Anda di halaman 1dari 12

Pendekatan Yang Biasa Digunakan Dalam

Pembelajaran Matematika di SD
1. Pendekatan mekanistik
yaitu suatu model pembelajaran yang bersifat pemberian informasi dari pengajar kepada
peserta didik dengan urutan prosedur pengajaran: (1) pengajar menjelaskan kepada
peserta didik, (2) pengajar memberikan contoh penggunaan rumus dan diikuti dengan
pemberian latihan, (3) pengajar memberikan soal-soal latihan dan mencontohkan cara
penyelesaiannya, dan (4) peserta didik dilatih menyelesaikan soal-soal serupa.

Pendekatan Yang Biasa Digunakan Dalam Pembelajaran Matematika_ Pelajaran matematika


banyak mengakji tentang hal yang bersifat abstrak, oleh karena itu pembelajaran
matematika membutuhkan pendekatan khusus dalam mengajarkannya agar siswa mampu
memahami seutuhnya materi-materi dalam pembelajaran matematika. Dalam artikel ini
akan sedikit diulas tentang 3 model pendekatan yang biasa digunakan dalam pembelajaran
matematika,hal ini dirasa perlu untuk sedikit dikaji karena beberapa fakta berbicara bahwa
beberapa guru masih mengajar secara konvensional, alhasil pemahaman siswa tidak terlalu
tersentuh.

Apa yang dimaksud dengan Helical Model dalam


ilmu komunikasi?
SosialKomunikasi
Jan 2017
2/2
Agt 2017
Agt 2017

Wahyugunawanwahyu musa gunawan


Jan '17

aravtaAdira Raveena Taleetha


Agt '17
Model komunikasi yang dikemukakan oleh Frank E. Dance ini dapat dikaji sebagai
pengembangan dari model sirkular dari Osgood dan Schramm. Ketika membandingkan model
komunikasi linier dan sirkular, Dance mengatakan bahwa dewasa ini kebanyakan orang
menganggap bahwa pendekatan sirkular adalah paling tepat dalam menjelaskan proses
komunikasi.

Frank Dance (1970) melakukan terobosan penting dalam upayanya memberikan klarifikasi
terhadap pengertian komunikasi. Ia mengklasifikasikan teori komunikasi yang banyak itu
berdasarkan sifat-sifatnya. Dance mengajukan sejumlah elemen dasar yang digunakan untuk
membedakan komunikasi

Analisis Heliks (helix), yakni suatu bentuk melingkar yang semakin membesar menunjukkan
perhatian kepada suatu fakta bahwa proses komunikasi bergerak maju dan apa yang
dikomunikasikan kini akan mempengaruhi struktur dan isi komunikasi yang datang menyusul.

Dance menggaris bawahi sifat dinamik dari komunikasi.

Ia menemukan tiga hal yang disebutnya dengan “diferensiasi konseptual kritis” (critical
conceptual differentiation) yang membentuk dimensi dasar teori komunikasi yang terdiri atas:

1. dimensi level observasi;


2. dimensi kesengajaan;
3. dimensi penilaian normatif.

1. Dimensi Level Observasis


Dimensi pertama adalah level observasi (level of observation). Menurutnya beberapa definisi
mengenai komunikasi bersifat sangat luas (inclusive) sementara definisi lainnya bersifat terbatas.

Dimensi Level Observasis adalah proses yang menghubungkan satu aspek kehidupan dengan
aspek lainnya.

Kelebihan :
Menilai keefektifan komunikasi yang sangat luas (berhasilnya pertukaran ide)

Kekurangan :
Tidak memiliki penilaian implicit (keberhasilan dan keakuratan data)

Contoh :
Mengirim pesan militer melalui telepon / kurir.

2. Dimensi Kesengajaan
Dimensi kedua adalah kesengajaan (intentionality). Sebagian definisi mengenai komunikasi yang
dikemukakan para ahli hanya memasukkan faktor pengiriman dan penerimaan pesan yang
memiliki kesengajaan atau maksud tertentu (purposeful); sementara definisi lain tidak
memasukkan batasan ini.
Definisi berikut ini merupakan contoh definisi yang memasukkan faktor kesengajaan atau
maksud tertentu misalnya: adalah those situations in which a source transmits a message to a
receiver with conscious intent to affect the latter’s behaviors.(situasi dimana sumber
mengirimkan pesan kepada penerima dengan sengaja untuk mempengaruhi tingkah laku
penerima).

