15 - Rifani Rusiana Dewi 185040201111022
15 - Rifani Rusiana Dewi 185040201111022
Disusun Oleh:
185040201111011
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada
teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga
makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Penulis
4
sendiri. Di sisi lain ada juga masyarakat yang memiliki rumah berdinding bambu dan
berlantai tanah atau diplester. Kedua hal ini yang akan menjadi tolok ukur antara
lapisan atas, menengah, dan bawah. Banyaknya hewan ternak juga dapat dijadikan
tolok ukur penggolongan lapisan sosial seseorang. Seseorang yang memiliki kambing
atau hewan ternak ruminansia lain yang jumlahnya banyak (lebih dari 10 ekor) akan
digolongkan ke dalam lapisan atas. Jika seseorang memiliki hewan ternak ruminansia
antara satu sampai sepuluh termasuk lapisan menengah, dan seseorang yang sama
sekali tidak memiliki hewan ternak digolongkan dalam lapisan bawah. Untuk
kepemilikan benda-benda tersier atau elektronik tidak terlalu mencerminkan pelapisan
sosial. Karena hal yang paling penting menurut masyarakat adalah lahan.
mulai menuju ke sistem stratifikasi terbuka. Dimana seseorang aktif untuk melalukan
pergerakan dengan tujuan berpindah dari lapisan bawah ke lapisan yang lebih atas.
Banyak para pemuda yang ingin masuk dalam golongan lapisan atas, sehingga mereka
berusaha untuk mendapatkan pekerjaan atau penghasilan yang lebih tinggi.
Sesuai dengan contoh studi kasus di atas, bahwa di Desa Tambran juga
dijumpai stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial tersebut bisa dilihat berdasarkan
kekayaan, kekuasaan atau wewenang, status atau kedudukan, dan pengetahuan atau
pendidikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Maryati dan
Suryawati (2006), bahwa terdapat 4 hal dasar yang digunakan untuk mengelompokkan
masyarakat berdasarkan tingkatannya yaitu kekayaan, kekuasaan, kedudukan, dan
pendidikan. Keempat hal itu akan saling berhubungan satu sama lain.
Secara garis besar bentuk stratifikasi sosial sendiri dibedakan menjadi 2 yaitu
stratifikasi yang bersifat terbuka dan tertutup. Dalam contoh studi kasus diatas Desa
Tambran termasuk dalam stratifikasi terbuka, dimana adanya kemungkinan suatu kelas
atau tingkatan akan berubah ke tingkatan atau kelas lainnya. Menurut Murdiyatmoko
8
(2006), kelebihan dari stratifikasi sosial terbuka adalah setiap individu akan terangsang
untuk mengejar sesuatu tingkatan yang lebih baik.
Manusia yang hakikatnya diciptakan sebagai makhluk sosial tidak akan bisa hidup
tanpa bantuan orang lain. Untuk itu, mereka saling bekerja sama satu sama lain untuk
membentuk suatu kelompok sosial. Dengan adanya kelompok sosial dapat membantu
kita untuk mempermudah suatu urusan. Keberadaan kelompok sosial muncul
dikarenakan adanya tujuan yang ingin dicapai bersama-sama.
Untuk meningkatkan rasa solidaritas antar warga di Desa Tambran, maka para
warga sepakat untuk membentuk kelompok arisan. Kelompok arisan di Desa Tambran
dibagi menjadi 2, yaitu kelompok arisan ibu-ibu dan kelompok arisan bapak-bapak.
Biasanya arisan dilakukan setiap awal bulan pada tanggal 8. Untuk kelompok ibu-ibu
pada sore hari, sedangkan kelompok bapak-bapak pada malam hari. Kegiatan arisan ini
bukan hanya sekedar berkumpul untuk kegiatan ekonomi saja, melainkan arisan dapat
dijadikan sebagai wadah pemersatu kebersamaan antar warga. Kegiatan ini juga
menjadi sarana bagi anggota untuk berinteraksi satu sama lain.
Kegiatan arisan ini memiliki norma-norma yang bersifat informal atau tidak
tertulis. Misalnya, kegiatan arisan dilaksanakan sebulan sekali, peraturan setoran uang
arisan sebesar Rp.20.000,00 ditambah membayar kas Rp.5.000,00. Kegiatan ini
dibentuk atas dasar pentingnya untuk bergaul dengan sesama dan untuk mewadahi
kepentingan atau urusan ibu-ibu rumah tangga. Kegiatan arisan ini juga menunjang
kegiatan kemasyarakatan yang lain seperti menjenguk tetangga yang sedang sakit,
membantu tetangga yang sedang mengadakan syukuran yang biasa disebut rewang,
dan kegiatan gotong royong yang lain.
