Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH POTK

REACTIVE DISTILLATION

(DISTILASI REAKTIF)

2010

1
I. PENGERTIAN

Proses distilasi reaktif merupakan proses dimana reaktan direaksikan dan komponen-
komponen hasil langsung dipisahkan, yang akan menghemat energi (untuk pemanasan) dan bahan.
Atau dengan kata lain merupakan penggabungan antara proses reaksi dan proses pemisahan dalam
satu unit proses. Dengan proses distilasi reaktif dapat menghemat biaya investasi dan memperoleh
kemurnian produk yang lebih tinggi. Teknik ini sangat berguna untuk reaksi kesetimbangan
terbatas seperti reaksi esterifikasi dan hidrolisis ester. Konversi dapat ditingkatkan jauh melampaui
apa yang diharapkan oleh kesetimbangan karena penghilangan terus menerus produk reaksi dari
zona reaktif. Ini membantu mengurangi biaya modal dan investasi dan dapat menjadi penting bagi
pembangunan berkelanjutan karena konsumsi sumber daya yang lebih rendah.

Gambar 1. Skema Reactive Distillation

Kondisi di kolom reaktif adalah suboptimal baik sebagai reaktor kimia dan sebagai kolom
distilasi , karena kolom reaktif menggabungkan keduanya. Pengenalan sebuah proses pemisahan
in-situ di zona reaksi atau sebaliknya mengarah ke interaksi kompleks antara kesetimbangan uap-
cair , kecepatan transfer massa, difusi dan kinetika kimia, yang menimbulkan tantangan besar
untuk desain dan sintesis sistem ini. Side reactor, dimana sebuah kolom terpisah mengumpankan

2
sebuah reaktor dan sebaliknya, lebih baik untuk beberapa reaksi, jika kondisi yang optimal distilasi
dan reaksi berbeda terlalu banyak. Biasanya peralatan distilasi reaktif terdiri dari kolom reaktif,
dengan feed input, secara langsung terpasang kolom stripping dan enriching dengan outputnya.

Beberapa senyawa yang selama ini sudah diproduksi dengan proses reaktif destilasi dan
memberikan keuntungan yang cukup besar adalah Metil Asetat dan Metyl Tertier Butyl Ether
(MTBE) (Taylor dan Krishna, 2000). Selain itu aplikasi teknologi reaktif distilasi juga berhasil
digunakan dalam proses produksi methyl tert-buthyl ether (MTBE), hidrogenasi senyawa aromatik,
hidrodesulfurisasi, isobutylene dan etil benzen. (Harmsem, 2007).

Kesesuaian reactive distillation untuk reaksi tertentu tergantung pada berbagai faktor
seperti volatilitas dari reaktan dan produk bersama dengan reaksi feasible dan suhu distilasi. Oleh
karena itu, penggunaan reactive distillation untuk setiap reaksi mungkin tidak feasible. Distilasi
reaktif dapat digunakan pada beberapa reaksi berikut:

• Asetilasi
• Kondensasi aldol
• Alkilasi
• Dehidrasi
• Esterifikasi
• Hidrolisis
• Isomerisasi
• Oligomerisasi
• Transesterifikasi

Misalnya, n-Butil asetat,merupakan bahan kimia penting di industri dengan aplikasi yang luas
sebagai pelarut serbaguna,yang diproduksi dengan cara esterifikasi asam asetat dengan n-butanol
pada katalis asam yang sesuai. Alkohol ini sedikit larut dalam air dan ester hampir tidak larut. Fitur
lain yang menarik dari sistem ini adalah bahwa hal itu terkait dengan pembentukan minimum
boiling ternary azeotrop ester, alkohol dan air, yang heterogen di alam. Oleh karena itu, dalam
suatu jenis kolom distilasi reaktif yang terdiri dari kedua zona reaktif dan non-reaktif, yang
azeotrop heterogen atau mendekati komposisi azeotrop dapat diperoleh sebagai produk distilat.

3
Selain itu, fase air yang terbentuk setelah kondensasi uap hampir air murni.

Tergantung pada kebutuhan, salah satu fase dapat ditarik sebagai produk dan fase lainnya dapat
didaur ulang/recycle kembali sebagai refluks. Ester yang murni,misalnya ester butil asetat, menjadi
komponen paling volatil dalam sistem, dijadikan sebagai produk bawah.

II. KEUNTUNGAN DISTILASI REAKTIF

Penggunaan teknologi distilasi reaktif pada suatu reaksi akan mempercepat reaksi mencapai
kesetimbangan. Untuk beberapa proses kimia, karena distilasi reaktif merupakan penggabungan
antara reaksi dan pemisahan dalam satu unit proses, sehingga distilasi reaktif memberikan
beberapa keuntungan, yaitu:

• Meningkatkan kecepatan overall dan efisiensi.


