Edisi Kedua
Cetakan pertama, Mei 2009
Cetakan kedua, Mei 2010
Cetakan ketiga, Agustus 2010
Cetakan keempat, November 2011
336.2
SUR SUROJO, Arif
m Materi pokok kepabeanan dan cukai; 1–6/ ADBI4235/
2 sks/ Arif Surojo, Sugianto. -- Cet.4; Ed 2 – Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2011.
389 hal; ill; 21 cm
ISBN 978-979-011-286-5
Kegiatan Belajar 2:
Peraturan Perundang-undangan tentang Kepabeanan dan Cukai
Dewasa Ini .......................................................................................... 1.21
Latihan …………………………………………............................... 1.38
Rangkuman ………………………………….................................... 1.39
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 1.39
Kegiatan Belajar 2:
Tarif dan Nilai Pabean ........................................................................ 2.34
Latihan …………………………………………............................... 2.48
Rangkuman ………………………………….................................... 2.48
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 2.49
Kegiatan Belajar 3:
Tarif dan Pelunasan Cukai ................................................................. 2.51
Latihan …………………………………………............................... 2.69
Rangkuman ………………………………….................................... 2.70
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 2.71
Kegiatan Belajar 4:
Transaksi Perdagangan Internasional ................................................. 2.73
Latihan …………………………………………............................... 2.88
Rangkuman ………………………………….................................... 2.90
Tes Formatif 4 ……………………………..…….............................. 2.90
Kegiatan Belajar 2:
Larangan dan Pembatasan Impor dan Ekspor .................................... 3.40
Latihan …………………………………………............................... 3.48
Rangkuman ………………………………….................................... 3.49
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 3.49
Kegiatan Belajar 2:
Penyelesaian Kepabeanan di Bidang Ekspor ..................................... 4.27
Latihan …………………………………………............................... 4.39
Rangkuman ………………………………….................................... 4.40
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 4.40
Kegiatan Belajar 2:
Tempat Penimbunan Berikat .............................................................. 5.17
Latihan …………………………………………............................... 5.34
Rangkuman ………………………………….................................... 5.35
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 5.35
Kegiatan Belajar 3:
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) ..................................................... 5.38
Latihan …………………………………………............................... 5.49
Rangkuman ………………………………….................................... 5.50
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 5.51
Kegiatan Belajar 4:
Pelabuhan Tanjung Priok ................................................................... 5.53
Latihan …………………………………………............................... 5.59
Rangkuman ………………………………….................................... 5.60
Tes Formatif 4 ……………………………..…….............................. 5.61
Kegiatan Belajar 2:
Kewenangan di Bidang Cukai ............................................................ 6.19
Latihan …………………………………………............................... 6.32
Rangkuman ………………………………….................................... 6.32
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 6.33
Kegiatan Belajar 3:
Sistem Aplikasi Pelayanan (SAP), Pertukaran Data Elektronik
(PDE), dan Sistem Satu Jalur Kepabeanan ........................................ 6.35
Latihan …………………………………………............................... 6.49
Rangkuman ………………………………….................................... 6.50
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 6.51
Kegiatan Belajar 4:
Pengawasan Kepabeanan ................................................................... 6.53
Latihan …………………………………………............................... 6.68
Rangkuman ………………………………….................................... 6.69
Tes Formatif 4 ……………………………..…….............................. 6.69
National Single Window (NSW) atau portal nasional sistem satu jalur
kepabeanan dan Pengawasan Kepabeanan.
Agar Anda berhasil menguasai materi-materi tersebut di atas, ikutilah
petunjuk belajar sebagai berikut.
1. Baca pendahuluan setiap modul dengan cermat sebelum membaca materi
kegiatan belajar!
2. Baca materi kegiatan belajar dengan cermat!
3. Kerjakan latihan sesuai petunjuk/rambu-rambu yang diberikan. Jika
tersedia kunci latihan, janganlah melihat sebelum mengerjakan latihan.
4. Baca rangkuman kemudian kerjakan tes formatif secara jujur tanpa
terlebih dahulu melihat kunci.
5. Laksanakan tindak lanjut sesuai dengan prestasi yang Anda peroleh
dalam mempelajari setiap kegiatan belajar.
Jika petunjuk di atas Anda ikuti dengan disiplin, Anda akan berhasil.
Selamat belajar!
iv
Peta Kompetensi
Kepabeanan dan Cukai/ADBI4235/2 sks
Kepabeanan dan
peratutan yang
mendasari
Modul 1
PEN D A HU L UA N
Pada tahun 1957 bea keluar dihapus dengan Surat Dewan Moneter bulan
Juli 1957 yang bertujuan untuk mendorong ekspor karena pada saat itu
negara mengalami defisit neraca perdagangan (volume ekspor jauh lebih
1.2 Kepabeanan dan Cukai
rendah dari pada volume impornya) yang berakibat inflasi menjadi tinggi.
Jadi, Kepabeanan dan Cukai saat ini adalah Bea Masuk dan Cukai yang
terdapat perbedaan karakteristiknya.
Bea Masuk diatur berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1995
tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2006, Bea Masuk ini terdapat di dalam kepabeanan yang
meliputi kewajiban pabean (customs formality) yang harus dilaksanakan
dalam penyelesaian ekspor-impor, di mana kewajiban ini penyelesaiannya
harus diawasi di dalam Kawasan Pabean yang berlaku di seluruh daerah
Pabean Indonesia tentang Kepabeanan, Kawasan Pabean, dan Daerah
Pabean, sedangkan Cukai objeknya sangat terbatas, yaitu barang-barang
tertentu saja yang meliputi hasil tembakau, alkohol, dan minuman beralkohol.
Untuk Cukai peraturannya adalah Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995
tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 39
Tahun 2007.
Pembahasan di dalam modul ini akan diawali mengenai sejarah singkat
UU Tarif. Dalam hal ini kita harus melihat jauh ke belakang, yaitu dari masa
VOC karena VOC-lah yang pertama kali menerapkan pemungutan Bea
Masuk dan Bea Keluar. Berbagai peraturan kemudian muncul dan sampai
Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945.
Secara umum, setelah mempelajari modul pertama ini Anda diharapkan
dapat memahami masalah kebeacukaian dan peraturan-peraturan yang
mendasarinya, terutama UU Tarif Indonesia, UU No 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan, Undang-undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006,
dan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007.
Secara khusus, setelah mempelajari modul pertama ini Anda diharapkan
mampu menjelaskan seperti berikut.
1. Sejarah Undang-undang Tarif di Indonesia.
2. Undang-undang Kepabeanan.
3. Undang-undang Cukai.
ADBI4235/MODUL 1 1.3
Kegiatan Belajar 1
Hal yang pertama kali mengenakan pemungutan bea masuk dan bea
keluar di Indonesia pada masa kekuasaan Belanda (pada waktu itu adalah
VOC) yang berbentuk Serikat Dagang Hindia adalah Gubernur Jenderal JPZ.
Coen, pada tanggal 1 Oktober 1620. Peraturan pabean pada waktu itu
dikeluarkan dalam bentuk pengumuman dan plakat-plakat.
Pada tahun 1800, VOC menyerahkan kekuasaannya kepada Pemerintah
Belanda karena mengalami kebangkrutan. Pemerintah Belanda pada tahun
1818 menerapkan Tarif kolonial pertama yang tersebut di dalam Regerings
Reglemen tentang pemungutan bea masuk dan bea keluar di Jawa dan
Madura (Stbl 1818 Nomor 58). Dalam Pasal 6 ditetapkan bahwa bea masuk
dan bea keluar harus dibayar atas semua barang-barang dagangan yang
1.4 Kepabeanan dan Cukai
Tahun 1971, PP Van Bosse menjadi Menteri Urusan Jajahan yang baru,
mengajukan suatu rancangan Undang-undang Tarif baru dengan menghapus
semua tarif pada bea masuk maupun bea keluar. Undang-undang Tarif baru
ini titik beratnya pada tujuan fiskal yaitu memasukkan uang sebanyak-
banyaknya ke dalam Kas Negara.
Rancangan Undang-undang Tarif Tahun 1871 itu baru disahkan pada
tanggal 17 November 1972 (Stbl 1973 No. 35) tetapi karena masa berlakunya
ditunda dua kali maka baru pada tanggal 1 Januari 1974 diperlakukan sebagai
pengganti Undang-undang Tarif 1865. Undang-undang Tarif yang baru ini
terdiri dari 1 Pasal saja, dan Tarif bea masuk yang terlampir pada Pasal 1
terdiri dari 95 pos Tarif yang pemungutan bea masuknya didasarkan atas bea
harga, bea spesifik, dan bebas. Tarif bea masuk ini kemudian diubah/diganti
dengan Undang-undang tanggal 25 Mei 1897 (Ind No. 263). Dengan
ketetapan kerajaan Belanda pada tahun 1909, yang dimuat dalam Stbl 1910.
Undang-undang Tarif 1972 ini sudah diubah dan ditambah kembali
diumumkan dan diberi nama Indische Tarief Wet dan Undang-undang ini
masih mengalami perubahan dan tambahan. Indische Tarief Wet ini dibuat
berdasarkan Pasal 183 Indische Statsregering (IS) di mana ditetapkan:
Tarif bea masuk, bea keluar, dan bea pengangkutan urus (doorvoer)
ditetapkan dengan undang-undang, kalau perlu Gubernur Jenderal
dapat mengubah Tarif-Tarif itu, perubahan di mana harus diperkuat
dengan Undang-undang.
Indische Tarief Wet 1872 ini terdiri dari 16 pasal yang mulai berlaku
sejak 1981 dan 1985 yang mempunyai lampiran A pada Pasal 1nya.
Lampiran A ini merupakan daftar Tarif bea masuk yang pertama berlaku di
Indonesia. Kedua adalah klasifikasi Nomenclatur Jenewa yang berlaku sejak
1 Januari 1934. ketiga adalah BTN (Brussels Tarief Nomenclatur), yang
berlaku sejak 1 Januari 1973. Keempat dan kelima adalah CCCN (Customs
Cooperation Council Nomenclature) 1980 dan 1985. Tujuan utamanya
adalah memasukkan uang ke Kas Negara atau lazim disebut Fiskal. Tarif
Dalam Undang-undang ini juga terdapat usul melindungi (Tarif proteksi).
Aturan Pelaksanaan
Undang-undang Tarif Indonesia (Indische Tarief Wet 1872) ini
dilengkapi dengan aturan pelaksanaan, yaitu sebagai berikut.
1.6 Kepabeanan dan Cukai
Teks pada Pasal 3 ayat (2) ini diubah lagi dengan UU Darurat No. 2
Tahun 1951 dan ditetapkan sebagai Undang-undang tanggal 5 Februari 1952
No. 1 (IN Nomor 10). Meski telah ada perubahan pada Pasal 3 ayat (2)
Ordonansi Bea ini, masih terdapat kelemahan-kelemahan, misalnya dalam hal
menimbun barang-barang bersangkutan lebih dulu di pinggir sungai, lalu
menunggu kesempatan baik untuk mengangkutnya ke pedalaman.
Seandainya petugas-petugas tersebut dipergoki oleh petugas-petugas Bea
Cukai maka petugas-petugas ini tidak dapat menyitanya, sebab aturannya
berbunyi demikian.
Perubahan Pasal 13 adalah bahwa ada kemungkinan dilakukan
perampasan terhadap barang-barang dalam beberapa masalah tertentu. Untuk
membasmi penyelundup secara fisik adalah dengan merampas barang-barang
selundupan untuk negara. Kesulitan berikut adalah bahwa barang-barang
1.8 Kepabeanan dan Cukai
sitaan itu apabila dijual sedikit sekali yang ditawar dengan harga wajar
sehingga menimbulkan persaingan yang tidak wajar di peredaran bebas.
Seandainya para penyelundup itu membeli barang-barang bersangkutan,
tetapi karena harganya yang murah, kerugian mereka tidaklah seberapa. Oleh
karena itu, terhadap barang-barang yang berasal dari delict penyelundupan ini
sebaiknya apabila dijual harus ditetapkan suatu batas harga tertentu, atau bisa
juga dimusnahkan atau untuk tujuan lain yang lebih berharga.
Perubahan pada Pasal 26a adalah sehubungan dengan ketentuan dalam
Ordonansi Bea, terhadap para penyelundup hanya dijatuhi denda maksimum
Rp1.000.000,00 (Pasal 26 ayat (1) sub 3). Dalam Pasal 26a yang baru,
penyelundup diancam dengan hukuman penjara maksimum dua tahun atau
denda setinggi-tingginya Rp10.000.000,00 di samping barang-barang dari
selundupan disita untuk negara.
Perubahan pada Pasal 26b ialah bahwa pelanggaran Pasal 3 ayat (2)
Ordonansi Bea yang ditetapkan sebagai suatu peraturan larangan disejajarkan
dengan menyelundup dan percobaan dari padanya. Apabila suatu delict sudah
terjadi, bilamana barang-barang dimasukkan ke dalam daerah pabean secara
gelap (sub delict) dan kegiatan ini digolongkan sebagai sesuatu yang
direncanakan oleh para penyelundup. Dalam Pasal 26c, diberikan
kemungkinan bahwa terhadap alat pengangkut yang dipakai dapat dirampas
dan perampasan ini tidak bersifat mutlak. Hal ini dimaksudkan terhadap
perahu-perahu penyelundup di pantai Sumatra Timur. Ketentuan pada
Ordonansi Bea (Pasal 13) adalah dapat ditagih denda bea-bea dan biaya-biaya
terhadap alat-alat yang telah dilakukan suatu pelanggaran. Apabila denda
tidak dipenuhi dalam jangka waktu yang telah ditentukan diganti dengan
hukuman badan (KUHP Stbl 1917 Nomor 497, Pasal 4 ayat (3) sub c dan
ayat (5)).
Peraturan Pelaksana lainnya adalah Reglemen A, PPI Tahun 82
(Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1982), dan Inpres 4 tahun 1985, yang
membahas tentang penyehatan perdagangan. Ketiga peraturan pelaksanaan
tersebut dalam garis besarnya adalah mengatur tentang Formalitas Pabean.
Formalitas Pabean adalah syarat-syarat dan kewajiban-kewajiban yang
harus dipenuhi oleh pihak-pihak yang akan melakukan kegiatan impor,
ekspor, antarpulau, membongkar, menimbun, dan mengangkut barang
sepanjang masih dalam pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Perbedaan dari ketiga peraturan pelaksana tersebut hanya terletak pada
kebijakan saja yang sudah tentu sangat tergantung pada keadaan ekonomi
ADBI4235/MODUL 1 1.9
Perbedaan
Reglemen A Reglemen B
1. Pemberitahuan masuk/keluar harus diisi 1. Pemberitahuan masuk/keluar tidak usah
dengan lengkap oleh yang berkepentingan diisi lengkap, cukup diberitahukan secara
sendiri (Stelsel van eigen aangiefte) umum saja (global) stelsel van ambtelijke
opname atau disebut cara penetapan
pegawai.
2. Pengangkutan di atas air di perairan pela- 2. Barang yang dibongkar tidak perlu dilin-
buhan dan di perairan pelabuhan dan dungi dokumen. Barang untuk dimuat
dalam reede harus dilindungi dokumen harus dilindungi dokumen.
1.12 Kepabeanan dan Cukai
4. Di kantor A, barang-barang luar negeri 4. Di suatu kantor B yang tidak ditunjuk oleh
yang dibongkar yang bea masuknya belum Menteri Keuangan tidak boleh memakai
dibayar jika harus dikirim lurus ataupun model H atau OLL.
untuk tujuan dalam daerah pabean di
mana ada Kantor boleh memakai model H
dan OLL.
Pasal 2
Pasal ini menetapkan bahwa kewajiban-kewajiban pabean tentang impor
dan ekspor harus dipenuhi di suatu tempat di mana ada kantor Bea dan Cukai.
Memenuhi kewajiban pabean tentang impor dan ekspor pada suatu kantor
bantu, hanya boleh jika diizinkan oleh Kepala Kantor dari Kantor induknya.
Kantor Bantu ini berada di bawah pengawasan Kantor Induk.
ADBI4235/MODUL 1 1.13
Pada Kantor Bantu, juga dilarang mengembalikan cukai dari gula yang
cukainya telah dibayar dan kemudian dikirim (di ekspor) keluar negeri daerah
pabean.
Ayat 3 menetapkan bahwa memenuhi syarat-syarat Pabean dapat juga
dilakukan di suatu tempat di mana tidak ada Kantor ataupun Kantor Bantu,
tetapi hal ini hanya dapat dilakukan dengan syarat-syarat yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan, dan dalam hal-hal yang mendesak izin tersebut dapat
diberikan oleh Kepala Kantor yang terdekat letaknya dari tempat itu.
Kalau seorang pedagang akan melakukan hal seperti tersebut, harus
mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan melalui Kepala Kantor
yang bersangkutan. Dalam hal ini, Kepala Kantor tersebut memuat
pandangan dan pendapat mengenai kemungkinan dipenuhi permohonan yang
bersangkutan. Dalam hal-hal yang mendesak izin penyimpangan itu dapat
diberikan oleh Kepala Kantor dengan syarat-syarat yang ditetapkan sebagai
berikut.
a. Kalau Kepala Kantor yang bersangkutan mempunyai cukup waktu dan
tenaga pegawai untuk melakukan pekerjaan ataupun pengawasan di
tempat itu.
b. Yang berkepentingan harus menyediakan pengangkutan bagi petugas-
petugas Bea dan Cukai pulang dan pergi.
c. Di tempat itu harus disediakan fasilitas serta alat-alat yang akan dipakai
oleh pegawai-pegawai yang akan bertugas di tempat tersebut.
d. Selama pekerjaan dilakukan, yang berkepentingan harus membayar upah
jaga tiap jam sebesar Rp500,00 dengan maksimum Rp5.000,00 per
etmaal dan juga apabila pekerjaan dilakukan pada hari Minggu atau
lewat dari jam 18.00–jam 06.00 pagi harus membayar upah pakasi
Rp500,00/jam dan bagian dari jam dengan maksimal Rp5.000,00 per
etmaal. Di samping itu, diberikan uang pengganti Rp5.000,00 sehari
untuk tiap-tiap hari atau bagiannya bagi tiap orang pegawai yang harus
meninggalkan tempat kedudukannya lebih dari 8 Km. Jika makan
minum telah diperoleh, uang pengganti tidak dipungut lagi. (SK Menteri
Keuangan Nomor Kep 839/MK/III/10/1971, tanggal 29 Oktober 1971 jo
Nomor Kep 34/KMK.05/1978 tanggal 1 April 1978).
Kantor Baru maka pada surat pengantar harus dibuat alasan perkembangan
dari tempat tersebut, dengan sekaligus memberikan data-data mengenai
kegiatan perdagangan di tempat itu. Misalnya, di tempat itu pada akhir-akhir
ini hasil ekspor meningkat dari 100 ton menjadi 500 ton per bulan sehingga
untuk mencegah tiap-tiap kali membuat permohonan penyimpangan kepada
Menteri Keuangan, sebaiknya Kepala Kantor yang bersangkutan mengajukan
usul agar di tempat tersebut didirikan kantor. Kepala Kantor juga harus
mengusulkan agar di tempat tersebut juga dibuka untuk perdagangan luar
negeri (buiten landsche handel), dan yang berwenang menetapkannya adalah
Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
Pasal 2a
Di tempat-tempat di mana kewajiban-kewajiban tentang impor tidak
dapat dipenuhi, barang-barang yang bersangkutan tidak boleh dibongkar dari
kapal-kapal yang membawa barang-barang tersebut melalui lautan,
melainkan setelah kewajiban-kewajiban itu dipenuhi berdasarkan Pasal 2.
Memuat barang-barang untuk diangkut melalui lautan di tempat mana
tidak memenuhi syarat-syarat memuat, hanya diperbolehkan dengan
perjanjian bahwa kapal-kapal yang mengangkutnya segera melakukan
kewajiban di tempat terdekat di mana ada kemungkinan untuk memenuhi
syarat-syarat tersebut. Menteri Keuangan dapat mengizinkan atau menyuruh
mengizinkan dengan perjanjian yang ditetapkan untuk memenuhi syarat-
syarat tersebut, tetapi di tempat lain yang akan ditunjuk, di mana syarat-
syarat itu dapat dipenuhi. Dalam Pasal 2a ini sekali lagi ditekankan bahwa
membongkar barang-barang yang didatangkan dari laut di tempat-tempat di
mana tidak terdapat kantor Bea dan Cukai tidak diperkenankan, kecuali bagi
barang-barang yang telah dipenuhi kewajiban-kewajiban pabeannya, yakni
telah membayar bea-bea masuknya. Dalam hal ini, tidak akan dipersoalkan
apakah kapal tersebut datang langsung atau tidak dari daerah Pabean.
Barang-barang impor yang belum membayar bea tersebut hanya boleh di
antarpulaukan kalau dilindungi dengan model H. Dalam hal mengerjakan
suatu Verzendingspas (model H) yang tujuannya suatu tempat di mana tidak
ada kantor Bea dan Cukai maka berdasarkan Pasal 2 ini model H tersebut
tidak boleh diterima. Walaupun demikian kalau yang berkepentingan tidak
keberatan, tempat tujuannya diubah ke suatu tempat yang berdekatan dengan
tempat itu di mana terdapat/ada Kantor Bea dan Cukai.
ADBI4235/MODUL 1 1.15
Ketentuan Umum; Impor dan Ekspor; Tarif dan Nilai Pabean; Bea Masuk
Antidumping dan Bea Masuk Imbalan; Tidak Dipungut, Pembebasan,
Keringanan, dan Pengembalian Bea Masuk; Pemberitahuan Pabean dan
Tanggung Jawab atas Bea Masuk; Pembayaran Bea Masuk, Penagihan
Utang dan Jaminan; Pembukuan; Larangan dan Pembatasan Impor atau
Ekspor serta Pengendalian Impor atau Ekspor Barang Hasil Pelanggaran
Hak Atas Kekayaan Intelektual; Barang yang dinyatakan tidak dikuasai,
Barang yang dikuasai negara, dan Barang yang menjadi milik negara;
Wewenang Kepabeanan; Keberatan, Banding, dan Lembaga Banding;
dan Ketentuan Pidana; Serta Penyidikan; terakhir Ketentuan lain-lain.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
4) Reglemen A merupakan ….
A. Ketentuan pelaksanaan Ordonansi Bea di bidang Pabean
B. Ketentuan pelaksanaan Tarif bea masuk
C. Peraturan tentang Pungutan bea masuk
D. Dasar hukum pemungutan bea masuk
Kegiatan Belajar 2
B. KETENTUAN UMUM
10. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah unsur pelaksana tugas pokok
dan fungsi Departemen Keuangan di bidang kepabeanan dan cukai.
11. Pejabat bea dan cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
yang ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu
berdasarkan undang-undang ini.
12. Orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.
13. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean.
14. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari Daerah Pabean.
15. Bea Masuk adalah pungutan negara berdasarkan undang-undang ini yang
dikenakan terhadap barang yang diimpor.
16. Bea keluar adalah pungutan Negara berdasarkan undang-undang ini yang
dikenakan terhadap barang ekspor.
17. Tempat Penimbunan Sementara adalah bangunan dan/atau lapangan atau
tempat lain yang disamakan dengan itu di kawasan Pabean untuk
menimbun barang sementara menunggu pemuatan atau pengeluarannya.
18. Tempat Penimbunan Berikat adalah bangunan, tempat atau kawasan
yang memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun,
mengolah, memamerkan, dan/atau menyediakan barang untuk dijual
dengan mendapatkan penangguhan Bea Masuk.
19. Tempat Penimbunan Pabean adalah bangunan dan/atau lapangan atau
tempat lain yang disamakan dengan itu yang disediakan oleh Pemerintah
di Kantor Pabean yang berada di bawah pengelolaan Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai untuk menyimpan barang yang dinyatakan tidak dikuasai,
barang yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara
berdasarkan undang-undang ini.
20. Barang tertentu adalah barang yang ditetapkan oleh instansi teknis terkait
sebagai barang yang pengangkutannya di dalam daerah pabean diawasi.
21. Audit kepabeanan adalah kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku,
catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang
berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data elektronik, surat yang
berkaitan dengan kegiatan di bidang kepabeanan, dan/atau ketersediaan
barang dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang kepabeanan.
22. Tarif adalah klasifikasi barang dan pembebanan bea masuk atau bea
keluar.
ADBI4235/MODUL 1 1.27
Pasal 3
Terhadap barang impor dilakukan pemeriksaan pabean yang meliputi
penelitian dokumen, pemeriksaan fisik barang, di mana pemeriksaan
fisik/barangnya dilakukan secara selektif.
Pasal ini menegaskan perihal penilaian secara tepat mengenai barang,
perlu adanya penelitian dokumen pemeriksaan fisik dari barang tersebut.
Terutama untuk barang-barang berbahaya, barang-barang berisiko tinggi dan
barang yang bea masuknya bertarif tinggi.
Pasal 4
Terhadap barang ekspor dilakukan penelitian dokumen. Dalam hal
tertentu, dapat dilakukan pemeriksaan fisik atas barang ekspor.
Pasal 4A
Terhadap barang tertentu dilakukan pengawasan pengangkutannya
dalam daerah pabean, instansi terkait, melalui menteri yang membidangi
perdagangan, memberitahukan jenis barang yang ditetapkan sebagai barang
tertentu kepada Menteri.
Untuk memperlancar ekspor maka pemeriksaan fisik barang
dilaksanakan seminimal mungkin dan pada dasarnya hanya dilakukan
pemeriksaan terhadap dokumennya saja.
Untuk memperoleh data yang tepat mengenai kesesuaian antara
dokumen dan barangnya maka dapat menetapkan aturan cara pemeriksaan
barang sebagai berikut.
1. SK Men.Keu No. 487/KMK.05/1996 jo Kep. DJBC. No. 75/BC/1996, jo
SK Men.Keu No. 501/KMK.05/1998, untuk Pemeriksaan Fisik Barang
Ekspor.
2. SE. DJBC. No. SE-10/BC/1997 jo SE-DJBC No SE-15/BC/1999 sebagai
pelaksana dari SK MenKeu No 25/KMK.05/1997 adalah untuk
Pemeriksaan fisik barang impor.
