Anda di halaman 1dari 11

BAB II Kajian Teori

2.1 Pengertian
2.1.1 Internet
Kata Internet merupakan singkatan dari inter-network, yang berasal dari kata inter
artinya “di antara’ dan network yang artinya “jaringan”. Di definisikan secara umum menjadi
jaringan yang melibatkan banyak komputer terpisah (https://www.etymonline.com).
Sedangkan menurut KBBI edisi 2008, Internet merupakan jaringan komunikasi elektronik
yang menghubungkan jaringan komputer dan fasilitas komputer yang terorganisasi di seluruh
dunia melalui telepon atau satelit.
Menurut Ramadhani (2003 : 2) Internet (Inter-Network) merupakan sebutan untuk
sekumpulan jaringan komputer yang menghubungkan situs akademik, pemerintahan,
komersial, organisasi, maupun perorangan.
Pada awalnya, internet hanya menawarkan layanan berbasis teks, meliputi remote
access, email/messaging, newsgroup (Usenet). Pada tahun 1990 World Wide Web(WWW)
mulai dikembangkan oleh CERN (Laboratorium Fisika Partikel di Swiss) yang berdasar pada
proposal ”proyek hypertext” yang di ajukan oleh Tim Berners-Lee. Dan terus berkembang
hingga sampai sekarang ini.
2.1.2 Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata “ajar” yang artinya petunjuk yang diberikan kepada
orang supaya diketahui. Dan Pembelajaran yang artinya perbuatan menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar (https://kbbi.web.id/). Pembelajaran merupakan salah satu dari sekian
banyak kegiatan yang memberikan dampak positif bagi kemajuan bangsa indonesia. Berikut
merupakan beberapa definisi dari pembelajaran.
Menurut Sanjaya (2011 : 13-14) Pembelajaran merupakan suatu sistem yang
kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek produk dan aspek
proses.
Sedangkan, Menurut Komalasari (2013 : 3). Pembelajaran merupakan suatu sistem
atau proses belajar yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar
pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien.
2.1.3 Bahasa
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota
suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri
(https://kbbi.web.id/).
Menurut Tarigan (1989:4), ia memberikan dua definisi bahasa. Pertama, bahasa ialah
suatu sistem yang sistematis, barang kali juga sistem generatif. Kedua, bahasa ialah
seperangkat lambang-lambang mana suka ataupun simbol-simbol arbitrer. Sedangkan,
Menurut Felicia (2001:1), bahasa adalah alat yang digunakan untuk dapat berkomunikasi
sehari-hari, baik bahasa lisan atupun bahasa tulis
2.2 Jenis-Jenis
2.2.1 Internet