Selain kelompok arisan, kelompok sosial lain yang ada di Desa Tambran adalah
remaja masjid. Remaja masjid beranggotakan remaja yang berusia antara 12 sampai
dengan 20 tahun. Ide berdirinya remaja masjid adalah adanya harapan dari sejumlah
orang di sekitar masjid agar ada generasi muda yang islami dan berdedikasi penuh
untuk masjid. Dalam remaja masjid ini kita bisa mengembangkan bakat dan minat di
bidang keagamaan. Kegiatan rutin yang dilakukan adalah saat peringatan hari besar
10
islam seperti bulan puasa, idhul fitri, dan idhul adha. Dengan adanya kelompok sosial
seperti remaja masjid sangat membantu. Hal ini dikarenakan peran remaja saat ini
sangat dibutuhkan dalam mengembangkan suatu kreativitas.
Organisasi sosial yang lain adalah karang taruna. Karang taruna merupakan
organisasi sosial sebagai wadah generasi para pemuda yang memiliki kesadaran dan
tanggung jawab sosial. Keberadaan karang taruna di Desa Tambran kurang begitu
berjalan karena kurangnya sumber daya manusia berupa pemuda. Kondisi ini
dikarenakan para pemuda banyak yang masih bersekolah. Mereka pulang dari sekolah
ketika hari sudah sore. Sehingga dirasa sudah tidak ada waktu lagi bagi para pemuda
untuk mengikuti organisasi karang taruna. Di Desa Tambran, anggota organisasi
karang taruna didominasi pemuda yang berumur 20 tahun keatas. Sedangkan pemuda
yang berumur belasan tahun masih sangat jarang. Kegiatan karang taruna ini diantarnya
mengadakan lomba peringatan kemerdekaan Republik Indonesia dan beberapa anggota
juga menjadi panita pelaksanaan pemilu beberapa waktu yang lalu.
11
Jika karang taruna beranggotakan para pemuda desa, lain halnya dengan
organisasi sosial PKK. PKK adalah kepanjangan dari Pemberdayaan Kesejahteraan
Keluarga adalah salah satu organisasi sosial yang beranggotakan ibu-ibu. Organisasi
sosial ini memiliki berbagai macam kegiatan seperti arisan, kegiatan penyuluhan atau
sekedar sharing, pengajian, atau bahkan masak-masak bersama. Organisasi ini
termasuk organisasi terbuka, karena anggotanya bermacam-macam, mulai dari
golongan atas sampai golongan bawah saling membaur tanpa melihat perbedaan yang
ada. Berbagai kegiatan tersebut dilakukan tidak lain dengan tujuan mempererat tali
silaturahmi dan menjaga rasa solidaritas antar ibu-ibu di Desa Tambran.
Pada umumnya terdapat dua tipe kelompok sosial naluri di Desa Tambran.
Kelompok sosial tersebut dapat berbentu paguyuban (Gemeinschaft) dan patembayan
(Gesellschaft). Contoh nyata adanya paguyuban adalah pembentukan RT (Rukun
Tetangga) dan RW (Rukun Warga). Adanya RT dan RW dapat disebut sebagai
paguyuban karena adanya keterikatan masyarakat karena adanya kesamaan daerah
tempat tinggal. Sehingga RT dan RW disebut sebuah paguyuban karena tempat.
Keluarga juga dapat disebut sebagai paguyuban. Dalam keluarga pasti ada hubungan
atau ikatan darah dan memiliki kesamaan leluhur atau nenek moyang. Sehingga
keluarga juga disebut paguyuban karena ikatan darah. Sedangkan contoh dari
patembayan (Gesellschaft) adalah hubungan antara kelompok usaha tani satu dengan
yang lainnya dalam satu desa. Dalam patembayan hubungan atau interaksi terjadi
secara sekunder karena antar anggotanya tidak ada suatu ikatan batin.
Seperti itulah kira-kira gambaran kelompok dan organisasi sosial yang ada di
Desa Tambran. Setiap warga paling tidak bergabung di salah satu kelompok sosial atau
organisasi sosial. Karena apabila seseorang tidak mau hidup berkelompok, ia akan
kesusahan dalam menyelesaikan berbagai masalah. Kembali lagi bahwa kodrat
manusia sebagai makhluk sosial, sehingga kita membutuhkan bantuan orang lain dalam
menyelesaikan suatu permasalahan.
saling berhubungan karena memiliki hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi.
Dari uraian diatas kelompok arisan dan remaja masjid tergolong kelompok sosial
dikarenakan mereka memiliki suatu tujuan yang sama. Terdapat dua faktor utama yang
mendorong terbentuknya kelompok sosial menurut Azri (2017), yaitu adanya suatu
kedekatan dan kesamaan. Kedekatan yang dimaksud disini adalah kedekatan geografis
atau tempat tinggal. Pada kelompok sosial arisan mereka memiliki kedekatan geografis
karena mereka satu Rukun Tetangga. Kemudian faktor yang kedua adalah kesamaan.
Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan kepentingan dan kesamaan keturunan.
Pada kelompok sosial remaja masjid mereka memiliki kesamaan kepentingan atau
tujuan yaitu sama-sama ingin memakmurkan masjid.
Selain kelompok sosial juga terdapat organisasi sosial di dalam suatu desa.
Pengertian organisasi sosial menurut Hanifah dan Umayah (2011), adalah
perkumpulan yang dibentuk oleh masyarakat yang memiliki badan hukum yang jelas
sebagai wadah masyarakat dalam melaksanakan usaha kesejahteraan sosial. Dari
contoh kedua organisasi sosial diatas yaitu karang taruna dan PKK, semuanya sangat
berperan dalam usaha mewujudkan kesejahteraan sosial. Terdapat pembeda antara
organisasi sosial dan kelompok sosial seperti yang disampaikan Utomo (1986), bahwa
terdapat ciri-ciri untuk menentukan suatu kelompok sosial merupakan organisasi sosial
yaitu suatu organisasi sosial bersifat formal, mempunyai susunan yang hierarki, dan
durasi lamanya suatu kepengurusan.
Selain paguyuban ada juga patembayan yang memiliki definisi menurut Susanti
dan Sismudjito (2015), adalah bentuk hubungan untuk jangka waktu yang pendek dan
13
bersifat mekanis. Contoh dari hubungan patembayan adalah hubungan perjanjian yang
dilakukan oleh pedagang dan pembeli.
14
Di daerah saya, yaitu Magetan Jawa Timur dikenal sebagai penghasil jeruk Pamelo.
Karena termasuk daerah yang menghasilkan banyak jeruk pamelo, maka harus
dilakukan upaya upaya sebagai bentuk pengorganisasian produksi pertanian. Usaha
yang dilakukan untuk mengorganisasikan produk tersebut diantaranya dengan adanya
usaha tani. Kebanyakan usaha tani jeruk pamelo ini berada di desa Tamanan
Kecamatan Sukomoro. Keberadaan usaha tani ini didominasi oleh para pria daripada
wanita. Petani pria di daerah ini rata-rata berusia 40 tahun keatas. Jarang para pemuda
yang mau menggeluti usaha tani ini. Akan tetapi, walaupun telah berusia tua, para
petani tersebut fisiknya masih cukup kuat. Tingkat usia yang relatif tua ini akan
mempengaruhi petani dalam menyerap berbagai informasi dan inovasi yang
berkembang saat ini. Padahal berbagai informasi tadi dapat mempengaruhi petani
dalam proses pengelolaan lahan. Latar belakang pendidikan yang dimiliki sebagian
besar petani masih rendah. Hal ini dikarenakan, mereka kurang memperhatikan arti
penting dari pendidikan.
akan dikonsumsi sendiri. Bagi warga di desa ini, usaha tani jeruk pamelo adalah sumber
pendapatan utama yang dapat digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup.
Kondisi kelompok tani di desa Tamanan sendiri terjalin dengan sangat baik.
Hal tersebut tercipta karena adanya komunikasi yang baik dan keterbukaan antara
anggota dengan pengurus. Dengan kondisi ini, mendorong anggota untuk aktif dan
menimbulkan perasaan kekeluargaan antar petani. Setiap anggota memiliki hak yang
sama. Mereka bebas mengajukan pendapat saat diadakan pertemuan rutin. Tidak ada
perbedaan antara anggota satu dengan anggota yang lain
berbagai materi seperti pengelolaan lahan yang baik, pengendalian hama terpadu,
penanganan panen dan pascapanen serta mengelola usahatani.
Berdasarkan studi kasus diatas usaha tani yang dilakukan adalah perseorangan.
Dimana jika usaha tani tersebut unsur-unsur produksinya ditentukan oleh diri sendiri.
Misalnya tanah yang digunakan dapat tanah milik sendiri atau menyewa dari orang
lain. selain itu kita dapat menentukan sendiri mau mengolah lahan itu sendiri atau
menggunakan jasa buruh tani. Menurut Nadir dan Mutmainnah (2018), biasanya usaha
tani perseorangan lahannya tidak terlalu luas sehingga biasanya petani melakukan
pengelolaan lahan secara mandiri. Hal ini sesuai dengan ilustrasi petani jeruk pamelo
yang ada di Magetan
Menurut Setiadin (2005), untuk meningkatkan usaha tani, setiap orang harus
pandai untuk berorganisasi. Salah satu wahana belajar berorganisasi adalah adanya
kelompok tani. Dengan mengikuti berbagai kegiatan dalam kelompok tani kita dapat
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baik untuk memulai usaha
tani.
