Anda di halaman 1dari 4

KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA (KPMD)

TUJUAN DIBENTUKNYA KPMD

—Mendorong partisipasi dan gotong royong masyarakat untuk terlibat secara


aktif dalam proses pembangunan desa mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
hingga pengendaliannya dalam rangka melakukan pendampingan
implementasi Undang Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa.

Dasar Pembentukan KPMD

—Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5495);

—Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang


Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;

—Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi


Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pendampingan Desa (Pasal 4).

TUGAS KPMD

UMUM

1. Secara umum bertugas untuk menumbuhkan dan mengembangkan,


serta menggerakkan prakarsa, partisipasi, dan swadaya gotong royong
(Permendes No.3/2015, Pasal 18).
2. Mengikuti pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa.
Mengumpulkan data-data yang diperlukan sebagai dasar penyusunan
perencanaan pembangunan desa.
3. Menyebarluaskan dan mensosialisasikan Program-program
pembangunan desa kepada masyarakat desa.
4. Memastikan terlaksananya tahapan kegiatan program pembangunan di
desa mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan
pelestarian.
5. Mendorong dan memastikan penerapan prinsip-prinsip partisipatif,
transparansi dan akuntabilitas setiap tahapan program pembangunan
di desa mulai dari perencanaan, pelaksanaan pertanggungjawabn dan
pelestarian.
6. Mengikuti pertemuan Forum KPMD.
7. Membantu dan memfasilitasi proses penyelesaian masalah perselisihan
di desa.
8. Mengefektifkan penggunaan papan informasi di desa.
9. Mendorong masyarakat untuk berperan serta dalam pelaksanaan
kegiatan, termasuk dalam pengawasan.
10. Mensosialisasikan sanksi dan keputusan lainnya yang telah ditetapkan
dalam musyawarah antar desa dan musyawarah desa kepada
masyarakat.

KHUSUS

Tugas KPMD Mendampingi Kepala Desa dalam hal pengorganisasian


pembangunan Desa (identifikasi pelaksanaan Musdus dan Musdes RKPDes
desa masing-masing).
 Mengumpulkan data-data yang diperlukan sebagai dasar penyusunan
perencanaan pembangunan desa (membantu penyelesaian Kuesioner
Pemutakhiran Data IDM tahun ).
 Menumbuhkembangkan, serta menggerakkan prakarsa, partisipasi
aktif, dan swadaya gotong royong (meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pelaksanaan Musyawarah Desa / Musdes).
 Menyebarluaskan dan mensosialisasikan program-program
pembangunan desa kepada masyarakat dengan mengefektifkan
penggunaan media informasi di desa (website, SMS, papan informasi,
papan proyek/kegiatan, poster Dana Desa).
 Memastikan terlaksananya tahapan kegiatan program pembangunan di
desa mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan
pelestarian secara partisipatif, transparan dan akuntabel (memantau
progres penyusunan dokumen perencanaan pembangunan
desa/PPD, seperti dokumen RPJMDes, RKPDes dan APBDes).
 —Mendorong masyarakat untuk berperan serta dalam pelaksanaan
kegiatan, termasuk dalam pengawasan (mendirikan posko pengaduan
masyarakat).
 Mengikuti pelatihan peningkatan kapasitas KPMD (pelatihan IT di
Puspindes, pelatihan tehnik perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan).

PERANAN / FUNGSI
Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa

1. Mitra Pemerintah Desa, yaitu mendampingi Kepala Desa dalam hal


pengorganisasian pembangunan Desa (Permendes No.3/2015, Pasal 19).
2. Pelopor, yaitu yang merintis atau memelopori gagasan-gagasan kegiatan
pemberdayaan masyarakat;
3. Penggerak, yaitu yang memotivasi, mendorong dan menggerakkan
partisipasi, swadaya dan gotong royong masyarakat;
4. Pembimbing, yaitu yang memfasilitasi, membelajarkan, memberi
masukan atau mendampingi kelompok sasaran kegiatan pemberdayaan
masyarakat;
5. Perencana, yaitu yang memroses perencanaan kegiatan secara
partisipatif, mulai dari pendataan potensi, asset dan masalah,
kebutuhan, prioritas dan rencana kegiatan pembangunan desa secara
partisipatif;
6. Perantara, yaitu yang menghubung-hubungkan antara berbagai
kepentingan atau antara kebutuhan dengan sumber daya untuk
kegiatan pembangunan partisipatif;
7. Advokasi, yaitu memberikan advokasi dan atau mewakili kelompok
masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun pelayanan dan
mendorong para pembuat keputusan untuk mau mendengar,
mempertimbangkan dan peka terhadap kebutuhan masyarakat;
8. Pelaksana, yaitu mengorganisir warga masyarakat dan melaksanakan
hal-hal teknis didalam pelaksanaan kegiatan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat yang belum dapat dilakukan oleh warga
masyarakat;
9. Pembaharu, yaitu yang memperbaiki atau memperbaharui kegiatan
pemberdayaan masyarakat ke arah yang lebih baik atau lebih unggul.
ORIENTASI KERJA KPMD

Orientasi kerja KPMD adalah sebagai berikut :