1
Menurut (Larsen-Freeman dan Anderson, 2011) Teknologi internet yang dapat digunakan
untuk menambah kemampuan dalam pembelajaran bahasa adalah sebagai berikut :
1) Blogs
Blog adalah salah satu jenis website yang kontennya berisi pemikiran satu atau beberapa
penulis dan memiliki urutan posting secara kronologis (dari konten terbaru ke konten
terlama). Siswa juga dapat terdorong untuk membuat dan menulis blog mereka sendiri
sebagai tugas rutin atau kegiatan reflektif yang sedang berlangsung. Dengan cara ini, mereka
tidak harus selalu menulis hanya untuk guru. Karena entri blog disusun secara kronologis,
siswa dan guru dapat membuat arsip progresif.
2) Computer-Assisted Language Learning Software (CALL)
Pembelajaran bahasa berbantuan komputer, atau lebih dikenal dengan singkatan bahasa
Inggris CALL (computer-assisted language learning), adalah penerapan komputer dalam
pengajaran dan pembelajaran bahasa (Levy, 1997). CALL mencakup penerapan beragam
teknologi informasi dan komunikasi untuk pengajaran dan pembelajaran bahasa, mulai dari
model tradisional hingga kontemporer.
4) Distance Education
Salah satu aplikasi teknologi untuk pengajaran bahasa adalah pengiriman langsung dalam
pengajaran bahasa melalui web. Keuntungan dari instruksi berbasis web adalah bahwa ia
menyediakan akses ke bahasa yang mungkin tidak tersedia. Sebagai contoh, baru-baru ini
Universitas California, Los Angeles (UCLA) menyiarkan langsung program pengajaran
berbasis web di Azeri dan dialek bahasa Arab Irak. Pertukaran semacam itu menghadirkan
solusi parsial untuk masalah mempertahankan bahasa yang jarang diajarkan, bahkan
terancam punah
5) Electronic Chatting
Electronic Chatting adalah kegiatan yang membutuhkan setidaknya dua orang harus online
secara bersamaan untuk mengobrol. Sementara sebagian besar obrolan dilakukan secara
tertulis, namun ada juga komunikasi dalam mode suara ataupun video misalnya Skype.
Electronic Chatting ini memungkinkan untuk komunikasi lisan yang langsung di seluruh
negara dan benua. Dan bisa juga digunakan pada area lokal, tentu saja.
6) E-Pen Pals
Setelah penggunaan email menjadi umum dalam publik, E-Pen Pals muncul untuk
kegunaanya dalam berkomunikasi lewat elektronik. Seperti halnya dengan namanya E-Pen
Pals, siswa didorong untuk berbagi secara tertulis tentang diri mereka sendiri, kehidupan
mereka, dan budaya mereka dalam bahasa target. Ada sejumlah model atau desain untuk
pendekatan E-Pen Pals. Terkadang, guru memberikan pertanyaan yang berisi petunjuk yang
dapat digunakan siswa untuk berkomunikasi dengan E-Pen Pals mereka (seperti "Bagaimana
Anda mendeskripsikan kota Anda?" atau "Seperti apa hari anda di sekolah?").
7) Electronic Text Corpora
Electronic Text Corpora adalah kumpulan teks bahasa, lebih sering tertulis, tetapi terkadang
teks yang diucapkan dalam transcript form. Teks-teks tersebut telah didigitalkan dan oleh
karena itu dapat dicari dalam komputer. Dengan memasukkan kata atau frasa ke situs web,
daftar kata yang dicari akan terlihat. Mengetahui distribusi dan frekuensi bentuk bahasa dapat

2
sangat membantu pelajar bahasa. Beberapa Corpora bebas digunakan, dan yang lain harus
bayar. Corpora untuk tujuan tertentu atau untuk bidang profesi juga tersedia.
8) Cell Phone-based Applications: Text Messaging and Twitter
Dengan pesatnya perluasan penggunaan ponsel di seluruh dunia, pembelajaran bahasa telah
menemukan cara belajar yang baru. Pengguna text messaging dan Twitter telah
mengembangkan bentuk bahasa mereka sendiri. Twitter adalah sistem pesan instan yang
memungkinkan orang mengirim pesan teks singkat (tidak lebih dari 140 karakter) ke
sekelompok orang yang tertarik pada setiap kegiatan atau acara di mana mereka berpartisipasi
atau pendapat yang ingin mereka tawarkan. Bahasa yang digunakan biasanya dalam bentuk
informal, di mana bahasa tertulis 'terdengar' lebih mirip bahasa lisan. Misalnya, ‘R U OK?’
(Apakah Anda OK?) Adalah ungkapan yang umum digunakan.
9) Podcasts
Podcast adalah rekaman audio dan visual digital yang dapat dibuat dan diunduh (dipindahkan
dari Internet ke komputer individu). Anda dapat menonton dan berbagi rekaman tersebut di
YouTube. Sebagian besar rekaman YouTube tersedia bagi siapa saja yang memiliki koneksi
berkecepatan tinggi ke Internet. Topik yang disajikan sangat luas, termasuk video aktual dari
ruang kelas bahasa, ceramah, dan skema kecil dari kehidupan sehari-hari.
10) Social Networking
Social networking atau situs jejaring sosial yang termasuk Facebook, Myspace, LinkedIn, dan
sebagainya. Tujuan dari situs tersebut adalah agar para pengguna dapat berbagi pemikiran,
kegiatan, foto, video, dan tautan dengan orang lain yang terhubung dengan mereka melalui
situs jejaring sosial mereka. Melalui jaringan yang disediakan di situs, seseorang dapat
berbagi acara atau ide utama dengan banyak peserta lainnya secara bersamaan. Seluruh kelas
bisa bersenang-senang dengan ini. Siswa tidak harus sangat mahir dalam bahasa untuk
berpartisipasi.
11) Wikis
Asal kata 'wiki' berasal dari ungkapan Hawaii yaitu 'wiki wiki,' yang berarti 'cepat,'
dan ini merujuk pada cara yang cepat dalam pembuatan dan pengeditan dokumen web. Wiki
dapat sangat berguna dalam tugas menulis secara kolaboratif. Penulis yang terdiri dari
sekelompok siswa dapat menulis satu teks bersama. Dengan cara ini, guru dapat memiliki
catatan tulisan siswa sebagai suatu proses. Konsep lain yang terkait dengan wiki adalah wabi-
sabi. Hal ini merujuk pada hal-hal yang selalu dapat diubah yaitu wiki tidak akan pernah
selesai dan tidak akan pernah sempurna.
Wikipedia adalah ensiklopedia online bersama. Yang membuatnya unik adalah siapa
pun dapat menyumbangkan informasi tentang apapun dalam suatu topik, sehingga informasi
tersebut selalu diperbarui. Tidak semua yang dipublikasikan di wikipedia akurat.

