Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 22 No. 2 Tahun 2011 Hal.

11 - 17

PENENTUAN SIFAT TERMOFISIK (THERMOPHYSIC PROPERTIES)


TEMU LAWAK DAN TEMU PUTIH

THERMOPHYSIC PROPERTIES DETERMINATION OF CURCUMA XANTHORRHIZA


ROXB AND CURCUMA ZEDOARIA

Lamhot P. Manalu(1) dan Amos(2)


Pusat Teknologi Agroindustri BPPT(1)
Jl. M.H. Thamrin 8 Gedung 2 Lantai 17 Jakarta 10340
Pusat Audit Teknologi BPPT (2)
Jl. M.H. Thamrin 8 Gedung 2 Lantai 12 Jakarta 10340
e-mail: lpmanalu@yahoo.com (1); amoslukas2010@gmail.com(2)
Diajukan: 27 Oktober 2011; Disetujui:

Abstrak

Dalam merancang suatu sistem proses dan peralatan pengolaan hasil pertanian
diperlukan pengetahuan tentang sifat-sifat panas suatu bahan diantaranya panas jenis,
konduktivitas dan difusivitas panas. Nilai-nilai tersebut untuk produk pertanian lokal sangat
jarang ditemukan, sehingga dalam aplikasinya sering digunakan data sifat panas dari
literatur luar yang belum tentu sesuai dan tepat dengan produk dalam negeri, hal ini dapat
menyebabkan terjadinya bias dalam perhitungan dan perancangan. Studi ini bertujuan
untuk menentukan sifat-sifat/properti panas dari tanaman obat temu lawak dan temu putih.
Hasil studi mendapatkan bahwa nilai panas konduktivitas panas temu lawak dan temu
putih masing-masing adalah 0.2797 W/moC dan 0.1359 W/moC, sedangkan nilai
difusivitas panasnya masing-masing adalah 9.34x10-8 m2/detik dan 1.00x10-7 m2/detik.

Kata Kunci : sifat panas, temu lawak, temu putih jenis, konduktivitas, difusivitas panas

Abstract

The most important limitation in process design for agricultural products is the lack of
information on their thermal properties. Although a lot of experimental data can be found,
the variety of products and the differences in measurement method make limitation on the
value of the available data, especially for Indonesia’s products. These data are needed to
get information about temperature change when product was processed like heating or
cooling. It is worth due to optimizing the efficiency of energy. The objective of this study is
to determine thermal diffusivity and conductivity of java turmeric and zedoary herbs. The
values were determined numerically with indirect methods. The result shows that thermal
conductivity of java turmeric and zedoary are 0.2797 W/moC and 0.1359 W/moC,
respectively, while thermal diffusivity are 9.34x10-8 m2/s and 1.00x10-7 m2/s, respectively.

Keywords : thermal properties, java turmeric, zrdoary, thermal conductivity, thermal


diffusivity

PENDAHULUAN syarat suhu, waktu dan parameter


pendinginan lainnya sesuai dengan
Produk pertanian termasuk tanaman karakteristik produk yang didinginkan
obat merupakan produk yang mudah (Rizvi, 2005). Demikian juga dengan
rusak sehingga diperlukan cara-cara perlakuan panas baik menggunakan air
penanganan pascapanen yang lebih baik panas, uap panas maupun kombinasi
untuk dapat memperpanjang umur keduanya merupakan perlakuan
simpan. Perlakuan pendinginan adalah pendahuluan dalam penanganan segar
cara yang biasa dilakukan untuk sayuran dan buah-buahan untuk
memperpanjang umur simpan sekaligus menekan pertumbuhan mikroorganisme
mempertahankan kualitas produk dengan seperti jamur (Mayor and Sereno, 2004).

