Anda di halaman 1dari 34

LAMPIRAN 1 SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT RIDHOKA SALMA

NOMOR : 054/SK-DIR/RSRS/VI/18
TANGGAL : 06 JUNI 2018
TENTANG : PEDOMAN PELAYANAN UNIT INTENSIVE CARE

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Instalasi Rawat Intensif adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri
(instalasi dibawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang
khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang
menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial
mengancam nyawa dengan prognosis dubia. Intensive Care menyediakan kemampuan
dan sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan
menggunakan ketrampilan staf medic, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam
pengelolaan keadaan-keaadaan tersebut.
Kematian pasien yang mengalami pembedahan terbanyak timbul pada saat pasca
bedah. Pada sekitar tahun 1860, Florence Nightingale mengusulkan anestesi sampai ke
masa pasca bedah. Dimulai sekitar tahun 1942, Mayo Clinic membuat suatu ruangan
khusus dimana pasien-pasien pasca bedah dikumpulkan dan diawasi sampai sadar dan
stabil fungsi vitalnya, serta bebas dari pengaruh sisa obat anestesi. Keberhasilan unit pulih
sadar merupakan awal dipandang perlunya untuk melanjutkan pelayanan serupa tidak
pada masa pulih sadar saja, namun juga pada masa pasca bedah.
Evolusi Intensive Care bermula dari timbulnya wabah poliomelytis di Scandinavia
pada sekitar awal tahun 1950, dijumpai kematian yang disebabkan kelumpuhan otot-otot
pernafasan. Dokter spesialis antologi yang dipelopori oleh Bjorn Ibsen pada waktu itu,
melakukan intubasi dan memberikan bantuan napas secara manual CPAP yang dilakukan
selama anestesi. Dengan bantuan para mahasiswa kedokteran dan sekelompok
sukarelawan mereka mempertahankan pasien poliomelytis bulbar dan bahkan
menurunkan mortalitas menjadi sebanyak 40%, dibanding dengan cara sebelumnya yakni
penggunaan iron lung yang mortalitasnya sebesar 90%. Pada tahun 1952 Engstrom
membuat ventilasi mekanik bertekanan positif yang ternyata sangat efektif memberi
pernafasan jangka panjang. Sejak saat itulah Intensive Care dengan perawatan

1
pernapasan mulai terbantuk dan tersebar luas.
Pada saat ini, INTENSIVE CARE modern tidak terbatas menangani pasien pasca
bedah atau ventilasi mekanis saja, namun telah menjadi cabang ilmu Intensive Care
medicine.
Ruang lingkup pelayanan meliputi dukungan fungsi organ-organ vital seperti
pernapasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan lain-lainya, baik pada pasien
dewasa ataupun pasien anak.
Rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan mempunyai fungsi rujukan
harus dapat memberikan pelayanan INTENSIVE CARE yang professional dan
berkualitas. Dengan mengedepankan keselamatan pasien. Pada instalasi rawat intensif
(INTENSIVE CARE), perawatan untuk pasien dilaksanakan dengan melibatkan berbagai
tenaga profesional yang terdiri dari multidisiplin ilmu yang bekerja sama dalam tim.
Pengembangan tim mulitidisplin yang kuat sangat penting dalam meningkatkan
keselamatan pasien. Selain dukungan itu sarana prasarana serta peralatan juga diperlukan
dalam rangka meningkatkan pelayanan INTENSIVE CARE. Oleh karena itu, mengingat
diperlukanya tenaga khusus, terbatasnya sarana dan prasarana, serta mahalnya peralatan,
maka demi efisiensi, keberadaan INTENSIVE CARE perlu dikonsentrasikan.

B. Tujuan Pedoman.

1. Tujuan Umum.

Meningkatkan Pelayanan yang bermutu dan mengutamakan keselamatan pasien.

2. Tujuan Khusus.

1. Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan INTENSIVE CARE dirumah sakit


Ridhoka Salma.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien INTENSIVE CARE
dirumah sakit Ridhoka Salma.
3. Menjadi acuan pengembangan pelayanan INTENSIVE CARE dirumah sakit
Ridhoka Salma.
4. Ruang Lingkup Pelayanan.
Pelayanan di Instalasi Rawat Intensif rumah sakit Ridhoka Salma meliputi
penanganan kasus ICU, HCU dan Isolasi.

C. Batasan Operasional.

Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan RS dan Standar
Prosedur Operasional.
2
1. Pelayanan ICU

Pelayanan ICU meliputi dukungan fungsi organ-organ vital seperti pernapasan,


kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan lain-lainya, baik pada pasien dewasa,
pasien anak dan Neonatus.
2. Pelayanan HCU

Pelayanan HCU diberikan kepada pasien dengan kondisi kritis stabil yang
membutuhkan pelayanan, pengobatan dan observasi secara ketat.
3. Pelayanan Isolasi

Pelayanan Isolasi diberikan kepada pasien yang membutuhkan perawatan intensive dan
perlu diisolasi.

D. Landasan Hukum.

Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan pedoman ini adalah sebagai berikut :
1. KMK No. 129//MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal RS.
2. PMK No. 1438/MENKES/PER/IX/2010 Tentang Standar Pelayanan kedokteran.
3. Kepmenkes RI No. 004/Menkes/SK/I/2003 Tentang Kebijakan Dan Strategi
Desentralisasi Bidang Kesehatan.
4. Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.

5. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

3
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya manusia.

Kualifikasi tenaga kesehatan yang bekerja di INTENSIVE CARE harus


mempunyai pengetahuan yang memadai, mempunyai ketrampilan yang sesuai dan
mempunyai komitmen terhadap waktu.

