Wadi'ah
Wadi'ah
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah hadis.
Dan tak lupa sholawat serta salam tetap tecurah kepada Nabi besar Muhammad
SAW yang telah menuntun kita dari jalan yang gelap gulita menuju jalan yang
terang dengan membawa agama yang sempurna addinul islam.
Makalah yang kami susun ini menjelaskankan tentang Wadi’ah serta hadis
yang menjelaskannya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat memberikan
wawasan yang luas bagi pembaca.
Terima kasih.
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna telah meletakkan
kaedah-kaedah dasar dan aturan dalam semua sisi kehidupan manusia baik
dalam ibadah dan juga mu’amalah (hubungan antar makhluk). Setiap orang
mesti membutuhkan berinterakasi dengan lainnya untuk saling menutupi
kebutuhan dan saling tolong menolong diantara mereka.
Wadi’ah merupakan simpnan (deposit) barang atau dana kepada pihak lain
yang bukan pemiliknya untuk tujuan keamanan. Wadi’ah adalah akad
penitipan dari pihak yang mempunyai uang atau barang kepada pihak yang
menerima titipan, dengan catatan kapan pun titipan diambil pihak penerima
titipan wajib menyerahkan kembali titipan tersebut dan yang dititipi menjadi
penjamin pengembalian barang titipan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian Wadi’ah ?
2. Landasan hukum Wadi’ah ?
3. Apa hukum-hukum menerima titipan barang ?
4. Apa saja Rukun Wadiah dan Syarat-syaratnya ?
5. Apa saja jenis-jenis Wadi’ah ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Wadi’ah.
2. Mengetahui landasan hukum Wadi’ah.
3. Mengetahui hukum penerima titipan barang.
4. Mengetahui Rukun dan syarat-syarat Wadi’ah.
5. Mengetahui jenis-jenis Wadi’ah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wadi’ah
4
B. Landasan Hukum Wadia’ah
1. Hadist
َ َأَدِِّّاأل َمانَةَِّإلَىِّ َم ْنِّائْت َ َمنَك
ِِّّوالَِّت َ ُخ ْنِّ َم ْنِّخَان ََك
“Serahkanlah amanah orang yang mempercayai engkau, dan jangan kamu
mengkhianati orang yang mengkhianati engkau.” (Hadits Riwayat Abu
Daud, at-Tirmizi dan al-Hakim).
7 Mardani. Ayat-Ayat Dan Hadis Ekonomi Syariah. Rajawali Pers. 2011. h.195.
5
Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa apabila dalam akad al-
wadi’ah disyaratkan bahwa orang yang dititipi dikenai ganti rugi atas
kerusakan barang selama dalam titipan, sekalipun kerusakan barang itu
bukan atas kesengajaan atau kelalaiannya, maka akadnya batal atau tidak
sah.
َ َِِّّود ْيعَةًِّفَال
)ض َمانَ ِّ َعلَيْهِّ(رواهِّالدارقطنى َ ع َ ََم ْنِّأ َ ْود
“Siapa saja yang dititipi, ia tidak berkewajiban menjamin.” (Hadits Riwayat
ad-Daruquthni).
8 http://ambilkanbulan.blogspot.com/2015/11/hadits-hadits-al-wadiah.html
6
ْ ِّويَتَّب ُع.
(ِّال َبي ُعِّ َم ْنِّبَا َعهُِّ(رواهِّاحمدِّوابوداودِّوالنساع َ ِّفَ ُه َوِّا َ َح ُّقِّبه.ِّو َجدَِّ َعيْنَ ِّ َماِّله
َ َم ْن
“Barang siapa mendapati sosok harta benda pada orang lain, maka dia lebih
berhak terhadapnya. Dan orang yang telah membeli barang itu hendaknya
mengambil uang yang telah dia bayarkan dari orang yang menjualnya
kepadanya.” (Hadits Riwayatِّ Ahmad, Abu Dawud dan Nasa’i).
