Anda di halaman 1dari 12

Identifikasi Senyawa Flavonoid, Tanin, Steroid,

Triterpenoid dan Saponin pada Kulit Buah Nanas


(Ananas comosus (L) Merr).

Winda Amelia*1, Habibati2

Mahasiswa Prodi Kiimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111
1

Dosen Prodi Kiimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111
2

*Email: winda.amelia92@yahoo.co.id

Abstrak.

Identifikasi senyawa flavonoid, tanin, steroid, triterpenoid dan saponin pada kulit buah nanas (Ananas
comosus (L) Merr) telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan senyawa
metabolite sekunder yaitu senyawa flavonoid, tanin, steroid, triterpenoid dan saponin pada kulit buah
nanas. Analisis senyawa-senyawa tersebut menggunakan metode skrining fitokimia. Dalam skrining
fitokimia tersebut meliputi uji flavonoid, uji tanin, uji steroid dan triterpenoid dan uji saponin. Uji Positif
dari metode tersebut ditandai dengan terjadinya perubahan warna. Untuk memperoleh ekstrak dari
kulit buah nanas dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 80% selama 2 jam. Hasil
ekstraksi sampel dari kulit buah nanas tersebut kemudian diuji secara skrining fitokimia menggunakan
pereaksi-pereaksi tertentu. Uji flavonoid menggunakan pereaksi H 2SO4 pekat menunjukan bahwa kulit
buah nanas positif mengandung senyawa tersebut. Hal tersebut ditandai dengan terjadinya perubahan
warna larutan dari kuning menjadi merah. Pada uji tanin menggunakan pereaksi FeCl 3 1%. Hasil uji
positif pada tanin ditandai dengan perubahan warna menjadi hijau kehitaman. Hasil percobaan
menunjukan bahwa kulit buah nanas positif mengandung senyawa tanin. Uji steroid dan triterpenoid
menggunakan pereaksi yang sama yaitu pereaksi Lieberman Burchard. Hasil uji positif dari uji tersebut
ditunjukan dengan perubahan warna hijau atau biru untuk steroid dan warna merah atau ungu untuk
senyawa yang mengandung triterpenoid. Hasil percobaan menunjukan bahwa kulit buah nanas positif
mengandung triterpenoid. Uji saponin menggunakan pereaksi air. Uji positif dari saponin tersebut
ditandai dengan terbentuknya busa pada larutan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kulit buah nanas
tidak mengandung senyawa saponin. Berdasarkan hasil penelitian dengan skrining fitokimia tersebut,
kulit buah nanas positif mengandung senyawa flavonoid, triterpenoid dan tanin. Sedangkan pada uji
steroid dan saponin, kulit buah nanas negatif mengandung senyawa-senyawa tersebut.

Kata kunci: kulit buah nanas, skrining fitokimia, flavonoid, tanin, steroid, triterpenoid, saponin

Pendahuluan

Nanas (Ananas comosus (L) Merr) merupakan buah yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Buah nanas selain dapat dimakan secara langsung, juga dapat

1
diawetkan dengan cara direbus dan diberi gula, dibuat selai atau sirup. Buah nanas juga
dapat digunakan untuk memberi cita rasa asam manis, sekaligus sebagai pengempuk
daging (Dalimartha dan Felix, 2013). Selain dapat dikonsumsi, buah nanas dapat digunakan
sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit.

Buah nanas kaya akan sumber vitamin dan mineral. Kandungan pada buah nanas terdiri
dari vitamin (A, B1, B2 dan C), mineral (kalium, mangan, tembaga, kalsium, fosfor,
magnesium, besi, natrium), glukosa, fruktosa, sukrosa, enzim bromelain, karoten, asam
nikotinik, asam organik dan serat. Ekstrak buah nanas berkhasiat mengurangi keluarnya
asam lambung yang berlebihan, membantu mencernakan makanan di lambung, antiradang,
peluruh kencing (diuretik), membersihkan jaringan kulit yang mati, mengganggu
pertumbuhan sel kanker, menghambat penggumpalan trombosit (agregasi platelet),
mempunyai aktifitas fibrinolitik, mengurangi rasa sakit pada sendi dan memiliki sifat anti
penuaan. Kandungan serat nanas dapat mempermudah buang air besar pada penderita
sembelit (konstipasi) (Dalimartha dan Felix, 2013).