Sedangkan definisi yang tidak memerlukan kesengajaan atau maksud tertentu misalnya:

It is a process that makes common to two or several what was the monopoly of one or
some. Komunikasi adalah proses yang membuat dua atau beberapa orang memahami apa yang
menjadi monopoli satu atau beberapa orang lainnya).

Definisi komunikasi yang terlalu umum atau luas, misalnya adalah: the process that links
discontinous parts of the living world to one another (proses yang menghubungkan bagian-
bagian terputus dari dunia hidup satu sama lainnya)

Sebaliknya definisi yang terlalu sempit, misalnya adalah, communication as the means of
sending military messages, orders etc, as by telephone, telegraph, radio, couriers.
(komunikasi adalah alat untuk mengirim pesan militer, perintah dan sebagainya melalui telepon,
telegraf, radio, kurir).

Dimensi Kesengajaan adalah Situasi dimana sumber mengirimkan pesan kepada penerima
dengan sengaja untuk mempengaruhi tingkah laku penerima.

Kelebihan :
Pesan cepat tersampai ke komunikan.

Kekurangan :
Belum tentu ditanggapi dengan baik oleh masyarakat

Contoh :
Iklan susu dengan menggunakan model cantik

3. Dimensi Penilaian Normatif


Sebagian definisi mengenai komunikasi memasukkan pernyataan keberhasilan atau keakuratan
(accuracy) sedangkan definisi lainnya tidak memiliki penilaian implisit semacam itu. Definisi
berikut ini, misalnya, menganggap proses komunikasi selalu berakhir dengan kesuksesan.

Misalnya: Communication is the verbal interchange of a thought or idea. (Komunikasi adalah


pertukaran verbal dari pemikiran dan gagasan).

Asumsi dari definisi ini adalah pemikiran atau gagasan itu selalu berhasil dipertukarkan.
Definisi lainnya, sebaliknya, tidak menilai hasil komunikasi itu akan berhasil atau tidak.
Misalnya: Communication is the transmission of information. Disini terjadi pengiriman
informasi, namun pengiriman itu tidak harus berhasil (diterima atau dipahami).

Dimensi Penilaian Normatif adalah mengenai komunikasi yang memasukkan pernyataan yang
mengandung keberhasilan dan keakuratan.

Kelebihan :
Memasukkan pernyataan keberhasilan dan keakuratan sehingga bisa dipercaya

Kekurangan :
Tidak memperdulikan keefektifan komunikasi

Contoh :
Dosen mengajar di kelas

Dimensi Kesengajaan adalah Situasi dimana sumber mengirimkan pesan kepada penerima
dengan sengaja untuk mempengaruhi tingkah laku penerima.

Kelebihan :
Pesan cepat tersampai ke komunikan.

Kekurangan :
Belum tentu ditanggapi dengan baik oleh masyarakat

Contoh :
Iklan susu dengan menggunakan model cantik

3. Dimensi Penilaian Normatif


Sebagian definisi mengenai komunikasi memasukkan pernyataan keberhasilan atau keakuratan
(accuracy) sedangkan definisi lainnya tidak memiliki penilaian implisit semacam itu. Definisi
berikut ini, misalnya, menganggap proses komunikasi selalu berakhir dengan kesuksesan.

Misalnya: Communication is the verbal interchange of a thought or idea. (Komunikasi adalah


pertukaran verbal dari pemikiran dan gagasan).

Asumsi dari definisi ini adalah pemikiran atau gagasan itu selalu berhasil dipertukarkan.

Definisi lainnya, sebaliknya, tidak menilai hasil komunikasi itu akan berhasil atau tidak.
Misalnya: Communication is the transmission of information. Disini terjadi pengiriman
informasi, namun pengiriman itu tidak harus berhasil (diterima atau dipahami).
Dimensi Penilaian Normatif adalah mengenai komunikasi yang memasukkan pernyataan yang
mengandung keberhasilan dan keakuratan.

Kelebihan :
Memasukkan pernyataan keberhasilan dan keakuratan sehingga bisa dipercaya

Kekurangan :
Tidak memperdulikan keefektifan komunikasi

Contoh :
Dosen mengajar di k

Model Pembelajaran Berbasis Teori Psikologi (Langsung, Kooperatif,


Masalah, dan Gabungan) - Psikologi Pendidikan

A. Latar Belakang

Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala
kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu
menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah
dengan mengajar di kelas. Salah satu yang paling penting adalah performance guru di kelas. Bagaimana
seorang guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan.
Dengan demikian guru harus menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta
didiknya.

