Anda di halaman 1dari 44

SKENARIO 3

Anakku Lain dari yang Lain

Saat arisan, ibu Putri bercerita ke ibu lainnya tentang anak ke-2 nya. “ bu, anak
saya yang ke-2 (ani) sepertinya lain dengan kakaknya, dia sangat cuek”. Ani
sekarang berumur 2 tahun tapi baru bisa mengucapkan kata “mama” dan “maem”
sejak kecil ani jarang rewel, tidak pernah menangis jika di tinggal pergi tapi
sepertinya juga tidak merasa senang jika ibunya datang. Ani sudah bisa berjalan
walaupun sering jinjit.

1
BAB I
KLARIFIKASI ISTILAH

1. Anak
Menurut WHO (2003) menyatakan bahwa anak merupakan seorang dengan
rentang usia 0-14 tahun.Manurut Alimum (2005) anak merupakan individu
yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai
dari bayi hingga remaja.
2. Berjalan
Dorland (2012) menyatakan bahwa berjalan merupakan pergerakan dengan
dua kaki. Adapun menurut Hartman (2006) berjalan kaki adalah salah
satu kegiatan fisik yang paling mudah dan murah untuk dilakukan.
3. Menangis
Menurut Behrman et al. (2012) Menyatakan bahwa menangis pada bayi
merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan perhatian yang
lebih
4. Jalan jinjit
Menurut Morton (2012) menyatakan bahawa berjalan jinjit adalah berjalan
dengan menggunakan ujung kaki bagian jari.

2
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

1. Mengapa pada usia 2 tahun Ani hanya bisa mengucapkan 2 kata?


2. Mengapa Ani berjalan jinjit?
3. Mengapa Ani bersikap cuek?
4. Bagaimana tumbuh kembang anak yang normal?

3
BAB III
ANALISIS MASALAH

1. Gangguan perkembangan bicara dan bahasa biasanya terjadi pada umur 3-


13 tahun. Faktor yang mempengaruhi gangguan perkembangan bicara dan
bahasa yaitu:
a. Genetik
Melalui instruksi genetic yang terkandung didalam sel telur yang telah
dibuahi. Sperma yang masuk dalam fetilisasi hanya satu, dan belum
tentu yang masuk memiliki kualitas dan kuantitas yang bagus.
b. Faktor lingkungan
Pada waktu dalam kandungan, bisa disebabkan karena faktor gizi pada
saat didalam kandungan, terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan,
faktor emosi, dll. Untuk setelah lahir, juga disebabkan karena faktor
gizi, kuranya latihan, sering bermain sendiri, dan lain-lain
(Soetjiningsih,2014)
Gangguan bicara dan bahasa dapat terjadi karena adanya abnormalitas
pada cortex cerebri khususnya area lobus frontal dan lobus temporal. Pada
lobus frontal terdapat area bicara yang berfungsi dalam aspek bahasa.
Sedangkan di lobus temporal terdapat area wernickle yang berfungsi
dalam aspek bahasa. Abnormalitas pada area-area tersebut berhubungan
dengan terganggunya fungsi komunikasi anak sehingga anak biasanya
belum bisa bicara dengan jelas. (Behrman, 2012)

Penyebab tersering keterlambatan wicara adalah retradasi mental,


gangguan pendengaran, deprivasi social, autisme dan abnormalitas oral –
motor. Gangguan wicara meliputi artikulasi, kefasihan dan kelainan
resonansi. Gangguan artikulasi meliputi kesulitan dalam memproduksi
suara dalam suku kata atau mengucapkan kata dengan tidak tepat sehingga
orang lain tidak dapat mengerti apa yang diucapkannya. Gangguan
kefasihan meliputi masalah – maslaah seperti gagap, suatu kondisi dimana

4
aliran bicara terganggu oleh penghentian yang abnormal, repitisi atau
pemanjangan suara dan suku kata. Resonansi atau kelainan suara meliputi
masalah dengan nada, volume atau kualitas suara anak yang mengganggu
pendengar untuk mendengarkan apa yang diucapkannya. Gangguan bahasa
dapat bersifat reseptof maupun ekspresif. Kelainan reseptif meliputi
kesulitan untuk memahami atau memproses bahasa. Kelainan eskpesif
meliputi kesulitan menepatkan kata – kata atas ketidakmampuan untuk
menggunakan bahasa yang sesuai secara social.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan bicara dan berbahasa
diantaranya adalah perkembangan fisik dan mental anak, juga dipengaruhi
dari lingkungan serta bagaimana respon anak terhadap sekelilingnya.
Dalam pemeriksaan anak dengan keluhan gangguan bicara diharapkan
dokter juga memeriksa perkembangan kognitif, neurologis, fisik serta
perkembangan anak lainnya. Hal tersebut sangat penting, karena gangguan
bicara dapat bersifat sekunder dari kelainan perkembangan lainnya atau
bersamaan dengan kelainan lain. Perhatian awal orang tua mungkin pada
keterlambatan bicara namun evaluasi perkembangan menunjukan terdapat
keterlambatan reseptif dan motoric serta memecahkan masalah. Oleh
sebab itu, penting dalam identifikasi keterlamabatan atau gangguan
perkembangan anak sehingga stimulasi atau intervensi dini dapat
dilakukan sesuai dengan keterlambatan atau gangguan yang dialami.
(Behrman, 2012)

Anak berumur 2 baru bias mengucapkan 2 kata kemungkinan tidak


normal. Karena pada umur 2 tahun anak sudah dapat menguasai kurang
lebih 50 kosa kata dan mulai dapat membuat kalimat tanya – kata yang
diucapkan dapat dipahami semua orang. Penyebab gangguan bicara dan
bahasa sangat luas, semua gangguan mulai dari proses pendengaran,
penerus impuls ke otak, otot, atau organ pembuat suara. Gangguan bicara
pada anak dapat disebabkan karena system tubuh seperti otak,
pendengaran, dan fungsi motorik lainnya.
A. Gangguan Pendengaran

5
Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar
pembicaraan di sekitarnya. Penyebab gangguan pendengaran bias
karena infeksi, trauma, atau kelainan bawaan biasanya karena kelainan
genetic, infeksi ibu saat kehamilan, obat-obatan yang dikonsumso sifat
hamil, atau ada riwayat keluarga yang punya ketulian.
B. Kelainan Organ Bicara
Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi, dan
mandibular (rahang bawah), kelainan bibir sumbing, deviasi
septum nasi, adenoid, atau kelainan laring.
C. Retardasi mental
Kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak lain
seusianya. Retardasi mental merupakan penyebab terbanyak dari
gangguan bahasa. Pada kasus retardasi mental, keterlambatan
berbahasa selalu disertai keterlambatan dalam bidang pemecahan
masalah visio-motor.
D. Kelainan sentral (otak)
Gangguan berbahasa sentral adalah ketidaksanggupan untuk
menghubungkan kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan
berbahasa yang selalu lebih rendah. Ia sering menggunakan mimic
untuk menyatakan kehendaknya seperti pada pantomime.
E. Autisme
Gangguan bicara yang berat dapat disebabkan karena autism.
Autism adalah gangguan perkembangan pervasive pada anak yang
ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang
kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan interaksi social.

2. Hampir 50% anak kecil pernah mengalami jinjit. Jalan jinjit biasanya
dimulai ketika baru bisa berjalan dan akan berhenti pada usia 5,5 tahun.
Apabila setelah umur 5,5 masih berjalan jinjit anak tersebut kemungkinan

6
mengalami kelainan. Diagnosisnya mengalami gangguan kognitif dan
neropsikiatri, termasuk anak autis yang memiliki kecenderungan lebih
tinggi untuk jalan jinjit. Penyebab jalan jinjit karena adanya pemendekan
tendon Achilles yang menghubungkan tumit dengan otot betis sehingga
terjadi pemendekan. Otot betis belakang dominan dari sisi depan atau juga
dapat disebabkan oleh karean otot mengalami defisiensi enzim dystrophy.
Pada proses berjalan termasuk berjalan jinjit merupakan salah satu gerakan
motorik kasar(Budianto, 2013).Perkembangan motorik kasar pada anak
yaitu:
Pada usia 24 bulan seharusnya Ani sudah bisa:
- Berdirinya semakin stabil dan sudah dapat berdiri tanpa berpegangan
- Dapat berjalan beberapa langkah meski masih butuh penopang untuk
keseimbangan tubuhnya .
- Dapat bergerak dari posisi duduk ke berdiri dengan cara berlutut ;
satu kakinya ditarik dan diangkat sampai akhirnya berdiri
(Soetjiningsih, 2014)