Saat terutangnya ada dua, yaitu untuk BKC impor pada saat BKC masuk
melewati batas daerah pabean Indonesia dan yang produk dalam negeri saat
terutangnya segera setelah BKC selesai dibuat yang siap untuk dikonsumsi di
dalam daerah pabean Indonesia.
Di atas telah disebutkan bahwa BKC impor merupakan bagian dari objek
bea masuk maka jika ada importir yang mengimpor minuman keras atau hasil
tembakau juga harus dikenakan Bea Masuk dan pajak-pajak impor lainnya
dan ditambah cukai.
LAT IH A N
1) Susunan organisasi Direktorat Bea dan Cukai (DJBC) saat ini adalah
Sekretariat Direktur Jenderal; Direktorat Teknis Kepabeanan; Direktorat
Fasilitas Kepabeanan; Direktorat Cukai; Direktorat Penindakan dan
Penyidikan; Direktorat Audit; Direktorat Kepabeanan Internasional;
ADBI4235/MODUL 1 1.39
R A NG KU M AN
Peraturan perundang-undangan tentang Bea Masuk ini memang baru
mulai berlaku tahun 1995 menggantikan peraturan perundang-undangan
produk Pemerintah Belanda. Demikian pula yang terjadi pada peraturan
Perundang-undangan tentang Cukai. Namun demikian, kita telah
memiliki Undang-undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun
2006 dan Undang-undang No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 39 Tahun
2007. Kedua undang-undang ini sudah menampung semua aspirasi
masyarakat pengguna jasa Kepabeanan dan Cukai dan aparat Bea Cukai
sendiri.
TES F OR M AT IF 2
Tes Formatif 2
1) A. 1873.
2) B. 1910.
3) C. Keadilan sehingga kewajiban pabean hanya dibebankan kepada
anggota masyarakat yang melakukan kegiatan Kepabeanan dan
terhadap mereka diperlakukan sama dalam hal dan kondisi yang
sama.
4) D. Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
pengawasan dan arus lalu lintas barang yang masuk atau keluar
Daerah Pabean dan Pemungutan Bea Masuk.
5) A. 1886.
Modul 2
PEN D A HU L UA N
Contoh:
PT Adi Nugraha mengimpor barang berupa mesin sebanyak 100 unit
dengan harga per unit Rp1.000.000,00 jika tarif Bea Masuk atas Impor
Barang tersebut 20% maka besarnya Bea Masuk yang harus dibayar adalah:
Tarif spesifik adalah tarif dengan suatu jumlah tertentu atas suatu jenis
barang tertentu, atau suatu satuan jenis barang tertentu atau suatu jenis
barang tertentu.
Contoh:
PT Adiguna mengimpor barang berupa mobil sebanyak 100 unit dengan
harga per unit Rp1.000,-, jika tarif Bea Masuk atas Impor Barang tersebut
Rp1.000,- maka besarnya Bea Masuk yang harus dibayar adalah:
Dalam Modul 2 ini terdiri atas 4 kegiatan belajar, yaitu sebagai berikut.
Kegiatan Belajar 1 : membahas mengenai Sistem dan Ketentuan Tarif
Bea Masuk.
Kegiatan Belajar 2 : membahas mengenai Tarif dan Nilai Pabean.
Kegiatan Belajar 3 : mengenai Tarif dan pelunasan Cukai.
Kegiatan Belajar 4 : membahas mengenai Transaksi Perdagangan
Internasional.
Kegiatan Belajar 1
Pos Tarif berdasarkan sistem ialah jika kita hendak mencari pos tarif
sesuatu barang yang terbuat dari kayu misalnya maka harus dicari dulu di bab
kayu atau dengan kata lain harus diketahui dari bahan apa barang tersebut
dibuat.
Setelah Perang Dunia II berakhir, beberapa negara Eropa berkeinginan
untuk menyusun suatu tarif Bea Masuk yang seragam yang akan dipakai olah
negara-negara tersebut, yang disesuaikan dengan perkembangan perdagangan
internasional dan kemajuan teknologi. Buku Tarif tersebut adalah BTN,
ditandatangani di Brussels pada tanggal 5 Desember 1950, sebagai pengganti
dari Tarif Geneva. Perbedaannya dengan Lampiran A Geneva tidak banyak,
hanya uraiannya lebih terinci BTN. BTN adalah singkatan dari Brussels
Tariff Nommenclature.
Pada tahun 1975 nama BTN diubah menjadi CCCN, dengan tujuan
untuk mempertegas kedudukan dari Lembaga penanggungjawabnya, yaitu
CCC yang berkedudukan di Brussels. Kemudian CCCN yang digunakan
2.6 Kepabeanan dan Cukai
Bea Harga (ad valorum) adalah bea yang dipungut berdasarkan suatu
persentase atas harga barang-barang yang diimpor, sedangkan bea spesifik
(ad naturam) adalah suatu bea yang dipungut sebagai suatu beban spesifik
dan dikenakan menurut satuan barang, berat barang, dan panjang barang
misalnya bea masuk sepasang sepatu adalah Rp2.500,00. Ini tercantum di
dalam buku tarif bea masuk CCCN tahun 1985.
Buku Tarif Bea Masuk 1985 dengan sistem klasifikasi CCCN terdiri dari
berikut ini.
1. Kata Pengantar Menteri Keuangan tanggal 1 Oktober 1980.
2. Ketentuan untuk Menginterpretasi Nomenclature.
3. Daftar judul Bagian-bagian dan Bab-bab.
4. Bagian I sampai dengan Bagian XXI yang seluruhnya mencakup 99 Bab
dan 1015 pos.
2.8 Kepabeanan dan Cukai
Buku Tarif Bea Masuk dicetak dalam bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris. Jika timbul perbedaan pendapat mengenai uraian suatu jenis barang
maka yang dilihat adalah teks dalam bahasa Inggris karena bahasa inilah
yang merupakan penafsiran yang resmi dari CCCN di samping bahasa
Perancis. CCCN ini dilengkapi dengan penerbitan-penerbitan pelengkap
untuk memudahkan menerapkan nomenclature tersebut, serta agar terdapat
keseragaman dalam melakukan interpretasi. Penerbitan-penerbitan pelengkap
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Catatan Penjelasan (Explanatory Notes the Nomenclature).
2. Index abjad (Alphabetical Index to the Nomenclature to the Explanatory
Notes).
3. A Compendium of Classification Opinions.
4. Classification of Chemicals in the Nomenclature.
1. Catatan Penjelasan
Catatan penjelasan ini adalah interpretasi resmi mengenai nomenclature
yang telah disetujui oleh C.C.C. dan merupakan hasil-hasil studi yang
dilakukan di Brussel semenjak tahun 1951. Catatan penjelasan ini
mengikuti urutan nomenclature dan membahas sampai di mana kah yang
dimaksudkan oleh tiap-tiap pos. Di dalam catatan penjelasan tersebut,
tercantum pula daftar barang-barang yang tercakup dalam pos
bersangkutan dan terdapat pula daftar barang-barang yang tidak tercakup
dalam pos tersebut. Catatan penjelasan ini memuat pula penjelasan
teknis dari barang-barang, seperti rupa, sifat barang tersebut dan cara
memproduksi, penggunaannya serta petunjuk-petunjuk praktis guna
mengenali barang-barang itu. Di dalam menyusun Catatan penjelasan ini
C.C.C telah menggunakan semua kepustakaan teknis yang tersedia, dan
untuk barang-barang yang khusus sekali sifatnya telah dimintakan
pertimbangan-pertimbangan kepada para ahli. Misalnya, dalam bab-bab
mengenai barang-barang kimia, hasil produksi besi dan baja serta tekstil,
2.10 Kepabeanan dan Cukai
banyak sekali terdapat data-data praktis yang jarang bisa didapat dalam
keadaan terkumpul di dalam satu dokumen, dalam bentuk yang amat
ringkas dan padat serta mudah pula bisa diperoleh. Di dalam melakukan
pengklasifikasian sering sekali perlu mengutip penjelasan dari catatan
penjelasan guna memastikan kebenaran interpretasi dari nomenclature
tersebut. Akan tetapi, catatan-catatan pada catatan penjelasan ini
hendaknya dibaca sesuai dengan catatan-catatan pada Bagian dan Bab
serta sesuai pula dengan ketentuan untuk menginterpretasi
Nomenclature. Catatan penjelasan ini secara teratur ditinjau kembali
untuk menjaga agar isinya sesuai dengan perkembangan teknologi.
2. Indeks Abjad
Untuk memudahkan pekerjaan menentukan tempat (lokasi) barang-
barang dalam nomenclature dan dalam catatan penjelasan maka CCC
menerbitkan “Indeks abjad” mengenai semua barang-barang yang
disebut dalam publikasi itu.
3. A Compendium of classification Opinions
A compendium of classification opinions yang disusun menurut urutan
Pos-pos dalam nomenclature (menurut abjad di dalam setiap pos itu) dan
sebuah indeks abjad mengenai “kata-kata kunci”, yang menguraikan
hasil pembahasan dari pendapat-pendapat tersebut. Pendapat-pendapat
tentang klasifikasi ini hanya tersedia bagi instansi-instansi pabean untuk
keperluan tugas mereka.
4. Classification of Chemicals
Ini memuat daftar barang-barang kimia yang disusun menurut abjad serta
penggolongannya dalam suatu pos.
subpos dalam bentuk sebuah kelompok yang terdiri dari tiga angka,
misalnya 84.03.100 adalah subpos pertama dari pos ke tiga dari Bab 84.
Jadi, apabila diimpor “baling-baling kapal” maka barang tersebut akan
tergolong seperti berikut.
1) Bagian XVI.
2) Pos (heading) 84.65.
3) Subpos 100.
4) Pos 84.65.100.
Nomor Tarif pos CCCN asli terdiri dari empat angka karena pada CCCN
asli tidak terdapat subpos. Nomor Tarif pos pada Buku Tarif Indonesia terdiri
dari tujuh angka karena ada subpos. Contoh penomoran lain, misalnya pos
84.14. Pos ini tidak dibagi lagi dalam subpos sehingga Tarif pos dari “dapur
api untuk industri bukan listrik” menjadi 84.14.000, jadi ditambah dengan
tiga angka nol, supaya jumlah angka Tarif pos tetap tujuh angka.
Tambahan zat lain pada produk dimaksud dalam pos, No. 09.04.
sampai dengan, pos No. 09.10 (atau campuran seperti yang
dimaksud dalam (a) atau (b) di atas) tidak mempengaruhi
penggolongannya, asalkan campuran hasilnya tetap mempunyai sifat
hakiki dari barang dimaksud dalam pos tersebut.
Jika tidak demikian halnya maka campuran semacam itu tidak
digolongkan dalam Bab ini; campuran yang terdiri dari berbagai
rempah-rempah atau campuran yang terdiri dari berbagai bumbu,
digolongkan dalam pos Nomor 21.04.
3) Catatan yang memuat petunjuk-petunjuk klasifikasi khusus untuk
bagian-bagian tertentu dari barang-barang, misalnya Catatan Nomor
2 dari Bab 92 yang berbunyi sebagai berikut: Bagian dari logam
tidak mulia yang merupakan bagian dari barang yang termasuk
dalam semua pos dari Bab ini harus digolongkan bersama-sama
dengan barang yang mempunyai bagian itu, kecuali bagian yang
disebutkan secara terpisah, dan gagang untuk perkakas tangan (pos
No. 84.48). Akan tetapi, bagian untuk pemakaian umum seperti
yang diuraikan dalam Catatan Nomor 2 pada Bagian XV tetap tidak
termasuk dalam bab ini. Pelat pemotong untuk alat pemangkas
rambut pakai listrik harus digolongkan dalam pos Nomor 82.13. dan
mata pisau serta kepala alat, cukur listrik harus digolongkan dalam
pos No. 82.11.
4) Ada beberapa catatan lagi yang dibuat untuk mencapai atau tata cara
klasifikasi tertentu, misalnya Catatan Nomor: 3 dari Bab 27 adalah
suatu contoh catatan yang memperluas ruang lingkup pengertian
suatu barang.
Ketentuan ini baru kita pergunakan apabila catatan resmi tidak mengatur
tentang klasifikasi barang tersebut sehingga sulit untuk menentukan masuk
ke dalam pos Tarif yang mana terhadap barang yang dimaksud.
Peraturan dan ketentuan untuk menginterpretasi Tarif bahwa judul dari
semua bagian-bagian Bab-bab dan anak-anak bab dimaksudkan hanya
untuk memudahkan penyebutan saja, dan tidak berkekuatan hukum dan
pengklasifikasian. Supaya pengklasifikasian itu mempunyai kekuatan
hukum maka harus ditetapkan menurut pengertian-pengertian yang ada
pada pos dan subpos dan catatan-catatan dari bagian-bagian atau bab-bab
yang berhubungan dengan pos-pos itu. Sepanjang pengertian pada pos dan
subpos serta catatan resmi tidak menentukan lain maka diterapkan
ketentuan-ketentuan untuk menginterpretasi tarif lainnya yang ada
hubungannya dan tepat untuk tujuan pengklasifikasian barang tersebut
dalam suatu pos dan atau subpos. Contoh ketentuan Nomor 1: Tarif Pos:
85.12.400 dan 85.25.10., yaitu Setrika Listrik dan Mesin potong Rumput.
Untuk kedua barang tersebut istilah-istilahnya jelas dan dengan tegas
disebutkan nama barangnya, oleh karena itu barang-barang tersebut atau
pos yang bersangkutan tidak perlu ditafsirkan lebih lanjut. Jadi pada waktu
kita mengklasifikasikan sesuatu barang, terlebih dahulu kita harus
memeriksa istilah-istilah pada pos-pos/subpos dan penjelasan pada Catatan
Bagian atau Catatan Bab yang ada hubungannya dengan pos/subpos itu.
(a) tersebut maka penyambung pipa yang belum diberikan ulir itu
digolongkan ke dalam pos penyambung pipa yang sudah jadi yaitu pos
73.20.110.
Contoh:
a. Diimpor Bagian-bagian Generator arus bolak-balik dengan berat 5 kg
atau kurang dalam keadaan terbongkar sama sekali.
b. Jika Bagian-bagian Generator tersebut dipasang maka akan merupakan
barang yang sudah lengkap atau rampung, tetapi diimpor dalam keadaan
tidak terpasang (terbongkar sama sekali).
c. Jadi, seluruh bagian Generator dalam keadaan lengkap/rampung, hanya
belum di pasang dan masih dalam keadaan terbongkar maka bagian-
bagian tersebut meskipun belum di pasang dan masih dalam keadaan
terbongkar, digolongkan sebagai Generator arus bolak-balik yang
beratnya 5 kg atau kurang Tarif Pos 85.02.131. Masalah ini akan
diuraikan lebih lanjut pada ketentuan No. 9(a) dan ketentuan No. 9(b).
(2b) penyebutan suatu bahan zat pada suatu pos, tidak berarti bahwa
bahan atau zat itu hanya dalam keadaan murni saja, melainkan berarti pula
bahan atau zat tersebut dalam keadaan bercampur dengan bahan atau dalam
keadaan kombinasi dengan bahan atau zat lainnya. Contohnya, Pos 09.03
yang tidak hanya mencakup bulu kuda dalam keadaan murni saja, tetapi juga
mencakup bulu kuda dalam bentuk sebuah lapis yang dipautkan atau dijahit
di tengah-tengah lapisan kain tekstil, kertas dan sebagainya. (Buku Kluwer
halaman XXIV b dan halaman 20 jilid I). Selanjutnya, Ketentuan No. 2(b)
menyebutkan “Demikian pula dengan penyebutan suatu barang, dari suatu
bahan atau zat tertentu pada suatu pos, harus pula dianggap sekaligus jika
barang itu terdiri seluruhnya atau sebagian dari bahan zat seperti itu”.
Contohnya, Pos 45.03 yang tidak hanya mencakup tutup botol yang dibuat
dari gabus alam saja, (seluruhnya terdiri dari gabus alam), tetapi juga
dimaksudkan jika tutup botol yang dibuat dari gabus alam (sebagian) itu
bercampur dengan bahan-bahan lain, misalnya dilengkapi dengan gelang, plat
atau kelengkapan lain yang sederhana dari besi, plastik dan sebagainya (Buku
Kluwer halaman XXIV b dan halaman 442 jilid 1). Campuran bahan-bahan
lain (besi, plastik) untuk melengkapi tutup botol dari gabus alam itu hanya
sekedar variasi saja, jadi tidak mengakibatkan pengaruh terhadap sifat hakiki
dari gabus alam sebagai tutup botol itu sehingga tutup, botol tersebut tidak
ADBI4235/MODUL 2 2.17
Gemuk babi, gemuk berminyak dan gemuk talk, minyak lemak babi,
minyak oles dan minyak talk, bukan emulsi atau campuran atau secara
apapun juga. Dengan demikian pos 15.03 tidak mencakup gemuk yang
bercampur sehingga ketentuan No. 2 (b) tidak dapat diterapkan di sini.
Lebih jauh Ketentuan 2 (b) menyebutkan sebagai berikut: Barang yang
terdiri dari lebih satu bahan atau zat sehingga dapat digolongkan dalam
dua pos atau lebih, harus diklasifikasikan menurut ketentuan no. 3 dari
ketentuan untuk menginterpretasikan Tarif.
sifat hakiki kepada barang tersebut, sepanjang penentuan sifat hakiki ini
dapat dilaksanakan.
Contoh: Pelampung berenang atau penyelamat yang terdiri dari tenunan
serat synthetis sedang di dalamnya diisi dengan balok spons plastik,
diklasifikasikan ke dalam pos 39.07 karena yang memberikan sifat
hakiki pada pelampung penyelamat ini adalah spons plastik karena
berfungsi utama yaitu dapat mengapungkan (Buku Kluwer halaman
XXV jilid I).
(3c) Apabila suatu barang tidak diklasifikasikan menurut ketentuan (3a) dan
(3b) maka barang itu digolongkan pos yang disebutkan terakhir dalam
Nomenclature di antara pos- pos yang dapat digolongkan barang
tersebut.
Contoh: Alat gosok dari spons plastik, (polyurethane) lembaran, tebalnya
2,50 cm. Permukaan spons plastik tersebut yang satu dengan memakai
perekat, dilekati dengan butir-butir gosok berupa pasir kwarts setebal 1
mm. Alat gosok dari spons plastik ini digunakan untuk membersihkan
panci atau alat-alat dapur yang lainnya. Kedua permukaan dari alat
gosok itu mempunyai fungsi yang sama pentingnya, baik permukaan
dengan butir pasir kwarts maupun permukaan yang tidak memakai butir-
butir gosok itu, keduanya dipakai untuk menggosok. Dalam hal ini, sulit
ditentukan permukaan yang mana yang memberikan sifat hakiki (yang
lebih penting) kepada penggosok itu. Butir-butir gosok yang dilekati di
atas spons plastik tergolong Tarif Pos 68.06.290 Bea Masuk 10%.
Kesimpulannya, sesuai Ketentuan (3c) maka alat gosok dari spons
plastik tersebut digolongkan pada pos 68.06.290 Bea Masuk 10%.
Penggolongan tersebut tanpa mengindahkan besar kecilnya tarif bea
masuk.
(3d) Ketentuan No. 3 (d) tergolong ketentuan tambahan karena terdapat tanda
bintang * dan berbunyi sebagai berikut:
Ketentuan 3(b) berlaku juga terhadap barang dalam perangkat/barang
stelan.
Istilah barang dalam perangkat/barang, stelan berarti barang yang terdiri
dari beberapa barang yang mempunyai kegunaan tersendiri atau
kegunaan pelengkap, digabungkan bersama-sama untuk memenuhi suatu
keperluan atau untuk melaksanakan suatu kegiatan tertentu dengan
syarat dibungkus untuk penjualan eceran (dalam kotak, peti atau krat).
ADBI4235/MODUL 2 2.19
3. Ketentuan Nomor 4
Ketentuan ini berbunyi sebagai berikut: Barang yang tidak termasuk
dalam pos untuk barang yang sifatnya paling serupa (atau tersebut
menunjukkan persamaan yang paling cocok/sesuai dengan barang yang
terdapat dalam pos tadi).
2.20 Kepabeanan dan Cukai
4. Ketentuan Nomor 5
Dalam hal ketentuan penggolongan barang ke dalam subpos maka
hendaknya mengikuti Ketentuan Nomor 1 sampai dengan Nomor 4 seperti
sudah dibicarakan.
5. Ketentuan Nomor 6
Setiap istilah yang dipakai dalam subpos harus diartikan sama dengan
istilah yang dipakai dalam pos yang memuat subpos itu.
6. Ketentuan Nomor 7
Dalam seluruh Nomenclature ini sebutan “di pak untuk penjualan
eceran” berarti bahwa barangnya sudah dimasukkan untuk dijual dalam
tempat simpan seberat 1200 gram atau kurang. Selanjutnya sebutan “bentuk
tablet” berarti barang itu dibuat dalam bentuk tablet, pil, cakram, batang, bola
atau bentuk lainnya. Bahwa berat barang tersebut dalam bentuk tablet (atau
jika barang itu terdiri dari beberapa bagian yang lebih kecil berat masing-
masing bagiannya) tidak boleh lebih dari 200 gram, sepanjang hal, ini tidak
diatur tersendiri. Untuk jelasnya perhatikan contoh berikut ini: TP 38.11.100
adalah: Kertas lalat dan kertas ngengat, bentuk tablet atau dalam bungkusan
untuk penjualan eceran. Untuk penerapan Tp 38.11.100, kita harus
ADBI4235/MODUL 2 2.21
berpedoman kepada Ketentuan Nomor 7. Obat anti ngengat ini baru boleh
kita golongkan pada Tarif Pos 38.11.100, apabila berat netto yang ada dalam
bungkusnya seluruhnya seberat 1200 gram atau kurang. Sedangkan jika obat
anti ngengat ini berbentuk tablet maka berat neto setiap tablet adalah 200
gram atau kurang, sepanjang hal ini tidak diatur tersendiri. Diatur tersendiri
di sini maksudnya pengertian “Siap untuk penjualan eceran” diatur atau
ditentukan sendiri oleh catatan bagian atau catatan bab yang memuat barang
tersebut misalnya untuk barang berupa benang dari serat buatan (tidak putus-
putus) belum disiapkan untuk penjualan eceran. Benang dari serat buatan
tersebut termasuk pada pos 51.01. Dalam catatan Bab 51 No 4, pengertian
“Siap untuk penjualan eceran” untuk barang tersebut telah diatur/ditentukan
sendiri dalam catatan No 4 Bab 51. Dengan demikian, untuk benang dari
serat buatan tersebut tidak dapat diterapkan ketentuan No. 7 untuk
menginterpretasi Tarif.
(10b): Berhubung dengan ketentuan dalam ayat (10a) sub (1) dan (2)
maka semua tempat simpan, pemegang, pembalut atau penunjang lain
daripada alat angkut (misalnya peti kemas), di luar dan dalam, terpal tutup
alat angkut bantuan lainnya dianggap sebagai bahan bungkus.
Perlu diberitahukan bahwa ketentuan untuk menginterpretasi Tarif dalam
buku Tarif Bea Masuk edisi 1980, terdiri dari berikut ini.
a. Ketentuan asli dari CCC. dan ketentuan tambahan Pemerintah Indonesia
cq Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Ketentuan untuk menginterpretasi
Tarif yang asli (dari CCC) adalah Ketentuan nomor: 1, 2, 3a, 3b, 3c, dan
4 (tanpa diberitahukan tanda bintang *). Ketentuan tambahan diberikan
tanda bintang * dan terdiri dari: Ketentuan nomor: 5, 6, 7, 8, 9, dan 10.
b. Ketentuan tambahan ini tidak ada penjelasannya pada Eksplanatorv
Notes to the CCCN (catatan penjelasan, jika terdapat perbedaan pendapat
dalam penafsirannya, yang berwenang memberikan putusannya adalah
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Contoh:
Hal yang perlu diperhatikan di dalam mengklasifikasikan suatu barang
ke dalam pos Tarif bea masuk pada buku CCCN tahun 1985 adalah sebagai
berikut.
ADBI4235/MODUL 2 2.27
Dalam BTBMI 2007 disebutkan jumlah tarif nol persen menurun, dari
2.451 menjadi 2.088. Pos atau 23,88%. Pos tarif sebesar 5% yakni 3.584 pos
tarif atau 40,99 persen total pos tarif 2007. Tarif tertinggi sebesar 150 persen,
yang turun dari 48 menjadi 45 pos tarif.
Departemen Keuangan telah memangkas 2.429 pos tarif bea masuk dari
11.173 pos tarif menjadi 8.744 pos, selain penggabungan, ada pula pos tarif
yang dihapuskan sehingga lebih sederhana.
LAT IH A N
1) Pendapat tersebut adalah benar, oleh karena buku tarif, bea masuk yang
dipergunakan sampai tahun 1995 merupakan perkembangan dari
Lampiran A juga. Jadi, dasar hukumnya adalah masih Pasal 1 Undang-
undang Tarif 1872.
2) Pendapat tersebut adalah salah. Justru ketentuan-ketentuan umum
tersebut mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dalam mencari
nomor tarif pos.
3) Pendapat tersebut adalah benar karena catatan yang terdapat di dalam
Bab pakaian memang menyatakan demikian, sedangkan catatan tersebut
juga mempunyai kekuatan hukum seperti halnya Ketentuan Umum
Menginterpretasi Tarif.
4) Pendapat tersebut adalah benar, yaitu berdasarkan aturan-aturan yang
tercantum di dalam Ketentuan Umum dalam Menginterpretasi Pos tarif.
R A NG KU M AN
Buku Tarif Bea masuk yang dipergunakan pada saat ini adalah buku
CCCN edisi tahun 1985. Bedanya dengan CCCN yang lalu (1980)
adalah buku yang sekarang ini telah disempurnakan, dan ada beberapa
tambahan subposnya. Selain itu, kolom-kolom penempatan bea-beanya
juga berubah. Kolom-kolom beanya yang baru adalah: Bea Masuk, Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Cara
pemungutan beanya di dalam buku CCCN 1985 adalah cara ad valorum
(bea harga) dan cara spesifik atau ad naturam (bea satuan/berat/ukuran
barang).Urutan-urutan dalam mencari pos tarif sesuatu barang adalah
sebagai berikut.
