Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seni adalah suatu ekspresi perasaan manusia yang memiliki unsur keindahan

di dalamnya dan ungkapan melalui suatu media yang sifatnya nyata, baik itu dalam

bentuk nada, rupa, gerak, dan syair serta dapat dirasakan oleh panca indra manusia.

Ada juga yang berpendapat bahwa pengertian seni adalah semua hal yang

diciptakan oleh manusia yang mengandung unsur keindahan dan dapat

mempengaruhi perasaan orang lain. Pada intinya, seni merupakan hasil akivitas

batin seseorang yang dinyatakan dalam bentuk karya yang bisa mempengaruhi

perasaan manusia.

Pengertian seni secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “Sani”

yang artinya pemujaan, persembahan, dan pelayanan. Dengan kata lain, seni sangat

erat hubungannya dengan upacara keagamaan yang disebut juga dengan

“kesenian”.

Seni dapat dinikmati melalui media pendengaran (audio art), penglihatan

(visual art) dan kombinasi keduanya (audio visual art). Secara umum, seni dapat

dibedakan menjadi lima kelompok yaitu: Seni Musik, Seni Rupa, Seni Tari, Seni

Sastra dan Seni Teater.

Seni musik merupakan karya seni yang menggunakan bunyi sebagai unsur

utamanya. Selain itu, di dalam musik terdapat juga unsur lain seperti harmonisasi,

melodi, dan notasi. Selain dari alat-alat musik, suara musik juga berasal dari

1
2

manusia, misalnya akapela atau beatbox. Musik vokal merupakan salah satu bagian

penting yang dipelajari banyak orang. Musik vokal adalah musik yang bersumber

dari suara manusia, bisa dimainkan oleh seorang penyanyi atau sekelompok orang.

Jika dinyanyikan perorangan disebut solo, sedangkan secara bersama-sama disebut

paduan suara (choir).

Salah satu bentuk musik yang dapat dinikmati melalui suara manusia adalah

paduan suara. Paduan suara merupakan penyajian musik vokal yang terdiri dari 15

orang atau lebih yang memadukan berbagai warna suara menjadi satu kesatuan

yang utuh dan dapat menempatkan jiwa lagu yang dibawakan dan terdiri dari 4

suara (sopran, alto, tenor dan bass) walaupun dapat dikatakan bahwa, tidak ada

batasan jumlah suara yang terdapat dalam paduan suara. Paduan suara dapat

bernyanyi dengan atau tanpa iringan alat musik, bernyanyi tanpa iringan alat musik

biasanya disebut sebagai bernyanyi acapella untuk latihan paduan suara alat

pengiring yang digunakan biasanya adalah piano bahkan pada penampilannya

digunakan alat musik lain atau ditampilkan secara acapella.

Pelatih paduan suara atau koor adalah seseorang yang ditunjukkan untuk

memberikan latihan kepada paduan suara dalam teknik vokal, interpretasi lagu, aba-

aba sekaligus membina paduan suara yang dilatih. Idealnya pelatih adalah dirigen

paduan suara tersebut. Ia adalah seseorang yang dianggap pantas memimpin karena

dianggap “lebih dari pada anggota yang lain dalam hal teknik vokal bisa

memberikan aba-aba dan memiliki jiwa kepemimpinan”.

Pelatih paduan suara harus mempunyai musikalitas yang tinggi dan dituntut

menguasai ilmu secara mendalam, jauh melampaui bahan partitur yang akan
3

diberikan kepada para anggotanya. Untuk dapat menyajikan dan menyampaikan

materi pengetahuan atau bahan partitur dengan benar pelatih juga dituntut untuk

menguasai strategi dengan baik.

Pelatih paduan suara harus memiliki pengetahuan tentang musik “setidaknya

tingkat dasar-menengah” antara lain : sejarah musik, teori musik, teori dan teknik

vokal, teknik aba-aba.

Selain kompetensi yang dimiliki oleh pelatih paduan suara, para anggota juga

harus memiliki kompetensi untuk mendukung dan menghasilkan kualitas paduan

suara yang baik. Kemampuan yang diharapkan untuk di miliki oleh setiap anggota

paduan suara salah satunya adalah teknik vokal. Artikulasi dan interpretasi adalah

dua bagian besar yang harus dikuasai untuk memenuhi tujuan yang ingin

disampaikan melalui lagu yang dinyanyikan. Pesan dan makna inti dari sebuah lagu

baik yang dinyanyikan oleh satu orang maupun berkelompok akan sangat

bergantung pada teknik vokal yang digunakan.

Artikulasi menjadi salah satu poin penentu mewujudnyatakan tersampainya

maksud dan tujuan penyanyi membawakan lagu tersebut. Pengucapan dan pelafalan

yang jelas dari setiap kata yang dinyanyikan akan mempermudah pendengaran

untuk mengerti arti dan tujuan lagu tersebut. Hal ini tentu harus didukung dengan

interpretasi yang digambarkan oleh penyanyi. Interpretasi bisa dibilang sebagai

proses yang menggambarkan keinginan komposer untuk menyampaikan maksud

dari karya tersebut. Keberhasilan suatu penampilan dari penyanyi solo maupun

berkelompok adalah ketika penyanyi mampu mengkomunikasikan perasaan yang

ingin disampaikan melalui lagu yang dinyanyikan. Namun, sering kali hal ini susah
4

didapat dikarenakan perbedaan bentuk mulut dan rahang yang dimiliki oleh setiap

anggota paduan suara. Mulai dari faktor internal dan eksternal.

Salah satu faktor internal yang sering kali ditemui sebagai kendala untuk

mendapatkan artikulasi yang jelas adalah postur rahang yang berpengaruh ke

bentuk mulut ketika bernyanyi mengingat setiap anggota paduan suara memiliki

postur rahang yang berbeda-beda. Oleh karena itu, setiap anggota paduan suara

membutuhkan latihan yang intensif untuk memperdalam teknik vokal yang akan

digunakan ketika menyanyikan sebuah lagu. Hal ini diperlukan karena setiap orang

mempunyai interpretasi yang berbeda pada sebuah lagu.

