Modul Blok KKD 4 Keluhan Terkait Kesehatan Bayi Anak PDF
Modul Blok KKD 4 Keluhan Terkait Kesehatan Bayi Anak PDF
DISUSUN OLEH
TIM BLOK KKD 4
EDITOR
Dr. Meitria Syahadatina Noor, dr., M. Kes
KOORDINATOR :
Dr. Meitria Syahadatina Noor, dr, M.Kes
ANGGOTA :
Rahmiati, dr., M. Kes., Sp. MK
Ida Yuliana, dr., M. Biomed
Asnawati, dr., M. Sc
Nurul Hidayah, dr., M. Sc., Sp. A
DAFTAR ISI
Halaman
1. PENDAHULUAN
Selain memahami berbagai teori di bidang kedokteran dan kesehatan, seorang dokter juga
dituntut untuk menguasai keterampilan klinis untuk menangani berbagai kondisi yang diderita
pasien. Modul-modul ketrampilan klinis ini disusun dengan tujuan agar bisa menjadi materi
acuan untuk mempelajari berbagai keterampilan klinis yang diperlukan seorang dokter.
Modul Keterampilan Klinik Dasar 4 ini akan dilaksanakan pada semester 6. Pada semester
ini, mahasiswa diharapkan untuk memiliki keterampilan klinis dalam anamnesis, komunikasi,
pemeriksaan fisik, tindakan, dan analisis data pada sistem keluhan reproduksi, kesehatan anak,
dan pengelolaan masalah komunitas dan kesehatan keluarga. Khusus untuk Modul ini, akan
dipelajari keterampilan anamnesis gangguan pada bayi dan anak, pemeriksaan fisik bayi baru
lahir, deteksi dini tumbuh kembang.
2. TUJUAN BLOK
Setelah menyelesaikan blok Keterampilan Klinis Dasar 4 pada keluhan berkaitan dengan
sistem reproduksi ini, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Melakukan anamnesis gangguan kesehatan pada bayi dan anak.
b. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir.
c. Melakukan deteksi dini tumbuh kembang.
3. PRAKTIK KETERAMPILAN
Praktik keterampilan/skills lab terdiri atas pembelajaran anamnesis dan komunikasi
(anamnesis gangguan kesehatan pada bayi dan anak), dan pemeriksaan fisik (pemeriksaan fisik
bayi baru lahir dan deteksi dini tumbuh kembang). Pada blok ini, masing-masing keterampilan
dilatihkan sebanyak 2 kali selama masing-masing 3 jam.
4. PENILAIAN
a. Formatif
Prasyarat ujian:
• Kehadiran skills lab & OSCE Komprehensif : 100%
• Etika pada skills lab & OSCE Komprehensif : sufficient (berbasis checklist)
b. Sumatif, terdiri atas:
• Pretest : 10%
• Posttest : 15 %
• Nilai harian skills lab : 20%
• OSCE Komprehensif : 55% (nilai batas lulus/NBL OSCE Komprehensif = 70)
c. Standar Penilaian
d. Remediasi
Jika nilai mahasiswa berada di bawah NBL OSCE Komprehensif, maka dilakukan 1 kali
remedial di minggu remedial pada akhir semester, dengan ketentuan nilai maksimal remedial
OSCE Komprehensif yang diperoleh adalah 70. Apabila setelah dilakukan 1 kali remediasi
OSCE Komprehensif, nilai yang diperoleh masih berada di bawah nilai lulus, maka nilai yang
diambil adalah nilai yang tertinggi.
5. TATA TERTIB
a. Mahasiwa wajib mengikuti seluruh proses kegiatan skills lab dan OSCE Komprehensif
(100%).
b. Ketidakhadiran skills lab dan OSCE Komprehensif hanya diperkenankan apabila:
1. Sakit, yang dibuktikan dengan surat keterangan sakit dari dokter
2. Mendapat musibah kematian keluarga inti, dengan surat keterangan dari orangtua/wali
3. Mendapat tugas dari fakultas/universitas, dengan surat keterangan dari Ketua Program
Studi/Wakil Dekan/Dekan/Rektor
c. Apabila tidak hadir pada kegiatan skills lab/OSCE Komprehensif dengan alasan selain yang
tercantum pada poin (b) di atas, maka akan mendapat nilai nol (0).
d. Apabila tidak hadir pada kegiatan skills lab/OSCE Komprehensif dengan alasan seperti yang
tercantum pada poin (b), mahasiswa dapat mengganti waktu skills lab/OSCE Komprehensif
sesuai dengan ketentuan administrasi yang telah ditetapkan oleh MEU dan diwajibkan
mengerjakan tugas tambahan. Apabila mahasiswa tidak hadir pada pertemuan pertama skills
lab, maka tidak berhak mengikuti pertemuan kedua materi skills lab tersebut.
