NOMOR : 247/Pid.B/2018/PN.SNG
mengharapkan adanya kepastian hukum dan keadilan dalam perkara yang mereka
hadapi.
menyatakan :
A. Identitas Terdakwa
(Alm)
Kebangsaan : Indonesia
Tempat Tinggal : Blok/Kampung Cibogo Ciereng RT/RW : 05/06 Kel.
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
1. Menyatakan terdakwa Asep Setiawan Alias Asep Baik Bin Andi Suhandi
sebagaimana yang diatur dan diancam pidana dalam Pasal 374 jo. Pasal 55
ayat (1) ke-1 KUHP jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP, sebagaimana diuraikan
Bin Andi Suhandi (Alm) dengan pidana penjara selama 3 (tiga) tahun
Sekitar bulan April 2015 terdakwa pernah diminta bantuan oleh saksi
Ari yang saat itu sedang berada di halaman parkir Kantor Pajak Pratama/BJB
Gang Panglejar Subang sedang bekerja sebagai juru parkir. Saksi Ari
apa ?” Saksi Ari berkata lagi “untuk proyek Perumahan” dan selanjutnya
mendapatkan Rp. 500.000,- saksi Ari Rp. 2.000.000,- dan Rp. 2.500.000,-
selanjutnya menyampaikan hal tersebut kepada saksi Ari, mengenai proses dan
Endang dan ketika saksi Ari menanyakan tidak diberitahu, namun kemudian
hal tersebut diberitahukan kepada saksi Kurnia. Bahwa yang akan diurus oleh
saksi Ari tersebut adalah pajak : BPHTB, PPH, PPN, PPH21 Validasi Pajak
BPHTB untuk perumahan dari PT. Rahenda Makmur Putra, saksi Ari
Terdakwa telah menerima uang penyetoran pajak untuk BPHTB, PPH, PPN,
PPH21 Validasi Pajak BPHTB dan berikut dengan berkasnya dari saksi ari
dengan total kurang lebih sebesar Rp. 566.787.400,- (lima ratus enam puluh
enam juta tujuh ratus delapan puluh tujuh ribu empat ratus rupiah). namun
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 374 Jo. Pasal 55 ayat (1)
ke-1 KUHP Jo. Psal 64 ayat (1) KUHP dan Undang-undang Nomor 8 Tahun
D. Keterangan Saksi
1. Saksi Mintaria
Saksi bekerja di PT. Rahendra Makmur Putra dari sejak tahun 2009
s.d sekarang tahun 2015, dan jabatan saksi sebagai General Manager.
pajak diketahui diduga adalah Sdr. Kurnia Irawan karyawan dari PT.
Rp. 556.997.400,- serta bukti setoran pajak yang diduga dipalsukan yang
setoran PPN sebanyak 13 lembar dan bukti setoran Bank Jabar sebanyak
dengan cara uang setoran tersebut tidak disetorkan kepada bagian pajak
malah diberikan melalui orang lain kemudian bukti setoran tersebut diduga
dipalsukan.
PT. Rahendra Makmur Putra Ds. Sukamulya Pagaden Subang oleh Sdr.
Tavip Ansori terhadap pembayaran pajak yang tidak disetorkan oleh Sdr.
Pajak BPHTB sebesar Rp. 2.327.500,- (dua juta tiga ratus dua
puluh tujuh ribu lima ratus rupiah). Pajak PPH Final sebesar
Rp.8.327.500,- (delapan juta tiga ratus dua puluh tujuh lima ratus
rupiah). Pajak PPN sebesar Rp. 122.110.000,- (seratus juta dua puluh
dua juta seratus sepuluh ribu rupiah). Jumlah keseluruhan sebesar Rp.
132.765.000,- (seratus tiga puluh dua juta tujuh ratus enam puluh lima
ribu rupiah).
lima ratus enam puluh ribu lima ratus rupiah). Pajak PPH Final sebesar
Rp. 128.700.000,- (seratus dua puluh delapan juta tujuh ratus ribu
enam juta enam ratus lima puluh dua ribu rupiah). Jumlah keseluruhan
sebesar Rp. 347.912.400,- (tiga ratus empat puluh tujuh juta sembilan
puluh ribu rupiah). pajak PPH Final sebesar Rp. 4.150.000,- (empat
juta seratus lima puluh ribu rupiah). Pajak PPN sebesar Rp.
