Anda di halaman 1dari 9

Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 3, September 2016

Efektifitas Permainan Boneka Tangan Terhadap Penurunan Ketakutan Anak Hospitalisasi


pada Usia Prasekolah (3-6 Tahun) di RSUD Dr. R. Koesma Kabupaten Tuban

Bernandha Hargi Dwitantya Putri*, Rinik Eko Kapti*, Tina Handayani*

ABSTRAK

Hospitalisasi merupakan keadaan krisis anak sakit dan dirawat di rumah sakit yang dapat menimbulkan
ketakutan pada anak. Peran perawat sangat penting dalam meminimalkan dampak hospitalisasi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas terapi permainan boneka tangan terhadap penurunan
ketakutan anak pada usia prasekolah akibat hospitalisasi di RSUD Dr. R Koesma Kabupaten Tuban.
Penelitian ini adalah penelitian quasi- experimental menggunakan teknik purposive sampling pada 36
responden. Perbedaan pre-test dan post-test pada kelompok kontrol maupun perlakuan dianalisis
menggunakan uji statistik paired sample t- test dengan 95% (α = 0,05). Pada kelompok kontrol, ketakutan
anak sebelum dan sesudah perlakuan tidak mengalami penurunan. Pada kelompok perlakuan, ketakutan
anak sebelum dan sesudah mengalami penurunan yang signifikan (p = ….). Hasil post- test untuk kelompok
kontrol dan perlakuan menggunakan uji independent t-test menunjukkan bahwa nilai p = 0,000. Disimpulkan
bahwa terdapat efektifitas terapi permainan boneka tangan dalam menurunkan ketakutan pada anak
hospitalisasi usia prasekolah (3-6 tahun) di RSUD Dr. Koesma Tuban.

Kata Kunci: Anak prasekolah, Hospitalisasi, Ketakutan, Terapi bermain boneka tangan

The Effectiveness of Hand Puppet Play to Reduce Fears in Hospitalized Preschool Children
(3-6 Years) at Dr. R. Koesma Hospital Tuban

ABSTRACT

Hospitalization is a crisis situation when a child is sick and being hospitalized that can cause fears in
children. The role of nurses is important to reduce the effect of hospitalization. The purpose of this study was
to determine the effectiveness of hand puppet play to reduce fears in hospitalized children on preschool at Dr.
R Koesma Hospital Tuban. This was a quasi-experimental with purposive sampling technique in 36
respondents. The differences in pre-test and post-test on control and also treatment groups were analized
using paired sample t-test with convident interval level 95 % (α = 0.05). In control group, the children showed
no reducing fears before and after treatment. However, in the treatment group showed that fears in
respondents were reduced significantly after treatment. The post-test results control and treatment groups
using independent t-test showed p value = 0.000. So, it can be concluded that hand puppet play can reduce
fears in hospitalized preschool children (3-6 years) at Dr. Koesma Hospital Tuban.

Keywords: Fears, Hand puppet play, Hospitalization, Preschool children

* Program Studi Ilmu Keperawatan, FKUB


Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Jalan Veteran Malang,
65145
E-mail: rinik.kapti@gmail.com

