor berasal dari ventrikel kanan,
- R/S di V6 < 1 yang mengarah ke depan (pada bidang H) dan ke kanan
2. Sumbu QRS pada bidang frontal yang bergeser ke (pada bidang F).
kanan, meskipun belum mencapai DSKa. Dari sini didapatkan gambaran EKG pada BCBKa : 1).
3. Beberapa kriteria tambahan yang tidak begitu kuat, Interval QRS memanjang >_ 0,10 detik; 2). S yang lebar di
misalnya: WAV di VI >: 0,035 detik, depresi ST dan l d a n V 6 ; 3 ) . R' yang lebar di V I .
inversi T d i V I , S,di 1,11, dan III. Bila interval QRS 0,10-0,12 detik, maka disebut BCBKa
inkomplit.
Beberapa catatan tentang HVKa :
Bila interval QRS >: 0, 12 detik, maka disebut BCBKa
1. Diagnosis HVKa pada EKG mempunyai sensitivitas
komplit.
yang rendah tapi spesifisitas yang tinggi.
2. Kriteria EKG untuk HVKa yang paling kuat iaIah rasio
R/S di VI.
J Jr t t
(V2)
Blok C a b a n g B e r k a s Kiri ( B C B K i )
r Bila CBKi mengalami blok, maka depolarisasi ventrikel kiri
mengalami kelambatan. Pada awal depolarisasi ventrikel,
VI V2 V5 f
QRS inisial menggambarkan depolarisasi ventrikel kanan
V6
dan septum, kemudian menyusul depolarisasi ventrikel
Gambar 31. Hipertrofi ventrikel kanan. Kriteria terpenting: rasio
kiri. Jadi pada BCBKi vektor terminal berasal dari ventrikel
R/S terbalik di V I (V2) dan V6 (V5)
kiri yang kuat, yang bergeser ke arah kiri (pada bidang F)
dan ke arah belakang (pada bidang H).
Dari sini didapatkan gambaran EKG pada BCBKi :
DEFEK KONDUKSI INTRA VENTRIKULAR
1. Interval QRS melebar >. 0,10 detik
2. Gelombang R yang lebar, sering berlekuk di I, V5 dan
G a n g g u a n penghantaran impuls melalui suatu j a l u r
V6, dengan WAV > 0,08 detik
d i s e b u t blok. Yang d i m a k s u d k a n d e n g a n k o n d u k s i
3. rS atau QS di V I , disertai rotasi searah jarum j a m .
intraventrikular iaIah konduksi melalui cabang berkas
Bila interval QRS 0,10-0,12 detik, maka disebut BCBKi
kanan (CBKa), cabang berkas kiri (CBKi), fasikel-fasikel dan
inkomplit
serabut-serabut Purkinje.
Bila interval QRS ^ 0,12 detik, maka disebut BCBKi
Menurut t e m p a t n y a , blok intraventrikular dapat
komplit.
dibagi :
Blok Cabang Berkas Kanan (BCBKa)
Blok I n t r a v e n t r i k u l a r N o n s p e s i f i k
Blok Cabang Berkas Kiri (BCBKi)
Istilah ini dipakai bila interval QRS melebar (> 0,10 detik)
Blok Intraventrikular Nonspesifik
tetapi tidak khas untuk BCBKa atau BCBKi.
Blok Fasikular: 1). Blok fasikular kiri anterior; 2). Blok
fasikular kiri posterior
Blok Fasikular
Blok Fasikular sering disebut juga hemiblok.
Blok C a b a n g B e r k a s K a n a n ( B C B K a )
Bila CBKa mengalami blok, maka depolarisasi ventrikel Blok f a s i k u l a r kiri a n t e r i o r . Fasikel kiri a n t e r i o r
kanan mengalami kelambatan, dan septum mengalami menghantarkan impuls dari puncak septum ke muskulus
depolarisasi disusul oleh ventrikel kiri lebih dulu. Pada papilaris anterior Bila terjadi blok pada jalur ini, maka
306 ELEKTROKARDIOGRAFI
A ir
mengarah ke bawah, sehingga terbentuk R tinggi di II,
III, dan aVF dan S di I dan a V L S u m b u QRS bergeser ke
kanan ^ +110°.
Sebagai ringkasan, gambaran EKG pada blok fasikular
kiri posterior iaIah :
I
Interval QRS memanjang 0,09 -0,11 detik
i Sumbu QRS bergeser ke kanan >: + 110°
. rS di 1 dan aVL
1 V6
R di II, III dan aVR Blok Fasikular Kiri Posterior jauh
lebih jarang dari pada blok fasikular kiri anterior
Gambar 33. Blok cabang berkas kiri. QRS yang melebar, bentuk
R di I dan V6 (V5), dan S yang dalam di V I (V2, V3)
kompleks fusi antara aktivasi ventrikel melalui jalur normal Sindrom W P W tipe B. Di sini jalur Kent terletak di sebelah
dan melalui jalur aksesori. Impuls dari atrium yang melalui kanan, sehingga aktivasi dini terjadi di ventrikel kanan.
jalur Kent lebih cepat sampai di ventrikel karena tidak Gambaran EKG menyerupai bentuk BCBKi, dengan defleksi
melewati simpul AVyang mempunyai sifat memperlambat QRS yang negatif di V I dan V2.
impuls. Impuls yang melalui jalur Kent ini mengawali
depolarisasi ventrikel di suatu tempat di ventrikel, yang Pre-eksitasi pada Jalur James
menyebabkan timbulnya suatu gelombang khas pada awal Pre-eksitasi pada jalur James disebut juga sindrom Lown-
kompleks QRS, yang disebut gelombang delta. Ganong-Levine (L-G-L). Gambaran EKG pada sindrom
Gelombang delta merupakan bagian landai pada L-G-L m e n g g a m b a r k a n interval PR yang m e m e n d e k
a w a l k o m p l e k s Q R S . A d a n y a g e l o m b a n g d e l t a ini karena impuls yang melalui jalur ini mencapai ventrikel
menyebabkan kompleks QRS melebar Waktu konduksi lebih cepat karena tidak diperlambat oleh simpul-AV.
atrio-ventrikular yang memendek menyebabkan interval Tetapi aktivasi ventrikel ini berpangkal dari berkas His
PR yang memendek. Dengan demikian gambaran EKG sehingga jalur aktivasi ini tidak berbeda dari aktivasi
pada sindrom W-P-W iaIah: 1). Interval PR memendek <. normal. Ini menghasilkan kompleks QRS yang normal,
0,12 detik; 2). Adanya gelombang delta; 3). Kompleks QRS tanpa gelombang delta.
melebar (karena gelombang delta). Dengan demikian gambaran EKG pada sindrom L-G-L
iaIah : 1). Interval PR memendek (0,12 det); 2). Tak ada
gelombang delta, kompleks QRS normal.
Gambar 37. Pre-eksitasi pada jalur Kent: sindrom WPW. Impuls Gambar 38. Pre-eksitasi jalur James: Sindrom Lown Ganong
dari sinus menempuh dua jalur: jalur 1 iaIah jalur normal, jalur Levine. Impuls dari sinus menempuh dua jalur: jalur 1 iaIah
2 melalui jalur Kent. Impuls yang melalui jalur 2 mencapai jalur normal, jalur 2 melalui jalur James. Impuls melalui jalur
ventrikel lebih awal dan mengaktivasi suatu daerah D di 2 mencapai berkas His lebih awal karena tidak mengalami
ventrikel, yang pada EKG menggambarkan gelombang delta perlambatan di simpul AV, sehingga interval PR memendek,
(D). Aktivasi ventrikel melalui jalur 2 menyusul sehingga bentuk sedangkan bentuk kompleks QRS normal. Aktivasi melalui
akhir EKG iaIah fusi antara aktivasi melalui jalur 1 dan jalur 2 jalur 2 tak mempunyai efek karena ventrikel dalam periode
refakter mutlak
Meskipun letakjalur Kent sangat bervariasi, pada garis PENYAKIT JANTUNG KORONER
besarnya dapat dibedakan 2 tipe, yaitu :
Elektrokardiografi iaIah sarana diagnostik yang penting
Sindrom W-P-W tipe A. Di sini jalur Kent terletak di
untuk penyakit jantung koroner.Yang dapat ditangkap
sebelah kiri, sehingga aktivasi dini terjadi di ventrikel kiri.
oleh EKG iaIah kelainan miokard yang disebabkan oleh
Gambaran EKG menyerupai bentuk BCBKa, dengan Ryang
terganggunya aliran koroner.
tinggi di V I dan V2.
308 ELEKTROKARDIOGRAFI
Injuri
Ciri dasar injuri iaIah elevasi ST dan yang khas iaIah
konveks ke atas. Pada umumnya dianggap bahwa elevasi
Gambar 39. Pre-eksitasi jalur Mahaim. Impuls dari sinus hingga ST menunjukkan injuri di daerah subepikardial, sedangkan
simpul AV berjalan biasa, sehingga tak ada pengaruh terhadap injuri di daerah subendokordial menunjukkan depresi ST
interval PR. Impuls melali jalur 2 yang berawal dari berkas His,
yang dalam.
mencapai suatu daerah D di ventrikel (sedikit) lebih awal dari
pada aktivsi ventrikel melalui jalur biasa (1), sehingga pada EKG
terdapat gelombang delta. Selanjutnya terjadi fusi dari aktivasi Nekrosis
melalui kedua jalur tersebut Ciri dasar nekrosis miokard iaIah adanya gelombang
Q patologis yaitu Q yang lebar dan daJam, dengan
syarat-syarat: lebar >: 0,04 detik dalam >4 mm atau >. 25%
Terganggunya aliran koroner menyebabkan kerusakan tinggi R
miokard yang dapat dibagi menjadi 3 tingkat: 1). Iskemia,
kelainan yang paling ringan dan masih reversibel; 2). Injuri,
Lokalisasi D i n d i n g V e n t r i k e l p a d a E K G
yaitu kelainan yang lebih berat, tetapi masih reversibel;
Karena iskemia m i o k a r d s e b a g i a n besar m e n g e n a i
3). Nekrosis, yaitu kelainan yang sudah ireversibel, karena
ventrikel kiri, maka adalah penting untuk menentukan
kerusakan sel-sel miokard sudah permanen.
lokalisasi bagian-bagian dinding ventrikel kiri pada
M a s i n g - m a s i n g kelainan ini m e m p u n y a i ciri-ciri
EKG.
yang khas pada EKG. Pada umumnya iskemia dan injuri
Pada u m u m n y a d i p a k a i i s t i l a h - i s t i l a h sebagai
menunjukkan kelainan pada proses repolarisasi miokard,
berikut:
yaitu segmen ST dan gelombang T.
1. Daerah anteroseptal : V I -V4
Nekrosis miokard menyebabkan gangguan pada
2. Daerah anterior ekstensif: V I -V6, I dan aVL
proses depolarisasi, yaitu gelombang QRS.
3. Daerah anterolateral: V4-V6,1 dan aVL
4. Daerah anterior terbatas : V3-V5
5. Daerah inferior: II, III dan aVF
6. Daerah lateral tinggi : I dan aVL
7. Daerah posterior murni memberikan bayangan cermin
Daerah Iskemia
Daerah injuri dari V I , V2 dan V3 terhadap garis horisontal.
Iskemia
• •••••
Anteroseptal
•••••• • • •
Anterior ekstensif
Anterior terbatas
Posterior murni
( B a y a n g a n cermin)
serial; 2). Fase evolusi berlangsung sangat bervariasi, Sering U yang prominen dikira T sehingga seolah-olah
bisa beberapa j a m hingga 2 m i n g g u . Bila elevasi ST interval QT memanjang.
bertahan hingga 3 bulan, maka dianggap telah terjadi
aneurisma ventrikel; 3). Selama evolusi atau sesudahnya, Hiperkalsemia
g e l o m b a n g Q bisa hilang s e h i n g g a d i s e b u t infark Kelainan EKG yang terpenting iaIah interval QT yang
miokard non-Q. Ini terjadi 20-30% kasus infark miokard; memendek.
4). Gambaran infark miokard subendokardial pada EKG
tidak begitu jelas dan memerlukan konfirmasi klinis dan Hipokalsemia
laboratoris. Pada umumnya terdapat depresi ST yang Kelainan EKG yang terpenting iaIah perpanjangan segmen
disertai inversi T yang dalam yang bertahan beberapa ST, sehingga interval QT memanjang.
hari; 5). Pada infark miokard pada umumnya dianggap
bahwa Q menunjukkan nekrosis miokard, sedangkan Digitalis
R menunjukkan miokard yang masih hidup, sehingga Digitalis dapat mempengaruhi bentuk QRS-T, yang disebut
bentuk Qr menunjukkan infark non-transmural sedangkan efek digitalis: 1). Memperpendek interval QT, 2). Depresi
bentuk QS menunjukkan infark transmural. Pada infark ST, mulai dengan menurun landai disusul bagian akhir
miokard non-Q, berkurangnya tinggi R menunjukkan yang naik dengan curam. 3). Sering menjadi rendah. Selain
nekrosis m i o k a r d ; 6). Pada infark m i o k a r d d i n d i n g itu bisa terjadi gangguan pembentukan dan penghantar
posterior murni, gambaran EKG menunjukkan bayangan impuls.
cermin dari infark miokard anteroseptal terhadap garis
horisontal, jadi terdapat R yang tinggi di V I , V2, V3 dan
disertai T yang simetris. I
V1
A/-
V2 V3
Hiperkalemia
Bila kadar kalium darah meningkat, berturut-turut akan
J
nampak kelainan: 1).T menjadi tinggi dan lancip, 2). R
menjadi lebih pendek, 3). QRS menjadi lebar, 4). QRS
bersatu dengan T, sehingga segmen ST hilang, 5). P
mengecil dan akhirnya menghilang.
J A -
PERIKARDITIS
REFERENSI
PENDAHULUAN
Tabel 1. Kontraindikasi Uji Latih Jantung
Mutlak
Uji latih jantung dengan nnenggunakan treadmil sering
dikenal dengan tes treadmil. Uji latih ini sudah sering Infark miokard akut dalam 2 hari
Angina tak stabil yang risiko tinggi
d i l a k u k a n s e b a g a i cara untuk m e n g e t a h u i a d a n y a
Aritmia j a n t u n g tak terkontrol dengan gejala dan
gangguan pada pembuluh darah koroner, gangguan irama
gangguan
serta menjadi bahan referensi untuk pemeriksaan lanjutan
hemodinamik
untuk mengetahui adanya kelainan jantung. Ada dua cara
Stenosis aorta berat dengan gejala
yang dikenal sebagai uji latih yakni dengan treadmil atau
Infark paru atau emboli paru akut
dengan sepeda ergometri.
