Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN MINI RISET MIKOLOGI

Identifikasi Jamur pada Telinga Kucing

Disusun Oleh:

1. Prabowo Dwi Wahyudi P1337434117026

2. Rizky Fajar Maa’dina P1337434117029

3. Rafida Nur Amalina A P1337434117043

4. Intan Nur Azizah P1337434117044

5. Riska Nur Khasanah P1337434117045

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2018/2019
Abstrak
Telah dilakukan mini riset mata kuliah mikologi dengan judul Identifikasi
Jamur pada Telinga Kucing. Penelitian ini bertujuan mengisolasi dan
mengidentifikasi jamur pada salah satu kucing yang menetap di Kampus 3
Poltekkes Kemenkes Semarang. Bagian yang dijadikan sampel adalah kulit telinga
bagian luar yang dikerok untuk kemudian ditanam pada media PDA. Biakan jamur
yang ditanam pada medium diinkubasikan pada suhu 37° C selama 5-7 hari. Untuk
mengamati perkembangan dan pertumbuhan jamur yang ditanam pada slide kultur,
dilakukan pewarnaan dengan laktophenol cotton blue (LCB). Jamur yang tumbuh
diamati di bawah mikroskop pada pembesaran 20, 40 dan 100. Jamur diidentifikasi
berdasarkan morfologi, hifa, konidia dan konidioforanya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sampel kerokan kulit telinga salah satu kucing di kampus 3
Poltekkes Kemenkes Semarang adalah Rhizopus sp.

Pendahuluan

Kucing merupakan salah satu hewan peliharaan yang digemarin pada


masyarakat sekarang ini. Namun untuk menjaga kucing peliharaan agar memiliki
kesehatan yang baik, pemelihara kucing harus lebih memperhatikan makanan dan
perawatan kucing tersebut jika tidak kucing akan mudah terserang penyakit.

Penyakit kulit adalah jenis penyakit yang sering menginfeksi hewan


peliharaan khususnya kucing. Kucing yang terinfeksi penyakit kulit, terkadang
tampak baik-baik saja dan tidak terganggu sehingga pemilik kucing tidak
mengambil serius tentang kesehatan kulit kucing peliharaannya. Namun akan
berakibat fatal jika dibiarkan secara terus-menerus, karena dapat menyebabkan
kematian bagi kucing peliharaannya.

Penyakit zoonosis yang banyak menginfeksi pecinta hewan kesayangan


adalah dermatofitosis. Dermatofitosis (ringworm) merupakan keratinisasi berlebih
yang terdapat pada permukaan terluar kulit (epidermis) termasuk kuku dan rambut.
Dermatofitosis disebabkan oleh infeksi fungi yang termasuk dalam genus
dermatofita di antaranya Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton
(BSAVA’s, 1998; Kahn dan Line, 2007; Chaitra dan Bala, 2014).
Dokter hewan praktisi melaporkan secara lisan bahwa banyak hewan
dewasa dan muda mengalami kasus dermatofitosis. Menurut Outerbridge (2006)
gejala klinis hewan penderita dermatophytosis meliputi alopesia, eritema, papula,
pustula, bersisik dan berkerak. Peradangan pada pinggir lesi yang ditemukan di
daerah wajah dan badan merupakan lesi tipe klasik yang sering ditemukan.

Bahan dan Metode

Lokasi dan Tempat Mini Riset

Mini riset dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Jurusan Analis


Kesehatan Poltekkes Kemenkes Semarang pada April 2019.

Persiapan Sampel Telinga Kucing

Sampel kerokan kulit telinga kucing diperoleh dari salah satu kucing yang
menetap di kampus 3 Poltekkes Kemenkes Semarang.

Metode Penelitian

Pengamatan makroskopis meliputi morfologi koloni, warna, bentuk, ukuran


dan bagian belakang koloni. Pengamatan mikroskopis dilakukan dengan pewarnaan
Lactophenol cotton blue.

Hasil

Ditemukan Jamur Rhizopus sp.

Pembahasan
Simpulan

Referensi

Indarjulianto, S., dkk. (2017). Infeksi Microsporum canis pada Kucing Penderita
Dermatitis. Retrieved from https://ojs.unud.ac.id/index.php/jvet/article/view
on May 20, 2019.
Saryoko, Andi.,dkk. (2016). Penerapan Metode Inferensi Forward Chaining dalam
Mendiagnosa Penyakit Kulit Pada Kucing. Retrieved from
https://media.neliti.com on May 20, 2019

Anda mungkin juga menyukai