2.2.2 Pembelajaran
Menurut Komalasari (Pembelajaran Kontekstual, 2010 : 58-88) jenis-jenis model
pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran, antara lain:
a. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning).

3
Model ini menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran.
Model-model pembelajaran berbasis masalah meliputi:
1) Problem-based Introduction (PBI)
Memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan
masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
2) Debate
Salah satu model pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatan kemampun akademik
siswa. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terbagi antara pro dan
kontra. Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi dan
seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
3) Controversial Issues
Isu kontroversial adalah sesuatu yang mudah diterima oleh seseorang atau kelompok tetapi
juga mudah ditolak oleh orang atau kelompok lain (Muessig, 1975:4).
Langkah-langkah Pembelajaran menggunakan model isu kontroversial (Hasan, 1996 : 203-
204) Langkah pertama Guru adalah menyajikan materi yang mengandung isu kontroversial ;
Langkah kedua guru mengundang berbagai pendapat disertai argumentasi dari siswa
mengenai isu tersebut ; Langkah ketiga, isu kontroversialyang sudah daoat diidentifikasi di
jadikan bahan diskusi. Setiap siswa dapat menjadi pembela atau penyerang suatu pendapat.
Guru mengevaluasi dilihat dari kelemahan dan keunggulan masing masing pendapat.
4) Example non-examples
Model ini membelajarkan kepekaan Siswa terhadap permasalahan yang ada disekitarnya
melalui analisis contoh-contoh berupa gambar-gambar/foto/kasus yang bermuatan masalah.
Siswa diarahkan untuk mengidentifikasi masalah, mencari alternatif pemecahan masalah, dan
menentukan cara pemechan masalah yang paling efektif, serta melakukan tindak lanjut
terhadap masalah tersebut.
b. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning).
Merupakan strategi pembelajran melalui kelompok kecil siswa yabg saling bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. (Depdiknas, 2003:5).
Model model pembelajran kooperatif meliputi:
1) Numbered Head Together (Kepala Bernomor)
Model pembelajaran dimana setiap siswa diberi nomor kemudian di buat suatu kelompok
kemudian guru memanggil nomor siswa secara acak.
2) Cooperative Script (Skrip Kooperatif) Dari Dansereu Cs (1985)
Metode pembelajaran dimana siswa bekerja secara berpasangan, dan secara lisan bergantian
mengikhtisarikan bagian bagian dari materi yang dipelajari.
3) Students Team Achievements Division dari Slavin (1995)