e. Bagi mahasiswa yang tidak hadir pada kegiatan skills lab dengan alasan selain yang
tercantum pada poin (b), maka mahasiswa tidak berhak mendapatkan penggantian waktu, dan
nilai skills lab yang ditinggalkan tersebut adalah 0 (nol). Apabila mahasiswa tidak hadir pada
pertemuan pertama, maka mahasiswa tersebut juga tidak dapat mengikuti pertemuan kedua
skills lab materi tersebut dan nilai pertemuan kedua adalah 0 (nol).
f. Bagi mahasiswa yang tidak hadir pada kegiatan OSCE Komprehensif dengan alasan yang
tercantum pada poin (b), maka mahasiswa berhak mengganti waktu OSCE Komprehensif
yang akan dilaksanakan bersamaan dengan jadwal remedial OSCE Komprehensif. Nilai
maksimal OSCE Komprehensif per station adalah nilai rata-rata kelas station tersebut.
Apabila mahasiswa mendapatkan nilai di atas rata-rata kelas station tersebut, maka nilai yang
diperoleh mahasiswa adalah 80% dari nilai asal.
g. Bagi mahasiswa yang tidak hadir pada kegiatan OSCE Komprehensif dengan alasan selain
yang tercantum pada poin (b), maka mahasiswa tidak berhak mendapatkan penggantian
waktu, dan nilai OSCE Komprehensif adalah 0 (nol)
h. Apabila mahasiswa tidak hadir pada jadwal remedial OSCE Komprehensif yang telah
ditentukan, maka nilai OSCE Komprehensif station tersebut adalah nilai asal.
i. Pada saat OSCE Komprehensif, mahasiswa harus sudah hadir 30 menit sebelum OSCE
Komprehensif dilaksanakan sesuai jadwal
j. Bagi mahasiswa yang terlambat hadir pada saat OSCE Komprehensif maksimal 10 menit,
maka tidak akan diperkenankan ikut OSCE Komprehensif
k. Remedial OSCE Komprehensif hanya ditujukan bagi mahasiswa yang mendapat nilai di
bawah ketentuan blok dan secara administratif tidak ada pelanggaran (kehadiran, etika).
l. Bagi mahasiswa yang melanggar ketentuan administratif dan etika, maka dinyatakan tidak
lulus blok dan wajib mengulang pada tahun-tahun berikutnya
6. TIM BLOK
Koordinator : Dr. Meitria Syahadatina Noor, dr., M. Kes
Anggota : 1. Rahmiati, dr., M. Kes., Sp. MK
2. Ida Yuliana, dr., M. Biomed
3. Asnawati, dr., M. Sc
4. Nurul Hidayah, dr., M. Sc., Sp. A
Pendahuluan
Pertumbuhan dan perkembangan termasuk suatu proses yang berubah-ubah, pembentukan
jaringan, ukuran kepala, tubuh serta anggota tubuh lain seperti tangan dan kaki yang membesar,
peningkatan yang drastis dalam kekuatan dan kemampuan untuk mengendalikan otot-otot yang
besar maupun kecil, perkembangan hubungan sosial, pemikiran dan bahasa, serta munculnya
kepribadian. Terbukanya proses-proses tersebut dan interaksinya tergantung pada kondisi
biologis dan fisik anak tersebut dan lingkungan sosialnya.
Pengertian tentang perkembangan tidak hanya memungkinkan pencarian awal tentang
penyimpangan-penyimpangan, tetapi juga menolong orangtua memahami hasil pengamatan
mereka terhadap anak mereka. Informasi riwayat seringkali diperoleh dari orangtua dan anak
apabila anak sudah bisa memberikan informasi verbal mengenai gejala yang dialaminya. Sebagai
contoh, anak usia 24 bulan yang mengalami radang tenggorokan seringkali tidak mengeluh
namun orangtua dapat mengamatinya ketika anak mengalami kesulitan menelan ludah, menolak
makanan padat dan menghembuskan nafas yang berbau. Seiring dengan perkembangan anak,
anak akan bisa mendefinisikan sakit yang dideritanya dengan bahasa verbal tetapi pengamatan
orangtua dapat menunjukkan sebab akibat penyakit yang diderita seorang anak, misalnya anak
usia 4 tahun yang mengalami infeksi saluran kencing dapat teramati oleh orangtuanya ketika
anak memegang perut dan mengalami perubahan frekuensi kencing meskipun anak hanya
mengatakan bahwa sakit perut.
Sikap dan posisi pada saat dilakukan anamnesis cukup penting sehingga kita bisa
mengamati interaksi orangtua dan anak. Anak akan mudah teramati bila dia dalam posisi yang
nyaman, misalnya di pangku atau digendong dan sebagai seorang pemeriksa juga bisa
berinteraksi dengan anak sehingga anak tidak takut dan rewel.
