OLEH
ATFENTRI N TAHALELE
12105 31201 12 109
FAKULTAS TEKNIK
TERNATE
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantias di panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
atas limpahan berkat dan karunia-Nya yang selalu nyata bagi penulis dan tak
dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kerja Praktek (KP) ini dengan baik.
penyusunan Laporan Kerja Praktek (KP) ini bukan karena kekuatan dan
Kerja Praktek (KP) merupakan kegiatan wajib yang dilakukan untuk setiap
mahasiswa teristimewa pada jurusan teknik pertambangan, hal ini dilakukan untuk
secara langgsung di lapangan, olehnya itu dalam kerja praktek yang dilakukan
Tak lupa pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasi yang
sebesar-besarnya kepada :
1i
4. Bapak Wawan. A.K. Conoras, ST. MT selaku Dosen Pembimbing yang
Teknik.
9. Saudara dan handai tolan yang tidak dapat di sebutkan namanya satu
persatu.
10. Teruntuk sosok yang selalu mengisi hari-hariku dengan canda, tawa dan
juga motivasi yang tidak pernah usai. Mungkin namumu tidak kugoreskan
diatas kertas putih ini namun selalu tersimpan rapi dalam benakku.
Program Studi Teknik Pertambangan yang sampai saat ini masih tetap
berjuang untuk sebuah masa depan, serta semua pihak yang telah membantu
12. Untuk teman-teman yang selalu bersama dalam setiap proses yang di jalani,
Djuma dan tak lupa juga teman-teman kosan Taluange yang telah kuanggap
ii
sebagai saudar/i bahkan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
13. Terima kasih dipersembahkan kepada pihak Perusahan PT. Antam Tbk,
secara khusus Satuan Kerja Quality Control yang telah memberikan waktu
dan bimbing dalam proses kerja praktek yang dilakukan selama berada di
lapangan.
Penyusunan Laporan Kerja Praktek (KP) ini, namun masih tersimpan harapan
Penyusun
Atfentri N Tahalele
12105 31201 12 109
iii
DAFTAR ISI
Isi Halaman
JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBARAN PENGESAHAN
KETERANGAN PERUSAHAN
BAB I. PENDAHULUAN
iv
BAB II. TINJAUAN UMUM
3.2.1.6 Waktu............................................................................................. 23
v
3.4. Kegiatan Eksplorasi ............................................................................ 26
vi
4.2 Sistem Penambangan PT. Aneka Tambang, Tbk ................................ 42
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar III.7 Dilusi Yang Terjadi Pada Proses Tahapan Pertambangan .............. 34
Gambar IV.1.2 Batas Kontak Limonit Dengan Zona Soft Saprolite .................... 40
Gambar IV.1.3 Kontak Zona Soft Saprolite Dengan Hard Saprolit .................... 41
viii
DAFTAR TABEL
Tabel. IV.5. Data Rekonsiliasi Hasil Eksplorasi dan Realisasi Penambangan ..... 46
Tabel. IV.5.1 Data Realisasi Penambangan (Tonase Ore dan Tonase Waste) ..... 47
Tabel. IV.5.1 Tabel Beda Kadar Eksplorasi dan Realisasi Penambangan ............ 49
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam baik mineral
maupun batubara. Salah satunya adalah bahan galian logam/biji yang merupakan
bahan galian yang di olah dengan teknologi tertentu agar dapat di ambil dan
sumberdaya alam terbesar urutan kelima di dunia ini memiliki potensi penyebaran
Bagian Tenggara, Papua, Maluku dan Maluku Utara, (Zulkifli, 2014). Olehnya itu
wilayah yang memiliki sumberdaya tersebut, salah satunya yaitu PT. Antam
(Persero) Tbk.
Menurut Deskripsi PT. Antam yang publikasi melalui website resmi Antam,
wilayah operasi yang tersebar diseluruh indonesai yang kaya akan mineral.
emas, perak, bauksit, dan batubara. Adapun kegiatan penambangan PT. Antam
(Persero). Tbk daerah yang memiliki sumberdaya alam salah satunya yaitu di
1
Pertambangan (KP) di daerah Pulau Pakal dengan metode tambang terbuka
Penambangan nikel sendiri dimulai dari tahapan land clearing sampai pada
kombinasi peralatan backhoe dan dump truk. Pada kondisi ini sudah barang tentu
blok yang kemudian di tambang akan mengalami perubahan kadar, atau paling
tidak akan mengalami selisih antara analisis kadar sesudah tahapan eksplorasi
berdasarkan data pemboran dan atau sesudah kegiatan pemuatan (loading ore)
dengan menggunakan peralatan mekanis dalam hal ini alat muat yang digunakan
oleh perusahan. Hal ini dikarenakan terjadinya pencampuran material lain yang
Olehnya itu perlu untuk dilakukan studi mengenai dampak yang kemudian
dapat terjadi akibat dari kegiatan pemuatan (loading ore) yang dapat
yang terjadi. Dari latar belakang di atas maka peneliti bertujuan untuk melakukan
sebuah kerja praktek dengan judul “ Studi Dilusi (Dilution) Pada Kegiatan
Loading Ore ”
2
I.2. Rumusan Masalah
adalah : Berapa besar presentase dilusi yang terjadi akibat kegiatan loading ore
Dalam kerja praktek ini permasalahan di batasi pada presentase dilusi yang
kadar.