1. Mengorganisasikan pembangunan desa melalui pengembangan


kapasitas teknokratis dan pendidikan politik. Melakukan
pengorganisasian pembangunan desa dalam proses teknokratis
mencakup pengembangan pengetahuan dan keterampilan terhadap para
pelaku desa dalam hal pengelolaan perencanaan, penganggaran,
keuangan, administrasi, sistem informasi dsb. Melakukan pendidikan
politik yang berorientasi pada penguatan active and critical citizen,
yakni warga desa yang aktif, kritis, peduli, berdaulat dan bermartabat.
Hal ini antara lain merupakan kaderisasi yang melahirkan kader kader
baru yang militan sebagai penggerak pembangunan desa dan
demokratisasi.
2. Pendampingan yang dilakukan tidak boleh bersifat apolitik, tetapi
harus berorientasi politik. Kapasitas teknokratis yang diemban oleh
KPMD sangat penting tetapi tidak cukup untuk memperkuat desa,
karena itu pendampingan oleh KPMD harus bersifat politik. Politik
dalam konteks ini bukan dalam pengertian keterlibatan KPMD dalam
perebutan kekuasaan di desa, melainkan kerja fasilitasi untuk
memperkuat pengetahuan dan kesadaran anggota masyarakat desa
tentang posisi dirinya sebagai warga desa yang sekaligus warga negara
indonesia. Dalam ketangka kerja politik KPMD mendorong tumbuhnya
sikap sukarela dalam diri warga desa yang terlibat aktif dalam urusan
desanya. Dengan demikian kerja politik KPMD dimaknai sebagai upaya
menegakkan hak dan kewajiban desa sekaligus upaya menumbuhkan
dan menegakkan hak dan kewajiban warga desa. Pendekatan
pendampingan oleh KPMD yang berorientasi politik ini akan
memperkuat kuada rakyat sekaligus membuat sistem desa menjadi
lebih demokratis dalam bingkai kedaulatan NKRI.
3. Para kader yang tergabung dalam KPMD bukan hanya memfasilitasi
pembelajaran dan pengembangan kapasitas, tetapi juga mengisi ruang
ruang kosong yang identik dengan membangun jembatan sosial dan
jembatan politik. Pada ranah desa ruang kosong vertikal adalah
kekosongan interaksi dinamis antara warga, pemerintah desa, dan
lembaga lembaga desa lainnya. Pada ranah yang lebih luas, ruang
kosong vettikal adalah kekosongan interaksi antara desa dengan
pemerintah supra desa. Karena itu kader kader KPMD adalah aktor
yang membangun jembatan atau memfasilitasi engagement baik antara
warga dengan lembaga lembaga desa maupun pemerintah desa, agar
tercipta bangunan desa yang kolektif, inklusif dan demokratis.
4. Pendampingan desa secara fasilitatif dari luar tidak cukup dilakukan
oleh aparat negara dan para pelaku pendampingan profesional, tetapi
juga perlu melibatkan pendamping pihak ketiga. Tak jarang dijumpai
bahwa kader kader desa lebih kaya metodologi pendampingan
ketimbang pendamping profesional. Pendamping profesional mungkin
mampu mengembangkan kapasitas teknokratis, tetapi mengalami
keterbatasan dalam melakukan kaderisasi terhadap kader desa. Oleh
karenanya kader kader desa dalam KPMD harus direcognisi sebagai
aktor pendampingan yang tepat untuk melakukan kaderisasi. Denfan
berpijak pada prinsip negara yang padat, pemerintah dan pemda harus
memfasilitasi dan membuka kesempatan seluas luasnya bagi kader
kader KPMD untuk berjaringan dan bekerjasama dengan unsur unsur
organisasi masyarakat sipil dan perusahaan. KPMD sudah saatnya
berkolaborasi dengan NGOs lokal, yang mempunyai tradisi dan jaringan
dengan NGOs nasional dan lembaga lembaga internasional, agar KPMD
semakin mempunyai tradisi yang kuat dalam menerapkan pendekatan
politik dalam pendampingan.
5. Pendampingan yang lebih kokoh dan berkelanjutan jika dilakukan dari
dalam secara emansipatif oleh kader desa. Pendampingan secara
fasilitatif oleh pendamping profesional maupun pihak ketiga dibutuhkan
untuk katalisasi dan akselerasi. Namun proses ini harus berbatas
tidak boleh berlangsung secara berkelanjutan bertahun tahun. Selama
proses pendampingan, pendekatan secara fasilitatif oleh pendamping
profesional maupun pihak ketiga harus mampu menumbuhkan kadet
kader desa yaitu KPMD yang piawai tentang ihwal desa, dan kadet kader
KPMD lah yang akan melanjutkan pendampingan secara emansipatoris.
Lebih lanjut KPMD akan menyebarkan jiwa dan watak kader keseluruh
warga desa. KPMD memiliki spirit voluntaris. Tetapi sebagai bentuk
apresiasi tidak ada salahnya kalau desa mengalokasikan insentif untuk
para KPMD.
6. Pendampingan tidak bersifat seragam dan kaku tetapi harus lentur dan
kontekstual. Karakteristik desa berbeda satu dengan yang lain. Dengan
mengingat dan mengacu pada azas recognisi dan subsidiaritas,
pendamping harus menjalankan tugasnya dengan menyesuaikan diri
pada konteks kultur masyarakat setempat.

Anda mungkin juga menyukai