71.020.000,- (tujuh puluh satu juta dua puluh ribu rupiah). Jumlah
keseluruhan sebesar Rp. 76.320.000,- (tujuh puluh enam juta tiga ratus
BPHTB ternyata belum dibayarkan oleh staf legal PT. Rahendra Makmur
Kabupaten Subang yang dari hasil audit BPK terdapat kekurangan atau
belum bayar pajak dari PT. Rahendra Makmur Putra yang menjadi temuan
Kurnia Irawan, dimana saat itu kemudian saksi mengumpulkan pihak yang
terkait dengan hal tersebut yakni Kurnia, Ari dan Terdakwa mengakui
bahwa telah melakukan penggelapan pajak atau tidak menyetorkan
pajak PT. Rahendra Makmur Putra dibagi diantara mereka bertiga dengan
Saksi bekerja di PT. Rahendra Makmur Putra dari sejak tahun 2009
s.d sekarang tahun 2015, dan jabatan saksi sebagai General Manager. Pada
hari selasa tanggal 15 September 2015, sekira jam 14.00 Wib, di kantor
PT. Rahendra Makmur Putra Jl. Pasar Inpres No.07 Rt.34/09 Ds.
tersebut diketahui diduga adalah Sdr. Kurnia Irawan karyawan dari PT.
Rp. 556.997.400,- serta bukti setoran pajak yang diduga dipalsukan yang
sejak tanggal 14 Nopember 2014 dan jabatanya adalah sebagai Legal dan
tidak disetorkan kepada bagian pajak malah diberikan melalui orang lain
PT. Rahendra Makmur Putra Ds. Sukamulya Pagaden Subang oleh Sdr.
Tavip Ansori terhadap pembayaran pajak yang tidak disetorkan oleh saksi
Pajak BPHTB sebesar Rp. 2.327.500,- (dua juta tiga ratus dua
puluh tujuh ribu lima ratus rupiah). Pajak PPH Final sebesar
Rp.8.327.500,- (delapan juta tiga ratus dua puluh tujuh lima ratus
rupiah). Pajak PPN sebesar Rp. 122.110.000,- (seratus juta dua puluh
dua juta seratus sepuluh ribu rupiah). Jumlah keseluruhan sebesar Rp.
132.765.000,- (seratus tiga puluh dua juta tujuh ratus enam puluh
lima ratus enam puluh ribu lima ratus rupiah). Pajak PPH Final sebesar
Rp. 128.700.000,- (seratus dua puluh delapan juta tujuh ratus ribu
enam juta enam ratus lima puluh dua ribu rupiah). Jumlah
puluh ribu rupiah). Pajak PPH Final sebesar Rp. 4.150.000,- (empat
juta seratus lima puluh ribu rupiah). Pajak PPN sebesar Rp.
71.020.000,- (tujuh puluh satu juta dua puluh ribu rupiah). Jumlah
BPHTB ternyata belum dibayarkan oleh staf legal PT. Rahendra Makmur
Kabupaten Subang yang dari hasil audit BPK terdapat kekurangan atau
belum bayar pajak dari PT. Rahendra Makmur Putra yang menjadi temuan
Kurnia Irawan, dimana saat itu kemudian saksi mengumpulkan pihak yang
terkait dengan hal tersebut yakni Kurnia, Ari dan Terdakwa mengakui
pajak PT. Rahendra Makmur Putra dibagi diantara mereka bertiga dengan
Januari 2014 s/d sekarang dan jabatan saksi adalah sebagai Staf keuangan
dan Ela masih sama-sama karyawan PT. Rahendra Makmur Putra. Saksi
ketika melakukan Audit Internal tersebut pada tanggal 20-23 Oktober 2015
di Kantor Pt. Rahendra Makmur Putra Jl. Pasar Inpres Rt. 34/09 Ds.
Sukamulya Kec. Pagaden Kab. Subang dan yang saksi Audit adalah
Hak Atas Tanah dan Bangunan) dan PPN (Pajak Pertambahan Nilai).
Metode audit yang saksi lakukan yaitu dengan cara mengaudit
terhadap pengeluaran kas yang diterima oleh saksi Kurnia dari PT.
dengan bukti pembayaran dari Bank Jabar yang dinyatakan oleh pihak
PT. Rahendra Makmur Putra Ds. Sukamulya Pagaden Subang oleh Sdr.
Tavip Ansori terhadap pembayaran pajak yang tidak disetorkan oleh saksi
Pajak BPHTB sebesar Rp. 2.327.500,- (dua juta tiga ratus dua
puluh tujuh ribu lima ratus rupiah). Pajak PPH Final sebesar
Rp.8.327.500,- (delapan juta tiga ratus dua puluh tujuh lima ratus
rupiah). Pajak PPN sebesar Rp. 122.110.000,- (seratus juta dua puluh
dua juta seratus sepuluh ribu rupiah). Jumlah keseluruhan sebesar Rp.