128
Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 3, September 2016

PENDAHULUAN (apatis), menolak untuk diberikan tindakan


dan yang paling parah akan menimbulkan
Hospitalisasi merupakan suatu proses trauma pada anak setelah keluar dari rumah
yang karena satu alasan yang berencana sakit.6Pengelolaan ketakutan, dapat
dan darurat, mengharuskan anak untuk mempengaruhi kenyamanan pada anak.7
tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan Kenyamanan dan kesenangan anak
perawatan sampai pemulangannya kembali dapat diperoleh dari bermain yang
ke rumah.1 Saat dirawat di rumah sakit, anak mempunyai nilai terapeutik sehingga adanya
harus menghadapi lingkungan yang asing, stres dan ketegangan dapat dihindari,
pemberi asuhan yang tidak dikenal, baik itu mengingat bermain dapat menghibur diri
medis ataupun keperawatan. Sering kali anak terhadap dunianya. Bermain juga dapat
mereka harus mengalami prosedur yang mengembangkan fungsi kognitif anak dan
mengalami nyeri, kehilangan kemandirian sosialisasi anak.8
dan berbagai hal yang tidak mereka Terapi bermain merupakan salah satu
ketahui.2 teknik yang akan membantu menurunkan
Lingkungan fisik rumah sakit seperti ketegangan emosional yang dirasakan anak.
bangunan atau ruang rawat, alat- alat, bau Secara bertahap respon psikis maupun
yang khas, pakaian putih petugas rumah fisiologis kecemasan dan ketakutan akan
sakit maupun lingkungan sosial seperti berkurang dan kepercayaan diri anak akan
sesama pasien anak dan sikap petugas berkembang optimal pula.9 Melalui bermain,
kesehatan itu sendiri, sehingga perasaan anak akan belajar tentang dunia dan
yang sering dialami oleh anak adalah kehidupan serta berhubungan dengan orang
perasaan cemas, tegang, nyeri, perasaan lain. Kesempatan bermain bagi anak
tidak menyenangkan dan rasa takut.3 seharusnya didapatkan dimana saja,
Rasa takut anak- anak usia prasekolah termasuk ketika anak dirawat di rumah
terhadap keamanan tubuhnya lebih tinggi sakit.10
dibandingkan ketika pada usia sekolah. Terapi bermain boneka tangan
Ketakutan mereka tidak hanya berasal dari berdampak terapeutik pada peningkatan
kurangnya pemahaman mereka akan tubuh, komunikasi anak dan merupakan media
tetapi juga dilipat gandakan oleh imajinasi untuk mengekspresikan perasaan yang
aktif mereka pada usia prasekolah.4 mereka alami selama di rumah sakit.
Anak sering menganggap prosedur Seringkali anak terlalu takut untuk
medis invasif dengan ketakutan dan mengungkapkan perasaannya pada saat
kecemasan, sehingga dapat menyebabkan mengalami perawatan medis. Penggunaan
anak kurang kooperatif terhadap perawat. boneka tangan pada anak- anak bertujuan
Kondisi tersebut akan menyebabkan cemas untuk mengidentifikasi ketakutan dan
dan takut pada anak yang akibatnya dapat kesalahpahaman tentang apa yang terjadi
menyebabkan gagalnya prosedur perawatan pada mereka.11
yang akan mereka dapatkan.5 Dalam studi pendahuluan di RSUD Dr.
Jika rasa takut tersebut berlangsung R. Koesma Kabupaten Tuban, anak yang
lama dan tidak teratasi maka akan mengalami ketakutan saat hospitalisasi
menimbulkan reaksi kekecewaan pada sekitar 40 anak pada usia 3- 6 tahun yaitu
orang tua yang menimbulkan sikap usia prasekolah. Saat perawat memulai
pelepasan pada anak sehingga anak mulai prosedur invasif, banyak anak yang
tidak peduli dengan ketidakhadiran orang menangis saat disuntik, bahkan banyak anak
tuanya dan lebih memilih untuk berdiam diri yang memanggil- manggil orangtua mereka.