Nanas memiliki bagian-bagian yang bersifat buangan yaitu kulitnya yang memiliki tekstur
yang tidak rata dan berduri kecil. Sama seperti halnya pada buah nanas, kulit buah nanas
juga bermanfaat bagi kesehatan. Kulit buah nanas memberikan efek sebagai tabir surya
(Viondy, 2013). Ekstrak kulit buah nanas tersebut memiliki aktivitas antioksidan sebagai
penangkal radikal bebas pada kulit (Sri dkk, 2013). Dalam ilmu pengobatan Cina, kulit
nanas banyak dimanfaatkan sebagai obat untuk mengatasi batuk dan diare (Syariefa,
2013). Oleh sebab itu, kulit buah nanas diduga memiliki senyawa metabolite sekunder.
Untuk menganalisis senyawa metabolite sekunder tersebut perlu dilakukan skrining
fitokimia. Analisis fitokimia secara kualitatif ini merupakan suatu metode analisis awal untuk
meneliti kandungan senyawa-senyawa kimia yang ada pada tumbuhan obat yang
diharapkan hasilnya dapat memberikan informasi dalam mencari senyawa dengan efek
farmakologi tertentu dan dapat memacu penemuan obat baru (Sangi, 2008).

Kandungan metabolite sekunder yang terdapat pada kulit buah nanas dapat digunakan
sebagai obat herbal dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Senyawa metabolite
sekunder yang diuji meliputi senyawa flavonoid, tanin, steroid, triterpenoid dan saponin.
Senyawa Flavonoid dapat bekerja sebagai inhibitor kuat pernapasan. Flavonoid merupakan
senyawa pereduksi yang baik dalam menghambat reaksi oksidasi, baik secara enzim
maupun nonenzim. Flavonoid bertindak sebagai penampung yang baik radikal hidroksi dan
superoksida yang melindungi lipid membran terhadap reaksi yang merusak. Aktivitas
antioksidan pada flavonoid dapat mengobati gangguan fungsi hati secara tradisional.
Beberapa flavonoid oligomer dalam makanan mampu memberikan efek antihipertensi
(Robinson, 1995). Berikut dibawah ini struktur umum dari senyawa flavonoid:

2
Gambar 1. Senyawa flavonoid

(sumber : www.wikipedia.org )

Selain senyawa flavonoid, saponin merupakan senyawa metabolite sekunder yang terdapat
pada tumbuhan. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan
busa jika dikocok dalam air. Beberapa senyawa saponin bertindak sebagai antimikroba.
Senyawa saponin digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang
digunakan dalam bidang kesehatan (Robinson, 1995). Berikut dibawah ini struktur umum
dari senyawa saponin:

Gambar 2. Senyawa saponin

(Sumber: www.wikipedia.org)

Senyawa tanin merupakan senyawa aktif dalam tumbuhan tertentu. Beberapa tanin terbukti
mempunyai aktivitas antioksidan, menghambat pertumbuhan tumor dan menghambat
enzim reverse transcriptase dan DNA topoisomerase (Robinson, 1995). Kandungan senyawa
tanin tersebut yang dapat digunakan sebagai obat herbal untuk mengobati penyakit
disentri. Senyawa Tanin melindungi dinding mukosa usus terhadap rangsangan isi usus atau
mengendapkan racun, ini dapat membantu daya antidiare secara keseluruhannya (Winarno
dan dian, 1996). Sedangkan senyawa steroid dan triterpenoid merupakan senyawa aktif
dalam mengobati malaria (Sangi, 2008). Berikut dibawah ini struktur umum dari senyawa
tanin, steroid dan triterpenoid:

3
Gambar 3. Senyawa tanin

(Sumber: www.wikipedia.org)

Gambar 4. Senyawa steroid

(Sumber: www.wikipedia.org)

Gambar 5. Senyawa triterpenoid

(Sumber: http://pemula-awaliharimu.blogspot.com/)

Metode Penelitian

Tempat dan Waktu

4
Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Kimia Program Studi Pendidikan Kimia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh
pada tanggal 18 November 2014 s/d 25 November 2014.

Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas pyrex yang umum
digunakan di laboratorium, cawan petri, blender, rotary evaporator, timbangan analitik,
penjepit tabung reaksi, pembakar spirtus, batang pengaduk, spatula, pisau dan pipet tetes.

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah ekstrak kulit nanas, aquades, etanol 80%, etanol
30%, metanol 30%, asam sulfat pekat, besi(III) klorida, kertas saring dan asam asetat
anhidrat.

Prosedur Penelitian

Preparasi Sampel

Buah nanas yang sudah matang dikupas kulitnya kemudian dicuci bersih. Kulit nanas yang
sudah bersih tersebut dipotong-potong menjadi ukuran yang lebih kecil lagi. Setelah itu,
potongan-potongan kulit buah nanas tersebut dihaluskan dengan cara diblender (Sri dkk,
2013).

Ekstraksi Sampel

Ekstraksi kulit nanas dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 80%. 50
gram kulit nanas halus dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer kemudian ditambahkan
dengan pelarut etanol 80% sebanyak 150 ml. Proses ekstraksi kulit nanas tersebut
dilakukan selama 2 jam kemudian disaring menggunakan kertas saring. Filtrat dari kulit
nanas tersebut diuapkan menggunakkan rotari evaporator sampai diperoleh ekstrak kulit
nanas (Sri dkk, 2013).

Skrining Fitokimia

Uji Flavonoid

5
Sebanyak 2 ml sampel ekstrak kulit nanas ditambahkan 5 ml metanol 30% kemudian
dipanaskan selama 5 menit. Filtrat dari ekstrak sampel ditambahkan 5 tetes H 2SO4 pekat.
Terbentuknya warna merah menunjukkan sampel mengandung senyawa flavonoid (Sangi,
2008).

Uji Tanin

Sampel ekstrak kulit nanas sebanyak 2 ml ditambahkan dengan 5 ml akuades kemudian


dipanaskan selama 5 menit sampai mendidih. Filtrat ekstrak sampel tersebut ditambahkan
dengan 5 tetes FeCl3 1%. Jika terbentuk warna biru tua atau hijau kehitaman menunjukkan
adanya tanin (Sangi, 2008).

Uji Steroid dan Triterpenoid

2 ml sampel ekstrak kulit nanas ditambahkan dengan 5 ml etanol 30% kemudian


dipanaskan. Filtrat ekstrak sampel ditambahkan dengan pereaksi Lieberman Burchard (3
tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat). Jika terbentuk warna hijau atau
biru menunjukkan adanya steroid dan warna merah atau unggu menunjukkan adanya
senyawa triterpenoid (Sangi, 2008).

Uji Saponin

2 ml ekstrak sampel kulit nanas ditambahkan dengan 5 ml akuades kemudian dipanaskan


sampai 1000C selama 5 menit. Setelah dipanaskan, sampel dikocok selama 5 menit
kemudian didiamkan selama 15 menit. Jika terbentuk busa menunjukkan sampel terdapat
senyawa saponin (Sangi, 2008).

Hasil dan Pembahasan

Dalam penelitian ini dilakukan proses ekstraksi kulit buah nanas terlebih dahulu. Ekstraksi
pada kulit buah nanas dilakukan secara maserasi selama 2 jam. Maserasi adalah teknik
perendaman terhadap bahan yang akan diekstraksi. Sampel yang telah dihaluskan
direndam dalam suatu pelarut organik selama beberapa waktu. Ekstraksi secara maserasi
pada kulit buah nanas, sesuai dengan sifat kimia yang terkandung didalamnya (Ibrahim dan
Marham, 2013). Proses penghalusan kulit buah nanas bertujuan untuk menghancurkan
dinding sel tumbuhan yang kaku, sehingga senyawa metabolite sekunder yang terdapat
didalamnya dapat dengan mudah terambil. Pelarut yang digunakan dalam maserasi kulit
buah nanas adalah etanol 80% yang bersifat polar. Pelarut etanol dalam ektraksi dapat
meningkatkan permeabilitas dinding sel sampel sehingga lebih efisiens dalam menarik
sampel polar maupun semi polar. Berdasarkan kepolaran maka senyawa hasil alam
dikategorikan menjadi polar, semi polar dan non polar. untuk skrining fitokimia dilakukan