17
Kelompok tani berperan penting dalam hal unit yang menyediakan berbagai
sarana dan prasarana dari mulai produksi, pengolahan, dan pemasaran. Hal ini sesuai
dengan uraian diatas dimana keberadaan kelompok tani ini sangat membantu dalam hal
kegiatan usaha tani. Menurut Relamareta (2011), peranan kelompok tani terhadap unit
usaha tani dibagi menjadi 3 yaitu kategori tinggi, sedang, dan rendah. Menurut
Fahmi dan Balkis (2017), penilaian peranan usaha tani dapat dilihat dari beberapa
faktor seperti proses perencanaan, kerjasama dalam melaksanakan kegiatan atau
perencanaan, adanya kegiatan belajar mengajar antar petani dan penyuluh pertanian,
pengembangan dan pemanfaatan milik kelompok, dan yang terakhir inisiatif dan
kesepakatan kelompok.
18
Salah satu lembaga sosial yang bergerak di bidang pertanian di desa adalah Koperasi
Unit Desa atau yang biasa disebut KUD. Diharapkan dengan adanya Koperasi Unit
Desa dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap kesejahteraan para petani.
Dengan adanya Koperasi Unit Desa, maka sebagian besar pengelolaan dan
pemberdayaan segala potensi yang ada di desa dilaksanakan oleh Koperasi Unit Desa.
Sama halnya yang terjadi di daerah saya yaitu Kabupaten Magetan. Karena di
desa saya tidak ada Koperasi Unit Desa, maka saya mengambil contoh studi kasus
Koperasi Unit Desa yang berada di daerah Panekan yang masih termasuk Kabupaten
Magetan. Koperasi Unit Desa yang dimiliki Panekan bernama KUD Sumber Rejeki.
Lembaga sosial ini termasuk formal karena sudah berbadan hukum. Kegiatan yang
dikelola Koperasi Unit Desa Sumber Rejeki diantaranya adalah usaha simpan pinjam,
pendistribusian bibit, menghimpun hasil panen, dan pembayaran rekening listrik dan
air.
Saat ini kegiatan pembayaran rekening listrik dan air telah mengalami
penurunan. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya kios-kios pembayaran rekening
yang bertebaran di desa-desa. Para warga lebih memilih untuk membayar di kios
tersebut karena tidak perlu menunggu tanggal untuk membayar.
Adanya Koperasi Unit Desa Sumber Rejeki ini juga membantu masyarakat
untuk mendapatkan pinjaman modal yang digunakan untuk mengembangkan suatu
19
bidang usaha. Para anggota dapat melakukan simpan pinjam di Koperasi Unit Desa
Sumber Rejeki ini. Hal ini sangat membantu, terutama bagi petani golongan menengah
kebawah. Berkat kegiatan ini juga banyak pemuda desa yang sekarang tetap
melanjutkan sekolah.
Kasus lain yang pernah ada adalah penyaluran obat untuk pembasmi hama yang
tidak tepat sasaran. Pada dasarnya penyaluran pembasmi hama, pupuk, benih dan
semacamnya melalui mekanisme Koperasi Unit Desa. Tetapi ditemui bahwa terjadi
jual beli obat pembasmi hama antara salah satu oknum dan petani. Hal ini sangat
menyalahi aturan, karena tujuan dibentuknya Koperasi Unit Desa adalah untuk
memonopoli kegiatan yang berhubungan dengan agrokompleks di desa tersebut. Lebih
lanjut lagi, warga mempunyai alasan tersendiri untuk membeli obat pembasmi hama
kepada suatu oknum. Hal ini dikarenakan harga yang jauh lebih murah daripada harga
yang ditetapkan oleh Koperasi Unit Desa Sumber Rejeki.
Dari berbagai uraian diatas dapat dilihat bahwa lembaga sosial seperti Koperasi
Unit Desa dapat memberikan dampak postif ataupun dampak negatif. Akan tetapi,
hadirnya Koperasi Unit Desa Sumber Rejeki sangat berperan penting bagi masyarakat,
hal ini ditandai dari semakin banyaknya anggota dari tahun ke tahun. Kedudukan
koperasi dinilai sangat penting untuk menumbuh kembangkan kehidupan ekonomi
rakyat secara demokratis.