Langkah I Kenalilah jenis barangnya.
Langkah II Telitilah pada bidang jenis, yaitu buka daftar isi pada bab
84 sampai dengan 99.
ADBI4235/MODUL 2 2.31
TES F OR M AT IF 1
1) Selain ketentuan umum dalam buku CCC, yang perlu juga di dalam
menetapkan pos tarif adalah ….
A. jenis barang
B. bahan dari barang
C. catatan resmi pada bagian dan bab pada buku CCCN
D. cara membuat barang.
Pilihlah:
A. Jika (1) dan (2) benar.
B. Jika (1) dan (3) benar.
C. Jika (2) dan (3) benar.
D. Jika (1), (2), dan (3) benar.
ADBI4235/MODUL 2 2.33
4) Sistem penerapan tarif bea masuk berdasarkan buku tarif CCCN 1985
adalah ….
(1) sistem klasifikasi
(2) sistem Bea Harga (ad valorum)
(3) sistem Bea spesifik (ad naturam)
5) Bahasa resmi yang dipergunakan dalam teks asli buku CCCN di Brussels
adalah ….
(1) Bahasa Inggris
(2) Bahasa Perancis
(3) Bahasa Indonesia
Kegiatan Belajar 2
3. Harga Ekspor
Maksud dari harga ekspor adalah harga yang sebenarnya dibayar atau
akan dibayar untuk barang yang diekspor ke Daerah Pabean Indonesia.
Dalam hal diketahui adanya hubungan antara importir dan eksportir atau
pihak ketiga atau karena alasan tertentu harga ekspor diragukan
kebenarannya, harga ekspor ditetapkan berdasarkan harga dari barang impor
dimaksud yang dijual kembali untuk pertama kali kepada pembeli yang bebas
atau harga yang wajar, dalam hal tidak terdapat penjualan kembali kepada
pembeli yang bebas atau tidak dijual kembali dalam kondisi seperti pada
waktu diimpor.
4. Nilai Normal
Maksud dari nilai normal adalah harga yang sebenarnya dibayar atau
akan dibayar untuk barang sejenis dalam perdagangan pada umumnya di
pasar domestik negara pengekspor untuk tujuan konsumsi. Dalam hal tidak
terdapat barang sejenis yang dijual di pasar domestik negara pengekspor atau
volume penjualan di pasar domestik negara pengekspor relatif kecil sehingga
tidak dapat digunakan sebagai pembanding, nilai normal ditetapkan
berdasarkan harga tertinggi barang sejenis yang diekspor ke negara ketiga,
atau harga yang dibentuk dari penjualan biaya produksi, biaya administrasi,
biaya penjualan, dan laba yang wajar (construction value).
ADBI4235/MODUL 2 2.37
6. Barang Sejenis
Maksud dari barang sejenis adalah barang yang identik atau sama dalam
segala hal dengan barang impor dimaksud atau barang yang memiliki
karakteristik fisik, teknik atau kimiawi menyerupai barang impor dimaksud.
Bea Masuk Antidumping dikenakan terhadap barang impor setinggi-
tingginya sebesar selisih antara nilai normal dengan harga ekspor dari barang
tersebut. Selain itu, Bea Masuk Anti Dumping merupakan tambahan dari Bea
Masuk yang dipungut berdasarkan Pasal 12 ayat (1).
8. Penyelidikan
Sebelum pengenaan bea masuk anti dumping atau bea masuk imbalan
selalu harus didahului oleh proses, yaitu adanya impor dan biasanya dalam
jumlah besar, ditawarkan di pasar domestik dengan harga yang lebih rendah
dari harga normal, adanya ancaman yang serius atau prakiraan akan terjadi
hal-hal yang merugikan industri dalam negeri yang memproduksi barang
sejenis jika impor tersebut tidak dihentikan atau dikurangi. Sebelum
diputuskan apakah akan dikenakan bea masuk anti dumping atau bea masuk
imbalan, diadakan penyelidikan sebelumnya. Industri dalam negeri atau
asosiasi dapat mengajukan permohonan kepada Komite yang khusus
dibentuk untuk menangani hal ini. Permohonan harus memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan, dan
dalam waktu paling lama 30 hari setelah diterima permohonan, komite harus
memberi keputusan menolak atau menerima permohonan. Penolakan
penyelidikan oleh komite pada umumnya dikarenakan permohonan tidak
memenuhi persyaratan. Apabila komite mempertimbangkan sendiri perlu
mengadakan penyelidikan maka hal dilakukan tanpa perlu adanya
permohonan dari industri dalam negeri (Pasal 9). Keputusan komite untuk
memulai penyelidikan terlebih dahulu diumumkan dan diberitahukan kepada
pihak yang berkepentingan.
Lamanya penyelidikan paling lama 12 bulan sejak keputusan dimulainya
penyelidikan, dan dalam keadaan tertentu dapat diperpanjang sampai dengan
paling lama 18 bulan. (Pasal 18). Sebelum batas waktu tersebut berakhir
komite menyampaikan hasil akhir penyelidikan kepada Menteri Perindustrian
dan Perdagangan, mengumumkan dan memberitahukan kepada pihak yang
berkepentingan bahwa terbukti atau tidak terbukti adanya anti dumping atau
subsidi yang menyebabkan kerugian. Dalam hal terbukti, komite
menyampaikan besarnya marjin dumping dan atau subsidi neto kepada
Menteri dan mengusulkan pengenaan bea masuk anti dumping dan atau bea
masuk imbalan. Jika tidak terbukti, segera menghentikan penyelidikan dan
melaporkan Kepada Menteri.
ADBI4235/MODUL 2 2.39
9. Tindakan Sementara
Berhubung lamanya suatu penyelidikan berjalan (maksimal 12 bulan
yang dapat diperpanjang sampai dengan 18 bulan) jika cukup alasan untuk
menghindari kerugian yang lebih besar, atas dasar usulan dari komite,
Menteri Perdagangan dan Perindustrian dapat memutuskan nilai tertentu
untuk pengenaan. Tindakan Sementara atau Subsidi Neto Sementara.
Tindakan Sementara dapat berupa pembayaran bea masuk anti dumping
sementara atau bea masuk imbalan sementara atau berupa jaminan dalam
bentuk uang tunai, jaminan bank atau jaminan dari perusahaan asuransi
sebesar nilai tindakan sementara yang ditetapkan.
Pengenaan tindakan sementara ini dibatasi paling cepat setelah empat
bulan (Pasal 18 ayat (2)), dalam keadaan tertentu dapat menjadi enam bulan.
Dalam hal tertentu, atas barang impor dilakukan penetapan tarif dan nilai
pabean untuk pemberitahuan Bea Masuk setelah pemeriksaan fisik, tetapi
sebelum diserahkan Pemberitahuan Pabean, misalnya untuk barang
penumpang, pelintas batas, dan awal sarana pengangkutan.
Dalam rangka memberikan kepastian pelayanan kepada masyarakat, jika
Pemberitahuan Pabean sudah didaftarkan, penetapan besarnya bea masuk
oleh Pejabat Bea Cukai. Penetapan tersebut setelah dilakukan pemeriksaan
ulang terhadap Pemberitahuan Pabean tersebut. Hasil pemeriksaan ulang
tersebut dijadikan acuan dalam penetapan bea masuk.
Pada dasarnya penetapan Pejabat Bea dan Cukai sudah mengikat dan
dapat dilaksanakan. Akan tetapi, apabila hasil pemeriksaan ulang atas
Pemberitahuan Pabean atau dokumen Pelengkap Pabean menunjukkan
kekurangan atau kelebihan Bea Masuk, untuk mengamankan penerimaan
negara atau menjamin hak pengguna jasa, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
dapat membuat penetapan baru.
ditetapkan sekian rupiah tiap-tiap satuan dan dikenal juga sebagai tarif
Spesifik. Di dalam Bea Masuk juga ada tetapi beberapa jenis barang impor
tertentu misalnya tarif bea masuk gula. Tarif bea masuk pada umumnya
tersebut (….% NP) persentasenya dapat dilihat pada Harmonized System,
yaitu Buku Tarif Bea Masuk Internasional yang berlaku di beberapa negara
yang melakukan perdagangan internasional kecuali antar negara-negara
ASEAN yang berdasarkan Pasal 13 UU No. 17 Tahun 2006 menggunakan
tarif berdasarkan perjanjian. Tarif seperti ini disebut Tarif Preferensi
sehingga buku tarif bea masuk antarnegara-negara ASEAN tersebut
dinamakan Common Effective Preferential Tariff (CEPT). Selanjutnya, kita
mengenal juga tarif Betham, yaitu tarif yang dikenakan terhadap suatu nilai
Bea Masuk yang melebihi batas bebas. Penerapan tarif Bea Masuk seperti ini
terdapat pada impor barang penumpang, anak buah kapal atau barang kiriman
(pos paket). Misalnya, barang penumpang pada prinsipnya bebas Bea Masuk
jika nilainya tidak melebihi batas FOB US $ 1.000 per keluarga atau FOB US
$ 250 per orang atau FOB US $ 50 untuk anak buah kapal per orang dan
untuk barang kiriman (pos paket) per alamat.
Jika nilainya melebihi barulah dikenakan Bea Masuk secara ad valorum.
Selanjutnya dalam Pasal 23C UU No. 17 Tahun 2006 kita juga mengenal
tarif pembalasan (secara teoritis) walaupun pelaksanaannya belum pernah
karena hanya diperlakukan bagi barang-barang impor dari negara-negara
yang memberlakukan Indonesia seolah-olah sebagai musuhnya dengan tarif
yang sangat tinggi.
Contoh:
Seorang importir yang mempunyai API (Angka Pengenal Impor),
mengimpor barang dari Jepang dengan Nilai Pabean Rp100.000.000,00
dengan bea masuk 30%. Hitunglah berapa bea masuknya, PPN dan PPh
Pasal 22nya?
Cara penghitungan
Nilai Pabean…………………………………. Rp100.000.000,00
Bea Masuk 30% = 30% Rp100.000.000,00 Rp 30.000.000,00
Penjelasan:
1. Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) atas impor barang adalah 10% kali nilai impor, sedangkan nilai
impor = Nilai Pabean + Bea Masuk = Pungutan lainnya, yaitu cukai jika
ada.
2. Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan (PPh)
maka PPh atas impor, yaitu PPh Pasal 22 impor ada dua alternatif
a. Jika importir mempunyai API tarifnya adalah 2.5% Nilai Impor.
b. Jika importir tidak mempunyai API maka tarifnya adalah 7.5%
Nilai Impor.
3. Seandainya barang impor yang bersangkutan tergolong mewah maka
dikenakan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) berdasarkan UU
No. 18 Tahun 2000 dengan tarif yang beragam tergantung jenis
(golongan) barangnya.
4. Seandainya yang diimpor adalah Barang Kena Cukai (BKC) ada dua
alternatif, yaitu sebagai berikut.
a. Impor hasil tembakau (misalnya rokok) maka terkena BM + PPN +
PPh Pasal 22 + Cukai Tembakau.
b. Impor minuman keras maka dikenakan BM + PPN + PPnBM +PPh
Pasal 22 + Cukai alkohol.
Hal yang dipergunakan sebagai rumus Nilai Pabean yang ditetapkan oleh
Pemerintah adalah CIF dikalikan dengan Rp. Kurs
sedangkan CIF = FOB + Freight + Insurance atau
CFR + Insurance
FOB + Freight
Contoh:
Seorang importir tidak mempunyai API mengimpor minuman keras dari
Jepang senilai CIF US $ 10.000,- kurs US $ 1,-+ Rp9.000,00. Selain
2.46 Kepabeanan dan Cukai
Cara penghitungan:
Nilai Pabean = CIF Rp kurs = 10.000 Rp9.000,00 = Rp90.000.000,00
Bea Masuk 20%=20% RpNP = 20% Rp90.000.000,00 = Rp18.000.000,00
Cukai………………………………………………… = Rp1.000.000,00
Nilai Impor =Rp109.000.000,00
PPN = 10% Rp 109.000.000,- = Rp 10.900.000,00
PPnBM = 75% Rp109.000.000,- = Rp 81.750.000,00
PPh pasal 22 = 7.5% Rp109.000.000,- =Rp 8.175.000,00
Contoh:
Seorang importir tidak punya API mengimpor hasil tembakau (rokok)
dari Jepang senilai CIF US £ 10.000,- kurs US $ I,- = Rp9.000,00. Selain
dikenakan BM 15% juga dikenakan cukai Rp 500.000,00. Hitung berapa
pungutan-pungutan impor yang dikenakan!
Cara penghitungan:
Nilai Pabean = CIF Rpkurs = 10.000 Rp9.000,00 = Rp 90.000.000,00
Bea Masuk 15% RpNP = 15% Rp90.000.000,00 = Rp 13.500.000,00
Cukai………………………………………………… = Rp 500.000,00
Nilai Impor =Rp104.000.000,00
PPN 10% Rp104.000.000,00 =Rp 10.400.000,00
PPh pasal 22 = 7.5% Rp104.000.000,00 =Rp 7.800.000,00
Contoh:
1. Seperti soal No. 2a, tetapi harganya bukan CIF melainkan CFR US $
10.000,00 dan insurance US $ 50 maka dengan mudah kita tahu bahwa
harga CIF = USD 10.000 + US $ 50 = US $ 10.050,00 seterusnya sama,
yaitu dihitung Nilai Pabeannya, Bea Masuk, dan seterusnya.
2. Tetapi jika diketahui hanya FOBnya saja tanpa Insurance maka kita
harus menjabarkan ke dalam CIF dengan menggunakan rumus sebagai
berikut.
a. jika barang berasal dari:
1) Amerika, Afrika dan Eropa maka Freightnya dihitung 15%
FOB.
ADBI4235/MODUL 2 2.47
Insurance dihitung 0,5% CFR dan berlaku sama semua negara, kecuali
jika asuransi ditutup di Indonesia maka Insurance = 0,5% CFR sehingga
contohnya menjadi sebagai berikut:
Seorang importir dengan API mengimpor barang dari Jepang senilai
FOB US $ 10.000,- kurs US $ 1,- = Rp9.000,00 Bea Masuk 30% Berapakah
PPN dan PPh Pasal 22?
Cara menghitung:
Harga FOB ……………………………………….. = USD 10.000,-
Freight Jepang = 10% FOB = USD 1.000,-
Ketentuan pembulatan:
Untuk semua jumlah dalam rupiah selalu dibulatkan ke bawah jika ada
angka di belakang koma, dibulatkan, menjadi rupiah penuh berapa pun
besarnya. Dalam contoh tersebut maka Rp3.233.587,50 dibulatkan menjadi
Rp3.233.587,00. Akan tetapi, untuk mata uang asing (valuta asing = valas),
angka di belakang koma tidak dibulatkan sampai digit ke 4, dan digit ke 5
dihilangkan.
2.48 Kepabeanan dan Cukai
LAT IH A N
R A NG KU M AN
dan nilai pabean yang ada atau yang sebenarnya sehingga dapat
mengakibatkan:
1. bea masuk kurang dibayar dalam hal tarif dan atau nilai pabean yang
ditetapkan lebih tinggi;
2. bea masuk lebih bayar dalam hal tarif dan atau nilai pabean yang
ditetapkan lebih rendah.
TES F OR M AT IF 2
1) Suatu daftar barang yang dibuat secara sistematis dengan tujuan untuk
mempermudah penerapan tarif disebut ….
A. sistem penggolongan
B. sistem klasifikasi
C. daftar barang
D. data klasifikasi
2) Bea Masuk kurang bayar dalam hal tarif dan nilai pabean ditetapkan ….
A. lebih rendah
B. sama
C. sebanding
D. lebih tinggi
3) Harga sebenarnya yang dibayar atau akan dibayar untuk barang yang
akan di ekspor ke Daerah Pabean Indonesia disebut ….
A. harga ekspor
B. nilai normal
C. harga impor
D. nilai sejenis
2.50 Kepabeanan dan Cukai
4) Inti dari politik dumping adalah harga ekspor yang jauh lebih rendah dari
pada Nilai Normalnya atau disebut dengan ….
A. harga banting
B. harga ekspor
C. harga nominal
D. harga impor
Kegiatan Belajar 3
Cukai dikenakan terhadap Barang Kena Cukai yang terdiri dari berikut
ini.
1. Etil alkohol atau etanol, dengan tidak mengindahkan bahan yang
digunakan dan proses pembuatannya.
2. Minuman yang mengandung etil alkohol dalam kadar berapa pun,
dengan tidak mengindahkan bahkan yang digunakan dan proses
pembuatannya, termasuk konsentrat yang mengandung etil alkohol.
2.52 Kepabeanan dan Cukai
1. Pembebasan Cukai
Pembebasan Cukai dapat diberikan atas Barang Kena Cukai (BKC),
yaitu sebagai berikut.
a. Hal yang digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam
pembuatan barang hasil akhir yang bukan merupakan BKC.
b. Fasilitas Pembebasan Cukai berdasarkan ketentuan ini dimaksud untuk
mendukung pertumbuhan atau berkembang industri yang menggunakan
BKC sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan barang
hasil akhir yang bukan merupakan BKC baik untuk tujuan ekspor
maupun untuk pemasaran dalam negeri, seperti etil alkohol yang
digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan
etil alkohol, asam asetat, obat-obatan.
c. Untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
d. Untuk keperluan perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang
bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik.
e. Untuk keperluan tenaga ahli bangsa asing yang bertugas pada badan atau
organisasi badan internasional di Indonesia.
f. Hal yang dibawa oleh penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas
batas atau kiriman dari luar negeri dalam jumlah yang ditentukan.
g. Hal yang digunakan untuk tujuan sosial.
h. Hal yang dimasukkan ke dalam Tempat Penimbunan Berikat.
Pembebasan cukai dapat juga diberikan atas BKC tertentu, yaitu sebagai
berikut.
1. Etil alkohol yang dirusak sehingga tidak baik untuk diminum
2. Minuman yang mengandung etil alkohol dan hasil tembakau, yang
dikonsumsi oleh penumpang dan awak sarana pengangkut yang
berangkat langsung keluar Daerah Pabean.
Telah disebutkan bahwa BKC impor merupakan bagian dari objek bea
masuk maka jika ada importir yang mengimpor minuman keras atau hasil
tembakau juga harus dikenakan Bea Masuk dan pajak-pajak impor lainnya
ditambah cukai.
3. Tarif Cukai
BKC hasil tembakau yang dibuat di Indonesia dikenai Cukai berdasarkan
tarif setinggi-tingginya, yaitu sebagai berikut.
a. 275% dari Harga Dasar apabila Harga Dasar yang digunakan adalah
Harga Jual Pabrik.
b. 57% dari Harga Dasar apabila Harga dasar yang digunakan adalah Harga
Jual Eceran.
Tarif cukai di atas dapat diubah dari persentase harga dasar menjadi
jumlah dalam rupiah untuk setiap satuan BKC atau sebaliknya atau
penggabungan dari keduanya. Ketentuan-ketentuan tentang besarnya tarif
cukai untuk setiap jenis BKC serta perubahan tarif cukai diatur lebih lanjut
oleh Menteri Keuangan.
4. Harga Dasar
Harga Dasar yang dipergunakan untuk perhitungan cukai atas BKC yang
dibuat di Indonesia adalah Harga Jual Pabrik atau Harga Jual Eceran
Harga Dasar yang digunakan untuk perhitungan cukai atas BKC yang
diimpor adalah Nilai Pabean ditambah Bea Masuk atau Harga Jual Eceran
Kesimpulan:
Dengan demikian, tarif maksimum 275% dari Harga Jual Pabrik
Equivalent dengan 57% dari Harga Jual Eceran.
2.58 Kepabeanan dan Cukai
Keterangan:
* Laba Penyalur tersebut Relatif: Kalau 15% dari HE maka PPN nya 7,7%
karena PPN tersebut sudah termasuk di dalam HE maka jika: Laba
Penyalur sebesar 10% dari HE berarti PPN nya 8,2%
Included, artinya HE = Cost Price + Laba Penyalur + Cukai + PPN 10%
** Cukai Alkohol berdasarkan Tarif Spesifik yaitu Rp2.500,00 per liter
- Konsentrat yang mengandung etil alkohol ( DN atau LN) cukainya
Rp25.000,00 per liter
- Minuman yang mengandung etil alkohol (DN atau LN) sebagai
berikut:
HJE Kadar Tarif Cukai per liter
s/dRp 4.000,00 s/d 2% Rp 500,00
> Rp 4.000,00 - Rp10.000,00 > 2 – 7% Rp 750,00
> Rp 10.000,00 - Rp60.000,00 > 7–20% Rp 1.500,00
> Rp 60.000,00 - Rp200.000,00 > 20–45% Rp10.000,00
> Rp200.000,00 > 45% Rp50.000,00
1. Nilai Tarif Cukai dan Batasan Harga Jual Eceran Hasil Tembakau
Buatan Dalam Negeri
2. Batasan Harga Jual Eceran dan Tarif Cukai Hasil Tembakau yang di
Impor
Jenis Hasil
Nomor Tarif Cukai
Tembakau
1 SKM Rp. 7
2 SPM Rp. 7
3 SKT Rp. 7
2.60 Kepabeanan dan Cukai
4. Tarif Cukai Spesifik Per Batang Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri
Dalam hal pelunasan cukai dengan cara pelekatan pita cukai, cukai
dianggap tidak dilunasi apabila pelekatan pita cukai tidak dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan undang-undang.
Pengusaha Pabrik atau importir yang melunasi cukainya dengan cara
pelekatan pita cukai, dapat diberi penundaan bayaran cukai atas pemesanan
pita cukai selama-lamanya 3 bulan sejak dilakukan pemesanan pita cukai.
Pengusaha Pabrik atau importir yang melunasi cukainya dengan cara
pelekatan pita cukai yang tidak dilunasi utang cukai sampai dengan jangka
waktu penundaan berakhir, selain harus melunasi utang cukai dimaksud juga
dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar sepuluh persen tiap
bulan dari nilai cukai yang harus dibayar.
2. Penagihan
Penagihan Cukai dapat dilakukan terhadap:
a. utang cukai yang tidak dilunasi pada waktunya;
b. kekurangan cukai karena kesalahan perhitungan dalam dokumen
pemberitahuan atau pemesanan pita cukai;
c. denda administrasi.
3. Pengembalian
Pengembalian cukai yang belum dibayar diberikan dalam hal berikut ini.
a. Terdapat kelebihan pembayaran karena kesalahan perhitungan.
b. BKC di ekspor.
c. BKC diolah kembali di pabrik atau dimusnahkan.
d. BKC mendapat pembebasan.
e. Pita cukai yang dikembalikan karena rusak atau tidak dipakai.
f. Terdapat kelebihan pembayaran sebagai akibat putusan pengadilan
pajak.
4. Kedaluwarsa
Hak menagih utang berdasarkan undang-undang ini menjadi
kedaluwarsa setelah sepuluh tahun sejak timbulnya kewajiban membayar.
Masa kedaluwarsa tidak dapat diperhitungkan bila ada pengakuan utang.
5. Perizinan
Untuk menjalankan usaha sebagai:
a. Pengusaha Pabrik; atau
b. Pengusaha Tempat Penyimpanan; atau
2.64 Kepabeanan dan Cukai
c. Importir BKC;
d. Penyalur;
e. Pengusaha tempat penjualan eceran, wajib memiliki izin berupa Nomor
Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai dari Menteri.
Dalam hal izin dicabut, terhadap BKC yang belum dilunasi cukainya
yang masih berada di dalam pabrik atau Tempat Penyimpanan harus dilunasi
cukainya dan dikeluarkan dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan dalam
waktu tiga puluh hari sejak diterimanya surat keputusan pencabutan izin.
Keputusan sebagaimana dimaksud tidak berlaku untuk pengusaha Tempat
Penjualan Eceran BKC tertentu.
Perlu untuk diketahui bahwa apabila izin tidak dimiliki yang digunakan
untuk menjalankan usaha Pabrik, Tempat Penyimpanan, Tempat Penjualan
Eceran BKC tertentu, atau mengimpor BKC yang pelunasan cukainya dengan
cara pelekatan pita cukai, dikenai sanksi administrasi berupa denda setinggi-
tingginya Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
ADBI4235/MODUL 2 2.65
6. Menyelenggarakan Pembukuan
Pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, importir BKC atau
penyalur yang memiliki izin wajib menyelenggarakan pembukuan apabila
tidak menyelenggarakan pembukuan dikenai sanksi administrasi berupa
denda sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
7. Pencatatan
Pengusaha Pabrik wajib:
a. Mencatat dalam buku Persediaan mengenai BKC yang dibuat di Pabrik,
dimasukkan ke Pabrik atau dikeluarkan dari Pabrik.
b. Memberitahukan secara berkala kepada Kepala Kantor tentang BKC
yang selesai dibuat.
7. Pencacahan
BKC tertentu yang ada dalam Pabrik atau Tempat Penyimpanan setiap
waktu dapat dicacah oleh Pejabat Bea dan Cukai. Oleh karena itu, Pengusaha
Pabrik dan Tempat Penyimpanan wajib menunjukkan BKC yang ada di
dalam tempat yang dimaksud serta menyediakan tenaga dan peralatan untuk
keperluan pencacahan.
Apabila kedapatan jumlah hasil pencacahan lebih kecil dari pada jumlah
yang tercantum dalam Buku Rekening BKC, kepada Pengusaha Pabrik atau
Pengusaha Tempat Penyimpanan diberikan potongan setinggi-tingginya
sepuluh persen dari jumlah BKC yang dihasilkan atau dimasukkan sejak
Pencacahan terakhir.
Potongan sebagaimana dimaksud dikurangkan dari selisih antara hasil
pencacahan dengan Buku Rekening BKC dan sisanya merupakan kekurangan
yang cukainya harus dilunasi oleh Pengusaha Pabrik atau Pengusaha Tempat
Penyimpanan dalam waktu tiga puluh hari setelah tanggal penutupan Buku
Rekening BKC.
Mengenai potongan tidak diberikan apabila jumlah hasil pencacahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 kedapatan sama atau lebih besar dari
pada jumlah persediaan yang tercantum dalam Buku Rekening BKC.