132.765.000,- (seratus tiga puluh dua juta tujuh ratus enam puluh
lima ratus jenam puluh ribu lima ratus rupiah). Pajak PPH Final
sebesar Rp. 128.700.000,- (seratus dua puluh delapan juta tujuh ratus
ribu rupiah). Pajak PPN sebesar Rp. 146.652.400,- (seratus empat
puluh enam juta enam ratus lima puluh dua ribu rupiah). Jumlah
puluh ribu rupiah). Pajak PPH Final sebesar Rp. 4.150.000,- (empat
juta seratus lima puluh ribu rupiah). Pajak PPN sebesar Rp.
71.020.000,- (tujuh puluh satu juta dua puluh ribu rupiah). Jumlah
Makmur Putra sejak bulan Agustus 2014 s.d bulan Maret 2015 dan jabatan
saksi sebagai Staf Legal. Saksi membenarkan bahwa tugas dan tanggung
Pajak: BPHTB, PPH, PPN, PPH 21, Validasi Pajak BPHTB, Akad Kredit
Makmur Putra sejak tahun 2014 dan kepada saksi Ari kenal dari sejak
bulan April 2015, dan pernah bertemu di kantor BPN Subang dalam hal
sehingga saksi percaya kepada Sdr. Ari untuk mengurus pembayaran pajak
tersebut karena saksi pernah mengurus pembayaran pajak melalui Sdr. Ari
dalam waktu satu hari kelar. Maksud dan tujuan saksi membayar pajak
melalui Sdr. Ari tersebut bisa membantu pelayanan dengan cepat dalam
2003 dan jabatan saksi saat ini selaku pengelolaan data dan Informasi.
Hak atas tanah dan Bangunan (SSPD-BPHTB) yaitu pada saat Sdr.
diperlihatkan kepada saksi satu berkas dengan berbagai nama Wajib Pajak.
yang ada di DPPKAD untuk wajib pajak yaitu bisa mendapatkan Formulir
di Jl. A. Yani No.02 Kel. Karanganyar Kec/Kab. Subang dari sejak bulan
September 2014 s/d sekarang dan jabatan Saksi di Bank jabar adalah
Tugas dan tanggungjawab saksi selaku Admin dan Dana Jasa yaitu
yang marafnya adalah bagian teler langsung namun untuk bukti setorannya
Bukti setoran sebanyak 38 (tiga puluh delapan) lembar tersebut tidak benar
dan tidak sesuai dengan bukti yang sebenarnya bahkan tandatangan dan
asli Bank Jabar adalah tidak ada nama kantor dalam capnya, dan
Nopember 2015 sebagai Staf Legal dari PT. Rahendra Makmur Putra,
PPN, PPH 21, Validasi pajak BPHTB, dan Akad Kredit di Bank maupun
di kantor pemasaran.
Desember 2014 s.d tahun 2015 dan dalam setiap pelaporan pekerjaan saksi
PPH, PPN, PPH21, Validasi pajak BPHTB dari PT. Rahendra Makmur
Putra dengan sejumlah Rp. 566.787.400,- (lima ratus enam puluh enam
juta tujuh ratus delapan puluh tuh ribu empat ratus rupiah).
Setoran pajak tersebut sudah saksi setorkan ketika pada awal bulan
April 2015 dengan secara bertahap namun saksi lupa lagi tanggal bulannya
pembayaran.
namun saksi minta bantuan kepada saksi Ari yang beralamat Kp/Kel.
pada bulan Maret 2015 di kantor BPN Subang dan setahu saksi bahwa Sdr.
banyak kesibukan dan saksi bekerja hanya berdua dengan Angga, dimana
pada saat itu Angga sedang sakit dan merekomendasikan kepada Ari untuk
Saksi pernah menerima uang dari Sdr. Ari pada sekitar bulan April
26.000.000,- (dua puluh enam juta rupiah) dan pada waktu penerimaan
dengan Ari, dan pada tanggal 17 September 2015 ada konfirmasi kalau PT.
sebesar jumlah uang yang tertera dalam formulir atau BPHTB atau kop
surat formulir Surat Setoran Pajak dan jumlah uang yang diserahkan untuk
lakukan adalah tidak sesuai prosedur atau tidak melalui jalur yang resmi
kepada saksi oleh saksi Ari sebagai jatah dari terdakwa adalah uang yang
peroleh oleh saksi Ari dan uang yang dipergunakan oleh terdakwa tersebut
PPH, PPN, PPH21 Validasi pajak BPHTB dari saksi Kurnia karyawan PT.
(lima ratus enam puluh enam juta tujuh ratus delapan puluh tujuh ribu
pada awal bulan April 2015 dan untuk bukti-bukti setoran tersebut sudah
menerima setoran pajak tersebut awalnya saksi kenal dengan saksi Angga
kepada saksi dan saksi. Kurnia dikenalkan kepada saksi oleh saksi Angga
tidak palsu namun ketika diberi tahu oleh salah satu karyawan PT.