11
Lamhot P. Manalu Penentuan Sifat Termofisik …
Amos

Untuk merancang sistem Penelitian ini bertujuan untuk


pendinginan dan pemanasan yang baik menentukan nilai difusivitas, konduktivitas
dan tepat untuk komoditas pertanian, panas (k), massa jenis (), dan panas
perlu diketahui karakteristik atau properti jenis (Cp) tanaman obat temu lawak dan
termofisik (thermal properties) masing- temu putih.
masing produk. Hal ini dapat dipahami
mengingat pendinginan dan perlakuan BAHAN DAN METODE
panas berkaitan erat dengan dengan
A. Bahan
proses pindah panas. Sifat panas akan
Bahan yang digunakan adalah umbi
menentukan karakteristik perubahan suhu
akar temu lawak dan temu putih.
produk sehingga dapat ditentukan
kebutuhan energi dan waktu perlakuan
B. Peralatan
secara tepat (Weidenfellera, 2004). Nilai
Alat-alat yang digunakan adalah
difusivitas panas bahan merupakan salah
thermal conductivity meter (Kemtherm
satu sifat panas yang dibutuhkan untuk
QTM-D3), lemari pendingin (Ebara 3848),
menduga laju perubahan suhu bahan
hybrid recorder (HR-2500E), termokopel
sehingga dapat ditentukan waktu
CC, drying oven (Ikeda SS-204D),
optimum yang dibutuhkan dalam proses
timbangan digital (AND EK-1200A),
pengolahan, pengeringan atau
kalorimeter, termometer, jangka sorong,
pendinginan (Singh and Goswami, 2000).
gelas ukur.
Dengan mengetahui waktu optimum
tersebut, selain dapat menghindarkan
C. Metode Penelitian
terjadinya kerusakan bahan juga dapat
Metode yang digunakan dalam
menghemat penggunaan energi.
menentukan sifat-sifat panas produk yang
Temu putih (Curcuma zedoaria
mencakup panas jenis, konduktivitas
Berg.) merupakan tanaman semak
panas dan difusivitas panas adalah
dengan tinggi sekitar 2 m. Bagian
sebagai berikut:
tanaman yang digunakan sebagai obat
adalah umbi akar yang diiris dan Penentuan Panas Jenis
dikeringkan. Rimpang temu putih Panas jenis didefinisikan sebagai
mengandung zat warna kuning yang jumlah energi yang dibutuhkan oleh satu
disebut kurkuminoid (diarilheptanoid) dan satuan berat (m) bahan untuk menaikkan
senyawa kimia lain, seperti: minyak atsiri, suhunya sebesar satu derajat (Cengel and
zingiberen, sineol, polisakarida, dan Boles, 2002). Besaran ini dipakai untuk
golongan lain. (BPOM, 2007). Komponen menduga jumlah energi (Q) yang
yang dominan di dalam temu putih adalah diperlukan bila suhu bahan berubah satu
minyak atsiri, beberapa penelitian satuan (T). Panas jenis temu lawak dan
melaporkan bahan aktif temu putih temu putih ditentukan dengan
bersifat anti kanker dan anti oksidan (Seo menggunakan kalorimeter yang dihitung
et al., 2005; Mau et al., 2003). dengan menggunakan persamaan berikut,
Temu lawak (Curcuma xanthorrhiza Q / T
Roxb.) merupakan tanaman asli Cp = (1)
Indonesia yang tumbuh liar di hutan-hutan m
di dataran rendah hingga 1500 m di atas Siebel mengembangkan suatu
permukaan laut (Syukur, 2003). Rimpang persamaan untuk menghitung panas jenis
temu lawak segar terdiri atas minyak bahan pada kondisi di atas titik beku (Rao
atsiri, lemak, zat warna, protein, resin, et al., 2005; Wirakarta-kusumah et al.,
selulosa, pati, mineral dan air. Temu 1992) sebagai berikut, :
lawak berkhasiat sebagai antibakteria,
anti-kanker, anti-tumor dan anti-radang. Cp = 4.1868 (0.008 M + 0.20) (2)
Selain itu rimpang temu lawak dimana M adalah persentase kadar air
mengandung anti-oksidan dan (basis basah).
hypokolesteromik (Hwang et al. 2000; Metode yang diajukan Charm dalam
Choi et al. 2005). menghitung panas jenis turut