Selain berperan sebagai lembaga sosial, Koperasi Unit Desa Sumber Rejeki
juga dapat digolongkan ke dalam kelembagaan sosial. Karena dalam sebuah koperasi
20
dapat melalukan berbagai kegiatan misalnya penyediaan benih, penyediaan modal, dan
pemasaran. Yang tidak bisa dilakukan oleh Koperasi Unit Desa Sumber Rejeki adalah
penyediaan air irigasi dan lahan pertanian. Akan tetapi, karena kemampuannya
melakukan berbagai hal tadi, maka Koperasi Unit Desa Sumber Rejeki selain berperan
sebagai lembaga sosial juga dapat berperan sebagai kelembagaan sosial.
Salah satu lembaga sosial yang bergerak di bidang ekonomi pedesaan adalah
Koperasi Unit Desa atau yang biasa disebut dengan KUD. Definisi pranata atau
lembaga sosial menurut Horton and Hunt (1987), adalah kumpulan sistem norma yang
digunakan untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang dijadikan oleh masyarakat
sebagai tempat untuk berinteraksi. KUD sebagai salah satu lembaga sosial yang telah
berkembang selama beberapa dekade untuk pembangunan pertanian di Indonesia.
Berkembangnya KUD diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
pembangunan ekonomi di daerah pedesaan.
Pembangunan pertanian di Indonesia saat ini masih tergolong lemah. Hal ini
disebabkan KUD yang ada belum dapat berperan secara maksimal. Menurut Winarno
(2008) kegagalan pembangunan pertanian di Indonesia karena lemahnya kelembagaan
petani. Untuk itu, dengan menguatnya kelembagaan petani akan meningkatkan
kesejahteraan petani dan masyarakat di pedesaan.
Untuk itu, Indonesis saat ini perlu melakukan revitalisasi KUD. Menurut
Masyhuri (2010), untuk melakukan revitalisasi KUD dapat dilakukan berbagai
kegiatan misalnya adanya kebijakan pembangunan masyarakat yang pro KUD, adanya
reformasi organisasi dan usaha KUD, diadakannya penguatan mental dan sumber daya
manusia, melakukan pengembangan kerjasama antar KUD, dan meningkatkan citra
KUD.
atau pranata ekonomi. Menurut Gillin dan Gillin (1954), KUD sebagai pranata
ekonomi di desa memiliki fungsi seperti mengatur produksi barang dan jasa, mengatur
distribusi barang dan jasa, serta mengatur konsumsi barang dan jasa.
Secara umum, fungsi dari lembaga atau pranata sosial ada 8 golongan yaitu
sebagai berikut
Adanya perubahan sosial tampak semakin jelas, hal ini dapat ditandai dari
mulai adanya keragaman mata pencaharian penduduk. Dahulu sebagian besar
penduduk berprofesi sebagai petani, akan tetapi sekarang banyak yang sudah beralih
dikarenakan warga menganggap sektor pertanian kurang menjanjikan. Keberagaman
mata pencaharian tersebut juga mendorong mundurnya kegiatan sosial para warga.
Dahulu jika mereka membantu suatu warga, mereka dengan ikhlas akan membantu
23
warga tersebut entah warga itu kaya ataupun miskin. Akan tetapi, sekarang banyak para
warga yang membantu karena berorientasi pada materi.
melibatkan anggota masyarakat. Hal ini juga didukung oleh kemajuan pola pikir dari
warga dan semakin meningkatnya tingkat pendidikan para warga.
Semakin maju dan berkembangnya pola pikir warga juga membawa dampak
semakin banyaknya keberadaan lembaga-lembaga masyarakat di suatu desa. Para
warga diberikan wadah-wadah untuk menampung berbagai aspirasi atau ide yang
mereka punya. Banyak berdiri berbagai lembaga-lembaga masyarakat seperti Badan
Permusyawaratan Desa, Karangtaruna dan Forum Kemitraan Polisi dengan
Masyarakat. Lembaga-lembaga semacam ini dapat dijadikan tempat pelatihan
berorganisasi di lapisan masyarakat. Semakin meningkat dan optimalnya lembaga-
lembaga masyarakat tersebut mengindikasikan bahwa semakin baiknya kualitas
sumber daya manusia yang ada.
Menurut Setiawati dan Sanjoyo (2012), definisi dari perubahan sosial adalah
adanya perubahan struktur sosial dalam suatu masyarakat. Fenomena seperti ini terjadi
sepanjang masa dalam kehidupan masyarakat. Perasaan bosan diduga menjadi
penyebab adanya perubahan sosial. Menurut O’Neil (2006), terdapat 3 faktor utama
yang menjadi penyebab adanya perubahan sosial yaitu perubahan lingkungan alam
sekitar, keefektifan komunikasi, dan adanya tekanan kerja dalam masyarakat.
Dari contoh studi kasus diatas perubahan sosial bisa diawali oleh faktor
perubahan lingkungan alam sekitar yaitu semakin menyempitnya lahan pertanian. Hal
ini menyebabkan sektor pertanian tidak lagi menjanjikan kemapanan status sosial.