Rahendra Makmur Putra yaitu saksi Kurnia bahwa bukti tersebut diduga
2015, terdakwa mengakui sendiri bahwa bukti setoran pajak tersebut tidak
disetorkan dan bukti setoran tersebut dibuat terdakwa sendiri, dan uang
sebesar jumlah uang yang tertera dalam formulir atau BPHTB atau kop
surat formulir Surat Setoran Pajak dan jumlah uang yang diserahkan untuk
pembayaran pajak dari Kurnia kepada saksi adalah tidak sesuai prosedur
atau tidak melalui jalur yang resmi atau loket pembayaran pajak yang
pratama subang atau melalui bank jabar atau DPPKAD kabupaten subang,
termasuk uang yang saksi berikan kepada Kurnia Irawan dan uang yang
sebagai pembayaran pajak PPH, BPHTB dan PPN21 dari PT. Rahendara
Makmur Putra.
E. Keterangan Terdakwa
dan sekitar bulan April 2015 pernah diminta bantuan oleh saksi Ari yang mana
ketika itu di halaman parkir Kantor Pajak Pratama/BJB Gg. Panglejar Subang
ketika itu sedang kerja sebagai juru parkir, saksi Ari menghampiri dan berkata
bernama Endang yang suka bayar pajak ke BJB dan dari obrolan sebelumnya
Endang pernah menawarkan apabila ada yang mau proses bayar pajak bisa
Pratama atau Bank BJB Gg. Panglejar Subang dan selanjutnya menyampaikan
yang sebelumnya saksi Ari kepadanya dan Endang menyanggupi dan ketika itu
proses tersebut kepada Endang dan ketika saksi Ari menanyakan tidak
PPN, PPH21 Validasi Pajak BPHTB dan berikut dengan berkasnya dari saksi
ari dengan total kurang lebih sebesar Rp. 566.787.400,- (lima ratus enam puluh
enam juta tujuh ratus delapan puluh tujuh ribu empat ratus rupiah). namun
namun lupa lagi tanggal bulannya dan kalau untuk bukti-bukti setoran pajak
tersebut semuanya sudah diberikan kepada saksi Ari yang kemudia diserahkan
cabang yang berkantor di Gg. Panglejar Subang dan menerima setoran pajak
tersebut berawal kenal dengan Endang yang suka membayar pajak ke BJB yang
Endang, dikarenakan Endang sering membayar pajak ke Bank BJB dan Endang
saksi Ari yang diberikan oleh saksi Kurnia sebelumnya kepada Endang tersebut
dan Endang bukan bekerja di Perpajakan atau Bank BJB dan melaui dia
dikarenakan sering dan kemungkinan banyak kenalan di kantor pajak dan Bank
BJB.
yomart Dolog Subang dan uang tersebut sebesar Rp. 14.000.000,- (empat belas
juta rupiah) di serahkan kepada Endang untuk bayar pajak dan sisanya sebesar
Rp. 6.000.000,- (enam juta rupiah) diambil oleh saksi Ari dan Terdakwa Rp.
1.000.000,- (satu juta rupiah) terima dari Endang sebesar Rp. 5.000.000,- (lima
juta rupiah) masih dirumah makan padang yang diserahkan kepada Endang
adalah sebesar Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah) dan sisanya Rp. 2.000.000,-
(dua juta rupia) oleh saksi Ari dan Terdakwa mendapatkan Rp. 500.000,- (lima
ratus ribu rupiah) dari Endang, dan untuk yang lainnya terdakwa sudah lupa.
Setiap penyerahan berkas yaitu berupa BPHTB, PPH, dan PPN dari
saksi Ari kepada Terdakwa juga berikut dengan uangnya sebagaimana yang
berikut dengan tanda bayar dari BJB selanjutnya di serahkan kembali kepada
Endang dan dikembalikan kembali oleh Endang dengan ditambah bukti setoran
bank BJB dikira itu adalah asli dikarenakan sebelumnya sudah percaya kepada
Endang, namun berkas tersebut ternyata palsu yang terdakwa ketahui setelah
ditelepon oleh saksi Ari disuruh merapat ke kantor samping Kantor BPN dan
disana bertemu dengan saksi Ari dan dari pihak perusahan yaitu Coco,
menanyakan bahwa berkas tersebut dan uang pembayaran pajak di cek ke Bank
ternyata tidak masuk dan dari sana selanjutnya menghubungi Endang dan
ketika itu menjawab akan di cek dan selanjutnya Endang susah dihubungi
dari saksi Ari dan yang diberikan sebelumnya oleh saksi Kurnia selanjutnya
melalui Endang tersebut adalah kurang lebih sebesar Rp.50.000.000,- (Lima
F. Pertimbangan Hukum
Subang dengan bekerja sama dengan saksi Ari, sedangkan saksi Kurnia bekerja
Property) dimana saksi Kurniawan sebagai staf legal yang mempunyai tugas
PPH, PPN, PPH 21, Validasi, Pajak BPHTB, telah mengajukan permohonan
BJB Subang, untuk Pajak PPH ke kantor Pajak Pratama Subang melalui Bank
a. Pajak BPHTB sebesar Rp. 2.327.500,- (dua juta tiga ratus dua puluh
c. Pajak PPN sebesar Rp. 122.110.000,- (seratus juta dua puluh dua juta
a. Pajak BPHTB sebesar Rp. 72.560.500,- (tujuh puluh dua juta lima
c. Pajak PPN sebesar Rp. 146.652.400,- (seratus empat puluh enam juta
tujuh juta sembilan ratus dua belas ribu empat ratus rupiah).