Perikarditis atau miokarditis akut
Sebelum pelaksanaan tes semua alat dan perlengkapan Diseksi aorta akut
guna tindakan kedaruratan harus tersedia dalam Relatif
jangkauan tenaga pelaksana. Defibrilator, oksigen dan Stenosis di pembuluh koroner left main
obat-obat untuk mengatasi terjadinya gangguan pada Penyakit jantung katup stenosis yang sedang
j a n t u n g merupakan hal yang wajib tersedia. Tenaga Gangguan elektrolit
yang melaksanakan harus mengerti tatalaksana tindakan Hipertensi berat
kedaruratan kardiak dan sudah menjalani pelatihan Takiaritmia dan bradiaritmia
sebelumnya. Kardiomiopati hipertrofi dan bentuk lain hambatan aliran
Alat treadmil s e b a i k n y a m e m p u n y a i j a l u r a m a n ke luar jantung
di sisinya untuk menjaga keamanan pasien. Lengan Gangguan fisik dan mental yang mengganggu jalannya
pasien juga harus bebas dari alat agar mudah dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan tekanan darah oleh pemeriksa. Blok atrioventrikular derajat tinggi
312
ELEKTROKARDIOGRAFI PADA UJI LATIH JANTUNG 313
sebaiknya diletakkan di bahu, elektroda hijau {ground) di Untuk mengetahui kemampuan pasien sesungguhnya,
spina pinggang dan untuk kaki kanan di bawah umbilikus, dapat digunakan skala Borg.
atau nnodifikasi lainnya.
FASE P E M U L I H A N S E T E L A H TES
PELAKSANAAN TES
FREKUENSI NADI
A.resting ST elevation- Exercise induced ST depression'
or at PQ level
Target denyut jantung yang akan dicapai sebaiknya bukan
menjadi masalah untuk tidak memastkan bahwa hasil tes
^^^l-Junction
tidak dapat diolah. Semua hasil tes disimpulkan sesuai
dengan gejala atau gambaran rekaman yang terjadi selama
pelaksanaan tes. n Measured ST
depression
Standing pro- exercise :
Exercise response |
Denyut Jantung atau frekuensi nadi akan berkurang dengan standing pre- exercise
Exercise response
cepat setelah tes dihentikan. Apabila berkurangnya denyut
jantung kurang dari 20 kali/menit pada menit pertama
dan kedua, maka ini menjadi prediktor meningkatnya
risiko kematian.
' Measured S T
PQ Point \ depression
J-Junction Resting ST depression with
Exercise induced St depression
TEKANAN DARAH
Resting S T depresion Resting S T depresion
with spasmor e x e r a s e with spasmor exercise
Tekanan darah sistolik seharusnya naik saat tes berlangsung. induced S T elevation induced S T elevation
darah sebelum tes, bisa menjadi kriteria yang diwaspadai. Transmu al Ischemia
65
70
SKOR TES AKTIVITAS
75
80
ACC/AHA menganjurkan untuk menggunakan skor guna
meningkatkan kemampuan tes untuk mencapai hasil yang
85
9-15 =
Kemungkinan
menengah
>15 =
Kemungkinan
Tinggi
316 ELEKTROKARDIOGRAFI
<100bpm=30
Denyut nacH||||||pp
maksimum 100-129 bpm = 24
130 - 159 bpm =18
160 - 189 bpm =12 <40 =
1 9 0 - 220 bpm =6 Kemungkinan
Deprsi segmen ST 1 -2 m m :=15 rendah
setelah aktivitas
40-60 =
Kemungkinan
menengah
>60 =
Kemungkinan
Tinggi
Diabetes'
^ n g i r i a akibat tes
aktivitas
Menjadi alasan untuk
berhenti =i
Total skor::
REFERENSI
317
318 ELEKTROKARDIOGRAFI
DIAGNOSHK STRIPS
SVT . 41BTS 129 ePW
«3 . S : Hi 3 33/ . S , 40S , S .MS ,S (12 S «e s .m s -73 S
I : : :
_jL,_i_j__i_-J_-*_i--a.
Gambar 1. Rekaman Holter monitoring pada pasien dengan keluhan utama palpitasi dan hampir pingsan. Terekam aritmia berupa
fibrilasi atrial dan henti sinus {sinus arrest).
PEMANTAUAN IRAMA JANTUNG {HOLTER MONITORING)
319
KESIMPULAN
REFERENSI
321
322 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM
jantung nampak sedikit lebih besar meskipun jantung paru-paru maksimal, sehingga mungkin akan membuat
sebenarnya tidak berubah ukurannya. Namun, ukuran jantung normal nampak sedikit lebih besar. Pasien dengan
j a n t u n g t e r s e b u t tidak melebihi setengah d i a m e t e r pektus ekskavatum memiliki diameter AP jantung yang
transversal dada pada foto PA yang berkualitas baik kecuali menyempit, sedangkan diameter transversal meningkat,
jika benar-benar ada kardiomegali. Penting untuk diingat sehingga j a n t u n g mungkin nampak membesar pada
bahwa pembesaran yang nyata kemungkinan disebabkan penampakan frontal, namun diameter AP yang sempit
oleh pembesaran jantung secara keseluruhan, pelebaran yang terlihat pada penampakan lateral dapat menjelaskan
satu ruang jantung atau lebih, atau cairan perikardial. Pada hal ini. Kifosis atau skoliosis j u g a dapat menyebabkan
pasien-pasien dengan PPOK, jantung seringkali nampak jantung atau mediastinum nampak abnormal. Oleh karena
berukuran kecil atau normal pada kondisi disfungsi itu, penting untuk memeriksa tulang belakang dan struktur
jantung. tulang lainnya secara sistematis saat m e m e r h a t i k a n
Pada subjek n o r m a l , arteri pulmonalis biasanya radiografi dada.
dapat terlihat dengan mudah pada hilus dan secara
bertahap berkurang pada daerah yang lebih perifer.
Arteri-arteri pulmonalis kanan dan kiri utama biasanya EVALUASI fOTORONTGENDADA PADA PENYAKIT
tak dapat diidentifikasi secara terpisah, karena mereka JANTUNG
terletak dalam mediastinum. Jika paru-paru diandaikan
terbagi menjadi tiga bagian, arteri utama berada di Penyakit kardiovaskular menyebabkan perubahan yang
bagian sentral, arteri-arteri kecil yang mudah dibedakan beragam dan kompleks pada gambar foto rontgen dada.
dengan jelas di zona tengah, dan arteri-arteri kecil dan Kardiomegali secara keseluruhan dapat ditentukan dengan
arteriol yang biasanya di bawah batas resolusi pada akurat pada pandangan frontal dengan mencatat apakah
zona luar. Pada kondisi baku, pandangan frontal berdiri, diameter j a n t u n g melebihi setengah diameter toraks
arteri-arteri pada zona yang lebih rendah terlihat lebih atau tidak. Kardiomegali paling sering terlihat karena
besar dibandingkan dengan yang berada di zona yang kardiomiopati iskemia yang mengikuti infark miokard.
lebih tinggi, pada jarak yang sama dari hilus. Tampilan Dalam penilaian foto rontgen dada secara sistematis,
t e r s e b u t b e r h u b u n g a n d e n g a n efek gravitasi pada langkah pertama adalah menetapkan tipe film apa yang
sirkulasi paru-paru bertekanan rendah yang normal. Hal akan dievaluasi-PA dan lateral, PA saja, atau AP (entah
tersebut terjadi demikian, jika gravitasi mengarah pada portabel atau satu diambil dalam pandangan AP karena
volume intravaskularyang sedikit lebih besar pada dasar pasien tidak mampu berdiri). Langkah berikutnya adalah
paru-paru dibandingkan dengan pada zona-zona yang menentukan apakah foto-foto sebelumnya tersedia untuk
lebih tinggi. Sudut yang dibuat oleh paru-paru dengan perbandingan.
diafragma biasanya sangat tajam dan dapat ditandai
dari dua sisi pada p e n a m p a k a n frontal dan lateral.
Kontur yang dibentuk oleh vena kava inferior dengan PARU DAN VASKULARISASI PARU
jantung terlihat jelas pada foto lateral. Jika posisi pasien
diletakkan pada sisinya dengan sisi kiri menghadap film, Pemeriksaan terhadap pola vaskularisasi paru merupakan
bagian kanan relatif sedikit diperbesar dibandingkan hal y a n g sulit n a m u n sangat p e n t i n g . P e m e r i k s a a n
dengan yang kiri. tersebut bervariasi tergantung posisi pasien (berdiri versus
berbaring) dan berubah secara mendasar sesuai dengan
penyakit paru yang mendasarinya. Cara terbaik untuk
VARIASI NORMAL menilai vaskularisasi paru adalah dengan memerhatikan
zona tengah paru-paru (misalnya sepertiga dari paru-paru,
Variabel anatomis dan penuaan y a n g m e n y e b a b k a n di antara daerah hilus dan daerah perifer lateral) dan
penurunan compliance paru merupakan tantangan dalam membandingkan daerah pada lapangan paru atas dengan
evaluasi foto rontgen dada. Aorta dan pembuluh darah daerah yang lebih rendah pada jarak yang sebanding dari
besar biasanya menyempit serta menjadi lebih berliku hilus. Pembuluh darah harus lebih besar pada paru-paru
{tourtuous) dan lebih jelas seiring bertambahnya usia, bagian bawah namun berbeda dengan jelas pada zona-
mengarah pada pelebaran mediastinum superior. Jantung zona atas dan bawah. Pada kondisi normal, pembuluh-
nampak lebih besar karena penurunan compliance paru. pembuluh menyempit dan bercabang-cabang dan sulit
N a m u n , kecuali j i k a m e m a n g ada penyakit j a n t u n g , ditemukan pada sepertiga luar dari paru-paru. Dalam
j a n t u n g u k u r a n n y a kurang dari s e t e n g a h d i a m e t e r kondisi normal tak terlihat di dekat pleura.
transversal dada pada pandangan PA. Pasien yang obes Pada pasien dengan high-output state (misalnya
lebih m u n g k i n memiliki derajat h a m b a t a n ekspansi kehamilan, anemia berat seperti pada penyakit sickle
RADIOLOGI JANTUNG 323
cell, hipertiroidisme) atau shunt kiri ke kanan, karena Perbesaran atrium kanan biasanya tak pernah berdiri sendiri,
aliran arteri pulmonalis meningkat, pembuluh-pembuluh {isolated) kecuali bila terdapat atresia trikuspid kongenital
pulmonalis dapat terlihat lebih jelas dibandingkan dengan atau kelainan Ebstein, namun keduanya jarang terjadi
biasanya pada paru-paru perifer. Pada keadaan tekanan meskipun pada kelompok usia anak. Atrium kanan dapat
arteri pulmonalis yang meningkat, batas-batas pembuluh melebar pada kasus hipertensi pulmonal atau regurgitasi
324 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM
trikuspid, namun pelebaran ventrikel kanan biasanya dan dikelilingi oleh paru-paru. Yang terakhir, pada foto
melebihi atau menghalangi atrium. Kontur atrium kanan lateral, pembesaran atrium kiri nampak sebagai tonjolan
bergabung dengan vena kava superior, arteri pulmonalis khas yang mengarah ke posterior.
utama kanan dan ventrikel kiri. Pembesaran atrium kiri yang terbatas pada orang
dewasa paling sering terlihat pada stenosis mitral, dan
pembesaran atrium kiri merupakan ciri penyakit katup
VENTRIKEL KANAN m i t r a l . Pada s t e n o s i s m i t r a l , atrium kiri membesar,
terdapat bukti redistribusi vaskular paru (seringkali dengan
Tanda klasik pembesaran ventrikel kanan adalah jantung Kerley B lines), dan pada akhirnya terdapat pembesaran
"boot-shaped" dan pemenuhan {filling in) ruang udara ventrikel kanan. Ventrikel kiri tetap berukuran normal.
r e t r o s t e r n a l . P e m e n u h a n t e r s e b u t d i s e b a b k a n oleh Pada regurgitasi mitral, atrium dan ventrikel kiri keduanya
pergeseran letak tranversal apeks ventrikel kanan saat bertambah besar karena meningkatnya aliran. Redistribusi
ventrikel kanan melebar. Karena pada orang dewasa vaskular paru lebih bervariasi pada regurgitasi mitral
ventrikel kanan jarang melebar tanpa pelebaran ventrikel dibandingkan dengan stenosis mitral, seperti halnya
kiri secara bersamaan, bentuk boot ini seringkali tidak pelebaran ventrikel kanan.
jelas. Bentuk tersebut paling sering terlihat pada penyakit
j a n t u n g k o n g e n i t a l , biasanya pada tetralogi Fallot.
Bersamaan dengan melebarnya ventrikel kanan, ventrikel VENTRIKEL KIRI
tersebut meluas secara superior juga secara lateral dan
posterior, memenuhi ruang udara retrosternal. Ajaran yang Pembesaran ventrikel kiri dicirikan dengan kontur apeks
klasik adalah pada foto rontgen dada lateral, pada pasien yang jelas dan mengarah ke bawah, yang dibedakan dari
normal densitas jaringan lunak terbatas pada kurang dari pergeseran letak transversal seperti yang terlihat pada
sepertiga jarak dari suprasternal notch sampai ke ujung pembesaran ventrikel kanan. Kontur keseluruhan jantung
xyphoid. Jika jaringan lunak tersebut memenuhi lebih biasanya juga membesar, meskipun hal ini tidak spesifik.
dari setengah jarak ini, hal tersebut merupakan indikasi Selain itu, penting mengevaluasi ventrikel kiri pada posisi
pembesaran bilik kanan yang dapat dipercaya. lateral, di mana tampak sebagai tonjolan posterior, di
Pembesaran ventrikel kanan paling sering ditemukan bawah anulus mitral. Pembesaran ventrikel kiri fokal pada
pada penyakit katup mitral, setelah terjadi hipertensi orang dewasa paling sering terlihat pada insufisiensi aorta
pulmonal. Yang lebih jarang adalah karena hipertensi atau regurgitasi mitral (dengan pelebaran atrium kiri).
pulmonal primer. Pelebaran ventrikel kiri lebih jarang pada stenosis aorta,
meskipun hal tersebut dapat terjadi, bersamaan dengan
gagal jantung kongestif
ATRIUM KIRI
terdapat sebuah tonjolan pada anterior nnediastinum pada siiuet jantung tersebut memiliki bentuk "water bottle" j\ka
pandangan lateral, di belakang dan superior terhadap terdapat efusi perikard berat, namun bentuk seperti itu
pulmonary outflow tract. Pelebaran aortic root paling sendiri tidak memastikan diagnostik.
sering terlihat pada hipertensi sistemik lama yang tak Kalsifikasi pleura sekaligus perikard dapat muncul,
terkontrol. Pembesaran aortic root juga ditemukan pada n a m u n s e r i n g k a l i tidak j e l a s . Kalsifikasi perikardial
penyakit katup aorta. berhubungan dengan riwayat perikarditis dan paling
Pada stenosis aorta, biasanya terdapat pelebaran sering b e r h u b u n g a n d e n g a n t u b e r k u l o s i s dan j u g a
fokal aortic root yang seringkali jelas, dan seringkali tanpa karena etiologi lainnya, seperti infeksi viral, biasanya tipis
disertai pembesaran ventrikel kiri. Ventrikel kiri biasanya dan linear serta mengikuti kontur perikardium. Karena
menjadi hipertrofi sebagai respons terhadap peningkatan kalsifikasi tersebut tipis, hal tersebut seringkali hanya
resistensi outflow dibandingkan dengan melebar seperti terlihat pada satu sisi.
yang terjadi sebagai respons terhadap peningkatan volume
aliran yang terjadi karena insufisiensi aorta. Penebalan
dinding ventrikel pada hipertrofi dapat dilihat dengan REFERENSI
pemeriksaan ekokardiografi, CT atau MRI, namun ventrikel
mungkin tampak normal pada pemeriksaan foto rontgen Bettmann MA. The chest radiograph in cardiovascular disease.
dada walaupun terdapat stenosis katup aorta berat. Pada In: Braunwald E, Zipes DP, Libby P, eds. Heart disease: a
textbook of cardiovascular medicine. 7th ed. Philadelphia:
keadaan di mana sudah terjadi dekompensasi ventrikel kiri, WB Saunders;2005.p.271-86.
terdapat pembesaran aortic root dan ventrikel kiri. Boxt LM. Radiology of the right ventricle. Radiol Clin North Am.
