KKI Instalasi Gizi RS Siti Khodijah
KKI Instalasi Gizi RS Siti Khodijah
KEDOKTERAN INDUSTRI
Disusun oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
STATUS KEDOKTERAN INDUSTRI
A. Identitas
Bahan
Unit Bahan Alat
No Cara Kerja Berbaha
Kerja Baku Kerja
ya
1. Logistik - - Kertas - Data diet dari EHOS yang telah diisi tiap -
(Pemesana - Bolpoin tiap unit dicetak lalu direkap dan ditulis
n bahan di papan rekapan permintaan diet.
makanan) - Penanggung jawab logistik mengajukan
surat pemesanan dan lembar permintaan
bahan makanan yang dibutuhkan dalam
satu hari untuk memenuhi kebutuhan
bahan makanan pasien, dalam bentuk
lembar perencanaan bahan makanan.
- Kepala Instalasi Gizi memeriksa dan
menandatanganinya Surat Pemesanan.
- Penanggung jawab logistik menyerahkan
lembar perencanaan bahan kering ke
bagian logistik rumah sakit dan bahan
basah kepada petugas belanja Aisyiyah
Sepanjang.
- Petugas logistik RS memeriksa
perencanaan bahan kering dan petugas
belanja Aisyiyah memeriksa perencanaan
basah serta membuat bon.
- Petugas logistik RS menyediakan bahan
kering, dan petugas belanja Aisyiyah
menyediakan bahan basah yang
dibutuhkan sesuai permintaan
penanggung jawab logistik.
2. Penerimaa - - Timban - Petugas logistik RS dan petugas belanja -
n bahan gan aisyiyah mengantar bahan makanan yang
makanan - Bolpoi dipesan dengan proses kualifikasi bahan
n makanan yang sudah ditetapkan dan
- Nota sudah diketahui bersama.
- Surat - Bahan makanan yang tidak sesuai dengan
pemesa standar kualifikasi dikembalikan ke
nan rekanan dan ditukar dengan bahan
- Bon makanan yang sesuai standar kualifikasi.
penga - Cara penerimaan bahan makanan yang
mbilan terdapat di RS Siti Khodijah Sepanjang
- Kartu yaitu secara konvensional yang
stok memperhitungkan baik kualitas maupun
kuantitas.
- Prosedur dalam penerimaan bahan
makanan kering meliputi :
1. Cek kesesuaian antara barang yang
dikeluarkan oleh petugas logistik dari
gudang dengan permintaan Instalasi
Gizi di buku anfra bahan makanan
kering.
2. Periksa apakah ada yang bocor/berbau/
kadaluarsa/tidak sesuai spesifikasi.
3. Jika sudah sesuai dalam jumlah dan
spesifikasinya, lakukan verifikasi
dengan cara meminta tanda tangan
petugas logistik umum.
- Prosedur dalam penerimaan bahan
makanan basah meliputi :
1. Hubungi petugas logistik umum saat
akan melakukan penerimaan bahan
makanan basah.
2. Periksa apakah barang yang datang
sesuai spesifikasi.
3. Cek kesesuaian antara barang yang
dibeli oleh petugas belanja dengan
permintaan Instalasi Gizi di form
belanja.
4. Jika sudah sesuai jumlah dan
spesifikasinya minta tanda tangan
petugas logistik sebagai verifikasi.
5. Penanggung jawab logistik gizi
mendistribusikan bahan makanan basah
ke bagian persiapan (bumbu, sayur,
lauk)
6. Bahan makanan yang tidak langsung
digunakan saat itu dilakukan
penyimpanan di ruang penyimpanan
bahan makanan basah (freezer/chiller).
- Penanggung jawab logisitik bertanggung
jawab terhadap keluar masuknya bahan
makanan (kartu stock).
3. Persiapan - Sayur - Wadah - Persiapan Sayur - Pisau
bahan & untuk 1.Sayuran umbi dikupas kulitnya, dicuci - Peeler
makanan buah memot bersih baru dipotong sesuai bentuk dan
- Dagin ong ukuran menu masakan.
g - Pisau/p 2.Sayuran daun dipotong pangkal
sapi, eeler batangnya, dipisahkan dari bagian yang
ayam berbah tidak dapat dimakan, dicuci bersih baru
dan an dipotong sesuai bentuk dan ukuran
ikan stainles menu masakan.
- Bumb s steel 3.Sayuran lain dipotong atau dikupas
u - Telena pada bagian yang tidak dapat dimakan,
n dicuci bersih lalu dipotong sesuai menu
berbah masakan.
an - Persiapan lauk hewani
plastic 1. Daging sapi diterima dalam ukuran
- Wadah besar dicuci, sebelum dipotong, jika
penyim ada lapisan lemak harus dilepaskan dari
panan bagian daging. Daging dipotong sesuai
dalam standar porsi yaitu 50 gram dengan
chiller pisau dan talenan dari bahan plastik
dari dan dipukul dengan alat pemukul
bahan daging. Jika daging perlu disimpan di
plastic freezer maka potongan daging disusun
berluba sedemian rupa sehingga memudahkan
ng penghitungan diletakkan dalam wadah
plastik yang bersih dan tidak berlubang
ditutup plastik.