• Produk yang dihasilkan mempunyai harga konversi yang tinggi.
• Produk yang dihasilkan mempunyai harga kemurnian yang tinggi.
• Produk yang dihasilkan mempunyai selektivitas yang tinggi ;mengurangi penggunaan
bahan baku dan produk samping.
• Mengurangi biaya produksi; mengurangi penggunaan peralatan, penggunaan energi dan
penanganan.
• Lebih sedikit limbah dan produk samping.
• Meningkatkan kualitas produk - bahan kimia karena lebih sedikit terkena panas,
mengurangi kesempatan terjadinya degradasi.

III. CONTOH PENGGUNAAN

1. Pembuatan Biodiesel

Salah satu cara untuk memproduksi biodiesel adalah dengan esterifikasi asam lemak yang
terkandung dalam minyak nabati. Komponen terbesar pada minyak nabati adalah trigliserida yang
merupakan ikatan asam lemak jenuh dan tak jenuh. Tiap jenis minyak nabati mengandung
komposisi asam lemak yang berbeda-beda. Sebagai contoh minyak sawit mengandung asam lemak
jenuh dan tak jenuh dalam jumlah yang sama. Kandungan asam lemak terdiri dari asam oleat 42%,
asam linoleat 9%, asam palmitat 43%, asam stearat 4%, dan asam miristat 2% (Baileys, 1996).

4
Asam lemak diproduksi dari hidrolisis minyak nabati. Asam lemak dan ester asam lemak adalah
produk yang terpenting dari bahan kimia oleochemical.

Berbeda dengan minyak nabati yang mengandung bermacam-macam senyawa trigliserida,


penggunaan asam lemak memungkinkan untuk memproduksi ester asam lemak dengan satu jenis
senyawa tertentu misalnya hanya ester C12-C16 dan C18-C22. Produksi ester di dunia pada tahun 1990
sekitar 450.000 ton dan diperkirakan kecepatan kenaikannya sekitar 2,4% per tahun (Hunter et al,
1998). Beberapa penggunaan ester asam lemak antara lain digunakan dalam industri cat, kosmetik,
sabun, farmasi, makanan, dan biodiesel sebagai bahan bakar untuk mensubstitusi petroleum diesel.

Esterifikasi pada dasarnya adalah reaksi yang bersifat reversibel dari asam lemak dengan alkil
alkohol membentuk ester dan air adalah sebagai berikut:

Reaksi esterifikasi adalah reaksi endotermis. Proses ini berlangsung dengan katalis asam antara
lain H2SO4, H3PO4, dan asam sulfonat. Untuk mengarahkan reaksi ke arah produk alkil ester, salah
satu reaktan, biasanya alkohol diberikan dalam jumlah yang berlebihan dan air diambil selama
reaksi. Umumnya pengambilan air dilakukan secara kimia, fisika dan pervorasi (Vieville et al,
1993).

Teknologi distilasi reaktif juga telah dikembangkan dalam teknologi pembuatan biodiesel, dan
lebih efisien dibanding proses transesterifikasi. Asam oleat dikonversi menjadi produk biodiesel di
unit reaksi dengan penambahan alkohol dan katalis, kemudian dimurnikan di unit pemisahan.
Dengan penggunaan teknologi distilasi reaktif, metanol yang digunakan juga bisa direcycle
kembali untuk menjadi reaktan sehingga lebih ekonomis.

Pemakaian bahan baku asam lemak merupakan alternatif untuk meningkatkan efisiensi produksi
biodiesel. Asam oleat merupakan salah satu dari asam lemak yang dapat digunakan sebagai bahan
baku alternatif pada proses produksi biodiesel yang memiliki harga yang jauh lebih murah jika
dibandingkan dengan minyak nabati. Alternatif proses ini akan mengurangi biaya produksi

5
pembuatan biodiesel dibandingkan jika menggunakan minyak nabati, selain itu juga dengan
penggunaan asam oleat menjadi biodiesel bisa meningkatkan nilai guna dari asam oleat itu sendiri.

Contoh metode pembuatan (skala laboratorium)