Faktor eksternal yang sering tejadi pada anggota paduan suara belum

menguasai teknik vokal, karena anggota paduan suara tidak berasal dari jurusan

musik, sehingga pengetahuan dan pemahaman teknik vokal masih kurang. Selain

itu, terdapat beberapa permasalahan lain yang ditemui dalam pembelajaran paduan

suara inovatif, yaitu latihan tidak tepat waktu serta jumlah anggota paduan suara

sering kali tidak lengkap

Berdasarkan asumsi-asumsi diatas penulis temotivasi untuk melakukan

penelitian, dengan mengangkat judul “Bentuk Rahang dan Mulut Terhadap

Artikulasi dan Interpretasi Pada Lagu O Nata Lux oleh Canta Beatum Choir?
5

B. Identifikasi Masalah

Menurut Dinata (2015:10) mengatakan bahwa: “Kegiatan penelitian dimulai

dengan mengidentifikasi isu-isu dan masalah-masalah penting (esensial), hangat

(aktual), dan mendesak (krusial) yang dihadapi saat ini, dan yang paling banyak arti

atau kegunaanya bila isu atau masalah tersebut diteliti”.

Dari uraian diatas, muncul berbagai permasalahan yang akan di identifikasi.

Identifikasi masalah merupakan hal-hal yang menjadi pertanyaan bagi para peneliti

untuk dicari jawabannya. Munculnya identifikasi masalah berarti adanya upaya

untuk mengekang permasalahan sehingga masalah yang dibahas tidak akan keluar

dari zona penelitian. Maka dari itu, identifikasi masalah pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk rahang dan mulut yang baik ketika menyanyikan lagu O

Nata Lux karya Guy Forbes?

2. Apa pengaruh bentuk rahang dan mulut terhadap artikulasi dan interpretasi

dalam menyanyikan lagu O Nata Lux karya Guy Forbes?

3. Bagaimana artikulasi dan interpretasi yang baik ketika menyanyikan lagu O

Nata Lux karya Guy Forbes?

4. Bagaimana proses latihan yang dilakukan untuk memperoleh artikulasi dan

interpretasi yang tepat pada lagu O Nata Lux karya Guy Forbes?

5. Apa saja kendala yang dihadapi dalam proses latihan lagu O Nata Lux karya

Guy Forbes?

6. Apa media yang digunakan dalam proses latihan lagu O Nata Lux karya

Guy Forbes?
6

7. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membentuk rahang dan mulut

yang baik agar diperoleh artikulasi dan interpretasi yang tepat pada lagu O

Nata Lux karya Guy Forbes?

8. Bagaimana karakter suara yang cocok untuk menyanyikan lagu O Nata Lux

karya Guy Forbes?

9. Apa makna lagu O Nata Lux karya Guy Forbes?

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dibuat untuk memusatkan penelitian dan

mengerucutkan pokok-pokok masalah yang ditemukan peneliti pada identifikasi

masalah. Menurut Sugiyono (2017:207) “Batasan masalah dalam penelitian

kualitatif disebut dengan fokus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat

umum”.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas maka peneliti

membuat pembatasan masalah berupa:

1. Bagaimana bentuk rahang dan mulut yang baik ketika menyanyikan lagu O

Nata Lux karya Guy Forbes?

2. Apa pengaruh bentuk rahang dan mulut terhadap artikulasi dan interpretasi

dalam menyanyikan lagu O Nata Lux karya Guy Forbes?

3. Bagaimana artikulasi dan interpretasi yang baik ketika menyanyikan lagu O

Nata Lux karya Guy Forbes?


7

D. Rumusan Masalah

“Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah itu merupakan

kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi, maka rumusan masalah

itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan

data”. Sugiyono (2017:35)

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan masalah

pada penelitian ini adalah Bagaimana Bentuk Rahang dan Mulut Terhadap

Artikulasi dan Interpretasi Pada Lagu O Nata Lux oleh Canta Beatum Choir?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian sebaiknya merangkum berbagai hal mengenai apa saja yang

diamati peneliti, dirasakan subjek penelitian dan yang dihayati informan. Tujuan

penelitian harus terarah dan dirumuskan untuk mendapatkan catatan yang jelas

tentang hasil yang ingin dicapai. Berhasil atau tidaknya suatu penelitian dapat

terlihat dari tercapai atau tidaknya tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

Menurut Sugiyono (2016:397) “Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan

data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap

penelitian yang dilakukan harus berangkat dari masalah.”

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bentuk rahang dan mulut yang baik ketika menyanyikan

lagu O Nata Lux karya Guy Forbes.

2. Untuk mengetahui pengaruh bentuk rahang dan mulut terhadap artikulasi dan

interpretasi dalam menyanyikan lagu O Nata Lux karya Guy Forbes.


8

3. Untuk mengetahui artikulasi dan interpretasi yang baik ketika menyanyikan

lagu O Nata Lux karya Guy Forbes?

F. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian pasti akan memperoleh hasil yang bermanfaat. Hal ini

merupakan bagian yang perlu diperhatikan karena pentingnya penelitian dapat

diukur dari besarnya pengembangan ilmu, seni, serta kontribusi lainnya pada

pembangunan ilmu pengetahuan.

Menurut Sugiyono (2016 : 397) “Penelitian kualitatif, manfaat penelitian

lebih bersifat teoritis, yaitu untuk pengembangan ilmu, namun juga tidak menolak

manfaat praktisnya untuk memecahkan masalah.”

Sesuai dengan penjelasan diatas, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Sebagai bahan acuan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian dengan topik

bahasan yang sama.

2. Sebagai wawasan bagi peneliti

3. Meningkatkan Pengetahuan, pemahaman dalam ruang lingkup yang lebih luas

4. Sebagai Bahan informasi tentang teknik vocal dalam pembelajaran vocal


9

BAB II

LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL.

A. Landasan Teoritis

Dalam sebuah penelitian diperlukan landasan teoritis sebagai pedoman dalam

menyelesaikan suatu masalah. Pada dasarnya sebuah penelitian bersifat ilmiah.