Motorik kasar adalah aktivitas keterampilan gerak atau gerakan tubuh


yang memakai otot – otot besar sebagai dasar utama geraknya.
Keterampilan motoric kasar selalu berkaitan dengan sesuatu gerak
lokomotor ( gerak perpindahan) yang memiliki peran besar dalam
perekambangan motoric kasar. Termasuk dalam kegiatan memindahkan
tubuh, berjalan, berlari, melompat, bergulung, dan menari. Motorik kasar
pada anak terjajdi karena adanya pengaruh dari suatu lingkungan yang
secara aktif mendorong kemampuan motoric tersebut. Sedangkan,
kemampuan berjalan jinjit menurut KBBI adalah berdiri atau berjalan
dengan ujung kaki saja yang berjejak. Brewer menambahkan bahwa orang
tua mendorok anaknya untuk melakukan kemajuan pada motoric kasar
untuk dapat beridri, berjalan satu dua langkah, berjalan beberapa langkah
dan berjalan jinjit. Jalan jinjit sering menyertai berbagai gangguan pada
anak seperti cerebral palsy dan muscular dystrophy autism serta keluhan
saraf dan otak lain. Namun dalam kebanyakan kasus, jalan jinjit muncul

7
begitu saja tanpa ada gangguan serius yang menyertainya. Penelitian
terbaru yang dilakukan oleh CNMC di Washington DC AS mendapatkan
bahwa jalan jinjit pada kebanyakan kasus adalah normal dengan hampir
sendirinya akan hilang. (Behrman, 2012)

3. Sikap cuek kemungkinan dapat disebabkan adanya gangguan


perkembangan yang komplek pada otot baik dari kondisi structural yang
tidak lengkap atau dikarenakan sebagian sel yang tidak berkembang
sempurna. Faktor-faktor terjadinya hal ini :

a. Genetika
b. Infeksi virus atau jamur
c. Malnutrisi
d. Obat-obatan serta polusi udara, air, makanan
e. Gangguan pada saat sejak janin dalam kandungan.
Gangguan ini mengakibatkan neuroanatomik pada bagian-bagian otak :
a. Lobus Parietalis
Biasanya terjadi pada anak-anak autis
Tidak oeduli dengan lingkungan sekitar
b. Cerebellum (otak kecil)
Lobus VI dan lobus VII : menimbulkan proses sensoris, daya
ingat, berfikir, berbahasa, perhatian.
c. Sistem Limbik

4. Tahapan tumbuh kembang pada anak menurut Soetjiningsih (2014) yaitu:


- Perkembangan kognitif
Berhubungan dengan bagaimana cara anak berfikir, membentuk
bahasa, memecahkan masalah dan menambah pengetahuan.
- Perkembangan adaptif

8
Kemampuan manusia untuk bereaksi dan belajar dari pengalaman
untuk menciptakan aktivitas baru. Perkembangan adaptif sendiri
merupakan intelegensi nonverbal yang dapat diukur. Perilaku adaptif
sosial ialah kemampuan untuk mandiri, menyesuaikan diri, dan
bertanggung jawab.
- Perkembangan personal sosial
Menyangkut kepribadian, perkembangan emosi, individualitas,
percaya diri, dan kritik diri sendiri.
- Perkembangan gerak motorik kasar
Berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh, serta melibatkan
otot-otot besar.
- Perkembangan gerak motorik halus
Berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yan gmelibatkan bagian tubuh tertentu saja dengan
bantuan otot-otot kecil.
- Perkembangan bahasa
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintak dan berbicara spontan.(Soetjiningsih, 2014)

Pada skenario ini, Ani adalah balita usia 2 tahun. Pada usia ini seharusnya
kemampuan fisik, motorik, sensorik, dan kognitifnya sudah lebih
berkembang dari pada yang ada di skenario. Berikut adalah tahapan
tumbuh kembang yang terjadi pada anak usia 2 tahun:
Dari aspek Fisik & Motorik, anak umur 2 tahun sudah bisa:
 Berlari dengan kordinasi yang cukup baik
 Bisa menendang bola tanpa kehilangan keseimbangan
 Bisa berdiri tanpa bantuan dan duduk tanpa penopang
 Gigi sudah tumbuh kurang lebih 16 buah
 Suka mencoret-coret
 Sudah bisa mengontrol otot-otot perkemihan
 Suka bermain permainan interaktif seperti “cilukba”

9
Dari aspek Sensorik & Kognitif, anak umur 2 tahun sudah:

o Separation Anxiety, yaitu perasaan takut dan khawatir bila terpisah dari
ibu, ayah, atau orang yang dekat dengannya sehingga ‘lengket’ dengan
mereka
o Bisa memakai pakaian sederhana tanpa bantuan
o Kosa kata sekitar 50-300 kata
o Dapat memahami perintah berkesinambungan yang simple, ex:
“berikan saya bola dan pakai sepatumu”
o Dapat menyusun sebuah frasa yang terdiri dari 2-3 kata
o Dapat mengkomunikasikan kebutuhannya seperti lapar, haus, ingin ke
toilet
o Sering meniru apa yang dilakukan orang lain
o Menunjukkan rasa kasih saying
o Sudah punya rasa kepemilikan dan tau arti kata “ini punyaku”
o Mendengarkan cerita doengen dan suka melihat gambar
o Merespon bila dipanggil namanya
o Sering melakukan kontak mata dengan orang tua dan lainnya
o Sering rewel untuk mendapatkan perhatian

Pada skenario, Ani yang berumur 2 tahun Nampak cuek, baru bisa
mengucapkan 2 kata, jarang rewel, tidak pernah menangis jika ditinggal
orang tua dan juga tidak Nampak senang jika orang tua pulang (tidak ada
Separation Anxiety), dan sering berjalan jinjit. Hal ini menunjukkan bahwa
Ani memiliki gangguan perkembangan. Di antara gangguan-gangguan
perkembangan yang memiliki ciri serupa dengan kasus Ani adalah Autism
Spectrum Disorders , yaitu gangguan perkembangan yang berhubungan
dengan neurologis dan dicirikan dengan kesulitan dalam kemampuan
social, bahasa, komunikasi non-verbal, dan cenderung memiliki perilaku
berulang-ulang. (“Normal Growth Development” from MedlinePlus)

10
BAB IV
SKEMA
Hal-hal yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak

Tumbuh kembang anak :


Ani berusia 2 tahun
-Perkemb.Motorik Kasar(Ani baru bisa
berjalan dengan menjinjit)
-Perkem.Motorik Halus
-Perkem.Sosial dan kognitif (Ani cuek)
- Baru bisa menjinjit - Perkemb. otak
- Tidak perduli terhadap - Perkem.Kemandirian
lingkungan (jarang rewel, tidak - Perkemb.Panca indra
menangis saat ditinggal ,tapi -. Perkemb.Bahasa (Ani baru bisa mengatakan
juga tidak menunjukan sikap "mama" dan "maem"
senang saat ibunya datang) - Reflek
- Baru bisa mengatakn "mama" -Pertumb. gigi
dan "maem" Deteksi dini autism( CHAT)
- Resiko autism sedang ( tidak mampu
melakukan A7 dan B6)
- Resiko autism ringan (apabila tidak mampu
melakukan , hal selain dalam CHAT)

PF

Pemeriksaan Penunjang
-MRI

Pemeriksaan tambahan :
- Pemeriksaan Screening
-Pemeriksaan Pre screening

Pemeriksaan neurologis

11
BAB V
TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Menjelaskan tahapan tumbuh kembang yang normal pada anak


2. Menjelaskan jenis-jenis gangguan tumbuh kembang anak
3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak
4. Menjelaskan manifestasi klinik gangguan perkembangan anak
5. Menjelaskan penegakkan diagnosis gangguan-gangguan tumbuh kembang
anak
6. Menjelaskan penatalaksanaan gangguan tumbuah kembang anak

