Disusun Oleh :
Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan yang sangat luas. Dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, maka pemerintah memiliki fungsi memberikan berbagai
pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat, mulai dari pelayanan dalam bentuk
pengaturan ataupun pelayanan-pelayanan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam bidang pendidikan, kesehatan, utilitas, dan lainnya. Berbagai gerakan reformasi publik
yang dialami oleh negara-negara maju pada awal tahun 1990-an banyak diilhami oleh tekanan
masyarakat akan perlunya peningkatan kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh
pemerintah.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menarik beberapa rumusan masalah untuk dijadikan
sebagai pokok pembahasan dalam makalah ini, yaitu :
1. Apa peranan dan kebijakan pelayanan publik ?
2. Bagaimana etika pelayanan publik ?
3. Bagaimana permasalahan pelayanan publik di Indonesia ?
4. Bagaimanakah contoh-contoh pelayanan publik dalam kehidupan sehari-hari ?
1.3.Tujuan
Pelayanan publik atau pelayanan umum adalah segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam
bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan
dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik
Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelayanan publik oleh birokrasi publik merupakan salah satu perwujudan dari fungsi
aparatur negara sebagai abdi masyarakat di samping sebagai abdi negara untuk mensejahterakan
masyarakat (warga negara). Apalagi saat ini masyarakat semakin sadar apa yang menjadi hak
dan kewajibannya sebagai warga negara dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Masyarakat semakin berani untuk mengontrol apa yang dilakukan pemerintahannya.
Terdapat beberapa karakteristik yang dapat dipakai untuk membedakan ketiga jenis
penyelenggara pelayanan publik tersebut, yaitu:
Cara-cara yang diperlukan untuk memberikan pelayanan publik yang profesional adalah
sebagai berikut:
a. Menentukan pelayanan publik yang disediakan, apa saja macamnya,
b. Memperlakukan pengguna pelayanan sebagai customers,
c. Berusaha memuaskan pengguna pelayanan sesuai dengan yang diinginkan mereka,
d. Mencari cara penyampaian pelayanan yang paling baik dan berkualitas,
e. Menyediakan alternatif bila pengguna pelayanan tidak memiliki pilihan lain.
Etika pelayanan publik merupakan suatu cara dalam melayani publik dengan
menggunakan kebiasaan-kebiasaan yang mengandung nilai-nilai hidup dan hukum atau norma-
norma yang mengatur tingkah laku manusia yang dianggap baik. Atau dengan kata lain
penggunaan atau penerapan standar-standar etika yang telah ada sebagai tanggung jawab
aparatur birokrasi pemerintahan dalam menyelenggarakan pelayanan bagi kepentingan publik.
Fokus utama dalam etika pelayanan publik adalah apakah aparatur pelayanan publik telah
mengambil keputusan dan berperilaku yang dapat dibenarkan dari sudut pandang etika (agar
manusia mencapai kehidupan yang baik).
Apabila dikaitkan dengan birokrasi maka etika birokrasi merupakan panduan norma bagi
aparat birokrasi dalam menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat. Etika birokrasi harus
menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan organisasinya.
Etika harus diarahkan pada pilihan-pilihan kebijakan yang benar-benar mengutamakan
kepentingan masyarakat luas.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mewujudkan integritas dalam pelayanan publik
adalah sebagai berikut:
a. Perilaku pelayan publik (Pegawai Negeri) harus sejalan dengan misi pelayanan publik dari
instansi tempat mengabdi.
b. Pelaksanaan pelayanan publik dapat diandalkan.
c. Warga Negara memperoleh perlakuan “tanpa pandang bulu”sesuai dengan ketentuan hukum
dan keadilan.
d. Sumber daya digunakan secara tepat, efisien, dan efektif.
e. Prosedur pengambilan keputusan adalah transparan bagi publik, dan tersedia sarana bagi
publik untuk melakukan penyelidikan dan pemberian tanggapan.
Dimensi etika dimasukkan dalam pertimbangan atau keputusan pelayanan publik, karena
pelayanan publik ditujukan untuk kebaikan masyarakat, bangsa, dan Negara. Etika digunakan
sebagai panduan dalam pengambilan keputusan dan sebagai criteria untuk menilai baik-buruknya
keputusan. Selain itu, hubungan etika dan pelayanan publik tercermin dalam kenyataan bahwa
warga negara telah mempercayakan sumber daya publik kepada birokrasi (sebagai pengelola
sumber daya dan penjaga kepercayaan yang diamanatkan oleh warga negara).
Kemudian, nilai-nilai tertinggi yang harus diacu oleh aparatur pelayanan publik
(birokrasi) adalah nilai-nilai yang bersumber dari Pancasila sebagai dasar negara, UUD 1945
(konstitusi), dan nilai-nilai yang hidup dan berkembang di masyarakat. Sedangkan aturan yang
ditetapkan oleh pemerintah : PP No. 42 Tahun 2004 (Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik
PNS), UU No.8 Tahun 1974 Jo UU No. 43 Tahun 1999 (Pokok-Pokok Kepegawaian), PP No.30
Tahun 1980 (Peraturan Disiplin PNS), dan UU No.25 Tahun 2009 (Pelayanan Publik).
2.3.Masalah Pelayanan Publik
Berkaitan dengan sumber daya manusia, kelemahan utamanya adalah berkaitan dengan
profesionalisme, kompetensi, empati dan etika. Berbagai pandangan juga setuju bahwa salah satu
dari unsur yang perlu dipertimbangkan adalah masalah sistem kompensasi yang tepat.