4
Model pembelajran yang mengelompokkan siswa secara heterogen, kemudian siswa yang
pandai menjelaskan pada anggota lain sampai mereka mengerti.
4) Think Pair and Share (Frank Lymanz,1985)
Merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi
siswa. Prosedur yang digunakan dalam think pair and share dapat meberi siswa lebih banyak
waktu berpikir untuk merespon.
5) Jigsaw (Model tim ahli) dari Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, dan Snapp (1978)
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi
komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok
belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggotanya
bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru
dengan sebaik baiknya.
6) Team Games Tournament (TGT)
Salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah di terapkan, melibatkan
aktivitas seluruh siswa dan melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengabdung
unsur permainan serta reinforcement.
c. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-based Learning).
Pendekatan pembelajaran yang membutuhkan suatu pembelajaran komprehensif di mana
lingkungan belajar siswa (kelas) di desain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap
masalah autentik termasuk pendalaman materi suatu materi pembelajaran.
Model-model pembelajaran berbasis proyek antara lain:
1) Pembelajaran Portofolio
Dalam hal ini, diartikan sebagai suatu kumpulan pengalaman pengalaman belajar siswa
dalam aspek pengetahuan(kognitif), keterampilan(skill), ataupun nilai dan sikap(afektif)
dengan maksud tertentu dan diseleksi menurut panduan panduan yang ditentukan. Portofolio
ini biasanya merupakan karya terpilih dari seorang siswa ataupun kelompok yang bekerja
secara kooperatif.
2) Inquiry
Model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar dasar ilmiah pada diri siswa,
sehingga, dalam proses Pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan
kreativitas dalam memahami konsep dan memecahkan masalah.
Metode inquiry memiliki 5 komponen umum yaitu question, student engagement, cooperative
interaction, performance evaluation, dan variety of resources. (Garton, 2005).
3) Group Investigation (Sharan,1992)
Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara
untuk mempelajarinya melalui investigsi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi ataupun dalam keterampilan proses kelompok.
4) Karyawisata
Model pembelajaran yang mengajak siswa untuk mengunjungi objek-objek tertentu dalam
rangka menambah wawasan terhadap objek yang dipelajari. Fungsi karyawisata adalah

5
mendekatkan dunia sekolah dan dunia kenyataan; mempelajari konsep/teori dengan
kenyataan dan sebaliknya; membekali pengalaman nyata pada siswa.
d. Model Pembelajaran Pelayanan (Service Learning).
Strategi ini menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru yang di perlukan dan
berbagai keterampilan untuk memenuhi kebutuhan di dalam asyarakat melalui proyek/tugas
terstruktur dan kegiatan lainnya. Pembelajaran pelayanan identik dengan pembelajaran aksi
sosial.
Tujuan dari pembelajaran ini untuk membantu mengembangkan kompetensi
sosial/kewarganegaraan, sehingga dapat melibatkan diri secara aktif dalam perbaikan
masyarakat. Langkah langkah metode ini di mulai dengan mengkaji materi pokok, kemudian
sejauh mana materi pokok tersebut dapat mengundang keterlibaatn siswa dalam praktik nyata
pemecahan masalah di lingkungannya.
Contohnya bakti sosial, kunjungan ke panti asuhan, pengabdian pada masyarakat.
e. Model Pembelajaran Berbasis Kerja. (Work-based Learning)
Bern dan Erickson menegaskan bahwa pembelajaran berbasis kerja merupakan suatu
pendekatan dimana tempat kerja, atau seperti tempat kerja terintegrasi dengab materi di kelas
untuk kepentingan para siswa dalam memahami dunia kerja terkait. Model model
pembelajaran berbasis kerja di antaranya:
1) Role Playing
Suatu model penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan
siswa. Metode ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal ini bergantung kepada
apa yang diperankannya atau di imajinasikannya.
2) Mendatangkan Model Pekerja ke Kelas
Siswa memahami jenis pekerjaan tertentu beserta fungsi dan perannaannya secara langsung
dari pekerja sebagai model yang di datangkan dalam pembelajaran di kelas.
3) Studi lapangan kerja
Siswa memahami jenis pekerjaan tertentu beserta fungsi dan perannaannya secara langsung
dengan mendatangi lokasi atau instansi tempat bekerja.
4) Aktivitas Ekstrakulikiler dan Pengembangan Diri
Dalam kegiatan Ekstrakulikiler diswa dilatih berbagai kompetensi kewarganegaraan,
misalnya kepempinan, tanggung jawab, kerja sama, dan sebagainya. Kegiatan Ekstrakulikiler
dan pengembangan diri ini mendukubg pencapaian hasil belajar pendidikan kewarganegaraan
terutama terkait dengan pembentukan civic skills dan civic disposition.
f. Model Pembelajaran Konsep (Concept Learning).
Pendekatan kontekstual menghendaki konsep-konsep di konstruksi dan di temukan oleh
siswa sendiri melalui keterkaitannya dengan realita kehidupan dan pengalaman siswa.
Terdapat beberapa metode pembelajaran konsep antara lain:
1) Scramble