1999;37:379.
Pada regurgitasi aorta, keterlibatan aorta biasanya
Lipton MJ, Coulden R. Valvular heart disease. Radiol Clin North
lebih difus dibandingkan dengan stenosis aorta dan lebih Am. 1999;37:31.
mudah terlihat. Pada regurgitasi aorta murni, atrium kiri Murray JG, Brown AL, Anagnostou EA, et al. Widening of the
biasanya tidak membesar. Namun, seiring dengan waktu, tracheal bifurcation of chest radiographs:vaIue as a sign of
left atrial enlargement.AJR. 1995;164:1089.
m u n g k i n muncul pelebaran anulus mitral s e k u n d e r Thomas JT, Kelly RF, Thomas SJ et al: Utility of history, physical
terhadap pelebaran ventrikel kiri dengan hasil regurgitasi examination, electrocardiogram, and chest radiograph for
mitral dan pelebaran atrium kiri. Meskipun regurgitasi differentiating normal from decreased systolic function in
patients with heart failure. Am J Med. 2002;112:437.
aorta secara klasik muncul pada demam reumatik (dengan
penyakit katup mitral yang terkait), defek kongenital, atau
penyakit katup degeneratif, mungkin juga disebabkan oleh
penyakit pada aortic root, termasuk cystic medial necrosis,
dengan atau tanpa sindrom Marfan. Pada cystic medial
necrosis, keterlibatannya difus, dan biasanya terdapat
pelebaran aorta pada tingkatan katup setidaknya melalui
arkus. Pada sifilis tersier, (kasusnya sudah sangat jarang),
penemuan khasnya adalah pelebaran khas aorta dari akar
sampai ke arkusnya, namun mendadak menjadi normal
diameternya pada tingkatan ini. Pelebaran aneurisma
aorta asendens juga terjadi pada cystic medial necrosis.
Kelainan aorta lainnya, seperti diseksi akut atau kronis
dan ruptur traumatik atau pseudoaneurisma, lebih baik
dilihat dengan CT.
326
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI ABDOMEN POLOS, OMD, USUS HALUS DAN ENEMA BARIUM
327
1. Posisi pasien tidur terlentang dengan arah sinar disingkat menjadi OMD (oesofagomaagduodenografi).
roentgen vertikal dari anterior (AP), Pemeriksaan ini sebaiknya menggunakan fluoroskopi yaitu
2. Posisi pasien tegak, atau apabila kondisi pasien tidak alat roentgen yang mengeluarkan sinar x terus menerus
memungkinkan dapat dilakukan posisi semtreeumbent dan real time untuk dapat mengamati pergerakan organ
( s e t e n g a h d u d u k ) , d e n g a n a r a h sinar roentgen di layar monitor
horisontal dari anterior (AP), Pemeriksaan OMD ini umumnya menggunakan media
3. Posisi pasien tidur miring ke kiri {teft lateral decubitus/ kontras positif seperti barium sulfat yang dicampur dengan
LLD), dengan arah sinar roentgen horizontal dari air s e h i n g g a m e m b e n t u k suspensi, dapat dilakukan
anterior (AP). dengan teknik kontras tunggal {single contrast) atau
kontras ganda {double contrast)."^'^
Batas-batas foto, harus mencakup seluruh abdomen
yaitu dinding a b d o m e n lateral kanan-kiri, diafragma
kanan-kiri, dan simfisis pubis.
PEMERIKSAAN O M D
Persiapan Pemeriksaan OMD {double contrast). Teknik kontras tunggal merupakan teknik
Pasien diberikan penjelasan singkat t e n t a n g tujuan yang relatif mudah dikerjakan, karena pasien hanya minum
pemeriksaan, prosedur pemeriksaan dan lamanya waktu suspensi barium, kemudian gambar-gambar diambil saat
yang dibutuhkan untuk pemeriksaan OMD ini. Pasien saluran cerna atas sudah terisi oleh barium.^
diharuskan puasa karena saluran cerna bagian atas harus Sedangkan teknik kontras ganda adalah kombinasi
kosong sama sekali dari makanan atau sisa makanan pada antara cairan barium dan udara yang menyebabkan
saat pemeriksaan dilakukan. Umumnya puasa dilakukan mukosa dapat terlihat lebih rinci. Teknik ini relatif lebih
selama 8 jam sebelum pelaksanaan pemeriksaan, yaitu sulit dilakukan karena selain minum barium, pasien j u g a
pasien tidak diijinkan makan atau minum. Selama waktu diberikan udara melalui granul effervescent pembentuk
ini pasien juga dilarang merokok dan mengunyah permen gas. Kristal effervescent ini diminum bersamaan dengan
karet karena dapat meningkatkan sekresi asam lambung cairan barium dan akan aktif membentuk gas ketika
dan air liur yang dapat menghambat penempelan barium bercampur dengan cairan barium. Gas menyebabkan
ke mukosa lambung. lambung distensi dan memperluas permukaan lambung
Apabila pernah mengalami alergi terhadap obat- yang dilapisi barium sehingga akan memperlihatkan
obatan atau terhadap makanan tertentu, maka pasien detil-detil lapisan lambung tersebut. Beberapa gambar
harus memberitahukan kepada dokter radiologi, karena dalam posisi yang berbeda diambil untuk dianalisis lebih
barium dapat menyebabkan alergi walaupun kejadiannya lanjut.^
sangat j a r a n g . Perempuan yang sedang hamil harus
memberitahukan kepada dokter radiologi karena fetus Komplikasi Pemeriksaan OMD
d a l a m p e r k e m b a n g a n n y a s a n g a t sensitif t e r h a d a p Komplikasi yang paling sering terjadi setelah pemeriksaan
radiasi sinar x. Obat-obatan anti alergi dan alat-alat OMD ini adalah konstipasi ringan karena dalam beberapa
untuk tindakan emergensi juga harus tersedia di ruang jam setelah pemeriksaan OMD, barium akan keluar lewat
pemeriksaan OMD ini untuk mengatasi apabila terjadi feses. Akibat pemberian gas yang cukup banyak maka
reaksi hipersensitivitas."^'^'^ pasien akan merasa kembung.
Cairan barium sangat jarang menyebabkan obstruksi
Teknik pemeriksaan OMD usus. Untuk mencegah terjadinya konstipasi atau obstruksi
Pemeriksaan OMD dilakukan oleh spesialis radiologi atau usus, maka setelah pemeriksaan OMD ini, pasien harus
radiografer di rumah sakit atau pusat pelayanan rawat minum banyak air untuk membantu mengeluarkan barium
jalan. dari saluran cerna.
Posisi pasien duduk atau berdiri di depan sebuah Meskipun jarang terjadi, barium juga dapat
mesin sinar x kemudian diberikan minum cairan warna menyebabkan reaksi alergi, yang dapat diobati dengan
putih yaitu suspensi barium. Barium ini akan melapisi a n t i h i s t a m i n . Beberapa cairan barium m e n g a n d u n g
permukaan dalam (mukosa) saluran pencernaan bagian perasa, yang j u g a dapat menyebabkan reaksi alergi.
atas s e h i n g g a m e n y e b a b k a n kelainan y a n g ada di Risiko kerusakan jaringan akibat radiasi sinar x setelah
permukaan saluran cerna terlihat lebih jelas pada sinar x. pemeriksaan OMD ini adalah rendah.
Fluoroskopi atau video sinar x digunakan untuk melihat
pergerakan cairan barium melalui esofagus, lambung dan
duodenum.
Selanjutnya, posisi pasien diubah menjadi posisi
berbaring di atas meja sinar x, bila perlu perut pasien
ditekan-tekan atau meminta pasien untuk mengubah
p o s i s i m e n j a d i p o s i s i m i r i n g k a n a n a t a u kiri dan
t e n g k u r a p , agar seluruh mukosa saluran cerna atas
dapat dilapisi oleh barium. Beberapa gambar tambahan
diambil pada posisi ini untuk mendapatkan gambar
dari sudut pandang yang berbeda, karena sering lesi
kecil yang saling tumpang tindih dengan organ lainnya
menjadi tidak terdeteksi. Setelah pemeriksaan selesai,
foto radiografi yang didapat akan dianalisis oleh spesialis
radiologi untuk menentukan kelainan-kelainan yang ada
pada organ tersebut.'''^-^
Ada 2 teknik pemeriksaan O M D ini, yaitu teknik
Gambar 13. Esofago- Gambar 14. Radiografi gaster normal
kontras tunggal (single contrast) dan teknik kontras ganda gram normal
330 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM
Gambar 15. Radiografi duodenum normal Gambar 16. Divertikulosis duodenum Gambar 17. Akalasia esofagus.
Esofagus distal menyerupai ekor
tikus
Barium FoUowThrough
Pemeriksaan ini sangat mudah dan sederhana. Setelah
pasien menelan suspensi barium sekitar 200-500 cc, pasien
terlentang di atas meja pemeriksaan kemudian perjalanan
barium diawasi dengan pesawat fluoroskopi sampai
kontras memasuki sekum. Radiografi serial diambil untuk
dokumentasi, seperti foto 5 menit setelah minum barium,
10 menit, 20 menit, dan seterusnya sampai barium mengisi
sekum. Waktu pengisian usus halus sampai mencapai
sekum dihitung {transit time) dan foto-foto serial dievaluasi
Gambar 21. Tumor duodenum apakah terdapat kelainan sepanjang usus halus. Di samping
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI ABDOMEN POLOS, OMD, USUS HALUS DAN ENEMA BARIUM 331
mengetahui kelainan secara anatomis, pemeriksaan ini juga P E M E R I K S A A N RADIOLOGIK KOLON: ENEMA
dapat mengetahui pergerakan (peristaltik) usus halus di BARIUM
bawah fluoroskopi. Persiapan sebelum pemeriksaan sama
seperti OMD, yaitu pasien puasa agar usus halus bersih Pemeriksaan enema barium yang dikenal j u g a dengan
dari sisa makanan. Pemeriksaan barium foiiow through ini istilah colon in loop adalah pemeriksaan radiografi dari
disebut juga sebagai pemeriksaan enema kontras tunggal usus besar (kolon dan rektum) menggunakan suspensi
[single contrast) usus halus.^'^ barium sulfat sebagai media kontras.^^
Kontraindikasi
Pemeriksaan ini tidak boleh dilakukan pada perempuan
hamil, bila terdapat kecurigaan adanya perforasi usus,
megakolon toksik, pasca pemeriksaan kolonoskopi
atau setelah dilakukan biopsi kolon dalam waktu
dekat, atau pasien diketahui alergi terhadap kontras
barium.
Gambar 24. Divertikel besar Gambar 25. Polip usus halus
dari usus halus
332 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM
REFERENSI
334
UROFLOWMETRY DAN PLEOGRAFI INTAVENA 335
d. Lama pancaran [flow time/ T Q ) : lama pancaran yang seperti pada infeksi saluran kemih yang rekuren, dan juga
diukur secara aktual. Ketika pancaran terpotong atau pada pria dengan LUTS.^
bersifat intermiten, selang interval antar pancaran
tidak diukur Kelebihan dan Kekurangan
e. Laju pancaran rata-rata {average flow rate/ Qave) : Pemeriksaan uroflowmetri mempunyai beberapa
volume berkemih [voided volume) dibagi dengan lama keterbatasan. Pancaran berkemih yang rendah dapat
pancaran {flow time) disebabkan tidak hanya obstruksi outlet, akan tetapi juga
f. Lama berkemih {voiding time): total durasi berkemih, bisa disebabkan karena adanya gangguan kontraktilitas
termasuk ketika terjadi interupsi. Ketika berkemih detrusor ataupun rendahnya volume berkemih. Hanya
tidak terganggu oleh interupsi, lama berkemih sama dengan membaca kurva uroflowmetri, tenaga medis tidak
dengan lama pancaran. dapat membedakan antara obstruksi outlet kandung kemih
g. Lama waktu mencapai pancaran maksimum {time dan gangguan kontraktilitas detrusor. Selain itu, obstruksi
to maximum flow/ TQmax) : lama waktu dari awal outlet k a n d u n g kemih dan g a n g g u a n kontraktilitas
berkemih sampai pancaran maksimum tercapai. Pada detrusor terdapat pada keadaan yang dinamakan high
pasien dengan pancaran yang kontinyu atau tidak ada flow urethral obstruction dimana sebenarnya tekanan
interupsi, TQmax biasanya terletak di sepertiga awal, detrusor tinggi sekali walaupun pada uroflowmetrinya
baik pada pasien yang normal maupun pada pasien tidak ditemukan kelainan.^'*
dengan obstruksi berkemih, karena pemanjangan lama Akan tetapi, uroflowmetri masih menjadi modalitas
berkemih pada pasien dengan obstruksi saluran kemih sangat berguna untuk menilai kualitas berkemih
terjadi karena pemanjangan dari penurunan grafik seseorang. Dengan volume berkemih yang cukup (>150
pancaran berkemih (setelah pancaran maksimum ml), uroflowmetri merupakan pemeriksaan skrining yang
tercapai). sangat bermanfaat. Pada pria dengan gangguan LUTS,
p a n c a r a n berkemih y a n g rendah dapat d i s e b a b k a n
Laporan uroflowmetri minimal harus terdiri dari
oleh obstruksi uretra pada 6 5 % kasus dan gangguan
laju pancaran maksimum, volume berkemih, dan residu
kontraktilitas detrusor pada 3 5 % kasus.^
urin.^
Teknik/Persiapan Pemeriksaan
Indikasi dan Kontraindikasi
Pasien diinstruksikan untuk datang ke tempat pemeriksaan
Uroflowmetri merupakan pemeriksaan skrining yang baik
uroflowmetri d e n g a n kondisi k a n d u n g k e m i h y a n g
pada pasien dengan LUTS. Pemeriksaan ini dapat digunakan
penuh secara normal dan m e n u n g g u sampai timbul
untuk memeriksa adanya kemungkinan obstruksi outlet
keinginan untuk berkemih sebelum mulai berkemih pada
kandung kemih dan dapat memberikan bantuan dalam
alat uroflowmetri. Akan tetapi, biasanya pasien tidak
m e m b e r i k a n petunjuk m e n g e n a i kontraktilitas otot
melakukan hal ini, sehingga ketika pasien datang (dan
detrusor. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada semua
berkemih di kamar mandi karena mereka tidak dapat
usia dan kedua jenis kelamin pasien.^
menahannya), pasien diinstruksikan untuk minum sampai
Anak. Uroflowmetri merupakan pemeriksaan skrining satu liter air sampai mereka merasakan sensasi seperti
pada semua anak dengan kondisi neurologi normal yang mereka alami ketika ingin berkemih secara normal
dengan adanya kemungkinan gangguan obstruksi outlet kemudian dilakukan pemeriksaan USG kandung kemih
kandung kemih.^ untuk mengetahui jumlah urin di dalamnya. Bila sudah >
150 ml pasien boleh berkemih di alat uroflowmetri bila rasa
Perempuan. Ketika diperlukan pembedahan pada kasus
ingin berkemihnya sudah kuat. Setelah selesai berkemih,
inkontinensia stress, uroflowmetri menunjukkan fungsi
dilakukan pemeriksaan USG kandung kemih kembali
detrusor yang normal bila laju pancaran urinnya normal.