1. Tenaga Medis.

Seorang dokter intensivis adalah seorang dokter yang memenuhi standar


kompetensi berikut :
a. Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis anastesiologi melalui
program pelatihan dan pendidikan yang diakui oleh perhimpunan profesi yang
terkait.
b. Menunjang kualitas pelayanan INTENSIVE CARE dan menggunakan sumber
daya INTENSIVE CARE secara efesien.

c. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24 jam/hari,


7 hari/minggu
d. Mampu melakukan prosedur critical care, antara lain :

a. Sampel darah arteri

b. Memasang dan mempertahankan jalan napas termasuk intubasi trakeal dan


ventilasi mekanis
c. Mengambil kateter intravaskuler untuk monitoring invasive maupun terapi
invasive.
misalnya; peralatan monitoring, termasuk :

1) Kateter vena central (CVP)

d. Resusitasi jantung paru

e. Melaksanakan dua peran utama :

a. Pengelolaan pasien

Mampu berperan sebagai pemimpin tim dalam memberikan pelayanan di


INTENSIVE CARE, menggabungkan dan melakukan titrasi pelayanan pada
pasien penyakit kompleks atau cedera termasuk gagal organ multi-sistem.
4
Dalam mengelola pasien, dokter intensivis dapat mengelola Intensive Care
atau berkolaborasi dengan dokter lain. Seorang dokter intensivis mampu
mengelola pasien sakit kritis dalam kondisi seperti :
1) Hemodinamik tidak stabil.

2) Gangguan atau gagal napas, dengan atau tanpa memerlukan tunjangan


ventilasi mekanis.
3) Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi
intracranial.
4) Gangguan atau gagal ginjal akut.

5) Gangguan endokrin dan/ atau metabolic akut yang mengancam nyawa.


6) Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi.

b. Manajemen Unit.

Dokter intensivis berpartisipasi aktif dalam aktivitas-aktivitas manajemen unit


yang diperlukan untuk memberi pelayanan-pelayanan INTENSIVE CARE
yang efisien, tepat waktu dan konsisten. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi
antara lain:
1) Triage, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran pasien.

2) Supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan-kebijakan unit.

3) Partisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas yang


berkelanjutan termasuk supervisi koleksi data.
4) Berinteraksi seperlunya dengan bagian-bagian lain untuk
menjamin kelancaran pelayanan di INTENSIVE CARE.

7) Mempertahankan pendidikan berkelanjutan tentang critical care medicine


:

8) Selalu mengikuti perkembangan mutakhir dengan membaca literature


kedokteran.

9) Berpartisipasi dalam program-program pendidikan dokter berkelanjutan.

10) Menguasai standar-standar untuk unit critical care. Ada dan


bersedia untuk berpartisipasi pada perbaikan kualitas interdisipliner.

2. Tenaga Keperawatan.

INTENSIVE CARE harus memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagaian

5
besar terlatih. (diganti) menjadi : jumlah perawat di INTENSIVE CARE ditentukan
berdasarkan jumlah tempat tidur dan ketersediaan ventilasi mekanik. Perbandingan
perawat : pasien 1:1, sedangkan perbandingan perawat : pasien yang tidak menggunakan
ventilasi mekanik adalah 1:2.

B. Distribusi Ketenagaan.
KUALIFIKASI FUNGSI
NAMA JML
FORMAL &
JABATAN SDM
Ka. Instalasi INTENSIVE INFORMAL
Spesialis anastesiologi Managerial 1
CARE

Ka. Perawat INTENSIVE D3 keperawatan Managerial 1


CARE Pelatihan ICU
Pelatihan manajemen bangsal

PJ.Shift Perawat D3 keperawatan Penanggung Jawab Shift 4


Pelatihan ICU Perawat
Bantuan Hidup Dasar
Perawat Pelaksana D3 keperawatan dan S1 Melakukan tindakan- 7
Keperawatan. tindakan keperawatan
Bantuan hidup dasar sesuai SPO

C. Pengaturan Jaga / Dinas.

Jam dinas:

1. Dinas Pagi : 07.00-14.00

2. Dinas Siang : 14.00-21.00

3. Dinas Malam : 21.00-07.00

4. Dokter spesialis Anestesiologi siap 24 jam menangani kasus


kegawatan INTENSIVE CARE.

5. Perawat PJ Shift perawat 24 Jam (terjadwal).

6. Tenaga perawat siap 24 jam melayani kasus INTENSIVE CARE (terjadwal).

6
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang.

Pintu Masuk
Tempat sampah

Kamar Mandi Almari Alkes

Bed ICU 1

Sterilisator Bed ICU 2


Nurse Station

Bed
Bed ICU 3 isolasi

Dressing Trolley

7
B. Standar Fasilitas.

1. Standar Fasilitas Peralatan INTENSIVE CARE.


Standar INTENSIVE
No Jenis Kelengkapan Jumlah Yg
CARE primer
Dimiliki
1 Ventilasi mekanik Sederhana 2
2 Alat hisap ada 2
Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan
3 ada 1
napas
4 Peralatan monitor Ada 8
a. Invasive Tidak ada Tidak ada
b. Monitor tekanan darah invasive
Tidak ada Tidak ada

c. Tekanan vena sentral ada ada


d. Tekanan baji arteri pulmonalis
Tidak ada Tidak ada

e. Non invasive
1) Tekanan darah ada 6
2) EKG dan laju jantung ada 1
3) Saturasi oksigen ada 6
4) Kapnograf Tidak ada -
5 Suhu ada 5
6 EEG Tidak ada -
Defibrilator dan alat pacu jantung
7 Tidak ada 1

8 Alat pengatur suhu pasien ada 7


9 Peralatan drain thoraks Tidak ada -
Pompa infus dan pompa syringe
10 ada 7/7
11 Bronchoscopy Tidak ada -
Peralatan portable untuk transportasi
12 ada -
13 Tempat tidur khusus/Incubator/Infant Warmer ada 4/4/1

14 Lampu untuk tindakan ada 2


15 Hemodialisa Tidak -
16 CRRT Tidak -
17 Oksigen sentral ada 10
18 Emergency trolly (Airway, laringoscop, ada Box Sederhana
ambu bag, O2, adrenalin, dll )

2. Standar Alat Keperawatan Di Ruang INTENSIVE CARE Dengan Kapasitas 4


Pasien.