Anamnesis
Anamnesis bisa dilakukan baik dengan anak yang sakit (alloanamnesis) maupun kepada
orangtua atau keluarga yang datang membawa serta anak tersebut (heteroanamnesis). Anamnesis
pada tahap ini meliputi banyak aspek, mulai dari riwayat neonatus sampai riwayat perkembangan
dan pertumbuhan anak sekarang. Riwayat neonatus harus mendeteksi penyakit yang
menimbulkan kecacatan dengan tindakan pencegahan segera atau setelah pengobatan (misalnya
asfiksia), mengantisipasi keadaan-keadaan yang nantinya menjadi penting di kemudian hari) dan
menemukan kemungkinan faktor penyebab yang dapat menjelaskan keadaan patologis. Riwayat
perinatal harus meliputi data demografi dan sosial (status sosio-ekonomi, umur, ras), penyakit
medis yang dulu pernah terjadi pada anak dan keluarga (gangguan kardiopulmonal, penyakit
infeksi, gangguan genetik, dll), masalah-masalah reproduktif ibu sebelumnya (kelahiran mati,
prematuritas, dll), kejadian-kejadian yang terjadi pada kehamilan (perdarahan per vaginam, obat-
obatan, penyakit akut, keadaan ketuban, dll) dan uraian mengenai kelahiran (lamanya, presentasi
janin, ada tidaknya kegawatdaruratan, dll) dan persalinan (seksio sesaria, penggunaan anastesi
atau sedasi, penggunaan forsef, Apgar skor, dan penanganan anak segera setelah lahir).
Seorang dokter dalam anamnesis seharusnya mengajukan pertanyaan umum yang bersifat
terbuka sehingga memungkinkan orangtua atau anak dapat menjelaskan secara nyaman keadaan
anak tersebut. Misalnya : “ Bagaimana keadaan anak ibu ?”“Bagaimana kondisimu sekarang ?”.
Selain keluhan utama dan keluhan penyerta, riwayat perkembangan dan pertumbuhan juga harus
dipertanyakan. Pertanyaan mengenai pemberian makanan dan diet dan hubungan keluarga dan
hubungan sosial anak juga harus dipertanyakan. Untuk dapat tumbuh dan berkembang secara
normal, anak butuh dukungan dan bantuan dari orangtua beserta lingkungannya.
I. Identitas
Pencatatan identitas penting untuk mencari faktor risiko penyakit dan menghindari
kekeliruan dengan orang lain, meliputi : nama, umur, jenis kelamin, nama orang tua, alamat,
umur orang tua, pendidikan dan pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa.
1. Nama
Pada bayi belum mempunyai nama, cantumkan nama orangtua/ibu bayi dibelakangnya,
contoh: By. Ny. Aminah
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Nama orang tua
5. Alamat. Alamat harus jelas dan lengkap.
6. Umur, Pendidikan dan Pekerjaan orang tua
Selain sebagai tambahan identitas, dengan informasi pendidikan dan pekerjaan
orangtua, dapat sebagai informasi hubungan sakit dengan faktor risiko dari data tersebut.
7. Agama dan suku bangsa
Perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit sering dihubungkan dengan agama
dan suku bangsa.
Check List
Anamnesis Keluhan Kesehatan Bayi dan Anak
NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
Aspek Komunikasi
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Mendengarkan secara aktif
3. Tidak memotong pembicaraan pasien selama masih relevan
4. Menggunakan bahasa yang dipahami pasien
5. Mempertahankan kontak mata dengan pasien
6. Menunjukkan empati
Aspek Anamnesis
1. Identitas
- Nama
- Umur
- Jenis Kelamin
- Nama orang tua
- Alamat
- Umur orang tua
- Pendidikan
- Pekerjaan orang tua
- Agama
- Suku
2. Menanyakan keluhan utama
3. Menggali riwayat penyakit sekarang
a. Onset
b. Frekuensi
c. Sifat munculnya keluhan
d. Durasi
e. Sifat sakit
f. Lokasi
g. Hubungan dengan fungsi fisiologis
h. Akibat yang timbul terhadap aktivitas sehari-hari
i. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan
4. Menggali riwayat penyakit dahulu
a. Ada tidaknya penyakit seperti ini sebelumnya
b. Penyakit lain yang pernah diderita
5. Riwayat keluarga
• Anamnesis tentang keluarga
• Anamnesis penyakit
6. Menanyakan keluhan penyerta (berdasarkan sistem)
7 Riwayat kehamilan ibu
8 Riwayat kelahiran
9 Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
10 Riwayat imunisasi
11 Riwayat makanan
12 Membuat resume anamnesis
TOTAL
Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tetapi tidak benar
2 = dilakukan dengan benar
Interpretasi :
Normal : -2 SD s/d 2 SD atau Gizi baik
Kurus : < -2 SD s/d -3 SD atau Gizi kurang
Kurus sekali : < -3 SD atau Gizi buruk
Gemuk : > 2 SD atau Gizi lebih
Contoh : Seorang anak laki-laki dengan panjang badan 71 Cm dan berat badan 6,8
Kg. Pada kolom panjang badan anak laki-laki 71 Cm, apabila ditarik garis
lurus ke kiri ternyata berat badan 6,8 Kg terletak pada kolom 6,0 – 6,9 Kg;
Kolom < -2 SD s/d -3 SD.