untuk mengukur volume residu urin pasca berkemih {post
Laju pancaran urin yang menurun dapat menjadi suatu
void residual urine volume) (gambar 1). Contoh klinik
tanda adanya masalah berkemih pasca operasi. Pada
uroflowmetri dapat dilihat dari gambar 2.^
perempuan tua, uroflowmetri dapat digunakan untuk
mengeksklusi residu urin, yang dapat menjadi penyebab
infeksi saluran kemih rekuren.^ Gambaran Normal
Pada gambaran yang normal, kurva laju pancaran urin
Pria. Uroflowmetri merupakan pemeriksaan skrining berbentuk genta (Gambar 3). Laju pancaran urin maksimum
untuk pria pada s e m u a usia d e n g a n keluhan y a n g dicapai pada sepertiga awal dan 5 detik setelah pancaran
mengarah ke obstruksi outlet kandung kemih {Bladder berkemih dimulai. Laju pancaran urin dipengaruhi oleh
Outlet Obstruction = BOO). Pemeriksaan ini juga dapat volume berkemih. Otot detrusor ketika meregang ke titik
digunakan pada pria dengan keluhan klasik yang minim. tertentu akan memberikan performa yang optimal, akan
336 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM
tetapi apabila meregang terlalu banyak akan menjadi tidak 200 ml sampai 400 ml. Pada kisaran ini, laju pancaran urin
efisien. Pada volume berkemih lebih dari 400 ml, efisiensi cenderung konstan. Pada kenyataannya, definisi normal pada
otot detrusor akan menurun dan Qmax akan menurun.^'^ pemeriksaan uroflowmetri dapat dengan beberapa cara. Cara
Laju pancaran urin mencapai angka tertinggi dan termudah adalah dengan menggunakan nilai minimal laju
dapat dipercaya pada kisaran volume berkemih antara pancaran sesuai dengan jenis kelamin dan usia (tabel 1).^
UROFLOWMETRY DAN PLEOGRAFI INTAVENA 337
ml/s
25H Laju pancaran
n\
(ml/s)
20-
20 Laju pancaran
maksimum
15-
15H
V
10-
10- Laju pancaran
rata-rata
5-
5-
0
0
5 10
\ 1
20 s
15
Waktu (s)
Lama waktu mencapai Gambar 4. Kurva pancaran berkemih "supranormal" pada
pancaran maksimum
overaktivitas detrusor^
Lama pancaran
Overaktivitas Detrusor
Tabel 1. Laju Pancaran Maksimum Terendah Berdasarkan Laju pancaran m a k s i m u m yang sangat tinggi dapat
Usia, Jenis Kelamin, dan Volume Berkemih Minimum^ terjadi pada pasien dengan overaktivitas detrusor. Terjadi
Usia Volume berkemih Pria Perempuan peningkatan yang cepat pada laju pancaran dalam waktu
(tahun) minimum (ml) (ml/s) (ml/s) yang singkat (1 sampai 3 detik) (gambar 4). Peningkatan
4-7 100 10 10 yang cepat pada laju pancaran terjadi karena kontraksi
8-13 100 12 15 detrusor sudah membuka lebar leher kandung kemih
14-45 200 21 18 terlebih dahulu sehingga menurunkan resistensi uretra.^"^
46-65 • 200 12 15
66-80 200 9 10 Obstruksi Outlet Kandung Kemih
Kurva pancaran pada pasien obstruksi dicirikan dengan
rendahnya laju pancaran maksimum dan rendahnya laju
Gambaran Kelainan yang Dapat Ditemui pancaran rata-rata, dengan laju pancaran urin rata-rata
Laju pancaran tergantung dari interaksi antara dorongan lebih tinggi dibandingkan setengah nilai laju pancaran
mengeluarkan urin (kontraksi detrusor ditambah adanya maksimum. Laju pancaran urin maksimum dicapai lumayan
tekanan dari abdomen) dan resistensi uretra.^"* cepat (3-10 detik), akan tetapi laju pancaran menurun
secara perlahan (Gambar 5).^"^
Results of U R O F L O W M E T R Y
Voiding Time 1100 72 s
Flow Time TQ 60 s
Time to max Flow Tqmax 9 s
max Flow Rate Qmax 8.3 ml/s
Average Flow Rate Qave 5.2 ml/s
Voided volume Vcomp 312 ml
R o * ¥ rm 25 mm
15 a >: <o ». n m
Gambar 6. Kurva pancaran pada pasien 50 tahun dengan riwayat striktur uretra (Qmax = 5 ml/s)
Detrusor Underactivity
Gambar 7. Kurva pancaran berkemih pada detrusor
Diagnosis ini dapat dicurigai jika pada kurva pancaran
underactivity
t e r d a p a t g a m b a r a n s i m e t r i s d e n g a n laju p a n c a r a n
maksimum yang rendah (Gambar 7). Karakteristik detrusor
Kurva Pancaran Intermiten
underactivity adalah w a k t u mencapai laju p a n c a r a n
maksimum yang sangat bervariasi, dan laju pancaran
Mengedan
maksimum biasanya dapat tercapai pada pertengahan
kurva. Karena variasi kurva yang cukup luas, kelainan B e b e r a p a pasien memiliki k e b i a s a a n m e n g g u n a k a n
bisa tumpang tindih dengan kelainan obstruksi, sehingga otot diafragma dan abdomennya untuk meningkatkan
diagnosis kelainan detrusor underactivity hanya bisa bersifat pancaran urin. Kebiasaan ini akan membentuk kurva yang
sebagai diagnosis dugaan. Diagnosis pasti dapat ditentukan intermiten (Gambar 8). Gambaran kurva pada keadaan ini
melalui pemeriksaan urodinamik pressure-flow}^ sangat bervariasi dan dapat terjadi bersamaan dengan
20 -
PIELOGRAFI INTRAVENA INTRAVENA {INTRA-
VENOUS PYELOGRAPHY = IVP)
Pendahuluan
Sejak dulu pielografi intravena (IVP) merupakan modalitas
pencitraan primer untuk mengevaluasi saluran kemih.
Saat ini, berbagai modalitas pencitraan lainnya seperti
ultrasonografi (USG), CT-Scan, dan MRI sudah mulai
banyak digunakan untuk mengatasi keterbatasan IVP
dalam m e n g e v a l u a s i penyakit saluran k e m i h . Sama
halnya seperti IVP, modalitas-modalitas tersebut j u g a
Gambar 9. Perubahan kurva pancaran yang disebabkan
memiliki kekurangan. Kemampuan dalam menganalisis
karena artefak "cruising". Perubahan laju pancarannya cepat
dan bersifat bifasik pemeriksaan IVP dengan mengkombinasikannya dengan
modalitas pemeriksaan lainnya merupakan kemampuan
adanya obstruksi dan/ atau kelainan kontraksi detrusor. yang penting dalam mendiagnosis kelainan pada saluran
Pemeriksaan lebih lanjut dengan urodinamikpresswre-Zifow kemih.^'^
dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis.^^
Prinsip Kerja
Artefak IVP merupakan pemeriksaan yang menggunakan X-ray
untuk melihat kelainan pada ginjal, ureter, kandung
"Cruising" kemih, dan uretra. Saluran kemih tidak dapat diperlihatkan
Keadaan ini biasanya dilakukan oleh pasien pria dimana dengan jelas oleh foto X-ray yang biasa. Dengan IVP,
pasien m e n g g e r a k k a n arah j a t u h n y a urin di d a l a m bahan kontras dimasukkan melalui vena. Kontras akan
cerobong uroflowmetri. "Puncak" pancaran terjadi ketika mengalir melalui pembuluh darah dan terkonsentrasi di
pasien menggerakkan arah jatuhnya ke urin mendekati ginjal, setelah itu kontras akan turun ke ureter dengan urin
tempat keluarnya di dalam cerobong tersebut (Gambar 9). yang dihasilkan oleh ginjal. Bahan kontras akan terdeteksi
oleh X-ray sehingga struktur ginjal, ureter, dan kandung
Gambaran "lembah" terjadi ketika pasien menggerakkan
kemih dapat terlihat dengan jelas (berwarna putih) pada
lagi arah jatuhnya urin menjauhi tempat keluarnya urin.^
foto X-ray (Gambar 11).^
"Squeezing"
Beberapa pria memiliki kebiasaan menekan ujung penisnya Indikasi dan Kontraindikasi
ketika berkemih (Gambar 10). Kebiasaan ini menimbulkan Pemeriksaan IVP diindikasikan pada keadaan untuk:^
gambaran dengan banyak puncak pada kurva pancaran a. Melihat sistem pelviokalises ginjal dan ureter
berkemih. Artefak ini tidak dapat dideteksi oleh mesin b. Menginvestigasi lokasi obstruksi ureter
uroflowmetri sehingga harus diperiksa secara manual c. Memberikan gambaran opak sistem pelviokalises ketika
25 rrt!/5
a. Terdapat kontraindikasi relatif pada penggunaaan foto menit ke-5, aneurisma aorta atau massa abdomen
high-osmolality iodinated contrast media (HOCM) lainnya, riwayat operasi abdomen, nyeri abdomen yang
pada pasien dengan mieloma multipel, sickle cell berat, dugaan adanya trauma saluran kemih, dan adanya
disease, dan feokromositoma diversi urin atau transplantasi ginjal. Lima menit setelah
kompresi abdomen dilakukan, foto dapat diambil untuk
b. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal yang mem-
melihat sistem pelviokalises lebih jelas lagi.^'^°
butuhkan terapi medikasi spesial dan regimen hidrasi
c. Hamil Lima belas menit setelah pemberian kontras, foto
diambil untuk memperlihatkan saluran ureter-kandung
Kelebihan dan Kekurangan kemih. Flouroskopi dapat digunakan untuk memastikan
Seperti sudah dijelaskan s e b e l u m n y a bahwa setiap seluruh lumen ureter dapat terlihat. Jika flouroskopi tidak
pemeriksaan memiliki keterbatasannya, IVP memiliki tersedia, posisi oblik dapat d i l a k u k a n . M a n u v e r gravitasi
keunggulan tersendiri. Saluran kemih tidak divisualisasikan seperti posisi tengkurap atau oblik dapat membantu
secara luas dengan pemeriksaan USG. CT-scan tidak dapat memvisualisasi ureter yang tidak terlihat karena ureter
memberikan gambaran anatomi yang cukup detail untuk akan "tergantung" dalam posisi ini. Pada kasus yang
mengevaluasi kelainan neoplasma uroepitelial yang kecil/ demikian, foto delayed juga dapat dilakukan sampai
halus atau penyakit sistem pelviokalises lainnya.^^'^^ MRI opasifikasi obstruksi terjadi atau sampai ditentukan bahwa
tidak dapat memperlihatkan kalsifikasi atau tidak dapat ekskresi ginjal terganggu yang dapat menyebabkan tidak
memperlihatkan keadaan urotelial dengan resolusi yang terjadinya opasifikasi.^'^"-^^'^'"
baik untuk melihat kelainan yang halus.^ J i k a a d a k e m u n g k i n a n m e n g a r a h ke k e l a i n a n
kandung kemih, foto delayed dapat membantu distensi
Teknik/Persiapan kandung kemih. Selain itu foto oblik, tengkurap, atau
S e b e l u m d i l a k u k a n p e m e r i k s a a n IVP ada b e b e r a p a pasca berkemih dapat digunakan untuk mengevaluasi
tahapan yang harus dilakukan. Persiapan saluran cerna filling defect pada kandung kemih. Foto pasca berkemih
diperlukan agar dapat membantu memvisualisasi seluruh dilakukan untuk mengevaluasi adanya obstruksi outlet,
ureter dan sistem pelviokalises. Pembersihan saluran cerna pembesaran prostat, divertikel, dan bladder filling defects
dilakukan dengan memberikan cairan bersih 12 sampai 24 termasuk batu dan kanker urotelial.'''^°
UROFLOWMETRY DAN PLEOGRAFI INTAVENA
341
Langkah DeskrIpsI
1 Pencitraan awal: foto BNO
Tambahan: foto oblik, tomogram ginjal
2 Pemberian bahan kontras dengan injeksi bolus
atau drip
3 Fase nefrografik (didapatkan 1 sampai 3 menit
setelah pemberian bahan kontras)
Tambahan: foto nefrografik oblik,
nefrotomogram oblik
Gambar 12. Hidronefrosis. Terdapat gambaran parenkim yang
4 Radiografi KUB (didapatkan 5 menit setelah tipis dengan gambaran "clubbing" pada kaliks
pemberian bahan kontras)
5 Kompresi abdomen (dilakukan segera setelah
foto menit ke-5) juga dapat membentuk "double contour" pada foto. Tidak
6 Fase pielografik (5 menit setelah kompresi, 10 adanya fase nefrografik dapat mengarah ke kista ginjal.
menit setelah pemberian bahan kontras) Ditemukannya gambaran massa pada pemeriksaan IVP
Tambahan: foto oblik, tomogram ulangan memerlukan konfirmasi dengan pemeriksaan lainnya. USG
7 Fase ureter-kandung kemih (didapatkan 15 digunakan saat dugaan mengarah ke kista, sedangkan
menit setelah pemberian bahan kontras dan CT-scan digunakan saat dugaan mengarah ke massa yang
segera setelah kompresi abdomen dilepas) solid.^-^3-^^
Tambahan: flouroskopi ureter, foto posisi
Posisi ginjal juga harus diperhatikan saat membaca
tengkurap, foto oblik, foto delayed
hasil IVP Perubahan pada aksis dan posisi dapat merupakan
8 Fase kandung kemih
Tambahan: foto delayed, oblik, tengkurap, atau tanda adanya massa a b d o m e n atau retroperitoneal,
pasca berkemih perubahan ukuran viseral, atau kelainan ginjal kongenital.
Pada kondisi horseshoe kidney terdapat perubahan aksis
dan posisi ginjal.^
Interpretasi Pemeriksaan Pada pengisian ureter, adanya gambaran standing
Parenkim ginjal dapat dilihat pada fase nefrografik column bahan kontras pada ureter menunjukkan adanya
IVP Kontur keseluruhan ginjal harus d i p e r i k s a , dan obstruksi (Gambar 13) atau ileus ureter (dilatasi non-
nefrotomografi dapat dilakukan untuk melihat parenkim
ginjal lebih jelas. Kontur ginjal harus halus dan simetris.