a. Pajak BPHTB sebesar Rp. 1.150.000,- (Satu juta seratus lima puluh
ribu rupiah).
b. Pajak PPH Final sebesar Rp. 4.150.000,- (empat juta seratus lima
c. Pajak PPN sebesar Rp. 71.020.000,- (tujuh puluh satu juta dua puluh
ribu rupiah).
Jumlah keseluruhan sebesar Rp. 76.320.000,- (tujuh puluh enam juta
tiga ratus dua puluh ribu rupiah). Keseluruhan uang setoran pajak PPH Final,
BPHTB dan PPN dari PT. Rahendra Makmur Putra dengan jumlah total
sebesar Rp.556.997.400.- (lima ratus lima puluh enam juta sembilan ratus
sembilan puluh tujuh ribu empat ratus rupiah), dimana penerimaan uang
tersebut tidak sekaligus, melainkan bertahap, dan kemudian saksi Kurnia tidak
atau Bank BJB Subang, tetapi secara bertahap memberikan uang tersebut
kepada saksi Ari yang kemudian menyerahkan kembali uang tersebut kepada
terdakwa, yang kemudian membuat bukti setoran palsu dari PT. Rahendra
Subang untuk pembayaran pajak PPH Final, BPHTB dan PPN tersebut dan
Uang setoran pajak dari PT. Rahendra Makmur Putra tersebut dibagi
diantara mereka, dimana saksi Kurnia telah menerima kurang lebih Rp.
26.000.000.- (dua puluh enam juta rupiah) dari saksi Ari, sementara saksi Ari
telah menerima kurang lebih Rp. 113.000.000.- (seratus tiga belas juta rupiah)
terdaftar di buku register kantor DPPKAD, dan bukti pembayaran di Bank BJB
kerugian sebesar Rp. 556.997.400.- (lima ratus lima puluh enam juta sembilan
yang menguasai barang itu karena mendapat upah uang yang dilakukan terus
terdakwa tersebut terbukti atau tidak, dan apakah perbuatannya tersebut dapat
Penuntut Umum.
Terdakwa telah mencocoki Pasal 374 Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP
Jo. Psal 64 ayat (1) KUHP dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Rp. 556.997.400,- (lima ratus lima puluh enam juta sembilan ratus
tersebut telah tepat dan setimpal dengan perbuatannya serta memenuhi rasa
keadilan.
G. Putusan Hakim
berdasarkan kepada aspek legal justice, social justice, dan moral justice, oleh
karena terdakwa selama dalam proses perkara telah ditahan, maka lamanya
terdakwa ditahan dikurangi seluruhnya dari pidana yang telah dijatuhkan,
bersangkutan dengan perkara tersebut khususnya ketentuan Pasal 374 Jo. Pasal
55 ayat (1) ke-1 KUHP Jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP dan Undang-undang Nomor
1. Menyatakan bahwa terdakwa Asep Setiawan Alias Asep Baik Bin Andi
oleh orang yang menguasai barang itu karena mendapat upah uang yang
ribu rupiah).
BAB IV
yang bersifat ekonomis materil maupun immateri yang menyangkut rasa aman
bahwa kejahatan merupakan tingkah laku yang anti sosial (a-sosial). Berbagai
tersebut tidak pernah sirna dari muka bumi, bahkan semakin meningkat cara
hidup manusia maupun teknologi semakin canggih pula ragam dan pola
kejahatan yang muncul. Kejahatan atau tindak kriminal merupakan salah satu
bentuk dari perilaku menyimpang yang selalu ada dan melekat pada tiap bentuk
1
Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan Dengan
Pidana Penjara, Alumni, Semarang, 1996, hlm. 11.
menimbulkan ketegangan individual maupun ketegangan-ketegangan sosial
Setiap masyarakat yang telah maju dan masyarakat pada masa modern
kejahatan-kejahatan tersebut, baik oleh para penegak hukum maupun oleh para
dengan suatu kejahatan dikaji dan dibahas secara intensif seperti : para pelaku
Dengan kata lain semua fenomena baik maupun buruk yang dapat
dinamika sosial yang terjadi dalam masyarakat. Masalah tindak pidana ini
nampaknya akan terus berkembang dan tidak akan pernah surut baik dilihat
2
Ibid., hlm. 14.