Oleh karena itu, semua peneliti harus berbekal teori.

Menurut Sugiyono (2017:54): “Teori adalah alur logika atau penalaran, yang

merupakan seperangkat konsep, defenisi, dan proposisi yang disusun secara

sistematis.”

Dengan pengembangan teori yang disimpulkan oleh beberapa pemegang

otoritas yang diangkat dari analisis kepustakaan diharapkan dapat mendukung

logika pikiran penulis serta didukung fakta-fakta yang ada sehingga penelitian ini

dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang didasarkan pada tujuan yang dibuat.

Dalam penelitian ini, penulis membuat suatu landasan teoritis berdasarkan

kajian dari berbagai kepustakaan yang berhubungan dengan masalah pokok yang

akan diteliti.

1. Teori Bentuk

Menurut Burke dalam jurnal Yudha (2009:113) Mengatakan Bentuk adalah

“manifestasi fisik luar darisuatu obyek yang hidup, tetapi bidang adalah

“manifestasi dari suatu obyek yang mati.” Hasil berbagai bentuk dapat memiliki

kualitas linier jika perhatian kita diarahkan pada batas-batas mereka, tetapi kontur-
10

kontur itu biasanya mempunyai efek membuat kita menyadari bentuk, yakni mereka

menghadirkan warna-warna Silhouette pada bidang atau ruang yang mereka pagari.

Sejalan dengan pendapat tersebut Djelantik dalam jurnal Yudha (2009:113)

menegaskan bahwa bentuk yang paling sederhana adalah titik. Titik sendiri tidak

mempunyai ukuran atau dimensi. Titik sendiri belum mempunyai arti tertentu.

Kumpulan dari beberapa titik yang ditempatkan di area tertentu akan mempunyai

arti. Kalau titik-titik berkumpul dekat sekali dalam suatu lintasan titik akan

membentuk garis. Beberapa bidang bersama akan membentuk ruang. Titik, garis,

dan ruang merupakan bentuk-bentuk yang mendasa bagi seni rupa.

2. Teori Anatomi Tubuh Manusia

Manusia merupakan makhluk yang paling mewah yang hidup di muka bumi.

Tubuh kita sesungguhnya tersusun dari sekumpulan sistem sangat kompleks yang

bekerja secara harmonis untuk menjaga kelangsungan hidup kita.

Kata anatomi berasal dari bahasa Yunani “anatome” yang

berartimemotong/memisahkan.

Jadi anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk dan susunan tubuh

yang diperoleh dengan cara mengurai tubuh melalui potongan bagian-bagian dari

tubuh dan hubungan alat tubuh satu dengan yang lainnya. Tubuh manusia tersusun

atas secara struktural menjadi suatu kesatuan fungsional total, dari tingkat kimiawi

hingga ke tubuh keseluruhan. Tingkat organisasi tubuh ini memungkinkan adanya

kehidupan seperti yang kita kenal sekarang. Subdisivi anatomi secara general

dibagi menjadi, anatomi maskroskopik, anatomi miskroskopik, anatomi


11

ultraskopik, anatomi radiografi. Menurut irianto (2004:39) kumpulan berbagai

organ yang bekerja bersama untuk melakukan suatu fungsi tertentu, disebut sistem

organ. Selanjutnya sistem organ membentuk organisme (individu).dari definisi ini

beberapa sistem organ pada manusia adalah sistem pencernaan, sistem pernapasan,

sistem ekskresi, sistem peredaran darah, sistem rangka, sistem oto, sistem endokrin,

sistem saraf, sistem reproduksi

a. Rahang

Rahang merupakan salah satu bagian dari sistem kerangka yang terletak di

tengkorak wajah. Rahang adalah salah satu dari dua struktur yang membentuk, atau

berada di dekat jalan masuk ke mulut. Menurut Pramayuda (2010:73) “Rahang kita

yang kaku itu ibaratkan engsel yang sudah tidak aktif. Hal ini mengganggu

keindahan suara.

Pada sebagian besar vertebrata, kedua rahang berhadapan secara vertikal,

membentuk rahang atas dan bawah, sedangkan pada arthropoda, rahang saling

berhadapan secara lateral. Istilah rahang juga secara umum digunakan untuk

keseluruhan struktur yang membentuk rongga mulut dan berfungsi membuka dan

menutup mulut. setiadi (2007:283) mengemukakan bahwa rahang dibagi menjadi

beberapa bagian:

1. Os maksilaris (Tulang rahang atas)

2. Dibawah Os maksilaris yang terdapat suatu taju tempat melekatnya

urat gigi (prosessus alveolaris)

3. Os zigomatikum (tulang pipi kanan dan kiri)

4. Os palatum (tulang langit kiri dan kanan)


12

5. Os mandibularis (tulang rahang bawah kanan dan kiri)

6. Os hioid (tulang lidah)

Peranan dari bagian tubuh ini juga penting sehingga perlu dilatih agar

dalam membuka dan menutup dapat lancar dan luwes. Hal ini perlu

disadari oleh setiap orang yang akan latihan bernyanyi karena apabila

kita akan menyanyikan nada-nada tinggi peranan rahang ini sangat

dominan.

b. Ruang mulut

Menurut Yonathan (2013:13) “Sebaiknya pada waktu kita bernyanyi tidak

terlalu memikirkan bagaimana bentuk wajah kita sehingga kita tidak takut

dalam membuka mulut. Tetapi kita juga hendaknya dalam menggunakan bagian

tubuh ini secara wajar dan tidak dibuat-buat.”

1) Vokal “A”

Menurut Yonathan (2013:15) “ Gigi atas dan bawah jangan sampai tertutup

bibir. Lidah terletak pada permukaan yang rata, ujungnya menyentuh gigi bawah.

Apabila ini dapat dilakukan maka suara yang dihasilkan juga akan menjadi baik.”

Huruf ini merupakan dasar dari pengucapan huruf yang lain.