Ketentuan BKC sebagaimana dimaksud diberi kelonggaran yang
besarnya tidak melebihi tiga kali jumlah potongan. Kelebihan BKC akan
diberikan kelonggaran yang besarnya tidak melebihi satu persen dari BKC
yang seharusnya ada menurut Buku Rekening BKC.
Pengusaha Pabrik atau Pengusaha Tempat Penyimpanan yang di dalam
Pabrik atau Tempat Penyimpanannya kedapatan kekurangan atau kelebihan
BKC yang melebihi kelonggaran dikenai sanksi administrasi berupa denda
paling banyak 10 kali nilai cukai dan paling sedikit 2 kali nilai cukai dari
BKC yang kedapatan kurang atau lebih.
8. Penimbunan
BKC yang belum dilunasi cukainya dapat ditimbun dalam Tempat
Penimbunan Sementara atau Tempat Penimbunan Berikat sebagaimana diatur
dalam Undang-undang tentang Kepabeanan. Sedangkan BKC yang belum
ADBI4235/MODUL 2 2.67
dilunasi cukainya yang dipergunakan bahan baku atau bahan penolong dapat
ditimbun dalam pabrik.
11. Larangan
Di dalam Pabrik dilarang menghasilkan barang selain BKC yang
ditetapkan dalam surat izin yang bersangkutan. Larangan tidak berlaku
terhadap berikut ini.
a. Pabrik etil alkohol yang memproduksi secara terpadu barang lain yang
bukan merupakan BKC dengan menggunakan etil alkohol sebagai bahan
baku atau bahan penolong.
b. Pabrik BKC selain etil alkohol yang menghasilkan barang lainnya yang
bukan BKC, sepanjang di dalam pabrik tersebut dilakukan pemisahan
secara fisik antara BKC dan Bukan BKC, baik dalam produksinya
maupun tempat penimbunan bahan baku atau bahan penolong dan misi
produksi akhirnya.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
Kegiatan Belajar 4
A. LANDASAN TEORI
1. Teori Klasik
2. Teori Modern
impor diberikan pula kepada produk impor dari mitra dagang negara
anggota lainnya.
2. Perlakuan Nasional (National Treatment), negara anggota diwajibkan
untuk memberikan perlakuan sama atas barang-barang impor dan lokal
paling tidak setelah barang impor memasuki pasar domestik.
1. ASEAN
ASEAN merupakan singkatan dari “Association of Southeast Asian
Nation” atau Persatuan Negara-negara Asia Tenggara yang memiliki
sejumlah penduduk sekitar 532 juta orang, dengan tingkat rata-rata
pertumbuhan ekonomi negara anggotanya di atas 4 persen dan ongkos tenaga
kerja yang jauh lebih murah, diperkirakan akan menjadi salah satu mesin
penggerak ekonomi dunia di masa depan, bahkan pada tahun 2050
diramalkan sebagai pusat keseimbangan ekonomi dunia akan bergerak ke
Asia Pasifik dan ASEAN ditengarai akan menjadi eksportir terbesar di dunia.
Dalam era globalisasi di mana integrasi regional merupakan keharusan,
semakin memperkuat keyakinan betapa pentingnya kerja sama multilateral
untuk menyelesaikan permasalahan yang skalanya sudah melampaui batas-
batas negara dan betapa mendesaknya kehadiran organisasi kawasan yang
solid dan memiliki sikap bersama yang kukuh.
Negara-negara anggota Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara
(ASEAN) sepakat untuk membentuk penyatuan ekonomi bersama pada tahun
2015 mendatang, lima tahun lebih cepat dari yang direncanakan. Bersamaan
dengan semakin terintegrasinya komunitas ASEAN ke dalam perekonomian
global maka perlu memonitor perkembangan di berbagai kelompok kawasan
lainnya dan berbagai inisiatif yang dilakukan oleh mitra-mitra dagang
ASEAN yang masuk ke dalam berbagai bentuk kesepakatan perdagangan
bebas dengan negara-negara lain.
ADBI4235/MODUL 2 2.79
2. Uni Eropa
Pilar pertama Uni Eropa, antara lain kesatuan bea cukai, kebijakan
struktural, kebijakan perdagangan, pendidikan dan kebudayaan, perlindungan
konsumen, kesehatan, lingkungan hidup, kebijakan sosial, suaka dan
imigrasi.
Pilar kedua, antara lain kebijakan luar negeri, menjaga perdamaian, hak
asasi manusia, perlucutan senjata, aspek finansial dari pertahanan, kerangka
kerja keamanan Eropa untuk jangka panjang.
Pilar ketiga, antara lain kerja sama antarotoritas peradilan, kerja sama
kepolisian, pemberantasan terhadap narkoba, perdagangan senjata,
xenophobia, terorisme, dan perdagangan manusia.
Pasar tunggal Eropa yang terdiri dari 25 negara dan merupakan yang
terbesar di dunia (dengan jumlah penduduk sekitar 500 juta dan setara
dengan 27 persen PDB dunia) adalah alat tawar yang sangat efektif dan bisa
menjadi alat penekan yang ampuh bila terjadi disharmonisasi dengan pihak
lain.
Uni Eropa dicanangkan menjadi kekuatan perdagangan terbesar dan
paling kompetitif di dunia selambat-lambatnya tahun 2025 (awalnya
dicanangkan tahun 2010) tentu dengan menumbangkan dominasi AS.
3. Cina
Diana Farrell, Taruna Khanna, Jayant Sinha, dan Jonathan R. Woerzel
dalam ulasan “China and India: The Race to Growth“ (Mckinsey Quarterly,
2004) menunjukkan trend yang dianut kedua negara yang secara geografis
dan demografis raksasa dalam memasuki masa depan, keduanya mengatur
alur yang berbeda dalam mencapai kemakmuran, namun keduanya berpacu
dalam mengisi abad ke-21.
Para pembuat kebijakan, pengamat, dan kebanyakan pelaku bisnis
internasional lebih melihat ke hina sebagai model peranan dalam
pembangunan ekonomi, kagum atas kemajuan yang spektakuler. Kekuatan
ekonomi Cina kini kian menggurita dan semakin menancapkan kukunya di
negara-negara berkembang, tidak hanya negara berkembang di kawasan,
tetapi juga sudah mulai melirik mitranya dari Afrika, kawasan yang selama
ini tersisih dalam percaturan kerja sama formal internasional. Bagaimanapun
dengan sistem politik komunis, dengan luas wilayah 3.287.590 km2, Cina
dengan skala ekonomi jumlah penduduk yang besar total populasi tahun 2005
sebesar 1,3 miliar merupakan negara berpopulasi nomor satu terpadat di
2.80 Kepabeanan dan Cukai
dunia, 7% dari ekspor dunia dengan nilai ekspor 752,5 miliar, impor 631,8
miliar dan diproyeksikan pada tahun 2035 menjadi 1,4 miliar, pertumbuhan
yang cepat, serta rencana untuk menggenjot tingkat konsumsi domestik bisa
jadi pasar untuk masuknya produk ekspor dari negara-negara ASEAN posisi
Cina kian menguat di mata ASEAN.
Keberhasilan Cina mengembangkan kawasan ekonomi khusus,
mempunyai target kekhususan, kebijakan yang dilakukan Cina untuk
meningkatkan ekonomi terutama kawasan ekonomi khususnya sehingga
berhasil. Pertama, institusi di Cina kuat, pendelegasian yang tegas bagi
provinsi dalam mengatur kebijakan KEK dengan otonomi khusus, Gubernur
dan pejabat yang memimpin bekerja sebagai mitra, misalnya perjanjian
investasi, baik asing maupun domestik. Kedua, kebijakan berfokus pada
pengembangan kemandirian ekonomi di kawasan ekonomi khusus, yaitu
menarik investasi yang diiringi dengan transfer teknologi. Ketiga, segala
macam aturan dibuat langsung oleh Gubernur provinsi, tanpa birokrasi yang
berbelit. Keempat, insfrastruktur di kawasan ekonomi khusus memadai antara
lain infrastruktur transportasi mencukupi, dekat dengan pelabuhan udara dan
laut, energi listrik memadai dengan tarif yang murah. Kelima, kawasan
ekonomi khusus di Cina memberikan insentif menggiurkan bagi para investor
yaitu pengurangan corporate tax sebesar 14%.
4. India
India, dengan sistem politik republik Federal, dengan skala ekonomi
jumlah penduduk yang besar total populasi tahun 2005 sebesar 1,1 miliar
menjadi negara berpopulasi kedua terdapat di dunia, dengan nilai ekspor
76,23 miliar menjadikan India 1% dari ekspor dunia dan diproyeksikan pada
tahun 2035 menjadi 1,5 miliar.
Walaupun India mulai transformasi ekonomi satu dasawarsa setelah
Cina, namun jangan lupa bahwa untuk sumber daya manusia manajerial dan
teknologinya lebih unggul daripada Cina.
India yang tidak mengalami campur tangan pemerintahannya dalam
bisnis, ternyata melaju dalam bisnis taraf internasionalnya, yaitu industri
berbasis pengetahuan seperti piranti lunak, jasa teknologi informasi, dan
farmasi.
Cina dan India, dua raksasa secara geografis dan demografis makin
menunjukkan kapasitas dan kompetensinya sebagai dua pemain dalam
percaturan perdagangan internasional. Cina dan India merupakan negara
ADBI4235/MODUL 2 2.81
5. Amerika Serikat
Proyeksi ekonomi global menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS pada
tahun 2007 akan suram, kekhawatiran resesi bahkan diungkapkan para
ekonomi Goldman Sach Group Ins. dan Allian CeBernstein Holding LP di
New York belum lama ini.
Amerika Serikat lebih cerdik melihat peluang lain, di samping hanya
menekankan kepentingan ekonominya, kebutuhan akan pendidikan layak dan
upaya memerangi kemiskinan yang diperjuangkan negara kawasan itu
menjadi target AS untuk masuk ke ASEAN dengan cara damai. Amerika
Serikat memang terus menuntut negara-negara di kawasan ASEAN termasuk
Indonesia untuk mereformasi di segala bidang. Liberalisasi adalah kata lain
bagi iklim kondusif buat para pebisnis AS untuk bisa menikmati
pertumbuhan di kawasan-kawasan yang mereka inginkan.
6. Indonesia
Indonesia dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin
marak harus lebih lincah mencari peluang agar para investor tetap tertarik
menanamkan uangnya dengan menyediakan dan memberikan berbagai
kemudahan investasinya.
Salah satu tekanan internal yang merusak kedaulatan ekonomi Indonesia
berasal dari perilaku sejumlah elit politik dan elit pemerintahan dalam bentuk
ikut serta dalam kegiatan usaha atau kongsi bisnis antara penguasa dan
pengusaha (pemodal besar). Kondisi ini menyebabkan kebijakan ekonomi
bias kepada kepentingan pemodal besar sehingga meninggalkan kepentingan
rakyat, berbagai praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme yang merebak di
Indonesia, akhirnya hanya menguntungkan pemodal, baik itu pengusaha
besar maupun kreditor asing. Tekanan internal lainnya akibat kebijakan
2.82 Kepabeanan dan Cukai
Ditjen Bea dan Cukai, serta Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3)
oleh Ditjen Pajak.
Dengan MPN para pembayar pajak dan bukan pajak melalui berbagai
fasilitas seperti e-banking atau internet banking yang praktis dapat dilakukan
selama 24 jam, dengan melakukan transaksi cukup diinput satu kali
tujuannya meningkatkan akuntabilitas laporan keuangan pemerintah pusat,
khususnya di sisi penerimaan dan untuk meningkatkan pelayanan dan
meningkatkan validitas transaksi penerimaan negara. Sumber data yang
digunakan oleh semua instansi yang terkait dengan penerimaan berasal dari
satu tempat sehingga dapat dihindari ketidaksamaan data penerimaan,
diterapkan secara penuh mulai 2 Januari 2007.
Penerapan modul juga memberikan kepastian dan peningkatan efisiensi
dalam pengelolaan penerimaan negara sehingga modul ini validitas setoran
pajak dan bukan pajak dapat dijamin dengan adanya Nomor Transaksi
Penerimaan Negara (NTPN) sesuai dengan jenis setoran yang dilakukan.
Selain memberikan kemudahan dan kepastian penggunaan modul ini akan
mendukung peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan
keuangan negara. Realisasi penerimaan negara dapat dimonitor secara real
time sehingga memungkinkan pemerintah dan publik memperoleh informasi
secara cepat dan akurat mengenai perkembangan realisasi penerimaan
negara.
Target pertumbuhan ekonomi tiap tahun yang ingin dicapai berarti
investasi harus masuk dan itu hanya terjadi kalau dunia usaha mempunyai
iklim yang kondusif, minimal ada empat perangkat yang harus dibenahi,
yaitu undang-undang yang siap yaitu pajak, Bea dan Cukai, investasi, dan
tenaga kerja. Perlunya peraturan pemerintah yang mengatur tentang insentif
pajak di sektor dan daerah tertentu, dengan insentif maka dunia usaha dapat
digerakkan.
Saat ini instrumen pajak seharusnya digunakan untuk merangsang pajak
dunia investasi, mendukung investasi dengan tidak mempersulit melalui
ketentuan-ketentuan perpajakan. Peraturan perpajakan seharusnya bersifat
business friendly, sebaik mungkin membuat peraturan yang mendukung sisi
bisnis.
Indonesia dapat turut bangga melihat negara-negara Asia lainnya sudah
mencapai kemajuan ekonomi, dapat bersaing di pasaran dunia, persoalannya
kapan Indonesia dapat berperan sebagai pemain dalam perdagangan
internasionalnya.
2.84 Kepabeanan dan Cukai
LAT IH A N
masa tugas tiga tahun membentuk unit kerja presiden untuk pengelolaan
program reformasi (UKP3R). Jelaskan tugas UKP3R!
3) Berkaitan dengan pengguna jasa kepabeanan dan cukai perlu
diperhatikan keluhan-keluhan dengan menyediakan sarana pengaduan
dan petugas yang khusus menangani dan menindaklanjuti pengaduan
dengan ketentuan yang berlaku. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan
untuk pengelolaannya?
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 4
Pilihlah:
A. Jika (1) dan (2) benar.
B. Jika (1) dan (3) benar.
C. Jika (2) dan (3) benar.
D. Jika (1), (2), dan (3) benar.
Tes Formatif 1
1) B. Cara pemungutan bea di dalam buku CCCN 1985 adalah cara ad
valorum (bea harga) dan cara spesifik atau ad naturam (bea
satuan/berat/ukuran barang).
2) A. Asas objektivitas yang dalam penerapannya menjamin keseragaman
klasifikasi secara internasional untuk penetapan tarif yang digunakan
oleh negara-negara yang bersangkutan.
3) A. Catatan-catatan yang diberi tanda „*‟ adalah catatan-catatan
tambahan pada Buku Tarif Bea Masuk. Jadi catatan-catatan
demikian merupakan catatan dari CCCN asli.
4) B. Sistem klasifikasi, dan sistem Bea Harga (ad valorum)
5) B. Bahasa Inggris dan bahasa Perancis.
Tes Formatif 2
1) B. Sistem klasifikasi barang adalah suatu daftar penggolongan barang
yang dibuat secara sistematis dengan tujuan untuk mempermudah
penerapan tarif transaksi perdagangan, pengangkutan, statistik,
sistem klasifikasi barang dikenal dengan sistem The Harmonized
commodity description and coding system (HS).
2) D. Lebih tinggi
3) A. Harga ekspor adalah harga yang sebenarnya dibayar atau akan
dibayar untuk barang yang diekspor ke Daerah Pabean Indonesia.
4) A. Inti dari politik dumping adalah harga ekspor yang jauh lebih rendah
daripada Nilai Normalnya = harga banting.
5) B. Nilai Pabean =Rp100.000.000,00
Bea Masuk 35%(0.35 Rp100.000.000,00) =Rp 35.000.000,00
Nilai Impor =Rp135.000.000,00
PPH 22, API 2.5% (0.25 Rp135.000.000,00) =Rp 3..75.000,00
Tes Formatif 3
1) B. Tidak dikenakan cukai salah satunya adalah tembakau iris, yaitu
tembakau yang dibuat dari tembakau hasil tanaman di Indonesia
yang tidak dikemas untuk penjualan atau dikemas untuk penjualan
eceran dengan bahan pengemas tradisional yang lazim
2.94 Kepabeanan dan Cukai
Tes Formatif 4
1) A. Strategi tiga jalur adalah multilateral, regional, dan bilateral
2) C. Teori perdagangan internasional dapat digolongkan dalam dua
kelompok, yakni teori klasik dan teori modern (Nopirin, 1995).
3) D. Teori Absolut, Teori Modern, dan Teori Klasik
4) A. Pajak, bea, dan cukai, serta investasi dan tenaga kerja
5) D. Dalam penerimaan keuangan menerapkan modul penerimaan negara
prima (MPN) merupakan suatu paket untuk memberikan kemudahan
dalam melakukan pelaporan atau pembayaran perpajakan. Ketiga
model itu adalah sistem penerimaan untuk pembuatan laporan ke
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Electronic Data
Interchange (EDI) oleh ditjen Bea dan Cukai, serta Monitoring
Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) oleh ditjen Pajak.
Modul 3
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
A. CUSTOMS FORMALITY
3. Pemberitahuan Pabean
Maksud dari pemberitahuan pabean adalah pernyataan berupa tulisan di
atas formulir, disket maupun imbangan langsung antara komputer tanpa
menggunakan kertas. Adapun contoh-contoh pemberitahuan pabean adalah
pemberitahuan:
a. kedatangan sarana pengangkut;
b. impor untuk dipakai;
c. impor sementara;
d. pemindahan barang dari kawasan pabean ke Tempat Penimbunan
Berikat (TPB);
ADBI4235/MODUL 3 3.5
Maksud dari “buku catatan pabean” adalah buku daftar atau formulir
yang digunakan untuk mencatat Pemberitahuan Pabean dan kegiatan Pabean
berdasarkan undang-undang ini.
Buku catatan pabean antara lain adalah daftar untuk mencatat:
a. pemberitahuan kedatangan sarana pengangkut;
b. pemberitahuan impor untuk dipakai;
c. pemberitahuan ekspor barang;
d. barang yang dianggap tidak dikuasai;
e. barang yang akan dilelang.
B. CUSTOMS FACILITY
huruf b). Barang-barang yang dimaksud meliputi barang milik atau untuk
keperluan badan internasional yang diakui dan terdaftar pada Pemerintah
Indonesia, termasuk para pejabatnya yang ditugaskan di Indonesia.
Pembebasan ini tidak diberikan kepada pejabat badan internasional yang
memegang paspor Indonesia.
Pengertian Barang untuk Keperluan Badan Internasional beserta
Pejabatnya yang Bertugas di Indonesia, meliputi berikut ini.
1) Barang-barang yang dipergunakan untuk pemakaian sendiri, termasuk
untuk anggota keluarga, oleh pejabat-pejabat dan ahli-ahli bukan pejabat
yang bekerja untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) beserta
organisasinya, Negara Asing dan Organisasi Asing lainnya.
2) Barang yang dikirim oleh organisasi kepada pejabatnya di Indonesia.
3) Pembebasan Bea Masuk diberikan dengan ketentuan berikut ini.
a) Perwakilan Badan Internasional yang bertempat/berkedudukan di
Indonesia atas penunjukan induk organisasi.
b) Pejabat yang diangkat langsung oleh induk organisasi badan
Internasional.
c) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan di Indonesia.
d) Pejabat tersebut bukan warga negara Indonesia.
4) Untuk mendapatkan pembebasan Bea Masuk yang berkepentingan harus
mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Pabean pelabuhan
pembongkaran.
5) Untuk barang yang dikirim oleh organisasi internasional harus
ditandatangani oleh wakil atau pejabat Badan Internasional yang
tertinggi di Indonesia dan disetujui oleh Menteri Sekretaris Negara atau
pejabat yang ditunjuk
6) Jika permohonan diajukan oleh para ahli bangsa asing yang mengadakan
perjanjian ikatan dinas dengan pemerintah Indonesia, wajib dilampiri
perjanjian kerja dan Surat Keputusan dari pemerintah Indonesia.
c. Barang dan bahan untuk diolah, dirakit atau dipasang pada barang lain
untuk tujuan ekspor
Barang dan bahan yang dimasukkan untuk diolah, dirakit atau dipasang
pada barang lain dengan tujuan untuk di ekspor, dibebaskan dari Bea Masuk
(Pasal 25 ayat (1) huruf c). Pembebasan Bea Masuk yang diberikan
merupakan fasilitas untuk menghilangkan beban yang dipikul oleh importir
ADBI4235/MODUL 3 3.11
produsen yang akan memberikan nilai tambah terhadap barang atau bahan
impor dimaksud dengan cara mengolah, merakit atau memasang pada barang
lain, kemudian mengekspor barang jadinya.
Pengertian barang dan bahan untuk diolah dengan tujuan ekspor adalah
barang dan bahan asal impor yang diolah sehingga menghasilkan barang lain
dengan tujuan diekspor, kecuali bahan bakar, bahan pelumas dan peralatan
pabrik. Pembebasan Bea Masuk atas barang dan bahan asal impor ini dapat
diberikan pada produsen importir.
Pengertian barang dan bahan untuk dirakit atau dipasang pada barang
lain dengan tujuan untuk diekspor adalah barang dan bahan yang tanpa diolah
lebih lanjut dapat digunakan langsung dengan cara dirakit atau dipasang
untuk menghasilkan barang lain yang merupakan barang jadi atau bagian dari
barang jadi dengan tujuan untuk di ekspor. Pembebasan barang dan bahan
asal impor itu dapat diberikan pada produsen yang bidang usahanya khusus
industri perakitan.
Pembebasan Bea Masuk diberikan pada barang dan bahan asal impor
sejumlah kebutuhan untuk produksi selama-lamanya 12 bulan. Apabila
setelah masa 12 bulan berakhir dan bahan atau barang belum dipergunakan
maka harus dibayar Bea Masuk dan pungutan impor lainnya.
Barang dan bahan asal impor serta hasil produksinya termasuk sisa
potongan (scrap), limbah (waste) dan hasil produksi sampingan yang dijual
di dalam negeri harus dibayar Bea Masuk dan pungutan impor lainnya.
Atas realisasi impor barang dan bahan yang digunakan, terhadap
produsen eksportir diwajibkan menyerahkan jaminan yang nilainya sebesar
Bea Masuk, Cukai dan Pajak dalam rangka impor. Perusahaan-perusahaan
yang akan mendapatkan pembebasan Bea Masuk mengajukan permohonan
kepada Menteri Keuangan.
Perusahaan yang mendapatkan pembebasan Bea Masuk berdasarkan
fasilitas ini berkewajiban, yaitu sebagai berikut.
1) Menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan Indonesia mengenai pemasukan, pengolahan dan pengeluaran
barang ke dan dari perusahaan tersebut.
2) Menyimpan buku, catatan, dan dokumen atau surat yang berkaitan
dengan pemasukan, pengolahan dan pengeluaran barang tersebut selama
10 tahun pada tempat usahanya.
3.12 Kepabeanan dan Cukai
e. Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial dan
kebudayaan
Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah, umum, amal, sosial atau
kebudayaan yang dibebaskan dari Bea Masuk (Pasal 25 ayat (1) huruf e).
Adapun yang dimaksud dengan:
ADBI4235/MODUL 3 3.13
museum, kebun binatang dan tempat lain semacam itu yang terbuka untuk
umum.
h. Barang untuk keperluan khusus kaum tuna netra dan penyandang cacat
lainnya
Barang untuk keperluan khusus kaum tuna netra dan penyandang cacat
lainnya diberikan pembebasan Bea Masuk (Pasal 25 ayat (1) huruf h).
Adapun yang dimaksud adalah barang atau peralatan yang dapat digunakan
membantu kaum tuna netra dan penyandang cacat lainnya dalam
menjalankan fungsi bagian tubuh yang cacat.
j. Barang contoh
Barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan, dibebaskan dari
pungutan Bea Masuk (Pasal 25 ayat (1) huruf k). Barang tersebut harus
ADBI4235/MODUL 3 3.15
barang yang diimpor khusus sebagai barang contoh, antara lain untuk
produksi (prototype) dan pameran dalam jumlah dan jenis yang terbatas, baik
tipe maupun merek. Barang contoh ini dimaksud untuk digunakan sebagai
contoh bagi pembuatan hasil produksi, baik yang akan diekspor maupun
untuk tujuan pemasaran dalam negeri.
Pembebasan Bea Masuk atas barang contoh diberikan dengan ketentuan
seperti berikut.
1) barang contoh tersebut tidak untuk dipindahtangankan, dijual atau
dikonsumsi di dalam negeri.
2) barang contoh tersebut bukan sebagai barang yang tujuannya untuk
diproses lebih lanjut.
3) jumlah barang tidak boleh lebih dari 3 untuk tiap
jenis/tipe/barang/model.
4) barang contoh tersebut dimasukkan dengan cara dibawa sendiri atau
dikirim melalui pos, kapal laut atau pesawat udara.
5) nilai barang contoh tidak melebihi FOB US$ 1.000 atau setara dengan
mata uang asing lainnya.
6) barang contoh wajib disimpan untuk jangka waktu 2 tahun sejak realisasi
impor, dan apabila sudah melampaui waktu 2 tahun dibebaskan dari
kewajiban negara.
k. Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah
Impor peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah,
dibebaskan dari pungutan Bea masuk (Pasal 25 ayat (1) huruf l). Peti atau
kemasan lain yang dimaksud adalah yang berisi jenazah atau abu jenazah
dengan tidak melihat jenis dan komposisi peti dan hanya digunakan untuk
keperluan pengangkutan ke dalam daerah pabean Indonesia.
Pembebasan Bea Masuk diberikan dengan ketentuan berikut ini.
1) Hanya memiliki nilai guna dan lazim digunakan untuk menyimpan dan
atau mengangkut jenazah atau abu jenazah .
2) Harus memenuhi kewajaran untuk diisi satu jenazah atau satu jenazah
yang telah diperabukan.
3) Untuk peti berisi jenazah harus ada Surat Keterangan Kematian dari
dokter di negara asal.