Fase n e f r o g r a f i k y a n g baik m e m e r l u k a n pancaran
pembuluh darah ke ginjal yang cukup, fungsi ekskresi
parenkim ginjal yang baik tanpa obstruksi, dan pancaran
vena yang normal. Ukuran ginjal juga dapat diperiksa saat
fase nefrografik. Ginjal yang normal berukuran 9 sampai
13 cm pada panjang sefalokaudal, dengan ginjal kiri lebih
besar 0,5 cm dibandingkan ginjal kanan dan ginjal pada
pria lebih besar dibandingkan ginjal perempuan. Banyak
metoda dalam pengukuran ginjal, akan tetapi kesimetrisan
ukuran ginjal harus diperhatikan. Ukuran ginjal kanan lebih
besar > 1,5 cm dibandingkan ginjal kiri atau ginjal kiri >
2 cm lebih besar dibandingkan ginjal kanan merupakan
suatu tanda adanya kelainan.^'^^'^"
Obstruksi ringan dan sedang diindikasikan dengan
gambaran halus pada margin forniks (Gambar 12). Obstruksi
yang lama dan y a n g lebih berat akan menimbulkan
Gambar 13. Dilatasi sistem pelviokalises. Gambaran foto menit
hilangnya impresi papiler dan kaliks yang clubbingJ'^^
ke-15 memperlihatkan standing column bahan kontras dari
Penebalan parenkim ginjal disertai dengan distorsi ureteropelvic junction sampai ureterovesical junction kiri. Batu
pada sistem kaliks mengarah ke adanya suatu massa. Massa terdapat di ureterovesical junction
342 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM
obstruktif berkaitan dengan inflamasi, tingginya pancaran Multidetector computerized tomography urography is more
urin (diuresis, diabetes insipidus), atau reflux). Diameter accurate than excretory urography for diagnosing transitional
cell carcinoma of the upper urinary tract in adults with
ureter > 8 mm merupakan kriteria dilatasi yang pasti hematuria. J Urol. 2010;183(l):48-55.
menurut beberapa penulis.^ 12. Becker JA, Pollack HM, McClennan BL. Urography survives
Pada foto menit ke-15 sampai menit ke-30, kandung (letter). Radiology 2001; 218:299-300.
13. Friedenberg RM, Harris RD. Excretory urography in the
kemih biasanya sudah terisi penuh. Ketika kandung kemih
adult. In: Pollack HM, McClennan BL,'Dyer R, Kenney PJ,
terisi penuh, kontras intralumen akan berbentuk bulat dan editors. Clinical urography. 2""^ ed. Philadelphia: Saunders;
dengan batas yang halus dan dinding kandung kemih 2000. p.147-257.
yang tidak terlalu terlihat. Posisi dan bentuk bull juga perlu 14. Dunnick NR, Sandler CM, Newhouse JH, Amis ES Jr.
Textbook of uroradiology. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott
diperhatikan apakah terdapat distorsi atau tidak karena Williams & Wilkins, 2001.
penekanan dari massa.^ 15. Katzberg RW. lodinated contrast media for urological imag-
Penebalan dinding kandung kemih dan gambaran ing. In: Pollack HM, McClennan, Dyer R, Kenney PJ, editors.
Clinical urography. 2""* ed. Philadelphia: Saunders; 2000. p.
bahan kontras lumen yang iregular berkaitan dengan
19-66.
fUUng defect yang merupakan tanda obstruksi outlet
kandung kemih karena penyakit prostat. Kontur abnormal
karena divertikulum juga dapat terlihat. Foto pengisian
kandung kemih disertai foto pasca berkemih merupakan
pemeriksaan yang paling sensitive untuk mengevaluasi
filling defects. Foto oblik dapat digunakan untuk
m e m a s t i k a n b a h w a g a m b a r a n filling defects tidak
disebabkan karena gas enterik. Foto pasca berkemih
juga berguna untuk mengevaluasi pasien dengan dilatasi
saluran kemih bagian atas. Adanya gambaran dilatasi yang
persisten menunjukkan obstruksi yang menetap.^'^^'^"
REFERENSI
343
344 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM
Evaluasi trauma abdomen dan pelvis, obstruksi usus sebagai informasi dasar dalam menganalisis dan
halus dan usus besar, kelainan kongenital organ menginterpretasi gambar yang diperoleh."^
abdomen atau pelvis, pre atau post-transplantasi.
Konfirmasi kelainan modalitas radiologis lain atau
hasil laboratorium. MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI)
Pedoman pemeriksaan atau terapi intervensional pada
abdomen atau pelvis. Magnetic Resonance Imaging merupakan pemeriksaan
Deteksi kanker dan polip kolon dengan CT kolonografi, radiologi yang menggunakan medan magnet
CT planning untuk radiasi dan kemoterapi, serta untuk mendeteksi nukleus hidrogen. Kelebihan MRI
evaluasi respons tumor terhadap terapi. dibandingkan dengan C T a d a l a h pemeriksaan MRI dapat
dilakukan terhadap 3 potongan, yaitu aksial, koronal, dan
CT/MSCT dengan Kontras :
sagital, sedangkan pada CT untuk memperoleh potongan
Kontras intraluminal gastrointestinal dapat diberikan
koronal dan sagital dilakukan rekonstruksi pada post
secara oral, per rektal atau melalui nasograstric tube
processing.
bila tidak ada kontraindikasi.
American College of Radiology (ACR)^ menganjurkan
Kontras intravena pada pemeriksaan CT diberikan bila
pemeriksaan MRI abdomen dengan indikasi tersebut di
tidak ada kontraindikasi." Pemberian kontras harus
bawah ini:
selalu mempertimbangkan kemungkinan terjadinya
Tumor atau infeksi pankreas, kelainan pankreas yang
contrast-medium-induced nephropathy (CIN), karena
tidak dapat diidentifikasi oleh pemeriksaan radiologis
itu harus selalu dicantumkan hasil kreatinin pasien
lain, obstruksi atau dilatasi serta kelainan duktus
untuk penghitungan laju filtrasi glomerulus (LFG).^
pankreatikus, follow up terapi.
T h o m s e n dkk^ menyatakan risiko terjadinya CIN
Kelainan lien yang tidak dapat diidentifikasi oleh
ditemukan pada 0,6% pasien dengan LEG > 40 ml/
pemeriksaan radiologis lain, evaluasi lien asesorius
menit dan 4,6% pada pasien dengan LFG < 40 ml/
serta kelainan lien yang difus.
menit tetapi > 30 ml/menit, serta 7,8% pada pasien
Kelainan ginjal yang tidak dapat diidentifikasi oleh
dengan GFR < 30 ml/menit.
pemeriksaan radiologis lain, deteksi tumor ginjal
American College of Radiology (ACR)^ m e n y a r a n k a n termasuk vena renalis dan vena kava inferior, evaluasi
indikasi pemeriksaan CT toraks termasuk : traktus urinarius (MR urografi) dan retroperitoneal,
Evaluasi kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan follow up terapi.
toraks foto atau secara klinis diduga ada kelainan. Deteksi pheochromocytoma dan adenoma adrenal
Staging dan follow up keganasan paru atau organ fungsional.
toraks lainnya, serta deteksi metastasis. Evaluasi kelainan vaskular intraabdominal.
Evaluasi kecurigaan kelainan dinding toraks, kelainan Deteksi dan evaluasi tumor, batu kandung empedu,
vaskular toraks, penyakit pleura, kelainan kongenital kelainan kongenital dan duktus biliaris, dilatasi duktus
toraks, dan trauma. biliaris, staging cholangiocarcinoma.
Evaluasi dan follow up penyakit traktus respiratorius Evaluasi t u m o r t r a k t u s g a s t r o i n t e s t i n a l , staging
dan pasien pasca-operasi. k a r s i n o m a r e k t u m , p r o s e s i n f l a m a s i u s u s dan
CT planning untuk radioterapi. mesenterium, nyeri abdomen misalnya apendisitis
Evaluasi emboli paru^. pada pasien hamil.
Cardiac CT untuk melihat kelainan di pericardium, Deteksi dan evaluasi tumor primer atau metastasis di
ruang jantung, pembuluh darah besar, fungsi jantung peritoneum atau mesenterial.
dan katup jantung, evaluasi arteri dan vena koronaria, Deteksi cairan intraabdominal dan kelainan
miokardium ventrikel, serta kalsifikasi.^ ekstraperitoneal.
Sebagai pemeriksaan alternatif CT untuk mengurangi
Tidak ada kontraindikasi absolut untuk pemeriksaan
dampak radiasi pada evaluasi abdomen perempuan
CT scan abdomen dan pelvis, namun pemeriksaan ini
hamil atau anak-anak atau terdapat kontraindikasi
harus dipertimbangkan pada pasien hamil atau diduga
kontras media yang mengandung yodium.^
hamil."'^ Demikian pula tidak ada kontraindikasi absolut
Deteksi dan evaluasi lesi fokal di hepar, untuk melihat
untuk pemeriksaan CT toraks, risiko dan keuntungan
spesifikasi lesi hepar seperti kista, lemak, hemangioma,
harus dipertimbangkan pada saat pemberian kontras
karsinoma hepar, metastasis, focal nodular hyperplasia,
intravena.^
dan adenoma hepatik.
Data pasien, gejala atau riwayat penyakit serta
Evaluasi kelainan kongenital, infeksi, kelainan lain di
diagnosis kerja sangat penting d i c a n t u m k a n d a l a m
hepar dan vaskular termasuk Budd-Chiari.
permintaan pemeriksaan, sehingga dapat digunakan
DASAR-DASAR CT/MSCT,MRi, MRCP
345
REFERENSI
MAGNETIC RESONANCE CHOLANGIO-
PANCREATOGRAPHY (MRCP) 1. Pretorius ES, Solomon J A. Introduction to ultrasoimd, CT,
and MRI. In Radiology Secrets. 2"'' ed. Mosby Elsevier. 2006.
Magnetic resonance cholangio pancreatography (MRCP) p.15-22
2. Cahir JG, Freeman AH, Courtney HM. Multislice CT of the
m e r u p a k a n p e m e r i k s a a n y a n g tidak invasif^^ untuk
abdomen. BJR. 2004; 77: S64-73.
mengevaluasi sistem bilier dan duktus pankreatikus.^" 3. Gibson J. Spiral CT of the liver : is biphasic or triphasic
Bila p e m e r i k s a a n klinis, u l t r a s o n o g r a f i atau scanning the routine in your department ? 24 Desember
laboratorium tidak menunjukkan kelainan yang spesifik 2011. Diunduh dari: http://imaging-radiation-oncology.
advanceweb.com/article.
u n t u k m e l i h a t o b s t r u k s i s i s t e m bilier, umumnya 4. ACR-SPR practice guideline for the performance of computed
dilakukan pemeriksaan Endoscopic Retrograde tomography (CT) of the abdomen and Computed Tomogra-
Cholangiopancreatography (ERCP). Pemeriksaan ini selain phy (CT) of the pelvis. Practice Guideline (Resolution 32).
2011.25 Desember 2011. Diimduh dari: http://www.acr.org/
membutuhkan sedasi, dapat mengakibatkan pankreatitis
Secondary MainMenu Categories/quality_safety/ guidelines/
akut.^^ M e s k i p u n d e m i k i a n , ERCP tetap m e r u p a k a n pediatric/CT_Abdomen_pelvis.pdf.
pilihan utama untuk terapi intervensi.^" Keunggulan lain 5. Thomsen HS, Morcos SK. Risk of contrast-medium-induced
MRCP iaIah tidak menggunakan radiasi, tidak tergantung nephropathy in high-risk patients undergoing MDCT —a
pooled analysis of two randomized trials. Abstract. Eur Radiol
kepada operator, serta dapat mendeteksi kelainan ekstra
2009; 19 (4):891-7.
duktal. Kerugian MRCP adalah tidak dapat mendeteksi 6. ACR practice guideline for the performance of pediatric and
kelainan duktus intrahepatik perifer, pankreatitis, dan adult thoracic computed tomography (CT). Practice Guide-
rendahnya deteksi kelainan duktus kecil, karena itu masih line (Resolution 23). 2008. 25 Desember 2011. Diunduh dari:
http:// www.acr.org/secondarymainmenucategories/ qual-
tetap dianjurkan dilakukan ERCP pada pasien dengan ity_safety/guidelines/ pediatric/CT_thoracic.aspx.
obstruksi bilier dan pada pasien yang membutuhkan 7. ACR-NASCI-SPR practice guideline for the performance and
tindakan intervensi.^^ interpretation of cardiac computed tomography (CT). Practice
Guideline (Resolution 38). 2011.25 Desember 2011 Diimduh
346 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM
347
RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM
348
•CCD N U K u m
TNYROIO 8C«N
Tc-fS«
II -K-
Gambar 5 . nodul panas/hot nodule di lobus kanan
PARU2
Gambar 6. Sidik perfusi (baris I, III) dan sidik ventilasi (baris II, IV)normal.
Gambar. 7. Emboli paru multipel terlihat pada sidik perfusi, s e d a n g k a n sidik ventilasi normal
350 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM
1 ^ # *
Gambar 8. PPOK tampak inhomogen b pada sidik perfusi maupun sidik ventilasi.
GINJAL'
penolakan (rejection). Gambar 10. Kurva renogram ginjal kiri menunjukkan obstruksi
KEDOKTERAN NUKLIR ATAU RADIO NUKLIR DAN PET-CT
351
18
25
B 19
8 7
Gambar. 11. Gambaran normal sidik ginjal dengan 99mTc- Gambar 14. Sidik ginjal transplantasi yang berhasil
DMSA
Radiofarmaka untuk kurva renogram menggunakan
131 l-hippuran atau 99mTc-MAG3, radiofarmaka untuk GFR
mmmjku N U K L I R RSCH
dengan 99mTc-DTPA, dan ERPF dengan 99mTc-MAG3,
RENBL SCAN TC-99M DMSfl sedangkan untuk sidik renal dengan 2-5 mCi 99mTc-
2JAH P I DMSA. Evaluasi pencangkokan ginjal dapat menggunakan
fungsi GFR atau ERPF.
I
•* •» •* •*
I m
f % i i
•»oi*f*i taw
Renografi Diuretik *
Pemeriksaan gabungan antara renografi dengan pemberian
obat diuretika (biasanya diberikan furosemid intravena)
untuk membedakan antara suatu kurva renogram obstruksi
fungsional dengan obstruksi mekanik (batu; stenosis
ureter).
SEREBRAL»
99mTc-DTPA dan 99mTc-HMPAO, sedangkan PET dipakai pemeriksaan radio nuklir untuk mendeteksi keganasan
18F-FDG. Peran klinik pemeriksaan pencitraan ini meliputi p a y u d a r a d e n g a n radio f a r m a k a 99mTc-Sestamibi
kelainan serebro-vaskular (infark), d e m e n s i a , kejang {methoxyisobtylisonitrile) intravena. (Gambar. 21).