8
RATIO PASIEN : RS.RIDHOKA SALMA
NO NAMA BARANG ALAT

1. Tensi meter 2 / ruangan 2/ruangan


2. Stetoskop 2 / ruangan 1/ruangan
3. Timbangan berat badan/tinggi 1 / ruangan 1/ruangan
4. Tabung oksigen + flowmeter 2 / ruangan Lebih dari 2
5. Suction 2 / ruangan 2 / ruangan
6. Vena Sectie set 2 / ruangan Tidak ada
7. Gunting verband 2 / ruangan 2 / ruangan
8. Korentang dan tempat 2 / ruangan 2 / ruangan
9. Bak instrument besar 2 / ruangan 2 / ruangan
10. Bak instrument sedang 2 / ruangan 2 / ruangan
11. Bak instrument kecil 2 / ruangan 1 / ruangan
12. Bengkok 2 / ruangan 2 / ruangan
13. Pispot 1 : 1/2 1 / ruangan
14. Urinal 1 : 1/2 1 / ruangan
15 Set angkat jahitan 1 : 1/2 1 / ruangan
16 Termometer digital 1/Ruangan 1 / pasien
17 Standar infuse 1:1 1:1
18 Masker O2 2 / Ruangan 1 / pasien
19 Nasal kateter 2 / Ruangan 1 / pasien
20 Reflek hamer 1 / Ruangan 1 / ruangan
21 Ambubag 1 / Ruangan 1 / ruangan

3. Standar Linen Bidang Keperawatan Di Ruang INTENSIVE CARE.

NO NAMA BARANG RATIO RS.RIDHOKA SALMA


1 Baju Pasien 1:5 1:3
2 Sprei besar 1:5 1:3
3 Manset dewasa 1 : 1/4 1 / ruangan
4 Selimut wool 1:1 1:1
5 Sarung bantal 1:6 1:3
6 Sarung O2 1 : 1/3 Tidak ada
7 Handuk 1:3 Tidak Ada
8 Skoret 1 : 1/2 Ada

9
9 Duk Lobang 1 : 1/3 1:2

4. Standar Alat Rumah Tangga Bidang Keperawatan Dengan Kapasitas 4 Pasien.


NO NAMA BARANG RATIO RS RIDHOKA SALMA

1. Kursi roda 2 – 3 / ruangan 1 / ruangan

2. Lemari obat Emergency 1 / ruangan 1 / ruangan

3. Emergency Lamp 1 / ruangan 1 / ruangan

4. Meja pasien 1:1 1:1

5. Tempat tidur 1:1 1:1

6. Tempat sampah pasien 1:1 1:1

7. Tempat sampah besar tertutup 4 / ruangan 4 / ruangan

8. Waskom mandi 8 – 12 / ruangan 2 / ruangan

9. Dorongan O2 1 / ruangan 1 / ruangan

10. Lampu senter 1 – 2 / ruangan 1 / ruangan

11. Baki 5 / ruangan 1 / ruangan

12. Timbangan BB/TB 1 / ruangan 1 / ruangan

5. Standar Alat Pencatatan Dan Pelaporan Di Ruang INTENSIVE CARE Dengan


Kapasitas 4 Pasien.
N NAMA BARANG RATIO RS.RIDHOKA SALMA
1.O Formulir pengkajian awal 1:1 1:1

2. Formulir Flowsheet/Kardex 1:5 1 : 10

3. Formulir perkembangan 1 : 10 1 :10

4. Formulir observasi 1 : 10 1 : 10

5. Formulir resume 1:1 1:2

6. Formulir catatan pengobatan 1 : 10 1 : 10

7. Formulir Medik lengkap 1:1 1:2

10
8. Formulir Laboratorium 1:3 1:2

9. Formulir Rontgen 1:2 1:2

10. Formulir permintaan darah 1:1 1:1

11. Formulir keterangan 5 lembar / bulan 5 lembar / bulan

12. Resep 10 buku / bulan 3 buku / bulan

13. Formulir konsul 1:5 1:2

14. Formulir permintaan 1:1 1:1

15. Formulir permintaan obat 1:1 1:1

16. Buku Ekspedisi 10 / ruangan / /Bulan 1/ruangan/ Bulan

17. Buku Register pasien 4 / ruangan/ tahun 1 / ruangan/ tahun

18. Buku Folio 4 / ruangan/ tahun 1 / ruangan/ tahun

19. White Board 1 / ruangan 1 / ruangan

20. Perforator 1 / ruangan 1 / ruangan

21. Staples 1 / ruangan 1 / ruangan

22. Pensil 5 / ruangan 5 / ruangan

23. Spidol White Board 6 / ruangan 6 / ruangan

24 Spidol Warna 2/ruangan 2/ruangan

11
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Kriteria Masuk Dan Keluar INTENSIVE CARE

Sebelum pasien masuk ke INTENSIVE CARE, pasien dan/ atau keluarganya


harus mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai dasar pertimbangan mengapa
pasien harus mendapat perawatan di INTENSIVE CARE, serta tindakan kedokteran yang
mungkin selama pasien dirawat di INTENSIVE CARE. Penjelasan tersebut diberikan
oleh kepala INTENSIVE CARE atau dokter yang bertugas. Atas penjelasan tersebut
pasien dan /atau keluarganya dapat menerima/menyatakan persetujuan untuk dirawat di
INTENSIVE CARE. Persetujuan dinyatakan dengan menandatangani formulir informed
consent.
Pada keadaan sarana dan prasarana INTENSIVE CARE yang terbatas pada suatu
Rumah Sakit, diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas apabila kebutuhan atau
permintaan akan pelayanan INTENSIVE CARE lebih tinggi dari kemampuan pelayanan
yang dapat diberikan. Kepala INTENSIVE CARE bertanggung jawab atas kesesuaian
indikasi perawatan pasien di INTENSIVE CARE. Bila kebutuhan pasien masuk
INTENSIVE CARE melebihi tempat tidur yang tersedia, kepala INTENSIVE CARE
menentukan kondisi berdasarkan prioritas kondisi medik, pasien mana yang akan dirawat
di INTENSIVE CARE.