2. Daging ayam diterima dalam bentuk
potongan sesuai standar porsi yang
sudah ditentukan yaitu 1 ekor menjadi
8 porsi. Daging ayam dibersihkan dari
bulu-bulu kecil yang mungkin masih
ada pada kulit daging ayam. Untuk
masakan diet khusus daging ayam
dikuliti. Kulit ayam dibuang. Jika
daging ayam disimpan dalam freezer
maka diletakkan dalam wadah plastik
bersih tidak berlubang ditutup plastik.
3. Ikan laut diterima dalam bentuk fillet
sesuai dengan standar porsi yang sudah
ditentukan, yaitu 1 porsi 75 gram untuk
bandeng, patin, dan dorang. Sedangkan
untuk fillet kakap dan bandeng tanpa
duri 1 porsi 50 gram. Daging ikan
dicuci sebelum dimasak, jika perlu
disimpan dalam freezer diletakkan
dalam wadah plastik bersih tanpa
lubang.
4. Udang dihilangkan kepala dan ekornya,
dibelah punggungnya dan dibersihkan
dari kotoran. Dicuci di air mengalir.
Jika perlu disimpan dalam freezer
diletakkan dalam wadah plastik tidak
berlubang ditutup plastik atau
diletakkan dalam plastik.
5. Hati sapi dan hati ayam dicuci bersih
kemudian dipotong. Untuk hati sapi
seberat 50 gram dan hati ayam 1
pasang seberat 50 gram.
- Persiapan Bumbu
Bumbu-bumbu dasar yang dipersiapkan
antara lain adalah bumbu merah dan
bumbu kuning. Dalam sekali pembuatan
3 resep sekaligus dengan asumsi 1 resep
untuk ± 60 porsi.
1. Bumbu merah 3 resep terdiri dari :
bawang merah 300 gram, bawang putih
300 gram, cabe merah 750 gram,
kemiri 150 gram. Semua bahan dikupas
dicuci bersih dan digiling pada mesin
penggiling bumbu sampai halus.
2. Bumbu kuning 3 resep terdiri dari :
bawang merah 300 gram, bawang putih
300 gram, kunyit 150 gram, jahe 150
gram, kemiri 150 gram. Semua bahan
dikupas, dicuci bersih dan digiling pada
mesin penggiling bumbu sampai halus.
3. Untuk bumbu pada masakan dengan
bumbu irisan langsung dipersiapkan
sebelum dimasak, bumbu yang
digunakan sesuai dengan standar resep
yang sudah ditentukan.
- Persiapan Buah
1.Buah yang disajikan tanpa kulit
dikupas kulitnya, dicuci bersih baru
dipotong sesuai bentuk dan ukuran per
porsi makanan.
2.Buah yang disajikan dengan kulit
(pisang jeruk, apel, dan pear)
dipisahkan dari bagian yang tidak
dapat dimakan, kemudian dibersihkan.
- Persiapan Lauk Nabati
Tahu
1. Sebelum diolah lebih lanjut, tahu
yang baru datang ditiriskan terlebih
dahulu untuk mengurangi kadar
airnya.
2. Setelah kadar airnya berkurang,
sebelum dimasak, tahu dipotong
sesuai jenis potongan olahan
masakan baru kemudian diberi
perlakuan sesuai menu masakan
yang akan diolah.
Tempe
Tempe dipotong-potong sesuai
menu masakan yang akan diolah.
4. Penyimpa Bahan - Lemari, Penyimpanan bahan makanan berdasarkan
nan Bahan makana Rak jenis dan sifat bahan makanan. Bahan
Makanan n yang - Freezer makanan kering diberlakukan dengan
telah /chiller sistem FIFO (First In First Out) dan pada
dikema bahan makanan kemasan dengan sistem
s FEFO (First Expired First Out).
- Suhu penyimpanan bahan mentah adalah
sebagai berikut :
Digunakan Untuk
Jenis Bahan
≤3 >1
Makanan 1 mgg
hari mgg
Daging, ikan,
udang dan -5˚C - - 10˚C -
- 10˚C
hasil 0˚C -5˚C
olahannya
Telur, susu
5˚C - -5˚C -
dan hasil - 5˚C
7˚C 0˚C
olahannya
Sayur dan
10˚C 10˚C 10˚C
buah
Tepung dan
25˚C 25˚C 25˚C
biji-bijian
- Prosedur:
1. Segera bawa ke ruang penyimpanan
begitu bahan makanan selesai di cek
dan telah memenuhi syarat
2. Pisahkan antara bahan makanan
kering yang berbau tajam dengan
bahan makanan kering yang mudah
menyerap bau.