6
fraksinasi berdasarkan kepolaran (Sitorus, 2010). Ekstrasi dari kulit buah nanas yang telah
dihasilkan dipisahkan antara filtrat dan residunya. Filtrat ekstrak kulit nanas diuapkan
menggunakan rotary evaporator yang bertujuan untuk menguapkan pelarutnya.

Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8.

Maserasi kulit nanas Penguapan filtrat ekstrak kulit nanas Sampel ekstrak buah nanas

Uji Kualitatif Skrining Fitokimia

Sampel ekstrak kulit nanas tersebut kemudian dianalisis keberadaan senyawa kimianya
meliputi senyawa flavonoid, tanin, steroid, triterpenoid dan saponin. Hasil analisis tersebut
dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Table 1. Uji positif kualitatif skrining fitokimia kulit buah nanas

No. Uji Warna positif menurut rujukan Hasil percobaan Kesimpulan

1. Flavonoid Warna merah Merah (+)

2. Tanin Warna biru tua atau hijau Hijau kehitaman (+)


kehitaman

3. Triterpenoid Warna merah atau unggu Merah (+)

Keterangan: (+)= mengandung senyawa yang dimaksud.

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, kulit buah nanas mengandung senyawa
flavonoid, tanin dan triterpenoid. Kandungan zat kimia yang terdapat pada kulit buah nanas
adalah senyawa flavonoid dan tanin (Menurut Nuraini dalam Viondy: 2013). Hasil percobaan
tersebut terhadap teori yang ada terdapat penyimpangan, seharusnya senyawa triterpenoid
tidak terkandung pada kulit buah nanas. Penyimpangan hasil percobaan tersebut

7
disebabkan oleh kesalahan-kesalahan pada saat meneliti. Berikut gambar hasil percobaan
dari skrining fitokimia:

Tabel 2. Hasil percobaan melalui analisis fitokimia

No. Skrining Fitokimia Sebelum Percobaan Sesudah Percobaan

1. Uji flavonoid

2. Uji tanin

8
3. Uji Steroid

4. Uji Triterpenoid

5. Uji Saponin

Pada uji flavonoid menggunakan pelarut metanol 30 %. Flavonoid pada umumnya bersifat
polar karena memiliki ikatan glikosida, sehingga dapat larut pada metanol yang bersifat
semipolar. Metanol pada uji tersebut berfungsi sebagai pembebas flavonoid dari bentuk

9
garamnya. Pereaksi yang digunakan dalam uji ini adalah asam sulfat pekat. Asam sulfat
pekat berfungsi untuk protonasi flavonoid sehingga terbentuk garam flavonoid. Uji flavonoid
pada kulit buah nanas menunjukan hasil positif, ditandai dengan terjadinya perubahan
warna menjadi merah. Warna orange hingga merah mengindikasikan adanya flavonoid
(Sitorus, 2010). Warna merah yang terbentuk tersebut merupakan garam benzopirilium.
Berikut dibawah ini reaksi uji positif senyawa flavonoid:

Gambar 8. Reaksi uji positif senyawa flavonoid

(Sumber: www.journal.unpar.ac.id)

Pada uji tanin, hasil percobaan menghasilkan warna hijau kehitaman. Hal tersebut
menunjukan bahwa kulit buah nanas positif mengandung senyawa tanin. Tanin dibagi
menjadi dua golongan dan masing-masing golongan memberikan reaksi warna yang
berbeda terhadap FeCI3 1 %. Golongan tanin hidrolisis akan menghasilkan warna biru
kehitaman dan tanin kondensasi akan menghasilkan warna hijau kehitaman. Perubahan
warna tersebut terjadi karena penambahan FeCI 3 yang bereaksi dengan salah satu gugus
hidroksil yang ada pada senyawa tanin membentuk senyawa kompleks (Sangi, 2008).
Berikut dibawah ini reaksi yang terjadi antara senyawa tanin dengan FeCI3 :