Interpretasinya : anak kurus
• Interpretasi :
- Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam ”jalur hijau” maka lingkaran
kepala anak normal.
- Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di luar ”jalur hijau” maka lingkaran
kepala anak tidak normal.
- Lingkaran kepala anak tidak normal ada dua, yaitu makrosefali bila berada di atas
”jalur hijau” dan mikrosefali bila berada di bawah ”jalur hijau”.
• Intervensi : Bila ditemukan makrosefali maupun mikrosefali segera dirujuk ke Rumah
Sakit.
• Intervensi : Bila ditemukan makrosefal mauoun mikrosefal segera dirujuk ke Rumah
sakit
16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari, dibulatkan
menjadi 3 bulan.
- Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
- Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, catat jawaban tersebut pada
formulir.
• Interpretasi hasil KPSP :
- Hitunglah berapa jumlah jawaban ya :
Jawaban ya, bila orangtua menjawab : anak bisa atau pernah atau sering atau
kadang-kadang melakukannya.
Jawaban tidak, bila orangtua menjawab : anak belum pernah melakukan atau
tidak pernah atau orangtua tidak tahu.
- Jumlah jawaban ya = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya (S)
- Jumlah jawaban ya = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
- Jumlah jawaban ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)
- Untuk jawaban tidak, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).
• Intervensi :
- Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut :
* Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik.
* Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak.
* Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai dengan
umur dan kesiapan anak.
* Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di posyandu
secara teratur sebulan sekali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita
(BKB). Jika anak sudah memasuki usia prasekolah (36-72 bulan), anak dapat
diikutkan pada kegiatan di Pusat Pendidikan Anak Dini Usia (PADU),
Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak.
* Bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalami
gangguan pendengaran.
* Catat dalam buku KIA atau kartu kohort bayio/balita atau status/catatan medik
anak, jenis kelamin.
@ Intervensi:
• Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada
• Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi
C. Tes Daya Lihat (TDL)
- Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar
segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh
ketajaman daya lihat menjadi lebih besar.
- Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36
sampai 72 bulan. Tes ini dilaksanakan oleh tenasga kesehatan, guru TK, tenaga
PADU dan petugas terlatih lainnya.
- Alat/sarana yang diperlukan adalah :
* Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik.
* Dua buah kursi, 1 untuk anak, 1 untuk pemeriksa.
* Poster “E” untuk digantung dan kartu “E” untuk dipegang anak.
* Alat penunjuk.
- Cara melakukan tes daya lihat :
* Pilih suatu ruangan yang bersih dan tenang dengan penyinaran yang baik.
* Gantung poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk.
* Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E” menghadap ke poster “E”.
* Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” untuk pemeriksa.
* Pemeriksa memberikan kartu “E” pada anak. Latih anak dalam mengarahkan kartu
“E” menghadap atas, bawah, kiri dan kanan; sesuai yang ditunjuk pada poster “E”
oleh pemeriksa. Beri pujian setiap kali anak mau melakukannya. Lakukan hal ini
sampai anak dapat mengarahkan kartu “E” dengan benar.
* Selanjtnya, anak diminta untuk menutup sebelah matanya dengan buku/kertas.
* Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster, satu persatu, mulai baris
pertama sampai baris keempat atau baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat.
Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2017/2018 Hal 41
Blok Keterampilan Klinik Dasar 4 Keluhan Berkaitan dengan Kesehatan Bayi & Anak
* Puji anak setiap kali dapat mencocokkan posisi kartu “E” yang dipegangnya dengan
huruf “E” pada poster.
* Ulangi pemeriksaan tersebutpada mata satunya dengan cara yang sama.
* Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang telah disediakan:
Mata kanan : ……….. Mata kiri : ………..
- Interpretasi :
Anak prasekolah pada umumnya tidak mengalami kesulitan melihat sampai baris
ketiga pada poster “E”. bila kedua mata anak tidak dapat melihat baris ketiga poster
“E”, artinya tidak dapat mencocokkan arah kartu “E” yang dipegangnya dengan arah
“E” pada baris ketiga yang dfitunjuk oleh pemeriksa, kemungkinan anak mengalami
gangguan daya lihat.