3. Susun bahan makanan kering sesuai
dengan tanggal penerimaan (FIFO)
4. Beri tanggal penerimaan pada masing-
masing bahan makanan kering
5. Catat bahan makanan kering yang
dikeluarkan pada kartu stok
5. Pengolaha Bahan - Kompo Bahan makanan yang sudah dipersiapkan - Kompo
n bahan makana r diolah sesuai dengan menu. Untuk tiap r
makanan n yang - Alat- pengolahan bahan makanan waktu dan - Alat-
sudah alat teknik pengolahan bisa berbeda sesuai alat
dipersia dapur dengan menu masakan. masak
pkan - Tabung - Sayur : dimasukkan dalam kondisi air yang
untuk gas sudah mendidih, waktu pengolahan masih
diolah - Boiler berbeda sesuai dengan jenis sayur. panas
sesuai - Steame - Daging sapi, daging ayam : dimasukkan - Tabung
dengan r dalam air yang sudah diberi bumbu gas
menu dalam kondisi air mendidih untuk - Boiler
mendapatkan tekstur makanan yang - Steamer
empuk.
- Tahu, tempe : direndam dalam bumbu
dan digoreng, atau dimasukkan dalam air
yang sudah diberi bumbu sesuai dengan
jenis masakan yang diinginkan.
- Semua makanan yang sudah matang
diletakkan dalam wadah distribusi
dengan di wrapping sebelum diporsi,
untuk menghindari adanya kontaminasi.
6. Penyajian Makana - Wadah Penyajian makanan merupakan rangkaian -
makanan n yang makana akhir dari perjalanan makanan. Makanan
telah n yang yang disajikan adalah makanan yang siap
selesai memili dan layak santap. Yang perlu diperhatikan
dimasa ki tutup pada tahap penyajian makanan adalah jarak
k - Alat dan waktu tempuh dari dapur sampai ke
makan ruang perawatan karena mempengaruhi
(sendok kondisi penyajian dan keterlambatan
, garpu) penyajian.
Prinsip penyajian makanan :
a. Prinsip perwadahan
Setiap jenis makanan ditempatkan
ditempatkan dalam wadah yang terpisah
dan memiliki tutup untuk mencegah
kontaminasi silang.
b. Prinsip kadar air
Makanan yang mengandung kadar air
tinggi baru dicampur menjelang
penyajian untuk menghindari makanan
cepat basi.
c. Prinsip edible part
Setiap bahan yang disajikan merupakan
bahan yang dapat dimakan, hal ini
bertujuan untuk menghindari kecelakaan
salah makan.
d. Prinsip pemisah
Makanan yang disajikan harus dipisah
satu sama lain.
e. Prinsip panas
Penyajian makanan yang harus disajikan
dalam keadaan panas, hal ini bertujuan
untuk mencegah pertumbuhan bakteri
dan meningkatkan selera makan.
Makanan yang harus disajikan panas
diusahakan tetap dalam keadaan panas
dengan memperhatikan suhu makanan,
sebelum ditempatkan dalam alat saji
panas (food warmer/bean merry) yaitu
makanan harus pada suhu > 60ºC.
f. Prinsip bersih
Setiap peralatan makan/wadah yang
digunakan harus higienis, utuh, tidak
cacat atau rusak.
g. Prinsip handling
Setiap penanganan makanan tidak boleh
kontak langsung dengan anggota tubuh
yaitu dengan menggunakan irus atau
sendok makan untuk mencicipi makanan
dan penyajian.
h. Prinsip tepat penyaji
Tepat penyajian yaitu tepat menu, tepat
waktu, tepat tata hidang dan tepat
volume/sesuai jumlah.
7. Pengangk - - Trolley Makanan masak sangat disukai oleh -
utan bakteri karena cocok untuk berkembang
makanan biaknya bakteri. Oleh karena itu cara
penyimpanan dan pengangkutannya harus
memperhatikan wadah penyimpanan
makanan masak. Setiap makanan masak
memiliki wadah terpisah, pemisahan
didasarkan pada jenis makanan dan setiap
wadah harus memiliki tutup tetapi tetap
berventilasi serta alat pengangkutan yang
khusus.
a. Wadah penyajian makanan
- Piring : untuk pasien kelas 1 hingga
VVIP (Standar, superior, deluxe,
junior suite)
- Tepak makan : unutuk pasien kelas 2
hingga kelas 3
- Kotak makan kertas sekali pakai :
untuk pasien kamar bersalin & pasien
di IGD
b. Sebelum dimasukkan kedalam trolley
dilakukan pengecekan label nama
pasien, jenis diet pasien dan tanggal
expired sambil dimasukkan satu per satu
ke dalam trolley.
c. Pengangkutan makanan jadi/masakan/
siap santap.
