Anda di halaman 1dari 3

1.

Penyidik pajak memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil


penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara
Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
Hukum Acara Pidana. Sebutkanlah wewenang dari penyidik perpajakan yang saudara
ketahui !

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan, atau laporan


b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana perpajakan
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana perpajakan
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap
bahan bukti tersebut
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana perpajakan
g. menyuruh berhenti atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan
i. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap
bahan bukti tersebut
j. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana perpajakan
k. menyuruh berhenti atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan
l. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan

2. Jelaskan sanksi bagi pemungut pajak daerah dan retribusi daerah apabila melanggar
ketentuan dalam Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009 atau peraturan daerah yang
berkaitan dengan pajak daerah dan retribusi daerah!

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.07/2010 tentang Tata Cara


Pengenaan Sanksi Terhadap Pelanggaran Ketentuan di Bidang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah,

Bentuk Pelanggaran

Pasal 10 ayat (1), Bentuk pelanggaran ketentuan di bidang Pajak Daerah Dan
Retribusi Daerah terbagi dalam dua kelompok, yaitu:

a. Pelanggaran terhadap prosedur penetapan Raperda menjadi Perda; dan


b. Pelanggaran terhadap larangan pemungutan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah
berdasarkan Perda yang telah dibatalkan.

Pasal 10 ayat (2), Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah
sebagai berikut:

a. Daerah menetapkan Raperda dengan tidak melalui proses evaluasi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 5 ayat (1);
b. Daerah menetapkan Raperda tetapi tidak mengikuti hasil evaluasi dan koordinasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) dan Pasal 5 ayat (3);
c. Daerah tidak menyampaikan Perda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(5) dan Pasal 8 ayat (5)

Pasal 10 ayat (3), Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah
Daerah tetap melakukan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah berdasarkan
Perda yang telah dibatalkan oleh Peraturan Presiden mengenai pembatalan Perda
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4).

Bentuk Sanksi

Pasal 11 ayat (1), Sanksi terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (1) huruf a adalah berupa penundaan DAU atau DBH Pajak Penghasilan bagi
Daerah yang tidak memperoleh DAU.

Pasal 11 ayat (2), Sanksi terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (1) huruf b adalah berupa pemotongan DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan

3. Berikanlah contoh dari kasus pajak, yang membuat instansi perpajakan dan
pemerintahan Indonesia menjadi turun integritasnya, yang membuat masyarakat dan
wajib pajak enggan untuk membayar pajak !

Konsultan Didakwa Suap Eks Pegawai Pajak Angin Prayitno Rp 39 M

Konsultan Pajak PT Jhonlin Baratama, Agus Susetyo, didakwa jaksa KPK menyuap
eks Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Direktorat Jenderal Pajak Angin Prayitno Aji
dan tim pemeriksa senilai SGD 3,5 Juta atau setara dengan Rp 39 Milyar. Suap itu
diberikan untuk merekayasa perhitungan pajak.

Selain itu Prayitno juga memberikan suap itu kepada Dadan Ramdani selaku Kasubdit
Kerja Sama dan Dukungan Pemeriksaan DJP Wawan Ridwan selaku Supervisor Tim
Pemeriksa Pajak, Alfred Simanjuntak selaku Ketua Tim Pemeriksa Pajak, Yulmanizar
dan Febrian selaku anggota tim pemeriksa Pajak. Uang tersebut diberikan agar pihak
tersebut merekayasa perhitungan pajak PT Jhonlin pada tahun pajak 2016 dan 2017.

Jaksa menjelaskan bahwa saat menjabat jadi Direktur Pemeriksaan dan Penagihan,
Angin Prayitno membuat kebijakan agar bisa mendapat keuntungan dari pemeriksaan
kepada wajib pajak. Hal itu turut disampaikan kepada para supervisor tim pemeriksa,
termasuk mencari perusahaan potensial yang dapat mempercayai pribadinya.

”Menindaklanjuti arahan Angin Prayitno Aji untuk mencari wajib pajak yang potensial
dan bagus, sekitar bulan oktober 2018 bertempat di Kantor Direktorat Pemeriksaan
dan Penagihan DJP Kav. 40-42 Jakarta Selatan, Dadan Ramdani, Wawan Ridwan,
Alfred Simanjuntak, Yulmanizar, dan Febrian, membuat Kertas Kerja Analisis Wajib
Pajak bidang pertambangan yaitu PT Jhonlin Baratama untuk tahun pajak 2016 dan
2017 dengan bermaksud untuk mencari potensi pajak dari wajib pajak sekaligus
mencari keuntungan pribadi” ucap jaksa.