12
BAB VI
BELAJAR MANDIRI

13
BAB VII
BERBAGI INFORMASI

1. Tahap Tumbuh Kembang Anak yang Normal


I. Neonatus
Merupakan [periode setlah bayi dilahirkan sampai 28 hari setelahnya.bayi
akan kehilangan 10% berat badannya saat lahir namun akan kembali lagi
normal beberapa hari kemudian. Panjang bayi laki-laki 20 – 21 ½ inci dan
bayi perempuan 19 ¾ - 21 inci. Pada masa ini terdapat reflex primitive
bawaan pada bayi, seperti Root Reflex ( bila disentuh sudut mulutnya, si bayi
akan mencari-cari rangsang sentuhan tersebut), Suck Reflex (bila dimasukkan
jari ke mulut bayi maka bayi akan menghisapnya), Moro Reflex(reflex kaget
bayi seperti hendak memeluk bila dipegang punggungnya lalu dilepas
perlahan), Asymetric Tonic Neck Reflex(apa bila kepala bayi dihadapkan ke
kanan maka tangan kanan bayi ekstensi dan tangan kiri fleksi), Symetric Tonic
Neck Reflex(bila bayi ditengkurapkan maka bayi akan mendongak kedua
tangannya ekstensi dan kedua kakinya sedikit fleksi), Grasp Reflex(bila benda
ditaruh di telapak tangan bayi maka bayi akan menggenggamnya), Babinski
Reflex(bila telapak tangan bayi digores maka jari-jarinya akan mekar/terbuka),
Step Reflex( bila bayi diangkat dan diberdirikan maka bayi akan berusaha
mengnapakkan kakinya seperti hendak berjalan)
II. 0-1 Tahun
A. 4 bulan: (Fisik dan Motorik) berat badan 2X berat lahir,
suka memainkan benda yang diletakkan di tangannya
dengan digemerincingkan. Gigi primer pertama bayi
tumbuh, yaitu central incicivus bawah (antara bulan 6-10).
(Sensorik dan Kognitif) kontak mata meningkat,
mengeluarkan suara bayi, bisa tertawa, meminta perhatian
dengan rewel, mengenali suara dan sentuhan dari orang
tuanya
B. 9 bulan: (Fisik dan Motorik) bisa merangkak, menyuapi
diri sendiri dengan jari, menggoyangkan dan melempar

14
objek, bisa duduk dalam jangka waktu yang cukup lama
dengan bantuan senderan. (Sensorik dan Kognitif)
khawatir bila terpisah dari ibu atau orang yang dekat
dengannya(Separation Anxiety), merespon bila dipanggil
namanya, merespon perintah sederhana
C. 12 bulan: (Fisik dan Motorik) berat badan 3X berat lahir,
bisa berdiri tanpa bantuan dan duduk tanpa senderan, gigi
primer bayi ada 1-8 gigi. (Sensorik dan Kognitif) bisa
mengucapkan kata ‘mama’ ‘papa’ dan dua kata lainnya,
menunjuk dengan jari telunjuk, menghubungkan objek
dengan namanya, Separation Anxiety
III. 1 Tahun
(Fisik dan Motorik) sering berlari namun masih kikuk sehingga
sering terjatuh, suka menyoret-nyoret
(Sensorik dan Kognitif) Separation Anxiety, menunjukkan rasa
kasih saying, punya rasa ingin tahu yang besar, suka bereksplorasi,
suka meniru apa yang dilihatnya, sudah paham konsep kepemilikan
dan arti kata “ini milikku”
IV. 2 tahun
(Fisik dan Motorik) bisa berlari dengan koordinasi yang baik,
menendang dan menangkap bola tanpa kehilangan keseimbangan,
jumlah gigi primer 16 buah namun bisa berbeda dengan variasi
yang cukup luas (https://medlineplus.gov/ency/article/002012.htm
) (http://www.webmd.com/oral-health/guide/dental-health-your-
childs-teeth#1 )
(Sensorik dan Kognitif) penglihatan sudah berkembang
sepenuhnya, kosa kata 50-300 kata, paham perintah 2 tahap seperti
“pakai bajumu lalu ambil bola itu”
V. 3 Tahun
(Fisik dan Motorik) berlari dan melompat dengan lancar, bisa
menggambar lingkaran dan membuat garis lurus (motorik halus),
bisa mengayuh sepeda, 20 gigi primer sudah tumbuh

15
((http://www.webmd.com/oral-health/guide/dental-health-your-
childs-teeth#1 )
(Sensorik dan Motorik) sering bertanya, kosa kata sudah ratusan,
tau konsep nama umur dan gender, sudah mulai berkurang
takutnya ketika terpisah dari ibu dalam jangka waktu yang pendek
VI. Pra Sekolah (4-5 Tahun)
(Motorik Kasar) lebih mahir dalam berlari, melompat, melempar,,
menendang dan menangkap bola, serta mengayuh sepeda
(Motorik Halus) menggambar lingkaran, menggunakan gunting,
memakai baju sederhana, mengatur sendok dan garpu saat makan
(Kemampuan Bahasa) sudah tahu kata ganti dan kata hubung,
tau konsep waktu, bisa menghitung 1-10
VII. Masa Sekolah (6-12 tahun)
Mulai berinteraksi dengan teman, bekerja sama dan saling berbagi,
suka kompetisi dan games, tau konsep waktu-hari-tanggal, sudah
menggunakan tata bahasa yang lebih baik
VIII. Masa Remaja (13-18 tahun)
Ciri seks sekunder berkembang setelah mengalami pubertas
(pubertas pada laki-laki mulai pada usia 9-14 tahun sedangkan
perempuan antara 8-13 tahun), mulai tertarik dengan hal berbau
politik, social, dan filosofis, ingin independen dari orang tua,
pengaruh teman dan penerimaan teman sangat berpengaruh bagi
perkembangannya, mulai mencari jati diri
(“Your Child’s Growth and Development” from John Hopkins
Medicine )
(“Normal Growth and Development” from MedlinePlus )
(“Dental Health and Your Child’s Teeth” reviewed by Michael
Friedman, DDS from WebMD )
2. Tumbuh Kembang Anak dan Gangguannya
Dalam pengertian tumbuh kembang anak terkandung dua pengertian yang
berbeda yakni pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan yaitu
perubahan ukuran fisik dan struktur tubuh, dan perkembangan yaitu

16
perubahan fungsi dan pematangan organ, psikomotor dan perilaku anak
dari tahap intra uterine hingga dewasa.
Masalah penyimpangan tumbuh kembang dibagi menjadi dua yaitu :
1. Penyimpangan pertumbuhan dengan menggunakan tolok ukur
pertumbuhan yaitu ukuran tubuh (Anthropometri) dan bentuk morfologi
yang menyimpang dari normal.
2. Penyimpangan perkembangan dengan menggunakan tolok ukur
perkembangan yaitu;
- Motorik kasar
- Motorik halus
- Kepribadian sosial
– Bahasa
Berikut jenis gangguan tumbuh kembang anak:
-Gangguan bicara dan bahasa
-Cerebral palsy : Kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif
disebabkan ada masalah pada otaknya sehingga sulit mengendalikan otot
atau pusat keseimbangan terganggu. Ada 3 jenis cerebral palsy: Spaticity
(tonus otot terlalu kuat jadi kaku), Dyskinesia (tonus otot cepat berubah,
dari kuat jadi lemah), Ataxia (ada masalah dengan kesimbangan dan
koordinasi, jadinya jalan tidak seimbang dan sulit menulis)

-Sindrom Down ( Individu yang dapat dikenal dari fenotipnya dan


mempunyai kecerdasan yang terbatas) -Perawakan pendek.
-Gangguan autisme.
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya
muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh
aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat,
yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan
yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial,
komunikasi dan perilaku. Gangguan perkembangan ini mencakup bidang
komunikasi, interaksi dan perilaku. Penyebabnya adalah gangguan pada
perkembangan susunan syaraf pusat yang mengakibatkan terganggunya

17
fungsi otak. Jika anak cepat terdeteksi dan segera mendapatkan intervensi
dini yang tepat, maka kesempatan untuk sembuh cukup besar. Gejala anak
dengan autism adalah menghindari kontak mata dan fisik, suka bermain
sendiri, tidak tertarik dengan orang lain, punya ketertarikan obsesif, sedih
bila ada sedikit perubahan dari rutinitasnya, suka menjejerkan mainan,
Echolalia (mengucapkan ulang apa yang didengar tanpa tau artinya),
kemampuan bahasa yang telat berkembang, suka mengepak-ngepakkan
tangan dan berjalan jinjit (Budiman, 2000).
-Retardasi mental.
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah ( IQ
< 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan
beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap
normal.
-Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH).
Disebut juga Attention Deficit Hyperactivity Disorders (ADHD)
Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk
memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.
GEJALA: suka gerak-gerak/ menggeliat-geliut, berbiacara banyak,
sering lupa, sulit mengendalikan keinginan, sering melakukan kesalahan.
Ada 3 jenis ADHD:
 Predominantly Inattentive Presentation: sulit konsentrasi,
sulit memperhatikan, sulit mendengarkan instruksi dan
menyelesaikan tugas, mudah terkecoh dan lupa
 Predominantly Hyperactive-Impulsive Presentation: sering
gerak-gerak, idak bisa diam, banyak bicara, sulit duduk
dalam waktu yang lama, suka menginterupsi orang lain dan
mengambil benda dari orang lain
 Combined Presentation: Kedua ciri di atas dapat muncul
bersamaan
- Fetal Alcohol Spectrum Disorders: kelainan fisik, perilaku, disabilitas
intelektual yang ada pada seseorang yang pada saat dikandungan ibunya
mengonsumsi alkohol. Ada 3 tipe FASD:

18
 Fetal Alcohol Syndrome: bentuk muka abnormal, masalah
pertumbuhan, gangguan sistem saraf pusat yang
menyebabkan kesulitan belajar, memori, waktu konsentrasi,
kmunikasi, dan pendengaran
 Alcohol-Related Neurodevelopmental Disorder: perilaku
yang terlalu impulsive, tidak bisa mengontrol diri, sulit
belajar
 Alcohol-Related Birth Defect: kelainan pertumbuhan organ
seperti jantung, ginjal, tulang

( “Developmental Dissabilities” from Center for Disease Control and


Prevention)

(Behrman, 2012)

JENIS GAGGUAN TUMBUH KEMBANG


A. KETERLAMBATAN BICARA & BAHASA
Gangguan bahasa merupakan sebuah ketidak mampuan untuk mengkode
sebuah informasi, dapat berupa keterlambatan bahasa reseptif, ekspresif
atau keduanya. Keterlambatan bicara atau bahasa merupakan masalah /
gangguan perkembangan yang paling sering dijumpai (5-10% kasus pada
anak prasekolah). Penyebab gangguan bicara :
1. Faktor lingkungan. Beberapa faktor risiko diidentifikasi sebagai
penyebab, yaitu status nutrisi, tingkat pendidikan rendah, kurangnya
stimulasi, dll
2. Faktor organik : kerusakan susunan saraf pusat (otak) terutama pada 1
tahun pertama kehidupan anak.
3. Variasi dari perkembangan, seperti “constitutional delay” merupakan
periode perkembangan normal tetapi tercapai pada tahap akhir usia
perkembangan.
Komunikasi adalah proses yang digunakan untuk bertukar informasi
termasuk kemampuan memahami dan menghasilkan pesan. Pada proses
komunikasi terjadi perpindahan semua jenis pesan atau informasi yang

19
berhubungan dengan kebutuhan perasaan, keinginan, persepsi, ide dan
pengetahuan. Komunikasi dapat terjadi melalui berbagai modalitas yaitu
proses non linguistik verbal dan paralinguistik.
1. Proses non linguistik adalah bahasa tubuh, postur tubuh, ekspresi wajah,
kontak mata, gerak kepala dan tubuh dan jarak fisik.
2. Proses Paralinguistik meliputi afektif/emosi, sosial, intonasi dalam
berbahasa.
3. Komunikasi verbal meliputi penggunaan dan pemahaman kata-kata,
termasuk kemampuan untuk menghasilkan kata-kata, kalimat (bahasa
ucapan dan tulisan) dengan kosakata, tata bahasa serta penggunaan aturan
percakapan yang sesuai.
Berbahasa adalah cara menggabungkan kata-kata menjadi suatu pesan
yang berarti. Berbicara adalah cara menghasilkan bunyi yang bermakna,
sebagai hasil koordinasi pernapasan, fonasi, resonansi dan sistim
artikulasi. Beberapa aspek berbahasa pada anak meliputi:
1. fonologi (konsonan, vokal, suku kata yang tidak mempunyai arti)
2. morfologi (unit terkecil dari kata yang mempunyai arti)
3. sintaks (merangkai kata menjadi kalimat)
4. semantik (menggunakan kata-kata)
5. pragmatik (berbicara dan komunikasi dalam lingkungan sosial)
6. sequence (kemampuan menyusun kalimat sesuai dengan alur cerita)
Perkembangan komunikasi dimulai pada saat bayi mulai berinteraksi
dengan pengasuhnya dalam bentuk bersuara, memandang dan
menggerakkan tubuh. Perkembangan komunikasi sejalan dengan
kemajuan perkembangan anak terutama dalam hal kognitif, sosial emosi
dan adaptasi. Secara umum anak yang sedang berkembang kaya akan
gerak tubuh dan social prelinguistic sebelum produksi bahasa verbal.
Perilaku prelinguistic diantaranya adalah :
1. Saling berinteraksi (bayi dan pengasuh melihat ke arah objek yang
sama).
2. Menggunakan bahasa isyarat.
3. Secara bergantian menanggapi stimulus selama rutinitas sosial.

20
Gangguan komunikasi
1. adalah ketidakmampuan untuk menerima, mengirim, memproses,
memahami konsep atau verbal, non verbal dan graphic system symbol.
2. dapat terjadi pada proses pendengaran, berbahasa dan atau berbicara.
3. dapat berkisar dari yang ringan sampai berat sekali.
4. dapat terjadi selama proses perkembangan atau didapat oleh karena
sebab tertentu.
5. dapat merupakan disabilitas primer atau sekunder dari disabilitas lain
(American Speech Language Hearing Association, 1993).
Seorang anak dapat menunjukkan satu atau kombinasi dari tiga aspek
gangguan komunikasi. Pada literatur tentang gangguan komunikasi pada
anak seringkali dipergunakan definisi yang bervariasi antara istilah
gangguan atau
keterlambatan. Variasi istilah diagnostik dan label yang berbeda juga
digunakan untuk memberi penjelasan gangguan komunikasi yang spesifik.
Saat ini belum ada kesepakatan definisi dalam hal adanya gangguan atau
keterlambatan. Dalam panduan ini definisi operasional yang digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Gangguan komunikasi adalah ketidakmampuan untuk menerima,
mengirim, memproses, memahami konsep atau verbal, non verbal dan
graphic system symbol
2. Keterlambatan komunikasi digunakan bila tingkat perkembangan
komunikasi secara bermakna berada di bawah tingkat usia yang
diharapkan.
Gangguan berbahasa adalah gangguan pemahaman, penggunaan bahasa
lisan, tulisan dan atau pemakaian sistim simbol (American Speech
Language Hearing Association,1993).
Termasuk didalamnya setiap keterlambatan atau ketidakmampuan yang
mempengaruhi kemampuan anak dalam memahami bahasa (bahasa
reseptif) dan atau menggunakan kata atau gerak tubuh (bahasa ekspresif)
Gangguan berbahasa meliputi satu atau kombinasi dari gangguan:
1. Bentuk bahasa (fonologi, morfologi, sintaks)

21
2. Isi bahasa (semantik)
3. Fungsi bahasa dalam komunikasi (pragmatik)
Secara umum gangguan berbahasa dapat dikelompokkan menjadi
gangguan yang berhubungan dengan :
1. defisit kognitif / lingkungan
2. autism dan gangguan perkembangan
3. gangguan pendengaran
4. faktor sosial / lingkungan
5. gangguan atau penyakit lain
Gangguan berbicara adalah gangguan dalam menghasilkan bunyi yang
bermakna, sebagai hasil koordinasi pernapasan, fonasi, resonansi dan
sistim artikulasi. Seluruh gangguan ini mempengaruhi kemampuan anak
untuk memproduksi bahasa lisan yang jelas dan cerdas.
Secara umum yang termasuk gangguan berbicara adalah :
1. Gangguan suara
2. Gangguan kelancaran
3. Gangguan artikulasi dan fonologi
Gangguan Suara meliputi setiap penyimpangan tinggi nada (pitch), keras
(intensitas) dan kualitas suara yang secara konsisten mempengaruhi
komunikasi.
Gangguan kelancaran (Gagap)
Setiap kali anak berusaha berbicara terjadi pengulangan, perpanjangan
atau penghentian kata atau bagian dari kata secara involunter. Ada
beberapa pola bicara yang ditemukan pada anak yang gagap, diantaranya
pengulangan frase, kata, silabus, pembetulan dan kata seru. Seringkali
ketidaklancaran dimulai pada tahun pertama masa perkembangan paling
cepat. Pada kebanyakan anak, gagap biasanya terkoreksi saat usia taman
kanak-kanak. Sekitar 50%-80% anak yang gagap pada usia muda menjadi
normal tanpa bantuan.
Gangguan artikulasi meliputi gangguan bunyi bicara dimana masalahnya
adalah mekanisme produksi motorik bicara. Berupa distorsi, omisi,
substitusi dan