(epilepsi), psikiatri, sedangkan pada kasus trauma CT Hasil p e m e r i k s a a n ini lebih s e n s i t i f , s p e s i f i k , d a n
lebih berperan karena mudah, lebih cepat, lebih sensitif, akurat dibandingkan modalitas radiologi konvensional.
dan spesifik. SPECT t e r u t a m a berperan untuk kasus Sensitivitas 86-95% untuk tumor payudara yang teraba
infark, tumor, demensia, dan mencari fokus epileptikus. dan 6 0 - 9 1 % untuk tumor payudara yang tidak teraba,
P f T terutama untuk kasus onkologi, membedakan tumor dengan spesivitas 62-93%.
jinak dari ganas mencari lesi metastasis, residu, dan residif
Fokus epileptikus lebih sensitif, akurat dan spesifik dengan
PET-CT
Hasil pencitraan SPECT pada kasus infark, demensia,
d a n t u m o r m e m b e r i k a n g a m b a r a n lesi hipo-non
aktif (Gambar 20), sedangkan kasus epilepsi saat iktal
memberikan gambaran lesi hiperaktif. Hasil PET pada lesi
ganas memberikan gambaran hipermetabolik, sedangkan
infark, d e m e n s i a dan f o k u s e p i l e p t i k u s (inter-iktal)
memberikan lesi hipo-non hipermetabolik. Gambar. 2 1 . Sintimammogram, tampak lesi keganasan di
payudara kanan
REFERENSI
356
RADIOGRAFI MUSKULOSKELETAL 357
pencitraan. Prinsip dasar ini berlal<u untul< semua jenis CT dalam pencitraan di bidang reumatologi iaIah evaluasi
pemeriksaan pencitraan. preoperatif pasien dengan kelainan sendi yang akan
Kelebihan radiografi konvensional iaIah tidak mahal, menjalani operasi.
mudah diperoleh sehingga tetap merupakan andalan M e s k i p u n r e l a t i f m a h a l , CT-scan lebih murah
dalam pemeriksaan radiologi dasar pada artritis. Di daripada MRI. Resolusi spasial lebih baik daripada MRI,
samping itu, pengetahuan tentang kelainan radiologi tetapi lebih buruk daripada foto konvensional. CT-scan
(konvensional) pada bermacam-macam penyakit reumatik dapat memperlihatkan kelainan jaringan lunak lebih baik
sudah banyak diketahui dan sudah tersebar luas. daripada foto konvensional, walaupun tidak sebaik MRI.
CT tersebar luas dan banyak dokter dapat membaca hasil
fotonya.
TOMOGRAFI CT-scan merupakan teknik yang sangat baik untuk
mengevaluasi penyakit degeneratif diskus intervertebralis
Teknik ini sangat berguna untuk pemeriksaan daerah dan k e m u n g k i n a n herniasi d i s k u s pada o r a n g t u a .
dengan anatomi yang kompleks, dimana struktur yang Penekanan tulang pada kanalis spinalis dan foramen
berhimpitan akan mengaburkan g a m b a r a n a n a t o m i . intervertebralis lebih mudah dievaluasi daripada MRI.
Biayanya hampir sama dengan CT-scan. Resolusi struktur Mielografi CT dan CT-scan dengan bahan kontras intravena
tulang sedikit lebih baik, sedangkan visualisasi jaringan merupakan teknik tomografi lain yang digunakan untuk
lunakjauh lebih buruk. Dosis radiasi lebih tinggi daripada mengevaluasi penyakit diskus intervertebralis dan kelainan
CT-scan. Dalam praktek, teknik ini telah digantikan oleh vertebra lain. MRI lebih disukai sebagai pilihan kedua -
CT-scan. setelah foto polos - untuk menyelidiki penyakit diskus
intervertebralis, tetapi CT-scan merupakan alternatif
yang baik dan mungkin bermanfaat pada situasi dimana
COMPUTED TOMOGRAPHY (CT) keterangan lebih lanjut tentang osteofit sangat diperlukan.
CT-scan juga bermanfaat untuk mengevaluasi struktur di
Sejak perkembangannya pada awal 1970-an, CT telah daerah dengan anatomi yang kompleks dimana struktur
diterapkan secara luas pada hampir semua cabang radiologi yang saling berhimpitan menyulitkan pandangan pada foto
dan efektif m e n g g a n t i k a n t o m o g r a f i k o n v e n s i o n a l . konvensional. Misalnya koalisi talokalkaneus yang tidak
K e u n g g u l a n u t a m a CT-scan dibandingkan dengan dapat dilihat pada foto konvensional, sakroiliitis (terutama
radiografi konvensional iaIah resolusi kontras yang lebih yang disebabkan infeksi) dan kolaps kaput femoris akibat
besar, penampakan bayangan yang secara potong lintang osteonekrosis yang memerlukan penggantian sendi atau
serta kesanggupan membentuk bayangan pada bidang (Joint reptacement). Sendi sternoklavikula yang sangat
yang berbeda-beda. Sifat dasarnya yang tomografik sulit dilihat dengan foto konvensional, cukup jelas terlihat
memungkinkan visualisasi lebih baik pada sendi yang dengan CT-scan.
struktur anatominya kompleks atau yang disamarkan Dosis radiasi CT-scan relatif lebih tinggi dibandingkan
oleh struktur lain seperti sendi sakroiliaka, subtalar, dan dengan satu foto konvensional pada daerah yang sama.
sternoklavikular. Dosis radiasi ini sebanding jika diperlukan beberapa foto
Peranan CT dalam evaluasi kelainan sendi sakroiliaka konvensional pada satu daerah. Akibatnya, dosis radiasi
telah diselidiki dalam berbagai penelitian. Gambaran lebih rendah daripada tomografi konvensional pada
CT sendi sakroiliaka biasanya dianggap lebih konsisten banyak keadaan.
dan sensitif untuk melihat perubahan patologik awal Berhubung sejumlah penyakit reumatik berkaitan
dibandingkan dengan radiografi konvensional. CT juga dengan kelainan paru-paru, cukup beralasan bahwa
dapat membantu dalam aspirasi sendi sakroiliaka dan pemeriksaan CT-scan dengan resolusi tinggi pada paru-
suntikan kortikosteroid intra-artikular. paru dapat memperlihatkan detil penyakit yang tidak
Walaupun CT menawarkan kontras yang jelas antara dapat dilihat dengan CT-scan irisan tebal. Terlihatnya
tulang dengan jaringan lunak di sekitarnya dan sangat infiltrat <ground glass> menunjukkan proses aktif yang
baik untuk mengevaluasi struktur tulang dan kalsifikasi, mungkin memberikan respon terhadap pengobatan.
sensitivitasnya terhadap kontras jaringan lunak relatif
kurang baik dan tidak cukup untuk melihat struktur
intra-artikular. Sampai batas tertentu, keterbatasan CT MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI)
dalam mengevaluasi rawan sendi, jaringan sinovium,
dan ligamen dapat diatasi dengan menyuntikkan kontras MRI menghasilkan pencitraan tomografi tubuh dengan
m e n g a n d u n g y o d i u m , udara, atau kedua-duanya ke kualitas tinggi pada setiap bidang. MRI merupakan satu-
dalam sendi (artrografi CT). Penerapan lain penggunaan satunya modalitas pencitraan yang secara langsung dapat
358 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM
memperlihatkan komponen tulang, rawan sendi, dan dapat dinilai. MRI makin populer untuk mengevaluasi
jaringan lunak pada sendi sekaligus. Keunikan MRI berasal ligamen antara tulang-tulang karpal dan fibrokartilago
dari kontras jaringan lunaknya yang sangat baik. Pada trianguler.
dekadeyang lalu, penerapan MRI dalam penilaian artritis Kalsifikasi jaringan ikat terlihat tidak sebaik foto biasa
meningkat dengan pesat baik dalam praktik klinik maupun karena pancaran sinyal yang rendah. Mula-mula diduga
dalam penelitian. Berbagai faktor berperan dalam hal ini, bahwa tulang yang j u g a mempunyai pancaran sinyal
termasuk diantaranya ketersediaan alat, perbaikan resolusi yang rendah akan menimbulkan masalah. Tetapi karena
dan perkembangan baru sekuens MRI untuk mengevaluasi sumsum tulang mempunyai sinyal tinggi, MRI menjadi
jaringan yang berbeda-beda. sangat sensitif untuk mendeteksi kelainan tulang. Dalam
MRI membawa keuntungan besar bagi pencitraan praktik, mikrofraktur akibat trauma atau stres yang sering
muskuloskeletal karena kesanggupannya untuk disebut bone bruises, tidak dikenal sebelum MRI. Sekarang,
memperlihatkan struktur jaringan lunak yang tidak dapat keberadaan mikrofraktur ini penting untuk diketahui.
diperlihatkan oleh pemeriksaan radiologi konvensional. Sebagai contoh, kebanyakan nyeri yang menyertai robekan
Teknik ini memperoleh informasi struktur berdasarkan meniskus akut mungkin disebabkan oleh mikrofraktur yang
densitas proton dalam jaringan dan hubungan proton ditemukan bersama-sama. Ketika mikrofraktur menyembuh,
ini dengan lingkungan terdekatnya. MRI dapat memberi nyeri hilang walaupun robekan meniskus masih ada.
penekanan pada jaringan atau status metabolik yang Penemuan ini m e m p u n y a i pengaruh penting dalam
berbeda-beda. Dengan perkataan lain, pencitraan yang pengobatan. Ini juga membantu menerangkan mengapa
berbeda dapat diperoleh dari tempat anatomi yang sama MRI lutut pada usia tua sering menunjukkan robekan
dengan mengubah parameter tertentu. meniskus yang asimtomatik. Mikrofraktur juga mempunyai
MRI relatif lebih m a h a l d a r i p a d a pemeriksaan hubungan erat dengan cedera ligamen.
pencitraan lain, terutama karena harga peralatan dan Setelah foto polos, MRI merupakan cara yang bagus
waktu yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan. untuk memelajari tulang belakang dan isinya, seperti pada
Di masa depan, perlu dipertimbangkan pengurangan kasus tersangka herniasi diskus intervertebralis, terutama
sekuens pencitraan sehingga dapat menurunkan pada pasien muda karena tidak menimbulkan ionisasi.
biaya pemeriksaan. Juga perlu dikembangkan sekuens MRI merupakan sarana terbaik untuk mendiagnosis
pencitraan yang lebih cepat, yang dapat mengurangi osteonekrosis. Osteonekrosis dapat menyerupai penyebab
waktu dan biaya MRI, di samping memungkinkan studi lain nyeri sendi, terutama sendi panggul. Pada masa
dinamika gerakan sendi. awal penyakit, foto polos tidak menunjukkan kelainan.
MRI bebas dari bahaya ionisasi akibat radiasi, suatu MRI j u g a merupakan cara terbaik untuk mengevaluasi
k e u n t u n g a n besar dalam m e m e r i k s a bagian sentral luasnya neoplasma jaringan lunak dan tulang, dan telah
t u b u h d i m a n a p e m e r i k s a a n radiologi m e n i m b u l k a n menggantikan CT-scan dalam hal ini, meskipun foto
dosis radiasi yang tinggi. Meskipun demikian, ada juga polos tetap merupakan cara terbaik untuk mendiagnosis
beberapa bahayanya. Medan magnet yang kuat dapat tumor tulang. CT-scan mungkin juga bermanfaat dalam
menggerakkan obyek metal seperti logam asing dalam mengidentifikasi karakteristik kalsifikasi matriks yang akan
m a t a , m e n y e b a b k a n g a n g g u a n alat pacu j a n t u n g , membantu diagnosis jenis tumor.
memanaskan bahan logam sehingga menimbulkan luka MRI sensitif terhadap adanya infeksi tulang karena
bakar, dan menarik bahan logam ke dalam magnet. Bahan perubahan sinyal sumsum tulang. Ini merupakan pilihan
logam yang berdekatan dengan medan magnet j u g a yang baik untuk mengevaluasi daerah tertentu yang
dapat memengaruhi kualitas pencitraan MRI. Karena itu, diduga terkena osteomielitis, meskipun radionuclide bone
operator MRI harus menyaring pasien dan pengunjung scan lebih disukai untuk penilaian proses hematogenik
lain dengan teliti. Kadang-kadang penderita kurang cocok yang multifokal. MRI juga dapat mengidentifikasi abses
dengan gadolinium, suatu bahan kontras yang digunakan jaringan lunak.
pada pemeriksaan MRI. Selain itu, pasien perlu dilengkapi Kelainan otot seperti robekan dan memar dapat
d e n g a n proteksi telinga karena pengaktifan m e d a n diidentifikasi dengan MRI. Aktivitas masing-masing otot
magnet menimbulkan bising. selama gerakan sendi dapat dipelajari dengan memerhatikan
Struktur jaringan lunak sendi seperti meniskus dan perubahan sinyal yang terjadi selama aktivitas otot. MRI
ligamen krusiatum lutut dapat diperlihatkan dengan jelas. merupakan pemeriksaan terpilih untuk mengevaluasi
Jaringan sinovium juga dapat dilihat, terutama dengan osteokondritis disekans, jika kita ingin mengetahui apakah
menggunakan bahan kontras paramagnetik intravena sebuah fragmen tulang terlepas atau tidak.
seperti gadolinium. Demikian juga kelainan lain seperti Perubahan rawan sendi dapat dilihat dengan MRI.
efusi sendi, kista poplitea, ganglioma, kista meniskus dan Tetapi harus diingat bahwa penemuan kelainan minimal
bursitis dapat dilihat dengan jelas dan intergritas tendon hanya bermanfaat secara klinis jika hal ini mengubah
RADIOGRAFI MUSKULOSKELETAL 359
pengobatan yang diberikan. Pengobatan medikamentosa seperti 99m technisium metilen difosfat (99mTc MDP)
biasanya diteruskan sampai diperlukan penggantian sendi, untuk pemindaian tulang, 99mTc sulphur colloid untuk
yang dapat didiagnosis dengan foto polos biasa. pemindaian sumsum tulang, galium sitrat {67Ga citrate)
MRI menawarkan beberapa kelebihan dibandingkan dan lekosityang diberi label dengan Indium (7 7 lln-labeled
dengan radiografi konvensional dan pemeriksaan klinis WBCs) berguna untuk mengevaluasi berbagai macam
dalam mengevaluasi ARawal. MRI sanggup memerlihatkan kelainan muskuloskeletal. Biaya pemeriksaannya hampir
sinovitis inflamatif dengan atau tanpa kontras. MRI dapat sama dengan CT-scan dan dosis radiasinya sebanding
menemukan erosi tulang pada AR awal sebelum erosi ini dengan pemeriksaan CT-scan abdomen.
terlihat pada radiografi konvensional. Edema sumsum Sintigrafi tulang yang negatif dapat mengeksklusi
tulang merupakan penemuan penting lain dari MRI yang artritis aktif pada penderita dengan poliartralgia persisten.
berkaitan dengan artritis inflamatif dan diduga merupakan Di samping itu, sintigrafi merupakan cara yang nyaman
pendahulu erosi tulang. Informasi berharga yang diberikan untuk menelisik seluruh tulang dalam hal luas serta
MRI ini dapat digunakan untuk memperbaiki ketepatan distribusi penyakit sendi. Kekurangan utamanya iaIah
diagnosis, memperkirakan prognosis dan memantau bahwa bone scan dengan 99mTc-MDP tetap positip dalam
efektivitas pengobatan dalam praktik klinik. jangka waktu lama setelah sinovitis mereda dan hasilnya
Dalam waktu dekat diperkirakan MRI akan berperan tidak spesifik.