12
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 22 No. 2 Tahun 2011 Hal. 11 - 17

mempertimbangkan kandungan lemak Te = suhu keseimbangan, °C


bahan (Heldman and Singh, 1981). To = suhu awal air dingin, °C
Metode ini cukup baik terutama bagi Ch = panas jenis bahan, kJ/kg °C
bahan-bahan yang kandungan lemaknya Ws = massa bahan, kg
cukup tinggi. Cc = panas jenis kalorimeter,
kJ/kg °C
Cp = 4.1868 (0.5 Xf + 0.33 Xs+Xm) (3)
dimana Xf adalah fraksi lemak, Xs adalah Penentuan Konduktivitas Panas
fraksi padatan dan Xm adalah fraksi air Konduktivitas panas adalah sifat
dalam bahan. termal suatu benda untuk merambatkan
Selain dua metode diatas, panas panas dalam suatu unit waktu melalui luas
jenis dapat ditentukan dengan metode penampang tertentu yang diakibatkan oleh
campuran (method of mixtures). Metode adanya perbedaan suhu. Untuk bahan
ini banyak dipakai karena caranya hayati, besarnya nilai konduktivitas panas
sederhana yaitu dengan memasukkan (k) banyak dipengaruhi oleh beberapa
bahan yang sudah diketahui masanya faktor seperti struktur sel/fisik, komposisi
(WS) kedalam kalorimeter berisi air yang kimia bahan, dan kandungan air. Variasi
sudah diketahui berat (WW) dan kapasitas nilai konduktivitas panas bahan hayati
panasnya (CW). Pengukuran dengan lebih besar dibandingkan bahan non-
metode campuran didasarkan pada hayati (Jangam and Mujumdar, 2010).
hukum keseimbangan panas dalam Dalam percobaan ini konduktivitas
kalorimeter yang secara matematis ditulis panas produk diukur langsung dengan
sebagai berikut (Mohsenin, 1980) : menggunakan alat conductivity meter,
sedangkan secara tidak langsung
CS.WS(Ta-Te)= Cw.Ww(Te-To)+ Cc . Wc konduktivitas panasnya dihitung dengan
(Te -To) persamaan Sweat (Phomkong et al.,
(4) 2006) sebagai berikut :

Panas jenis dan massa kalorimeter k = 0.148 + 0.00493 M (7)


dianggap konstan sehingga perkaliannya
merupakan kapasitas panas kalorimeter. dimana M adalah kadar air produk (%
Persamaan di atas dapat ditulis sebagai bb.).
berikut (Mohsenin, 1980) :
Penentuan Difusivitas Panas

Difusivitas panas dapat diartikan


sebagai laju pada saat panas terdifusi
Kapasitas panas kalorimeter (HC) keluar dari bahan. Distribusi suhu pada
dapat ditentukan dengan mencampur suatu bahan dalam kondisi tidak mantap
sejumlah air yang berbeda suhu awalnya telah dirumuskan oleh persamaan umum
dalam kalorimeter hingga dicapai suhu Fourier (Yagua and Moreira. 2011)
keseimbangan. Persamaan berikut sebagai berikut :
digunakan untuk menetukan kapasitas
panas untuk kondisi tersebut (Mohsenin, T/t =  2T (8)
1980) :
dimana T adalah suhu pada titik tertentu
(pada koordinat x, y dan z), t adalah waktu
dan  adalah koefisien difusivitas panas.
Dengan mengasumsikan umbi temu
dimana : lawak dan temu putih berbentuk silinder
Hc = kapasitas panas kalorimeter, dan perpindahan panas merata ke arah
kJ/°C radial, suhu awal di setiap titik dianggap
Wh = massa air panas, kg seragam, kadar air tetap dan tidak terjadi
Wc = massa air dingin, kg penyusutan, persamaan (8) dapat ditulis
Ta = suhu awal air panas, °C
13
Lamhot P. Manalu Penentuan Sifat Termofisik …
Amos