Tujuan dari kerja praktek ini adalah: Untuk mengetahui berapa besar
presentase dilusi yang dapat berpengaruh terhadap perubahan kadar dari kegiatan
loading ore.
yang ada.
3
I.5.3 Untuk Perusahan
Quality Contron.
praktikan melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain)
diantaranya adalah :
2. Data Topografi,
Pengolahan data didasarkan pada data yang diambil langsung dari lapangan,
Diantaranya :
4
I.8. Bagan Alir Kerja Praktek
PENGAMBILAN DATA
Opservasi Lapangan
Pengolahan Data
Analisis Data
Kesimpulan
5
BAB II
TINJAUAN UMUM
Maluku Utara . Sedangkan secara geografis terletak di antara 1280 19’ 13’’ – 1280
21’ 01’’ Bujur timur dan 000 46’ 18’’ - 000 48’ 14’’ Lintang Utara.. Yang di mana
1. Ternate – Sofifi
2. Sofifi-Buli
6
Peta Kesampaian Daerah
Lokasi Kerja Praktek
7
II.2 Geologi Regional Daerah Kerja Praktek
Tektonik regional Pulau Halmahera terbagi atas dua mandala utama geologi
yaitu Mendala Geologi Halmahera Timur atau Lengan Timur dan Mendala
Geologi Halmahera Barat atau Lengan Barat. Kedua Mendala geologi tersebut
memiliki karakteristik yang sangat berbeda (Krisman dan Ernowo. 2007 dalam
semenanjung utara serta Pulau Morotai adalah merupakan bagian dari fisiografi
Mendala Halmahera Barat. Hubungan antara kedua mandala berupa jalur tektonik
dengan perlipatan dan pensesaran yang kuat berbatuan sedimen Neogen. Batuan
Kapur dan awal Tersier. Tersusun oleh batuan ultrabasa dan serpih merah yang
diduga berumur Kapur terdapat dalam batuan sedimen Formasi Dorosagu yang
Formasi Bacan yang batuan vulkanik berumur akhir Oligosen – Miosen Awal
(Oligo-Miosen).
berlereng curam dengan torehan sungai yang dalam dan sebagian kecil
8
Oligo-Miosen dan yang lebih tua (Krisman dan Ernowo. 2007 dalam Apandi,
1980). Morfologi karst terdapat pada daerah batuan gamping, baik yang berumur
rendah dan lerengnya yang lebih landai daripada batuan yang lebih tua.
tektonik berupa perlipatan, sesar naik secara intensif dengan arah utama UUT –
SSB. Sesar normal berarah BUB – TUT dan ini terjadi pada fase tektonik akhir,
batuan vulkanik Formasi Bacan dan batuan sedimen Formasi Weda. Komplek
batuan ultrabasa (Ub) merupakan batuan tertua diperkirakan berumur Kapur yang
terdiri dari serpentinit, piroksenit dan dunit umumnya berwarna hitam, getas,
Oligosen – Miosen Bawah terdiri dari lava, breksi dan tufa, dengan sisipan
komponen batuan beku yang dapat dikenal adalah andesit piroksen, kristal halus,
9
afanitik kelabu, porfiritik berwarna merah dengan piroksen sebagai fenokrisnya,
andesit piroksen warna kehijauan, basal porfiritik kelabu tua dengan fenokris
terdiri dari batupasir arkosa, gampingan berbutir sedang, warna kuning dan
10
Lokasi KP P. Pakal
Sumber : Inventarisasi Mineral Logam (Krisman dan Ernowo. 2007 dalam Apandi dan Supriatna, S. 1980)
11
II.2.2 Geologi Daerah Pulau Pakal
batuan sedimen. Ofiolit terbentuk oleh gerusan kuat dan mafik terbreksikan dan
(Sukamto et al., 1981). Hall et al (1988) mencatat bahwa kompleks basemen tidak
hanya didominasi oleh batuan ultrabasa, meskipun jenis batuan terlihat bervariasi
dari daerah ke daerah, dan kompleks basemen meliputi rijang radiolaria berwarna
Batuan beku basa dan batuan ultrabasa, membentuk basemen pada lengan
timur Halmahera. Pulau Pakal secara regional tersusun oleh batuan ultrabasa
berumur Pra-Tersier.