- Intervensi :
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta anak dating lagi untuk
pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaan berikutnya, anak tidak dapat melihat
samapai baris yang sama, atau tidak dapat melihat baris yang sama dengan kedua
matanya, rujuk ke Rumah Sakit dengan menuliskan mata yang mengalami gangguan
(kanan, kiri atau keduanya)
Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi secara dini adanya
penyimpangan mental emosional pada anak, yaitu :
- Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) bagi anak umur 36 bulan sampai 72
bulan
- Ceklis autis anak prasekolah (Checlist for Autism in Toddlers/CHAT) bagi anak umur 18
bulan sampai 36 bulan
- Formulir deteksi dini Gangguan pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
menggunakan Abreviated Conner rating Scale bagi anak umur 36 bulan ke atas
• Bila jawaban YA ditemukan dua atau lebih : Rujuk ke RS yang memiliki fasilitas
kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak. Rujukan harus disertai informasi
mengenai jumlah dan masalah mental emosional yang ditemukan.
• Jadwal deteksi dini autid pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada
keluhan dari ibu/pengasuh atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, pengelola
pendidikan. Keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini
:
* keterlambatan berbicara
* gangguan komunikasi/interaksi sosial
* perilaku yang berulang-ulang
• Alat yang digunakan adalah CHAT (Checklist for Autism in Toddlers), yaitu :
* Ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orangtua/pengasuh anak. Pertanyaan diajukan
secara berurutan, satu persatu. Jelaskan kepada orangtua untuk tidak ragu-ragu atau
takut menjawab.
* Ada 5 perintah bagi anak, untuk melaksanakan tugas seperti yang tertulis CHAT.
• Cara menggunakan CHAT
* Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku yang
tertulis pada CHAT kepada orangtua/pengasuh anak.
* Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas pada CHAT
* Catat jawaban orangtua/pengasuh anak dan kesimpulan hasil pengamatan
kemampuan anak, YA atau TIDAK. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah
dijawab.
• Interpretasi :
* Risiko tinggi menderita autis : bila jawaban TIDAK pada pertanyaan A5, A7, B2,
B3, dan B4
* Risiko rendah menderita autis : bila jawaban TIDAK pada pertanyaan A7 dan B4
* Kemungkinan gangguan perkembangan lain : bila jawaban TIDAK jumlahnya 3
atau lebih untuk pertanyaan A1-A4, A6, A8-A9, B1, B5
* Anak dalam batas normal : bila tidak termasuk dalam kategori 1,2 dan 3
• Intervensi :
Bila anak risiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan perkembangan,
rujuk ke Rumah Sakit yang emmiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.
C. Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada Anak
Pra Sekolah
- Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini anak adanya Gangguan Pemusatan
dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke atas.
- Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada
keluhan dari orangtua/pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, pengola
pendidikan. Keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini
:
• Anak tidak bisa duduk tenang
• Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
• Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsif
- Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale). Formulir ini terdiri dari
10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orangtua/pengasuh anak/guru TK dan
pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa.
- Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :
• Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku yang
tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orangtua/pengasuh
anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
• Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada formulir
deteksi dini GPPH.
• Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak dimanapun anak berada, misal
ketika di rumah, sekolah, pasar, dll), setiap saat dan ketika anak dengan siapa
saja.
• Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan
pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
- Interpretasi :
Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan ”bobot nilai” berikut ini dan
jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total.
• Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
Pendahuluan
Masa neonatus merupakan waktu yang sangat rentan pada bayi yang sedang
menyempurnakan banyak penyesuaian fisiologis yang diperlukan untuk kehidupan ektrauterin.
Bayi tidak lagi tergantung pada sirkulasi ibu melalui plasenta, fungsi paru neonatus diaktifkan
untuk mencukupi pertukaran oksigen dan karbondioksida melalui pernapasannya sendiri. Bayi
baru lahir juga mulai memfungsikan saluran cerna untuk mengabsorbsi makanan, ginjal untuk
mengeksresikan bahan yang harus dibuang dan mempertahankan hemostasis kimia, hati untuk
menetralisir dan mengeksresikan bahan-bahan toksik, dan sistem imunologi untuk
melindunginya dari infeksi.
Pemeriksaan awal pada bayi baru lahir harus dilakukan sesegera mungkin sesudah
persalinan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang mungkin terjadi saat bayi lahir.
Keterangan :
1. Frekuensi jantung. Dinilai dengan meletakkan stetoskop di dada tempat detak jantung
terdengar paling kuat dan dihitung selama 1 menit penuh
2. Usaha nafas. Dinilai dengan mendengar tangis bayi
3. Tonus otot. Dinilai dengan melihat pergerakan ekstremitas
4. Refleks terhadap rangsangan. Dinilai atas dasar respon terhadap rangsangan. 0 berarti
Tidak ada respon terhadap stimulasi, 1 berarti wajah meringis saat distimulasi, 2 berarti
meringis, menarik, batuk, atau bersin saat distimulasi
5. Warna kulit. Dinilai apakah kemerahan, pucat atau biru seluruh tubuh atau hanya sebagian
tubuh.