2. Al-Qur’an
ِّض ُك ْمِّبَ ْعضًاِّفَ ْلي َُؤدِّاِّلَّذي
ُ ضةِّفَإ ْنِّأَمنَ ِّبَ ْع
َ ِّولَ ْمِّت َجد ُواِّكَاتبًاِّفَرهَانِّ َم ْقبُو َ َِّوإ ْنِّ ُك ْنت ُ ْمِّ َعلَى
َ سفَر
َّ ِّو َم ْنِّ َي ْكت ُ ْم َهاِّفَإنَّهُِّآثمِّقَ ْلبُه َُِّو
ِّ ََّللاُِّب َماِّتَ ْع َملُون َّ ِّربَّه َُِّوالِّت َ ْكت ُ ُمواِّال
َ َ ش َِّهادَة َّ اؤْ تُمنَ ِّأَ َمانَتَه َُِّو ْليَتَّق
َ ََِّّللا
َِّعليم
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah
ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang)”.
(Q.S. Al-Baqarah: 283).
ٰٓ ْ َِّّللاَِّيَأ ْ ُم ُر ُك ْمِّا َ ْنِّت ُ َؤد
ََِِّّّللا َ ُّواِّاالَمٰ ٰنتِّا ٰلىِّا َ ْهل َه ۙا
ِّواذَاِّ َح َك ْمت ُ ْمِّبَيْنَ ِّالنَّاسِّا َ ْنِّتَحْ ُك ُم ْواِّبِّ ْالعَدْلِِّّۗا َّن ه ا َّن ه
سم ْيعً ۢاِّبَصي ًْرا ُ نع َّماِّيَع
ظ ُك ْمِّب ٖهِِّّۗا َّن ه
َ ِّ ََِّّللاَِّ َكان
“Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di
antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil.”
(Q.S. An-Nisa: 58).
7
C. Hukum menerima Titipan Barang
1. Sunat, bagi orang yang percaya kepada dirinya bahwa dia sanggup
menjaga barang titipan yang diserahkan kepadanya. Memang menerima
barang titipan adalah sebagian dari tolong-menolong yang dianjurkan
oleh agama islam. Hukum ini (sunat) apabila ada orang lain yang dapat
di titipkan; tetapi kalau tidak ada yang lain, hanya dia sendiri ketika itu
ia wajib menerima barang yang dititipkan kepadanya.
D. Ruk un Wadi’ah
2. Ada orang yang menitipkan dan ada orang yang dititipkan. Syaratnya,
syarat keduanya seperti keadaan wakil dan yang berwakil; tiap-tiap orang
yang sah berwakil atau menjadi wakil, sah pula menerima barang titipan
atau di titipkan barang.
8
E. Jenis-Jenis Wadiah
10 Mardani. Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah. Kencana Prenadamedia Group. 2012.
Hal.283
9
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni atau simpanan dari satu pihak
ke pihak lain. Beberapa hadist telah menerangkan dan menjelaskan praktek wadi’ah
sendiri. Rukun wadi’ah ada tiga yaitu ada barang yang ingin di titipkan, ada orang
yang ingin menitipkan barang dan ada orang yang dititipkan barang, yang terakhir
akad atara keduanya.
Jenis-jenis wadi’ah itu ada dua yaitu Wadi’ah Yad Amanah dan wadi’ah
Yad Dhamanah. Dalam praktek bank sendiri wadi’ah yang terjadi adalah nasabah
menitipkan uang ke bank.
10
DAFTAR PUSTAKA
Hosen, Nadratuzzaman dan Hasan Ali. Kamus Populer Keuangan dan Ekonomi Syariah. 2007.
Mardani. Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah. Kencana Prenadamedia Group. 2012.
http://ambilkanbulan.blogspot.com/2015/11/hadits-hadits-al-wadiah.html
11