Tidak banyak orang dalam bernyanyi yang dapat mengucapkan huruf

ini dengan jelas sehingga kadang-kadang kita tidak bisa mendengar

dengan jelas syair apa yang dinyanyikan oleh orang yang sedang

bernyanyi.
13

Gambar 2.1

2) Vokal ‘O’

Menurut Yonathan (2013:17) mengatakan bahwa: “Selain vokal “A” kita

akan bahas selanjutnya adalah “O”. Latihan suara ini dimulai dari latihan “A”

diatas, namun sekarang bentuk ujung bibir diperlonjong dan sedikit dipersempit.”

Latihan dalam suara ini dapat dilakukan dengan mengucapkan kata: obat radio bola,

dan lain-lain.
14

Gambar 2.2

3) Vokal “U”

Menurut Yonathan (2013:18) mengatakan bahwa Huruf u: “Pengucapan “u”

dengan corong bibir yang diper- sempit dan dimajukan kedepan. Tetapi sebaiknya

celah bibir tetap membentuk sebuah corong yang bundar. Ujung lidah menyentuh

gigi bawah dan sedikit membusung di bagian belakang.” Posisi rahang bawah

turun secukupnya, hal ini dapat diperiksa dengan memasukkan jari diantara gigi

atas dan gigi bawah. Agar mendapat bentuk bibir yang baik. Sebaiknya dilatih

dengan mengucapkan ‘guru’, ‘satu’, ‘dan sebagainya.

Latihan huruf “u”: merdu’

Gambar 2.3
15

4) Vokal “E”

Menurut Yonathan (2013:25) mengatakan bahwa: Huruf “e” : “Untuk

mendapatkan “e” yang bulat, rahang bawah sedikit diturunkan sehingga tidak

terlalu sempit, bibir juga tidak terlalu sempit tetapi seperti corong. Huruf “e”

dalam kata ‘tape’ hampir sama dengan huruf “i”, untuk mengatasinya dengan

mewarnai “e” sedikit kearah “i”. Huruf “e” dapat dilatih dengan kata seperti

“lele”, “rante” dan sebagainya.”

Latihan huruf “e”:

Gambar 2.4 “e”

5) Vokal “I”

Menurut Yonathan (2013:21) mengatakan bahwa: “Pembentukan dan

pengucapan huruf “i”, bagian tengah dari lidah naik keatas tetapi ujungnya tetap

menyentuh gigi bawah. Waktu mengucapkan “i” sudut bibir ditarik ke belakang,

namun dalam menya-nyikan “i” bibir tetap membentuk corong, jadi bibir tetap

membentuk lingkaran. Untuk melihat apakah posisi bibir sudah betul, sebaiknya

latih-an didepan cermin dengan menyanyi “pagi”, “lagi” dan sebagainya.”


16

Latihan huruf “i” :

Gambar 2.5

3. Teori Artikulasi

Wilayah artikulasi dimulai dari bibir luar, lidah, hingga pita suara, dimana

fonem-fonem terbentuk berdasarkan getaran pita suara disertai perubahan posisi

lidah dan semacamnya. Bentuk atau sikap mulut pada saat menyanyi sangat

memengaruhi pembentukan nada yang dihasilkan. Menurut Okatara (2011:56)

“Artikulasi adalah pengucapan kata-kata pada lirik lagu. Pada saat kita mendengar

seseorang menyanyi, terkadang si penyanyi mengucapkan kata-kata dari lirik

lagunya kurang jelas.”

Sejalan dengan pendapat tersebut Pramayuda (2010:82) mengatakan “Suku

kata atau kata, jika pada saat membaca atau berbicara, memiliki aksen-aksen

tertentu dan tekanan pada bagian-bagian tertentu. Maka, pada saat bernyanyi,

tekanan/aksen tersebut harus mengabdi pada melodi lagu.

Okatara (2011:56) juga membagi artikulasi menjadi 3 bagian, yaitu :

a. Artikulasi huruf hidup

1) pembentukan huruf “a”


17

Tidak setiap orang bisa melafalkan bunyi ‘a’ dengan jelas. Kadang

diucapkan ‘ou’ atau ‘eo’. Hal ini diakibatkan karena posisi mulut

yang kurang terbuka, rahang bawah tidak bergerak kebawah, dan

lidah tertarik melengkung ke belakang.

2) Pembentukan huruf “i”

Untuk membentuk dan melafalkan bunyi ‘i’, posisikan bagian

tengah lidah naik keatas, namun ujunglidah lidah tetap mengenai

gigi bawah. Pada saat mengucapkan bunyi ‘i’, sudut bibir ditarik

kebelakang. Akan tetapi, untuk mengucapkan bunyi ‘i’ dalam

nyanyian, bibir tetap membentuk corong atau lingkaran. Untuk

mengetahui apakah posisi bibir sudah benar, sebaiknya berlatih di

depan cermin dengan menyanyikan kata-kata berakhiran ‘i’.

3) Pembentukan huruf “u”

Untuk membentuk dan mengucapkan bunyi ‘u’, posisikan bibir

kita membentuk corong yang bundar, dengan bibir yang

dipersempit dan dimajukan ke depan. Ujung lidah dikenakan pada

gigi bagian bawah dan sedikit membusung di bagian belakang.

Posisi rahang bawah turun secukupnya. Hal ini dapat di cek dengan

memasukkan jari di antara gigi atas dan gigi bawah. Agar

mendapat sikap bibir yang baik, sebaiknya dilatih dengan

mengucapkan kata-kata berakhiran bunyi ‘u’

4) Pembentukan huruf “e”


18

Untuk membentuk dan mengucapkan bunyi ‘e’ yang bulat,

turunkan sedikit rahang ke bawah supaya tidak terlalu sempit.