3
Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, Akademika Pressindo, Jakarta, 1983, hlm. 3.
bentuk perilaku menyimpang yang selalu ada dan melekat pada setiap bentuk
masyarakat, dalam arti bahwa tindak pidana akan selalu ada seperti penyakit
dan kematian yang selalu berulang seperti halnya dengan musim yang selalu
bumi pagaden permai 2 dan proyek harva residence, dimana terdakwa bekerja
sama dengan beberapa orang yang bekerja di PT. Rahendra Makmur Putra
Bab XXIV Pasal 372, 373, 374, 375, 376, dan 377 KUHP. 5 Dimana yang
sebagian atau seluruhnya, dimana penguasaan atas barang itu sudah ada pada
pelaku, tapi penguasaan itu terjadi secara sah. Misalnya, penguasaan suatu
barang oleh pelaku terjadi karena pemiliknya menitipkan barang tersebut. Atau
penguasaan barang oleh pelaku terjadi karena tugas atau jabatannya, misalnya
atau uang yang ada dalam penguasannya yang mana barang/uang tersebut pada
4
Susilo, Kriminologi (Pengetahuan Tentang Sebab-Sebab Kejahatan), Politeia Bogor,
hlm. 5.
5
Andi Hamzah, KUHP & KUHAP, Rineka Cipta, Jakarta, 2011, hlm. 144-145.
Secara umum, unsur-unsur tindak pidana terhadap harta kekayaan ini
adalah mencakup unsur obyektif dan unsur subyektif. Adapun unsur obyektif
2. Unsur benda/barang;
yang dilarang;
dilarang.6
6
Adami Chazawi, Hukum Pidana I, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 77.
7
Sudarto, Hukum Pidana 1 A – 1 B, Alumni, Bandung hlm. 45.
Modus operandi adalah cara operasi orang perorang atau kelompok
digunakan di koran-koran atau televisi jika ada berita kejahatan dan kata
seseorang atau sekelompok orang sudah barang tentu akan sangat merugikan
orang lain, demikian pula dengan penggelapan yang dilakukan oleh seorang
Rahendra Putra. Terdakwa yang kenal dengan saksi Ari dan saksi Kurnia,
dimana saksi hanya sebatas kenal dan tidak memiliki hubungan keluarga
dengannya, dimana saksi kenal dengan mereka berdia sejak tahun 2014, yang
Sekitar bulan April 2015 pernah diminta bantuan oleh saksi Ari yang
mana ketika itu di halaman parkir Kantor Pajak Pratama/BJB Gg. Panglejar
Subang ketika itu sedang kerja sebagai juru parkir, saksi Ari menghampiri dan
8
https://id.wikipedia.org/wiki/Modus_operandi, di akses tanngal18 Juni 2019, jam 12.50
Wib.
BJB/DPPKAD”, kemudian di tanya “untuk apa ?” Ari menjawab “untuk
bernama Endang yang suka bayar pajak ke BJB dan dari obrolan sebelumnya
Endang pernah menawarkan apabila ada yang mau proses bayar pajak bisa
Pratama atau Bank BJB Gg. Panglejar Subang dan selanjutnya menyampaikan
yang sebelumnya saksi Ari kepadanya dan Endang menyanggupi dan ketika itu
proses tersebut kepada Endang dan ketika saksi Ari menanyakan tidak di
Bahwa yang akan diurus oleh saksi Ari tersebut adalah pajak : BPHTB,
PPH, PPN, PPH21 Validasi Pajak BPHTB untuk perumahan dari PT. Rahendra
Makmur Putra, saksi mengetahui hal tersebut karena sempat membaca formulir
pembayaran pajak yang dilakukan secara bertahap yang tertera atas nama wajib
pajak PT tersebut.
PPN, PPH21 Validasi Pajak BPHTB dan berikut dengan berkasnya dari saksi
Ari dengan total kurang lebih sebesar Rp. 566.787.400,- (lima ratus enam puluh
enam juta tujuh ratus delapan puluh tujuh ribu empat ratus rupiah). namun
bertahap namun lupa lagi tanggal bulannya dan kalau untuk bukti-bukti setoran
pajak tersebut semuanya sudah di berikan kepada saksi Ari yang kemudia
BJB cabang yang berkantor di Gg. Panglejar Subang dan menerima setoran
pajak tersebut berawal kenal dengan Endang yang suka membayar pajak ke
BJB yang sehingga berani untuk menerima bantuan dari saksi Ari tersebut.