Tiap-tiap kelas bisa kemungkinan menggunakan yang model pembelajaran berbeda dengan kelas
lain. Untuk itu, seorang guru harus mampu menerapkan berbagai model pembelajaran agar bisa
menciptakan sistem pembelajaran yang efektif dan kondusif. Berdasar dari fakta di atas, disini kami akan
memberikan pembahas tentang beberapa model pembelajaran yang berbasis teori psikologi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja model pembelajaran yang berbasis teori psikologi ?


2. Apa saja peran penting psikologi dalam pembelajaran ?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengenal dan mengetahui macam-macam model pembelajaran,

2. Dapat membedakan model-model pembelajaran.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN

Pendidikan memegang peran penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang
berkaualitas. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal
tersebut bisa tercapai apabila siswa dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya dengan hasil
belajar yang baik. Hasil belajar seseorang, ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang yaitu, kemampuan guru
(profesionalisme guru) dalam mengelola pembelajaran dengan model yang tepat, yang memberi
kemudahan bagi siswa untuk mempelajari materi pelajaran, sehingga menghasilkan pembelajaran yang
lebih baik.

Berikut ini adalah pengertian model pembelajaran menurut pendapat para tokoh pendidikan
antara lain:

1. Agus Suprijono : pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
maupun tutorial.

2. Mills : “model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang
atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”.

3. Richard I Arends : model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan di dalam pembelajaran, lingkungan
pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa, model pembelajaran adalah suatu pola atau bentuk representasi
yang digunakan sebagai pedoman yang mengacu pada pendekatan yang akan digunakan ,termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran.

Analisis Berbagai Teori Belajar


Proses belajar dimulai sejak manusia masih bayi sampai akhir hidupnya. Proses pembelajaran
dipengaruhi oleh pemahaman guru terhadap teori belajar. Teori belajar dapat dijadikan sebagai acuan
dalam memberikan pembelajaran. Dengan memahami teori belajar guru diharapkan dapat memberikan
pembelajaran yang tepat bagi peserta didik.

Teori Belajar dan Pembelajaran (Masa Lalu, Kini, dan Masa Depan)

Teori belajar bahavioristik merupakan teori belajar yang paling awal dikenal. Namun, sebelum itu telah
berlaku dua perspektif, yaitu perspektif strukturalis dari Wundt dan psikologi fungsionalis dari Dewey.
Teori bahavioristik ini lahir sebagai upaya untuk menyempurnakan dua perspektif tersebut. Perspektif
strukturalis percaya akan perlunya penelitian dasar yang mempelajari tentang otak manusia. Psikologi
fungsionalis menyatakan perlu adanya kajian tentang perilaku, selain kajian tentang fungsi proses
mental, dan hubungan antara proses mental dan tubuh manusia.
Behaviorisme pertama kali dikemukakan oleh Ivan Pavlov pada tahun 1927. Selama beberapa decade
perspektif ini sangat berpengaruh pada peyelenggaraan pendidikan. Aliran perspektif lainnya yang
berpengaruh misalnya adalah kognitivisme dan konstruktivisme.

Perspektif atau pendekatan pendidikan berkembang dari waktu ke waktu. Pada saat ini, teori terdahulu
masih digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Banyak sekolah yang menggunakan teori belajar
dahulu, misalnya behaviorisme, kognitivisme, hanya saja dikembangkan melalui model pembelajaran.

Sepeti apa pun nantinya bentuk teori pada masa mendatang, kita harus memanfaatkan sebaik mungkin
teori yang telah ada. Seringkali perspektif yang baru merupakan kombinasi atau sinergi dari teori-teori
sebelumnya. Namun, kita tidak boleh memandang bahwa teori yang baru adalah teori yang paling baik.

Analisi Berbagai Teori Pembelajaran

Teori Belajar Behavioristik

Secara umum teori behavioristik lebih melihat kualitas manusia dari aspek kinerja atau perilaku yang
dapat dilihat secara nyata. Menurut teori behavioristik, proses pembelajaran lebih menekankan pada
proses pemberian rangsangan (stimulus) dan rutinitas respon yang dilakukan oleh siswa. Stimulus
adalah apa pun yang diberikan guru kepada peserta didik. Sedangkan respons merupakan reaksi atau
tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru.

Selain itu, penguatan (reinforcement) juga diperlukan dalam proses belajar. Penguatan dilakukan untuk
mengaktifkan siswa sehingga aktivitas dapat memperkuat munculnya respon. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu apabila orang tersebut dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya.

Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis sangat penting dalam
seluruh kegiatan manusia, sehinnga stimulus dalam belajar dikaitkan dengan kebutuhan biologis.
Terpenuhinya aspek biologis khususnya yang bersifat material memberikan peluang besar bagi
keberhasilan belajar. Guthrie mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan
pemuasan biologis, ia menjelaskan bahwa hubungan stimulus dan respon cenderung bersifat
sementara, sehingga harus sesering mungkin diberikan stimulus agar bersifat lebih tetap. Guthrie
percaya bahwa hukuman (punishment) berperan penting dalam proses belajar. Namun, tidak semua
hukuman bisa efektif dalam pembelajaran karena efektivitas hukuman ditentukan oleh lingkungan,
karakter siswa, dan ideology siswa terhadap gurunya.

Disebutkan bahwa dalam proses belajar diperlukan adanya penguatan dan hukuman. Penguatan ini akan
membantu mengaktifkan siswa untuk memperkuat munculnya respon. Selain itu, penguatan yang
diberikan kepada siswa dapat meningkatkan motivasi belajar sehingga siswa akan belajar lebih baik lagi.
Hukuman berperan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan tidak bebrbentuk kekerasan
melainkan hukuman yang bersifat mendidik agar kesalahan tidak diulangi lagi. Namun, kadangkala
hukuman juga tidak bisa memberikan efek jera, tetapi dapat membuat siswa merasa tertekan.

Kelemahan teori ini yaitu siswa cenderung berpikir linier, konvergen, serta tidak kreatif dan tidak
produktif. Siswa juga tidak bebas berkreasi dan berimajinasi karena menurut teori ini belajar merupakan
preoses pembentukan yang membawa siswa untukmencapai target tertentu.

Teori Belajar Kognitif

Secara umum menurut teori kognitif belajar adalah proses yang menekankan pada proses membangun
ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan berbagai aspek yang bersifat intelektualitas. Teori
kognitif sering disebut sebagai model perseptual, yakni proses untuk membangun atau membimbing
siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap suatu obyek.

Teori kognitif merupakan suatu teori pembelajaran yang mengarah pada kualitas intelektual peserta
didik. Kognitif menyangkut pada kemampuan sesorang untuk mengembangkan kemampuan rasional/
akalnya.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif sesorang merupakan proses yang bersifat genetik,
bertambahnya umur seseorang mengakibatkan susunan sel-sel saraf semakin kompleks dan
meningkatkan kemampuannya khususnya dalam bidang intelektual. Brunner mengemukakan bahwa
suatu pembelajaran dipengaruhi oleh dinamika perkembangan realitas di sekitar kehidupan siswa.
Dalam pembelajaran guru memberikan ruang gerak yang bebas kepada siswa untuk menemukan konsep
atau pemahaman melalui contoh-contohyang ia alami atau jumpai dalam kehidupannya. Brunner
berpendapat, perkembangan kognitif dapat dilakukan dengan cara mengajar dari hal yang sederhana ke
yang lebih rumit/ luas.

Dalam proses belajar teori ini sangat berpengaruh pada kemajuan intelektual peserta didik. Kecerdasan
peserta didik perlu dimulai dengan adanya pembentukan kualitas intelektual, sehingga dalam proses
pembelajaran perlu diberikan ruang yang bebas bagi siswa untuk mngembangkan kualitas
intelektualnya.

Sekolah-sekolah yang menggunakan teori kognitif menekankan pada aspek-aspek yang bersifat
intelektualitas. Oleh karena itu, lulusan hanya kaya akan intelektual, tetapi kurang dalam hal moral.
Seharusnya pembelajaran dapat menyeimbangkan antara peran kognisi dan afeksi, sehingga lulusan
memiliki keseimbangan antara aspek intelektual dan moral. Dalam proses belajar teori ini sangat
berpengaruh pada kemajuan intelektual peserta didik. Kecerdasan peserta didik perlu dimulai dengan
adanya pembentukan kualitas intelektual, sehingga dalam proses pembelajaran perlu diberikan ruang
yang bebas bagi siswa untuk mngembangkan kualitas intelektualnya.
Teori Belajar Konstruktivisme

Teori konstruktivisme bukan menekankan pada proses membangun kualitas kognitif, melainkan lebih
menekankan pada proses untuk menemukan teori yang dibangun dari realitas lapangan. Pembelajaran
harus dapat memberikan pengalaman nyata bagi peserta didik. Pengetahuan yang dibangun atas dasar
realitas yang ada dalam masyarakat menjadikan siswa lebih cepat menerima pengetahuan.