22
anak tidak dapat mengucapkan kata secara benar. Gangguan fonologi
meliputi kesalahan bunyi yang mempengaruhi suatu grup bunyi atau
rangkaian bunyi. Contoh : meniadakan konsonan akhir dari suatu kata atau
mengganti suatu bunyi dengan bunyi lain seperti susu jadi cucu, bola jadi
boa, makan jadi makang atau matan.
Penyebab gangguan berbahasa
1. Afasia perkembangan
2. Retardasi mental
3. Kesulitan belajar
4. Psikosis masa kanak (childhood schizophrenia, autism)
Penyebab gangguan berbicara :
1. Problem struktur dari organ artikulasi : lidah, bibir, palatum durum dan
molle, susunan gigi, kesegarisan rahang.
2. Kelemahan atau inkoordinasi otot-otot yang terlibat dalam proses
berbicara
3. Gangguan postur dan gangguan fungsi respirasi
4. Keterlambatan dalam proses tahap perkembangan pembentukan bunyi
bicara
5. Gangguan pendengaran
6. Faktor lingkungan, seperti kurang stimulasi atau contoh pembelajaran
proses bicara yang tidak tepat
Prognosis.
1. Anak dengan “Developmental Language Disorder” memiliki prognosis
baik. Kemampuan bicara dapat tercapai pada usia masuk sekolah
2. Anak dengan keterlambatan bahasa pada usia prasekolah akan
mempengaruhi perkembangan lainnya seperti memori, kemampuan
membaca dan kemampuan akademik.
B. GANGGUAN MOTORIK
Perkembangan motorik artinya terdapat peningkatan tahapan kompleks
kontrol terhadap penggunaan otot-otot untuk mobilitas, keseimbangan dan
postur yang benar (mempertahankan kepala tegak, berguling, duduk,

23
merangkak dan berdiri), dan memanipulasi benda untuk berinteraksi
dengan lingkungannya.
Pergerakan awalnya muncul dalam bentuk pola acak dan bervariasi.
Seiring dengan bertambahnya usia pergerakan menjadi lebih bertujuan dan
keterampilan
motorik menjadi tergabung dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Kemajuan ini bergantung pada keberhasilan integrasi dari berbagai proses
perkembangan yang saling berhubungan. Sebagai contoh, kegagalan untuk
mencapai beberapaketerampilan motorik halus bisa berhubungan dengan
kognisi maupun kontrol motorik.
Secara umum, perkembangan motorik mencakup:
I. Keterampilan motorik kasar (keterampilan otot-otot besar seperti kontrol
kepala, duduk, berdiri dan lokomotor)
II. Keterampilan motorik halus (keterampilan otot-otot yang lebih kecil
seperti mengenggam, melepaskan dan memanipulasi benda)
III. Keterampilan oral-motor (makan, menelan, produksi suara dan
berbicara)
Perkembangan motorik adalah pusat perhatian terbesar sebagian besar
orang tua sewaktu anak-anak mereka berada pada umur 6-12 bulan.
Perhatian orang tua tentang perkembangan neuromotor yang paling sering
dikeluhkan adalah tentang keterlambatan pencapaian tonggak motorik
(motor milestones). Terkait dalam keluhan yaitu keragu-raguan akan tonus
abnormal ( "kekakuan" atau”ke lemahan "), abnormalitas struktural (yang
paling sering terjadi di kaki), atau gerakan-gerakan yang aneh / janggal
pada anak yang sudah mulai berjalan.
Kelainan motorik mencakup abnormalitas tonus otot, postur, pergerakan
dan kemahiran dalam keterampilan motorik, dari yang ringan sampai
berat. Gangguan perkembangan motorik mencakup keterlambatan motorik
yang merupakan bagian dari keterlambatan perkembangan umum,
keterlambatan motorik yang dapat timbul dari hipotonia dan disfungsi
neuromotorik ringan.
1. Keterlambatan perkembangan global/umum

24
Secara umum, tolak ukur motorik dapat lebih mudah dikenali dibanding
tolak ukur kognitif dalam setahun pertama kehidupan. Keterlambatan
dalam keterampilan motorik atau perbedaan kualitatif dalam pergerakan
bisa menjadi tanda pertama masalah pada anak yang kemudian didiagnosis
dengan kelainan kognitif. Karena beberapa sindrom bersifat genetik,
penting untuk mengidentifikasi anak sedini mungkin untuk konseling
perencanaan keluarga. Keterlambatan perkembangan motorik awal kadang
menunjukkan suatu disfungsi neurologis tersamar, yang akan muncul
dikemudian hari berupa keanehan gerakan, ADHD, dan/atau gangguan
belajar.
Prevalensi keterlambatan perkembangan motorik yang signifikan di dalam
populasi anak tidak diketahui. Melalui perhitungan statistik, 2-3% bayi
berada di luar rentang tonggak pencapaian motorik normal. Dari angka
tersebut diatas sebagian kecil (15-20%) diketahui mempunyai diagnosis
gangguan neuromotorsignifikan berupa serebral palsi atau defek pada saat
lahir. Jarang ditemukan penyakit gangguan syaraf atau otot yang progresif.
2. Hipotonia
Hipotonia muskular membuat anak sulit untuk mempertahankan postur
terhadap gravitasi, karenanya mengurangi kekuatan otot dan
memperlambat kemahiran keterampilan motorik. Ketidakstabilan alam
posisi duduk dan berdiri bisa berkembang menjadi masalah dalam
keterampilan motorik halus. Secara umum, seiring dengan kedewasaan
anak dan peningkatan kekuatan otot untuk mengkompensasi hipotonia,
keterlambatan ini bisa kurang disadari. Beberapa anak dengan hipotonia
bisa memiliki kesulitan koordinasi persisten atau kesulitan berlajar
nantinya.
3.Disfungsi neuromotorik ringan
Disfungsi neuromotorik ringan merupakan gangguan koordinasi motorik
yang bukan sekunder terhadap retardasi mental atau gangguan neurologis
lain seperti cerebral palsy. Kondisi ini bisa merujuk pada gangguan
perkembangan koordinasi, clumsy child syndrome, gangguan
perkembangan spesifik dari fungsi motorik, dan cerebral palsy minimal.

25
Anak dengan kondisi ini menunjukkan kemampuan motorik kasar atau
halus secara sigifikan di bawah level yang diharapkan dalam basis fungsi
kognitif.
Penyebab kelainan motorik
Walaupun setelah investigasi menyeluruh, tidak ada penyebab yang dapat
ditemukan pada sebagian besar anak dengan gangguan motorik. Pada anak
dengan faktor risiko yang dapat diidentifikasi, penting untuk
menyingkirkan gangguan genetik atau metabolik. Beberapa penyebab
gangguan motorik:
1. Periventricular Leukomalacia (Ischemic Brain Injury)
Jaringan otak bisa rusak ketika tidak memperoleh darah yang cukup. Ini
disebut jejas iskemik pada otak (Ischemic Brain Injury). Bayi prematur
rentan terhadap gangguan ini. Jejas ini biasanya simetris (mengenai kedua
sisi tubuh) dan umumnya menjurus pada tipe diplegi dari gangguan
motorik (semua ekstremitas terkena, namun gangguan pada tungkai lebih
besar dibanding lengan).
2. Periventricular Hemorrhagic Infarction
Ketika ada perdarahan periventrikular atau intraventrikular (perdarahan
yang signifikan ke dalam otak), jejas dan nekrosis otak bisa terjadi.
Banyak
ditemukan pada bayi prematur, tipe jejas ini umumnya berlanjut menjadi
berbagai derajat hemiplegia (mengenai hanya satu sisi, dengan tungkai
lebih atau sama dipengaruhi dibanding tungkai atas)
3. Brain malformations
Abnormalitas pada perkembangan otak bisa menjurus pada gangguan
motorik. Untuk a lasan ini, pencitraan otak biasanya dikerjakan pada anak
dengan gejala gangguan motorik.
4. Hypoxic Ischemia Encephalopathy
Hipoksia (kekurangan oksigen) pada bayi baru lahir dulunya dipikirkan
sebagai penyebab primer cerebral palsy. Walaupun saat ini hal ini
dipikirkan sebagai penyebab minor, ini bisa menjadi faktor pada anak
yang akhirnya memiliki gangguan motorik.