Gambar 9. Reaksi senyawa tanin dengan FeCI3

(Sumber: www.journal.unpar.ac.id)

Uji steroid dan triterpenoid menggunakan pereaksi Lieberman Burchad. Hasil percobaan
pada uji tersebut menunjukkan bahwa kulit buah nanas negatif mangandung senyawa
steroid dan positif mengandung triterpenoid. Hal tersebut dapat terlihat dari perubahan
10
warna yang dihasilkan. Warna yang terbentuk dari percobaan ini adalah merah. Uji positif
dari steroid ditandai dengan terbentuknya warna hijau atau biru, sedangkan bila timbul
warna merah atau ungu mengindikasi adanya keberadaan triterpenoid (Sitorus, 2010).
Berikut dibawah ini reaksi antara triterpenoid dengan pereaksi Lieberman Burchad:

Gambar 10. Reaksi triterpenoid dengan pereaksi Lieberman Burchad

(Sumber: http://download.portalgaruda.org/)

Kesimpulan

Dari hasil penelitian identifikasi senyawa flavonoid, tanin, steroid, triterpenoid dan saponin
pada kulit buah nanas menggunakan metode skrining fitokimia diperoleh hasil bahwa kulit
buah nanas positif mengandung senyawa flavonoid, triterpenoid dan tanin.

Ucapan terima kasih

Pertama-tama penulis ingin mengucapkan rasa syukur sebanyak-banyaknya kepada Allah


SWT, yang telah memberi kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat melaksanakan
penelitian dan meyiapkan artikel ini. Namun penyelesaian artikel ini tidak lepas dari
bimbingan berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Habibati S.Pd. M.Sc sebagai dosen pembimbing, bapak Prof. Dr. Adlim, M.Sc sebagai dosen
mata kuliah Seminar Pendidikan Kimia. ibu Dra Erlidawati, M.Si sebagai kepala
Laboratorium Kimia Prodi Pendidikan Kimia. Orang tua dan kakak - kakak tercinta yang
tidak henti-hentinya memberi dukungan. Para laboran Laboratorium Kimia Prodi Pendidikan
Kimia yang telah membantu berjalannya penelitian. Dan kepada teman-teman
seperjuangan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia FKIP Unsyiah.

Referensi

Dalimartha & Felix. 2013. Fakta Ilmiah Buah dan Sayur. Jakarta: Rapha publishing.

Ibrahim dan Marham. 2013. Teknik Laboratorium Kimia Organik. Yogyakarta: Graha ilmu.

11
Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB.

Sangi M., Runtuwene M. R. J., Simbala H. M. I., & Makang V. M. A. 2008. Analisis Fitokimia
Tumbuhan Obat Di Kabupaten Minahasa Utara. Chem. Prog, 1( 1):47-53.

Sirait, Midian.2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: ITB.

Sitorus, Marham. 2010. Kimia Organik Umum. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sri F. H., Edi S. & Jemmy A. 2013. Aktivitas Antioksidan Dari Kulit Nanas. Pharmacon jurnal
ilmiah farmasi-UNSRAT, 2 (1): 8-10.

Syariefa, dkk. 2013. 100 Plus Herbal Indonesia. Depok: PT trubus swadaya.

Viody D., Hosea J. E & Hamidah S. 2013. Formulasi Krim Tabir surya Ekstrak Kulit Nanas.
Pharmacon jurnal ilmiah farmasi-UNSRAT, 2(2): 39-43.

Winarno dan Dian. 1996. Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Obat Diare di Indonesia. Jakarta:
DEPKES RI.

www.journal.unpar.ac.id. Diakses pada tanggal 19 Desember 2014, jam 19:03 WIB.

www.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 19 Desember 2014, jam 20:15 WIB.

http://pemula-awaliharimu.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 19 Desember 2014, jam


20:19 WIB.

http://download.portalgaruda.org/. Diakses pada tanggal 8 Januari 2015, jam 08:24 WIB.

12

Anda mungkin juga menyukai