- Tidak bercampur dengan bahan
berbahaya dan beracun.
- Menggunakan trolley khusus
pengangkut makanan jadi/masak dan
harus selalu higienis.
- Setiap jenis makanan jadi mempunyai
wadah masing-masing dan bertutup.
Hindari perlakuan makanan ditumpuk,
diduduki, diinjak dan dibanting.
- Wadah harus utuh, kuat, tidak karat
dan ukurannya memadai dengan
jumlah makanan yang ditempatkan.
- Isi tidak boleh penuh untuk
menghindari terjadi uap makanan yang
mencair (kondensasi).
- Perhatikan suhu dan diatur agar
makanan tetap panas pada suhu 60º C
atau tetap dingin pada suhu 40º C.
d. Distribusi makanan
- Makanan pagi dikirimkan ke pasien
pada pukul 06.00 – 07.00
- Makanan siang dikirimkan ke pasien
pada pukul 12.00 – 13.00
- Makanan sore dikirimkan ke pasien
pada pukul 17.00 – 18.00
- Makanan diambil kembali oleh
petugas selang 2 jam setelah distribusi
8. Pencucian - air - Sepatu Proses desinfeksi peralatan makanan -
alat makan panas boot dilakukan dengan mencuci pada air
- air - spons mengalir bersuhu 1000C-1600C, atau
dingin - Tapas direndam pada air panas 800C selama 2
- sabun - sabut menit. Prosedur pencucian alat makan
cuci stainles terdiri dari:
- - handsc 1. Pisahkan peralatan makan infeksius dan
larutan un karet non infeksius
germise - apron 2. Alat makan infeksius
f - membersihkan peralatan makan dari
sisa makanan dan buang sisa
makanan ke tempat sampat
Siram dengan air bersih mengalir
Rendam dengan larutan germisef 150
ppm selama 10 menit
Cuci peralatan makan dengan dengan
sabun cuci piring
Bilas dengan air bersih mengalir
Rendam dengan air panas sekitar 2
menit
Keringkan dengan cara disusun pada
rak alat makan
3. Alat makanan non infeksius
Sisa makanan dibuang ke tempat
sampah
Siram dengan air mengalir
Cuci dengan sabun cuci piring
Bilas dengan air bersih mengalir
Rendam dengan air panas 2 menit
Keringkan dengan cara disusun pada
rak alat makan.
2. Lingkungan Kerja
No Unit Kerja Ling. Fisik Ling. Biologi Ling. Kimia Ling. Ling.
Sos-Bud Ergonomi
1 Logistik - - - - -
(pemesanan
bahan
makanan)
2 Penerimaan - Uk. ruang - Bahan - - Petugas
bahan ±1,5x3m, makanan sering
makanan cukup bersih, dipisah membung-
pencahayaan (kering & kuk
ruangan & basah)
ventilasi
kurang
- Timbangan
3 Persiapan - Uk. ruangan ± - Bahan - - Petugas
bahan 2x4m, cukup makanan melakukan
makanan bersih, dipisah pekerjaan
pencahayaan (kering & dengan
ruangan & basah) dan berdiri dan
ventilasi ditempatkan terkadang
cukup baik sesuai bungkuk,
- Meja untuk tempatnya tidak ada
persiapan dari kursi
beton yang
ditutup
keramik
- Pisau stainless
steel
- Tempat
sampah
4 Penyimpan - Uk. ruangan ± - Bebas - - Petugas
an bahan 2x4m, cukup serangga atau sering
makanan bersih, binatang bungkuk
pencahayaan lainnya dan jinjit
ruangan & - Suhu Freezer untuk
ventilasi ±-10ºC menata
cukup baik - Suhu Chiller bahan
- Freezer 2 unit ± -5 s/d 0ºC makanan
untuk
menyimpan
bahan
makanan
mentah
(daging, ikan,
unggas) dalam
waktu lama
- Chiller 1 unit
untuk
menyimpan
sayuran dan
bumbu
- Rak kabinet
untuk
menyimpan
bahan makan
kering seperti
tepung, susu
bubuk)
5 Pengolahan - Uk. ruangan ± - Air untuk - Petugas Petugas
bahan 4x6m, cukup memasak sering melakukan
makanan bersih, mengobr pekerjaan
pencahayaan ol saat dengan
ruangan cukup bekerja posisi
baik berdiri,
- Terdapat terkadang
Exhaust fan juga perlu
dan mengangkat
Ventilation fan panci dan
untuk diletakkan
membantu di lantai
sirkulasi dan atau meja
ventilasi dengan
ruangan posisi
- Kipas angin 1 bungkuk
unit
- Kompor 5 unit
- Steamer 1 unit
untuk
mengukus
makanan
- Boiler 1 unit
untuk
memasak
dalam cairan
banyak sampai
bahan
terendam
dengan suhu
100 ºC
- Tempat
sampah
6 Penyajian - Uk. ruangan ± - - - Petugas
makanan 3x4,5m, melakukan
bersih, pekerjaan
pencahayaan dengan
ruangan dan berdiri,