Endang, dikarenakan Endang sering membayar pajak ke Bank BJB dan dia
saksi Ari yang diberikan oleh saksi Kurnia sebelumnya kepada Endang tersebut
dan Endang bukan bekerja di Perpajakan atau Bank BJB dan melaui dia
dikarenakan sering dan kemungkinan banyak kenalan di kantor pajak dan Bank
BJB.
Pada saat menerima berkas berupa BPHTB, PPH, dan PPN yang ketika
itu secara bertahap dan selanjutnya selain berkas juga berikut dengan uang
untuk pembayaran pajaknya dengan beberapa kali namun tepatnya lupa lagi.
juta rupiah) di serahkan kepada Endang untuk bayar pajak dan sisanya sebesar
Rp. 6.000.000,- (enam juta rupiah) diambil oleh saksi Ari dan Terdakwa
Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) terima dari Endang sebesar Rp. 5.000.000,-
(lima juta rupiah) masih dirumah makan padang yang diserahkan kepada
Endang adalah sebesar Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah) dan sisanya
Rp.2.000.000,- (dua juta rupia) oleh saksi Ari dan Terdakwa mendapatkan
Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah) dari Endang, dan untuk yang lainnya
terdakwa sudah lupa. Dalam setiap penyerahan berkas yaitu berupa BPHTB,
PPH, dan PPN dari saksi Ari kepada Terdakwa juga berikut dengan uangnya
PPN berikut dengan tanda bayar dari BJB selanjutnya di serahkan kembali
Endang dan dikembalikan kembali oleh Endang dengan ditambah bukti setoran
bank BJB ketika itu adalah asli dikarenakan sebelumnya sudah percaya kepada
Endang, untuk berkas tersebut ternyata palsu yang terdakwa ketahui setelah
ditelepon oleh saksi Ari disuruh merapat ke kantor samping Kantor BPN dan
disana bertemu dengan saksi Ari dan dari pihak perusahan yaitu Coco,
menanyakan bahwa berkas tersebut dan uang pembayaran pajak di cek ke Bank
ternyata tidak masuk dan dari sana selanjutnya menghubungi Endang dan
ketika itu menjawab akan di cek dan selanjutnya Endang susah dihubungi
dari saksi Ari dan yang diberikan sebelumnya oleh saksi Kurnia selanjutnya
melalui Endang tersebut adalah kurang lebih sebesar Rp. 50.000.000,- (lima
dalam jabatan secara berlanjut tersebut sudah memenuhi semua unsur yang
hubungan kerja atau karena pencaharian atau karena mendapat upah untuk itu,
dengan kata lain pelaku telah memenuhi unsur yang terdapat didalam Kitab
dalam kondisi sehat serta secara sadar telah melakukan apa yang seharusnya
tidak boleh dilakukan dan perbuatannya dapat dikatakan melawan hukum, ini
pun sudah termasuk dari unsur yang diterangkan didalam Kitab Undang-
atau dengan kata lain bahwa sengaja sebagai tujuan hasil perbuatan sesuai
dengan maksud orangnya, dan itu pun telah memenuhi unsur dari kata sengaja
sebagai maksud.
Seseorang yang dikatakan melakukan suatu tindak pidana apabila telah
1. Adanya perbuatan.
2. Perbuatan tersebut sesuai dengan apa yang telah tertuang didalam undang-
undang.
kejahatan.
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP Jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP dan Undang-undang
pun kian hari kian meningkat, sedangkan lahan yang tersedia untuk tempat
pekerjaan semakin tinggi dan sulit yang berimbas pada buruknya keuangan
yang bisa mendorong tindakan kriminalitas di masyarakat. Manusia memang
pada dasarnya adalah makhluk yang bebas yang memiliki kebebasan dalam
melakukan segala suatu hal, namun tidak semua perbuatan yang dilakukan oleh
manusia adalah benar serta tidak semua perbuatan dan perilaku manusia yang
mereka anggap baik untuk dirinya juga baik dan dianggap benar oleh orang
dan orang lain, serta lingkungan sekitarnya. Oleh karenanya maka diperlukan
sebuah hukum yaitu aturan-aturan yang mengatur tingkah laku manusia dengan
ini sering terjadi oleh berbagai pihak. Fungsi Pasal 374 Kitab Undang-undang
adalah untuk memberikan efek jera kepada para pelaku kejahatan penggelapan.