penting sebagai petanda prognosis dan juga sebagai alat Beberapa teknik baru sintigrafi seperti radiolabeled cell
pengukur luaran dalam penanganan AR. Tetapi, untuk determinant 4 (CD4), E-selectin antibodies, cytokines, and
mencapai keadaan ini diperlukan pengembangan lebih somatostatin receptor imaging, and 99mTc-immunoglobulin
lanjut dalam hal studi longitudinal dan standardisasi G (IgG) scintigraphy sedang diteliti kegunaannya
protokol scanning MRI, nomenklatur dan sistem skor agar untuk menilai aktivitas penyakit. Laporan sementara
reproducible dan dapat dipercaya. menunjukkan bahwa dibandingkan dengan bone scan
Penerapan klinis lain MRI pada artritis inflamatif yang konvensional, sintigrafi 99mTc-lgG lebih spesifik dalam
telah digunakan secara luas iaIah untuk mengevaluasi mendeteksi aktivitas sinovitis dan dapat membedakan
berbagai komplikasi yang mungkin timbul akibat penyakit berbagai derajat aktivitas penyakit pada AR.
atau pengobatannya, seperti robekan tendon, fraktur Sintigrafi cukup sensitif untuk menemukan banyak
minimal, osteonekrosis, dan kompresi batang otak atau proses penyakit, dan seluruh tubuh dapat diperiksa
sumsum tulang belakang. sekaligus. Tetapi teknik ini tidak spesifik karena sejumlah
Pada saat ini kekurangan utama MRI iaIah biayanya proses penyakit dapat menyebabkan akumulasi
yang tinggi dan ketersediaannya yang masih terbatas. r a d i o n u k l i d . Jika t e r d a p a t d a e r a h d e n g a n a m b i l a n
MRI memerlukan waktu pemeriksaan yang lebih lama (uptake) yang meningkat, sering diperlukan pemeriksaan
dibandingkan dengan sebagian besar modalitas pencitraan tambahan seperti pemeriksaan radiologik untuk
lain. Pasien harus tidak bergerak selama prosedur pemindaian meningkatkan spesivisitas guna mengidentifikasi jenis
karena gerakan akan membuat kualitas gambaran yang kelainan. Pada situasi klinis dimana kelainan tulang
diperoleh kurang baik. MRI dikontraindikasikan pada pasien tidak jelas, pemindaian tulang mungkin berguna untuk
dengan alat pacu jantung, implan koklear, dan benda asing menyingkirkan penyakit.
intraokular atau ditempat lain. Sendi yang mengalami proses inflamasi atau
Pada keadaan tertentu, MRI merupakan pilihan pertama d e g e n e r a t i f m e n u n j u k k a n uptake yang meningkat
yang cost effective dalam menilai sendi lutut dimana diduga dan d a p a t m e m e t a k a n luas p e n y a k i t d a l a m 1 kali
terdapat kerusakan internal, karena artroskopi terbukti tidak pemeriksaan. Secara umum hal ini tidak selalu berguna,
perlu pada sebagian besar kasus. tetapi mungkin bermanfaat pada keadaan t e r t e n t u .
Misalnya pada pasien dengan artritis inflamasi dan
kelainan yang luas pada pemeriksaan radiologik, sintigrafi
SINTIGRAFI dapat membantu menentukan daerah dimana terdapat
inflamasi aktif. Pemindaian tulang merupakan pilihan
Peranan sintigrafi d a l a m evaluasi berbagai m a c a m yang masuk akal untuk penemuan dini osteonekrosis jika
kelainan sendi masih terbatas. Sintigrafi dengan 99m tidak ada MRI. Pemindaian tulang juga dapat mendeteksi
Tc-diphosphonates merupakan cara yang lebih sensitif cedera akibat stres, seperti avuisi tendon, fraktur akibat
untuk menemukan penyakit sendi inflamatif dibandingkan stres, dan shin splints yang kadang-kadang menyerupai
dengan radiografi konvensional. keluhan artritis.
Teknik ini merupakan cara yang mudah untuk melihat Dalam hal penilaian fraktur minimal tulang dan
pola keterlibatan sendi dan keadaan aktivitas penyakit. nekrosis avaskular tulang terkait penyakit sendi, MRI lebih
Sintigrafi setelah pemberian intravena beberapa bahan sensitif dan spesifik dibandingkan dengan bone scan.
360 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM
ditambahkan pada artrogram udara-kontras (artrografi beda. Dari nilai konsentrasi materi dan pengaruhnya
CT), memberikan hasil yang sangat baik untuk memelajari terhadap pengurangan CT dibuat sebuah kurva standar,
labrum glenoidalis yang sebanding dengan - atau mungkin dan kemudian densitas tulang pada setiap lokasi yang
lebih baik daripada - MRI. disidik ditentukan dengan merujuk ke kurva standar Biaya
Artrogram lutut dapat memastikan diagnosis kista pemeriksaannya sedang dan dosis radiasi cukup rendah,
poplitea dan m e m u n g k i n k a n d i l a k u k a n n y a suntikan meskipun tidak serendah DEXA. Keuntungan teknik ini
steroid pada waktu yang sama. Teknik ini merupakan iaIah dapat mengevaluasi bagian tengah vertebra karena
pengganti yang tepat untuk mengevaluasi meniskus korteks dan bagian posterior vertebra tidak diukur Bagian
pada penderita klaustrofobia atau penderita yang ukuran trabekular lebih cepat terpengaruh dibandingkan dengan
badannya menyebabkan pemeriksaan MRI tidak mungkin korteks pada waktu terjadi kehilangan massa tulang.
dilakukan.
Artrografi pergelangan tangan sangat baik untuk
mengevaluasi integritas fibrokartilago trianguler, ligamen ANGIOGRAFI
antara os skafoid dan os lunatum serta ligamen antara os
lunatum dan os trikuetrum. Dalam keadaan ini, sebagian Angiografi berguna dalam mendiagnosis penyakit
besar klinikus lebih menyukai artrografi daripada MRI. reumatik dimana terdapat komponen v a s k u l a r Pada
Artrografi MRI dilakukan dengan mengembangkan sendi poliarteritis nodosa, adanya aneurisma kecil yang multipel
bahu memakai bahan kontras larutan encer Gadolinium. pada arteri viseral yang berukuran sedang merupakan
Teknik ini telah dipelajari dengan mendalam dan mungkin gambaran yang penting. Pada lupus eritematosus sistemik,
m e n i n g k a t k a n ketepatan diagnosis robekan labrum angiografi mungkin bermanfaat dalam mendiagnosis
glenoidalis dan rotator cuff. keterlibatan susunan saraf pusat.
Artrografi dengan kontras digunakan untuk Biaya angiografi lebih tinggi daripada MRI dan
memastikan lokasi jarum intraartikuler setelah aspirasi merupakan prosedur invasif Sebaiknya hanya dilakukan
cairan sendi dari sendi yang diduga terinfeksi. Artrografi pada situasi t e r t e n t u d i m a n a cara lain tidak dapat
merupakan satu-satunya cara yang dapat diandaikan memberikan data diagnostik yang diperlukan.
untuk memastikan asal spesimen.
Teknik pencitraan lain y a n g k a d a n g - k a d a n g dipakai
misalnya :
1. Sialografi : untuk memerlihatkan pengaruh sindrom
DENSITOMETRI T U L A N G sika terhadap kelenjar ludah dan membedakannya
d e n g a n s u m b a t a n mekanik akibat batu kelenjar
Densitometri tulang digunakan terutama untuk
ludah.
mengevaluasi osteoporosis. Dua teknik yang akurat
2. Tenografi : untuk memerlihatkan ruptur tendon atau
dan telah dipergunakan secara luas iaIah dual-energy
massa akibat hipertrofi sinovium.
x-ray absorptiometry (DEXA) dan quantitative computed
3. Mielografi, radikulografi, ascending lumbar venography
tomography (QCT).
dan diskografi: untuk menilai nyeri pinggang atau
DEXA menggunakan berkas sempit sinar-X yang
penyakit reumatik pada vertebra serfikal.
mengubah energi. Sebuah reseptor yang sensitif
4. Termografi : dasarnya iaIah pancaran panas infra-
mendeteksi fraksi sinar-X yang melintasi tubuh, yang
merah dari kulit di atas tulang dan sendi. Aktivitas
menghasilkan profil jumlah radiasi yang didefleksikan oleh
sinovitis dan respons terhadap pengobatan dapat
tubuh. Karena karakteristik absorpsi tulang dan jaringan
dilihat dan diukur
lunak tidak sama pada tingkat energi sinar x yang berbeda-
beda, jumlah radiasi yang diabsorpsi oleh tulang dapat Teknik ini juga dapat digunakan untuk menyelidiki
dihitung. Dari hasil ini, jumlah tulang pada jalur sinar x aliran darah perifer y a n g berkurang misalnya pada
pada setiap titik sepanjang penyidik dapat ditentukan. fenomena Raynaud dan peningkatan aliran darah pada
DEXA relatif murah dan radiasinya rendah. Jadi tulang, misalnya pada penyakit Paget.
merupakan pilihan yang baik untuk pemeriksaan yang
harus diulang-ulang. Setiap bagian tubuh dapat diperiksa.
Telah dibuat nilai standar untuk vertebra lumbal dan PEMILIHAN PEMERIKSAAN PENCITRAAN
bagian proksimal femur, yang merupakan bagian yang
paling banyak dipelajari. Hampir semua pemeriksaan pencitraan sebaiknya dimulai
QCT menyidik beberapa vertebra lumbal bersama- dengan foto polos. Sering pemeriksaan foto polos ini
sama dengan sebuah fantom yang berisi materi yang saja sudah cukup. Jika diperlukan informasi diagnostik
bone-equivalent dengan konsentrasi yang b e r b e d a - lain yang mungkin akan mengubah tindakan klinis, MRI
362 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM
Osteoporosis adalah kelainan skeletal sistemik y a n g lebih gelap. Pada tulang yang mengalami demineralisasi,
ditandai dengan compromised bone strength sehingga gambarannya akan lebih gelap mendekati gambaran
tulang mudah fraktur. Osteoporosis merupakan keadaan jaringan lunak. Walaupun demikian, dibutuhkan kehilangan
yang sering didapatkan karena setelah m e n o p a u s e , massa tulang minimal 3 0 % agar didapatkan gambaran
seorang wanita akan kehilangan hormon estrogen di yang jelas pada pemeriksaan radiologik konvensional.
dalam tubuhnya dan proses resorpsi tulang menjadi tidak Karena metode ini tidak sensitif, maka dikembangkan
terkendali dan tidak dapat diimbangi oleh proses formasi metode pengukuran secara radiologik, yaitu dengan
tulang. Di Amerika, 44 j u t a penduduknya mengalami cara absorpsiometri radiografik (fotodensitometri) dan
osteoporosis atau densitas massa tulang yang rendah. radiogrametri. Pada teknik absorpsiometri radiografik,
Osteoporosis merupakan keadaan yang serius karena keabu-abuan gambaran radiografik dikalibrasi dengan
akan mengakibatkan fraktur dan meningkatkan angka menggunakan potongan alumunium atau hidroksiapatit
m o r b i d i t a s dan m o r t a l i t a s . D i a g n o s i s o s t e o p o r o s i s yang berbentuk baji yang diletakkan di permukaan film
sangat mudah dilakukan, yaitu dengan cara mengukur dan difoto bersama dengan objeknya. Sedangkan teknik
densitas massa tulang [Bone Mineral Density, BMD) dan radiogrametri mengukur ketebalan korteks tulang pada
osteoporosis akan dapat dideteksi lebih dini sebelum film, biasanya diambil tulang-tulang tangan, humerus
fraktur terjadi. Pengobatan osteoporosis j u g a tersedia atau radius. Yang tersering diambil adalah pada mid-
lengkap saat ini yang dapat menurunkan risiko fraktur metakarpal II.
sampai 50%.
Single Energy Densitometry. Teknik ini menggunakan
Densitometri tulang merupakan teknik non-invasif
gelombang radiasi yang melalui lengan bawah distal
yang dapat mengukur kepadatan tulang. Ada bermacam-
dan d i b a n d i n g k a n antara radiasi y a n g d i p a n c a r k a n
macam teknik densitometri mulai dari yang sederhana
oleh alat (radiasi insidens) dengan radiasi yang keluar
sampai yang canggih. Saat ini yang banyak digunakan
setelah melalui objek (disebut radiasi tarnsmisi) sehingga
adalah teknik Dual X-ray Absorptiometry (DXA).
didapatkan penipisan radiasi (atenuasi) karena diserap oleh
obyek tersebut. Makin tinggi mineralisasi tulang, makin
besar atenuasinya. Densitas massa tulang diukur dengan
TEKNIK DENSITOMETRI cara membagi bone content (sesuai dengan atenuasi)
dengan area tulang yang diukur Walaupun demikian, cara
Sebelum membicarakan DXA secara lebih detil, ada
ini memiliki beberapa kelemahan, misalnya :
baiknya dibicarakan dulu berbagai teknik densitometri
1. Teknik ini membutuhkan isotop radioaktif sebagai
secara garis besar yang meliputi teknik radiografik, single
sumber radiasi yang harganya mahal dan dapat
energy densitometry, dual energy densitometry, quantitative
menghasilkan eror pada pengukuran bila sumber
computed tomography, dan quantitative ultrasound.
tersebut diganti. Karena itu, teknik ini disebut juga
Teknik radiografik. Berkembang sebelum densitometer Single Photon Absorptiometry (SPA).
k u a n t i t a t i f b e r k e m b a n g s e p e r t i saat ini. Teknik ini 2. Teknik ini tidak praktis, karena objek yang akan diukur
membandingkan gambaran tulang pada film radiografik harus direndam dalam air dengan tujuan untuk
yang lebih terang dibandingkan dengan sekitarnya yang menghilangkan absorpsi radiasi pada jaringan lunak
363
364 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM
yang akan mengganggu pengukuran densitas tulang. yang tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya,
Oleh sebab itu, teknik ini hanya dapat mengukur densitas Balikpapan, dan Makassar DXA merupakan baku emas
tulang perifer, seperti lengan bawah distal atau tumit untuk pengukuran BMD yang dapat mengukur tulang-
dan tidak dapat digunakan untuk mengukur densitas tulang sentral (aksial) yang meliputi tulang belakang dan
tulang aksial. femur proksimal; serta tulang-tulang perifer seperti lengan
bawah, bahkan dapat mengukur BMD seluruh tubuh
Dengan berkembangnya teknik radiologik, maka
(total body). Data epidemiologik osteoporosis dengan
penggunaan isotop sebagai sumber radiasi akhirnya
menggunakan DXA j u g a sudah banyak dipublikasikan
diganti dengan sinar-X dan teknik ini disebut Single X-ray
dan secara in vitro diketahui berkorelasi baik dengan
Absorptiometry (SXA).
kekuatan tulang. Tujuan pengukuran BMD adalah untuk
Dual Energy Absorptiometry. Menggunakan 2 energi mendiagnosis osteoporosis, memprediksi risiko fraktur
radiasi sehingga pengaruh jaringan lunak dapat dieliminir dan memonitor terapi.
Semula sumber energi yang digunakan adalah isotop Pada pengukuran BMD dengan DXA, akan didapatkan
sehingga teknik ini disebut Dua Photon Absorptiometry nilai BMD areal (dalam satuan gr/cm^), T-score dan Z-score.