ventilasi baik terkadang
- Terdapat bungkuk
ventilation fan hingga
- Meja untuk jongkok
penyajian dari untuk
beton yang menata
ditutup makanan di
keramik trolley
- Plastic wrap
untuk menutup
makanan
7 Pengangkut - Tersedia - - - Petugas
an makanan trolley untuk melakukan
mengangkut pekerjaan
makanan dengan
- Tersedia baki berdiri,
dan peralatan terkadang
makan bungkuk
untuk
mengambil
makanan di
trolley
8 Tempat - Uk. ruang - Sisa makanan - Sabun cuci - Petugas
pencucian ±2x3m, cukup dibuang di piring untuk melakukan
bersih, tempat mencuci pekerjaan
pencahayaan sampah peralatan dengan
ruangan & - Air mengalir makan berdiri,
ventilasi baik untuk - Untuk alat terkadang
- Tempat menyiram dan makan sedikit
sampah membilas alat infeksius bungkuk
- Bak cuci dari makan direndam
beton. Bak - Air panas dengan
pencucian untuk larutan
bahan merendam germisep
makanan, alat alat makan 150ppm
masak, dan selama 10
alat makan menit
terpisah
3. Karyawan
4. Sistem Manajemen
5. Regulasi/ Undang-Undang
Pelayanan Gizi Rumah Sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan
dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
terhadap keadaan gizi pasien (Kemenkes, 2013). Pelayanan gizi yang baik menjadi
salah satu penunjang rumah sakit dalam penilaian standar akreditasi untuk menjamin
keselamatan dari pasien yang mengacu pada The Joint Comission Internasional (JCI)
forHospital Accreditation. Semakin baik pelayanan gizi yang diberikan oleh sebuah
rumah sakit, maka semakin baik pula standar akreditasi rumah sakit tersebut (PMK,
2013).
yaitu:
Rekam Medis.
c. Internasional:
akreditasi rumah sakit 2012 untuk menjamin keselamatan pasien yang mengacu
- CTS
III. PEMBAHASAN
mengikat. Pihak-pihak yang terlibat dalam lingkaran kerja pun secara konsisten
menjalankan aturan yang telah diterapkan dengan penuh kesadaran akan pentingnya
keselamatan kerja nampaknya masih menjadi hal yang kurang diperhatikan. Salah
adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Dapur merupakan tempat yang
sangat rentan terhadap kecelakaan karena di dapur terdapat banyak peralatan dan
cara menggunakan peralatan tersebut dengan benar dan aman misalnya pisau, gas, oven
dan sebagainya. Kecelakaan kerja di dapur dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan
yang tidak aman dan sehat, bencana, peralatan yang tidak memenuhi syarat, dan perilaku
yang tidak aman dari pekerja. Salah satu penyebab perilaku yang tidak aman ini adalah
kerja di dapur.
bahaya, pengontrolan penyakit infeksi, pengontrolan bahaya non infeksi, limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) serta mengikuti panduan K3 di Rumah Sakit (Depkes,
2012). Upaya menciptakan sistem kerja K3 harus melibatkan unsur manajemen, seluruh
tenaga kerja Rumah Sakit, kondisi dan lingkungan kerja yang berintegrasi dalam rangka
mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja sehingga tercipta tempat kerja yang aman,
Sejalan dengan pelayan medis yang dilakukan perlu juga peningkatan pelayanan
gizi yang memadai baik dari segi tenaga maupun sarana dan prasarana. Faktor K3 dan
adalah terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan dalam
Pada instalasi gizi (dapur) Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang, setiap petugas
harus bekerja selama kurang lebih tujuh jam dimana hal ini akan menyebabkan faktor
resiko beberapa penyakit yang mungkin terjadi. Beberapa penyakit akibat kerja dan
terkait dengan pekerjaan yang terjadi pada karyawan instalasi gizi RS Siti Khodijah
Sepanjang adalah luka sayat (Vulnus Scissum), LBP, luka bakar, dermatitis kontak iritan,
LBP adalah suatu periode nyeri di punggung bawah yang berlangsung lebih dari 24
jam, yang didahului dan diikuti oleh 1 bulan atau lebih tanpa nyeri punggung bawah.
