Anda di halaman 1dari 3

Kuliah 7 Resources Efficient Building System dan Principle of Building Physics Auliana Khasana 20154205160

Resources Efficient Building System dan Principle of Building Physics

Arsitektur berkelanjutan merupakan sebuah konsep pengembangan dengan tujuan meminimalisir dampak
negatif pada lingkungan. Konsep ini dapat dilaksanakan pada skala makro yaitu pada urban development atau
pada skala mikro yaitu pada bangunan yaitu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan sumber daya
yang efisien (resource efficient), seperti pada penggunaan material, jasa, lahan dan energi. Resource-efficient
building berarti memaksimalkan penggunakan raw materials pada keseluruhan bangunan dalam cara dan
jumlah yang telah diperhitungkan sehingga sumber daya yang digunakan pada bangunan dapat diminimalisir.
Penggunaan sumber daya yang berlebihan akan mengakibatkan pada rusaknya keseimbangan pada
lingkungan dan juga berpengaruh terhadap ekosistem hidup. Kerusakan ekosistem hidup dapat menurunkan
kualitas hidup, yaitu kesehatan dan kenyamanan pengguna bangunan dan lingkungan.

1. Resource Efficient Building System


Membangun bangunan dengan sumber daya yang efisien sangatlah penting untuk dilakukan dalam mencegah
kerusakan lingkungan dan juga penghematan sumber daya. Penghematan penggunaan sumber daya juga
mengurangi jejak ekologis yang dihasilkan dari bangunan dan juga emisi karbon yang dihasilkan dalam proses
pembuatan dan penggunaan bangunan. Beberapa sumber daya yang digunakan dalam membangun bangunan
adalah;
1) Sumber daya ruang yaitu tapak atau lahan untuk bangunan;
2) Sumber daya alami seperti udara, tanah, air dan vegetasi;
3) Sumber daya alami dan buatan yaitu cahaya, dan material pelingkup.

Gedung hemat energi atau dikenal dengan sebutan green building terus digalakkan pembangunannya sebagai
salah satu langkah antisipasi terhadap perubahan iklim global dan rusaknya sumber daya alam akibat
penggunaan secara terus menerus.

Green Building mengacu pada struktur dan menggunakan


proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan
sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup bangunan:
dari penentuan tapak sampai desain, konstruksi, operasi,
pemeliharaan, renovasi pembongkaran. Indikasi arsitektur
disebut sebagai 'green' jika dikaitkan dengan praktek
arsitektur antara lain penggunaan renewable resources
(sumber-sumber yang dapat diperbaharui, passive-active
solar photovoltaic (sel surya pembangkit listrik), teknik
menggunakan tanaman untuk atap, taman tadah hujan,
menggunakan kerikil yang dipadatkan untuk area
perkerasan, dan sebagainya.1
Gambar 1 Contoh penerapan konsep green building

Di Indonesia terdapat Lembaga Konsil Bangunan Hijau Indonesia atau Green Building Council Indonesia (GBC
Indonesia), yaitu suatu lembaga yang menerapkan kegiatan dan mengembangkan prinsip-prinsip 'hijau'
kedalam rancangan, pembangunan, serta pengoperasian bangunan dan lingkungan sekitar. Berdasarkan
GBCI, dalam membuat green building terdapat beberapa standar criteria yang harus dipenuhi
1. Tepat Guna Lahan - Appropriate Site Development (ASD)
2. Efisiensi dan Konservasi Energi - Energy Efficiency & Conservation (EEC)
3. Konservasi Air - Water Conservation (WAC)
4. Sumber & Siklus Material - Material Resources & Cycle (MRC)
5. Kualitas Udara & Kenyamanan Udara Dalam Ruang - Indoor Air Health & Comfort (IHC)
6. Manajemen Lingkungan Bangunan - Building & Enviroment Management (BEM)

1
M. Maria Sudarwani. Penerapan Green Architecture Dan Green Building Sebagai Upaya Pencapaian Sustainable
Architecture

17 September 2019 1
Kuliah 7 Resources Efficient Building System dan Principle of Building Physics Auliana Khasana 20154205160

Gambar 2 Contoh penerapan kriteria greenship

2. Principle of Building Physics


Penerapan fisika bangunan sangat penting. Hal ini sangat berhubungan dengan hampir semua kriteria
bangunan hijau yang ada. Penerapan fisika bangunan dengan memadukan sumber daya alami dan buatan
dengan teknologi pada bangunan digunakan demi mencapai kemudahan visual, termal, dan audial.

Kenyamanan visual dapat dicapai dengan


menggunakan pencahayaan alami yang
secukupnya pada bangunan. Ini dapat
dilakukan dengan mengguinakan pemantulan
cahaya sehingga cahay matahari tidak
langsung masuk sehingga tidak menimbulkan
panas yang tidak diinginkan pada bangunan.
Hal ini juga berpengaruh dengan kenyamanan
termal. Dengan pemnggunaan material yang
tepat sesuai dengan iklim, pelingkup bangunan
dapat berfungsi sebagai insulator panas atau
dingin yang akan menjaga suhu bangunan
sehingga sesuai dengan suhu nyaman.
Penggunaan material juga berpengaruh pada
kenyamanan audial dengan menggunakan
material yang dapat memantulkan atau
Gambar 3 Contoh penerapan fisika bangunan yang baik meredam suara, sesuai dengan kebutuhan
ruang.
Fisika bangunan juga berhubungan erat dengan kualitas hidup penggunanya, hal ini disebabkan karena sang
pengguna menghabishan kesehariannya dalam bangunan tersebut sehingga eksposur secara terus menerus
akan mempengaruhi fisik dan psikis dari sang pengguna. Dalam dunia arsitektur muncul fenomena sick building
syndrome yaitu permasalahan kesehatan dan ketidak nyamanan karena kualitas udara dan polusi udara dalam
bangunan yang ditempati yang mempengaruhi produktivitas penghuni, adanya ventilasi udara yang buruk, dan
pencahayaan alami kurang. Kualitas hidup ini tidak hanya dipengaruhi oleh visual, audial, dan termal saja, tetapi
juga oleh spasial, ergonomikal, dan odoral.

17 September 2019 2
Kuliah 7 Resources Efficient Building System dan Principle of Building Physics Auliana Khasana 20154205160

17 September 2019 3

Anda mungkin juga menyukai