4) Untuk peti berisi abu jenazah harus ada Surat Keterangan Kematian dari
dokter di negara asal.
3.16 Kepabeanan dan Cukai
l. Barang pindahan
Barang pindahan dibebaskan dari pungutan Bea Masuk (Pasal 25 ayat
(1) huruf m). Barang pindahan yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk
adalah barang-barang keperluan rumah tangga milik orang yang semula
berdomisili di luar negeri, kemudian dibawa pindah dalam negeri. Barang
tersebut diperuntukkan akan tetap menjadi bagian dari barang-barang rumah
tangga dan tidak termasuk persediaan barang dagangan.
Pembebasan Bea Masuk diberikan dengan ketentuan berikut ini.
1) Pegawai Negeri, Anggota ABRI yang karena tugasnya di luar negeri,
luar daerah pabean Indonesia beserta keluarganya.
2) Pegawai Negeri Anggota ABRI yang menjalankan tugas belajar di luar
negeri sekurang-kurangnya 1 tahun baik disertai keluarga maupun tidak.
3) Pelajar/Mahasiswa yang belajar di luar negeri sekurang-kurangnya
selama 1 tahun.
4) Tenaga kerja yang ditempatkan pada perwakilan Indonesia di luar negeri
sekurang-kurangnya 2 tahun secara terus menerus berdasarkan perjanjian
kerja dengan Departemen Luar Negeri.
5) Warga negara Indonesia yang karena pekerjaannya pindah dan berdiam
di luar negeri secara terus menerus selama paling kurang 1 tahun.
6) Warga negara asing yang karena pekerjaannya pindah ke dalam daerah
Pabean Indonesia bersama keluarganya setelah mendapatkan izin
menetap dari imigrasi dan izin bekerja dari Departemen Tenaga Kerja
sekurang-kurangnya 1 tahun.
7) Perusahaan yang memindahkan kegiatannya ke dalam daerah Pabean
Indonesia setelah dapat membuktikan tentang likuidasi perusahaannya di
luar negeri/luar daerah pabean Indonesia.
8) Jenis barang tidak termasuk dalam peraturan larangan atau pembatasan
impor, dan barang tiba maksimal 1 bulan setelah yang bersangkutan tiba
di Indonesia.
tahun 1995, sedangkan barang kiriman adalah barang yang dikirim oleh
pengirim tertentu di luar negeri kepada penerima tertentu di dalam negeri.
Pembebasan barang pribadi penumpang diberikan dengan ketentuan
berikut ini.
1) Barang bawaan penumpang dalam satu kali perjalanan.
2) Harga barang tidak melebihi FOB US$ 250,- tiap penumpang dengan
setinggi-tingginya FOB US$ 1.000, untuk satu keluarga.
3) Barang tiba bersama-sama dengan penumpang.
4) Berdasarkan pertimbangan Pejabat Bea dan Cukai, jenis dan jumlah
barang memenuhi kewajaran untuk dipakai sendiri oleh penumpang dan
atau oleh anggota keluarga/rumah tangganya, dan tidak termasuk jenis
barang yang dalam ketentuan larangan dan pembatasan impor.
Kondisi alamiah adalah suatu kejadian karena kondisi alam yang tidak
dapat dihindari.
Barang-barang tersebut dapat diberikan Pembebasan atau keringanan
Bea Masuk dengan ketentuan berikut ini.
1) Barang tersebut mengalami kerusakan, penurunan mutu, musnah, susut
volume atau susut beratnya karena alamiah.
2) Dilakukan pengujian oleh DJBC.
C. PEMBUKUAN
b) NPWP.
c) Jenis Penerimaan (Bea Masuk, Cukai, Denda Administrasi atau
Bunga).
d) Dokumen dasar (Nomor dan Tanggal PIB, PIBK, Nota Pembetulan
atau SPKPBM).
2) Untuk SSP, penelitian terutama mengenai berikut ini.
a) Jumlah uang yang akan dibayar sesuai PIB, PIBK, Nota
Pembetulan, atau SPKPBM dari Kantor Pabean.
b) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
c) Jenis Penerimaan Pajak.
d) Kode Setoran.
3) Untuk SSBC dan SSP dengan dokumen dasar pembayaran SPKBM,
selain mencocokkan jumlah yang dibayar yang tercantum dalam SSBC
dan SSP dengan jumlah nominal yang tercantum dalam SPKBM, juga
meneliti apakah pembayaran yang dilakukan harus dikenakan bunga 2%
tiap bulan atau tidak.
SSBC lembar ke-1 dan SSP lembar ke-5 dimasukkan ke dalam amplop
tertutup untuk disampaikan kepada Kantor Pabean.
Mendistribusikan SSBC dan SSP.
1) Bank Devisa Persepsi mendistribusikan SSBC sebagai berikut.
a) Lembar ke-1 untuk pengeluaran barang.
b) Lembar ke-2 untuk KPKN.
c) Lembar ke-3 untuk Pembayaran.
d) Lembar ke-4 untuk Bank Devisa Persepsi yang bersangkutan
LAT IH A N
R A NG K U M AN
TES F OR M AT IF 1
C. DJBC
D. PPBC
Pilihlah:
A. Jika (1) dan (2) benar.
B. Jika (1) dan (3) benar.
C. Jika (2) dan (3) benar.
D. Jika (1), (2), dan (3) benar.
Kegiatan Belajar 2
Barang yang dilarang atau dibatasi impor atau ekspor yang tidak
memenuhi syarat adalah barang impor atau ekspor yang telah diberitahukan
dengan Pemberitahuan Pabean, tetapi tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana diatur dalam ketentuan larangan atau pembatasan atas barang
yang bersangkutan. Pemberitahuan ini dapat berupa pemberitahuan
ADBI4235/MODUL 3 3.41
Kelengkapan tersebut sangat penting dan karena itu bersifat mutlak. Hal
tersebut dimaksudkan untuk menghindarkan penggunaan ketentuan ini dalam
praktik dagang yang justru bertentangan dengan tujuan pengaturan untuk
mengurangi atau meniadakan perdagangan barang-barang hasil pelanggaran
merek dan hak cipta.
Praktik dagang seperti itu kadangkala dilakukan sebagai cara untuk
melemahkan atau melumpuhkan pesaing yang pada akhirnya tidak
menguntungkan bagi perekonomian pada umumnya. Oleh karena itu,
keberadaan jaminan yang cukup nilainya memiliki arti penting setidaknya
ADBI4235/MODUL 3 3.43
barang kiriman melalui pos atau jasa titipan yang tidak dimaksudkan untuk
tujuan komersial.
Barang yang dinyatakan sebagai barang yang tidak dikuasai ini disimpan
di Tempat Penimbunan Pabean dan dipungut sewa gudang yang ditetapkan
oleh Menteri. Kemudian Pejabat Bea dan Cukai memberitahukan kepada
pemiliknya bahwa barang tersebut akan dilelang jika tidak diselesaikan
dalam jangka waktu 60 hari sejak disimpan di Tempat Penimbunan Pabean.
Barang yang dinyatakan tidak dikuasai ini apabila belum dilelang, oleh
pemiliknya dapat:
a. diimpor untuk dipakai setelah Bea Masuk dan biaya lainnya yang
terutang dilunasi;
b. diekspor kembali setelah biaya yang terutang dilunasi;
c. dibatalkan ekspornya setelah biaya yang terutang dilunasi;
d. Diekspor setelah biaya yang terutang dilunasi; atau
e. Dikeluarkan dengan tujuan TPB setelah biaya yang terutang dilunasi.
d. Barang impor atau ekspor dan atau sarana pengangkut yang ditinggalkan
di Kawasan Pabean oleh pemilik yang tidak dikenal, yang tidak
diselesaikan dalam jangka waktu 30 hari.
e. Barang impor atau ekspor yang merupakan barang yang dilarang atau
dibatasi yang dinyatakan sebagai barang milik negara.
f. Barang impor atau ekspor dan atau sarana pengangkut yang berdasarkan
putusan hakim telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dinyatakan
dirampas untuk negara.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
2) Barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor yang
tidak diberitahukan atau diberitahukan secara tidak benar dinyatakan
sebagai barang ….
A. tidak bertuan
B. dikuasai negara
C. tidak dikuasai
D. milik negara
Tes Formatif 1
1) C. perkamen
2) A. Penyelesaian Kewajiban Pabean dapat dikuasakan kepada
Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan dan di dalam praktik
sehari-hari dikenal dengan nama:
a) Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL).
b) Ekspedisi Muatan Kapal Udara atau Ekspedisi Muatan Pesawat
Udara (EMKU/EMPU).
c) Pengusaha Jasa Transportasi.
3) B. Bea masuk atas barang impor merupakan tanggung jawab importir
yang bersangkutan, kecuali jika pengurusan pemberitahuan impor
dikuasakan kepada Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK)
dan importir tidak ditemukan, misalnya melarikan diri maka
tanggung jawab atas Bea Masuk beralih ke Pengusaha Pengurusan
Jasa Kepabeanan.
4) C. Pengertian dari Barang yang Diangkut Terus, adalah barang yang
diangkut dengan sarana pengangkut melalui Kantor Pabean tanpa
dilakukan pembongkaran terlebih dahulu.
5) A. Pengembalian Bea Masuk dapat diberikan seluruh atau sebagian
yang telah dibayar atas Impor barang yang diberikan pembebasan
atau keringanan bea masuk baik secara mutlak maupun secara
relatif.
Tes Formatif 2
1) A. Pengawasan terhadap peraturan larangan dan pembatasan atas impor
dan ekspor barang tertentu tidak mungkin dilakukan sendiri-sendiri
oleh setiap instansi teknis.
2) B. Barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau di ekspor
yang tidak diberitahukan atau diberitahukan secara tidak benar
dinyatakan sebagai barang yang dikuasai negara, kecuali terhadap
barang dimaksud ditetapkan lain berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3) C. Atas permintaan pemilik atau pemegang hak atas merek atau hak
cipta maka Ketua Pengadilan Negeri setempat dapat mengeluarkan
3.52 Kepabeanan dan Cukai
PEN D A HU L UA N
Pejabat Bea dan Cukai di sepanjang pantai untuk menjaga agar semua barang
yang dimasukkan ke atau yang dikeluarkan dari Daerah Pabean memenuhi
ketentuan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu ditetapkan bahwa pemenuhan
Kewajiban Pabean dilakukan di Kantor Pabean.
Secara umum, setelah mempelajari Modul 4 ini Anda diharapkan dapat
memahami ketentuan-ketentuan pelaksanaan dari Undang-undang No. 10
Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2006, terutama yang menyangkut masalah
kedatangan, pemeriksaan, dan pengeluaran barang impor dan ekspor.
Secara khusus, setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan mampu
menjelaskan:
1. prosedur impor yang berlaku dewasa ini dan ketentuan-ketentuannya;
2. prosedur ekspor yang berlaku dan ketentuan-ketentuannya.
ADBI4235/MODUL 4 4.3
Kegiatan Belajar 1
Maksud dari jalur yang ditetapkan adalah jalur pelayaran, jalur udara,
jalan perairan daratan, dan jalan darat yang ditetapkan, artinya sarana
pengangkut harus melalui jalur-jalur yang dicantumkan dalam buku petunjuk
pelayaran. Demikian pula untuk barang yang diangkut melalui udara harus
melalui jalur (koridor) udara yang ditetapkan oleh Departemen Perhubungan,
sedangkan jalan perairan daratan dan jalan darat di perbatasan darat
ditetapkan oleh Menteri.
Maksud dari pengangkut adalah orang, kuasa, atau yang bertanggung
jawab atas pengoperasian sarana pengangkut yang nyata-nyata mengangkut
barang atau orang. Pemberitahuan Pabean dibuat dan diserahkan oleh
pengangkut dalam jangka waktu yang ditetapkan.
3. Pengecualian
Kedatangan sarana pengangkut tidak berlaku bagi sarana pengangkut
yang berlabuh tidak lebih dari 24 jam dan tidak melakukan kegiatan bongkar
muat barang impor/ekspor.
Dalam hal sarana angkut dalam keadaan darurat, pemberitahuan wajib
diserahkan kepada Kepala Kantor Pabean terdekat dalam waktu selambat-
lambatnya 72 jam setelah pembongkaran.
Dalam hal sarana pengangkut tidak mengangkut barang impor,
pengangkut menyerahkan pemberitahuan nihil ke Kantor Pelayanan Bea dan
Cukai.
4. Perbaikan Manifest
a. Dapat dilakukan sepanjang mengenai jumlah, jenis, merek, nomor
kemasan, peti kemas atau barang curah.
b. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan atas persetujuan Kepala Kantor
Pabean.
c. jika perbaikan tersebut berkenaan dengan jumlah kemasan/peti kemas
barang curah, dikenakan sanksi administrasi berupa denda jika:
pengangkut tidak dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut terjadi
di luar kemampuannya.
d. Perbaikan manifest wajib dilakukan oleh pengangkut dalam hal
pengiriman barang impor dilaksanakan secara konsolidasi dengan
merinci lebih lanjut pos manifest yang bersangkutan.
ADBI4235/MODUL 4 4.7
2. Impor Sementara
Barang impor dapat dikeluarkan sebagai barang impor sementara jika
pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali.
Tujuan pengaturan impor sementara adalah untuk memberikan kemudahan
atas pemasukan barang dengan tujuan tertentu seperti barang pameran,
barang perlombaan, kendaraan yang dibawa oleh wisatawan, peralatan
penelitian yang digunakan untuk penelitian sains dan teknologi serta
pendidikan, peralatan yang digunakan oleh teknisi, wartawan, dan tenaga ahli
untuk digunakan sementara waktu dan pada waktu pengimporannya telah
jelas bahwa barang tersebut akan di ekspor kembali. Namun, apabila waktu
yang telah ditentukan telah lewat dan barang tersebut tidak diekspor kembali
maka akan dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar seratus persen
dari Bea Masuk yang seharusnya dibayar.
b. Tempat pemeriksaan
Pada umumnya pemeriksaan fisik barang dilakukan di kawasan Pabean,
tetapi dalam hal-hal tertentu (dengan syarat-syarat) pemeriksaan fisik barang
dapat dilakukan di gudang milik importir di luar kawasan pabean agar
memperlancar flow of goods atas impor sepanjang hak-hak negara tidak
terganggu.
Pejabat Bea dan Cukai menetapkan jalur pengeluaran barang impor
berupa berikut ini.
1) Jalur hijau, tidak diperlukan pemeriksaan fisik, apabila:
a) tidak ada Nota Hasil Intelijen (NHI)/Nota Informasi (NI), dan
b) tidak terkena pemeriksaan acak.
2) Jalur merah, diperlukan pemeriksaan fisik, apabila:
a) ada Nota Hasil Intelijen (NHI)/Nota Informasi (NI), dan/atau
b) terkena pemeriksaan acak.
Jika ternyata barang tersebut barang yang terkena pajak, mereka pun harus
membayar.
1. Pengertian
EDI secara umum dapat diartikan sebagai pertukaran data bisnis secara
elektronik antar organisasi dalam bentuk yang terstruktur dan diproses
melalui komputer dari suatu aplikasi bisnis ke aplikasi bisnis lainnya. Dalam
bidang perdagangan, EDI dapat digunakan untuk mentransmit informasi
mengenai keuangan dan pembayaran dalam bentuk formulir elektronik.
Dalam hal digunakan dalam suatu sistem pembayaran, EDI biasanya
dikenal dengan sebutan Electronic Fund Transfer (EFT). Dalam bidang
kepabeanan, EDI terdiri dari format pesan elektronik standar untuk dokumen
pemberitahuan pabean seperti Pemberitahuan Impor Barang (PIB),
Pemberitahuan Ekspor Barang, Manifest dan lain sebagainya.
Melalui transaksi elektronik ini, sekali data dimasukkan dalam sistem
komputer pengguna jasa kepabeanan (perusahaan pelayaran, importir) dan
ditransmit secara elektronik maka data yang sama akan segera masuk ke
dalam sistem komputer Bea dan Cukai tanpa melalui proses re-entry = a
rekeying. Rekeying data dapat menimbulkan beberapa permasalahan seperti,
kesalahan pengetikan data, menambah waktu pengerjaan, kurang akurat dan
sebagainya. Untuk mendapatkan manfaat dari penggunaan EDI secara penuh
maka para pengguna jasa kepabeanan dan administrasi pabean harus
melakukan komputerisasi prosedur kepabeanan. EDI tidak dapat dilakukan
secara sepihak, misalnya oleh administrasi pabean saja, tetapi memerlukan
kerja sama dan partisipasi aktif dari para pengguna jasa kepabeanan.
2. Manfaat EDI
Pada saat ini para pengguna jasa kepabeanan telah banyak yang
menggunakan komputer untuk mempercepat pembuatan pemberitahuan
pabean, seperti manifest dan pemberitahuan impor barang. Akan tetapi,
dokumen tersebut masih harus diajukan secara fisik kepada administrasi
pabean dan selanjutnya dilakukan rekeying data ke sistem komputer Bea dan
Cukai sehingga untuk kegiatan tersebut diperlukan waktu dan kehadiran yang
bersangkutan di kantor pabean untuk menyerahkan dokumen dan menunggu
ADBI4235/MODUL 4 4.17
dan pajak dalam rangka impor yang telah dilakukan oleh importir dengan
menggunakan Credit Advice (CREDADV).
Pilot Proyek Implementasi EDI di bidang kepabeanan ini pun diterapkan
di dua pelabuhan, yaitu pelabuhan laut Tanjung Priok dan bandar udara
Sukarno-Hatta pada tanggal 1 April 1997. Pihak yang diharapkan akan
terlibat dalam pilot proyek ini, meliputi berikut ini.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, meliputi berikut ini.
1. Kantor Inspeksi Tanjung Priok I/II/III.
2. Kantor Inspeksi Sukarno-Hatta II.
3. Pengguna jasa Kepabeanan, meliputi berikut ini.
a. Perusahaan Pelayaran/Penerbangan.
b. Importir.
c. Pengusaha Pengurusan jasa Kepabeanan.
4. Bank Devisa Persepsi.
5. Penyedia jaringan EDI, yaitu PT EDI Indonesia.
berorientasi ekspor, agar produksi dalam negeri kita dapat bersaing di pasar
global.
Dalam kaitannya dengan upaya untuk meningkatkan efisiensi tersebut
prosedur kepabeanan memegang peranan yang cukup penting, dalam arti
prosedur kepabeanan harus dapat menunjang upaya peningkatan efisiensi.
Untuk itu maka prosedur kepabeanan harus dibuat sesederhana mungkin serta
didukung dengan pemanfaatan teknologi antara lain dengan penerapan EDI.
Dengan EDI diharapkan proses pemeriksaan pabean dapat menjadi lebih
cepat sehingga akan dapat lebih mempelancar arus barang, yang pada
akhirnya akan memberikan sumbangan terhadap upaya efisiensi nasional.
6. Implementasi EDI
Sehubungan dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 17
Tahun 2006, timbul suatu pertanyaan tentang dasar hukum implementasi
sistem EDI dalam prosedur pabean. Sebab berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Keuangan No. 232/KMK.05/1996, antara lain disebutkan bahwa
proses pengeluaran dari daerah pabean, dilakukan dengan mengisi formulir
dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB), dan seterusnya.
Surat Keputusan Menteri Keuangan tersebut sama sekali tidak menyebut
tentang penggunaan sistem EDI, tetapi sebenarnya secara implisit diatur
dalam penjelasan umum Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006
EDI merupakan suatu sistem pertukaran dokumen elektronik yang mampu
memberi data bisnis antar organisasi dalam waktu cepat dan bersamaan.
Dalam proses dokumen pabean dalam rangka impor misalnya, importir
atau kuasanya tidak harus datang ke kantor bea cukai dalam proses
penyelesaian dokumen. Akan tetapi cukup dengan menggunakan media
elektronik komputer EDI.
Saat ini, prosedur kepabeanan yang telah siap melayani prosedur secara
elektronik, terutama untuk cargo manifesting dan cargo releasing. Dokumen-
dokumen pabean dari agen pelayaran atau penerbangan dapat disampaikan
secara elektronik kepada Kantor Inspeksi Bea Cukai. Demikian juga dengan
cargo releasing dengan melibatkan importir atau kuasanya.
Keputusan Menteri Keuangan No. 232/KMK.05/1996 tanggal 1 April
1996 memang tidak menyebut proses dokumen pabean dengan menggunakan
media elektronik komputer. Akan tetapi, ketentuan tersebut tercantum dalam
4.22 Kepabeanan dan Cukai
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Pilihlah:
A. Jika (1) dan (2) benar.
B. Jika (1) dan (3) benar.
C. Jika (2) dan (3) benar.
D. Jika (1), (2), dan (3) benar.
Kegiatan Belajar 2
Sesuai dengan Pasal 11A barang yang akan diekspor wajib diberitahukan
dengan pemberitahuan pabean. Pemuatan barang ekspor dilakukan di
kawasan pabean atau dalam hal tertentu dapat dimuat di tempat lain dengan
izin kepala kantor pabean
Ada tiga golongan pemberitahuan pabean untuk menyelesaikan barang
ekspor, yaitu sebagai berikut.
1. PEB untuk menyelesaikan kewajiban pabean di bidang ekspor bagi jenis-
jenis dan cara ekspor secara umum.
4.28 Kepabeanan dan Cukai
2. Tanpa PEB
Barang-barang ekspor yang dikecualikan menggunakan PEB, yaitu:
a. barang penumpang, barang ABK dan barang pelintas batas yang
menggunakan pemberitahuan pabean yang telah diperjanjikan dalam
perjanjian perdagangan pelintas batas;
b. barang/kendaraan motor yang diekspor kembali dengan
menggunakan ketentuan kepabeanan internasional.
Untuk barang ekspor melalui perusahaan jasa titipan:
Eksportir menggunakan dokumen PEB juga. PEB yang terutang maupun
tidak terutang pungutan negara dalam rangka ekspor (PE/PET) harus
didaftarkan ke Kantor Pabean tempat pemenuhan kewajiban pabean.
Untuk PEB yang menggunakan fasilitas pembebasan Bea Masuk,
penangguhan pembayaran. PPN/PPn BM, dan pengembalian Bea Masuk
serta pembayaran pendahuluan PPN/PPn BM dalam rangka ekspor,
harus dilengkapi dengan dokumen LPS-E (yang berarti harus diperiksa
fisiknya oleh PT Sucofindo), sedangkan barang yang PEB fisiknya telah
terdaftar dan akan dimuat di sarana pengangkut untuk dikeluarkan dari
daerah pabean (akan diekspor) dianggap telah diekspor dan diberlakukan
sebagai barang ekspor.
3. PEB berkala
Dalam hal ini, eksportir harus memenuhi kewajiban-kewajiban
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
Eksportir yang bersangkutan harus terlebih dahulu mendapatkan
persetujuan dari Kepala Kantor Pabean yang mengawasi lokasi
pemuatan. Persetujuan ini hanya diberikan bagi eksportir yang bereputasi
baik dan frekuensi ekspornya tinggi serta jadwal sarana pengangkut
barang ekspor tersebut tidak menentu/lokasi pemuatannya jauh dari
Kantor Pabean dan/atau Bank Devisa/barang yang bersangkutan di
ekspor melalui pipa/jaringan transmisi berdasarkan pertimbangan Kepala
Kantor Pabean pengeksporan barang tersebut perlu menggunakan PEB
berkala.
Adapun persyaratan untuk mendapatkan PEB berkala, yaitu sebagai
berikut.
a. Harus mengajukan permohonan untuk mendapatkan PEB berkala
kepada Kepala Kantor Pabean setempat.
ADBI4235/MODUL 4 4.29
C. KEWAJIBAN PENGANGKUT
Oleh karena objek bea masuk itu adalah barang (semua barang) maka semua
barang impor tanpa kecuali adalah menjadi objek di dalam administrasi
kepabeanan yang diatur di dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan sebagaimana telah diubah Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006.
4.34 Kepabeanan dan Cukai
1. Pemberitahuan Pendahuluan
Tata laksana impor yang biasa atau pada umumnya adalah diselesaikan
dengan pengajuan dokumen PIB (Pemberitahuan Impor Barang) oleh
importir setelah atau pada saat kedatangan alat angkut (kapal laut/udara). PIB
tersebut harus dilampiri dengan dokumen-dokumen kapal yang bersangkutan,
yaitu AWB (Air Way Bill) bagi kapal udara dan B/L (Bill of Lading) bagi
kapal laut. Akan tetapi, di dalam penyelesaian impor barang-barang khusus
(tertentu) mendapat kemudahan berupa Pemberitahuan Pendahuluan sebagai
berikut.
Importir dapat mengajukan dokumen PIB kepada Kepala Kantor Pabean
atau Pejabat yang ditunjuk di tempat pengeluaran barang impor (pelabuhan
kedatangan barang impor) sebelum kedatangan.
Sarana pengangkut (kapal) yang bersangkutan. Dalam hal ini importir
wajib menyerahkan copy atau fax AWB dan/atau House AWB (HAWB)
untuk kapal udara jika kapal laut copy atau fax B/L dan (atau House B/L
ADBI4235/MODUL 4 4.35
(HB/L) dari barang tertentu yang bersangkutan, copy atau fax tersebut harus
ditandasahkan oleh pengangkut (pilot/nakhoda).
5. Pembayaran Berkala
Pada umumnya impor barang biasa penyelesaian pelunasan pembayaran
bea masuk dan pungutan impor lainnya terhitung sejak tanggal penyelesaian
dokumen PIB dengan masa tenggat waktu 30 hari. Untuk impor barang
khusus (tertentu) ini diberikan kemudahan atas pelunasan tersebut. Kepala
Kantor Pabean dapat memberikan kemudahan pembayaran berkala kepada
Importir Produsen dengan menangguhkan pembayaran Bea Masuk dan
pungutan impor lainnya atas barang yang diimpor dalam satu periode
tertentu.
Dalam hal ini, Importir Produsen harus menyerahkan jaminan Bank atau
Customs Bond dengan persyaratan yang bersangkutan harus mempunyai
reputasi yang baik dalam 12 bulan terakhir atau jaminan tertulis apabila
Importir Produsen telah terbukti melakukan kewajibannya dengan baik
selama 6 bulan terakhir setelah diserahkan jaminan Bank atau Customs Bond.