Sumber lain menyebutkan LBP adalah nyeri dan ketidak nyamanan yang terlokalisasi di
bawah sudut iga terakhir (costal margin) dan diatas lipat bokong bawah dengan atau tanpa
nyeri pada daerah tungkai. LBP termasuk salah satu dari gangguan akibat dari mobilisasi
yang salah. Penyebab umum yang sering terjadi adalah regangan otot serta bertambahnya
usia yang menyebabkan intensitas berolahraga dan intensitas bergerak semakin berkurang
sehingga otot-otot pada punggung dan perut yang berfungsi mendukung tulang belakang
menjadi lemah Nyeri punggung bawah tersebut merupakan penyebab utama kecacatan
yang mempengaruhi pekerjaan dan kesejahteraan umum. Keluhan LBP dapat terjadi pada
setiap orang, baik jenis kelamin, usia, ras, status pendidikan dan profesi, serta tidak
epidemik. Sekitar 80 persen dari populasi pernah menderita nyeri punggung bawah paling
tidak sekali dalam hidupnya (Dellito, et al., 2012). Prevalensi penyakit musculoskeletal di
Indonesia berdasarkan pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu 11,9 persen dan
berdasarkan diagnosis atau gejala yaitu 24,7 persen sedangkan di provinsi Lampung
angka prevalensi penyakit musculoskeletal berdasarkan diagnosis dan gejala yaitu 18,9
pekerjaan adalah pada petani, nelayan atau buruh yaitu 31,2 persen (RISKESDAS,
2013). Prevalensi meningkat terus menerus dan mencapai puncaknya antara usia 35
hingga 55 tahun. Semakin bertambahnya usia seseorang, risiko untuk menderita LBP
akan semakin meningkat karena terjadinya kelainan pada diskus intervertebralis pada usia
Low back pain dapat disebabkan oleh berbagai penyakit muskuloskeletal, gangguan
psikologis dan mobilisasi yang salah (WHO, 2013). Terdapat beberapa faktor risiko
penting yang terkait dengan kejadian LBP yaitu usia diatas 35 tahun, perokok, masa kerja
5-10 tahun, posisi kerja, kegemukan dan riwayat keluarga penderita musculoskeletal
disorder (Astuti, 2007). Faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya gangguan LBP
meliputi karakteristik individu yaitu indeks massa tubuh (IMT), tinggi badan, kebiasaan
olah raga, masa kerja, posisi kerja dan berat beban kerja (Harrianto, 2007).
Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelainan yang terjadi pada tulang
belakang, otot, diskus intervertebralis, sendi, maupun struktur lain yang menyokong
gangguan korda spinalis, trauma minor yaitu regangan dan cedera whiplash, fraktur atau
arteri vertebral, dan lainnya seperti nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh,
Faktor-faktor yang mempengaruhi low back pain berkaitan dengan pekerjaan adalah
lama/masa kerja, beban kerja, posisi kerja, repetisi, dan durasi. Masa kerja adalah faktor
yang berkaitan dengan lamanya seseorang bekerja di suatu tempat. Terkait dengan hal
tersebut, LBP merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk
berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin lama waktu bekerja atau semakin lama
seseorang terpajan faktor risiko ini maka semakin besar pula risiko untuk mengalami LBP
(Kantana, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Umami (2013) bahwa pekerja yang
paling banyak mengalami keluhan LBP adalah pekerja yang memiliki masa kerja >10
tahun dibandingkan dengan mereka dengan masa kerja < 5 tahun ataupun 5-10 tahun
Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial yang diterima oleh
seseorang yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu, sesuai dengan kemampuan fisik,
maupun keterbatasan pekerja yang menerima beban tersebut. Beban kerja adalah
sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang,
selama periode waktu tertentu dalam keadaan normal. Pekerjaan atau gerakan yang
menggunakan tenaga besar akan memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot,
tendon, ligamen dan sendi. Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi,
kelelahan otot, kerusakan otot, tendon dan jaringan lainnya (Harrianto, 2007). Penelitian
Posisi janggal adalah posisi tubuh yang menyimpang secara signifikan dari posisi
tubuh normal saat melakukan pekerjaan. Bekerja dengan posisi janggal dapat
meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan dalam bekerja. Posisi janggal dapat
menyebabkan kondisi dimana transfer tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisien
pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai, berputar, memiringkan badan,
berlutut, jongkok, memegang dalam posisi statis dan menjepit dengan tangan. Posisi ini
melibatkan beberapa area tubuh seperti bahu, punggung dan lutut karena daerah inilah
yang paling sering mengalami cedera (Staker, 2012). Posisi tubuh saat mengangkat
barang berat yang salah juga dapat menyebabkan LBP. Di RS Siti Khodijah ini dikatakan
bahwa para karyawan yang mengangkat panci besar berisi makanan yang berat sering
Repetisi adalah pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama. Frekuensi
gerakan yang terlampau sering akan mendorong fatigue dan ketegangan otot tendon.