6
Model pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertayaan atau
pasangan dari suatu konsep secara keratif dengan cara menyusun huruf-huruf yang disusun
sehingga membentuk suatu jawaban atau pasangan konsep yang dimaksud.
2) Make-A Match (Mencari Pasangan) dari Lorna Curran (1994)
Model pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau
pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan.
3) Broken Triangle/Square/Heart (Pecahan Segitiga/ Bujursangkar/ Hati)
Model ini seringkali disebut juga dengan puzzle, siswa mengelompokkan materi yang
terpisah-pisah atau terpecah-pecah kedalam satu kesatuan materi yang terbentuk dalam
segitiga/bujursangkar/hati. Umumnya digunakan pada materi yang berisi uraian dalam bentuk
option-option.
g. Model Pembelajaran Nilai (Value Learning).
Model ini menggunakan pendekatan-pendekatan yang terbagi menjadi lima yaitu:
1) Pendekatan Penanaman Nilai
Pendekatan ini memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa.
Metode yang digunakan dalam pendekatan ini antara lain: Keteladanan, penguatan positif dan
negatif, simulasi, permainan peran,dll.
2) Pendekatan perkembangan moral kognitif
Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah moral dan
dalam membuat keputusan-keputusan moral. Pendekatan perkembagan kognitif mudah
digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, karena pendekatan ini memberikan
penekanan pada aspek perkembangan kemampuan berpikir. Pendekatan ini menggunakan
metode diskusi kelompok.
3) Pendekatan analisis nilai
Pendekatan analisis nilai memberi penekanan pada perkembangan kemampuan siswa untuk
berpikir logis dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial.
Kekuatan pendekatan ini adalah mudah diaplikasikan dalam ruang kelas, karena
penekanannnya pada pengembangan kognitif.
4) pendekatan klarifikasi nilai
Metode ini menekankan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan
perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan nilai-nilai pada diri mereka sendiri. Dalam proses
pengajarannya, pendekatan ini menggunakan metode dialog, menulis, diskusi dalam
kelompok besar maupun kecil, dan lain-lain.
5) Pendekatan pembelajaran berbuat
Pendekatan ini memberi penekanan pada usaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun bersama-sama
dalam suatu kelompok. Pendekatan ini menggunakan metode yang dengan pendekatan
analisis nilai dan klarifikasi nilai.
2.2.3 Pembelajaran Bahasa

7
Menurut (Larsen-Freeman dan Anderson : 2011) Metode pembelajaran dalam bidang bahasa
dapat di kategorikan menjadi 13 jenis metode pembelajaran, antara lain sebagai berikut :
1) The Grammar Translation Method
Adalah sebuah metode mengajar yang biasa digunakan untuk mengajarkan grammar dengan
karakteristik utama berfokus kepada translation (penerjemahan) dan menghafalkan bentuk-
bentuk kata kerja, ketika mengajar, guru biasanya menjelaskan materi dengan menggunakan
bahasa lokal. Skill utama yang menjadi fokus metode ini adalah reading dan writing.
2) The Direct Method
Penggunaan The Direct Method di percaya bahwa siswa perlu mengaitkan makna dengan
bahasa target langsung. Untuk melakukan ini, ketika guru memperkenalkan kata atau frasa
bahasa target yang baru, ia menunjukkan artinya melalui penggunaan realia, gambar, atau
pantomim. Metode ini menjadi terkenal dan guru-guru beralih ke metode ini dibanding
metode penerjemahan gramatikal. Aturan yang sangat mendasar pada metode ini yaitu sang
guru tidak diperbolehkan menerjemahkan.
3) The Audio-Lingual Method
Metode Audio-Lingual, seperti halnya dengan Direct Method yang baru saja kita bahas, yang
juga merupakan metode berbasis lisan. Namun, metode ini lebih menekankan kepada
perolehan kosa kata melalui paparan penggunaannya dalam berbagai situasi, Metode Audio-
Lingual melatih siswa dalam penggunaan pola kalimat gramatikal.
Dalam metode ini peran Guru seperti pemimpin orkestra, mengarahkan dan mengendalikan
perilaku bahasa murid-muridnya. Dia juga bertanggung jawab untuk menyediakan muridnya
dengan model imitasi yang baik. Sedangkan, Siswa adalah peniru model guru atau kaset yang
ia sediakan untuk pembicara model. Mereka mengikuti arahan guru dan merespons seakurat
dan secepat mungkin.
4) The Silent Way
Dalam proses pembelajaran ini, guru hanya menunjuk ke sound–color chart yang
berisi dengan huruf vokal dan konsonan. Guru menunjuk beberapa kali dengan diam. Setelah
beberapa saat guru hanya memberi contoh cara pengucapannya. Kemudian menunjuk siswa
untuk melafalkan sampai benar.
Dalam proses pembelajaran ini guru banyak berdiam diri, dia hanya mengarahkan
atau menunjuk pada materi pembelajaran. Siswa perlu belajar untuk mendengarkan diri
mereka sendiri dan membandingkan hasil usaha mereka sendiri dengan satu sama lain. Jika
siswa tidak dapat mengoreksi diri dan teman sebaya tidak dapat membantu, maka guru akan
memberikan arahan bahasa yang benar, tetapi ini hanya sebagai pilihan terakhir.