sebagai berikut (Jangam and Mujumdar, masing adalah 1057 kg/m3 dan 1234
2010) : kg/m3. Dari hasil ini terlihat bahwa massa
jenis temu putih cenderung lebih besar
daripada temu lawak.
Grafik perubahan suhu untuk
menentukan suhu keseimbangan hasil
Persamaan (9) di atas didiskritisasi campuran antara produk, air dan
memakai metode numerik beda hingga kalorimeter untuk temu lawak dapat dilihat
sehingga diperoleh : pada Gambar 1 dan 2.

Grafik perubahan suhu temulawak (1)

12
11
Selanjutnya nilai S dihitung dengan 10

Suhu ( C)
metode kuadrat terkecil (least square 9
method) dan nilai difusivitas panas () 8
7
dihitung dengan persamaan (11) berikut. 6
5
0 200 400 600 800 1000
Waktu (detik)

Gambar 1. Grafik perubahan suhu temu


Dalam hubungannya dengan sifat lawak (percobaan 1)
termofisik bahan lainnya, nilai difusivitas
panas berbanding lurus dengan
konduktivitas panas (k) dan berbanding Grafik perubahan suhu temulawak (2)
terbalik dengan panas jenis (Cp) dan 35
kerapatan bahan () tersebut. 30
Suhu ( C)

Hubungan yang digambarkan pada 25


20
persamaan (12) dapat dipakai untuk
15
menentukan difusivitas panas yang 10
dikenal sebagai metode tidak langsung. 5
0 200 400 600 800 1000
Waktu (detik)

Gambar 2. Grafik perubahan suhu temu


lawak (percobaan 2)
Penentuan difusifitas panas secara
langsung dengan metoda numerik Grafik perubahan suhu untk
dilakukan dengan menggunakan data menentukan suhu keseimbangan hasil
distribusi perubahan suhu produk selama campuran antara produk, air dan
pendinginan. Data perubahan suhu kalorimeter untuk temu lawak dapat dilihat
bahan diambil dari tiga titik pengukuran. pada Gambar 3 dan 4.
Titik pertama merupakan titik pusat Panas jenis produk dihitung
sedangkan titik kedua dan ketiga diukur berdasarkan data pengukuran perubahan
berjarak r dan 2*r kearah radial. suhu dan menggunakan persamaan
Pengukuran dihentikan bila suhu di setiap keseimbangan energi antara produk, air
titik pengamatan sudah relatif seragam. dan kalorimeter (Tabel 1 dan 2). Panas
jenis temu lawak adalah 2.835 kJ/ kgoC
HASIL DAN PEMBAHASAN pada kadar air 79 % (bb), dan panas jenis
temu putih adalah 2.863 kJ/ kgoC pada
A. Penentuan panas jenis bahan kadar air 87 % (bb).
Berdasarkan data pengukuran dan
hasil perhitungan didapatkan massa jenis
() temu lawak dan temu putih masing-

14
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 22 No. 2 Tahun 2011 Hal. 11 - 17

dengan Cp yang dihitung menggunakan


Grafik suhu temu putih (1)
persamaan Siebel (persamaan 2).
15 Menurut Siebel, nilai Cp bahan sangat
13 dipengaruhi oleh kadar airnya.
Suhu ( C)

11 Berdasarkan Siebel nilai panas jenis


9 temulawak adalah 3.760 kJ/kgoC dan
7 panas jenis temu putih adalah 4.056
5 kJ/kgoC.
0 200 400 600 800 1000 Panas jenis produk semakin tinggi
waktu (detik) bila kadar airnya semakin tinggi. Hal ini
menunjukkan adanya korelasi positif
Gambar 3. Grafik perubahan suhu temu putih antara panas jenis dan kadar air karena
(percobaan 1) panas jenis air lebih tinggi dari
padatannya. Dengan demikian dapat
Grafik suhu temu putih (2) dimengerti bahwa metode Siebel cukup
baik diterapkan untuk bahan yang
15 mengandung kadar air tinggi.
13
Suhu ( C)