B. Kriteria Masuk.

1. Pasien Dengan Prioritas.

PRIORITAS 1

Pasien sakit kritis, kondisi tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan
monitoring yang tidak bisa dilakukan di ruang rawat inap yang lain :
1) Pasien yang memerlukan bantuan ventilator, obat vasoactive kontinyu, terapi
tidak terbatas.
2) ARDS, Syok, hemodinamik tidak stabil.

PRIORITAS 2
Pasien yang memerlukan monitoring ketat dan berpotensi memerlukan pemantauan
pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab sangat beresiko bila tidak mendapatkan
terapi intensif segera, kondisi berubah-ubah:

12
1) Pemantauan intensif mneggunakan pulmonary artherial chateter : penyakit yang
menderita penyakit dasar jantung-paru, gagal ginjal akut dan berat atau yang
telah mengalami pembedahan major.

PRIORITAS 3
Pasien kritis kronik yang cenderung masuk tahap recovery, menjalani terapi untuk
kasus akutnya tetapi tidak memerlukan intubasi atau resusitasi jantung paru :

1) Keganasan dengan metastase komplikasi dengan infeksi, tamponade


jantung atau obstruksi jalan nafas

PRIORITAS 4
Pasien yang secara umum tidak perlu masuk ke INTENSIVE CARE.

1) Tidak banyak keuntungannya di rawat di INTENSIVE CARE.

Misal : bedah vaskuler perifer, hemodinamik stabil pada ketoasidosis


diabetikum, gagal jantung ringan.

2) Pasien stase terminal dan irreversible illness.

Misal : pada keganasan dengan metastase disertai multi organ failure.

2. Diagnosis Penyakit Yang Layak Untuk Rawat Di INTENSIVE CARE.

a. Cardiac System

1) Acute myocard infarction with complications.

2) Cardiogenic shock.

3) Complex arrhythmia.

4) Acute congestive heart failure with respiratory failure.

5) Hypertensi emergensi.

6) Unstable angina, dysrhytmia, hemodinamik instability, persistent chest


pain.

7) Cardiac arrest.

b. Pulmonary System

1) Acute respiratory failure.

2) Pulmonary emboli with hemodynamic instability.

13
3) Patient intermediate care unit who are demonstrating respiratory deterioration.

4) Massive hemoptysis.

5) Respiratory failure with imminent intubation.

6) Asfixia sedang berat.

c. Neurologic Disorders.

1) Acute stroke with altered mental status.

2) Coma metabolic, toxic or antoxic.

3) Intracranial hemorrhage with potential for herniation.

4) Acute subarachnoid hemorrhage.

5) Meningitis with altered mental satatus or respiratory compromise.

6) Central nervous system or neuromuscular disorder with deteriorating


pulmonary function.

7) Status epilepticus.

8) Brain dead or potentially brain dead, managed while determining organ


donation status.

9) Vasospasm.

10) Severe head injury.

d. Drug Ingestion and drug overdose.

1) Hemodinamically unstable drug ingestion.

2) Drug ingestion with significantlyaltered mental status with inadequate airway


protection.
3) Seizures following drug ingestion.

e. Gastrointestinal Disorder.

1) Life threatening gastrointestinal bleeding.

2) Esophageal perforation.

f. Endocrine.

1) Diabestic ketoacidosis complicated by hemodynamic instability, altered


mental status, respiratory insufficiency, or severe acidosis.
14
2) Thyroid storm. Mix oedem with hemodynamic instability.

3) Coma hyperosmolar state.

4) Hypo or hypernatremia with seizure.

5) Hypo or hyperkalemia with dysrhytmia or muscular weakness.

6) Hypo or hypermagnesemia with hemodynamic compromise or dysrhytmias


7) Hypophosphatemia with muscular weakness.

g. Surgical

1) Post operative patients requiem hemodynamic monitoring/ventilator support


or extensive nursing care.
h. Miscellaneous

1) Septic shock with hemodynamic instability.

2) Hemodinamic monitoring.

3) Environment injuries.

4) New/ experiment therapies with potensial complication.

C. Kriteria Keluar.

Prioritas pasien dipindahkan dari INTENSIVE CARE berdasarkan pertimbangan medis oleh
kepala INTENSIVE CARE dan tim yang merawat pasien.
1. Bila status fisik pasien sudah stabil dan tidak perlu monitoring ketat lebih lama.
2. Bila status fisik telah menurun jauh tetapi tidak ada rencana intervensi aktif.

D. Persiapan Penerimaan Pasien.

1. Monitoring Pasien.

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna mewujudkan


pelayanan INTENSIVE CARE yang aman dan mengutamakan keselamatan pasien.