5) Dessugestopedia
Metode ini merupakan aplikasi sugesti dalam pedagogi dimana perasaan pelajar
mengalami kegagalan dapat dihilangkan. Dalam mengaplikasikan model pembelajaran ini,
ruang kelas ditata sedemikian rupa sehingga berbeda dengan kelas biasa. Beberapa poster
yang berhubungan dengan materi pembelajaran dipasang di tembok. Guru memutar musik
klasik kemudian mengarahkan pelajar untuk rileks dengan cara menarik nafas panjang.
Selanjutnya guru mengajak pelajar berimajinasi tentang materi yang sedang dipelajari. Ketika
mereka membuka mata, mereka akan bermain peran tentang materi yang akan di pelajari.

8
Setelah itu, guru membaca sambil memperdengarkan musik. Di akhir sesi, guru tidak
memberi pekerjaan rumah.
6) Community Language Learning
Metode ini menyarankan guru untuk mempertimbangkan siswa mereka sebagai
'whole person.' Pembelajaran ‘Whole person’ berarti bahwa guru tidak hanya
mempertimbangkan kecerdasan siswa mereka, tetapi mereka juga memiliki pemahaman
tentang hubungan antara perasaan siswa, reaksi fisik, reaksi protektif naluriah, dan keinginan
untuk belajar.
Merode ini menggunakan pendekatan guru terhadap siswa. Pada awal kelas, siswa
biasanya melakukan percakapan menggunakan bahasa asli mereka. Guru membantu mereka
mengungkapkan apa yang ingin mereka katakan dengan memberi mereka terjemahan bahasa
yang akan di pelajari dalam bentuk potongan. Selama pembelajaran, siswa diundang untuk
mengatakan perasaan mereka, dan sebagai gantinya gurupun akan bisa memahaminya
7) Total Pyshical Response
Metode ini juga disebut ‘the comprehension approach’ yang menekankan pentingnya
‘listening comprehension’. Pada tahap awal pembelajarannya lebih terfokus pada pemahaman
mendengarkan. Hal ini berdasarkan pada hasil observasi bagaimana anak-anak belajar bahasa
asli mereka.
Pada metode ini awalnya, guru adalah direktur yang memberikan instruksi dari semua
perilaku siswa. Para siswa menirukan perintah yang disampaikan oleh guru. Pada titik
tertentu (biasanya setelah 10-20 jam pengajaran), beberapa siswa akan 'siap untuk berbicara.'
Pada titik itu, akan ada pertukaran peran dengan masing-masing siswa mengarahkan guru dan
siswa lainnya.
8) Communicative Language Teaching
CLT bertujuan untuk menjadikan para siswanya dapat berkomunikasi dalam bahasa
yang mereka pelajari. Untuk melakukan ini, siswa memerlukan pengetahuan tentang bentuk,
makna, dan fungsi linguistik. Mereka perlu tahu bahwa banyak bentuk yang berbeda dapat
digunakan untuk melakukan fungsi dan juga bahwa bentuk tunggal sering dapat melayani
berbagai fungsi. Mereka harus dapat memilih di antara ini bentuk yang paling tepat,
mengingat konteks sosial dan peran lawan bicara.
9) Content Based Instruction
Dalam Content Based Instruction, guru ingin siswa menguasai bahasa dan konten.
Konten dapat berupa tema yang menarik bagi siswa, seperti acara terkini atau hobi mereka,
atau dapat menjadi subjek akademik, yang menyediakan konten alami untuk pembelajaran
bahasa. Guru kemudian menciptakan kegiatan untuk mengajar keduanya. Saat ada siswa yang
kesusahan guru akan melakukan ‘scaffolding’ atau membantu siswa dalam hal
bahasanya,ketika siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan suatu konsep dalam bahasa
target.
Dalam hal ini, peran guru sebagai pembimbing. Guru memperbaiki kesalahan siswa dan
mencatat kesalahan, dan menggunakan kembali konten tersebut untuk memastikan bahwa
siswa belajar menggunakan bahasa yang benar. Siswa sering bekerja secara kolaboratif untuk
memahami konten sambil secara aktif menggunakan bahasa yang mereka pelajari.
10) Task-based language Teaching