Menurut Nasikun (1986), tipologi masyarakat desa berdasarkan kegiatan pokok yang
ditekuni penduduknya guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, diantaranya desa
pertanian dimana semua anggota masyarakatnya terlibat dibidang pertanian
climbing dapat diartikan sebagai gerak sosial vertikal naik dan social sinking dapat
diartikan sebagai gerak sosial vertikal turun.
Menurut Narwoko (2007), terdapat tiga jenis dimensi dalam perubahan sosial.
Ketiga dimensi tersebut adalah dimensi struktural, dimensi kultural dan dimensi
interaksional. Dimensi struktural adalah perubahan yang terjadi dalam status dan peran
seseorang. Status atau kedudukan adalah lapisan berdasarkan derajat kehormatan
masyarakat. Sedangkan peran adalah pelaksanaan dari hak dan kewajiban kita.
Misalnya seorang petani memiliki dua kedudukan yaitu sebagai kepala keluarga dan
satu lagi sebagai ketua kelompok tani. Kedudukan ini akan mempengaruhi peran
seseorang, ketika menjadi kepala keluarga seorang bapak harus bertanggung jawab
mencari nafkah untuk keluarga, sedangkan sebagai ketua kelompok tani harus mampu
mengatur para anggotanya. Dimensi yang kedua adalah dimensi kultural. Dalam
dimensi ini terjadi perubahan nilai-nilai sosial dan budaya. Menurut Setiadi dan Usman
(2013), nilai adalah sekumpulan konsep yang dianggap baik, sedangkan norma sosial
adalah penjabaran lebih luas dan lebih terperinci dari nilai yang diwujudkan dalam
bentuk tata tingkah laku, kesopanan dan kesusilaan. Dimensi yang terakhir adalah
dimensi interaksional. Dimensi interaksional terjadi karena adanya perubahan dari
kedua dimensi lainnya yaitu struktural dan kultural. Menurut Soekanto (1983), contoh
dari perubahan interaksional adalah ketika seseorang memberikan aksi dan pihak yang
lain juga akan memberikan reaksi.
Selanjutnya ada perubahan sosial yang dikendaki dan perubahan sosial yang tidak
dikendaki.
27
Saat ini gejala modernisasi sudah memasuki berbagai sektor kehidupan salah
satunya bidang pertanian. Adanya modernisasi ini tidak lepas dari penggunaan
teknologi. Dengan adanya teknologi dapat mengubah hubungan dan pola interaksi
antar manusia. Modernisasi di bidang pertanian ditandai dengan adanya penggunaan
berbagai alat mekanisasi pertanian. Arus modernisasi pertanian juga dirasakan
dampaknya di daerah saya yaitu Magetan lebih tepatnya di Desa Tambran.
Desa Tambran termasuk salah satu desa yang masih memiliki lahan sawah di
Kecamatan Magetan. Di desa ini sudah dapat dilihat adanya gejala modernisasi
pertanian. Adanya penggunaaan teknologi pertanian di Desa Tambran sudah termasuk
modern. Para petani banyak yang sudah menerapkan teknologi canggih untuk
mengolah sawah mereka. Dari mulai proses pengolahan lahan sampai proses
pemanenan sudah mulai menggunakan alat-alat mekanisasi pertanian.
Akan tetapi, saat ini para petani disini sudah menggunakan teknologi seperti
peralatan mekanisasi pertanian untuk menggantikan peralatan tradisional seperti
cangkul dan sabit. Jika dahulu kegiatan membajak sawah dilakukan oleh hewan berupa
kerbau sekarang para petani sudah mulai mengenal dan belajar menggunakan traktor
untuk membajak sawah. Lalu untuk kegiatan memotong padi dan merontokkan padi
yang dahulu masih menggunakan sabit dan alat perontok manual, sekarang para petani
sudah mulai menggunakan alat pemotong sekaligus perontok otomatis atau yang biasa
disebut dengan combine harvester. Akan tetapi alat ini belum dimiliki petani secara
perseorangan karena harganya yang mahal. Untuk menggunakan alat ini para petani
28
tandus . Tanah semakin miskin unsur hara baik makro maupun mikro . Penggunaan
pupuk kimia seperti urea biasanya sangat boros.
Selain manfaat yang telah disebutkan diatas, Menurut Sugihen (2006), dalam
modernisasi pertanian juga diperkenalkan cara pertanian yang sudah memanfaatkan
berbagai ilmu pengetahuan. Seperti adanya sistem pemuliaan tanaman, bioteknologi
serta pengendalian gulma yang efektif dan efisien. Secara umum modernisasi
pertanian telah mengubah kesejahteraan para petani ke yang lebih baik. Akan tetapi,
modernisasi pertanian tidak seluruhnya menguntungkan. Ada sebagian kelompok
buruh tani yang terancam dengan hadirnya modernisasi pertanian. Dikarenakan
hadirnya modernisasi pertanian para buruh tani terancam kehilangan pekerjaan.