serpentinit (Subiyanto & Rusmana, 2001). Dunit berbutir halus sampai menengah,
12
Sumber : Satuan Kerja Quality Control PT. Antam, Tbk (Patar M. S.ST, 2011 )
13
II.3 Geomorfologi
(Patar. MS,. ST, 2011) Wilayah kerja praktek terletak di Pulau Pakal yang
permukaan laut. Adanya endapan pantai dan karang laut berupa gua kecil
45 % persen dari luas daerah kerja praktek, berada di bagian tengah dari
pelapukan yang cukup tinggi morfologi di daerah ini menjadi lebih landai,
tinggi dan dicirikan dengan kondisi kontur yang relatif lebih renggang.
14
c. Satuan Geomorfologi Perbukitan Struktur
pola kontur memanjang. Batuan di daerah morfologi ini relatif lebih keras
II.4 Litologi
Litologi atau batuan pada daerah penambangan bijih nikel di Pulau Pakal
perbukitan landai permukaan atas batuan ultramafik ini ditutupi oleh lapisan tebal
tanah laterit hasil pelapukan yang berwarna merah kecoklatan dan merah
keunguan, sedangkan didaerah yang terjal batuan ini tidak mengalami proses
pelapukan.
II.5. Topografi
Topografi Pulau Pakal pada bagian puncak dengan kontur yang tidak
rapat, dan semakin mendekati ke pantai kontur semakin rapat atau semakin terjal.
15
Sumber : Satuan Kerja Quality Contrrol PT. Antam, Tbk, 2017
16
II.6. Vegetasi
Vegetasi yang ada pada daerah ini sama halnya dengan daerah sekitarnya
dapat dibedakan secara vertikal terdiri dari vegetasi bakau, vegetasi hutan pantai,
dan vegetasi hutan pegunungan. Vegetasi hutan pantai menempati hampir seluruh
garis pantai daerah PT. Antam (Persero). Tbk dan sekitarnya. Tumbuhan bawah
yang terdiri dari, rumput-rumputan, gelobak, dan sejenis liana berdaun lebar.
vegetasi yang ada merupakan asosiasi jenis-jenis berdaun jarum seperti cemara,
pinus irian, bintangor, pala hutan, dan hanya sebagian kecil tumbuhan berdaun
lebar.
17
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
ultramafik. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan
banyak dimanfaatkan untuk pembuatan baja tahan karat (stainless steel). Nikel
merupakan logam berwarna kelabu perak yang memiliki sifat fisik antara lain :
besi.
3. Pada udara terbuka memiliki sifat yang lebih stabil daripada besi.
Laterisasi adalah proses pelapukan kimia pada kondisi iklim yang lembab
(tropis) yang berlangsung pada waktu yang lama dengan kondisi tektonik yang
relatif stabil, membentuk formasi lapisan regolit yang tebal dengan karakteristik
kimia,
18
c. Pengumpulan residual komponen-komponen tidak mobile atau tidak
larut,
lingkungan pengendapan.
mengandung olivine, magnesium silikat, dan besi silikat yang pada umumnya
Air tanah yang kaya akan CO2, berasal dari udara luar dan tumbuhan, akan
silika. Di dalam larutan besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap
sebagai ferrihidroksida.
magnesium, nikel dan silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan bergerak
turun selama suplai air yang masuk ke dalam tanah terus berlangsung. Rangkaian
proses ini merupakan proses pelapukan dan leaching. Unsur Ni sendiri merupakan
19
berlangsung, unsur Ni berada dalam ikatan serpentine group. Rumus kimia dari
unsur-unsur seperti Cr, Mg, Fe, Ni, Al, Zn atau Mn atau dapat juga merupakan
kombinasinya.
Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, berupa kekar, maka Ni
yang terbawa oleh air turun ke bawah, dan akan terkumpul di zona air sudah tidak
dapat turun lagi dan tidak dapat menembus bedrock (Harzburgit). Ikatan dari Ni
yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral garnierit
dengan rumus kimia (Ni,Mg) Si4O5 (OH)4. Apabila proses ini berlangsung terus
enrichment). Zona pengkayaan supergen ini terbentuk di zona saprolit. Dalam satu
penampang vertikal profil laterit dapat juga terbentuk zona pengkayaan yang lebih
dari satu, hal tersebut dapat terjadi karena muka air tanah yang selalu berubah-
terdapat zona mineralisasi primer yang tidak terpengaruh oleh proses oksidasi
maupun pelindihan, yang sering disebut sebagai zona Hipogen, terdapat sebagai
sebagai berikut :
20
III.2.1.1 Batuan Asal
nikel laterit, dimana batuan asal tersebut adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini
pada batuan ultra basa tersebut, terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara
batuan lainnya, mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak
III.2.1.2 Iklim
kenaikan dan penurunan permukaan air tanah, juga dapat menyebabkan terjadinya
besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-
rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada
batuan.
ph larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam
21
a. Penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti
lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal dengan kadar
yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil
III.2.1.4 Struktur
adalah rekahan (joint) dan patahan (fault). Adanya rekahan dan patahan ini akan
terhadap batuan induk. Selain itu rekahan dan patahan akan dapat pula berfungsi
vein. Seperti diketahui bahwa jenis batuan beku mempunyai porositas dan
permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan
III.2.1.5 Topografi
beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak
topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run
off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan
kurang intensif.
III.2.1.6 Waktu
Secara umum profil endapan nikel laterit terdiri dari ( Elias M,.et.al,. 1981 ):
semuanya diisi oleh fraksi lempung. Zona ini secara umum berwarna coklat
tua sampai coklat kemerahan. Mineralisasi pada zona ini tidak ada sampai
sedikit. Zona ini ditandai oleh banyaknya tudung besi (iron cape).
2. Zona Limonit
Dicirikan oleh ukuran fraksi dari lempung sampai pasir sedang. Zona
ini secara umum berwarna coklat kemerahan. Mineralisasi pada Zona ini
mulai banyak, dimana mineral yang banyak dijumpai adalah mineral besi,
23
seperti: Hematit (berwarna merah marun), Goetit (berwarna coklat
3. Zona Saprolit
Dicirikan oleh ukuran fraksi dari pasir sedang sampai boulder. Zona
ini secara umum berwarna coklat hitam kehijauan. Mineralisasi pada zona
ini sangat banyak. Mineral yang paling banyak ditemukan adalah mineral
Serpentin (warna hijau daun). Ada juga mineral yang hampir selalu hadir
tapi dalam jumlah sedikit adalah Hematite, Goetit, Silika, dan lapukan
Olivin (warna hijau kekuningan). Pada zona ini juga ditemui mineral
Garnierit (warna hijau terang), yang sangat banyak mengandung nikel, tapi
dalam bentuk vein, tapi sesekali juga hadir dalam bentuk lensa. Selain itu
mineral yang juga hadir dalam Zona ini adalah Krisopras, dimana
warna hijau yang sedikit lebih gelap dari Garnierit, tapi lebih terang dari
Serpentin. Selain itu kekerasan Krisoplas jauh lebih keras dari Garnierit.
4. Zona Bedrock
tidak ada lagi rekahan. Bedrock pada endapan nikel laterit adalah Dunit atau
Peridotit, dimana warna Peridotit lebih gelap dari warna Dunit karena pada
24
Peridotit kandungan mineral Piroksen lebih banyak dari Dunit. Warna dari
dibagi menjadi 3 (tiga) Zona utama yaitu : Zona Limonit, Zona Low Saprolite,
dan Zona High Saprolite berdasarkan nilai cut-off kadar Ni dan Fe tertentu.
kualitas dan jumlah cadangan endapan bahan galian tersebut. Salah satu sifat dari
bumi secara tidak merata. Bahan galian yang terdapat disuatu tempat bukan
25
merupakan kumpulan dari bahan galian yang murni, kebanyakan keadaan masih
adalah untuk mengetahui penyebaran jumlah cadangan dan kadar dari suatu
endapan bahan galian serta juga untuk mengetahui keadaan, posisi atau letak bijih
dan lapisan batuan sekelilingnya (Country Rock). Hasil dari kegiatan eksplorasi
ini kemudian dapat digunakan untuk menentukan nilai ekonomis dari suatu
endapan bijih, menentukan metode dan sistem penambangan serta umur tambang
dari suatu kegiatan penambangan endapan bahan galian. Untuk mengetahui kadar
pada suatu endapan bahan galian maka diadakan kegiatan eksplorasi, yaitu segala
bahan galian dan sifat serta letak bahan galian dibawah permukaan bumi dengan
masih kecil sehingga peta – peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan
juga mempunyai skala yang relatif kecil. Sebelum memilih lokasi – lokasi
eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan peta – peta yang sudah ada ( dari
survei survei terdahulu), catatan – catatan lama, laporan temuan dan lain – lain,
lalu dipilih daerah yang akan disurvey. Setelah pemilihan lokasi ditentukan
langkah berikutnya, studi faktor – faktor geologi regional dan propinsi metalografi
dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena
26
proses geologi yang pernah terjadi, singkapan – singkapan batuan pembawa bahan
galian dan yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan /batas batuan, orientasi
lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringannya), orientasi sesar dan tanda –
tanda lainnya.
ada mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan eksplorasi tahap
detail. Kegiatan utama dalam tahap ini ialah sampling dengan jarak yang lebih
dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk
memdapatkan data – data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan
tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan
klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (< 20%), sehingga dengan
demikian perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat
dihindarkan.
tidak.