4.38 Kepabeanan dan Cukai
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Tes Formatif 1
1) A. Sebelum kedatangan sarana pengangkut di suatu Kantor Pabean,
Pengangkut wajib memberitahukan rencana kedatangan sarana
pengangkut tersebut kepada Kepala Kantor Pabean. Namun,
pemberitahuan tersebut tidak berlaku bagi sarana pengangkut yang
datang dari luar Daerah Pabean melalui darat.
2) D. Jenis-jenis Pemberitahuan yang wajib diserahkan oleh pengangkut
adalah berupa:
a) manifest barang impor yang diangkutnya;
b) daftar penumpang dan/atau awak sarana pengangkut;
c) daftar bekal;
d) daftar senjata api;
e) daftar obat-obatan termasuk narkotika yang digunakan untuk
kepentingan pengobatan.
3) C. Dalam hal kedapatan jumlah kemasan/peti kemas lebih dibongkar
atau ditimbun dan pengangkut atau Pengusaha Tempat Penimbunan
Sementara tidak dapat mempertanggung jawabkan terjadinya
kelebihan bongkar/timbun tersebut, dikenakan sanksi administrasi.
Berupa denda paling banyak lima puluh juta rupiah dan paling
sedikit lima juta rupiah.
4) B. Pelaksanaan perbaikan manifest dapat dilaksanakan atas persetujuan
Kepala Kantor Pabean.
5) A. Kepala Kantor Pabean baru dapat memberikan persetujuan apabila
importir yang bersangkutan telah mengajukan PIB dan jaminan atau
Dokumen Pelengkap Pabean dan jaminan.
Tes Formatif 2
1) C. Harus dilakukan pemeriksaan tanpa menghambat kelancaran ekspor
2) D. Persyaratan untuk mendapatkan PEB berkala:
a) Harus mengajukan permohonan untuk mendapatkan PEB
berkala kepada Kepala Kantor Pabean setempat.
b) Tidak menggunakan fasilitas pembebasan BM, penangguhan
pembayaran PPN/PPn BM dan pengembalian BM serta
pembayaran pendahuluan PPN/PPn BM.
4.44 Kepabeanan dan Cukai
Ketiga tempat penimbunan ini dikelola secara berbeda satu sama lain,
begitu pula prosedur keluar masuknya barang. Dalam modul ini, dilakukan
pembagian materi ke dalam dua kegiatan belajar, yaitu sebagai berikut.
Kegiatan Belajar 1 : membahas Tempat Penimbunan Sementara.
Kegiatan Belajar 2 : membahas Tempat Penimbunan Berikat dan Tempat
Penimbunan Pabean.
2. TPB.
3. TPP.
4. Tata laksana kepabeanan dan cukai yang berhubungan dengan ke luar
masuknya barang dari TPS, TPB, dan TPP.
konteks lebih luas, dapat juga dibentuk daerah perdagangan bebas (Free
Trade Zone/FTZ) yang memberikan impor bebas bea juga dapat berlaku pada
barang konsumsi dan barang-barang impor lainnya mengingat kemungkinan
adanya status kawasan bebas bea. Persamaannya antara EPZ dan FTZ adalah
keduanya hanya menghasilkan produk yang berorientasi ekspor. Dibuatnya
KEK, EPZ, FTZ sebagai instrumen kebijakan perdagangan internasional
untuk mendorong peningkatan ekspor.
Negara yang berhasil mengembangkan KEK, yaitu Cina, dalam hal ini
tidak ada salahnya apabila kita belajar dari negara tersebut. Sejak tahun 1980
Cina mulai bentuk KEK yang mempunyai target kekhususan berbeda dengan
lainnya. Pesatnya perekonomian Cina tidak terlepas dari perkembangan
ekonomi di wilayah selatan, terutama Provinsi Guongdong (d/h) Kanton dan
berasal dari kemajuan tiga kota yang ditetapkan sebagai KEK provinsi, antara
lain Shenzen, Zhuhai, dan Shantau sejak tahun 1988. Sedangkan India
dianggap kurang berhasil dalam pembentukan KEK-nya.
Setelah mempelajari Modul 5, Anda diharapkan mampu menjelaskan
KEK seperti Batam, Bintan, dan Karimun sebagai kawasan perdagangan
bebas dan pelabuhan bebas.
5.4 Kepabeanan dan Cukai
Kegiatan Belajar 1
A. PENGERTIAN
B. DASAR HUKUM
C. PENJELASAN
barang yang ukuran peti atau pengemasnya sedang dan tidak dapat merusak
lantai gudang.
Lapangan adalah pekarangan yang terbuka, tetapi mempunyai batas
pagar dan pintu pagar yang dapat di kunci oleh Pejabat Bea Cukai. Lapangan
ini biasanya digunakan untuk menimbun barang-barang yang ukuran peti
pengemasnya besar, seperti peti kemas (PK), alat-alat besar, dan barang-
barang konstruksi.
Tempat lain adalah tempat-tempat seizin Kepala Kantor Bea dan Cukai
(KKBC) berdasarkan alasan khusus dapat digunakan sebagai tempat
penimbunan. Sebagai contoh, sebuah pabrik plywood berlokasi di pinggir
sungai di luar areal pelabuhan. Untuk menuju lokasi tersebut belum ada jalan
darat. Agar barang impornya bisa dimasukkan maka kapal yang mengangkut
harus membongkarnya di lokasi pabrik tersebut.
Atas permohonan yang bersangkutan, KKBC dapat mengizinkan
penimbunan di gudang-gudang khusus pada lokasi tersebut, dan lokasi
tersebut pun untuk selama barang belum diselesaikan formalitas pabeannya
dianggap sebagai kawasan pabean.
Selama menunggu pemuatan maksudnya adalah sampai barang-barang
ekspor sudah disetujui dimuat ke atas sarana pengangkut oleh Pejabat Bea
dan Cukai (penyelesaian kewajiban pabean atas ekspor).
Selama menunggu pengeluaran maksudnya adalah sampai barang-barang
impor sudah disetujui diimpor oleh Pejabat Bea dan Cukai (penyelesaian
kewajiban pabean atas impor)
D. JENIS-JENIS TPS
E. LOKASI
Namun demikian, untuk alasan tertentu lokasi ini dapat berada di luar
areal pelabuhan, yaitu Depo Peti Kemas Pengawasan Pabean (DP3) atau
lokasi pabrik atas seizin KKBC.
1. Pemisahan Barang-barang
Di dalam TPS pengusaha TPS harus memisahkan seperti berikut.
a. Antara barang impor dan barang ekspor yang berada di dalam gudang.
Di antara kedua barang ini harus ada pagar pembatas yang tingginya
harus lebih dari 2 meter dengan jarak jeruji maksimal 10 cm.
b. Antara peti kemas impor dan ekspor yang berada di lapangan
penimbunan. Sebagai pembatas adalah dalam bentuk garis kuning yang
tidak terputus-putus sekurang-kurangnya 10 cm.
c. Peti kemas kosong harus ditempatkan secara tersendiri di lapangan
penimbunan.
d. Juga barang-barang yang sifatnya berbahaya, merusak, yang dapat
mempengaruhi barang-barang lain harus ditangani secara khusus dan
penimbunannya harus di tempat yang khusus pula.
4. Perkecualian
Perkecualian dapat terjadi apabila seperti berikut.
a. Musnah karena kebakaran.
b. Bencana alam.
c. Sifat alamiah dari barang tersebut.
d. Telah diekspor kembali.
e. Telah diimpor untuk dipakai.
f. Untuk impor sementara.
g. Telah dipindahkan ke TPS lain, TPB dan TPP maka pengusaha TPS
tidak dibebani tanggung jawab. Maksud pembebanan tanggung jawab
5.8 Kepabeanan dan Cukai
ini tidak lain tidak bukan adalah untuk perlindungan hak-hak negara
yang melekat pada barang-barang tersebut.
5. Pembukuan
Selain dari tanggung jawab tersebut kepada pengusaha diwajibkan juga
untuk menyelenggarakan pembukuan yang berkaitan dengan penimbunan
barang tersebut agar sewaktu-waktu apabila ada pemeriksaan buku (post
audit) oleh petugas bea cukai, pengusaha dapat membuktikan tentang
kebenaran saldo barang yang berada di TPSnya.
6. Hal-hal Lain
Untuk memperlancar tugas-tugas Pejabat Bea dan Cukai di TPS maka
pengusaha juga harus menyediakan seperti berikut.
a. Ruangan dan perlengkapannya sebagai kantor.
b. Ruangan dan/atau tempat serta sarana untuk pemeriksaan barang.
Tata cara pemasukan dan pengeluaran barang dari TPS adalah sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam SK Menteri Keuangan
1138/90, SK Menteri Keuangan 737/91 dan SK Menteri Keuangan 738/91.
1. Dasar Hukum
Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 57/KMK.05/1996 tanggal 18
September tentang Tempat Penimbunan Sementara jo Keputusan Menteri
Keuangan Nomor: 904/KMK.5/1993 tanggal 1 Juli 1993 tentang
Pengusahaan Depo Peti Kemas Pengawasan Pabean (DP3)
2. Pengertian
DP3 adalah suatu lokasi di luar daerah kerja penyelenggara pelabuhan
yang memenuhi persyaratan tertentu dan merupakan perpanjangan wilayah
Lini I yang berfungsi sebagai berikut.
ADBI4235/MODUL 5 5.9
3. Perizinan
Apabila sebuah perusahaan berkeinginan untuk mendirikan DP3 maka
yang bersangkutan mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Bea
dan Cukai dengan melampirkan persyaratan-persyaratan sebagai berikut.
a. Persyaratan administratif
1) SIUP dari Instansi terkait.
2) HO dari Pemda.
3) IMB dari Pemda.
4) Dokumen Pemilikan/Penguasaan Lokasi.
5) Dokumen Pemilikan/Penguasaan Peralatan kerja.
6) NPWP.
b. Persyaratan fisik
1) Memiliki sarana dan fasilitas yang berkaitan dengan pelayanan peti
kemas yang terdiri dari berikut ini.
a) Container Yard (CY).
b) Container Freight Station (CFS).
c) Lokasi khusus pemeriksaan barang.
d) Generator pembangkit listrik dan penyediaan air bersih.
e) Fasilitas perkantoran untuk Pejabat Bea dan Cukai dan
Surveyor yang ditunjuk oleh Pemerintah.
f) Perangkat Komunikasi telepon, fam, dan sistem informasi.
g) Peralatan kerja untuk pemeriksaan barang (alat timbang, alat
ukur dan tanda pelindung).
h) Sarana dan personil keamanan serta pemadam kebakaran.
i) Sarana penerangan listrik yang cukup.
j) Peralatan parkir yang cukup untuk alat angkut peti kemas.
k) Fasilitas sistem satu pintu utama masing-masing untuk impor
dan ekspor.
5.10 Kepabeanan dan Cukai
H. PENYELESAIAN EKSPOR
Pejabat Hanggar
1. Untuk barang yang wajib LPS yang sudah diperiksa Surveyor
a. Menerima dan meneliti copy CTPS dari petugas dinas luar.
b. Membuat catatan apakah perlu atau tidak dilakukan pemeriksaan
fisik barang.
c. Menerima PEB beserta lampiran, antara lain praLPS, CTPS dan
SSb.
d. Memberi nomor dan tanggal daftar 2 khusus PEB.
e. Mencocokkan PEB dan lampiran-lampirannya.
f. Memberikan persetujuan muat pada PEB.
2. Untuk barang yang tidak wajib LPS.
3. Menerima PEB lembar ke-7 dari petugas dinas luar.
4. Meneliti hasil pengawasan
a. Meneliti PEB dan lampiran-lampirannya.
b. Memberi persetujuan muat pada PEB.
1. Pengusaha DP3
Mengajukan Surat Pelindung Pengangkutan Ekspor (SP2E) dengan
dilampiri PEB rangkap 6 (enam).
2. Pejabat Hanggar
a. Menerima dan meneliti SP2E dan PEB.
b. Menunjuk petugas dinas luar untuk melakukan penyegelan dan
pengecekan peti kemas.
ADBI4235/MODUL 5 5.13
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
3) Di dalam TPS sering kali ada barang impor dan barang ekspor. Untuk
membedakannya perlu ada pagar pembatas yang tingginya paling tidak
harus ….
A. 2 meter dengan jarak jeruji 10 cm
B. 1 meter dengan jarak jeruji 5 cm
C. 3 meter dengan jarak jeruji 10 cm
D. 4 meter tanpa jeruji
Kegiatan Belajar 2
A. PENGERTIAN
asal impor atau barang dan bahan dari dalam Daerah Pabean Indonesia
lainnya, yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor.
Dari pengertian dapat ditarik kesimpulan adanya beberapa elemen/unsur
agar sebuah tempat disebut KB, yaitu sebagai berikut.
a. Adanya suatu kawasan dengan batas-batas tertentu.
b. Kawasan tersebut terletak dalam wilayah Pabean Indonesia.
c. Adanya pemasukan barang baik dari luar maupun dari dalam daerah
pabean.
d. Pemasukan barang tersebut tidak dipungut Bea Masuk dan pungutan
lainnya (ketentuan khusus).
a. Perizinan
Izin untuk menyelenggarakan KB dilakukan dengan Keputusan Presiden.
Untuk mendapatkan izin tersebut Calon Pengusaha di KB harus memenuhi
beberapa persyaratan sebagai berikut.
1) Memiliki bukti kepemilikan atau penguasaan suatu bangunan, tempat
atau kawasan yang mempunyai batas-batas yang jelas (pagar pemisah).
2) Memiliki Surat Izin Usaha Industri, Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan dan Izin lainnya yang diperlukan dari instansi teknis terkait.
3) Memiliki penetapan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan
melampirkan Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPT) PPh Tahun
terakhir bagi perusahaan yang sudah wajib menyerahkan SPT.
4) Rencana Tata Letak KB.
Selain itu, calon PDKB dalam jangka waktu 14 hari harus melaporkan
kepada Menteri Keuangan sebelum melakukan kegiatan. Hal ini
dimaksudkan agar pengawasan dapat segera dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai.
5.20 Kepabeanan dan Cukai
Pengeluaran barang dan bahan baku dari PDKB dapat dilakukan untuk
beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut.
1) Ekspor.
2) Re-ekspor.
3) PDKB lainnya.
4) Diimpor untuk dipakai di daerah pabean Indonesia lainnya.
d. Ekspor
Seperti dijelaskan tujuan utama pengolahan barang di KB adalah untuk
ekspor, dalam hal ini PDKB:
1) Mengajukan PEB yang telah diisi dengan lengkap dan benar.
2) Melampirkan formulir BC-PDKB-10 dalam rangkap 4, yang telah diisi
dengan lengkap dan benar pada PEB:
a) Lembar 1 untuk pelindung pengangkutan sampai ke pelabuhan
muat.
b) Lembar 2 untuk PBC yang mengawasi KB.
c) Lembar 3 untuk PBC pelabuhan muat.
d) Lembar 4 untuk PDKB.
e. Re-ekspor
Barang atau bahan belum diolah, yang karena sesuatu hal harus dire-
ekspor, cukup menggunakan formulir BC-PDKB-10 tanpa menggunakan
5.22 Kepabeanan dan Cukai
f. PDKB lainnya
Apabila barang dan bahan baku ingin dipindahkan ke pengusaha di KB
lainnya, pengusaha menggunakan formulir BC-PDKB-8 dalam rangkap 5
(lima). PDKB mengisi dengan lengkap dan benar formulir tersebut.
1) Lembar 1 untuk pelindung pengangkutan.
2) Lembar 2 untuk Kepala Kantor tujuan.
3) Lembar 3 untuk Kepala Kantor asal.
4) Lembar 4 untuk PDKB tujuan.
5) Lembar 5 untuk PDKB asal.
Atas dasar formulir tersebut maka Pejabat Bea Cukai asal melakukan:
1) Pengawasan stuffing.
2) Menerakan Stp ke pkk.
3) Mencatat jenis dan nomor segel pada formulir.
4) Memberikan persetujuan pengeluaran.
h. Subkontrak
Ada kemungkinan terjadi bahwa PDKB tidak mampu untuk melayani
order luar negeri yang sangat banyak. Untuk mengatasi dan menjaga
kesinambungan maka kepada PDKB diberikan fasilitas untuk
mensubkontrakkan pengolahannya di luar KB. Misalnya ke:
1) Perusahaan industri dalam DPL.
2) PDKB lainnya.
3) EPTE.
Catatan:
Apabila pada setiap pencocokan, penelitian dan pemeriksaan terdapat
ketidaksesuaian maka hal tersebut diberitahukan kepada atasan untuk
diselidiki lebih lanjut.
ADBI4235/MODUL 5 5.25
a. Perizinan
Agar sebuah perusahaan dapat menyelenggarakan KB maka calon KB
harus memenuhi persyaratan seperti berikut.
1) memiliki bukti kepemilikan atau penguasaan suatu bangunan, tempat
atau kawasan yang mempunyai batas-batas yang jelas (pagar pemisah).
2) Memiliki Surat Izin Usaha dan izin lainnya yang diperlukan dari instansi
teknis terkait.
3) Memiliki penetapan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan
melampirkan SPT PPh Tahun terakhir bagi perusahaan yang sudah wajib
menyerahkan SPT.
4) Rencana Tata Letak KB.
5.26 Kepabeanan dan Cukai
c) Dire-ekspor.
4) Tujuan Re-ekspor
Untuk alasan tertentu barang yang belum diolah dari GB diberikan
fasilitas re-ekspor umpamanya barang tersebut tidak sesuai pesanan.
Untuk barang seperti ini PPGB melakukan hal sebagai berikut.
a) Mengajukan formulir Pemberitahuan Ekspor Barang Tanpa PEB
(PEBT).
b) Melampirkan formulir BC 22.3 yang diisi dengan lengkap dan benar
dalam rangkap 4 (empat).
(1) Lembar 1 sebagai pelindung pengangkutan.
(2) Lembar 2 untuk KK yang mengawasi GB.
(3) Lembar 3 untuk Pejabat Bea dan Cukai pelabuhan muat.
(4) Lembar 4 untuk arsip PPGB.
Berpedoman dengan formulir PEBT dan BC 2.3 ini KK BC PGB
menunjuk Pejabat bea dan Cukai untuk:
a) melakukan pengawasan pelaksanaan stuffing;
b) melakukan peneraan;
c) mencatat jenis dan nomor Stp pada formulir BC 2.3;
d) memberikan persetujuan muat pada PEBT.
Atas dasar lembar ke satu dan lembar ke tiga formulir tersebut Pejabat
Bea dan Cukai di pelabuhan muat melakukan hal sebagai berikut.
a) Melakukan pencocokan jenis dan nomor stp.
b) Meneliti keutuhan stp.
c) Meneliti keadaan pkk barang.
d) Memberikan persetujuan muat.
e) Melakukan pengawasan pemuatan.
Kewajiban-kewajiban PPGB
a) Menyelenggarakan pembukuan tentang pemasukan dan pengeluaran
barang ke dan dari GB.
b) Mengimpor mengatur dan menata usahakan barang yang ditimbun
di dalam GB secara tertib.
c) Menyediakan ruangan dan sarana kerja untuk PBC.
d) Menyampaikan laporan setiap 2 bulan kepada Kepala kantor
mengenai barang yang ditimbun, serta pemasukan atau pengeluaran
selama 2 bulan terakhir dengan menggunakan formulir BC-GB-5.
ADBI4235/MODUL 5 5.29
Pengertian
Entrepot untuk tujuan pameran adalah suatu bangunan atau kawasan
dengan batas-batas tertentu yang di dalamnya dilakukan kegiatan usaha
penyelenggaraan pameran barang hasil industri asal impor atau barang
industri dari dalam Daerah Pabean yang penyelenggaraannya bersifat
internasional. Dengan demikian, kriteria sebuah Entrepot untuk Tujuan
Pameran (ETP) adalah sebagai berikut.
1) Ada suatu kawasan dengan batas-batas tertentu.
2) Kegiatan di kawasan tersebut hanya untuk pameran.
3) Yang dipamerkan hasil industri.
4) Hasil industri bisa berasal dari impor dan dari DPL.
5) Penyelenggaraannya bersifat internasional.
a. Perizinan
Izin pengusaha TBB diberikan oleh Menteri Keuangan. Untuk
mendapatkan izin tersebut calon PTBB harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut.
1) Memiliki Surat Izin Usaha dan izin lainnya yang diperlukan.
2) Memiliki penetapan sebagai PKP dan melampirkan SPT PPh tahun
terakhir bagi perusahaan yang sudah wajib menyerahkan SPT.
3) Peta lokasi/tempat yang akan dijadikan TBB.
Permohonan diajukan dengan surat biasa saja karena tidak ada formulir
yang disediakan untuk itu. Persetujuan atau penolakan izin diberikan
selambat-lambatnya dalam jangka waktu 30 hari kerja sejak permohonan
diterima. Izin berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Berhak membeli barang di TBB adalah sebagai berikut.
1) Para anggota Korps Diplomatik.
2) Tenaga ahli bangsa asing yang bekerja pada lembaga-lembaga
Internasional.
3) Orang yang bepergian ke luar negeri.
4) Orang yang tiba dari luar negeri.
Untuk mempermudah pengawasan Pejabat Bea dan Cukai maka TBB
harus memiliki:
1) gudang penimbunan barang;
2) ruang persediaan;
3) ruang pemeriksaan;
4) ruang penjualan;
5) ruang penyerahan;
6) ruang pemeriksaan
ADBI4235/MODUL 5 5.31
b. Lokasi
1) Di terminal keberangkatan.
2) Di terminal kedatangan.
3) Di dalam kota.
PBC melakukan:
a) Mencatat hasil penimbunan pada lembar 1, 2, 3, dan 5 formulir
tersebut.
b) Mengirimkan lembar 1 ke Bendaharawan.
c) Menyerahkan lembar 3 ke TBB.
d) Menyerahkan lembar 4 dan 5 ke Kepala Hanggar.
Dari tempat penimbunan ke ruang pamer:
a) menggunakan formulir E2 TBB
Dari ruang pamer ke ruang penyerahan:
b) Menggunakan formulir EE4 TBB rangkap lima (5);
5.32 Kepabeanan dan Cukai
Pengertian
TPP adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain yang
disamakan dengan itu yang disediakan oleh Pemerintah di kantor Pabean
yang berada di bawah pengelolaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk
menyimpan barang yang:
a. dinyatakan tidak dikuasai,
b. barang yang dikuasai negara, dan
c. barang yang menjadi milik negara.
a. tidak dikuasai,
b. yang dikuasai negara, dan
c. yang menjadi milik negara.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Barang dapat dikeluarkan dari TPB atas persetujuan Pejabat Bea dan
Cukai untuk:
1. diimpor untuk dipakai,
2. diolah,
3. diekspor sebelum atau sesudah diolah, atau
4. diangkut ke TPB lain atau TPS
Barang dari TPB yang diimpor untuk dipakai, dipungut Bea Masuk
berdasarkan tarif yang berlaku pada saat diimpor untuk dipakai serta
nilai pabean yang terjadi pada saat barang dimasukkan ke TPB.
Di setiap Kantor Pabean disediakan TPB yang dikelola oleh
Direktorat Bea dan Cukai, untuk menyimpan barang yang dinyatakan
tidak dikuasai, barang yang dikuasai negara dan barang yang menjadi
milik negara berdasarkan Undang-undang kepabeanan.
TES F OR M AT IF 2
4) Pengeluaran barang dan bahan baku dari PDKB dapat dilakukan untuk
tujuan ….
A. re-impor
B. re-ekspor
C. diproses
D. dipakai sendiri
Kegiatan Belajar 3
KEK Indonesia maka KEK harus menjadi suatu wilayah eksklusif yang
benar-benar berbeda dengan wilayah Indonesia lainnya.
Sabang mungkin bisa disebut sebagai daerah pertama di Indonesia yang
mempunyai status seperti KEK, yaitu sebagai pelabuhan bebas. Semua
barang yang masuk dan keluar di pelabuhan tersebut tidak terkena pajak dan
bea sejauh barang-barang tersebut tidak keluar dari wilayah pelabuhan.
Menjadi yang pertama ternyata tidaklah menjamin keberhasilan dan
kenyataan itu terjadi pada Sabang. Sebagai pelabuhan bebas status Sabang
bahkan sempat dicabut dan isu yang berkembang adalah pemerintah saat itu
lebih mengutamakan Batam sebagai KEK, namun status Sabang kemudian
dipulihkan lagi sebagai daerah perdagangan bebas, namun belum bisa
menunjukkan prestasi sebagai suatu KEK, kebanyakan aktivitasnya adalah
impor mobil bekas dari Singapura dan perdagangan gula.
Batam, Bintan, dan Karimun sebagai KEK terbaik, kemudian muncul
beberapa kawasan berikat yang memberikan pembebasan Bea Masuk untuk
input yang dipakai industri berorientasi ekspor. Kawasan berikat Tanjung
Priok adalah yang pertama disusul Kawasan Cakung, Marunda, dan beberapa
kawasan di Cikarang. Umumnya kawasan berikat ini berfokus pada industri
padat karya seperti garmen dan sepatu, daerah lain yang mempraktikkan
KEK di Indonesia adalah daerah-daerah yang mendapatkan status Kapet
(Kawasan Perekonomian Terpadu) utamanya adalah daerah-daerah di
kawasan timur Indonesia.
Dalam literatur dikenal lima tingkat hierarki spasial (spatial hierarchy)
yang biasa digunakan sebagai hierarki dalam membangun KEK sebagai
pengembangan kawasan melalui industrialisasi.
Pertama, desa sebagai tingkat yang paling rendah. Kedua, pusat-pusat
pemberi jasa (service centres) pada tingkat subdistrik. Ketiga, kawasan-
kawasan pertumbuhan (growth points) pada tingkat distrik. Keempat, pusat-
pusat pertumbuhan (growth centres) pada tingkat daerah dan yang kelima
adalah kutub-kutub pertumbuhan (growth poles) pada tingkat wilayah.