Penilaian pada menit pertama segera setelah lahir memberikan petunjuk derajat asfiksia
dan pedoman untuk menentukan cara resusitasi. Neonatus yang beradaptasi dengan baik
mempunyai nilai apgar 7-10, Nilai 4 -6 menunjukkan keadaan asfiksia ringan – sedang,
sedangkan nilai 0-3 menunjukkan adanya asfiksia berat. Penilaian diulang setelah 5 menit dan
nilai ini mempunyai nilai prognosis karena berkorelasi dengan morbiditas dan mortalitas
neonatal.
Setelah pemeriksaan nilai apgar, pemeriksaan segera setelah lahir yang perlu dilakukan
antara lain:
A. Gerak pernafasan. Simetris atau tidak, apakah ada takipne (menunjukkan kelainan pada
paru-paru) atau bradipne, retraksi, pernafasan cuping hidung dan lain-lain
B. Abdomen. Apakah abdomen cekung (Hernia diafragmatika), cembung (obsruksi saluran
pencernaan bagian bawah) dan ada/tidaknya tumor.
C. Tali pusat. Dilihat kesegarannya, jumlah pembuluh darah ( 2 arteri, 1 vena).
D. Anus. Apakah paten/tidak dengan memasukkan termometer/kateter ke dalam anus
E. Penentuan jenis kelamin
F. Pemeriksaan ada / tidak kelainan bawaan
G. Pemeriksaan plasenta dan cairan amnion. Diperiksa berat palsenta serta mencari ada
tidaknya kelainan seperti perkapuran,nekrosis dan lain-lain. Jumlah cairan amnion perlu
diukur apakah hidramnion (>2000 ml) atau oligohidramnion (< 500 ml)
Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaaan lanjutan dilakukan setelah neonatus berada dalam keadaan stabil yaitu 1
sampai 6 jam setelah pemeriksaan pertama. Dilakukan secara sistematik dan terinci. Pemeriksaan
lanjutan terdiri dari pemeriksaan keadaan umum dan dilanjutkan pemeriksaan organ secara
terinci. Bila neonatus dalam keadaan tenang, didahulukan pemeriksaan yang mempergunakan
stetoskop.
Keadaan Umum
1. Warna Kulit
Warna kulit neonatus normal adalah kemerahan, kadang-kadang terlihat sianosis pada
ujung-ujung jari. Bila sianosis seluruh tubuh dipikirkan kemungkinan kelainan jantung
bawaan sianotik atau methemoglobinemia. Kulit pucat terdapat pada anemia atau asfiksia
berat. Kulit kuning disebabkan kadar bilirubin yang tinggi didalam darah atau pewarnaan
mekonium. Warna kuning kearah jingga menunjukkan kenaikkan bilirubin indirek,
sedangkan kenaikan bilirubin direk warna kuning kehijauan. Pada neonatus yang berkulit
gelap ikterus lebih baik diperiksa pada mukosa. Pada orang kulit bewarna, dalam keadaan
normal dapat terlihat warna kebiruan pada punggung dan bokong yang disebut Monggolian
spots.
2. Keaktifan
Dinilai dengan melihat posisi dan pergerakan tungkai serta lengannya. Pada neonatus
cukup bulan yang sehat posisi ekstremitas adalah fleksi dan gerakan tungkai serta lengannya
aktif dan simetris. Bila asimetri pikirkan kelumpuhan atau patah tulang. Bila diam saja,
kemungkinan terdapat depresi SSP atau akibat obat-obatan
3. Tangis Bayi
Apakah melengking, lemah atau merintih. Tangisan melengking menunjukkan bayi
dengan kelainan neurologik sedangkan lemah dan merintih terdapat pada bayi dengan
kesukaran bernafas.
4. Wajah Neonatus
Wajah neonatus dapat menunjukkan kelainan yang spesifik misalnyasindroma down.
5. Keadaan gizi
Keadaan gizi dinilai dari Berat Badan, Panjang Badan, lingkar lengan atas, tebal lapisan
subkutan, serta kerutan pada kulit.
6. Usia Kehamilan
Mengetahui usia kehamilan sangat penting untuk mengetahui kategori neonatus apakah,
kecil, sesuai atau besar untuk masa kehamilan. Dapat dinilai dengan menghitung dari hari
pertama haid terakhir (HPHT) sampai masa kelahiran atau dengan cara USG.
7. Suhu
Suhu tubuh diukur dari rektum. Suhu 35°C dapat terdapat pada neonatus, dan akan naik
bila dihangatkan dengan lampu atau dibedong. Suhu yang meninggi bisa terjadi karena
dehidrasi, gangguan serebral, infeksi atau kenaikan suhu lingkungan, demikan pula bila suhu
turun.