Monitoring dan evaluasi dimaksud harus ditindaklanjuti untuk menentukan faktor-


faktor yang potensial berpengaruh agar dapat diupayakan penyelesaian yang efektif.
Indikator pelayanan INTENSIVE CARE yang digunakan adalah system skor prognosis
dan keluaran dari INTENSIVE CARE. Sistem skor prognosis dibuat dalam 24 jam
pasien masuk ke INTENSIVE CARE. Contoh system skor prognosis yang dapat
digunakan adalah APACHE II, SOFA skor. Rerata nilai skoring prognosis dalam
periode tertentu dibandingkan dengan keluaran aktualnya. Pencapaian yang diharapkan
15
adalah angka mortalitas yang sama atau lebih rendah dari angka mortalitas terhadap
rerata nilai scoring prognosis.

E. Prosedur Medik (Terlampir Di SPO).

1. Pemasangan CVP.

2. Intubasi dan perawatannya.

3. Ekstubasi.

4. Balance cairan.

5. Penilaian kematian batang otak.

6. Indikasi penggunaan dan penghentian ventilator mekanik.

7. Penggunaan ventilator mekanik.

F. Pengunaan Alat Medik (Terlampir Di SPO).

1. Syringe pump.

2. Infusion pump.

3. Suction.

4. Defibrilator.

5. EKG.

6. Ventilator.

7. Monitor Patient.

8. Lampu UV.

9. Defibrilator.

G. Pencacatan Dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan.

Catatan INTENSIVE CARE diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang


melakukan pelayanan di INTENSIVE CARE dan bertanggung jawab atas semua yang
dicatat tersebut.
Pencatatan menggunakan status khusus INTENSIVE CARE yang meliputi
pencatatan lengkap terhadap diagnosis yang menyebabkan dirawat di INTENSIVE
CARE, data tanda vital, pemantauan fungsi organ khusus (jantung, paru, ginjal dan
sebagainya) secara berkala, jenis dan jumlah asupan nutrisi dan cairan, catatan pemberian

16
obat serta jumlah cairan tubuh yang keluar dari pasien.
Pelaporan pelayanan INTENSIVE CARE terdIntensive Care dari jenis indikasi
pasien masuk serta jumlahnya, system skor prognosis, penggunaan alat bantu
(ventilasi mekanis, hemodialisis, dan sebagainya), lama rawat dan keluaran (hidup atau
meninggal) dari INTENSIVE CARE.

17
BAB V

LOGISTIK

A. Pengadaan Operasional.

1. Alat Tulis Kantor.

No Nama Barang Jumlah Barang Harga Satuan Total Harga

1 Bolpoint Biru/hitam 2 Rp 2,000 Rp 4,000

2 Spidol 4 Warna 8 Rp 1,000 Rp 8,000

3 Buku Expedisi 15 Rp 5,000 Rp 75,000

4 Buku Folio 100 5 Rp 10,000 Rp 50,000

5 Buku Tulis 38 5 Rp 5,000 Rp 25,000

6 Clear Holder 40 10 Rp 23,000 Rp 230,000

7 CLIP (B) 10 Rp 2,500 Rp 25,000

8 CLIP (K) 10 Rp 1,000 Rp 10,000

9 Isi Cutter (K) 2 Rp 1,000 Rp 2,000

10 Isi Staples 1 Rp 2,000 Rp 2,000

11 Bindek 3 Rp 21,000 Rp 63,000

12 Dispenser Isolatif 1 Rp 45,000 Rp 45,000

13 Gunting kertas 1 Rp 15,000 Rp 15,000

14 Penggaris Besi 1 Rp 13,000 Rp 13,000

15 Isolatif besar 1 Rp 10,000 Rp 10,000

16 Lem Povinal 1 Rp 2,500 Rp 2,500

17 Map Plastik 8 Rp 4,500 Rp 36,000

18
18 Spidol Board Marker 1 Rp 6,500 Rp 6,500

Spidol Permanent
19 1 Rp 6,500 Rp 6,500
Marker

20 Tom n Jerry 1 Rp 4,500 Rp 4,500

21 Amplop (K) 1 Rp 13,000 Rp 3,000

22 Amplop (B) 1 Rp 21,000 Rp 21,000

23 Flowsheet/ Kardex 50 Rp 3,000 Rp 150,000

Catatan
24 1 Rp 52,500 Rp 52,500
Dokter/Perawat/ rim

25 Catatan Perawat / rim 1 Rp 52,500 Rp 52,500

26 Form Fisiotherapy 1 Rp 2,000 Rp 2,000

27 Kartu Stok Opname 100 Rp 2,000 Rp 200,000

Lembar pengawasan
28 20 Rp 250 Rp 5,000
Neurologis
Form pengantar
29 1 Rp 4,500 Rp 4,500
pasien/rujukan
Form permintaan
30 2 Rp 52,500 Rp 105,000
Radiologi
Perseyujuan Tindakan
31 1 Rp 52,500 Rp 52,500
Medis

