Disusun oleh :
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
A. Pendahuluan
Toyota Motor Company telah mengembangkan konsep target costing lebih dari 30
tahun yang lalu. Sejak saat itu beberapa industry di negara yang berbeda telah mengadopsi
konsep ini seperti : Ford, Toyota, Mecedes, Nissan dan Daihatsu pada industry mobil.
Matsushita, Panasonic, Sharp pada industry elektronik. Apple, Compaq, Toshiba pada
industry komputer. Bagaimanapun perusahaan-perusahaan yang menggunakan sistem cost-
plus pricing menghadapi beberapa masalah besar dalam pengaplikasian pendekatan ini.
Karena “plus” pada cost-plus biasanya merupakan persentase dari biaya, maka ketika biaya
yang dikurangi oleh sebuah aplikasi target costing yang penambahan,harga jual,dan total
labajuga berubah, sehingga menyimpang dari target manajemen yang di tuju.
Equation 1 :
TCi = Ci1 + Ci2 + ..... + Cin
Dimana :
TCi = target cost of product i
Ci1 = cost of component 1 of pruduct i
Ci2 = cost of component 2 of pruduct i
Cin = cost of component n of pruduct i
Dalam metode deduktif, perusahaan lebih fokus pada pengurangan harga jual
produk yang pada akhirnya akan menentukan target cost dari produk tersebut.
Equation 2 :
TCi = Pi – mi
Dimana :
TCi = target cost per unit
Pi = unit sale price of pruduct i
Mi = unit profit of product i
B.2. Cost-Plus Pricing
Dalam metode cost plus pricing, harga ditentukan dengan menambahkan mark up laba yang
diinginkan dengan biaya yang telah dibebankan ke suatu produk. Mark up tersebut
merupakan persentase dari biaya yang telah dibebankan ke produk tersebut. Komponen
mark up sendiri terdiri dari biaya lainnya dari biaya variable manufacture dan target laba.
Equation 3 :
Pi = Ci + rCi
Dimana :
Pi = unit sale price of pruduct i
Ci = unit cost of product i
r = mark up sebagai suatu persentase dari Ci produk i
Misalnya :
Suatu produk dihasilkan dengan biaya $40. Jika perusahaan menginginkan laba 25%, maka
harga jual akan menjadi $50, yang diperoleh dari $40 x (1 + 25%). Metode cost plus
pricing pun memiliki dua sub metode di dalam perhitungannya, yaitu sub metode yang
didasarkan pada biaya aktual dan sub metode yang didasarkan pada biaya estimasi, yang
mana hanya salah satunya saja yang dapat digunakan.
Secara ringkas, berikut adalah perbedaan dari kedua metode yang berhubungan dengan
biaya dan harga tersebut.
- Melibatkan rantai nilai dalam - Hanya melibatkan sedikit rantai nilai dalam
perencanaan biaya perencanaan biaya atau tidak sama sekali
Kombinasi metode deduktiif target costing ditunjukan persamaan 2 dan metode cost plus
pricing ditunjukan persamaan 3, menghasilkan persamaan 4 jika target cost produk (Tci)
disubtitusi pada biaya unit cost plus pricing (Ci).
Equation 4 :
Pi = TCi + rTCi
Equation 5 :
Pi = TCi (1 + r)
Equation 6 :
𝐂𝐢′ + 𝐌𝐢
𝐫=
𝐓𝐂𝐢 (𝐐𝐢 )
Dimana :
Ci’ = biaya lain selain TCi, seperti biaya tetap manufaktur dan biaya hilir
Qi = kuantitas produk i
Equation 7 :
𝑪𝒊′ + 𝑴𝒊
𝑷𝒊 = 𝑻𝑪𝒊 (𝟏 + )
𝑻𝑪𝒊 (𝑸𝒊 )
Persamaan 7 menunjukan target dari harga penjualan (Pi) tergantung pada target biaya total
manufaktur variabel (TCi, Qi), biaya lainnya (Ci’), dan target profit (Mi). Seperti yang
dijelaskan di bawah ini, namun beberapa dari variabel ini juga bergantung pada timbal balik
pada harga penjualan.
Beberapa observasi muncul dari peninjauan kembali persamaan 1,2,3, dan 7. Dalam
periksaan awal, metode additive terlihat wajar dengan tidak adanya mekanisme untuk
mengikat biaya komponen individual produk untuk manajemen target profit. Di sisi lain
metode deductive target costing terlihat tidak dapat di implementasikan untuk suatu sistem
cost plus pricing karena dalam metode deduktif harga jual harus diberikan tapi dalam cost
plus pricing menentukan harga ini adalah sasarannya. Maka persamaan 7 tidak memiliki
variabel dependen atau independen tapi membentuk suatu sistem variabel independent (
keadaan saling bergantung ). Harga unit (Pi), target cost (TCi), kuantitas produk (Qi) dan
target profit produk (Mi), berubah tergantung pada ketentuan masing-masing satu dan yang
lain.