27
III.4.4 Pelaksanaan Kegiatan Pemboran
mungkin, namun kemudian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah dapat
batas (outline) dari beberapa endapan dan juga kemenerusan dari endapan tersebut
bergantung pada akses permukaan. Pada daerah yang tidak mengalami kendala
akses pola pemboran yang digunakan adalah persegi panjang dengan bentuk
teratur. Sedangkan spasi pada lubang bor bergantung pada tipe mineralisasi dan
penentuan kadar karena hal tersebut biasanya ditaksir secara akurat dengan
sampel bawah permukaan. Tipe spasi untuk endapan urat adalah 25-50 meter
sedangkan untuk endapan stratiform spasinya antara 100 meter sampai beberapa
ratus meter (Notosiswoyo Sudarto dkk. 2000). Pola pemboran dalam kegiatan
eksplorasi bergantung dari data yang diperoleh. Pada tahap pengenalan dimana
seorang geologist belum mengetahui secara jelas lokasi tersebut maka lubang bor
28
pertama dapat digunakan untuk orientasi. Penentuan pola pemboran secara normal
mengambil sebagian kecil dari suatu massa yang besar, dimana diharapkan
dari cara pemboran ini diharapkan dapat diidentifikasi lebih teliti penyebaran bijih
dengan menggabungkan beberapa titik. Contoh dari hasil kegiatan eksplorasi atau
kegiatan pemboran disusun dalam core box menurut kedalaman satu meter.
Setelah selesai pemboran contoh dibawah ke Sample House (Rumah Contoh) dan
kemudian dimasukan kedalam kantong contoh dan diberikan kode seperti lokasi
tempat pengeboran, kedalaman titik bor, nomor contoh, dan nomor titik bor.
yang terpenting untuk menentukan jumlah cadangan yang telah ada. Penentuan
kadar bijih nikel yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah Cut Of Grade (COG)
yang telah ditetapkan sehingga dari data kadar rata – rata tiap meter kedalaman
29
lubang bor dapat ditentukan kadar dari titik bor tersebut. Cut of grade (COG)
1. Kadar terendah dari suatu endapan bijih nikel yang masih dapat
2. Kadar rata – rata terendah dari endapan bijih nikel yang masih
laterit menggunakan Sistem Tambang Terbuka (Open Pit). Hal ini di karenakan
tingkatan kadar yang tidak homogen maka diperlukan pemilihan kadar yang akan
ditambang.
dengan menggunakan Bulldozer yang dilanjutkan dengan Clean Top Ore untuk
meter dari atas kebawah dan dengan lebar yang disesuaikan dengan sekop
Incerement, conto diambil seberat 5 Kg, areal channel diberi kode pita berwarna
kadarnya diketahui maka pit ini ditambang sesuai dengan daerah pengaruhnya
dengan persyaratan bijih yang diambil sesuai dengan COG (Cut Off Grade) yang
1. Karakteristik endapan.
berbentuk teratur atau tidak (Massive). Bagi bijih yang berbentuk tabular
atau berlapis harus cukup lebar dan kemiringan relatif datar. Semakin
2. Keseragaman kadar
31
melakukan Mixing/Blending agar mencapai kadar sesuai dengan yang
diinginkan.
3. Kombinasi peralatan.
distribusi nilai endapan serta kompak atau tidaknya lapisan tanah penutup.
Target produksi yang diinginkan meliputi COG (Cut Off Grade) dan
tonase yang akan diproduksi per waktu tertentu. COG adalah batas kadar
rata – rata terendah yang masih dapat di Blending dengan material lain
Dimana saat kadar bijih pada daerah yang akan digali tidak memenuhi COG
dengan kadar bijih yang tinggi sehingga dapat memenuhi COG, atau tidak
untuk peralatan.
32
III.7. Defenisi Dilusi (Dilution)
Dilusi adalah hasil pencampuran dari material lain bukan biji (Waste) ke
dalam material biji dalam rangka kegiatan pertambangan yang akan menaikan
Tonase dan menurunkan secara relatif rata-rata kadar. Dilusi tidak hanya terjadi
pada tahapan eksplorasi saja melainkan terjadi sampai pada proses pengolahan
biasanya dinyatakan dalam format persen. Ini dapat dinyatakan sebagai (Diktat
MPC, 2005).