9
Task-based language Teaching adalah contoh lain dari 'strong version' dari
pendekatan komunikatif seperti pada Content Based Instruction dan participatory approaches,
di mana bahasa diperoleh melalui penggunaan. Dengan kata lain, siswa memperoleh bahasa
yang mereka butuhkan saat mereka membutuhkannya untuk menyelesaikan tugas yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Guru adalah penyedia input selama fase awal pelajaran. Dia juga mengatur tugas yang
harus dilakukan siswa. Guru memperhatikan selama tugas, membuat catatan bahasa yang
harus difokuskan. Dia memberikan umpan balik seperti recast. Siswa sering bekerja bersama
untuk saling membantu menyelesaikan tugas dan menyelesaikan masalah. Dalam pelajaran
TBLT, siswa harus bertukar informasi dalam kelompok mereka untuk menyelesaikan tugas.
Contoh lain mungkin di mana satu siswa diberikan gambar dan di suruh memberikan
gambaran untuk siswa lain untuk menggambar, atau di mana siswa menggambar pohon
keluarga masing-masing.
11) The Political Dimensions of Language Teaching and the Participatory Approach.
Participatory Approach mirip dengan Content Based Instruction yang dimulai dengan
konten yang bermakna bagi siswa. Apa yang sangat berbeda adalah sifat kontennya. Ini
bukan isi teks materi pelajaran, melainkan konten yang berasal dari masalah yang menjadi
perhatian siswa. Tujuan guru dalam metode ini adalah untuk mengajarkan bahasa yang
bermakna dan untuk meningkatkan kesadaran politik murid-muridnya. Guru ingin siswa
mereka dengan leluasa untuk menggunakan bahasa yang mereka pelajari untuk
menyelesaikan masalah politik dalam kehidupan mereka.
12) Learning Strategy Training, Cooperative Learning, and Multiple Intelligences
Learning Strategy Training, Pekerjaan guru bukan hanya untuk mengajar bahasa tetapi untuk
mengajarkan cara belajar. Dalam Learning Strategy yang terpenting adalah bagaimana
strategi itu bisa diterapkan di tempat dan hal lain. Sangat mudah untuk melihat bagaimana
pelatihan strategi pembelajaran akan cocok dengan instruksi berbasis konten, misalnya.
Memang, penelitian telah menunjukkan bahwa untuk menjadi efektif, strategi tidak boleh
diajarkan secara terpisah, tetapi sebagai bagian dari area konten atau kurikulum bahasa
(Grabe dan Stoller 1997).
Cooperative Learning pada prinsipnya adalah bagaimana membuat siwa belajar dalam
kelompok. Yang membuat metode ini menarik bukan pada bagaimana pola kelompok itu tapi
pada cara bagaimana siswa dan guru bisa bekerja sama. Tetapi bukan konfigurasi kelompok
yang membuat pembelajaran kooperatif berbeda; ini adalah cara siswa dan guru bekerja sama
yang penting. Dalam pembelajaran kooperatif, guru mengajar siswa keterampilan kolaboratif
atau sosial sehingga mereka dapat bekerja bersama lebih efektif. kelompok Cooperative
Learning dapat dengan mudah mengerjakan tugas-tugas dari task-based approach hingga
language instruction.
Multiple Inteligences Guru pada dasarnya mengetahui bahwa siswa memiliki kelebihan
masing-masing. Dalam pengajaran bahasa perbedaan itu berkontribusin pada pemilihan gaya
belajar. Misalnya ada siswa yang lebih bagus dalam hal visual dibanding aural atau
pendengaran. Diperkirakan bahwa hingga 25 persen dari populasi, cara pengajaran memang
membuat perbedaan dalam keberhasilan mereka sebagai pelajar (Levin et al. 1974, cited in
Larsen-Freeman and Long 1991). Ini merupakan tugas bagi para guru yang ingin menghargai
keragaman kecerdasan di antara murid-murid mereka adalah dengan bagaimana