E. Cost Plus Pricing Using The Deductive Method
Selanjutnya, dalam pemesanan yang penting, overhead manufaktur tetap yang mana
diantara biaya selain target biaya dalam sebuah perusahaan manufaktur modern, meliputi
tata letak pabrik,robotika asset dan fleksibel sistem manufaktur. Komponen ini adalah hasil
dari strategi, infrastruktur jangka panjang bahwa beberapa perusahaan terutama perusahaan
Jepang dengan hati-hati merancang dan mempertahankan di luar sistem target costing.
Dimulai dengan target profit (Mi) dan cost of component of product (Ci), target costing
melalui analisa sensitifitas secara efektif dapat menentukan harga satuan (Pi) dan target
biaya (TCi).
Suatu alternatif perhitungan (level 1) harga jual berdasarkan pada data exhibit 1
yang ditampilkan di exhibit 2. Exhibit 3 menampilkan hasil dari perhitungan pada exhibit 2
dan lima level analisis sensitifitas lainnya (level 3 sampai 6) memperlihatkan reaksi
variabel persamaan 7 untuk membedakan level-level target costing dan variabel lainnya.
Kuantitas produk Qi) pada contoh ini sama dengan satu karena objek kontraknya satu radar.
Exhibit 2 : Perhitungan Target Costing Dan Target Sale Price Pada Analisis
Level 1
Variable manufacturing cost (TCi) = direct material + direct labor + variable overhead
= $100 + $400 + $320 = $820
Dari data pada exhibit 1, harga penjualan yang ditargetkan dalam kontrak yaitu $1.720.
Harga ini memenuhi tiga target yaitu :
Level 2
Jika design engineer dapat menurunkan variable manufacturing cost dari $820 menjadi
$800, hal ini akan mengakibatkan $20 menjadi suatu keuntungan oleh konsumen karena
harga jual produk akan menurun menjadi $1.700.
Level 3
$20 dari penurunan variable manufacturing cost tidak dijadikan sebagai laba bagi
konsumen, namun $20 ini akan dijadikan sebagai penambahan laba $420 ($400 + $20) dan
harga jual tetap $1.720. Hal ini akan menyebabkan perusahaan dapat menurunkan biaya
dan tetap mendapatkan laba lebih dari yang ditargetkan.
Level 4
Memperlihatkan alternatif pembagian laba dimana biaya yang dapat disimpan ($20)
ditanggung bersama-sama oleh perusahan dan konsumen, sehingga pewrusahan
mendapatkan $10 untuk penambahan laba dan $10 sebagai keuntungan konsumen.
Level 5
Level 6
Memperlihatkan gabungan strategi-straategi dengan tujuan akhir dari keputusan target cost
yang menyebakan harga jual lebih rendah yaitu $1.700, mewujudkan jumlah laba
meningkat $450. Perusahaan bisa mencapai target dengan menekan variable manufacturing
cost menjadi $770 dan fixed manufacturing cost dan downtream cost menjadi $480.
Peningkatan biaya downstream activities adalah bagian dari kaizen costing. Peningkatan
biaya upstream, khususnya pada product design stage yang direncanakan hingga value
engineering. Target costing, bergantung pada value engineering dalam product design
stage. Implementasi alternatif strategi pada level 6 dibutuhkan value engineering dan kaizen
costing.
F. Kesimpulan
Metode target costing deductive menghasilka harga jual yang diberikan dan
berlawanan dengan metode cost plust pricing yang menemukan harga jual tersebut.
Kombinasi dari kedua sistem tersebut memiliki peranan pada kondisi sulit yang tidak
terdapat pada literatur akuntansi manajemen. Contohnya plus pada cost plus adalah suatu
fungsi biaya dan ketika biaya berubah oleh suatu elaborasi aplikasi target costing, plus
berubah terus dengan laba yang mengandung markup dan harga jual. Dari pada suatu
sistem dengan variabel-variabel dependen dan independen, mengkombinasikan kedua
variabel ini dapat menghasilkan suatu struktur yang memberikan pengaruh timbal balik.
Berdasarkan pengujian berbagai alternatif menggunakan analisis sensitivitas, seperangkat
solusi bisa menjadi alat untuk mengatasi keanehan yang terlihat disebabkan oleh
interdependensi diantrara variabel-variabel.
G. Referensi
Young, S. Mark, Reading in Management Accounting, 3th edition, Prentice Hall. Inc.,
2001.