Pemeriksaan Sistematik
a. Kulit
Apakah ada verniks kaseosa, edema, lanugo, ptekie atau ekimosis, tumor (ukuran,
bentuk,konsistensi dan warnanya), kelainan bawaan pada kulit, turgor kulit, milia (bintik
putih kekuningan) dan miliaria kristalina (retensi keringat)
b. Kepala
Pada kelahiran normal sering terlihat tulang kepala tumpang tindih karena molding dan
akan normal kembali setelah beberapa hari, sehingga sutura, ubun-ubun besar dan kecil
mudah teraba. Pada ubun-ubun diperiksa ukuran dan ketegangannya.
Perhatikan terdapatnya kelainan karena trauma jalan lahir, seperti kaput suksedaneum,
hematoma sefal dan perdarahan subaponeurotik. Kaput suksedaneum adalah edema kulit
kepala lunak tidak berfluktuasi, batas tidak tegas dan menyeberangi sutura, dan akan hilang
dalam beberapa hari. Hematoma sefal tidak terlihat pada hari pertama , biasanya pada hari
kedua;konsistensi lunak, berfluktuasi dengan batas tegas pada tepi tulang tengkorak. Akan
menghilang sempurna 2-6 bulan.Perdarahan subaponeurotik terjadi akibat pecahnya vena-
vena jaringan luar dengan sinus-sinus didalam tengkorak. Batasnya tidak tegas sehingga
bentuk kepala dapat tampak asimetris, teraba fluktuasi dan edema.
Apakah ada kelainan bawaan, anensefali, mikrosefali, makrosefali dan lain-lain.
Pemeriksaan transiluminasi dalam kamar gelap dapat dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan hidrosefalus. Telinga dilihat ada kelainan/tidak. Pada telinga tidak jarang
ditemukan papilloma praaurikula. Membrana timpani mudah dilihat dengan otoskop,
biasanya tampak suram. Hidung sering tersumbat oleh mukus. Perhatikan kemungkinan
adanya atresia koana. Pada mulut diperhatikan kemungkinan adanya kelainan kongenital
labiognato-palatoskizis. Pipi tampak tebal karena akumulasi lemak yaitu Sucking pads,
sedangkan tenggorokan bayi sukar dilihat.
c. Leher
Leher bayi tampak relatif pendek.Perhatikan kemungkinan adanya goiter, higroma
kistik dan perdarahan m.sternokleidomastoideus. Perhatikan pula adanya webbed neck yang
terdapat pada kelainan kongenital yaitu sindroma turner.
d. Dada
Inspeksi
Perhatikan bentuk dada neonatus,biasanya seperti tong. Pada respirasi normal dinding
dada bergerak bersama dengan dinding perut,selain itu dilihat apakah ada retraksi/tidak,
gerakan simetris atau tidak bila tidak kemungkinan pneumotoraks, paresis diafragma atau
hernia diafragmatika. Frekuensi nafas neonatus normal berkisar 30-60 permenit,dihitung
selama satu menit penuh, karena sering terjadi Periodic brathing yaitu pola pernafasan
neonatus terutama prematur ditandai dengan penghentian pernafasan yang berlangsung
kurang dari 20 detik dan terjadi secara berkala.
Perhatikan kelenjar payudara, baik pada wanita maupun laki-laki kadang-kadang
tampak membesar dan sering disertai sekresi air susu akibat pengaruh hormon ibu. Luas
aerola dan tebal jaringan dipakai untuk menilai usia kehamilan neonatus.
Palpasi
Dengan palpasi dapat diketahui adanya fraktur klavikula serta menentukan iktus kordis.
Perkusi
Jarang dilakukan pada neonatus. Dapat memberi informasi adanya kelainan paru
misalnya : pneumothorax, atelektasis, hernia diafragmatika dll)
Auskultasi
Frekeunsi jantung dihitung selama 1 menit, normalnya adalah 100-160 permenit. Bising
jantung sering terdengar pada neonatus. Bunyi nafas adalah bronkovesikular, sura ronki
kadang-kadang terdengar pada kahir inspirasi yang panjang. Bila bising usus terdengar
didaerah dada menunjukkan terjadinya hernia diafragmatika.
e. Abdomen
Inspeksi
Lihat dinding perut, abdomen neonatus biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan
dinding dada. Perut yang cekung difikirkan kemungkinan hernia diafragmatika, sedang perut
membuncit mungkin disebabkan oleh hepatomegali, megakolon kongenital, atau ada massa.
Bila perut kembung kemungkinan enterokolitis, perforasi usus atau ileus. Perhatikan adanya
kelainan seperti omfalokel, ekstrofia vesikalis atau gastroskisis. Umbilikus juga dilihat
apakah ada kelainan atau tidak.