32 Inform consent 1 Rp 52,500 Rp 52,500

33 Form Resume Medis 1 Rp 52,500 Rp 52,500

34 Form kematian 1 Rp 52,500 Rp 52,500

35 Form Pulang Paksa 1 Rp 52,500 Rp 52,500

Surat Keterangan
36 1 Rp 20,000 Rp 20,000
Dokter

37 Form Pernyataan ICU 20 Rp 500 Rp 10,000

Form keluar/masuk
38 20 Rp 500 Rp 10,000
ICU

19
39 Form lembur karyawan 20 Rp 500 Rp 10,000

40 Form tukar dinas 20 Rp 500 Rp 10,000

41 Form cuti 20 Rp 500 Rp 10,000

Form ijin keluar/pulang


42 20 Rp 500 Rp 10,000
cepat

43 Form label cairan infus 100 Rp 50 Rp 5,000

Form penggunaan
44 1 Rp 52,500 Rp 52,500
Obat-obatan/ rim

45 Form tindakan/ rim 1 Rp 52,500 Rp 52,500

46 Form Transfusi darah 1 Rp 55,000 Rp 55,000

2. Alat Bengkel

JUMLAH
N NAMA BARANG HARGA SATUAN TOTAL
BARANG
O
1 Alkaline A3 6 Rp 4,000 Rp 24,000
2 Baterai ABC (B) 2 Rp 3,500 Rp 7,000
3 Baterai ABC (K) 2 Rp 1,500 Rp 3,000
4 Baygon cair 2 Rp 13,500 Rp 27,000
5 Bayfresh 1 Rp 10,000 Rp 10,000
6 Gayung plastik 1 Rp 5,000 Rp 5,000
7 Gunting kertas 1 Rp 10,000 Rp 10,000
8 Sandal karet 5 Rp 30,000 Rp 150,000
9 Sedotan bengkok 20 Rp 700 Rp 14,000
10 Tissu makan 1 Rp 9,000 Rp 9,000
11 Baki/nampan putih 1 Rp 24,000 Rp 24,000
12 Baki hijau 8 Rp 54,000 Rp 432,000
13 Baki putih 6 Rp 42,000 Rp 252,000
14 Gelas ukur urine plastik 1 Rp 10,000 Rp 10,000
15 Pispot plastik 1 Rp 40,000 Rp 40,000
16 Waslap 1 Rp 5,000 Rp 5,000
Wireless telephone
17 1 Rp 700,000 Rp 700,000
(panasonic)
Timbangan Berat Badan
18 1 Rp 55,000 Rp 55,000
Bayi
20
3. Alat Kesehatan
No Nama Alat Stok
1 AED (Heartstart) 1
2 Ambu bag bayi 1
3 Ambu bag anak 1
4 Ambu bag dewasa 1
5 Bengkok 2
6 Bak instrumen kecil/sedang/besar 2/2/1
7 Buli-buli panas 2
8
9 Dressing Trolly 1
10 Espiro Cpap 1
11 EKG 12 lead (Jumper) 1
12 Gelas ukur urine 2
13 Gunting jaringan 1
14 Gunting Aff Hecting 1
15 Gunting perband 1
16 Infus pump (SK) 7
17 Incubator 4
18 Infant Warmer 1
19 Kom kecil bulat dg tutup 2
20 Kasur decubitus 3
21 Klem arteri lurus 4
22 Klem arteri bengok 2
23 Korentang 2
24 Kirbat Es 1
25 Kom betadhin kecil 0
26 Kom bulat tanpa tutup 0
27 Lampu sorot 1
28 Laringoskop anak 1
29 Laringoskop Dewasa 1
30 Lampu UV 1
31 Lampu Blue Light (Photo Therapy) 1

21
32 Meja Mayo 1
33 Magyl Forcep dewasa 1
34 Magyl Forcep Anak 1
35 Mix & Safe 1
36 Nesco Glukotest 1
37 Nalvoeder 2
38 Nebulizer portable 1
39 Patient Monitor (Jumper) 6
40 Pinset anatomis 2
41 Pinset cirurgis 2
42 Pispot 1
43 Pinset minor runcing 1
44 Regulator dinding dewasa 1
45 Regulator tabung oksigen portable 1
46 Syring pump (SK) 7
47 Suction portable besar 1
48 Suction portable kecil 1
49 Stetoskop Anak (Spirit) 1
50 Stetoskop dewasa (Spirit) 1
51 Stylet Anak / dewasa 1/1
52 Sterilisator kering (Cororna) 2
53 Tempat sampah suction 8
54 Termometer digital (OMRON) 1
55 Tiang infus stenlis 3
56 Trolly Emergency 1
57 Tromol besar 1
58 Tromol Jumbo 1
59 Timbangan tepung 1
60 Tromol ukuran kecil/sedang/besar 2/2/1
61 Troly mandi pasien + Waskom stenlis 2
62 Urinal pria 1
63 Urinal wanita 1
64 Ventilator (Mecan) 1

22
65 Ventilator (Bellavista) 0
66 Ventilator (Probe) 0

4. Obat
Nama Obat Stok
1 Abocath No. 18 3
2 Abocath No. 20 3
3 Abocath No. 22 3
4 Abocath No. 24 5
5 Abocath No. 26 5
6 Amiodaron (Lamda) 2
7 Aminophilyn 2
8 Epinefrin 10
9 Aquadest 1 liter 2
10 Asam Tranexamat (Kalnex) 3
11 Bisturi no. 10 1
12 Bisturi no. 15 1
13 Bisturi no. 23 1
14 Breathing Sirkuit Ventilator Dws 1
15 Breathing Sirkuit Ventilator Bayi 1
16 Breathing sirkuit Buble Cpap 1
17 Blood set 2
18 Calcii Gluconas 2
19 CVC set anak 1
20 CVC set dewasa 1
21 Dopamin (Dopac) 2
22 Dubutamin (Cardiotone) 3
23 Dexamethasone (Kalmethasone) 3
24 Diazepam (Stesolid Inj) 2
25 D5% 500 cc (otsu) 3
26 D5% , 1/4 NS (otsu) 2
27 D10%,1/5 NS 2
28 D40% 2
29 Elektroda Bayi 5

23
30 Elektroda anak 10
31 Elektroda Dewasa 10
32 ETT No. 4,5 0
33 ETT No. 5,0 1
34 ETT No. 5,5 1
35 ETT No. 6.0 1
36 ETT No. 7,5 2
37 ETT No. 8,0 2
38 Isorbid Inj 2
39 Furosemid (Lasix) 2
40 Gelofusin 2
41 Hess 500cc 1
42 Hypavix 5 cm 1
43 Hypavix 10 cm 1
44 Infus set makro 3
45 Infus set mikro 3
46 IV 3000 2
47 Kateter No.8 1
48 Kateter No.10 1
49 Kateter No.12 1
50 Kateter No.14 2
51 Kateter No.16 2
52 Kateter No.18 2
53 Kateter Tip 2
Ketorolac 2
54 KCL 2
55 Lidocain 5
56 Meylon 2
57 Morfin 2
58 Midazolam (Miloz 15 mg) 2
59 Medifix line 2
60 Medifix selang 1
61 Mg SO4 2