26
5. Bilirubin Encephalopahty
Bilirubin merupakan sesuatu yang secara normal diproduksi di dalam
darah. Level bilirubin yang meningkat secara abnormal pada bayi baru
lahir yang sakit atau imatur bisa memasuki area otak yang mengontrol
pergerakan involunter. Ini bisa menyebabkan gangguan pergerakan.
6. Stroke
Stroke merupakan hasil dari gangguan aliran darah ke otak. Hal ini
biasanya mengarah pada pola klasik hemiplegia dengan lengan lebih
terlibat dibanding tungkai.
7. Lainnya
Ada banyak kemungkinan lain yang menyebabkan gangguan motorik. Hal
ini bisa merujuk pada berbagai variasi gangguan motorik dan
kemungkinan gangguan perkembangan lainnya. Contohnya mencakup
infeksi dalam rahim, infeksi postnatal (meningitis, sepsis), traumatic brain
injury, kekerasan atau penelantaran anak, patologi medulla spinalis
(seperti spina bifida), atau dislokasi hip congenital. Tabel 2 memberikan
beberapa faktor risiko tambahan untuk gangguan motorik.
C. GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN HIPERAKTIVITAS
(GPPH)
Gejala GPPH harus muncul sebelum usia 7 tahun dan menetap paling
sedikit 6 bulan sebelum diagnosa ditegakkan. Perilaku harus tidak sesuai
dengan perkembangan (secara bermakna berbeda dengan anak lain dengan
usia dan tingkat perkembangan yang sama) dan muncul di 2 atau lebih
lingkungan (misalnya rumah dan sekolah).
Epidemiologi
Diperkiran 3-5% anak usia sekolah menderita GPPH. Anak laki-laki 6 kali
lebih banyak dibanding anak perempuan.
PROGNOSIS
GPPH merupakan suatu penyakit kronis, dan 50% anak dengan GPPH
akan terus menimbulkan gejala sampai dewasa. Pada orang dewasa angka
kejadian kecemasan, self-esteem yang rendah, perilaku antisosial,
penyalahgunaan obat meningkat. Hasil akhir yang buruk dihubungkan

27
dengan rendahnya intelegensia, (seperti penyalahgunaan alkohol atau obat-
obatan). Hasil akhir individual dapat sangat baik.
D. KELAINAN MATA PADA ANAK
Mata anak bukanlah bentuk miniatur mata dewasa. Walaupun seorang
anak dapat mempunyai masalah mata yang serupa seperti seorang dewasa,
seperti kelainan refraksi dan katarak, tatalaksana kelainan ini dan
kepentingan deteksi dininya, sangatlah berbeda. Perbedaan yang paling
bermakna antara anak dan dewasa, dalam hal sistem visual, adalah adanya
suatu “jendela waktu (time window)”, yang disebut periode kritis.
Periode kritis adalah suatu jendela selama perkembangan anak dimana
koneksi sinaptis terbentuk secara permanen. Setelah periode kritis,
pengobatan menjadi lebih kurang efektif dalam memulihkan fungsi
penglihatan. Identifikasi dini dan terapi selama periode kritis ini adalah hal
yang sangat penting untuk mencapai keberhasilan perkembangan visual
dan pencegahan ambliopia.
Ocular allignment dan Strabismus
Strabismus atau mata juling adalah suatu keadaan kedudukan bola mata
dimana sumbu penglihatannya tidak sejajar. Bila satu mata melihat ke arah
benda yang menjadi pusat perhatiannya maka mata sebelahnya
menyimpang ke arah lain. Bayi baru lahir biasanya tidak mempunyai mata
yang lurus (straight eyes, orthophoria). Studi pada suatu populasi besar
melaporkan bahwa lebih kurang 30% neonatus normal mempunyai mata
yang lurus, 69% exotropia atau sudut dari 2271 neonatus mempunyai
esotropia pada saat lahir dan pada kedua kasus ini, esotropia menghilang
sebelum usia 2 bulan. Studi ini menunjukkan bahwa esotropia jarang
terlihat pada saat lahir dan esotropia yang tampak persisten setelah usia 2
bulan kemungkinan merupakan hal yang patologik dan perlu evaluasi mata
yang cermat.
Penyakit/Kelainan mata lainnya pada Balita
Diperkirakan terdapat 1,5 juta anak buta di seluruh dunia, lebih kurang
85% berada di negara berkembang di Asia dan Afrika. Tidak tersedia data
insidens yang akurat, namun diperkirakan 500.000 anak menjadi buta tiap

28
tahun dan sampai 60% meninggal dalam waktu 1-2 tahun periode
kebutaan.
Di Indonesia diperkirakan tedapat 70.000 anak buta. Dengan memakai
standar klasifikasi WHO untuk Kebutaan Anak, studi pada Panti Bina
Netra di pulau Jawa melaporkan penyebab kebutaan anak terbanyak
adalah dalam Kelompok Penyebab Tidak Diketahui, Herediter, Faktor
Pasca Lahir. Lebih dari 50% kebutaan sebetulnya dapat dicegah.
Lebih dari 50% kelainan mata penyebab kebutaan sebetulnya dapat
dicegah kebutaannya apabila di deteksi dini dan diterapi dengan cepat dan
tepat. Kelainan mata utama terbanyak dalam kelompok ini adalah Katarak
kongenital, glaukoma kongenital.
1. Leukokoria (white pupil )
Gejala: white pupil, pupil berwarna putih
Kelainan kelainan yang dapat menyebabkan gejala/tanda leukokoria:
- Retinoblastoma.
- Katarak kongenital, juvenilis
- PHPV (Persistence Hyperplasia Primary Vitreous)
- Retinal Dysplasia
- Trauma
- Coats disease
- ROP, stadium lanjut
- InfeksiToxocara canis
- Norrie disease
- Incontinentia pigmenti
- Familial Exudative Vitreoretinopathy
- Trisomy 13 (Patau Syndrome)
2. Katarak Pada Anak
Katarak kongenital merupakan salah satu penyebab kebutaan utama pada
anak di Indonesia yang dapat dicegah kebutaannya9. Deteksi dini
dilanjutkan terapi yang cepat dan tepat dapat memulihkan penglihatan si
anak secara optimal, sehingga risiko kebutaan dapat dihindari.
3. Glaukoma Primer Kongenital

29
Merupakan kelainan yang jarang ditemukan, insidens 1-10.000 kelahiran
hidup, di negara dengan konsanguinitas tinggi seperti Saudi Arabia,
insidensnya mencapai 1:25.000 kelahiran hidup. Di Indonesia, selain
katarak kongenital, kelainan ini merupakan penyebab utama k ebutaan
pada anak yang dapat dicegah kebutaannya. Kelainan ini dapat dikenal
sejak lahir atau masa kanak kanak. (kementrian kesehatan RI. 2012.)

3. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah:


a. Faktor genetik
Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang
telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.
Pertumbuhan ditandai oleh intensitas dan kecepatan pembelahan,
derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan
berhentinya pertumbuhan tulang. Yang termasuk faktor genetik antara
lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis
kelamin, suku bangsa atau bangsa.
b. Faktor lingkungan
Lingkungan yang baik akan memungkinkan tercapainya potensi
genetik, sedangkan yang tidak baik akan menghambatnya.
Lingkungan ini merupakan lingkungan biofisikopsikososial yang
memengaruhi individu setiap hari.

Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :


1) Faktor lingkungan pranatal
2) Faktor lingkungan perinatal
3) Faktor lingkungan pascanatal

I. Faktor biologis
a. Ras atau suku bangsa
Pertumbuhan somatik dipengaruhi oleh ras atau suku bangsa.
Bangsa kulit putih atau ras Eropa mempunyai pertumbuhan somatik
lebih tinggi daripada bangsa Asia

30
b. Jenis kelamin
Anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan anak
perempuan,mungkin sebabnya adalah perbedaan kromosom antara
laki-laki (xy) dan perempuan (xx). Pertumbuhan fisik dan motorik
berbeda antara laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki lebih aktif bila
dibandingkan dengan anak perempuan.
c. Umur
Umur masa balita itu sangat rentan terhadap penyakit dan sering
terjadi kurang gizi. Masa balita merupakan dasar pembentukan
kepribadian anak.

d. Gizi
Kebutuhan anak berbeda dari orang dewasa, karena makanan bagi
anak, selain untuk aktivitas sehari-hari, juga untuk pertumbuhan. Satu
aspek yang perlu ditambahkan adalah keamanan pangan (food safety)
yang mencakup pembebasan makanan dari berbagai “racun”
fisika,kimia, dan biologis, yang mengancam kesehatan manusia.

e. Perawatan kesehatan
Perawatan kesehatan yang teratur meliputi imunisasi,skrining dan
deteksi dini gangguan tumbuh kembang,stimulasi dini, termasuk
pemantauan pertumbuhan dengan menimbang anak secara rutin setiap
bulan.
f. Kondisi kesehatan kronis
Kondisi kesehatan kronis adalah keadaan yang perlu perawatan
terus menerus; tidak hanya penyakit; melainkan kelainan
perkembangan seperti autisme,serebral palsi,dan lain-lain. Anak
dengan kondisi kesehatan kronis sering mengalami gangguan tumbuh
kembang dan gangguan pendidikannya.
g. Hormon
- Somatotropin atau growth hormon (GH=hormon pertumbuhan)

31
Somatotropin merupakan pengatur utama pertumbuhan somatis,
terutama pertumbuhan kerangka. GH merangsang terbentuknya
somatomedin yang kemudian berefek pada tulang rawan.
- Hormon tiroid
Hormon ini diperlukan pada tumbuh kembang anak, karena
mempunyai fungsi pada metabolisme protein,karbohidrat dan
lemak. Pertumbuhan dan fungsi otak sangat tergantung pada
tersedianya hormon tiroid dalam kadar yang cukup. Defisiensi
hormon tiroid mengakibatkan retardasi fisik dan mental,kalau
berlangsung terlalu lama dapat menjadi permanen. Hipertiroidisme
juga dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang anak.
- Glukokortikoid
Kortison mempunyai efek antianabolik. Kalau kortison
berlebihan , pertumbuhan akan terhambat/terhenti dan terjadi
osteoporosis.
- Hormon-hormon seks
Hormon seks mempunyai peranan pada fertilitas dan reproduksi.
Pada permulaan pubertas, hormon seks memacu pertumbuhan
badan ,tetapi sesudah beberapa lama justru menghambat
pertumbuhan. Androgen disekresi oleh kelenjar adrenal
(dehidroandrosteron) dan testis (testosteron), sedangkan estrogen
diproduksi oleh ovarium.