Ketegangan otot tendon dapat dipulihkan apabila ada jeda waktu istirahat yang digunakan
untuk peregangan otot. Dampak gerakan berulang akan meningkat bila gerakan tersebut
dilakukan dengan postur janggal dengan beban yang berat dalam waktu yang lama.
Frekuensi terjadinya sikap tubuh terkait dengan berapa kali repetitive motion dalam
melakukan pekerjaan. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban
terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi (Tana, et al., 2011).
Durasi adalah jumlah waktu terpajan faktor risiko. Durasi didefinisikan sebagai durasi
singkat jika < 1 jam per hari, durasi sedang yaitu 1-2 jam per hari dan durasi lama yaitu >
2 jam per hari. Durasi terjadinya postur janggal yang berisiko bila postur tersebut
dipertahankan lebih dari 10 detik. Risiko fisiologis utama yang dikaitkan dengan gerakan
yang sering dan berulang-ulang adalah kelelahan otot. Selama berkontraksi otot
memerlukan oksigen, jika gerakan berulang-ulang dari otot menjadi terlalu cepat
sehingga oksigen belum mencapai jaringan maka akan terjadi kelelahan otot
DKAK adalah kondisi kelainan kulit akibat terpapar oleh bahan yang digunakan pada
saat bekerja. DKAK merupakan masalah besar kesehatan masyarakat karena penyakit ini
dianggap umum oleh penderitanya padahal DKAK menimbulkan dampak kesehatan kulit
Dermatitis kontak secara umum merupakan suatu keadaan inflamasi non-infeksi pada
kulit yang disebabkan oleh senyawa kontak dengan kulit tersebut. Terdapat dua jenis
dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak akibat iritan (DKI) yang merupakan respon non
imunologi dan dermatitis kontak alergi (DKA) yang disebabkan oleh mekanisme
Insiden penyakit kulit akibat kerja yang merupakan dermatitis kontak sebesar 92,5%,
sekitar 5,4% karena infeksi kulit dan 2,1% karena penyakit kulit lainnya. Data
epidemiologi di Indonesia memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis
kontak, dimana diantaranya 66,3% adalah DKI dan 33,7% adalah DKA (Nanto S. S.,
2015).
Dermatitis kontak ini merupakan salah satu penyebab kecacatan yang berarti di tempat
kerja (Fonacier, et al., 2015). Pekerjaan yang berisiko tinggi meliputi pembatu rumah
tangga, pelayan rumah sakit, tukang masak, dan penata rambut. (Nofiyanti dkk, 2017).
Karyawan Instalasi Gizi di Rumah Sakit dapat terkena Dermatitis Kontak Akibat Kerja
terutama yang karyawan yang bertugas memasak makanan, dan mencuci piring.
CTS atau sindroma terowongan karpal adalah salah satu gangguan pada lengan tangan
karena terjadi penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada
terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang-tulang kecil tangan sehingga
disebabkan oleh berbagai penyakit, kondisi dan peristiwa. Hal ini ditandai dengan
keluhan mati rasa, kesemutan, nyeri tangan dan lengan dan disfungsi otot. Kelainan ini
tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, etnis, atau pekerjaan dan disebabkan karena
Tana et al menyimpulkan bahwa dapat jumlah tenaga kerja dengan CTS di beberapa
gerakan biomekanik berulang sesaat yang tinggi pada tangan pergelangan tangan
kanan 74,1%, dan pada tangan kiri 65,5%. Pekerja perempuan dengan CTS lebih
perbedaan antara peningkatan umur, pendidikan, masa kerja, jam kerja serta
yaitu Phalen test dan Tinnel test. Sedangkan pemeriksaan penunjang yang dapat
laboratorium.
Penatalaksanaan CTS tergantung pada etiologi, durasi gejala, dan intensitas kompresi
saraf. Jika sindrom adalah suatu penyakit sekunder untuk penyakit endokrin, hematologi,
atau penyakit sistemik lain, penyakit primer harus diobati. Kasus ringan bisa diobati
dengan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan menggunakan penjepit pergelangan
tangan yang mempertahankan tangan dalam posisi netral selama minimal 2 bulan,
terutama pada malam hari atau selama gerakan berulang. Kasus lebih lanjut dapat
diterapi dengan injeksi steroid lokal yang mengurangi peradangan. Jika tidak
efektif, dan gejala yang cukup mengganggu, operasi sering dianjurkan untuk
meringankan kompresi.