31
Pada era globalisasi ini terdapat banyak sekali perubahan yang terjadi dalam
berbagai bidang di dunia. Perkembangan globalisasi saat ini juga menyebabkan
perubahan yang besar dalam sektor pertanian. Sektor pertanian mendapatkan pengaruh
yang besar dari adanya globalisasi. Hal ini karena globalisasi dianggap suatu perubahan
yang sudah modern. Sedangkan banyak orang menganggap bahwa pertanian adalah hal
yang tradisional.
Dampak adanya globalisasi pertanian ini juga dapat dirasakan di daerah saya
yaitu Magetan tepatya di Desa Tambran. Arus globalisasi yang semakin kencang
seakan membuat keberadaan para petani di desa hilang begitu saja. Adanya konsentrasi
pertumbuhan ekonomi yang tidak merata menyebabkan banyak terjadi arus urbanisasi.
Bagi generasi muda di Indonesia pekerjaan sebagai petani sudah dianggap sebagai
pekerjaan pilihan terakhir. Fenomena ini tidak hanya terjadi di kota, akan tetapi pemuda
di Desa Tambran sudah merasakannya. Globalisasi secara tidak langsung telah
menjauhkan kita dari dunia pertanian.
Di Desa Tambran masih terdapat banyak lahan sawah garapan. Akan tetapi
adanya globalisasi ini menimbulkan masalah tersendiri yaitu menurunnya kemauan
para pemuda untuk terjun bekerja di sektor pertanian. Sejak beberapa tahun terakhir
jumlah pekerjaan di sektor pertanian mengalami penurunan. Penurunan ini terjadi
dibarengi dengan menurunnya jumlah pemuda yang tidak memiliki pekerjaan tetap
atau pengangguran. Dari kasus ini terlihat bahwa terjadi pergeseran dalam minat
pekerjaan dari pertanian ke non-pertanian.
Saat ini banyak pemuda yang menganggap bahwa menjadi seorang petani akan
hidup dengan kelam. Banyak masalah yang harus dihadapi seperti mahalnya harga
bibit, kelangkaan pupuk, dan sikap pemerintah yang tidak memihak kepada rakyat kecil
seperti petani. Mereka berpikir bahwa sektor pertanian tidak bisa meningkatkan
kualitas hidup mereka bila dibandingkan dengan sektor industri atau jasa yang lebih
menguntungkan dan lebih bergengsi. Sehingga banyak pemuda desa yang memilih
32
untuk merantau ke kota daripada harus bertahan di desa dengan menggarap lahan
sawah. Saat ini yang ditemui kebanyakan pemuda yang bergelut di dunia pertanian
hanyalah mereka yang lulusan SMP. Mereka tetap bertahan di posisi ini karena tidak
memiliki bekal akademik yang cukup untuk bekerja di sektor formal. Dari uraian ini
dapat dicermati bahwa dengan adanya globalisasi, sektor pertanian akan semakin
tersisih dan ditinggalkan oleh para pemuda.
Sistem sewa tanah ini biasanya dilakukan antara penduduk desa asli dengan
para pemilik modal besar dari luar desa. Perjanjian sewa tanah ini berbeda antara satu
orang dengan orang yang lain. Ada yang didasarkan lamanya musim tanam atau ada
juga yang tahunan. Para pemilik modal besar biasanya menanami sawah dengan
komoditas non-padi, hal ini karena padi dianggap kurang menguntungkan.
Perjanjian sewa tanah ini dilakukan tanpa adanya lembaga formal yang
menaungi. Padahal perjanjian semacam ini perlu dihadirkan semacam saksi untuk
kepentingan yang lebih lanjut. Ironisnya praktek sewa tanah ini belum banyak
diketahui oleh pemerintah. Tidak adanya peraturan yang mengatur dengan jelas,
menyebabkan para pemilik modal bertindak sewenang-wenang terhadap pemilik lahan.
Padahal apabila sistem sewa tanah ini ada prosedur yang jelas, ini sangat potensial
untuk dijadikan sumber pendapatan untuk desa guna meningkatkan kesejahteraan
warga.