Kemudian, posisi bibir juga diupayakan tidak sempit, melainkan

membentuk setengah lingkaran. Agar memperoleh sikap bibir yang

baik, sebaiknya dilatih dengan mengucap kata berakhiran bunyi ‘e’

5) Pembentukan huruf “o”

Untuk melafalkan bunyi “o” dengan jelas, posisikan bibir kita

seperti bentuk corong yang bundar. Lidah ditarik melengkung ke

belakang, seperti dalam pengucapan bunyi ‘a’ agar mendapatkan

sikap bibir yang baik dalam pengucapan bunyi ‘o’ latihlah dengan

mengucapkan kata berakhiran ‘o’

b. Artikulasi huruf mati

Huruf-huruf mati dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu huruf

mati yang bisu dan huruf mati yang bersuara. Huruf-huruf mati yang bisu

terdiri atas huruf b,c,d,f,g,h,j,k,p,s,t,kh, dan sy. Contoh huruf mati yang

bisu, misalnya pada pembentukan ‘b’ dan ‘p’ pada awal kata dalam

nyanyian ‘merah putih’ ciptaan ibu sud dan ‘bagimu negeri’ ciptaan

Kusbini. Dalam satu nyanyian, huruf-huruf bisu mematikan bunyi huruf

hidup.

Huruf mati yang bersuara terdiri atas huruf l,m,n,r,v,y,z, dan ng. Apa

bila huruf-huruf ini dilafalkan akan memiliki gejala resonansi dan

merupakan jembatan antara dua huruf hidup.

c. Artikulasi diftong (bunyi rangkap)


19

Secara harafia, diftong merupakan bunyi vokal rangkap yang tergolong

dalam satu suku kata. Pemakaian kata-kata dengan huruf rangkap banyak

ditemukan dalam bahasa indonesia, seperti diftong au,ai, dan oi.

4. Teori Interpretasi

Menurut Okatara (2011:96) “Dalam dunia musik, interpretasi dan ekspresi

merujuk pada suatu usaha untuk menggali kemampuan dalam memahami sebuah

karya yang belum pernah diketahui atau dikenal sebelumnya, sekaligus

menampilkannya dengan penjiwaan yang maksimal”. Hal ini tentunya disesuaikan

dengan keinginan sang pencipta berdasarkan tema dan kepribadian dengan

keinginan sang pencipta itu sendiri. Oleh sebab itu, jika ingin menjadi penyanyi

profesional, jangan membiasakan diri untuk menyanyi sesuka kita saja.

Interpretasi lagu, interpretasi berkaitan dengan pemahaman seorang penyanyi

terhadap lagu yang akan dibawakannya. Dalam menginterpretasi sebuah lagu,

setiap orang kadang berbeda-beda, tergantung imanjinasinya terhadap lagu

tersebut. Pada dasarnya, menyanyi adalah menyampaikan suatu pesan melalui

rangkaian nada yang harmonis. Tentunya, para pencipta lagu yang akan kita

bawakan akan disesuaikan dengan keinginan sang pencipta lagu sehingga tercapai

pesan sesungguhnya dari lagu tersebut. Namun melalui interpretasi inilah, kita akan

lebih mudah membawakan dan menjiwai lagu-lagu karya siapa pun dengan baik.

5. Teori Musik
20

Ada ratusan bahkan lebih pengertian musik yang dituturkan oleh para ahli.

Tiap ahli memberikan pengertian tersendiri sesuai dengan pemahamannya sendiri.

Namun akan selalu ditemukan titik persamaannya. Pada dasarnya yang dimaksud

dengan musik adalah suara yang disusun dengan sedemikian rupa sehingga

mengandung irama, lagu, dan keharmonisan.

Menurut Pono Banoe dalam Zulhidayat (2013:2) “Musik adalah cabang seni

yang membahas dan menetapkan berbagai suara dalam pola-pola dan yang dapat

dimengerti dan dipahami manusia”.

Kathleen dan Marjorie (1986:78) mengemukakan bahwa :“Music is a natural

and very persoal languange. Music is a accesibble to the slow learner, the gifted,

the handicapped, the young, and the old—it is truly universal”.

Dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa musik adalah murni dan ungkapan

perasaan pribadi seseorang. Musik bisa dijangkau dan dinikmati oleh orang-orang

yang memiliki daya tangkap yang lemah, berkebutuhan khusus, berkekurangan

secara fisik, anak muda dan orang tua. Musik benar-benar universal.

Menurut tangga nadanya, musik dibagi menjadi dua jenis, yaitu pentatonis

dan diatonis. Tangga nada pentatonis adalah musik yang hanya mempunyai lima

interval nada, biasanya terdapat pada musik-musik tradisional. Contohnya seperti

tangga nada yang digunakan pada Gamelan Jawa. Sedangkan tangga nada diatonis

adalah musik yang menggunakan tujuh interval nada yang berisi do-re-mi-fa-sol-

la-si. Musik diatonis adalah jenis tangga nada barat yang menjadi standar pertalaan

internasional.

Musik adalah ekspresi yang bersifat universal seperti halnya bahasa humor
21

satu-satunya ikatan antara musik dalam kehidupan adalah emosi. Musik merupakan

suatu unsur yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari.setiap

individu memiliki rasa emosi terhadap musik.

Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan

yang memiliki naluri dan perasaan. Naluri dan perasaan manusia akan tersentuh

dengan musik karena musik memiliki unsur-unsur yang mampu merangsang syaraf

dan emosi manusia. Lyons dalam Silitonga (2014:1) menyatakan: Music, however,

is a living language; or rather, good music is.

Musik dibangun dari unsur-unsur musik yaitu: irama, melodi, harmoni,

bentuk, dan ekspresi. Unsur-unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang

merupakan hasil karya komponis (pencipta musik/lagu).

a. Unsur-unsur Musik

Berdasarkan unsur-unsur musiknya masuk lebih dalam ke pemahaman seni

musik, dasar pertama yang harus kita ketahui adalah unsur unsur seni musik itu

sendiri. Perlu Anda ketahui bahwa, musik terdiri dari unsur-unsur pembentuk.

Unsur-unsur musik tersebut antara lain melodi, irama, tempo dan dinamika.