Oleh karena itu, hal ini menjadi perhatian bersama agar upaya penindakan
menurut Pasal 374 Kitab Undang-undang Hukum Pidana tentang Penggelapan
ini segala upaya yang dilakukan para pelaku penggealapan bisa teratasi dan
terealisasi.
merupakan asas hukum yang menempatkan hukum pidana sebagai alat terakhir
huku pidana modern yang menyatakan bahwa hukum pidana sebagai alat
antara lain adalah menyangkut jumlah orang yang terkena dan sejauh mana
sanksi pidana. Hal ini antara lain adalah menyangkut jumlah orang yang
terkena dan sejauh mana sanksi tersebut dapat mempengaruhi tingkah laku
bagian dari komponen substansi hukum yang memperoleh tempat yang logis
H.L. Packer sebagaimana dikutip oleh Muladi dan Barda Nawawi Arief
2. Sanksi pidana adalah alat atau sarana terbaik yang tersedia, yang dimiliki
3. Sanksi pidana merupakan “penjamin yang utama atau yang terbaik” dan
9
Hambali Tholib, Sanksi Pemidanaan Dalam Konflik Pertahanan Kebijakan Alternatif
Penyelesaian Konflik Pertahanan Diluar Kodifikasi Hukum Pidana, Rencana Prenada Media Grup,
Jakarta 2009, hlm. 110.
10
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung,
2005, hlm. 155-156.
Dengan demikian orang tersebut seolah-olah mengalami suatu
kelahiran kembali secara mental dan spiritual. Ini berarti, orang tersebut
bukan melepaskan cara-cara dan gaya hidupnya yang lama, melainkan
melepaskan cara berfikir dan kebiasaan yang lama”.11
dan melawan hukum juga sudah terpenuhi, maka dapatlah dipidana pelaku
11
Ibid., hlm. 401.
12
Andi Hamzah, Op.Cit., hlm. 144.
13
Ibid., hlm. 145.
Aan Seidman, Robert B. Seidman dan Nalin Abeyesekere mengatakan
undang yang efektif pada keadaan khusus disuatu negara harus mampu
berikut :
14
Andrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, Penebar Swadaya Grup, Jakarta,
2014, hlm. 115.
2. Schultz menyatakan bahwa naik turunnya kejahatan disuatu negara
tindakan seseorang.
lainnya seperti kekuasaan orang tua, kebiasaan, atau agama mungkin dapat
pidana.
pidana tidak dapat secara akurat. Hukum hanya merupakan salah satu
mengatur tingkah laku manusia dari pada snaksi hukum itu sendiri.15
sebagian atau seluruhnya di mana penguasaan atas barang itu sudah ada pada
pelaku, tapi penguasaan itu terjadi secara sah.16 Efektititas hukum tidak lepas
dari penegakan hukum yang merupakan suatu proses yang melibatkan banyak
hal. Oleh karena itu, keberhasilan penegakan hukum akan dipengaruhi oleh
faktor dalam penegakan hukum, dikenal ada 5 (lima) faktor yang harus
diperhatikan yaitu : faktor hukum itu sendiri, faktor penegakan hukum, yaitu
diterapkan dan faktor yang terakhir adalah faktor kebudayaan, yaitu sebagai
hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia didalam
pergaulan hidup.17
15
Yesmin Anwar dan Adang, Pembaharuan Hukum Pidana Reformasi Hukum Pidana,
Grasindo, Jakarta, 2008, hlm. 139-140.
16
Andi Hamzah, Op.Cit., hlm. 144.
17
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hlm. 8.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagian atau seluruhnya di mana penguasaan atas barang itu sudah ada pada
pidana yang dilakukan oleh beberapa orang atau lebih dari seorang peserta
Unsur yang terdapat dalam Pasal 372 sampai dengan Pasal 377 Kitab
sengaja ialah kemauan untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan yang
kepentingan hukum orang atas harta benda yang dimilikinya. Secara umum,
unsur-unsur tindak pidana terhadap harta kekayaan ini adalah mencakup unsur
obyektif dan unsur subyektif. Adapun unsur obyektif yang dimaksud adalah
2. Unsur benda/barang;
yang dilarang;
dilarang.
Pasal 372 sampai dengan 377 KUHP, antara lain sebagai berikut :
1. Penggelapan biasa
372 KUHP, dimana barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah
kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena
kejahatan.
2. Penggelapan ringan
373 KUHP, dimana barang yang digelapkan bukan hewan dan harganya
tidak lebih dari Rp. 250,- (dua ratus lima puluh rupiah).
dalam Pasal 374 KUHP, yang dilakukan oleh orang yang penguasaannya
diatur dalam Pasal 375 KUHP, yang dilakukan oleh orang yang karena
terpaksa diberi barang untuk disimpah, atau yang dilakukan oleh wali
B. Saran
ini sering terjadi oleh berbagai pihak. Fungsi Pasal 374 Kitab Undang-undang
adalah untuk memberikan efek jera kepada para pelaku kejahatan penggelapan.
Oleh karena itu, hal ini menjadi perhatian bersama agar upaya penindakan
ini segala upaya yang dilakukan para pelaku penggealapan bisa teratasi dan
terealisasi.