……………..(1)
bahwa, sebagai contoh jika 10 ton batu pengotor (dan / atau di bawah Cut-Off
Grade batuan mineral) yang ditambang dengan 90 ton bijih dan semua (100 ton)
pakan tidak ekonomis menguntungkan untuk diproses. Jumlah x ini tidak boleh
dikirim ke Crusher dan tindakan yang tepat harus diambil di tambang untuk
33
Ilustrasi mengenai dilusi pada setiap tahapan pertambangan dapat di lihat
Bentuk biji
Bentuk biji sebenarnya
perencanaan tambang
Endapan yang
berhasil di tambang
Bentuk biji estimasi
Perolehan endapan
setelah diolah
Bentuk biji optimasi cog setelah diolah
Waste masuk ke
tailing
1. Dilusi Internal
material kadar tinggi, dilusi internal dapat di bagi menjadi dua, pertama material
34
kadar rendah mempunyai batas yang jelas dengan material kadar tinggi (Dilusi
Geometri) dan ke dua material kadar rendah tidak mempunyai batas yang jelas
dengan material kadar tingggi (dilusi Inheren). Dilusi internal geometri hadir
sebagai waste yang di bedakan dengan jenis di dalam endapan biji, misalnya
barren dike yang menerobos Zona biji. Dilusi internal inheren dapat dapat terjadi
terhadap Waste.
2. Dilusi Eksternal
Dilusi Eksternal adalah apabilah material kadar rendah terpisah dari material
kadar tinggi. Dilusi ekstrernal terjadi karena reruntuhan dinding, kesulitan teknis
mengambil batas biji dalam Open Pit, atau kurang hati-hatinya pemisahan batas
biji dan Waste. Dilusi eksternal akan semakin kurang berarti pada endapan biji
dan Waste yang bergradasi karena jumlah dilusi akan menjadi bagian kecil dari
Berikut ini adalah factor-faktor yang dapat mempengaruhi dilusi Ore, yaitu
sebagai berikut :
tanah penutup akan lebih rawan terhadap pengotoran, sebab jika ada aliran
35
air/hujan dari atas kebawah, maka daerah penggalian bijih akan mengalami
dilusi dari material yang terbawa bersama air. Selain itu banyak dijumpai
material Waste yang berada diantara badan bijih yang berbentuk Massive
b. Keadaan bijih
adalah sangat sukar bagi alat untuk melakukan Selective terhadap bijih
dengan Boulder.
Prosedur Japanesse Industrial Standart (JIS) dan dapat dilakukan dengan cara
mengambil satu Incerement dengan untuk dua ritasi dengan menggunakan sekop
standar nomor 125D dengan kapasitas 5 Kg. Contoh yang telah diambil
dimasukan dalam kantong plastik yang diberi kode serta diikat dengan tali yang
mempunyai warna tertentu untuk membedakan setiap contoh pada Pit/Areal yang
sama dengan warna yang sama pula. Kemudian kantong – kantong tersebut
dikirim ke preparasi contoh yang tertulis seperti kode pada pit penambangan,
36
III.9 Preparasi Sampel
maupun ukuran butir dari contoh tersebut, sehingga didapat contoh setelah
dianggap homogen.
titik bor yang sama sehingga dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
.....................................(2)
q1 = Kadar eksplorasi.
37
BAB IV
penambangan Nikel laterit pada Site Pulau Pakal. Lokasi kerja praktek berada
tepat pada Front jara-jara. Bijih Nikel laterit yang terdapat pada lokasi kerja
praktek terdiri dari beberapa lapisan material atau zona dari pada material seperti
lapisan tanah penutup, lapisan limonit, lapisan saprolit, dan yang terakhir adalah
bedrock, yang terdapat pada lapisan atau zona nikel laterit Site Pulau Pakal.
nikel lebih kecil dari 1%, kadar nikel pada daerah pelapukan (Zona Limonit) dapat
kadar Fe > 25 %, kadar nikel pada Zona Saprolite bisa mencapai 3,5 % dengan
urat – urat garnierit yang tampak jelas serta intensitas pelapukan yang tinggi.