Pada setiap tingkat spasial tersebut dikembangkan industri yang sesuai
dengan daya dukung sumber daya lokal dan akan memperoleh manfaat dari
strategi industrialisasi yang dijalankan. Dengan kata lain, potensi ekonomi di
tiap-tiap spasial dapat dioptimalkan sehingga proses pembangunan yang
dilakukan tidak menimbulkan disparitas.
Idealnya KEK ditempatkan pada posisi sebagai growth point pada
tingkat distrik, tidak mengikuti definisi administratif pemerintah lebih kepada
ADBI4235/MODUL 5 5.41
development district yang mungkin saja meliputi lebih dari satu unit
administrasi pemerintah lokal untuk menekankan perencanaan pembangunan
yang menghendaki fleksibilitas tertentu berdasarkan kondisi dan ciri khusus
kawasan-kawasan. Mirip dengan istilah lain Special Economi Zone (SEZ)
yang sampai sekarang menjadi ujung tombak perekonomian Cina bersaing di
pasar dunia yang begitu ketat.
SEZ yang dibangun Cina benar mengacu pada konsep keunggulan
Singapura atau KEK pada umumnya, yang pertama perlu diperhatikan adalah
lokasi dari SEZ itu sendiri yang harus sedekat mungkin pada lalu lintas
perdagangan internasional serta sarana pelabuhan yang berkelas
internasional.
Contoh SEZ Cina yang sering menjadi rujukan banyak pihak adalah
Shenzen yang terletak langsung berhadapan dengan Hong Kong di mana
Hong Kong diposisikan sebagai pihak yang akan memanfaatkan fasilitas dan
kemudahan yang dimiliki Shenzen. Kedua, menjadi salah satu poin
keunggulan SEZ adalah pada kualitas layanan investasi yang harus dibuat
berstandar internasional, baik dalam lamanya waktu penyelesaian perizinan
maupun insentif fiskal yang diberikan, dengan memberikan perizinan dibuat
semudah mungkin dan segala macam hambatan investasi diminimalkan.
Dengan demikian, Cina pada saat itu menerapkan sistem satu Negara, dua
sistem ekonomi yaitu sistem ekonomi nasional dan sistem ekonomi SEZ.
Ketiga, segala macam aturan dibuat langsung oleh Gubernur Provinsi
tanpa birokrasi yang berbelit. Keempat, infrastruktur memadai dengan
transportasi mencukupi, dekat dengan pelabuhan udara dan laut, energi listrik
memadai dengan tarif yang murah. Kelima, memberikan insentif
menggiurkan bagi para investor, yaitu pengurangan corporate tax sebesar
15%.
bahwa RUU KEK akan diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat pada akhir
Tahun 2007 , RUU KEK disiapkan sebagai antisipasi apabila Perlu No. 1
Tahun 2007 tidak disetujui menjadi undang-undang.
PERPPU Nomor 1 Tahun 2007 merupakan perubahan terhadap Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2000 yang menetapkan Perpu Nomor 1 Tahun
2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Kawasan Bebas menjadi
undang-undang.
Tiga Peraturan Pemerintah (PP) tentang penetapan BBK, sebagai
kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas akan berlaku selama
70 tahun bagi masing-masing area, yaitu sebagai berikut.
1. PP Nomor 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan
Batam.
2. PP Nomor 47 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan
Bintan.
3. PP Nomor 48 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan
Karimun.
5. Pemeriksaan awal.
6. Pemeriksaan akhir.
7. Pengepakan.
8. Pengepakan ulang barang, dan bahan baku dari dalam dan luar negeri.
9. Pelayanan perbaikan atau rekondisi permesinan, serta peningkatan mutu.
10. Namun demikian, belum termasuk penyediaan dan pengembangan
prasarana dan sarana air, perhubungan, termasuk pelabuhan laut dan
bandara, bangunan dan jaringan listrik, pos, dan telekomunikasi serta
prasarana dan sarana lainnya.
pasti berada dalam sistem kepabeanan yang ideal yang berlaku secara
internasional.
Pertaruhan ini membuktikan bahwa pemerintah dapat memberikan
prioritas bagi kepentingan masyarakat lebih luas untuk dapat berkontribusi
dalam membangun bangsa ini dari berbagai aspek lainnya dan khususnya
pengguna jasa kepabeanan dapat memberikan peningkatan optimal
memberikan peningkatan ekspor ke berbagai tujuan utama negara-negara
yang selama ini menjadi mitra bisnis dalam melakukan perdagangan
internasionalnya.
Indonesia sesungguhnya sudah memiliki Sabang secara de facto dan
Batam, Bintan, dan Karimun secara de jure sebagai FTZ. Dengan demikian,
Indonesia memiliki daya pikat investasi tanpa harus digembar-gemborkan
dan mungkin bisa lebih baik dari negara lain, dengan semangat adalah
mencapai efisiensi yang optimal, menghilangkan beban regulasi, birokrasi,
dan campur tangan dengan memberikan insentif dan fasilitas.
Dimulainya penerapan National Single Window (NSW) mulai Desember
2007 sebagai implementasi dari fasilitas perdagangan diharapkan menjadi
salah satu faktor yang menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang akan
dilirik sebagai salah satu negara tujuan instansi. NSW sesuai kesepakatan
ASEAN Agreement dalam mengimplementasikan The ASEAN Single
Window mencakup sistem, yakni single submission untuk data dan informasi;
single and synchronous untuk pengolahan data dan informasi; serta single
decision making untuk customs release and clearance.
Kebijakan KEK harus dengan upah buruh yang fleksibel menurut World
Bank (2005) penyebab keengganan investor asing masuk ke Indonesia adalah
upah buruh yang tidak fleksibel dan biaya pemutusan hubungan kerja yang
tinggi dibandingkan dengan negara Asia lainnya.
Optimalisasi KEK dapat ditingkatkan dengan kualitas tenaga kerja yang
baik. Rendahnya kualitas tenaga kerja Indonesia dapat dilihat dari komposisi
ekspor produk manufaktur. Menurut World Bank komposisi ekspor
manufaktur berkomponen teknologi tinggi Indonesia hanya 15%.
Memerlukan penekanan biaya investasi, biaya investasi di Indonesia merujuk
laporan World Bank tergolong tinggi, tercermin dari prosedur investasi, yaitu
12 prosedur, waktu yang lama (151 hari dan biaya yang tinggi 126% per
pendapatan per kapita).
KEK membutuhkan institusi yang kuat. Bukti empiris memperlihatkan
penyebab utama krisis di Indonesia. Berdasarkan survey Merly Khow (2004)
ADBI4235/MODUL 5 5.45
2. Fasiltas Nonfiskal
a. Pada KEK disediakan fasilitas nonfiskal di bidang pertanahan
berupa penjaminan perpanjangan atau pembaharuan Hak Guna
Bangunan kepada investor.
b. Hak Guna Bangunan paling lama 30 tahun dapat diperpanjang
20 tahun.
c. Mendapat kemudahan dan keringanan, antara lain berikut ini.
1) Bidang perizinan usaha.
2) Kegiatan usaha.
3) Perbankan.
4) Permodalan.
5) Perindustrian.
6) Perdagangan.
7) Kepabeanan.
8) Perpajakan.
menyatakan serius daerahnya menjadi KEKI, antara lain (1) Kepulauan Riau
(Kepri), (2) Riau, (3) Sumatera Utara, (4) Sumatera Selatan, (5) Banten, (6)
Jawa Barat, (7) Jawa Tengah, (8) Jawa Timur, (9) Kalimantan Barat, (10)
Sulawesi Tengah, (11) Sulawesi Selatan.
Namun demikian, ada kriteria untuk KEKI, yaitu sebagai berikut.
1. Kriteria komitmen daerah.
2. Kriteria tata ruang.
3. Kriteria lokasi.
4. Kriteria infrastruktur.
5. Kriteria lahan.
6. Kriteria batas.
LAT IH A N
1) Masih banyak hal-hal lain yang harus diberikan kepada masyarakat dan
pengguna jasa kepabeanan baik nasional dan internasional untuk dapat
diberikan fasilitas dan kemudahan antara lain penangguhan bea masuk
dan Pembebasan Pajak Penghasilan.
2) Mengingat banyak fasilitas dan kemudahan yang diberikan oleh
pemerintah, sebaiknya pemerintah menawarkan lebih banyak insentif
perpajakan dan nonperpajakan dalam kebijakan investasinya,
momentum ini sangat baik sekali bagi pemerintah untuk membuktikan
kinerja di bidang pembangunan ekonomi.
Untuk KEK seharusnya diberikan fasilitas fiskal dan nonfiskal dalam
Perpu Ekonomi Khusus, diperlukan sangat mendesak untuk dapat
memberikan kepastian hukum sehingga investor yang sudah ada tetap
berkeinginan untuk melanjutkan investasinya, kalau tidak segera maka
kemungkinan yang terburuk adalah akan pergi meninggalkan Indonesia.
Fasilitas dan kemudahan yang diberikan mempunyai dasar hukum dalam
hal ini khususnya Batam, Bintan, dan Karimun bisa dijadikan sebuah
KEK yang pertama dikembangkan oleh pemerintah Indonesia dan
disusul kemudian untuk KEK lainnya.
5.50 Kepabeanan dan Cukai
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
2) KEK sepertinya tidak bisa berdiri sendiri karena dalam Bab XIV
Pasal 31 Undang-undang Penanaman Modal disebutkan bahwa untuk
mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat
strategis dapat ditetapkan KEK, pemerintah bisa menetapkan kebijakan
investasi di kawasan itu dan ketentuan KEK Berdasar ….
A. Keputusan Presiden
B. Undang-undang
C. Peraturan Pemerintah
D. Keputusan Menteri Keuangan
Pilihlah:
A. Jika (1) dan (2) benar.
B. Jika (1) dan (3) benar.
C. Jika (2) dan (3) benar.
D. Jika (1), (2), dan (3) benar.
Kegiatan Belajar 4
A. TERMINAL
Pemerintah harus menjamin transportasi itu aman. Oleh karena itu, harus
ada pengawasan yang ketat dan penalti yang tegas terhadap operator yang
melakukan kelalaian. Pemerintah harus lebih selektif dan ketat dalam
perizinan pengadaan dan penggunaan armada yang diajukan operator, ini
penting agar keselamatan pengguna jasa.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) juga harus
didorong untuk lebih independen karena merekalah yang akan memberikan
rekomendasi-rekomendasi perbaikan dalam menunjang peningkatan bagi
pengguna jasa.
LAT IH A N
2) Adanya kesepakatan tarif di Tanjung Priok mengenai tarif jasa kapal dan
bongkar muat di pelabuhan terbesar di Indonesia yang melibatkan
Gabungan Forwarder dan Ekspedisi Indonesia (Gafeksi), Gabungan
Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI), Gabungan Pengusaha
Ekspor Indonesia (GPEI). Selain itu, Indonesian National Shipowners
Association (INSA) Jaya, Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia
(APBMI) Tanjung Priok dan Asosiasi Pengusaha empat Penimbunan
Sementara Seluruh Indonesia (Aptesindo). Diperlukan kesepakatan oleh
pengurus Dewan Pemakai Jasa Angkutan Laut Indonesia (Depalindo),
Asosiasi Depo dan Pergudangan Indonesia (Apdepi) serta Forum
Konsolidator Forwarder Jakarta (FKFJ).
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 4
4) Tanjung Priok ... ,di mana 20 pelabuhan papan atas dunia berlokasi di
benua Asia, terutama Asia Timur Raya, sisanya (10 pelabuhan) berlokasi
di Eropa Utara, Amerika Utara dan Amerika Selatan.
A. Masuk 30 top dunia
B. Masuk 20 top dunia
C. Masuk 10 top dunia
D. Masuk 40 top dunia
5.62 Kepabeanan dan Cukai
Pilihlah:
A. Jika (1) dan (2) benar.
B. Jika (1) dan (3) benar.
C. Jika (2) dan (3) benar.
D. Jika (1), (2), dan (3) benar.
Tes Formatif 1
1) B. Pergudangan Berikat
2) C. tiga puluh hari
3) A. Antara barang impor dan barang ekspor yang berada di dalam
gudang harus ada pagar pembatas yang tingginya harus lebih dari
2 meter dengan jarak jeruji maksimal 10 cm.
4) C. Di Tempat Penimbunan Sementara yang berada di luar areal
pelabuhan. Batas maksimum waktu penimbunan adalah 60 (enam
puluh) hari sejak tanggal penimbunannya.
5) A. Barang tidak dikuasai dapat berasal dari:
a) Barang di Tempat Penimbunan Sementara yang melebihi
jangka waktu penimbunan yang diperbolehkan, yaitu sebagai
berikut.
(1) Dalam areal pelabuhan 30 hari sejak penimbunan.
(2) Luar areal pelabuhan 60 hari sejak penimbunan.
b) Barang di Tempat Penimbunan Berikat yang izinnya telah
dicabut dan dalam batas waktu 30 hari tidak diselesaikan.
c) Barang yang dikirim melalui Pos:
(1) yang ditolak si Alamat;
(2) yang diterima kembali setelah ditolak dari luar dan si
alamat tidak diketahui.
Tes Formatif 2
1) C. Tempat Penimbunan Berikat (TPB) adalah bangunan, tempat atau
kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu di dalam Daerah
Pabean yang digunakan untuk menimbun, mengolah, memamerkan,
dan/atau menyediakan barang untuk dijual dengan mendapatkan
perlakuan khusus di bidang Kepabeanan, Cukai, dan perpajakan
yang dapat berbentuk;
a) Kawasan Berikat,
b) Pergudangan Berikat,
c) Entrepot untuk Tujuan Pameran, atau
d) Toko Bebas Bea.
5.64 Kepabeanan dan Cukai
Tes Formatif 3
1) A. Direktur Jenderal Bea dan Cukai untuk atas nama Menteri
Keuangan
2) B. Masalah KEK sepertinya tidak bisa berdiri sendiri karena dalam Bab
XIV Pasal 31 Undang-undang Penanaman Modal disebutkan bahwa
untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu
yang bersifat strategis dapat ditetapkan KEK, pemerintah bisa
menetapkan kebijakan investasi di kawasan itu dan ketentuan KEK
melalui undang-undang.
3) A. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.
4) A. Kepastian hukum
5) D. Tiga Peraturan Pemerintah (PP) tentang penetapan Pulau Batam,
Bintan, dan Karimun (BBK), sebagai kawasan perdagangan bebas
dan pelabuhan bebas akan berlaku selama 70 tahun bagi masing-
masing area, yaitu sebagai berikut.
a) Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 tentang Kawasan
Perdagangan dan Pelabuhan Batam.
b) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2007 tentang Kawasan
Perdagangan dan Pelabuhan Bintan.
c) Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2007 tentang Kawasan
Perdagangan dan Pelabuhan Karimu.
ADBI4235/MODUL 5 5.65
Tes Formatif 4
1) A. Pola Kepabeanan
2) A. Angkutan Udara
3) A. Fakta geografis kembali memberi impresi bahwa Asia masih
merupakan pusat daya tarik perdagangan dunia dengan Cina sebagai
barometernya, Cina masih merupakan negeri yang mengontrol
hampir seperlima (18,4%) kontainer dunia di sejumlah pelabuhan.
4) A. Seperti dilaporkan oleh Majalah Containersation international edisi
Maret 2006 Pelabuhan Tanjung Priok masuk 30 top dunia dimana
20 pelabuhan papan atas dunia berlokasi dibenua Asia, terutama
Asia Timur Raya, sisanya (10 pelabuhan) berlokasi di Eropa Utara,
Amerika Utara, dan Amerika Selatan.
5) D. Empat pelabuhan utama yang paling banyak menangani bongkar
muat kontainer adalah tanjung Priok, Belawan Medan, Tanjung
Perak Surabaya, dan Tanjung Emas Semarang.
Modul 6
PEN D A HU L UA N
karena semua manifest yang diterima dan diproses di kantor Bea dan Cukai
berupa data elektronik (paperless).
Selain tata cara penyerahan, ada perubahan mendasar di sisi aturannya
sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 39/PMK.04/2006 diatur
batas waktu penyerahan manifest. Kalau dulunya boleh diserahkan 1 24
jam sejak kedatangan pesawat sekarang dibuat menjadi sebelum
pembongkaran kargo. Selanjutnya, Ditjen Bea dan Cukai segera melakukan
integrasi dengan SAP-Impor dan SAP Ekspor sehingga akan ada rekonsiliasi
secara elektronik antara dokumen manifest dan dokumen impor dan ekspor.
Diharapkan SAP Manifest akan mampu menjadi langkah awal
melakukan reformasi birokrasi dan administrasi pelayanan pabean. Mengenai
penerapan PDE Manifest untuk udara diterapkan di semua bandara yang
melayani penerbangan internasional.
NSW atau portal nasional sistem satu jalur kepabeanan akan menjadi
pusat kendali sistem keluar masuk data ekspor-impor nasional, menggantikan
beberapa fungsi dan wewenang yang selama ini dipegang instansi
pemerintah. Penerapan sistem satu jalur kepabeanan (single window) diuji
coba di Batam mulai akhir Desember 2006 dan untuk sebagian besar produk
ekspor-impor Indonesia berjalan pada tahun 2007.
Dengan Sistem Aplikasi Dokumen (SAD), dokumen impor sekaligus
akan menjadi dokumen ekspor dan semua dokumen yang terkait akan
disatukan menjadi dokumen tunggal. Untuk tahap awal akan disatukan tiga
dokumen saja, yaitu pemberitahuan impor barang (PIB/BC2.0),
pemberitahuan ekspor barang (PEB/PC3.0), dan dokumen ke kawasan berikat
(BC2.3). Dokumen penyatu tiga dokumen disebut PP (Pemberitahuan
Pabean) SAD. Format dokumen SAD didesain dalam format web-based
sehingga pengiriman SAD ke Kantor Pelayanan Bea dan Cukai di Batam
dilakukan melalui internet, termasuk untuk memudahkan pengguna jasa di
kawasan berikat.
Dalam meningkatkan kinerjanya pemerintah sebaiknya memperluas
fasilitas jalur hijau pada wilayah kepabeanan Indonesia termasuk darat, udara
maupun laut bertujuan agar negara-negara di ASEAN mempercepat arus lalu
lintas antarnegara. Pemilihan kawasan yang jalur hijaunya ditambah tidak
hanya mempertimbangkan posisi pelabuhan dan kepentingan impor, namun
eksportir dari Indonesia juga harus dipastikan mendapatkan fasilitas yang
sama dari negara lain. Sepuluh negara anggota ASEAN mempersiapkan
fasilitas khusus, yakni membebaskan pemeriksaan fisik atas barang ekspor
6.4 Kepabeaan dan Cukai
Kegiatan Belajar 1
Wewenang Kepabeanan
2. Pemeriksaan Pembukuan
Pejabat Bea dan Cukai berwenang
a. Meminta kepada importir atau eksportir untuk menyerahkan laporan
keuangan, buku, catatan, dan dokumen yang menjadi bukti dasar
pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data
elektronik, serta surat yang berkaitan dengan kegiatan yang bertalian
dengan impor atau ekspor, dan mengambil contoh barang untuk
pemeriksaan Pemberitahuan Pabean.
b. Menunda pemberian persetujuan impor atau ekspor dalam hal
Pemberitahuan Pabean tidak memenuhi persyaratan.
c. Memeriksa buku, catatan, surat-menyurat yang bertalian dengan impor
atau ekspor dan sediaan barang dari importir, eksportir, pengusaha TPS,
pengusaha TPSB, pengusaha pengurusan jasa Kepabeanan atau
pengusaha pengangkutan.
5. Pemeriksaan Badan
Untuk memenuhi kewajiban pabean berdasarkan Undang-undang
tentang larangan dan pembatasan impor atau ekspor barang, Pejabat Bea dan
Cukai berwenang memeriksa badan setiap orang; hal ini mengingat bahwa
beberapa barang yang sedemikian kecil ukurannya sehingga dapat
disembunyikan di dalam badan atau pakaian yang dikenakan. Pemeriksaan
ini dilakukan pada orang yang:
a. berada di atas atau baru saja turun dari sarana pengangkut yang masuk
ke dalam Daerah Pabean;
b. berada di atas atau siap naik ke sarana pengangkut yang tujuannya
adalah tempat di luar Daerah Pabean;
c. sedang berada atau baru saja meninggalkan TPS atau TPB;
d. sedang berada di atau baru saja meninggalkan kawasan pabean.
6. Penegahan
Pejabat Bea dan Cukai berwenang melakukan penegahan terhadap:
a. barang impor yang berada di kawasan pabean yang oleh pemiliknya akan
dikeluarkan ke peredaran bebas tanpa memenuhi kewajiban pabean,
b. barang impor yang baru ke luar dari kawasan pabean yang berdasarkan
petunjuk yang cukup belum memenuhi sebagian atau seluruh kewajiban
pabeannya,
c. barang ekspor yang berdasarkan petunjuk yang cukup belum memenuhi
sebagian atau seluruh kewajiban pabeannya,
d. sarana pengangkut yang memuat barang yang belum dipenuhi kewajiban
pabeannya, atau
e. sarana pengangkut yang belum diselesaikan kewajiban pabeannya.
ADBI4235/MODUL 6 6.9
Barang dan/atau sarana pengangkut yang ditegah oleh Pejabat Bea dan
Cukai dikuasai negara dan disimpan di TPP, sedangkan pemilik barang
dan/atau sarana pengangkut yang ditegah oleh Pejabat Bea dan Cukai, dapat
mengajukan keberatan secara tertulis kepada Menteri dalam jangka waktu
paling lama 30 hari sejak diterimanya surat bukti penegahan, dengan
ketentuan:
a. menyebutkan alasan-alasan keberatan, dan
b. melampirkan bukti-bukti yang menguatkan keberatan.
atau nilai pabean untuk penghitungan Bea Masuk maupun sanksi administrasi
maka pengguna jasa Kepabeanan dapat mengajukan keberatan kepada
Direktur Jenderal Bea dan Cukai dalam waktu tiga puluh hari sejak tanggal
penetapan dengan menyerahkan jaminan sebesar Bea masuk yang harus
dibayar. Putusan atas keberatan itu akan dikeluarkan dalam jangka waktu
enam puluh hari sejak diterimanya keberatan. Apabila dalam waktu enam
puluh hari Dirjen Bea dan Cukai tidak memberi jawaban maka keberatan
tersebut dianggap diterima dan jaminan dikembalikan. Di samping itu,
pemerintah memberikan bunga sebesar 2% setiap bulannya untuk selama-
lamanya dua puluh empat bulan.
Orang yang keberatan terhadap penetapan Direktur Jenderal Bea dan
Cukai atas tarif dan nilai pabean dapat mengajukan permohonan banding
hanya kepada badan peradilan pajak seperti yang dimaksud dalam undang-
undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang
Nomor 16 tahun 2000, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3984).
C. KETENTUAN PIDANA
D. SANKSI ADMINISTRASI
3. Di atas 50% sampai dengan 75% dari Bea Masuk yang telah dibayar,
dikenakan denda sebesar 300% dari kekurangan Bea Masuk.
4. Di atas 75% sampai dengan 100% dari Bea Masuk yang telah dibayar,
dikenakan denda sebesar 400% dari kekurangan pembayaran Bea
Masuk.
5. Di atas 100% dari Bea Masuk yang telah dibayar, dikenakan denda
sebesar 1000% dari kekurangan pembayaran Bea Masuk.
Apabila tarif Bea Masuk atas barang yang berkaitan dengan pelanggaran
yang dikenakan sanksi administrasi sebagai diatur besarnya 0% (Nol persen)
maka denda ditetapkan sebesar 5 juta rupiah.
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah) jika atas tindak
pidana tersebut diancam dengan pidana penjara, dengan tidak menghapuskan
pidana denda apabila atas tindak pidana tersebut diancam dengan pidana
penjara dan pidana denda.
Penyidikan
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai dapat diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang kepabeanan.
Penyidik karena kewajibannya berwenang:
1. menerima laporan atau keterangan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana di bidang Kepabeanan;
2. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
3. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan sehubungan dengan
tindak pidana di bidang kepabeanan;
4. melakukan penangkapan dan penahanan terhadap orang yang disangka
melakukan tindak pidana di bidang Kepabeanan;
5. meminta keterangan dan bukti dari orang yang disangka melakukan
tindak pidana di bidang Kepabeanan;
6. memotret dan/atau merekam melalui media audio visual terhadap orang,
barang, sarana pengangkut atau apa saja yang dapat dijadikan bukti
adanya tindak pidana di bidang Kepabeanan;
7. memeriksa catatan dan pembukuan yang diwajibkan menurut Undang-
undang ini dan pembukuan lainnya yang terkait;
8. mengambil sidik jari orang;
9. menggeledah rumah tinggal, pakaian, atau badan;
10. menggeledah tempat atau sarana pengangkut dan memeriksa barang
yang terdapat di dalamnya apabila dicurigai adanya tindak pidana di
bidang Kepabeanan;
11. menyita benda-benda yang diduga keras merupakan barang yang dapat
dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang Kepabeanan;
12. memberikan tanda pengaman dan mengamankan apa saja yang dapat
dijadikan sebagai bukti sehubungan dengan tindak pidana di bidang
Kepabeanan;
6.16 Kepabeaan dan Cukai
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
A. PENIMBUNAN BKC
BKC yang belum dilunasi cukainya dapat ditimbun dalam TPS atau
TPB. Hal ini dapat dilaksanakan dengan ketentuan yang diatur berdasarkan
Undang-undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 . BKC yang ditimbun
ini dapat berupa bahan baku atau bahan penolong.
Atas BKC yang ditimbun ini, Pengusaha Pabrik mempunyai kewajiban
seperti berikut.
1. Menyelenggarakan pencatatan mengenai pemasukan, penimbunan dan
pemakaian BKC tersebut ke dalam Buku Persediaan sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan Indonesia.
6.20 Kepabeaan dan Cukai
Pengeluaran BKC yang belum dilunasi cukainya dari pabrik atau tempat
penyimpanan dengan tujuan untuk dimasukkan ke pabrik atau tempat
penyimpanan lainnya dengan fasilitas tidak dipungut cukai, dilindungi
dengan dokumen cukai CK-5, sedangkan pemasukan BKC yang belum
dilunasi cukainya ke pabrik atau tempat penyimpanan yang berasal dari TPS
atau TPB dengan fasilitas tidak dipungut cukai, harus dilindungi dengan
dokumen cukai CK-6.