Singkat cerita, Agus Susetyo ditunjuk sebagai kuasa PT Jhonlin Baratama dalam
pemeriksaan tahun pajak 2016 dan 2017. Jaksa menerangkan sejak awal sudah ada
kesepakatan agar pemeriksaan lapangan PT Jhonlin untuk dikondisikan, sehingga
kegiatan itu selesai dalam 1 hari.
Jaksa mengungkapkan Agus Susetyo menawarkan fee sebesar Rp 50 Milyar untuk
pemeriksa pajak, pejabat struktural dan pembayaran pajak PT Jhonlin Baratama.
Penawaran itu disampaikan Agus guna pemeriksa merekayasa kurang bayar pajak PT
Jhonlin pada 2016 dan 2017.

”Kurang bayar PT Jhonlin Baratama tahun 2016 dan 2017 direkayasa dan dibuat pada
kisaran sebesar Rp 10.000.000.000 atas permintaan tersebut, terdakwa menjanjikan
fee sebesar Rp 50.000.000.000 untuk pemeriksa pajak, pejabat struktural, dan
pembayaran pajak PT Jhonlin Baratama (all in) serta fee untuk terdakwa sendiri,”
terang jaksa.

Kemudian setelah terjadinya kesepakatan, Agus Susetyo memberikan uang senilai


SGD 3.500.000 secara bertahap dalam kurun waktu Juli 2019 hingga akhir September
2019. Penyerahan uang itu dilakukan di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, dan
Sudirman Central Businness District (SCBD)

Adapun rincian penyerahan tersebut sebagai berikut :

a. Pemberian pertama diserahkan pada akhir Juli 2019 di Gedung Setiabudi


Atrium Lantai 2 Suite 209A, Kuningan, Jakarta Selatan, sebesar SGD
1.000.000
b. Pemberian kedua diserahkan pada awal ¥Agustus 2019 di Gedung Setiabudi
Atrium Lantai 2 Suite 209A, Kuningan Jakarta Selatan sebesar SGD 1.000.000
c. Pemberian ketiga diserahkan pada akhir Agustus 2019 bertempat di Area
parkir Gedung Electronic City SCBD Jakarta Selatan sebesar SGD 500.000
d. Pemberian keempat diserahkan pada awal September 2019 di Gedung
Setiabudi Atrium Lantai 2 Suite 209A, Kuningan Jakarta Selatan sebesar SGD
500.000
e. Pemberian kelima diserahkan pada awal September 2019 di Area parkir
Gedung Electronic City SCBD Jakarta Selatan.

Jaksa menjelaskan, dari penyerahan tersebut, sebanyak 1,750 juta dolar Singapura
diberikan kepada Angin Prayitno dan Dadan Ramdani. Uang tersebut diserahkan oleh
Wawan Ridwan lewat Dadan Ramdani di Gedung Direktorat Jenderal Pajak lantai 15.

"Dari total uang sebesar SGD 3.500.000 tersebut kemudian Angin Prayitno Aji dan
Dadan Ramdani menerima SGD 1.750.000. Diserahkan oleh Wawan Ridwan melalui
Dadan Ramdani di Gedung Direktorat Jenderal Pajak lantai 15," terang Jaksa KPK.

Adapun sisanya, tambah Jaksa, diterima oleh Wawan Ridwan, Alfred Simanjuntak,
Yulmanizar dan Febrian. Sementara, sisa Rp 5 miliar dari kesepakatan itu dinikmati
oleh Agus Susetyo.

"Kemudian sisa uang sebesar SGD 1.750.000 diterima oleh Wawan Ridwan, Alfred
Simanjuntak, Yulmanizar, dan Febrian yang masing-masing mendapatkan bagian fee
sebesar SGD 437.500. Sedangkan sisa kesepakatan fee sebesar Rp 5.000.000.000
atau 10 persen dari nilai kesepakatan Rp 50.000.000.000 menjadi bagian fee untuk
Terdakwa," tambahnya.

Akibat perbuatannya, Agus Susetyo didakwa melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf a


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Anda mungkin juga menyukai