10
mengaktifkan kecerdasan lain dan memungkinkan setiap siswa untuk mencapai potensi
penuhnya, sambil tidak kehilangan tujuan utamanya, yaitu untuk mengajarkan bahasa.
13) Emerging Uses of Technology in Language Teaching and Learning
Belajar menggunakan teknologi untuk mendukung pembelajaran bahasa juga penting karena
membuat siswa menjadi pelajar yang lebih mandiri
Guru membimbing proses sementara siswa menikmati banyak kebebasan atas apa yang
difokuskan pada dan bagaimana tugas-tugas tersebut dicapai. Interaksi antar siswa dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk, termasuk siswa yang bekerja bersama di situs web atau
blog, mengedit tulisan antar sesama, dan berpartisipasi dalam diskusi online, yang disebut
‘online chats.’
Meskipun demikian, tidak ada keraguan bahwa teknologi akan memiliki peningkatan
kehadiran dalam pendidikan. Apa yang terpenting dari sudut pandang kami adalah bahwa
guru memiliki pengetahuan tentang teknologi dan jika mereka memilih untuk
menggunakannya, mereka melakukannya dengan cara yang baik secara pedagogis. Seperti
yang di katakan oleh van Lier “Jika teknologi ingin menjadi kekuatan positif dalam
pendidikan, teknologi tidak boleh digunakan sebagai alternatif untuk pengajaran di kelas,
atau sebagai pengganti guru, tetapi sebagai alat yang memfasilitasi pekerjaan kelas yang
bermakna dan menantang.” (van Lier 2003: 2)
2.3 Manfaat
Ramadhani (2003 : 22-24) mengemukakan beberapa manfaat dari internet yang dapat di
kategorikan sebagai berikut:
1) Sebagai sumber berita-berita teraktual.
2) Sumber-sumber referensi, jurnal, maupun hasil penelitian bagi para akademisi.
3) Sarana untuk melakukan kegiatan belajar jarak jauh, baik melalui kursus tertulis maupun
perkuliahan.
4) Sarana dakwah maupun diskusi-diskusi keagamaan seperti Isnet (Islam) atau ParokiNet
(Katholik).
5) VoIP (Voice over Internet Protocol) sebagai pengganti sambungan telepon internasional
dengan biaya yang sedikit lebih murah.
6) Dalam bidang dunia entertainment
2.4 Penerapan Internet dalam Pembelajaran
Kajder dan Bull dengan Emily Van Noy dalam bukunya yang berjudul “Blogs In The
Art Classroom”. Menjelaskan bahwa mereka menggunakan blog sebagai media dalam
pembelajaran menulis di kelasnya. Mereka menggunakan situs gratis Blogger.com dan
memberikan kebebasan kepada para siswa untuk menulis dalam blog mereka masing masing
serta untuk meningkatkan kemampuan menulis para siswa. Emily mengatakan bahwa, “
Idenya untuk mengggunakan blog adalah untuk memberikan kebebasan bagi para siswanya
agar dapat mengekspresikan ide-ide mereka yang tidak dapat disampaikan di dalam kelas.”
Salah satu siswanya pernah mengatakan bahwa menulis dalam blog lebih menyenangkan dan
tidak menyebabkan efek kebuntuan dalam menulis. Emily mengatakan bahwa sejak kelasnya
melakukan kegiatan ini kemampuan menulis para siswanya mengalami peningkatan yang
signifikan.

11

Anda mungkin juga menyukai