Berkaitan dengan kelembagaan, kelemahan utama terletak pada desain organisasi yang
tidak dirancang khusus dalam rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat, penuh dengan
hirarki yang membuat pelayanan menjadi berbelit-belit (birokratis), dan tidak terkoordinasi.
Kecenderungan untuk melaksanakan dua fungsi sekaligus, fungsi pengaturan dan fungsi
penyelenggaraan, masih sangat kental dilakukan oleh pemerintah, yang juga menyebabkan
pelayanan publik menjadi tidak efisien.
Tuntutan masyarakat saat ini terhadap pelayanan publik yang berkualitas akan semakin
menguat. Oleh karena itu, kredibilitas pemerintah sangat ditentukan oleh kemampuannya
mengatasi berbagai permasalahan yang telah disebutkan di atas sehingga mampu menyediakan
pelayanan publik yang memuaskan masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Dari sisi mikro, hal-hal yang dapat diajukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut antara
lain adalah sebagai berikut:
Standar pelayanan memiliki arti yang sangat penting dalam pelayanan publik. Standar
pelayanan merupakan suatu komitmen penyelenggara pelayanan untuk menyediakan pelayanan
dengan suatu kualitas tertentu yang ditentukan atas dasar perpaduan harapan-harapan masyarakat
dan kemampuan penyelenggara pelayanan. Penetapan standar pelayanan yang dilakukan melalui
proses identifikasi jenis pelayanan, identifikasi pelanggan, identifikasi harapan pelanggan,
perumusan visi dan misi pelayanan, analisis proses dan prosedur, sarana dan prasarana, waktu
dan biaya pelayanan. Proses ini tidak hanya akan memberikan informasi mengenai standar
pelayanan yang harus ditetapkan, tetapi juga informasi mengenai kelembagaan yang mampu
mendukung terselenggaranya proses manajemen yang menghasilkan pelayanan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Informasi lain yang juga dihasilkan adalah informasi mengenai
kuantitas dan kompetensi-kompetensi sumber daya manusia yang dibutuhkan serta distribusinya
beban tugas pelayanan yang akan ditanganinya.
Untuk memastikan bahwa proses pelayanan dapat berjalan secara konsisten diperlukan
adanya Standard Operating Procedures. Dengan adanya SOP, maka proses pengolahan yang
dilakukan secara internal dalam unit pelayanan dapat berjalan sesuai dengan acuan yang jelas,
sehingga dapat berjalan secara konsisten. Disamping itu SOP juga bermanfaat dalam hal:
o Untuk memastikan bahwa proses dapat berjalan uninterupted. Jika terjadi hal-hal tertentu,
misalkan petugas yang diberi tugas menangani satu proses tertentu berhalangan hadir, maka
petugas lain dapat menggantikannya.Oleh karena itu proses pelayanan dapat berjalan terus;
o Untuk memastikan bahwa pelayanan perijinan dapat berjalan sesuai dengan peraturan yang
berlaku;
o Memberikan informasi yang akurat ketika dilakukan penelusuran terhadap kesalahan prosedur
jika terjadi penyimpangan dalam pelayanan;
o Memberikan informasi yang akurat ketika akan dilakukan perubahan-perubahan tertentu dalam
prosedur pelayanan;
o Memberikan informasi yang akurat dalam rangka pengendalian pelayanan;
o Memberikan informasi yang jelas mengenai tugas dan kewenangan yang akan diserahkan kepada
petugas tertentu yang akan menangani satu proses pelayanan tertentu. Atau dengan kata lain,
bahwa semua petugas yang terlibat dalam proses pelayanan memiliki uraian tugas dan
tangungjawab yang jelas;
3. Pengembangan Survei Kepuasan Pelanggan
Sedangkan dari sisi makro, peningkatan kualitas pelayanan publik dapat dilakukan
melalui pengembangan model-model pelayanan publik. Dalam hal-hal tertentu, memang terdapat
pelayanan publik yang pengelolaannya dapat dilakukan secara private untuk menghasilkan
kualitas yang baik. Beberapa model yang sudah banyak diperkenalkan antara lain: contracting
out, dalam hal ini pelayanan publik dilaksanakan oleh swasta melalui suatu proses lelang,
pemerintah memegang peran sebagai pengatur; franchising, dalam hal ini pemerintah menunjuk
pihak swasta untuk dapat menyediakan pelayanan publik tertentu yang diikuti dengan price
regularity untuk mengatur harga maksimum. Dalam banyak hal pemerintah juga dapat
melakukan privatisasi.
Disamping itu, peningkatan kualitas pelayanan publik juga perlu didukung adanya
restrukturisasi birokrasi, yang akan memangkas berbagai kompleksitas pelayanan publik menjadi
lebih sederhana. Birokrasi yang kompleks menjadi ladang bagi tumbuhnya KKN dalam
penyelenggaraan pelayanan.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
1. Pelayanan publik masih memiliki banyak kelemahan dilihat dari pola penyelenggaraan yang
masih sukar diakses, belum informatif, belum bersedia mendengar aspirasi masyarakat, belum
responsif, belum saling berkoordinasi, tidak efisien, maupun birokrasi yang bertele-tele.
2. Sumber daya manusia penyelenggara pelayanan publik masih belum memiliki profesionalisme,
kompetensi, empati, dan etika yang memadai.
3. Desain organisasi yang penuh dengan hierarkis sehingga pelayanan menjadi berbelit-belit
(birokratis) dan tidak terkoordinasi.
3.2.Saran