Auskultasi
Dalam keadaan normal suara peristaltik terdengar sebagai suara yang intensitasnya
rendah dan terdengar 10-30 detik. Nada peristaltik meninggi (nyaring) pada obstruksi traktus
gastrointestinalis (metalik sound), frekuensi akan bertambah pada gastroenteritis, serta
berkurang atau menghilang pada peritonitis atau ileus paralitik
Palpasi
Dalam keadaan normal kadang kadang hati teraba 2-3 cm dibawah arkus costa kanan.
Limfa juga sering teraba 1 cm dibawah arkus kosta. Ginjal kanan dapat diraba pada posisi
bayi terlentang dan tungkai bayi dilipat agar terjadi relaksasi otot-otot dinding perut. Tangan
kanan diletakkan dibawah dada kanan, dan jari-jari yang berada diatas perut ditekankan
untuk meraba ginjal. Untuk ginjal kiri diraba dengan tangan kiri.Batas ginjal mudah teraba,
setinggi umbilikus diantara garis tengah dan tepi abdomen. Bagian ginjal yang teraba
biasanya sekitar 2-3 cm.
Perkusi
Cara perkusi abdomen sama dengan cara perkusi pada anak, hanya penekanan jari lebih
ringan dan lebih perlahan. Perkusi normal adalah bunyi timfani pada seluruh permukaan
abdomen, kecuali didaerah hati dan limfa.
f. Genitalia eksterna
Pada bayi perempuan dilihat labia minora. Pada bayi cukup bulan labia minora tertutup
labia mayora.Selain itu dilihat lubang uretra dan lubang vagina. Pada bayi laki-laki, dilihat
ukuran penis (p 3-4 cm, L 1-1,3 cm), apakah ada fimosis, epispadia atau hipospadia. Keadaan
skrotum, ada tidaknya hidrokel, turun tidaknya testis dan ada tidaknya kelainan lain.
g. Anus
Diperiksa ada tidaknya atresia ani, fistula dan pengeluaran mekonium. Pengeluaran
mekonium biasanya terjadi 24 jam pertama. Bila lebih dari 48 jam belum keluar dipikirkan
kemungkinkan meconium plug syndrome, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan.
h. Tulang Belakang dan Ekstremitas
Neonatus dalam keadaan tengkurap, kemudian tangan pemeriksa meraba sepanjang
tulang belakang untuk mencari kemungkinan adanya skoliosis, sinus pilonidalis atau spina
bifida. Ekstremitas diperiksa simetris/tidak, kelumpuhan ada/tidak, tonus otot, dislokasi dan
adanya kelainan bawaan.
Ukuran Antropometrik
Neonatus cukup bulan yang sesuai usia kehamilan mempunyai ukuran berat badan 2500-
4000 gram, Panjang badan 45-54 cm, Lingkaran kepala 33-37 cm dan biasanya 2 cm lebih besar
dari lingkaran dada.
Cara mengukur lingkar kepala adalah dengan mengukur lingkaran kepala terbesar, dengan
meletakkan pita melingkari kepala melalui glabela pada dahi, bagian atas alis mata dan bagian
belakang kepala yang paling menonjol (protuberansia oksipitalis).
Cara mengukur lingkar dada. Pita diletakkan mengelilingi dada melalui puting susu dalam
keadaan ekspirasi maksimal.
Pemeriksaan Neurologis
Tonus otot, pergerakan ekstremitas dan tangisan bayi dapat memberi gambaran mengenai
keadaan neurologik neonatus. Pemeriksaan khusus adalah menilai refleks.
Refleks Moro
Ditimbulkan dengan menarik kain tempat tidur bayi dan bayi akan meperlihatkan gerakan
seperti memeluk. Ada tidaknya refleks ini dapat memberi keterangan mengenai keadaan SSP.
Normal refleks moro akan menghilang pada umur 5 bulan.
Plantar reflex dan grasp reflex
Berupa gerakan fleksi jari-jari kaki dan tangan, ditimbulkan dengan meletakkan sesuatu
pada telapak kaki dan tangan.
Sucking reflex (Refleks menghisap)
Diperiksa dengan memasukkan jari kemulut bayi, bayi akan mengisap jari tersebut.
Rooting reflex (Refleks mencari)
Refleks mencari akan timbul bila pada bayi yang lapar diletakkan sesuatu disekitar
mulutnya, maka bayi akan mencari dan menghisapnya.
• Kulit
• Dada : Inspeksi
Palpasi
Perkusi
3 Auskultasi
• Abdomen : Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
• Organ genitalia
• Anus
• Tulang belakang dan ekstremitas
• Antropometrik
Pemeriksaan Neurologis :
• Refleks Moro.
4 • Plantar reflex dan grasp reflex.
• Sucking reflex
• Rooting reflex.
Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tetapi tidak benar
2 = dilakukan dengan benar