1. Birama

Okatara (2011:77) mengemukakan bahwa “ dalam musik, birama dikenal

sebagai ketukan-ketukan teratur dan berulang-ulang dalam sebuah lagu

pada waktu yang sama.” Birama juga bisa diartikan sebagai pembagian
22

nilai-nilai notyang merupakan realisasi dari ritme atau irama yang dibatasi

dengan garis birama

2. Melodi

Menurut Jamalus (1981:70) “Melodi ialah susunan rangkaian nada-nada yang

kita dengar berurutan. Yang kita dengar berurutan ini ialah gerakan serentak dalam

matra nada dan matra waktu”. Jadi, dapat pula dikatakan bahwa melodi ialah

susunan rangkaian nada-nada yang berirama.

Berikut contoh sederhana :

Gambar 2.6

3. Pola Irama atau Ritme

Irama (ritme) merupakan unsur musik yang memegang peranan yang sangat

penting dalam suatu komposisi musik. Irama atau ritme adalah motor (penggerak)

dari musik itu sendiri, sehingga tanpa ritme musik akan kehilangan daya (kekuatan).

Dalam sebuah lagu atau komposisi musik tentunya akan membentuk sebuah pola

irama.

Berikut contoh sederhana :


23

Gambar 2.7

4. Tempo

Menurut Mark Mcgrain (1966:66) “tempo refers to the rate of speed at which

music is performed” yang berarti tempo mengacu kepada laju kecepatan musik pada

saat ditampilkan.

Sesuai dengan pendapat Mark Mcgrain, Pita H.D Silitonga (2014:85)

mengungkapkan bahwa tempo adalah “tentang cepat-lambatnya suatu lagu

dimainkan atau dinyanyikan dari perubahan kecepatannya ditentukan oleh tempo

yang ditentukan untuk lagu tersebut.”

Berikut contoh sederhana :

a. Largo (44-48) : sangat lambat;luas dan agung

b. Adagio (54-58) : lambat, penuh perasaan

c. Andante (69-76) : sedang, seperti orang berjalan

d. Allegro (126-138) : cepat

e. Vivace (152-168) : cepat, tangkas, lincah

5. Dinamika

Menurut Mark Mcgrain (1966:145) “dynamic markings and terminology

indicate the loudness at which musical sounds are to be produced”. Dari


24

pembahasan diatas dapat diartikan bahwa dinamika adalah tanda yang

menunjukkan kenyaringan atau kerasnya suara musik yang akan dihasilkan.

Berikut contoh sederhana :

a. pp (pianossimo) : sangat lembut

b. p (piano) : lembut

c. mp (mezzo piano) : agak lembut

d. mf (mezzo forte) : agak keras

e. f (forte) : keras

f. ff (fortissimo) : keras sekali atau sangat keras

6. Teori Suara

Menurut Simanungkalit (2008:4) Ada tiga faktor agar benda dapat berfungsi

sebagai sumber suara, yaitu:

1. Sesuatu yang bergetar

2. Sesuatu yang menggetarkan

3. Sesuatu yang membesarkan suara,supaya dapat didengar

Ketiga benda tersebut harus dimiliki oleh setiap benda yang berbunyi.

Misalnya gitar. Benda yang bergetar pada gitar adalah dawai atau senar, yang

menggetarkan adalah jari tangan, dan yang membesarkan suara adalah rongga

badan gitar itu. Dalam hal ini benda bergetar, yakni dawai, disebut vibrator sebagai

sumber bunyi suara. Jari-jari tangan yang memetik dawai disebut motor (tenaga),

dan rongga badan gitar yang membesarkan suara disebut resonator. Jika senar

ditempelkan ke tembok dan ujung lainnya ditarik dengan kekuatan tertentu dan
25

dipetik hingga dawai itu bergetar, suaranya belum tentu bisa didengar orang karena

belum ada yang membesarkannya. Tetapi bila senar itu dipasangkan ke badan gitar,

rongga gitar akan berfungsi sebagai alat resonansi sehingga dapat di dengar.

Ketiga alat pembentuk suara tersebut terdapat pada instrumen musik lainnya,

seperti klarinet. Pada pangkal klarinet, terdapat sebilah kayu tipis (reed) yang akan

bergetar jika ditiup. Jadi dalam hal ini vibratornya adalah reed. Alat penggetarnya

(motor) adalah napas, sedangkan resonansinya adalah cerobong klarinet itu.

Demikian juga halnya dengan suara manusia. Alat vibrator atau benda yang

bergetar dalam kerongkongan disebut pita suara (stem-band). Pita suara berada

dalam sebuah celah pipih yang disebut celah suara (stem0spleet). Sedangkan alat

untuk menggetarkan pita suara (motor) adalah napas. Dalam hal ini yang disebut

napas adalah udara yang dihirup dan dikeluarkan setelah melalui rongga paru-paru.

Jadi napas merupakan motor pencipta suara manusia. Benda yang membesarkan

suara manusia (alat resonansi) adalah semua rongga yang berhubungan dengan

sumber suara itu, yakni rongga perut, rongga dada, rongga kerongkongan, rongga

mulut, rongga hidung,dan rongga kepala. Semua rongga tersebut berfungsi sebagai

alat resonansi untuk menimbulkan suara yang berbeda-beda. Suara rendah (suara

dalam) ditimbulkan oleh resonansi rongga perut dan rongga dada (borst-stem),

suara kerongkongan dibesarkan oleh rongga kerongkongan (keel-stem), dan suara

hidung (neus-klank) dibesarkan oleh rongga hidung. Sedangkan alat resonansi

suara bernada tinggi adalah rongga kepala, dan suara yang ditimbulkannya adalah

suara kepala (kop-stem).


26

Karena itu, apabila kita ingin memproduksi suara instrumen maupun vokal

yang indah, ketiga alat sumber suara itu harus dilatih. Ketiga alat tersebut dapat

ditambahkan dengan keempat, yakni rongga mulut, yang memproduksi suara indah

dan membentuk kata-kata, disebut alat ucapan/alat artikulasi atau artikulator.

7. Teori Lagu

Lagu adalah gubahan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi,

dan hubungan temporal (biasanya diiringi dengan alat musik) untuk

menghasilkan gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan

kesinambungan (mengandung irama). Dan ragam nada atau suara yang

berirama disebut juga dengan lagu.