11 B. Penentuan konduktivitas panas


9
bahan
7
Pada Tabel 3 dan 4 dapat dilihat
5
nilai pengukuran konduktivitas panas
0 200 400 600 800 1000
temu lawak dan temu putih yang
waktu (detik)
diperoleh dengan menggunakan
Gambar 4. Grafik perubahan suhu temu putih peralatan thermal conductivity meter.
(percobaan 2) Konduktivitas panas rata-rata temu lawak
dan temu putih masing-masing adalah
Tabel 1. Penentuan Cp temulawak 0.2797 dan 0.3551 W/moC pada kisaran
suhu 34-40 oC.
Satuan TL-1 TL-2
Te C 9.8 11.9
Tabel 3. Data untuk penentuan k temu lawak
Tw C 7.1 9.3
Mw g 200 200.03 Satuan TL-1 TL-2
Cpw J/gC 4.2 4.195 T awal C 30 29
Mp g 52 50.06 T akhir C 50 49
Tp C 28 29 T rata C 39 40
Cpp J/gC 2.747 2.922 dT C 18 21
Cp Temu lawak (kJ/kgoC) 2.835
k W/m C 0.2713 0.2881
k temu lawak (W/m C) 0.2797
Tabel 2. Penentuan Cp temu putih
Tabel 4. Data untuk penentuan k temu putih
Satuan TP-1 TP-2 TP3
Satuan TL-1 TL-2
Te C 12 12 11
T awal C 26 26
Tw C 9.1 9.5 8.7
Mw g 200 200 200 T akhir C 43 42
Cpw J/gC 4.195 4.195 4.198 T rata C 34 34
Mp g 50 50.01 50.01 dT C 16 16
Tp C 28.8 28.8 29.04 k W/m C 0.3403 0.3698
Cpp J/gC 3.303 2.846 2.440 k temu putih (W/m C) 0.3551
Cp temu putih (kJ/kgoC) 2.863