(DPA), kemudian sumber energinya diubah menjadi sinar-X T-score adalah perbandingan nilai BMD pasien dengan
dan teknik ini disebut Dual X-ray Absorptiometry (DXA). rerata BMD orang muda normal dan dinyatakan dalam
Teknik DXA inilah yang saat ini banyak digunakan, karena skor simbang baku; sedang Z-score membandingkan nilai
dapat mengukur densitas tulang di daerah lumbal, femur BMD pasien dengan rerata BMD orang seusia pasien, juga
proksimal, lengan bawah, dan bahkan seluruh tubuh (total dinyatakan dalam skor simpang baku.
body). Dengan perkembangan teknologi, digunakan teknik Pada pengukuran BMD spinal (tulang belakang),
fan beam geometry yang dapat meningkatkan waktu maka semua L1-L4 harus diukur rerata BMDnya, kecuali
scanning. bila terdapat perubahan struktur atau artefak pada ruas
vertebra yang bersangkutan. Dalam hal ini, gunakan 3
Quantitative Computed Tomography (QCT), merupakan
ruas vertebra bila 4 ruas tidak mungkin, atau 2 ruas bila 3
satu-satunya teknik non-invasif yang dapat mengukur
ruas tidak mungkin, tetapi tidak dapat diukur bila hanya
densitas tulang secara 3 dimensi. Hasil dari teknik QCT
digunakan 1 ruas vertebra. Selain itu, pengukuran spinal
adalah densitas v o l u m e t r i k (dalam gram/cm^). QCT
lateral juga tidak dapat digunakan untuk diagnosis, kecuali
sangat baik digunakan untuk mengukur densitas tulang
untuk pemantauan, karena memiliki presisi yang lebih
belakang dan sementara ini belum dapat digunakan
buruk dibandingkan dengan BMD spinal PA, tetapi memiliki
untuk mengukur area yang lain. Walaupun demikian, QCT
respons yang baik terhadap pengobatan. Pada penyakit
membutuhkan radiasi yang besar dibandingkan dengan
degeneratif (osteoartritis) lumbal atau adanya fraktur pada
DXA, karena DXA hanya membutuhkan radiasi 1-5 mSv,
ruas-ruas tulang lumbal, akan menyebabkan BMDnya
sedangkan QCT membutuhkan radiasi sampai 60 mSv.
lebih tinggi, sehingga dalam hal ini ruas-ruas lumbal yang
Quantitative Ultrasound (QUS). Dengan menggunakan mengalami penyakit degeneratif atau mengalami fraktur
teknik ultrasonografik, dapat diukur densitas tulang, tetapi tidak dapat ikut dinilai untuk mendiagnosis osteoporosis.
terbatas pada tulang-tulang perifer, misalnya tumit, jari Beberapa artefak lain yang j u g a dapat mengganggu
atau lengan bawah. Walaupun demikian, sampai saat penilaian BMD spinal adalah kalsifikasi aorta, laminektomi,
ini tidak jelas, struktur tulang yang mana yang diukur fusi spinal, kontras gastrointestinal, tablet kalsium, batu
dengan teknik ini, mungkin ukuran trabekula atau ukuran ginjal atau kandung empedu, kalsifikasi pankreas, alat-
kristal atau struktur lainnya. Walaupun teknik ini sangat alat metal yang diimplan ke dalam tubuh, kancing baju,
menjanjikan karena ukurannya yang kecil, waktu scanning dompet, perhiasan, dan lain sebagainya.
yang relatif cepat dan tidak ada radiasi, tetapi presisinya Pada BMD panggul, dapat dipilih apakah akan diukur
buruk dan akurasinya juga diragukan bila dibandingkan sisi kiri atau kanan, karena tidak ada perbedaan BMD
dengan teknik sinar-X, sehingga sementara ini hanya yang bermakna. Dari ROI ini yang dapat digunakan untuk
digunakan untuk penapisan massal dan belum digunakan diagnosis adalah BMD yang terendah dari femoral neck,
untuk patokan terapi. total proximal femur, atau trokanter Ward's area tidak
boleh digunakan untuk diagnosis osteoporosis karena
akan didapatkan hasil positif palsu, karena area Ward
DXA pada hasil DXA hanya menunjukan area kecil di leher
femur yang terendah BMDnya dan tidak sesuai dengan
DXA merupakan teknik BMD yang banyak dipakai secara area Ward secara anatomis. Selain itu, BMD pada Ward
luas. Di Amerika sendiri saat ini terdapat sekitar 10.000 area memiliki presisi dan akurasi yang buruk dan tidak
alat DXA. Di Indonesia terdapat sekitar 15 alat DXA termasuk dalam kriteria WHO. Pengukuran rata-rata BMD
PEMERIKSAAN DENSITOMETRI TULANG 365
digunakan untuk nnemantau hasil terapi, kecuali untuk fraktur yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien
menilai risiko fraktur. berumur 50 tahun dengan T-score yang sama. Data risiko
ROI lain yang dapat dinilai pada pemeriksaan BMD fraktur pada orang berusia lanjut ternyata hampir sama
adalah total body. BMD total body sangat baik untuk pada semua lokasi tulang walaupun lokasi yang diukur
menilai tulang kortikal, karena 80% rangka manusia terdiri dan mesin yang digunakan berbeda. Oleh sebab itu,
atas tulang kortikal. Kadang-kadang BMD total body juga hasil BMD yang rendah pada satu lokasi tulang sudah
digunakan untuk menilai komposisi tubuh, misalnya lean menunjukkan penurunan BMD pada tulang-tulang yang
body mass, persentase lemak tubuh. Dalam hal yang terakhir lain. Kekecualian hanyalah pada prediksi risiko fraktur
ini diperlukan piranti lunak yang khusus dan standardisasi panggul, karena yang nilai prediksinya paling tinggi hanya
tersendiri yang biasanya sudah disediakan oleh pabrikyang BMD pada femoral neck.
memproduksi mesin BMD yang bersangkutan. BMD total Saat ini diketahui bahwa faktor kekuatan tulang
body'juga menjadi pilihan ROI untuk menilai densitas tulang memegang peran yang sangat penting sebagai faktor
anak-anak di bawah umur 20 tahun, selain BMD lumbal. risiko fraktur akibat osteoporosis. Ada 2 variabel yang
Nilai T-score -2,5 atau kurang, tidak selalu menunjukkan harus diperhitungkan yang menentukan kekuatan tulang,
o s t e o p o r o s i s , karena pada o s t e o m a l a s i a j u g a a k a n yaitu kuantitas tulang dan kualitas tulang. Kuantitas tulang
m e m b e r i k a n hasil T-score y a n g r e n d a h . S e l a i n itu, meliputi ukuran tulang dan densitas tulang, sedangkan
diagnosis osteoporosis juga dapat ditegakkan walaupun kualitas tulang meliputi bone turnover, arsitektur tulang,
T-score lebih besar dari -2,5, misalnya bila didapatkan akumulasi kerusakan tulang, derajat mineralisasi dan
fraktur vertebra atraumatik. Pada pengguna glukokortikoid kualitas kolagen pada jaringan tulang tersebut.
j a n g k a panjang (>6 minggu) atau dosis tinggi (dosis
prednison >7,5 mg/hari), maka terapi dapat dimulai bila
nilai T-score -1,5 atau lebih rendah. Selain itu nilai T-score DIAGNOSIS OSTEOPOROSIS PADA PEREMPUAN
yang rendah juga tidak berhubungan dengan penyebab P R A - M E N O P A U S A L , L A K I - L A K I , DAN A N A K -
osteoporosis, sehingga harus dilakukan evaluasi terhadap ANAK
kemungkinan adanya faktor risiko osteoporosis yang
mungkin membutuhkan penatalaksanaan tersendiri. Setiap Kriteria klasifikasi diagnosis osteoporosis tidak dapat
pasien osteoporosis harus dianggap menderita osteoporosis digunakan untuk kelompok perempuan pramenopausal
sekunder sampai dapat disingkirkan semua kemungkinan sehat (umur 20 tahun sampai usia menopause), laki-laki,
penyebab osteoporosis yang diderita pasien, apalagi bila dan anak-anak.
didapatkan Z-score -2 atau lebih rendah. Pada perempuan pra-menopausal, tidak ada data
Mengapa untuk diagnosis osteoporosis digunakan h u b u n g a n BMD d e n g a n risiko fraktur s e b a g a i m a n a
T-score dan bukan Z-score ? didapat pada perempuan pasca menopause. Oleh sebab
Nilai T-score berhubungan dengan kekuatan tulang itu, adanya fraktur pada perempuan pramenopausal
dan risiko fraktur Bila digunakan nilai Z-score untuk yang disertai BMD yang rendah sudah cukup untuk
diagnosis osteoporosis maka akan didapatkan banyak mendiagnosis osteoporosis. Dalam hal ini, nilai Z-score
hasil negatif palsu walaupun terdapat fraktur fragilitas lebih memiliki nilai diagnostik daripada T-score. Selain itu,
dan osteoporosis tidak akan makin meningkat dengan osteoporosis pada perempuan premenopausal juga dapat
bertambahnya umur didiagnosis bila didapatkan BMD yang rendah dengan
penyebab osteoporosis sekunder misalnya pengguna
s t e r o i d j a n g k a p a n j a n g , p e n g g u n a anti k o n v u l s a n ,
PREDIKSI RISIKO FRAKTUR hipogonadisme, hiperparatiroidisme, dan sebagainya.
Pada laki-laki yang berumur 65 tahun atau lebih atau
Sampai saat ini masih diperdebatkan, apakah BMD yang laki-laki yang berumur 50-64 tahun dengan faktor risiko
rendah m e r u p a k a n prediktor fraktur fragilitas y a n g osteoporosis, maka nilai T-score dapat digunakan untuk
penting. Beberapa faktor risiko fraktur yang lain yang juga mendiagnosis osteoporosis dan osteoporosis didiagnosis
harus diperhatikan adalah tinggi badan >5 ft 7 in, berat bila didapatkan nilai T-score - 2 , 5 atau lebih rendah.
badan <127 lb, merokok dan riwayat maternal dengan Pada laki-laki yang berumur 20-50 tahun atau laki-laki
fraktur panggul. Setiap penurunan BMD 1 SD identik yang berumur 50-64 tahun tetapi tidak memiliki faktor
dengan peningkatan risiko fraktur relatif sebesar 1,9-3,0. risiko osteoporosis, maka tidak dapat digunakan T-score
Tetapi hal ini juga ditentukan oleh umur pasien, karena untuk mendiagnosis osteoporosis. Dalam hal ini, sama
ternyata umur di atas 60 tahun merupakan faktor risiko halnya dengan diagnosis osteoporosis pada perempuan
fraktur tersendiri yang tidak tergantung pada BMD. Pasien pramenopausal, dimana nilai Z-score lebih berkorelasi
berumur 80 tahun dengan T-score-1,9 akan memiliki risiko dengan risiko fraktur daripada nilai T-score. Walaupun
PEMERIKSAAN DENSITOMETRI TULANG 367
demikian, nilai-nilai ini masih memerlukan standardisasi risiko kehilangan massa tulang yang bermakna atau
lebih lanjut. Diagnosis osteoporosis pada laki-laki yang terdapat indikasi untuk terapi osteoporosis. Selain itu,
berumur <50 tahun tidak dapat hanya didasarkan pada BMD serial juga dapat menilai respons terhadap terapi
nilai BMD. Bila didapatkan risiko osteoporosis sekunder osteoporosis. Dalam hal ini, pada pasien-pasien yang tidak
p a d a l a k i - l a k i p a d a s e t i a p umur, m a k a d i a g n o s i s memberikan respons yang baik terhadap pengobatan,
osteoporosis dapat ditegakkan secara klinis. dapat dilakukan re-evaluasi terhadap terapi yang diberikan
Pada anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan atau evaluasi terhadap kemungkinan adanya penyebab
y a n g b e r u m u r <20 t a h u n , nilai T-score tidak dapat osteoporosis sekunder yang harus diterapi secara terpisah.
digunakan untuk diagnosis osteoporosis, sebagai gantinya Interval BMD serial tergantung pada keadaan klinik pasien.
digunakan nilai Z-score. Selain itu, diagnosis osteoporosis Pada pasien yang baru mendapatkan terapi atau baru
pada anak-anak tidak boleh hanya didasarkan pada nilai diubah terapinya, maka BMD ulangan dapat dilakukan
BMD. Terminologi BMD rendah pada anak-anak ditetapkan setiap tahun dan bila hasilnya sudah menetap, maka dapat
bila nilai Z-score <-2,0. Selain itu ROI yang dianjurkan pada dilakukan BMD serial tiap 2 tahun. Pada pasien-pasien
anak-anak adalah lumbal dan total body. Penggunaan nilai dengan risiko kehilangan massa tulang yang besar, seperti
BMD untuk prediksi fraktur pada anak-anak sampai saat pada pengguna steroid, maka BMD serial dapat dilakukan
ini masih belum ditentukan. lebih cepat, misalnya setiap 6 bulan.
Untuk melakukan BMD serial, setiap Pusat BMD harus
menentukan Least Significant Change (LSC). Selain itu,
BMD SERIAL setiap pergantian sistem DXA atau perubahan operator
BMD, j u g a harus dihitung presisinya. Bila perubahan
BMD serial dilakukan untuk menentukan bilamana terapi BMD serial sama atau lebih dari LSC yang telah dihitung,
osteoporosis dapat dimulai pada pasien-pasien dengan maka perubahan tersebut dianggap bermakna. Pada BMD
serial, yang dibandingkan adalah nilai BMD area!, bukan BMD yang meliputi ROI, BMD areal dalam gr/cm^, T-score,
nilai T-score. Selain itu, BMD yang dilakukan dengan alat Z-score, kriteria diagnostik WHO, risiko fraktur, anjuran
yang berbeda tidak dapat dibandingkan, karena mungkin evaluasi medik untuk mencari kemungkinan penyebab
berbeda sumberenerginya, berbeda kalibrasinya, berbeda osteoporosis sekunder, anjuran untuk BMD ulangan
detektornya, dan berbeda ROInya. berikutnya.
Pada p e l a p o r a n BMD ulangan (serial) harus
dicantumkan ROI yang sebelumnya dan berikutnya yang
PELAPORAN BMD dibandingkan, nilai LSC di Pusat BMD tersebut, pelaporan
adanya perubahan yang bermakna atau tidak, baik dalam
Pelaporan hasil pemeriksaan BMD awal dan BMD ulangan g/cm^ maupun dalam%, dan anjuran untuk pemeriksaan
berbeda dan harus diperhatikan baik oleh operator, analis BMD berikutnya.
y a n g mengevaluasi hasil BMD m a u p u n dokter yang Selain itu, pada pelaporan BMDjuga dapat dicantumkan
membaca hasil BMD tersebut. rekomendasi untuk menyingkirkan kemungkinan etiologi
Pelaporan BMD awal harus meliputi data demografik osteoporosis sekunder, evaluasi laboratorium, identifikasi
(umur, jenis kelamin, ras, tinggi badan, berat badan), faktor risiko fraktur dan kehilangan massa tulang yang
dokter yang meminta pemeriksaan BMD, dokter yang cepat, evaluasi radiologik, tindakan pencegahan umum
membaca hasil pemeriksaan BMD, indikasi pemeriksaan, dan anjuran terapi.
status menopause pasien, alat BMD yang digunakan, hasil
REFERENSI