Profil nikel laterit dengan susunan sebagai berikut : Tanah Penutup (Top
Tanah penutup (Top Soil) merupakan bagian yang paling atas dari
penampang nikel laterit. Komposisinya terdiri dari akar organik dan tumbuhan,
humus, oksida besi. warnanya coklat kemerahan, bersifat gembur dan terdapat
akar tumbuhan, kadar nikel pada zona ini sangat rendah dan dianggap sebagai
38
Overburden. Ketebalan lapisan tanah penutup di Front Jara-Jara relatif tipis hanya
Tanah Penutup
Limonit
Saprolit
Gambar IV.1.1 Batas Kontak Tanah Penutup dan Saprolit (Front Jara-Jara)
Pada lapisan ini hampir semua unsur yang mudah larut hilang terlindi
oleh air meteorik, hasil pelapukan lanjut ini memliki komposisi oksida besi yang
tinggi diatas 25%, dilihat dari kenampakan warna mineral dilapangan, hematite,
magnesit dan geotit hadir pada zona ini. Di front jara-jara zona ini hanya berupa
kantung – kantung atau lebih dikenal dengan spot limonit, berwarna coklat muda
sampai coklat kemerahan, lunak dan bersifat lempungan (Clay), kadar limonit di
front Jara- Jara bisa mencapai 2% dengan kadar Fe > 25 %, ketebalan lapisan ini
39
Zona Limonit
Zona Saprolit
oksida besi, serpentin, silica, dan sisa batuan asal yang kaya akan mineral olivine
hingga keras (Soft Saprolite – Hard Saprolite). Kadar nikel pada zona ini berkisar
faktor antara lain topografi, kedalaman muka air tanah, perubahan muka air tanah
pada saat pelapukan, iklim, struktur geologi (rekahan dan patahan) serta
komposisi batuan dasar, di Front jara-jara sendiri ketebalan zona ini bisa
40
Soft Saprolite
Hard Saprolite
41
IV.2. Sistem Penambangan PT. Aneka Tambang, Tbk
Site Pulau Pakal yaitu sestem tambang terbuka, dengan metode penambangan
Jara.
Inpit
Dump
MV
Rom
Stock
42
IV.2.1. Dilusi Yang Terjadi pada Front
buangan batuan, tanah atau bahan pengotor yang dipisahkan dari lapisan Bijih
(Waste) maupun material bijih sesuai COG (Ore) dari lokasi penambangan.
di bawah menuju ke lokasi sesuai dengan bentuk material. Dengan demikian hal
ini dapat mengakibatkan adanya pengotor atau material waste yang tercampur
walaupun dengan presentase dilusi yang sangat kecil. Hal ini dikarenakan alat
batuan atau tanah dan material dengan range kadar di bawah COG.
Zona mineralisasi atau penyebaran endapan nikel laterit yang ada pada
dilusi pada kegiatan loading ore dikarenakan kegiatan penggalian bijih sampai
pada pemuatan bijih yang dilakuakan tidak dapat dilakukan secara selektif. Hal
tersebut dapat dilihat pada zona saprolit, terdapat spot limonit dengan tonase yang
kecil sehingga sulit untuk dipisahkan dengan material saprolit yang ada pada
lokasi penggalian.
berpotensi terjadinya dilusi pada saat kegiatan loading ore. Hal ini sangat
berpenger terjadinya peningkatan dilusi, akibat Loading Ore yaitu tidak adanya
mineral yang digali dan dimuat hanya dianalisa secara visual oleh pengawas
proses pemuatan.
44
IV.3. Metode Loadaing Ore Yang Digunakan
terdapat dua metode loadaing ore yang digunakan diantaranya adalah metode top
loading dan metode buttom loading. Berdasarkan metode loading ore yang
digunakan menurut pengamatan yang dilakukan pada saat kerja praktek metode
loadaing ore yang sangat berpotensi terjadinya dilusi yaitu metode top loading.
material yang ada dilokasi penggalian sebagai tumpuan agar posisi exavator lebih
tinggi tinggi dari ADT. Hal ini mengindikasikan terjadinya dilusi yang
dikarenakan material yang menjadi tumpuan dari exavator setelah itu dimuat
kembali kedalam bak ADT. Dengan demikian sudah barang tentu akan terdaji
dilusi. Hal ini dipengaruhi oleh material waste yang melekat pada rantai exavator
sebagai pengotor yang tercampur dengan material ore yang menjadi tumpuan
tersebut.
Data rekonsiliasi adalah data hasil eksplorasi dan hasil penambangan yang
penambagan dan data kadar setelah pemboran dan sesudah penambagan, serta
beda kadar dan dilusi faktor penambangan. Data ini diberikan oleh pihak
perusahan PT. Antam, Tbk. Data yang diberikan adalah data rekonsiliasi pada
bulan April 2017, oleh satuan kerja Grade Control dengan No. Dok : F-
09.276.07.R02.