Lagu dapat dinyanyikan secara solo, berdua (duet), bertiga (trio)

atau dalam beramai-ramai (koir). Perkataan dalam lagu biasanya berbentuk

puisi berirama, namun ada juga yang bersifat keagamaan ataupun prosa

bebas. Lagu dapat dikategorikan pada banyak jenis, bergantung kepada

ukuran yang digunakan. Nyanyian adalah syair yang dilafalkan sesuai nada,

ritme, birama, dan melodi tertentu hingga membentuk harmoni. Nyanyian

sering juga disebut sebagai lagu yang berarti gubahan seni nada atau suara

dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal (biasanya diiringi dengan

alat musik) untuk menghasilkan gubahan musik yang mempunyai kesatuan

dan kesinambungan (mengandung irama). Dan ragam nada atau suara yang

berirama disebut juga dengan lagu.

8. Teori kendala
27

Menurut Soewarno dkk (2016:30) Kendala adalah suatu kondisi dimana

gejala atau hambatan dan kesulitan menjadi penghalang tercapainya suatu

keinginan.

B. Kerangka Konseptual

Suatu penelitian tidak lepas dari suatu konsep. Konsep adalah ide atau

pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret, adanya konsep peneliti dapat

menggambarkan dan melukis fakta-fakta mengenai fenomena yang terjadi pada

suatu objek peristiwa. Penentuan konsep adalah hal yang paling pokok dalam

penelitian kerena tanpa adanya konsep terentu hal-hal yang diteliti akan kabur dan

jauh dari harapan yang akan di teliti.

Artikulasi menjadi salah satu poin penentu mewujudnyatakan tersampainya

maksud dan tujuan penyanyi membawakan lagu tersebut. Pengucapan dan pelafalan

yang jelas dari setiap kata yang dinyanyikan akan mempermudah pendengaran

untuk mengerti arti dan tujuan lagu tersebut. Hal ini tentu harus didukung dengan

interpretasi yang digambarkan oleh penyanyi. Interpretasi bisa dibilang sebagai

proses yang menggambarkan keinginan komposer untuk menyampaikan maksud

dari karya tersebut. Keberhasilan suatu penampilan dari penyanyi solo maupun

berkelompok adalah ketika penyanyi mampu mengkomunikasikan perasaan yang

ingin disampaikan melalui lagu yang dinyanyikan. Namun, sering kali hal ini susah

didapat dikarenakan perbedaan bentuk mulut dan rahang yang dimiliki oleh setiap

anggota paduan suara. Oleh karena itu, setiap anggota paduan suara membutuhkan

latihan yang intensif untuk memperdalam teknik vokal yang akan digunakan ketika
28

menyanyikan sebuah lagu. Hal ini diperlukan karena setiap orang mempunyai

interpretasi yang berbeda pada sebuah lagu.

Skema Kerangka Konseptual

Bentuk Rahang dan Mulut Terhdap Artikulasi


Dan Iterpretasi Pada Lagu O Nata Lux oleh
Canta Beatum Choir

Proses Latihan yang


Bentuk Rahang Dan Mulut Kendala
dilakukan untuk
mendapatkan Artikulasi
dan Interpretasi yang tepat

Bebbi Oktara (2011:56) Yudha Pramayuda (2010:73)


& & Soewarno dkk (2016:30)
Yudha Pramayuda Drs. Heri Yonathan, M.Sn
(2010:82) (2013:13)

1. Untuk mengetahui proses latihan yang dilakukan untuk memperoleh


artikulasi dan interpretasi yang tepat pada lagu O Nata Lux
29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara atau langkah yang tepat untuk

menganalisis sesuatu yang diteliti secara sistematis dan objektif untuk memecahkan

masalah. Sugiyono (2017:3) mengungkapkan bahwa “Metode penelitian pada

dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu”.

Dengan demikian peneliti suatu penelitian harus dapat menghasilkan kajian

yang bersifat objektif, sistematis dan logis. Untuk mencapai tujuan penelitian yang

diinginkan, peneliti harus menggunakan metode penelitian kualitatif. Sesuai dengan

judul penelitian serta masalah penelitian, maka peneliti menggunakan metode


30

kualitatif yaitu untuk mendeskripsikan Bagaimana Bentuk Rahang dan Mulut

Terhadap Artikulasi dan Interpretasi Pada Lagu O Nata Lux oleh Canta

Beatum Choir ?

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian “BagaimanaPengaruh Postur Rahang

Terhadap Warna Suara yang Dihasilkan Pada Lagu Cantate Domino Karya Josu

Alberdin ? ”, maka penelitian ini mengambil lokasi di GKPI Parsaoran Nauli

Medan. Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian ini dimulai dari bulan

Agustus 2019 – Oktober 2019.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sebuah penelitian memerlukan populasi dalam penelitiannya sebagai objek

yang akan diteliti. Menurut Sugiyono (2017:119) “Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipekajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya”. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan

benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada

obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang

dimiliki oleh subyek atau obyek itu.


31

Berdasarkan pendapat diatas, populasi dari penelitian ini adalah seluruh

anggota paduan suara Canta Beatum yang berjumlah 30 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian kecil dari populasi yang akan diteliti. Sugiyono

(2017:120) mengungkapkan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti

tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel

yang diambil dari populasi itu.

Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penentuan

sampel dalam penellitian kuantitatif. Sampel dalam penelitian kualitatif tidak

didasarkan perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan

informasi maksimum.

Berdasarkan pengertian diatas maka yang menjadi sampel dalam penelitian

ini adalah orang yangn mengetahui bagaimana proses penciptaan dan pelaksanaan

dramatari tersebut. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini adalah 2 orang

sopran, 2 orang alto, 2 orang tenor, dan 2 orang bass yang seluruhnya berjumlah 8

orang

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk

mengumpulkan data agar tujuan penelitian menjadi mudah dan sistematis.