ADBI4235/MODUL 6 6.21
cara pelekatan pita cukai, dari pabrik atau tempat penyimpanan, dilindungi
dengan dokumen cukai CK-14, dan bila dikeluarkan dari TPS atau TPB,
dilindungi dengan dokumen cukai CK-15. Sedangkan pengeluaran BKC
berupa hasil tembakau, yang sudah dilunasi cukainya dengan cara pelekatan
pita cukai dari Pabrik atau dari Kawasan Pabean/TPS dapat dilakukan tanpa
dilindungi dengan dokumen cukai.
C. PENGANGKUTAN BKC
D. PERDAGANGAN BKC
F. PENEGAHAN
G. PENYEGELAN
a. Keberatan
Pengusaha Pabrik atau Tempat Penyimpanan dapat mengajukan
keberatan secara tertulis kepada Direktur Jenderal atas hasil penutupan Buku
Rekening BKC dalam jangka waktu 30 hari setelah tanggal penutupan,
dengan menyerahkan jaminan sebesar cukai yang kurang dibayar. Hal yang
sama dikenakan pula terhadap Orang yang dikenal sebagai sanksi
administrasi
b. Banding
Orang yang berkeberatan atas pencabutan izin bukan permohonan
sendiri dapat mengajukan banding dalam jangka waktu 60 hari sejak tanggal
penetapan atau keputusan, setelah cukai dan/atau sanksi administrasi yang
terutang dilunasi.
Permohonan banding diajukan hanya kepada badan peradilan pajak
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000.
Sebelum badan peradilan pajak dibentuk, permohonan banding diajukan
kepada lembaga banding yang putusannya bukan merupakan keputusan Tata
Usaha Negara. Permohonan dimaksud diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia dengan alasan yang jelas, dilampiri salinan dari penetapan atau
keputusan pejabat administrasi yang dimohonkan banding.
c. Lembaga banding
Lembaga banding di bidang kepabeanan dan cukai disebut juga Lembaga
Pertimbangan Bea dan Cukai dan berkedudukan di Jakarta. Lembaga
Pertimbangan Bea dan Cukai dipimpin oleh seorang ketua dan beranggotakan
unsur pemerintahan, pengusaha swasta, dan pakar. Pada saat ini diatur ke
dalam UU No. 14 Tahun 2002.
Anggota majelis yang mempunyai kepentingan pribadi dengan
permasalahan yang diperiksa harus mengundurkan diri dari majelis-susunan
organisasi dan tata kerja serta urusan mengenai administrasi dan tata tertib
ADBI4235/MODUL 6 6.27
d. Ketentuan pidana
Setiap orang yang tanpa memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14, menjalankan kegiatan Pabrik, Tempat Penyimpanan atau
mengimpor BKC dengan maksud mengelakkan pembayaran cukai dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 5 tahun dan
pidana denda paling sedikit 2 kali nilai cukai dan paling banyak 10 kali nilai
cukai yang seharusnya dibayar.
Pengusaha Pabrik dan Pengusaha Tempat Penyimpanan yang
mengeluarkan BKC dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan tanpa
mengindahkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1)
dengan maksud mengelak pembayaran cukai dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 tahun dan paling lama 5 tahun dan pidana denda paling
sedikit 2 kali nilai cukai dan paling banyak 10 kali nilai cukai yang
seharusnya dibayar.
Setiap orang yang dengan sengaja memperlihatkan atau menyerahkan
buku, catatan, dokumen, dan atau surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
36 ayat (1) atau Pasal 39 ayat (1b) yang palsu atau dipalsukan, dipidana
penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 6 tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta) dan paling banyak
Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta).
Setiap orang yang menawarkan, menyerahkan atau menyediakan untuk
dijual BKC yang tidak dikemas untuk penjualan eceran atau dilekatkan pita
cukai atau tanda pelunasan cukai lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
29 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling
6.28 Kepabeaan dan Cukai
lama 5 tahun dan pidana denda paling sedikit 2 kali nilai cukai dan
paling banyak 10 kali nilai cukai yang seharusnya dibayar.
Barang siapa secara melawan hukum seperti butir di bawah ini dipidana
dengan pidana paling singkat 1 tahun paling lama 8 tahun dan denda paling
sedikit 10 kali nilai cukai dan paling banyak dua puluh kali nilai cukai yang
harus dibayar, yaitu sebagai berikut.
1) Membuat secara melawan hukum, meniru, atau memalsukan pita cukai
atau tanda pelunasan cukai lainnya.
2) Membeli, menyimpan, mempergunakan, menjual, menawarkan,
menyerahkan, menyediakan untuk dijual atau mengimpor pita cukai atau
tanda pelunasan cukai lainnya yang palsu atau dipalsukan.
3) Mempergunakan, menjual, menawarkan, menyerahkan, menyediakan
untuk dijual atau mengimpor pita cukai atau tanda pelunasan cukai
lainnya yang sudah dipakai.
Jika suatu pidana menurut undang-undang ini dilakukan oleh atau atas
nama suatu badan hukum, perseroan, perusahaan, perkumpulan, yayasan,
atau koperasi, tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan terhadap:
1. badan hukum, perseroan, perusahaan, perkumpulan, yayasan, atau
koperasi tersebut; dan/atau
2. mereka yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut
atau yang bertindak sebagai pimpinan atau yang melalaikan
pencegahannya.
H. PENYIDIKAN
I. KETENTUAN LAIN
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
4) Kaset yang dijual tanpa dilekati pita cukai maka penjualnya akan dikenai
denda sebanyak … kali nilai cukai yang harus dibayar.
A. lima
B. delapan
C. sepuluh
D. lima belas
Kegiatan Belajar 3
Modul pengangkut sebagai salah satu pilar dalam SAP PDE Manifest
merupakan program aplikasi komputer yang berfungsi sebagai alat bantu
(tools) bagi perusahaan pengangkutan untuk menyiapkan dan melakukan
pengelolaan data dari dokumen-dokumen yang harus diserahkan kepada
KPBC. Fungsi-fungsi pokok yang terdapat dalam aplikasi ini adalah sebagai
berikut.
1. Entry data RKSP dan Manifest.
2. Browse (explore) data dari RKSP dan Manifest.
3. Loading dan Generate Plat File sebagai dukungan untuk penggabungan
data manifest dari/ke partner shipping line.
4. Penyiapan, pengiriman data, dan penerimaan respons dari KPBC.
5. Penyiapan data untuk dikirim dalam bentuk disket (mode disket).
A. INWARD MANIFEST
B. OUTWARD MANIFEST
Dalam menyiapkan satu set data manifest (daftar muatan dalam satu
kapal), pengangkut harus mengumpulkan data dari para partnernya. Hal ini
disebabkan adanya praktik joint slot (penggunaan bersama) space dalam
kapal oleh lebih dari satu perusahaan pengangkut (shipping line). Di samping
itu, shipping line menerima data manifest dari forwarder berupa barang-
ADBI4235/MODUL 6 6.39
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Indonesia harus tegas dan adil, tegas
dalam tahap-tahap implementasinya dan dalam menjamin bahwa
pemenuhannya dapat dimengerti dan cocok. Adil dalam memberikan periode
waktu yang masuk untuk tahap uji coba sehingga masalah-masalah yang
timbul dapat diselesaikan.
ADBI4235/MODUL 6 6.41
NSW dapat langsung menghitung berapa pajak dan bea masuk yang harus
dibayar, dengan demikian pembayaran bisa langsung ke bank atau kantor
Inspeksi Bea Cukai.
Portal pabean dokumen tunggal dengan nama http://insw.beacukai.go.id
dilengkapi beberapa fitur dan fasilitas kelengkapan situs dan standar web
content untuk bisa diakses oleh seluruh masyarakat pengusaha yang terkait
dengan proses kegiatan perdagangan ekspor-impor. Dengan demikian,
menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di ASEAN yang menerapkan
sistem dokumen tunggal secara elektronik dan sekaligus menjadi negara
pertama yang telah berhasil menerapkan konsep sistem terintegrasi melalui
portal itu.
NSW atau portal nasional sistem satu jalur kepabeanan akan menjadi
pusat kendali sistem keluar masuk data ekspor-impor nasional, menggantikan
beberapa fungsi dan wewenang yang selama ini dipegang instansi
pemerintah.
Penerapan sistem satu jalur kepabeanan (single window) diuji coba di
Batam mulai akhir Desember 2006 dan untuk sebagian besar produk eskpor-
impor Indonesia berjalan pada tahun 2007. Di sejumlah negara seperti
Singapura, Malaysia dan Thailand, NSW segenap aktivitas elektronik dalam
sistem satu jalur kepabeanan sudah lebih dahulu membuat undang-undang
transaksi elektronik.
Pemerintah Indonesia dalam penerapannya harus berpayung hukum
undang-undang transaksi elektronik sehingga memberikan perlindungan
hukum kepada aktivitas elektronik. Adapun dalam sistem satu jalur
kepabeanan terdapat sejumlah aktivitas elektronik seperti e-customs, e-
clearance, e-licencing dan e-payment. Tanpa adanya undang-undang
transaksi elektronik, aktivitas tersebut tetap dapat berjalan, namun tidak
mempunyai kekuatan hukum apapun. Melibatkan agen pemerintah di luar
kepabeanan yaitu Badan Karantina, Badan POM, Departemen Perdagangan
dan Disperindag Batam.
Single window, membutuhkan sejumlah sarana fisik antara lain:
pemberitahuan dokumen tunggal (clearance), pengangkutan (manifest),
pengiriman data, serta pengolahan data. Sistem dokumen tunggal (single
administrative document) hampir bersamaan dengan penerapan outward
manifest secara nasional di laut dan udara, 1 Oktober 2006.
ADBI4235/MODUL 6 6.43
F. JALUR PRIORITAS
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
5) Saat ini setiap barang yang diekspor dari negara-negara ASEAN harus
diperiksa berkali-kali secara fisik. Pemeriksaan mulai dari penelitian
dokumen hingga pembongkaran kontainer sehingga eksportir harus
melewati banyak pintu dan harus membayar petugas bea dan cukai di
setiap perbatasan. Selain itu, terjadi pemborosan waktu yang seharusnya
cukup diperiksa … saja yakni di tujuan akhir.
A. tiga kali
B. dua kali
C. satu kali
D. tidak perlu ada pemeriksaan
Kegiatan Belajar 4
Pengawasan Kepabeanan
pelik dengan kondisi geografis yang terdiri dari ribuan pulau maupun
perdagangan ilegal.
Sebagai ujung tombak dalam dunia perdagangan, DJBC sudah
seharusnya untuk terus berbenah diri di semua lini, mulai dari perbaikan
sistem dan prosedur sampai kepada penegakan hukum untuk mewujudkan
pemerintahan yang bersih dan untuk mengoptimalkan fungsi pengawasan
yang sekarang ini banyak disoroti dan diduga oleh masyarakat banyak terjadi
penyimpangan maka perlu kiranya mendapat perhatian yang serius. Dampak
negatif yang ditimbulkan dari lemahnya sistem pengawasan adalah maraknya
penyelundupan yang berdampak negatif pada tidak optimalnya penerimaan
negara terutama sektor Bea Masuk, cukai, serta pungutan dalam rangka
impor lainnya.
DJBC menetapkan lima program dalam pengawasan kepabeanan, antara
lain pengawasan.
1. kegiatan pelayanan impor di pelabuhan utama.
2. di daerah-daerah perbatasan.
3. kegiatan impor lainnya.
4. kegiatan di bidang ekspor.
5. kegiatan di bidang cukai.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai memiliki tiga sistem pelayanan bagi
importir, yaitu pelayanan jalur merah, jalur hijau, dan jalur prioritas. Pada
jalur merah petugas menerapkan pengawasan ekstra ketat, meliputi
pemeriksaan atas dokumen dan yang diimpor secara fisik. Untuk jalur hijau,
pemeriksaan dilakukan hanya atas dokumen, sedangkan pada jalur prioritas
importir bebas dari pemeriksaan, baik dokumen maupun barang yang
diimpor.
Pemeriksaan atas dokumen dan fisik barang impor pada jalur merah
dilakukan terhadap importir baru, importir berkategori risiko tinggi, barang
re-impor atau terkena pemeriksaan acak dan pemeriksaan jalur merah juga
diterapkan atas barang impor tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah,
antara lain beras, gula, terigu, bahan peledak, dan senjata api.
Bea dan Cukai menerapkan sistem jalur kuning untuk mempercepat
pemeriksaan barang impor yang masuk jalur merah, menyusul terjadinya
hambatan di jalur merah setelah pengoperasian KPU Bea dan Cukai di
Pelabuhan Tanjung Priok pada 2 Juli 2007. Jalur kuning diterapkan untuk
memperlancar proses pemeriksaan barang impor yang masuk jalur merah di
Tanjung Priok dan memiliki risiko rendah dan memiliki nilai pabean yang
tinggi maka fisik barangnya tidak diperiksa terlalu ketat.
Penerapan jalur kuning ini diharapkan akan mengurangi kepadatan di
jalur merah sampai 50% sehingga barang impor yang menumpuk akibat
pemeriksaan di jalur merah dapat segera diatasi.
Wewenang untuk menentukan jalur kuning diberikan sepenuhnya kepada
Kepala Kantor Pelayanan Utama Tanjung Priok apabila proses pelayanan
jalur merah mengalami stagnasi. Pelayanan di jalur kuning diutamakan
barang impor jenis bahan baku yang sangat dibutuhkan oleh industri.
Pengawasan kegiatan impor lainnya meliputi pengawasan terhadap
beberapa kegiatan impor yang mempunyai potensi cukup besar untuk dapat
mengakibatkan terjadinya praktik-praktik penyelundupan dan perdagangan
ilegal. Beberapa kegiatan yang perlu mendapat perhatian serius, antara lain
pengawasan pada kegiatan tempat penimbunan berikat (kawasan berikat dan
gudang berikat), pengawasan terhadap praktik-praktik pemasukan barang
impor dengan un-manifest atau praktik under-volume dalam dokumen inward
manifest, dan pengawasan terhadap barang penumpang, kegiatan di gudang
rush handling, kegiatan perusahaan jasa titipan, kegiatan kantor pos lalu bea,
dan kegiatan pada PPLB (Pos Pemeriksaan Lintas Batas).
ADBI4235/MODUL 6 6.57
Data jumlah KPBC yang melayani dan mengawasi perusahaan penerima fasilitas
per 1 Februari 2007
PKB/ PGB/
No. Kantor Wilayah KPBC TBB PETP
PDKB PPGB
1. I Belawan 45 1 1 -
Kuala Tanjung 6 - - -
Pematang Siantar 2 5 - -
Teluk Bayur 1 - - -
2. II Kuala Enok 6 -
Tanjung Pinang 8 1 - 1
Dumai 12 - - -
Tanjung Uban 3 - - -
Pekan Baru 12 1 - -
Batam 1 1 5 -
3. III Bandar Lampung 11 - - -
Bengkulu 1 - - -
Palembang 2 - - -
Jambi 1 1 - -
4. IV Jakarta 147 212 7 5
Tanjung Priok 11 -- - -
5. V Soekartno-Hatta 149 48 7 -
Bekasi 343 166 - -
Purwakarta 138 47 - -
Bogor 106 8 - -
Bandung 47 - - 3
Cirebon 4 - - -
Merak 23 27 - -
6. VI Tanjung Emas 57 7 - -
Semarang 2 - - -
Surakarta 12 - - -
Yogyakarta 6 1 - -
Cilacap 3 1 - -
6.62 Kepabeaan dan Cukai
PKB/ PGB/
No. Kantor Wilayah KPBC TBB PETP
PDKB PPGB
Tegal 1 - -
Kudus 1 2 - -
7. VII Pasuruan 32 4 - -
Juanda 34 15 - 1
Tanjung Perak 3 3 - -
Malang 3 - - -
Probolinggo 2 - - -
Gresik 6 5 - -
8. VIII Ngurah Rai 3 5 5 1
9. IX - - - - -
10. X Samarinda 1 6 - -
Kota Baru 1 - - -
Balikpapan - - 3 -
11. XI Ujung Pandang 3 - - -
Bitung 3 - - -
Keterangan:
PKB Pengusaha Kawasan Berikat
PDKB Pengusaha Di Kawasan Berikat
PGB Pengusaha Gudang Berikat
PPGB Pengusaha Pada Gudang Berikat
TBB Toko Bebas Bea
PETP Pengusaha Enterpot Untuk Tujuan Pameran
Sumber: Direktorat Fasilitas Kepabeanan
Dengan adanya komitmen yang tegas dan jelas maka Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang
Pedoman Umum Penyelenggara Pelayanan Publik dapat dijadikan agenda
perbaikan di bidang jasa kepabeanan dan cukai, dengan melakukan berbagai
ADBI4235/MODUL 6 6.63
Untuk menjaga sikap dan perilaku pegawai terikat pada kode etik yang
menjadi pedoman pelaksanaan tugas, apabila terjadi pelanggaran terhadap
kode etik diselesaikan oleh komisi kode etik.
Demikian pula apabila pejabat bea dan cukai dalam menghitung atau
menetapkan bea masuk atau bea keluar tidak sesuai dan mengakibatkan
belum terpenuhinya pungutan negara dikenai sanksi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana kepabeanan, Menteri dapat
menugasi unit pemeriksa internal di Lingkungan Departemen Keuangan
untuk melakukan pemeriksaan pegawai guna menemukan bukti permulaan.
Orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau unit kerja yang berjasa
dalam menangani pelanggaran kepabeanan berhak memperoleh premi.
Jumlah premi yang diberikan paling banyak 50% dari sanksi administrasi
berupa denda dan/atau hasil lelang barang yang berasal dari tindak pidana
kepabeanan.
Apabila pejabat bea dan cukai dalam menghitung atau menetapkan Bea
Masuk atau Bea Keluar tidak sesuai sehingga mengakibatkan belum
terpenuhinya pungutan negara dikenai sanksi, apabila terdapat indikasi tindak
pidana kepabeanan dapat menugasi unit pemeriksa internal untuk melakukan
pemeriksaan pegawai guna menemukan bukti permulaan.
Namun demikian, apabila pegawai baik perseorangan, kelompok,
dan/atau unit kerja yang berjasa dalam menangani pelanggaran kepabeanan
berhak memperoleh premi, dengan jumlah premi diberikan paling banyak
sebesar 50% dari sanksi administrasi berupa denda dan/atau hasil lelang
barang yang berasal dari tindak pidana kepabeanan. Dalam hal hasil
tangkapan merupakan barang yang dilarang dan/atau dibatasi tidak boleh
dilelang, besar nilai barang sebagai dasar perhitungan premi ditetapkan oleh
Menteri.
Sesuai dengan ketentuan bahwa adanya pemberian uang ganjaran kepada
mereka yang telah ikut berjasa dalam proses penyelesaian tindak pidana dan
pelanggaran adalah suatu bentuk penghargaan kepada orang atau pihak-pihak
yang membantu karena tanpa jasa atau partisipasi pihak lain kemungkinan
upaya penyelesaian kasus masih terhambat. Pemberian reward sebaiknya
diatur dalam mekanisme yang terbuka dan jelas, supaya setiap orang dapat
memperoleh sesuai dengan haknya.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 241/KMK.01/2002
tanggal 16 Mei 2002 mengenai perubahan kedua atas Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 570/KMK.01/1997 tentang Ketentuan Pemberian uang
ganjaran kepada mereka yang telah memberikan jasa dalam penyelesaian
tindak pidana dan pelanggaran kepabeanan dan cukai sebagai berikut.
1. 50% dari jumlah hasil penjualan di muka umum dari barang-barang yang
dirampas berdasarkan putusan hakim atau barang-barang yang berasal
dari tindak pidana yang pelakunya tidak dikenal dengan batasan paling
banyak lima ratus juta rupiah.
a. 30% kepada mereka yang turut serta dalam proses penangkapan
termasuk ganjaran paling banyak 2 juta bagi informan dan atau
pelapor untuk petunjuk atau bantuan nyata yang diberikan sehingga
dapat dilakukan penangkapan terhadap si pelaku tindak pidana
kepabeanan dan cukai.
b. 12,5% kepada mereka yang menyidik hingga berkas perkara dapat
diajukan ke pengadilan atau yang menyelesaikan perkara.
ADBI4235/MODUL 6 6.67
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Pengawasan di bidang pabean diperlukan koordinasi dengan instansi
lain terutama penegak hukum. DJBC menetapkan lima program dalam
pengawasan kepabeanan Pengawasan kegiatan pelayanan impor di
pelabuhan utama; Pengawasan di daerah-daerah perbatasan; Pengawasan
kegiatan impor lainnya; Pengawasan kegiatan di bidang ekspor dan
Pengawasan kegiatan di bidang cukai.
Skala prioritas pengawasan sebaiknya adalah kawasan berikat
dengan melakukan pengawasan adalah sebagai berikut.
1. Pengawasan fisik dengan melakukan pemantauan pemasukan dan
pengeluaran barang ke dan dari kawasan berikat.
2. Saat ini pengawasan lebih difokuskan terhadap pengusaha di
kawasan berikat (PDKB) yang melakukan pemasukan barang impor
yang sifatnya strategis seperti produk tekstil namun tidak melupakan
pengawasan produk-produk lainnya.
3. Pengawasan secara dokumen dengan melakukan audit di bidang
kepabeanan.
4. Dalam melakukan audit kepabeanan sebagai salah satu instrumen
pengawasan menjadi sangat signifikan karena harus berurusan
dengan perusahaan penerimaan fasilitas, di sisi lain audit adalah
konsekuensi logis dari berlakunya sistem self assesesmet.
TES F OR M AT IF 4
2_ Pengawasan tidak akan berjalan tanpa dilandasi oleh ... dari masing-
masing pegawai, pengawasan terhadap sumber daya manusia yang ada.
A. integritas yang tinggi
B. lemahnya sistem pengawasan
C. lemahnya penegakan hukum
D. lemahnya integritas
Pilihlah:
A. Jika (1) dan (2) benar.
B. Jika (1) dan (3) benar.
C. Jika (2) dan (3) benar.
D. Jika (1), (2), dan (3) benar.
Tes Formatif 1
1) A. Untuk dipenuhinya kewajiban pabean berdasarkan Undang-undang
Kepabeanan, Pejabat Bea dan Cukai berwenang: mencegah barang
dan atau sarana pengangkut, yaitu tindakan administratif untuk
menunda pengeluaran, pemuatan dan pengangkutan barang ekspor
sampai dipenuhinya Kewajiban Pabean.
2) B. Apabila di tempat yang berisi barang di bawah pengawasan pabean
tidak tersedia akomodasi maka pengangkut atau pengusaha yang
bersangkutan wajib memberikan bantuan yang layak. Apabila tidak
memberikan bantuan yang layak, akan dikenai sanksi administrasi
berupa denda sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah), paling
banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
3) A. Pejabat Bea dan Cukai berwenang:
a) melakukan pemeriksaan barang impor dan ekspor setelah
Pemberitahuan Pabean diserahkan; wewenang ini diberikan
untuk memperoleh data dan penilaian yang tepat mengenai
pemberitahuan atau dokumen yang diajukan;
b) meminta importir, eksportir, pengangkut, pengusaha TPS,
pengusaha TPB atau yang mewakilinya menyerahkan barang
untuk diperiksa, membuka sarana pengangkut atau bagiannya
dan membuka setiap bungkusan atau pengemas yang akan
diperiksa.
4) D. Pengusaha Pabrik atau Tempat Penyimpanan dapat mengajukan
keberatan secara tertulis kepada Direktur Jenderal atas hasil
penutupan Buku Rekening BKC dalam jangka waktu 30 (tiga puluh
hari) setelah tanggal penutupan, dengan menyerahkan jaminan
sebesar cukai yang kurang dibayar.
5) A. Jaminan sebesar Bea Masuk yang harus dibayar.
Tes Formatif 2
1) B. Pidana
2) B. Lembaga banding di bidang kepabeanan dan cukai disebut juga
Lembaga Pertimbangan Bea dan Cukai dan berkedudukan di
Jakarta. Lembaga Pertimbangan Bea dan Cukai dipimpin oleh
ADBI4235/MODUL 6 6.73
Tes Formatif 3
1) A. Dengan Sistem Aplikasi Dokumen (SAD), dokumen impor
sekaligus akan menjadi dokumen ekspor dan semua dokumen yang
terkait akan disatukan menjadi dokumen tunggal. Untuk tahap awal
akan disatukan tiga dokumen saja, yaitu pemberitahuan impor
6.74 Kepabeaan dan Cukai
Tes Formatif 4
1) C. Tujuan pengawasan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai mempunyai dua sasaran utama, yaitu sebagai berikut.
a) Optimalisasi penerimaan negara baik berupa Bea Masuk, Bea
Keluar maupun pungutan lainnya.
b) Tegaknya peraturan perundang-undangan.
2) A. integritas yang tinggi
3) D. Fasilitas ini segala Bea Masuk dan pajak dalam rangka impor
(PDRI) ditangguhkan sejauh bahan baku yang diimpornya diolah
untuk kemudian di ekspor kembali, namun kenyataannya banyak
pengguna fasilitas kawasan berikat tidak mengolah bahan baku
tersebut atau diolah tidak untuk diekspor kembali namun di jual ke
daerah pabean Indonesia lainnya (DPIL) kegiatan ini tentunya
sangat merugikan negara.
4) D. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai memiliki tiga sistem pelayanan
bagi importir, yaitu pelayanan jalur merah, jalur hijau, dan jalur
prioritas.
5) D. tidak bekerja sendiri, melakukan menyalahgunakan fasilitas,
merugikan negara, mempunyai jaringan
ADBI4235/MODUL 6 6.75
Daftar Pustaka
Departemen Keuangan RI, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Buku Tarif
Bea Masuk Indonesia, Indonesia Custom Tarif Book Berdasarkan
AHTN-Bases On AHTN 2007.
Rokhim, Rafikah. (2007). Arah Bisnis & Politik 2007 (Cina dan India Katalis
Ekonomi Dunia). Jakarta: Bisnis Indonesia.
Sam, Abdul, R.Isis Ismali, Suwito Marsan. (2007). Buku Pintar Kepabeanan.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.