Alat distilasi reaktif yang digunakan misalnya jenis batch reative distillation. Alat terdiri
dari tiga bagian reaktor batch yang juga berfungsi sebagai reboiler dan kolom distilasi packing.
Reaktor yang juga berfungsi sebagai reboiler dilengkapi dengan pemanas dan pengaduk dan
termokopel untuk menjaga kestabilan temperatur pada kisaran ± 2°C dari temperatur reaksi. Alat
distilasi dilengkapi dengan kondensor. Reaktan berupa asam oleat dan metanol dan katalisator
dimasukkan dalam reaktor pada temperatur ruang. Kondisi start up tercapai saat kondisi reaktor
dan distilasi pada temperatur yang diinginkan tercapai. Setelah kondisi operasi yang diinginkan
tercapai, sampel diambil pada interval 15 menit, untuk dianalisa kadar biodiesel dan berat
biodiesel. Variabel percobaan pada penelitian ini meliputi rasio asam oleat:metanol, temperatur,
serta berat katalisator. Produk yang dihasilkan berupa biodiesel dan hasil sampingnya air. Setelah
dipisahkan biodiesel dan hasil sampingnya dan sisa reaktan yang tidak bereaksi, kemudian
biodiesel dicuci dengan air panas dan dikeringkan (di-oven). Biodiesel murni yang dihasilkan
dianalisa untuk menentukan konversinya. Hasil biodiesel yang diperoleh juga dianalisa dengan
metode ASTM untuk menentukan karakteristik sebagai bahan bakar disel Biodiesel yang telah
dihasilkan ini kemudian dianalisa untuk menentukan konversinya. Hasil biodiesel yang diperoleh
juga dianalisa dengan metode ASTM untuk menentukan karakteristik sebagai bahan bakar diesel
(Kusmiyati,2008).

2. Reaksi Asam Asetat dan Metanol menghasilkan Metil Asetat

Distilasi reaktif digunakan dalam reaksi reversible, fasa cair. Jika satu atau lebih produk
dihilangkan, maka lebih banyak produk yang dihasilkan berdasarkan Asas Le Chatelier.
Menghilangkan satu atau lebih produk ialah salah satu prinsip dibalik distilasi reaktif. Campuran
reaksi dipanaskan dan produknya dididihkan, namun harus diperhatikan agar reaktan tidak
mendidih sebelum produknya.

Contoh, distilasi reaktif dapat digunakan dalam penghilangan asam asetat


dalam air. Asam asetat adalah produk samping (by product) di beberapa reaksi, dan

6
berguna dalam beberapa hal. Turunan asam asetat digunakan dalam makanan,
farmasetika, obat-obatan, dan solven. Namun dapat menjadi polutan dalam air
buangan yang harus dihilangkan.

Kecepatan Reaksi

Dari persamaan: , karena pada distilasi reaktif, salah satu produk langsung dihilangkan
menyebabkan konsentrasi dari produk yang dihilangkan menjadi sangat kecil. Akibatnya, reaksi
kebalikannya berkurang dan lebih banyak produk terbentuk.

Neraca Mol dan Neraca Massa


Menghilangkan komponen juga mempengaruhi neraca mol. Jika D adalah komponen yang
dihilangkan, neraca molnya menjadi:

7
Neraca massanya menjadi:

substitusi dengan persamaan:

menghasilkan:

dengan mengasumsi densitas konstan maka:

• Tanpa distilasi reaktif

Asam asetat akan dihilangkan dengan mereaksikannya dengan methanol dalam reactor semibatch
berisi katalis.

Neraca Mol

8
Neraca Massa

Kecepatan reaksi

9
Dapat menggunakan Ordinary Differential Equation solver seperti Polymath untuk model reaksi
ini. Misal persamaan yang digunakan dan grafik (sumber: http://www.engin.umich.edu):

Setelah 120 menit, hasilnya 116 mol asam asetat keluar reactor dari asalnya 300 mol.

10
Konversinya sebesar 61.3 %.

• Dengan distilasi reaktif,hanya metil asetat yang menguap

Persamaan reaksi:

Persamaan neraca mol,neraca massa, dan kecepatan reaksinya adalah:

Neraca Mol Neraca Massa

11
Kecepatan Reaksi

Persamaan kecepatan penguapan (evaporation rate) metil asetat:

FMeAc Rate dimana Methyl Acetate dihilangkan dari campuran reaksi dengan
penguapan

XMeAc Fraksi mol campuran reaksi methyl acetate

Pv MeAc Tekanan uap methyl acetate saat suhu reaksi

12
PTotal Tekanan total sistem

FTotal Rate dimana udara digelembungkan lewat reactor. Karena spesies menguap,
dikumpulkan dalam gelembung udara.

Kemudian menghitung tekanan uap methyl acetate. Dari Perry's Chemical Engineering Handbook,
dapat dikembangkan persamaan :

dan untuk metil asetat:

Tekanan kritis dan suhu diperlukan untuk mencari tekanan reduksi dan suhu terdapat dalam CRC
Handbook of Chemistry and Physics: Tc = 506.5 K, dan Pc = 4750 kPa.

Dengan polymath, persamaan dan grafiknya (sumber: http://www.engin.umich.edu)::

13
Grafik:

14
Pada kasus ini, hanya 18 mol asam asetat yang keluar, menghasilkan konversi 94 %. Ini jauh lebih
baik dibanding kasus tanpa distilasi reaktif. Sebagai catatan, pada riilnya, produk lainnya juga ikut
menguap, tidak hanya metil asetat seperti pada perhitungan ini.

Gambar 2. Metil Asetat dari Asam Asetat dan Metanol

15

Anda mungkin juga menyukai