II.Faktor lingkungan fisik


a. Cuaca,musim,keadaan geografis suatu daerah
Musim kemarau yang panjang, banjir, gempa bumi, atau
bencana alam lainnya dapat berdampak pada tumbuh kembang
anak, sebagai akibat dari kurangnya persediaan pangan dan
meningkatnya wabah penyakit, sehingga banyak anak yang
terganggu tumbuh kembangnya.
b. Sanitasi

32
Kebersihan, baik kebersihan perorangan maupun lingkungan,
dapat menimbulkan penyakit. Kebersihan yang kurang dapat
menimbulkan anak sering sakit,anak yang sering menderita sakit
maka tumbuh kembangnya akan terganggu.

c. Radiasi
Tumbuh kembang anak dapat terganggu akibat adanya radiasi
yang tinggi.

III. Faktor psikososial


a. Stimulasi
Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan
lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang
kurang/tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga akan
mengoptimalkan potensi genetik yang dipunyai anak.
b. Motivasi belajar
Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini dengan
memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar.
c. Ganjaran ataupun hukuman yang wajar
Kalau anak berbuat benar, kita wajib memberikan ganjaran
berupa pujian untuk memberikan motivasi yang kuat bagi anak
untuk mengulangi tingkah laku yang baik. Menghukum dengan
cara wajar itu hukuman harus diberikan secara obyektif disertai
penjelasan pengertian dan maksud hukuman.

d. Stress
Dapat berpengaruh pada tumbuh kembang anak misal anak akan
menarik diri,nafsu makan menurun, dan rendah diri.

IV. Faktor keluarga dan adat istiadat


a. Pekerjaan atau pendapatan keluarga

33
Akan menunjang tumbuh kembang anak karena orangtua
dapat menyediakan semua kebutuhan dasar anak.
b. Pendidikan ayah atau ibu
Pendidikan yang baik,orangtua dapat menerima informasi
tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga
kesehatan anak,mendidiknya,dan lain-lain.
c. Stabilitas rumah tangga
Stabilitas dan keharmonisan rumah tangga memengaruhi
tumbuh kembang anak. Tumbuh kembang anak akan berbeda pada
keluarga yang harmonis dibandingkan dengan mereka yang kurang
harmonis.
d. Agama
Agama harus ditanamkan pada anak sedini mungkin, karena
agama akan menuntut umatnya untuk berbuat kebaikan dan
kebajikan.
Faktor
A. Faktor internal/dalam
a. Perbedaan ras/etnik/bangsa
b. Keluarga
c. Umur
d. Jenis kelamin
e. Kelainan genetik
f. Kelainan kromosom

B. Faktor eksternal
a. Faktor prenatal
 Gizi
 Mekanis
 Toksin/zat kimia
 Endokrin
 Radiasi
 Infeksi

34
 Kelainan imunologi
 Anoksia embrio
 Psikologis ibu
b. Faktor persalinan
 Trauma kepala
 asfiksia
c. faktor pasca natal
 Gizi
 Penyakit kronik/kelainan kongenital
 Lingkungan fisis dan kimia
 Psikologis
 Endokrin
 Sosio-ekonomi
 Lingkungan pengasuhan
 Stimulasi
 Obat-obatan

(Salimo, Harsono. 2011) (Behrman, 2012)

4. Gangguan perkembangan anak sebenarnya bisa dideteksi sejak dini,


dengan merujuk pada red flags. Baik red flags perkembangan motorik
kasar, halus, kognitif, dan bahasa.
Dokter spesialis anak, dr Attila Dewanti, SpA (K) Neurologi memaparkan red
flags untuk deteksi dini gangguan sensorik motorik, berikut di antaranya:
a) Motorik kasar:
 Belum dapat berguling umur lima bulan.
 Belum dapat mengontrol kepala usia 6-7 bulan.
 Belum dapat duduk tegak di lantai 5-1 0 menit pada usia 10-12
bulan.
 Belum dapat merangkak atau mengesot dan ditarik ke posisi berdiri
pada umur 12-13 bulan.
 Belum berjalan sendiri atau dititah pada umur 18-21 bulan.

35
b) Motorik halus:
 Tidak dapat memegang benda yang diletakkan di tangannya pada
usia 4-5 bulan.
 Tangan tetap terkepal erat sampai usa 4-5 bulan.
 Tidak dapat memegang benda dengan satu tangan pada umur tujuh
bulan.
 Tidak dapat memindahkan benda kecil ke dalam gelas sampai usia
6-7 bulan.
 Tidak dapat menyusun tiga kubus pada umur dua tahun.
 Tetap memasukkan benda ke mulut disertai sekresi air liur sampai
usia 2 tahun.

c) Bicara:
 Enam bulan mata tidak melirik dan kepala tidak menoleh pada
sumber suara dari samping atau belakang.
 10 bulan tidak merespons terhadap panggilan namanya.
 15 bulan tidak mengerti terhadap kata-kata.
 18 bulan tidak dapat mengucapkan 10 kata.
 21 bulan tidak merespons perintah duduk, diri, kemari.
 24 bulan tidak dapat menunjuk dan menyebut bagian tubuh seperti
mata atau hidung, teliga, mulut.
 12 bulan tidak menunjukkan babling, menunjuk atau mimik yang
baik.
 Tidak ada kata pada 16 bulan.
 Tidak ada dua kata spontan pada umur dua tahun.

d) Kognitif:
 2-3 bulan tidak tertarik pada wajah ibunya.
 6-7 bulan tidak mencari benda yang jatuh.
 8-9 bulan tidak berminat dengan permainan ciluk ba.
 12 bulan tidak mencari benda yang disembunyikan.

36
 Dua tahun tidak bisa mengelompokkan benda berdasarkan
kesamaan seperti hewan, kendaraan.
 Tiga tahun tidak bisa menyebutkan nama diri.
 Empat tahun tidak bisa menghitung secara berurutan.
 Lima tahun tidak mengetahui warna. 5,5 tahun tidak mengetahui
hari lahir dan alamat.

e) Interaksi sosial:
 Tiga bulan tidak ada senyum sosial.
 6-8 bulan tidak tertawa saat diajak bermain.
 12 bulan sulit ditenangkan, tidak suka didekati/dipeluk.
 24 bulan mudah mengamuk tanpa sebab, tidak ada kontak mata
dengan anak lain atau orang dewasa.
3-5 tahun tidak disiplin, tidak mau bermain dengan anak lain
(Tanuwijaya, 2013)

5. Penegakkan Diagnostik
A. Anamnesis
Melakukan anamnesis yang lengkapkarena kelainan perkembangan
dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Dengan anamnesis yang teliti,
penyebabnya dapat dicurigai.
B. Skrining gangguan perkembangan anak
Pada tahap ini, dianjurkan penggunaan instrumen skrining guna
deteksi dini kelainan perkembangan anak. Contoh : menggunakan
instrumen skrining yang dikerjakan oleh tenaga profesional seperti Denver
II, CHAT (Ckecklist for Autism in Todlers) untuk autis, ELMS untuk
gangguan bahasa. Dpata juga digunakan instrumen yang dilengkapi oleh
orang tua seperti PLDS, M-CHAT (Modified-CHAT).
C. Evaluasi lingkungan anak
Tumbuh kembang anak adalah hasil interaksi antara faktor genetik
dengan lingkungan bio-fisiko-psikososial. Karena itu, untuk deteksi dini,