129
Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 3, September 2016

Berdasarkan uraian di atas, dapat menggunakan uji t berpasangan (paired


diketahui bahwa ketakutan pada anak yang sample t- test) dan uji t tidak berpasangan
mengalami hospitalisasi cukup besar dan (independent t-test). Uji t berpasangan untuk
memberikan dampak terhadap proses mengetahui perubahan pre-test dan post-
asuhan keperawatan. Perawat perlu test pada kelompok kontrol dan eksperimen.
mengetahui bagaimana cara menurunkan Uji t tidak berpasangan digunakan untuk
ketakutan pada anak yang dirawat di rumah mengetahui perbedaan hasil dari penurunan
sakit. Penelitian ini bertujuan untuk ketakutan hospitalisasi pada kelompok
menegetahui seberapa besar efektifitas kontrol dan eksperimen.
permainan boneka tangan terhadap
penurunan ketakutan anak hospitalisasi usia HASIL
prasekolah (3-6 tahun) di RSUD Dr. R
Koesma Kabupaten Tuban. Data Demografi Responden
Distribusi data demografi responden
BAHAN DAN METODE pada penelitian ini berdasarkan usia yang
disajikan pada Tabel 1 berikut:
Penelitian ini adalah penelitianquasy-
experimental dengan pendekatan pretest- Tabel 1. Karakteristik responden
post testdesign withcontrol group. Populasi berdasarkan usia
dalam penelitian ini adalah 40 anak berusia Usia (tahun) Jumlah Persentase
3-6 tahun yang dirawat di Rumah Sakit (anak) (%)
3 12 33
Umum Daerah Dr. R Koesma Kabupaten 4 8 22
Tuban. Sampel berjumlah 36 responden 5 2 6
diambil menggunakan metode purposive 6 14 39
sampling yang dibagi kedalam kelompok Total 36 100
eksperimen dan kontrol,sehinggapada setiap
kelompok terdapat 18 anak. Distribusi data demografi responden
Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu berdasarkan jenis kelamin disajikan dalam
anak mengikuti kegiatan permainan boneka Tabel 2 berikut:
tangan dari awal sampai akhir, mendapatkan
persetujuan dari orang tua, anak yang di Tabel 2. Karakteristik responden
hospitalisasi pada hari kedua. berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin Jumlah Persentase
Variabel independen adalah media
(anak) (%)
permainan boneka tangan. Instrumen Perempuan 18 50
penelitian adalah lembar kuisioner yang Laki- Laki 18 50
terdiri dari 19 pertanyaan. Pemberian skor Total 36 100
adalah sebagai berikut, skor 4: selalu
memperlihatkan perilaku ketakutan; skor 3: Distribusi data demografi responden
sering memperlihatkan perilaku ketakutan; berdasarkan lama rawat yang di tampilkan
skor 2: kadang-kadang memperlihatkan pada Tabel 3 berikut:
perilaku ketakutan; dan skor 1: tidak pernah
memperlihatkan perilaku ketakutan. Skor
terakhir dibagi menjadi 3 skor yaitu dengan
skala interval yaitu rendah= 0-25, sedang=
26-50, dan tinggi= 51-76. Data yang
diperoleh selanjutnya dianalisis dengan

130
Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 3, September 2016

Tabel 2. Karakteristik responden


berdasarkan lama rawat
Lama rawat Jumlah Persentase
(hari) (anak) (%)
4 17 47
5 15 41
6 4 11
Total 36 100

Analisis Data Ketakutan Sebelum dan


Sesudah Terapi Permainan Boneka
Tangan Pada Kelompok Kontrol Berdasarkan tabel di atas diketahui
Pada Tabel 3 ditampilkan analisis data bahwanilai rata-rata sebelum terapi 49,11,
ketakutan yang dialami responden kelompok median 50,00. Nilai SD 5,840, nilai minimal
kontrol sebelum dan sesudah terapi. 39, nilai maksimal 62, nilai dengan 95%
convident interval dengan nilai bawah–atas
Tabel 3. Analisis data ketakutan sebelum
dan sesudah terapi pada 46,21–52,02. Nilai rata-rata setelah terapi
kelompok konntrol. 40,56, median 40,00. Nilai SD 3,276, nilai
minimal 36, nilai maksimal 47, nilai dengan
95% convident interval dengan nilai bawah-
atas 38,93- 42,18.

Hasil Uji t Berpasangan pada Kelompok


Kontrol
Pada Tabel 5 berikut ditampilkan hasil
analisis paired t test pada kelompok kontrol.
Berdasarkan tabel diatas diketahui
bahwa nilai rata-rata sebelum terapi 49,06, Tabel 5. Analisis paired t test pada kelompok
median 50,50, nilai SD 9,680, nilai minimal– kontrol
maksimal 31-61, nilai dengan 95% convident
interval dengan nilai bawah–atas 44,24-
53,87. Nilai rata-rata setelah terapi 48,94,
median 48,50. Nilai SD 9,861, nilai minimal
30, nilai maksimal 64, nilai dengan 95%
convident interval dengan nilai bawah-atas
44,04–53,85.