24
62 NGT No. 3,5 3
63 NGT No. 5 3
64 NGT No. 8 3
65 NGT No. 10 3
66 NGT No. 12 1
67 NGT No. 14 1
68 NGT No. 16 1
69 Nacl 0,9 % 500cc (otsu) 5
70 Nacl 0,9 % 100cc (otsu) 3
71 Neo K 2
72 Nasal Kanule dewasa 2
73 Nasal Kanul Anak 2
74 Neurosanbe 1
75 Ondancentron (Vomceran) 4 mg 3
76 Pamol Sup 250 Mg 5
77 Pamol Supp 125 Mg 5
78 Propofol (Safol) 5
79 Petidin 2
80 Perfusor 5
81 Perband Gulung 5 cm 5
82 Perband gulung 10 cm 10
83 Ranitidin 3
84 Ringer Lactat 2
85 Selang suction No. 6 2
86 Selang suction No. 8 2
87 Selang suction No. 10 2
88 Selang suction No. 12 2
89 Selang suction No. 14 2
90 Selang suction No. 16 2
91 Sibital 5
92 Softsilk 2.0 2
93 Softsilk 3.0 2
94 Spalk anak motif kartun 10 cm / 15 cm 2

25
95 Spuit 1cc 5
96 Spuit 3cc 5
97 Spuit 5cc 5
98 Spuit 10cc 5
99 Spuit 20cc 2
100 Spuit 50cc 2
101 Sulfas Atropine 30
102 Sungkup Nebu Dws 1
103 Sungkup Nebu Anak 1
104 Sungkup RM Dewasa / Anak 1
105 Sungkup NRM Dewasa / Anak 1/1
106 Tramadol 2
107 Threeway non buntut 5
108 Three way buntut 3
109 Tridex Plan (sanbe) 2
110 Tridex 27 B (sanbe) 2
111 Tridex 27 A (sanbe) 2
112 Urine bag 2
113 Vit K (Pytominadion) 2
114 Xylocain Jelly 1
115 Nutriline 1
116 Premicath 1
117 Plastik steril 1
118 Stesolid Supp 2

26
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Definisi.

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu system dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.

B. Tujuan.

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.

2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan


masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapakan (KTD) di RS.

4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi


pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. Standar Patient Safety.

Standar keselamatan pasien (patient safety) untuk pelayanan INTENSIVE CARE


adalah :

1. Ketepatan identitas.

a. Target 100%. Label identitas tidak tepat apabila : Tidak terpasang, salah
pasang, salah penulisan nama, salah penulisan gelar (Tn/Ny/An), salah
jenis kelamin, salah alamat.
b. Target 100%. Terpasang gelang identitas pasien rawat inap: Pasien yang
masuk ke rawat inap terpasang gelang identitas pasien.
2. Komunikasi Tulbakon.

a. Target 100%. Konsul ke dokter via telpon menggunakan metode


Tulbakon.
3. Medikasi.

a. Ketepatan pemberian obat.

Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah obat, salah dosis,
salah jenis, salah rute pemberian, salah identitas pada etiket, salah pasien.

27
b. Ketepatan Transfusi.

Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah identitas pada
permintaan, salah tulis jenis produk darah, salah pasien
4. Pasien jatuh :

Target 100%.Tidak ada kejadian pasien jatuh di INTENSIVE CARE.

28
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian.

Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat kerja /
aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.
B. Tujuan.

1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RS. Ridhoka Salma.

2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
C. Tata Laksana Keselamatan Karyawan.

Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan infeksi,
yaitu :
1. Menganggap bahwa pasien maupun karyawan dapat menularkan infeksi.
2. Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu boot/alas kaki
tertutup, celemek, masker dll) terutama bila terdapat kontak dengan spesimen
pasien yaitu: urin, darah, muntah, sekret, dll.
3. Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai prosedur
yang ada, mis: memasang kateter, menyuntik, menjahit luka, memasang infus,
dll .
4. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah menangani
pasien.
5. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius.
6. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu :

a. Dekontaminasi dengan larutan klorin.

b. Pencucian dengan sabun.

c. Pengeringan.
7. Menggunakan baju kerja yang bersih.
8. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani kasus :

29
a. HIV / AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi).

b. Flu burung.

9. Kewaspadaan standar karyawan / petugas INTENSIVE CARE dalam


menghadapi penderita dengan dugaan flu burung adalah :
a. Cuci tangan

Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir dengan menggunakan sikat


selama ± 5 menit, yaitu dengan menyikat selruh telapak tangan maupun
punggung tangan.
b. Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa penderita.
c. Memakai masker N95 atau minimal masker badan.
d. Menggunakan pelindung wajah / kaca mata goggle (bila diperlukan)
e. Menggunakan apron / gaun pelindung.
f. Menggunakan sarung tangan.
g. Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot).
h. Hepatitis B / C (sesuai prinsip pencegahan infeksi).

30
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Standar Pelayanan Minimal.