37
kita jjga harus melakukan evaluasi lingkungan anak tersebut. Misal,
dengan cara melakukan anamnesis yang cermat atau menggunakan HSQ
(Home Screening Questionnaire).
D. Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak
Tes penglihatan dilakukan untuk anak umur kurang dari 3 tahun
dengan tes fiksasi, umur 21/2-3 tahun denga kartu gambar Allen, dan di
atas umur 3 tahun dengan huruf E. Anak juga doperiksa apakah ada
stabismus, keadaan kornea dan retinanya.
Sementara itu, skrinign pendengaran anak dilakukan melalui
anamnesis atau tes OAE (Otoacustic Emission) atau BERA (Brainstem
Evoked Response Audiometry). Selain itu, dilakukan juga pemeriksaan
bentuk telinga, hidung, mulut, dan tenggorokan untuk mengetahui adanya
kelainan bawaan.
E. Evaluasi bicara dan bahsa anak
Tujuan pemeriksaan ini adalah mengetahui apakah kemampuan
anak berbicara masih dalam batas-batas yang normal atau tidak, karena
kemampuan berbicara menggambarkan kemampuan otak, endokrin,
ada/tidaknya kelainan pada organ tubuh penunjang bicara (hidung, mulut,
pendengaran), stimulasi yang diberikan, emosi anak dan sebagainya.
F. Pemeriksaan fisik/morfologi
Untuk melengkapi anamnesis, diperlukan pemeriksaan fisik, agar
diketahui apabila terdapat kelainan morfologi yang dapat mempengaruhi
tumbuh kembang anak, misalnya berbagai sindrom, penyakit jantung
bawaan, atau tanda-tanda penyakit lainnya.
G. Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan neurologi dimulai dengan melakukan anamnesis
mengenai masalah neurologi dan keadaan-keadaan yang diduga dapat
mengakibatkan gangguan neurologi, seperti trauma lahir, persalinan yang
lama, asfiksia berat, hiperbilirubinemia, dan sebagainya. Kemudian,
dilakukan tes/pemeriksaan neurologi yang teliti, sehingga dapat membantu
penegakan diagnosis suatu kelainan, misalnya apakah ada lesi intrakranial,

38
palsi serebral, neuropati perifer, penyakit-penyakit degeneratif, dan
sebagainya.
H. Evaluasi penyakit-penyakit metabolik
Salah satu penyebab gangguan perkembangan pada anak adalah
penyakit metabolik. Dari anamnesis, dapat dicurigai adanya penyakit
metabolik, apalagi kalau ada anggota keluarga yang terkena penyakit yang
sama. Karena itu, pedigree penting. Tanda-tanda klinis, seperti rambut
yang pirang, dicurigai adanya PKU (phenylketonuria). Pada ataksia
intermiten, dicurigai adanya hiperamonemia dan sebagainya. Selain itu
dilakukan pemeriksaan penunjang lain yang sesuai dengan kecurigaan
kita.
I. Integrasi dari hasil pemenuan
Berdasarkan anamnesis dan semua pemeriksaan diatas, dibuat suatu
kesimpulan diagnosis tentang penyimpangan perkembangan. Kemudian
ditetapkan penatalaksanaan, jika perlu dirujuk, dan prognosisnya
(Salimo, Harsono. 2011.)

6. Tata Laksana
A. TERAPI WICARA

Terapi wicara merupakan tindakan yang diberikan kepada individu yang


mengalami gangguan komunikasi, gangguan berbahasa bicara dan
gangguan menelan bagi orang dewasa ataupun anak
Terapi wicara dengan jenis sesuai kebutuhan, yaitu :
 a. Oral Motor

 b. Pengucapan (Articulation)

 c. Kosakata & Konsep Bahasa

 d. Ketrampilan Berkomunikasi (Communication Skills)

 e. Ketrampilan Pragmatik (Pragmatic Skills)

 f. Keterampilan Akademis (Academic Skills)

B. TERAPI OKUPASI

39
Menekan pada kemampuan motorik halus, selain itu bertujuan untuk
melatih kegiatan sehari-hari seperti latihan keterampilan tangan, kekuatan
lengan, genggaman serta kognitif.
Diperuntukan bagi anak dan dewasa yang kesulitan belajar, hambatan
motorik(cedera, stroke traumatic, brain injury),autisme, cerebral
palsi,sindrom down, ADHD, genetic disorder dan keterlambatan bicara
C. Sensory Integration Therapy (SI)

SI didasarkan pada pendekatan yang dapat membantu anak dengan


gangguan motorik untuk mengintegrasikan input sensori degan pergerakan
tubuh aktif untuk menghasilkan respons kompleks adaptif. Stimulasi
sensori yang sesuai bisa mencakup penglihatan, perabaan, pergerakan,
pendengaran atau keseimbangan
D. Tatalaksana perilaku

Membantu anak mengikuti aturan dan menyelesaikan tugas sampai selesai,


meningkatkan kontrol diri, dan mengurangi stres dalam keluarga.
Teknik perilaku meliputi memberikan penghargaan untuk setiap perilaku
positif anak dan hukuman bila anak melakukan perilaku yang tidak dapat
diterima.
E. Terapi ADL (aktifitas keseharian)

Layanan terapi ini dapat membantu anak dalam melakukan aktivitas


keseharian seperti makan,minum, bersepatu, bersisir, mandi, aktifitas
toileting secara mandiri biasanya dilakukan untuk terapi okupasi
F. Fisioterapi

Tujuan nya adalah untuk membantu anak mengembangkan kemampuan


motorik kasar.
G. Behavior Therapy
Yaitu terapi untuk melatih dan emnguatkan perilaku positif yang sudah
ada pada anak dan menghilangkan perilatu negatif. Terapi meliputi terapi
terhadap orang tua, yaitu melatih orang tua agar bisa mengarahkan
anaknya akan perilaku-perilaku positif, dan terapi terhadap anak, yaitu kita
langsung melatih perilaku si anak (kementrian kesehatan RI. 2012.) (

40
“Developmental Dissabilities” from Center for Disease Control and
Prevention)

41
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tumbuh Kembang anak terkandung dua pengertian yang berbeda yakni
pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan yaitu perubahan ukuran
fisik dan struktur tubuh, dan perkembangan yaitu perubahan fungsi dan
pematangan organ, psikomotor dan perilaku anak dari tahap intra uterine
hingga dewasa. Pertumbuhan dan Perkembangan anak meliputi masa dari
dari sebelum lahir lalu masa-masa saat sudah lahir dibagi berdasarkan
bulan dan tahun. Pada masa ini anak-anak bisa terkena gangguan
perkembangan. Gangguan Perkembangan sendiri adalah sekumpulan
kondisi yang menyebabkan gangguan atau penurunan fungsi dari segi
fisik, intelektual, bahasa, dan perilaku. Beberapa contoh di antaranya
Autisme dan, Gangguan Hiperaktifitas dan Perhatian. Faktor-faktor yang
penting untuk perkembangan meliputi faktor intrinsic(genetik) dan faktor
lingkungan
B. Saran
Mahasiswa diharapkan lebih aktif lagi dalam diskusi pada tutorial sesi 1
dan sesi 2 sehingga semua leraning objek dapat dicapai dengan maksimal.
Mahasiswa diharapkan lebih mendalami setiap materi yang akan dibahas
pada tutorial sehingga diskusi atas persoalan tersebut dapat terarah dan
terjawab dengan baik.

42
DAFTAR PUSTAKA

“Autism Spectrum Disorders” from MedlinePlus


www.medlineplus.gov/autismspectrumdisorder.html

“Autism Symptoms” from AutismKey www.autismkey.com/autism-symptoms

Behrman, R.E., Kliegman, R & Arvin, A.M. (2012.). Nelson Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Budianto, Fery. 2013. Perbedaan Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia
4-6 Tahun Antara Yang Ikut PAUD Dengan Yang Tidak Ikut
PAUD di Kelurahan Bandahardjo. Semarang

“Dental Health and Your Child’s Teeth” reviewed by Michael Friedman, DDS
from WebMD http://www.webmd.com/oral-health/guide/dental-
health-your-childs-teeth#1

“Developmental Dissabilities” from Center for Disease Control and Prevention


https://www.cdc.gov/ncbddd/developmentaldisabilities/specificcon
ditions.html

Dorland, W.A. N. (2012). Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hartman, T. (2006). Terapi Jalan Kaki. Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta.

kementrian kesehatan RI. 2012. Pedoman pelaksanaan kasus rujukan kelainan


tumbuh kembang balita.

43
Morton, P.G. 2012. Panduan Pemeriksaan Kesehatan dengan Dokumentasi
Soapie. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

“Normal Growth Development” from MedlinePlus


www.medlineplus.gov/ency/article/002456.htm

Salimo, Harsono. 2011. Deteksi Dini Tumbuh Kembang. Surakarta: Bag. IKA FK
UNS

Soetjiningsih. (2014). Tumbuh Kembang Anak. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Tanuwijaya, S. 2003. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Jakarta: EGC

“What is Autism” from www.autismspeaks.org/what-autism/from-first-concern-


to-action/learn-signs

“Your Child’s Growth and Development” from John Hopkins Medicine


http://www.hopkinsmedicine.org/healthlibrary/conditions/pediatric
s/your_childs_growth_and_development_85,P01019/

44

Anda mungkin juga menyukai