IV. INTERVENSI
yaitu pada masih belum memakai APD secara lengkap seperti pemakaian sarung tangan
dan sepatu boot, sehingga berdampak pada beberapa risiko yaitu seperti risiko luka iris
atau dermatitis kontak iritan/alergi. Pada Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit tahun
yang sangat berkaitan erat dengan kejadian yang disebabkan kelalaian petugas dapat
pekerjaan yang terorganisir, dikerjakan sesuai dengan prosedur, tempat kerja yang
terjamin dan aman, istirahat yang cukup dapat mengurangi bahaya dan kecelakaan
sendirinya, tetapi dapat dicegah, terjadi dengan tiba-tiba dan tentunya tidak
Berdasarkan hasil pengamatan pada lingkungan kerja, beberapa hal sudah cukup
baik, tetapi pada beberapa bagian tingkat ergonomis masih kurang terhadap persiapan
bahan-bahan makanan seperti pada bagian memotong bahan makanan. Meja tempat
memotong bahan makanan tidak sesuai dengan tinggi badan karyawan dan juga tidak
pekerjaan dan mengalami keluhan nyeri punggung. Kemudian tidak adanya tangga
untuk meletakkan bahan-bahan yang letaknya tinggi sehingga kadang harus berjinjit.
kemudahan karyawan dan meminimalisir resiko cidera pada karyawan saat bekerja.
agar bisa mendeteksi lebih dini gangguan kesehatan pada karyawannya. Dapat juga
Sebaiknya dilakukan penambahan jumlah karyawan laki-laki dan ahli gizi agar
beban kerja.
Karyawan yang overweight terutama mereka yang merupakan ahli gizi perlu
diedukasi untuk menurunkan berat badannya, karena sejatinya ahli gizi adalah tombak
dari instalasi gizi tersebut dan menjadi panutan bagi anggotanya. Ahli gizi dipandang
sebagai orang nomor satu yang memahami tentang gizi itu sendiri, sehingga perlu
menampilkan image ahli gizi yang baik. Dapat diberikan reward bagi ahli gizi maupun
petugas yang dapat mengurangi massa tubuhnya agar tidak overweight. Penurunan berat
badan dapat dilakukan dengan cara olahraga bersama minimal 3x/seminggu, dilakukan
Manajemen menggunakan SOP yang ditetapkan oleh pihak Rumah Sakit Siti
Khodijah Sepanjang yaitu mengacu pada standart Pedoman Pelayanan Gizi Rumah
Sakit yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan RI 2013 yang juga tercantum pada
punishment kepada karyawan yaitu memberikan reward kepada karyawan seperti pada
program penurunan massa tubuh agar tidak overweight dan memberikan sanksi pada
karyawan yang melakukan pelanggaran contohnya bagi mereka yang tidak dapat
Regulasi yang dipakai spesifik tentang Instalasi Gizi disini adalah Peraturan
Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Dalam regulasi disini Instalasi Gizi RS Siti Khodijah
Sepanjang secara umum sudah sesuai dengan regulasi yang berlaku seperti bangunan,
alur pelayanan, sarana dan prasarana. Namun masih terdapat beberapa hal yang belum
memenuhi regulasi tersebut seperti belum lengkapnya penggunaan APD saat bekerja,
posisi ergonomis saat bekerja, krang pencahayaan di salah satu ruang dan jumlah ahli
Gizi yang belum sesuai. Adapun strategi penatalaksaan dalam regulasi ini yaitu dengan
karyawan dan meminimalisir resiko cidera pada karyawan saat bekerja dan penambahan
jumlah ahli gizi dengan jobdesk yang terperinci sesuai pedoman yang telah ditetapkan
karena hal ini berpengaruh terhadap mutu pelayanan, kesehatan dan keselamatan kerja,
serta berpengaruh terhadap akreditasi Instalasi Gizi dan akreditasi Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti RD Analisa pengaruh aktivitas kerja dan beban angkat terhadap kelelahan
Dellito [et al.] Low Back Pain Clinical Practice Guidelines Linked to The International
The American Physical Therapy Association [Journal]. - [s.l.] : J Orthop Sports Phys
Ther , 2012.
Dzulfikar. (2012). Penanganan Luka Bakar di Ruang Perawatan Intensif Anak. Majalah
Fonacier, L., Bernstein, D. I., Pacheco, K., Holness, D. L., Blessing-Moore, J., Khan, D., et
Immunol Pract.
Hanifa Nida Dini, Titik Respati and Yuli Susanti Hubungan Pengetahuan dengan Upaya
Kantana T Faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan low back pain pada kegiatan
mengemudi tim ekspedisi PT. Ensenval Putera Megatrading jakarta Tahun 2014
Publishing. 2007.
Nurwahyuni, Djajakusli R and Naiem F Faktor yang berhubungan dengan keluhan nyeri
punggung bawah pada pekerja bongkar muat barang pelabuhan nusantara kota Pare-
2001
Chiller untuk menyimpan sayur dan bumbu Penyimpanan bahan makanan kering
Freezer untuk menyimpan bahan makanan
makanan
pasien
untuk pasien
Petugas menyiapkan makanan yang sudah Tempat pencucian