Nilai Cp yang didapat dari C. Penentuan difusivitas panas bahan


pengukuran lebih kecil dibandingkan

15
Lamhot P. Manalu Penentuan Sifat Termofisik …
Amos

Penentuan difusivitas panas temu


lawak dan temu putih dengan cara tidak
langsung (persamaan 12). Dari hasil
DAFTAR PUSTAKA
perhitungan (Tabel 5 dan 6) didapatkan
nilai difusivitas panas temu lawak dan
BPOM. Badan Pengawas Obat dan
temu putih masing-masing adalah 9.34 x
Makanan. 2007. Temu Putih.
10-8 dan 1.00x10-7 m2/detik.
BPOM, Jakarta.
Nilai koefisien difisivitas panas
Cengel, Y.A, and M.A. Boles. 2002.
dipengaruhi oleh suhu bahan atau suhu
Thermodynamics: an Engineering
proses dimana nilainya semakin kecil bila
Approach. Ed ke-4. Boston: Mc-
suhu bahan semakin rendah. Tetapi untuk
Graw Hill.
menyederhanakan perhitungan pada
Choi MA et al. 2005. Xanthorrhizol, a
umumnya nilai difusivitas dianggap tetap.
natural sesquiterpenoid from
Curcuma xanthorrhiza, has an anti-
Tabel 5. Penentuan difusivitas panas temu
lawak metastatic potential in experimental
mouse lung metastasis model.
Biochemical and Biophysical
Parameter Satuan Nilai
Research Communications
Cp kJ/kgoC 2.835 326:210–217.
k W/moC 0.2797 Heldman, D.R. and R.P. Singh. 1981.
massa jenis kg/m3 1057 Food Process Engineering. The AVI
Difusivitas panas m2/detik 9.34E-08 Pub. Co. Inc., Westport,
Connecticut.
Tabel 6. Penentuan difusivitas panas temu Hwang J.K., J.S. Shim and Y.R. Pyun.
putih 2000. Antibacterial activity of
xanthorrhizol from Curcuma
Parameter Satuan Nilai xanthorrhiza against oral pathogens.
Fitoterapia 71:321-323.
Cp kJ/kgoC 2.863 Jangam S.V. and A.S. Mujumdar. 2010.
k W/moC 0.3551 Basic concepts and definitions. Di
massa jenis kg/m3 1234 dalam: Jangam SV, C.L. Law and
Difusivitas panas m2/detik 1.00E-07 A.S. Mujumdar, (Eds). Drying of
Foods, Vegetables and Fruits.
Singapore.
KESIMPULAN Mau JL et al. 2003. Composition and
antioxidant activity of the essential
Sifat termofisik bahan sangat oil from Curcuma zedoaria. Food
dipengaruhi oleh jenis dan kandungan Chemistry 82:583–591.
bahan spesifik yang ada pada masing- Mayor L and A.M. Sereno. 2004.
masing jenis bahan. Penelitian ini telah Modelling shrinkage during
berhasil menghitung sifat termofisik convective drying of food materials:
(thermal properties) temu putih dan temu a review. Journal of Food
lawak. Engineering 61:373–386.
Nilai panas jenis (Cp) temu putih dan Mohsenin, N.N. 1980. Thermal Properties
temulawak, masing-masing adalah 2.863 of Foods and Agricultural Materials.
kJ/ kgoC, dan 2.835 kJ/ kgoC. Gordon and Breach Science
Nilai konduktivitas panas (k) temu Publishers, New York.
putih dan temulawak, masing-masing Phomkong. W, G. Srzednicki, and R.H.
adalah 0.3551 W/moC dan 0.2797 Driscoll. 2006. Thermophysical
W/moC. Properties of Stone Fruit. Drying
Nilai difusivitas panas (α) temu putih Technology, 24: 195–200.
dan temulawak, masing-masing adalah Rao M.A., S.S.H. Rizvi, and A.K. Datta.
1.00 x 10-7 m2/detik dan 9.34 x 10-8 2005. Engineering Properties of
m2/detik.
16
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 22 No. 2 Tahun 2011 Hal. 11 - 17

Foods, 3rd Ed. CRC Press,


Singapore.
Rizvi S.S.H. 2005. Thermodynamic
properties of foods in dehydration.
Di dalam: Rao MA, Rizvi SSH, Datta
AK, (Eds). Engineering Properties of
Foods. 3rd Ed. CRC Press,
Singapore.
Seo WG et al. 2005. Suppressive effect
of Zedoariae rhizoma on pulmonary
metastasis of B16 melanoma cells.
Journal of Ethno-pharmacology
101:249–257.
Singh, K.K. and T.K. Goswami. 2000.
Thermal properties of cumin seed.
Journal of Food Engineering 45:
181-187.
Syukur C. 2003. Temu Putih. Tanaman
Obat Anti Kanker. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Weidenfellera, B., M. Hofer and F.R.
Schilling. 2004. Thermal
conductivity, thermal diffusivity, and
specific heat capacity of particle
filled polypropylene. Composites:
Part A 35 (2004): 423–429.
Wirakartakusumah, M.A., Kamaruddin A.
dan A.M. Syarif. 1992. Sifat Fisik
Pangan, Depdikbud, Dirjen Dikti,
PAU Pangan dan Gizi, IPB-Bogor.
Yagua, C.V. and R.G. Moreira. 2011.
Physical and thermal properties of
potato chips during vacuum frying.
Journal of Food Engineering 104:
272–283.

17

Anda mungkin juga menyukai