32

Sugiyono (2017:308) mengungkapkan bahwa “Teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data,

maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang

ditetapkan.” Dalam pengumpulan data untuk penelitian dibutuhkan suatu instrumen

sebagai alat atau fasilitas yang dignakan oleh penulis dalam mengumpulkan data

agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik.

Menurut Sugiyono (2017:309) pengumpulan data dalam penelitian kualitatif

lebih banyak pada observasi, wawancara dan dokumentasi. Catherine Marshall dan

Gretchen B. Rossman dalam Sugiyono (2017:309) menyatakan bahwa “the

fundamental methods relied on by qualitative researches for gathering information

are, participation in the setting, direct observation, in-depth interviewing,

document review”.

Sesuai dengan topik penelitian, maka teknik pengumpulan data adalah

sebagai berikut :

1. Observasi

Nasution (1988) dalam Sugiyono (2017:309) menyatakan bahwa “observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui

observasi.”

Marshall (1995) dalam Sugiyono (2010:224) menyatakan bahwa “through

observation, the researcher learn about behaviour and the meaning attached to
33

those behaviour”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna

dari perilaku tersebut.

Menurut pendapat tersebut, maka pelaksanaan penelitian yang akan

dilakukan dilapangan adalah dengan pengamatan data terlihat atau secara langsung

agar peneliti dapat benar-benar mengamati dan memahami Bagaimana Bentuk

Rahang dan Mulut Terhadap Artikulasi dan Interpretasi Pada Lagu O Nata Lux oleh

Canta Beatum Choir ?

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti.

Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2017:316) mendefinisikan interview

sebagai berikut, “a meeting of two persons to exchange information and idea

through question and responses, resulting in communicating and joint construction

of meaning about a particular topic”. Wawancara merupakan pertemuan dua orang

untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Susan Stainback (1988) dalam Sugiyono (2017:316) mengemukakan bahwa

“interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of


34

how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained

through observation alone”. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan

mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam

menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa

ditemukan melalui observasi.

Dalam hal ini, peneliti akan mewawancarai informan yang memiliki

pemahaman yang baik tentang Bagaimana Pengaruh Postur Rahang Terhadap

Warna Suara yang Dihasilkan Pada Lagu Cantate Domino Karya Josu Alberdin?

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau akrya-karya monumental dari seseorang. Misalnya

catatan harian, biografi, foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.

Menurut Bogdan dalam Sugiyono (2010:240) menyatakan bahwa “in most

tradition of qualitative reserach, the phrase personal document is used broadly to

refer to any first person narrative produced by an individual which describes his or

her own actions, experience and belief”.

Metode dokumentasi yang digunakan untuk penelitian ini berupa

pengambilan gambar atau foto, rekaman video untuk memperlihatkan data tentang

situasi, kondisi dan suasana terkait dengan penelitian.


35

4. Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data yang selalu

dijadikan dukungan untuk memperkuat data yang ada. Untuk mendukung data yang

didapat di lapangan, peneliti melakukan studi kepustakaan yaitu dengan

mempelajari buku-buku, jurnal dan dokumen yang berkaitan dengan topik

penelitian.

Adapun tulisan yang mendukung penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Irene Edith Rieuwpassa, 2012, jurnal “Perbedaan ukuran dan bentuk

lengkung gigi antara laki-laki dan perempuan suku Bugis, Makassar, dan

Toraja.”

2. Farida Sumiati Pakpahan. 2018. Skripsi, “Penerapan Teknik Vokal dengan

Menggunakan Metode Demonstrasi dan Latihan ( Drill ) pada Paduan Suara

Simfoni HMJ STAKPN Tarutung”

3. Lifara Aidlika Maudina.2015.Skripsi, “Proses Pembelajaran Artikulasi

Lagu Dalam Pembelajaran Vokal untuk Anak Usia 7 Tahun (Studi Kasus di

All Mozart Music Course & Studio Kudus”.

4. Siska Magdalena Siregar.2018.Skripsi, “Implementasi Teknik Vokal Nasal

pada Paduan Suara Mahasiswa Solfeggio Choir Universitas Negeri Medan.

E. Teknik Anilisis Data

Dalam hal analisis data kualitatif Bogdan dalam Sugiyono (2017:332)

menyatakan bahwa “Data analysis in the process of systematically searching and

arranging the interview transcripts, field notes, and other materials that you
36

accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to

present what you have discovered to others”. Analisis data adalah proses mencari

dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya

dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan

mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan

kepada orang lain.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif yang terkumpul

melalui observasi dan wawancara untuk memperlihatkan situasi, kondisi,dan

suasana penelitian dilapangan. Setelah data terkumpul secara menyeluruh dari

pengumpulan data, maka data tersebut dianalisis dengan cermat dan hati-hati untuk

mendapatkan hasil yang akurat.

Berdasarkan pendapat tersebut maka tahapan analisis data dalam penelitian

ini akan diuraikan untuk memperdalam dan menginterpretasikan data secara

spesifik dalam rangka menjawab seluruh pertanyaan. Langkah ini juga dapat

menjadi koreksi atau alat kontrol terhadap berbagai kekurangan data terkumpul

selanjutnya dapat dilengkapi.

Setelah mengumpulkan data yang diperlukan peneliti melakukan proses

rangkuman inti data kemudian dikelompokkan sesuai dengan permasalahan untuk

kemudian dideskripsikan dan disajikan dalam bentuk informasi. Langkah terakhir

dalam analisis data adalah verifikasi yang merupakan tinjauan terhadap catatan

lapangan sebelum diadakan penarikan kesimpulan.


37

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana bentuk rahang dan

mulut yang baik ketika

menyanyikan lagu O Nata Lux?

2. Apa pengaruh bentuk mulut dan

rahang terhadap artikulasi dan

interpretasi dalam menyanyikan

lagu O Nata Lux?

3. Bagaimana artikulasi dan

interpretasi yang baik ketika

meyanyikan lagu O Nata Lux?

4. Apa kendala yang dihadapi dalam

proses latihan lagu O Nata Lux?

Anda mungkin juga menyukai