Hasil Eksplorasi
Bulan Tonase Ni Co Fe Sio2 CaO MgO
39.779 2,09 0,09 22,86 29,96 0,28 18,17
20.456 2,20 0,13 29,81 23,03 0,15 11,27
April
33.242 2,24 0,09 27,11 25,89 0,23 13,85
37.806 2,29 0,08 18,16 35,91 0,36 21,38
Total 131.283 2,20 0,09 23,67 29,56 0,27 16,93
Realisasi Penambangan
Bulan Tonase Ni Co Fe Sio2 Cao Mgo
22.550 2,36 0,06 13,69 40,52 6,61 18,64
18.425 2,29 0,09 18,70 37,72 0,49 17,61
April
23.500 2,51 0,05 13,16 42,85 0,57 21,23
37.050 2,16 0,07 16,20 37,8 0,48 20,38
Total 101.525 2,31 0,07 15,39 39,56 1,86 19,69
dan tonase ore dari hasil penambagan yang disajikan pada data realisasi
46
penambangan. Adapun data realisasi penambangan yang berkaitan dengan jumlah
tonase didapatkan dari data penggalian dan pemuatan yang di lakukan pada Front
dilusi yang terjadi akibat dari kegiatan penambangan baik Diging maupau
Tabel. IV.4.2 Data Realisasi Penambangan (Tonase Ore dan Tonase Waste)
Adapun untuk mengetahui presentasi dilusi akibat penambagan dapat
16 . 225
= x 100 %
101 . 525 16 . 225
1 . 662 . 500
=
117 . 750
Dilusi = 14 %
dilusi yang terjadi selama proses penambangan pada front penambangan yaitu
47
sebesar 14 %. Hal ini menjelaskan bahwa terjadi perbandingan antara standar
realisasi penambangan dalam jangka waktu kerja satu bulan. Adapun kadar rata-
k = Kadar
t = Tonase
rumus diatas yaitu : Ni = 2,31, Co = 0,07, Fe = 15,37, SiO2 = 39,56, CaO =1,86
dan MgO = 19,69. Adapun dalam perhitungan yang dilakukan pekerja praktek
48
IV. 4.2.2 Perhitungan Beda Kadar
kadar relative tiap parameter antara hasil eksplorasi dan realisasi produksi. Nilai
produksi dari tiap titik bor. Parameter unsur atau senyawa yang dibandingkan dan
kemudian dihitung beda nilainya adalah kadar Ni, Fe, Co, SiO2, CaO dan MgO.
Beda
Kadar Eksplorasi Realisasi Keterangan
Kadar
Ni 2,20 2,31 -0,11 Eksplorasi < Realisasi
Co 0,09 0,07 0,02 Eksplorasi > Realisasi
Fe 23,67 15,39 8,28 Eksplorasi > Realisasi
Sio2 29,56 39,56 -10 Eksplorasi < Realisasi
Cao 0,27 1,86 -1,59 Eksplorasi < Realisasi
Mgo 16,93 19,69 -2,76 Eksplorasi < Realisasi
49
IV.4.2.3 Perhitungan Presentase Perbedaan Kadar
q 2 q1
: Q= x 100 %
q1
q1 = Kadar Eksplorasi
1. Kadar Ni
2 , 31 2 , 20
Q = x 100 %
2 , 20
=5%
2. Kadar Co
0 , 07 0 , 09
Q = x 100 %
0 , 09
= - 22,22 %
3. Kadar Fe
15 , 39 23 , 67
Q = x 100 %
23 , 67
= - 34,98 %
50
4. Kadar SiO2
39 , 56 29 , 56
Q = x 100 %
29 , 56
= 33,83 %
5. Kadar CaO
1 , 86 0 , 27
= x 100 %
0 , 27
= 588,88 %
6. Kadar MgO
2 , 76 16 , 93
= x 100 %
16 , 93
= - 83,69 %
51
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan studi yang dilaukan pada lokasi kerja praktek, dilusi yang
terjadi setelah kegiatan Loading Ore yang dihitung berdasarkan data rekonsiliasi
yang di tetapkan oleh perusahan yaitu sebesar 10 %. Adapun dilusi yang terjadi
yang tidak selektif dikarenakan penyebaran bijih yang tidak homogen sehingga
sulit untuk dilakukan penambangan secara selektif dan juga metode Loading Ore
1.2 Saran
lewat pengawasan yang lebih ketat untuk menjaga kestabilan material bijih
52
DAFTAR PUSTAKA
Alam, Arfandi Iskandar, 2007 : Analisis Perubahan Kadar Nikel Saprolit Dari
Sentosa)
Ebrahimi, Anoush, 2013 : Pentingnya Cairan Faktor Untuk Buka Pit Mining
Projects
Teknologi Bandung.
Soyer, Nihat, 2006: An Approach On Dilution And Ore Recovery/ Loss Calculations In
53