Menurut saya sistem sewa lahan ini juga terindikasi adanya sistem monopoli
pengetahuan, teknologi dan pasar. Kebanyakan pemilik modal hanya menyewa tanah
saja tanpa melibatkan penduduk setempat untuk teknis pengolahan lahan. Para pemilik
33
modal malah mendatangkan tenaga kerja dari luar desa untuk menggarap lahan yang
telah disewa. Para penduduk lokal tidak diperbolehkan untuk ikut campur dalam
kegiatan pengelolan lahan yang sudah menerapkan teknologi pertanian. Sehingga tidak
ada kesempatan bagi para pemilik lahan dan penduduk lokal untuk belajar bertani
dengan menerapkan teknologi pertanian. Sebenarnya mereka juga ingin belajar tentang
hal itu untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Kegiatan semacam ini akan berpotensi
menimbulkan labour dispossesion karena semakin sempitnya lapangan pekerjaan bagi
petani lokal.
Proses globalisasi ini juga menuntut suatu negara untuk meningkatkan kualitas
hasil pertaniannya. Hal ini dikarenakan produk pertanian tersebut akan bersaing dengan
produk pertanian dari berbagai wilayah. Sehingga produk yang memiliki kualitas baik
akan diungguulkan, sedangkan produk yang kurang baik akan tersisihkan. Menurut
Sjamsir (2017), dalam menghadapi globalisasi pertanian, suatu negara dituntut untuk
mengurangi biaya masuk, mengurangi subsidi, menghilangkan regulasi atau peraturan
eksport dan import serta melakukan privatisasi perusahaan milik negara.
Aspek distribusi yang terjadi dalam era globalisasi adalah perdagangan yang
berorientasi pasar. Hal ini sangat merugikan petani sebagai produsen. Dalam proses
distribusi pihak yang paling banyak mendapatkan keuntungan adalah pihak agen atau
penyalur. Mekanisme harga pasar sangat tidak memihak pada petani, hal ini disebabkan
petani hanya memiliki sedikit akses dalam hal jual-beli di pasar.
Pada aspek konsumsi, karena petani tidak menanam apa yang menjadi
kebutuhannya sendiri karena banyak diintervensi pasar. Sehingga untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya petani terpaksa bergantung terhadap produk luar atau pabrik yang
diperoleh dari pasar. Dengan adanya globalisasi, banyak masyarakat pedesaan yang
sudah terpengaruh adanya makanan pabrik yang mulai marak masuk ke desa.
negara agraris adalah dengan penguasaan teknologi pertanian oleh para petani. Apabila
petani sudah menguasai teknologi, akan dihasilkan produk pertanian yang unggul
sehingga siap bersaing di pasar internasional.
36
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 2012. Sosiologi Skematika Teori dan Terapan. Jakarta : Bumi Aksara
Alfian, Yudi. 2016. Stratifikasi Sosial di Kelurahan Sekip Kecamatan Limapuluh Kota
Pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa FISIP. 2(2):1-14
Fahmi, Fahrizal dan Balkis, Siti. 2017. Peranan Kelompok Tani dalam Penerapan Sapta
Usahatani Padi Sawah di Desa Bunga Jadi Kecamatan Muara Kaman Kabupaten
Kutai Kertanegara. Jurnal Agrifor. 16(2):171-182
Hanifah, Abu dan Umayah, Nunung. 2011. Kontribusi Organisasi Sosial dalam
Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Kesejahteraan Sosial. 6(1): 85-100
Horton, Paul B dan Hunt, Chester L. 1999. Sosiologi Edisi Keenam Jilid I. Jakarta:
Erlangga
Jati, Wasisto. 2014. Globalisasi dan Kemiskinan Desa Analisis Struktur Ekonomi
Politik Pedesaan. Jurnal Penelitian Politik. 11(2):17-26
Narwoko, J. 2007. Sosiologi Teks Pengantar & Terapan. Jakarta: Kencana Prenada
Media.
Sasongko, Tri. 2006. Jeratan Pangan Global. Jurnal Analisis Sosial. 11(1):57-81
Setiadi, dan Kolip, Usman. 2013. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial Teori, Aplikasi dan Pemecahannya. Jakarta: Prenadamedia
Setiawati, Debi., Sanjoyo, Yudo. 2012. Perubahan Sosial Budaya Desa Purwodadi
Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan Tahun 1990-2010. Jurnal Agastya.
2(1):66-84
Soekanto, Soerjono. 1983. Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta Utara : PT. Raja
Grafindo Persada.
Sugihen, Bahrein. 2006. Sosiologi Pedesaan Suatu Pengantar. Banda Aceh: Beuna
Citra.
Susanti, Desna., Rahmawati, Nanik., Elsera, Marisa. 2018. Stratifikasi Sosial di Desa
Kelong Kecamatan Bintan Pesisir Kabupaten Bintan. Skripsi. Universitas
Maritim Raja Ali Haji. Riau
Susanti, Henny dan Sismudjito. 2015. Fungsi Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo
dalam Membangun Hubungan Sosial dengan Masyarakat Sekitar. Perspektif
Sosiologi. 3(1):75-89