Dalam teori ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator atau moderator, guru tidak berperan untuk
menyalurkan pengetahuan yang dimiliki, tetapi berusaha untuk memberdayakan seluruh potensi dan
sarana yang dapat membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru bukan satu-
satunya sumber belajar bagi siswa.

Karena teori ini menekankan pada proses untuk menemukan teori, dalam pembelajaran harus
memberikan ruang gerak yang bebas kepada siswa untuk menemukan informasi, ide, atau gagasan.
Siswa harus aktif berpikir, aktif dalam kegiatan, dan kritis.

Teori Belajar Humanistik

Teori belajar humanistik menjelaskan bahwa proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia(humanisasi). Teori ini menjelaskan mengenai konsep-konsep
pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam
bentuknya yang ideal.

Menurut Kolb, belajar akan efektif dengan cara memberikan pengalaman secara optimal kepada siswa.
Siswa harus dapat melihat dan merasakan pengalamannya sendiri agar dapat merumuskan konsep.
Dalam proses pembelajaran, perlu diberikan kebebasan kepada peserta didik untuk melakukan
pengamatan. Selanjutnya siswa diberi kebebasan untuk merumuskan hasil pengamatannya, misalnya
mengembangkan suatu teori atau konsep. Tidak hanya itu, siswa juga harus mampu menerapkan teori
dan konsep tersebut unutk memecahkan masalah.

Guru harus mampu memahami perbedaan dan menempatkan siswa sebagai seseorang yang harus
dibimbing atau dikembangkan seluruh potensinya. Keberhasilan pembelajaran terlihat dari kemampuan
peserta didik untuk melakukan sosialisasi kepada manusia.

Pergeseran Teori Belajar

Dalam teori belajar behaviorisme, hasil belajar dapat dilihat dari perubahan tingkah lakunya. Namun
belajar tidak lah sesederhana itu, banyak faktor lain yang mempengaruhi proses belajar. Belajar tidak
hanya proses perubahan pada tingkah laku yang nampak, tetapi sesuatu yang kompleks yang
dipengaruhi oleh kondisi mental siswa. Teori ini dianggap kurang efisien dalam pembelajaran, lalu
muncul teori-teori yang lain, yaitu teori belajar kognitif, konstruktivisme, dan humanistik. Menurut teori
kognitif, belajar merupakan peristiwa mental yang berhubungan dengan berpikir, persepsi, pemecahan
masalah, dan kesadaran. Teori ini lebih fokus pada aspek intelektual saja, sehingga dapat mengakibatkan
kurang berkembangnya aspek moral.

Dalam teori konstruktivisme, untuk memperoleh pemahaman siswa mengkontruksi pemahamannya


terhadap fenomena yang dijumpai dengan menggunakan pengalaman struktur kognitif dan keyakinan
yang dimilki (Jonassen, 1991). Oleh karena itu pengetahuan dapat dikatakan bersifat subjektif.
Pemahaman seseorang terhadap suatu konsep dapat berkembang dan berubah, ini dapat terjadi sesuai
dengan pengalaman dan interaksi dengan pandangan lain yang ditemukan.

Teori humanistik memperhatikan dan memahami perbedaan, kelebihan, serta kekurangan peserta didik.
Humanistik mementingkan pilihan pribadi, kreativitas, dan aktualisasi diri setiap individu belajar. Tujuan
teori ini yaitu memanusiakan manusia, yakni mampu mengaktualisasi diri, mampu merealisasikan diri
dalam kehidupan nyata.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap teori memiliki kekurangan dan kelebihan, sehingga
dalam melaksanakan pembelajaran sebaiknnya tidak mengacu pada satu teori saja. Dalam memilih dan
menerapkan teori belajar perlu diperhatikan pada tujuan belajar, materi belajar, dan kondisi peserta
didik. Penggunaan teori yang tepat akan menjadikan pembelajaran yang tepat pula bagi peserta didik.

macam teori psikologi menurut aliran


1. Psikoanalisis. Salah satunya tokoh psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856 – 1939).
...
2. Behaviourisme. Aliran ini sering dikatkan sebagai aliran ilmu jiwa namun tidak peduli
pada jiwa. ...
3. Psikologi Humanistis. ...
4. Psikologi Gestalt.
5. Psikologi Transpersonal. ...
6. Psikologi Positif.
macam teori psikologi menurut aliran
B.

Anda mungkin juga menyukai