B. Pemberi Pelayanan Intensif.


Judul Pemberi Pelayanan Intensif
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
Tujuan Kesiapan rumah sakit dalam menyediakan pelayanan intensif
Definisi Pemberi pelayanan intensif adalah dokter spesialis, dokter umum
Operasional dan perawat yang mempunyai kompetensi sesuai yang
Frekuensi dipersyaratkan dalam persyaratan kelas rumah sakit
Pengumpulan Tiga bulan sekali
Data Analisa
Periode Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah tim yang tersedia
Denominator Tidak ada
Sumber data Unit Pelayanan Intensif
Standar Sesuai dengan ketentuan kelas rumah sakit
Penanggung jawab
Kepala unit INTENSIVE CARE
pengumpul data

C. Ketersediaan Fasilitas Dan Peralatan Ruang INTENSIVE CARE

Judul Ketersediaan Fasilitas Dan Peralatan Ruang


Dimensi Mutu INTENSIVE
Keselamatan CARE
dan Efektifitas
Tujuan Kesiapan fasilitas dan peralatan rumahsakit untuk memberikan
pelayanan INTENSIVE CARE
Definisi Fasilitas dan peralatan pelayanan intensif adalah ruang, mesin, dan
Operasional peralatan yang harus tersedia untuk pelayanan intensif baik sesuai
Frekuensi dengan persyaratan kelas rumah sakit
Pengumpulan Tiga bulan sekali
Data
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jenis dan jumlah fasilitas dan peralatan pelayanan intensif
Denominator Tidak ada
Sumber data Inventaris INTENSIVE CARE
Standar Sesuai dengan kelas rumah sakit
Penanggung jawab
Kepala unit INTENSIVE CARE
pengumpul data

31
D. Ketersediaan Tempat Tidur Dengan Monitoring Dan Ventilator.
Judul Ketersediaan Tempat Tidur Dengan Monitoring Dan Ventilator

Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas


Tujuan Kesiapan fasilitas dan peralatan rumah sakit untuk
memberikan pelayanan bedah sentral
Definisi Tempat tidur ruang intensif adalah tempat tidur yang dapat diubah
Operasional posisi yang dilengkapi dengan monitoring dan ventilator

Frekuensi
Pengumpulan Data Tiga bulan sekali
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah tempat tidur yang dilengkapi dengan peralatan monitoring
dan ventilator
Denominator Tidak ada
Sumber data Inventaris INTENSIVE CARE
Standar Sesuai dengan kelas rumah sakit
Penanggung jawab
Kepala unit INTENSIVE CARE
pengumpul data

E. Kepatuhan Terhadap Hand Hygiene.


Judul Kepatuhan Terhadap Hand Hygiene
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Menjamin hygiene dalam melayani pasien di ruang intensif
Definisi Hand Hygiene adalah prosedur cuci tangan sesuai dengan ketentuan
Operasional 6 langkah cuci tangan
Frekuensi
Pengumpulan Data Tiga bulan sekali
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah perawat yang diamati dan mematuhi prosedur hand hygiene
Denominator Jumlah seluruh perawat yang diamati
Sumber data 100 %
Standar Sesuai dengan kelas rumah sakit
Penanggung jawab
Kepala unit INTENSIVE CARE
pengumpul data

F. Kejadian Infeksi Nosokomial Di Ruang INTENSIVE CARE


Judul Kejadian Infeksi Nosokomial
Dimensi Mutu Keselamatan pasien
Tujuan Mengetahui hasil pengendalian infeksi nosokomial di ruang
INTENSIVE CARE
Definisi Infeksi nosokomial adalah infeksi yang dialami oleh pasien yang
Operasional diperoleh selama dirawat di rumahsakit yang meliputi dekubitus,
Frekuensi phlebitis, sepsis, dan infeksi luka operasi
Pengumpulan Data tiap bulan
Periode Analisa tiap tiga bulan
Numerator Jumlah pasien rawat inap yang terkena infeksi nosokomial dalam
satu bulan
Denominator Jumlah pasien rawat inap dalam satu bulan
Sumber data Survei, laporan infeksi nosokomial
Standar ≤9%
Penanggung jawab
Kepala unit INTENSIVE CARE
pengumpul data

G. Rata-Rata Pasien Yang Kembali Ke Perawatan Intensif Dengan Kasus Yang Sama
< 72 Jam.
Rata-Rata Pasien Yang Kembali Ke Perawatan Intensif
Judul
Dengan Kasus Yang Sama < 72 Jam
Dimensi mutu Efektifitas
Tujuan Tergambarnya keberhasilan perawatan intensif
Definisi operasional Pasien kembali ke perawatan intensif dari ruang rawat inap dengan
kasus yang sama dalam waktu < 72 jam
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus
yang sama < 72 jam dalam 1 bulan
Denominator Jumlah seluruh pasien yang dirawat di ruang intensif dalam 1 bulan
Sumber data Rekam medis
Standar ≤3 %
Penanggung jawab Komite medik/mutu

33
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan INTENSIVE CARE di rumah sakit Ridhoka Salma ini


diharapkan dapat menjadi panduan bagi seluruh petugas pemberi layanan yang
menyelenggarakan pelayanan pada pasien INTENSIVE CARE. Berdasarkan klasifikasi
sumber daya, sarana, prasarana dan peralatan pelayanan INTENSIVE CARE di rumah
sakit Ridhoka Salma dapat dikategorikan sebagai INTENSIVE CARE primer.
Oleh karena itu, rumah sakit diharapkan akan terus mengembangkan pelayanan
sesuai dengan ketentuan pedoman standar INTENSIVE CARE sesuai dengan situasi dan
kondisi yang kondusif bagi setiap program pengembangan layanan INTENSIVE CARE
di rumah sakit Ridhoka Salma.
Sedangkan untuk kelancaran setiap pelaksanaan pelayanan di INTENSIVE CARE
perlu adanya penjabaran dari pedoman pelayanan dengan penyusunan prosedur tetap di
unit layanan INTENSIVE CARE sehingga hambatan dalam menjalankan pelaksanaan
pelayanan bisa diminimalkan.

Bekasi, 06 Juni 2018


DIREKTUR RUMAH SAKIT

Dr. M.RONIKE YUNUS, SpP, M.Kes, MARS

34

Anda mungkin juga menyukai