Analisis Data Ketakutan Sebelum dan Berdasarkan tabel diatas diketahui


Sesudah Terapi Permainan Boneka bahwa nilai signifikansi P adalah 0,816
Tangan pada Kelompok Eksperimen dengan p > 0,05 (0,816 > 0,05), maka
Pada Tabel 4 ditampilkan analisis data
disimpulkan tidak ada penurunan ketakutan.
ketakutan yang dialami responden kelompok
eksperimen sebelum dan sesudah terapi.
Hasil Uji t Berpasangan pada Kelompok
Eksperimen
Pada Tabel 6 berikut ditampilkan hasil
analisis paired t test pada kelompok
eksperimen.

131
Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 3, September 2016

Tabel 6. Analisis paired t test pada kelompok responden mengalami ketakutan, dengan
eksperimen nilai rata-rata 49,06. Hasil tersebut
membuktikan bahwa pada hari kedua anak
hospitalisasi, banyak stres yang dialami
sehingga rasa ketakutan anak tinggi.Hal ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya
yangmenyatakan bahwa pada hari kedua
anak dirawat di rumah sakit, salah satu
stressor yang menyebabkan anak
mengalami ketakutan adalah perpisahan
Berdasarkan tabel diatas diketahui
dengan orang tua.12 Anak mudah sekali
bahwa nilai signifikansi p adalah 0,000
menangis ketika masuk rumah sakit,
dengan nilai p < 0,05, jadi ada penurunan
menolak perhatian selain dari orang tua
ketakutan.
mereka. Mereka juga sering menangis ketika
orang tua mereka meninggalkan ruangan
Hasil Independen t Test Skor Ketakutan
dan anak tidak mau beraktivitas.
Post-Test pada Kelompok Kontrol dan
Kelompok Perlakuan Hasil setelah perlakuan menunjukkan
Pada Tabel 7 berikut ditampilkan hasil bahwa seluruh responden tetap mengalami
analisis independen t test pada kelompok ketakutan, dengan rata-rata nilai yang cukup
kontrol dan eksperimen. tinggi yaitu 48,94. Dibandingkan dengan
hasil sebelum perlakuan, hasil setelah
Tabel 7. Analisis independen t test skor perlakuan tetap menunjukkan skor ketakutan
ketakutan post-test pada kelompok anak tinggi. Hasil tersebut menunjukkan
kontrol dan kelompok perlakuan tidak adanya perubahan skor ketakutan yang
dialami responden pada hari keempat anak
dirawat. Hal ini sesuai dengan penelitian
Price dan Gwin (2008), yang menyatakan
bahwa rutinitas selama di rumah sakit,
prosedur medis yang dijalani seperti tirah
baring, pemasangan infus dan lain
sebagainya sangat mengganggu kebebasan
dan kemandirian anak yang sedang dalam
Berdasarkan tabel di atas diketahui
taraf perkembangan terutama pada usia
bahwa skor ketakutan pada responden
prasekolah.13
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
Hasil penelitian lain menyatakan bahwa
didapatkan nilai p < 0,000, jadi terdapat
anak yang dirawat di rumah sakit cenderung
pengaruh terapi permainan boneka tangan
merasa mempunyai perasaan yang tidak
terhadap penurunan ketakutan anak
nyaman karena lingkungan rumah sakit yang
hospitalisasi pada usia prasekolah (3-6
tetap sama, yang membuat anak tidak dapat
tahun) di RSUD Dr. Koesma Tuban.
bebas bergerak sesuai keinginannya.14
Selama perawatan di rumah sakit, interaksi
PEMBAHASAN
perawat dengan anak yang biasa dan selalu
sesuai prosedur membuat anak mengalami
Sebelum dan Sesudah Terapi Permainan
Boneka Tangan pada Kelompok Kontrol ketakutan tersendiri.15
Hasil sebelum perlakuan pada kelompok
kontrol menunjukkan bahwa seluruh

132
Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 3, September 2016

Sebelum dan Sesudah Terapi Permainan hospitalisasi usia prasekolah (3- 6 tahun) di
Boneka Tangan pada Kelompok RSUD Dr. R Koesma Kabupaten Tuban.
Eksperimen Pada hasil sesudah perlakuan pada hari
Hasil sebelum perlakuan pada kelompok keempat anak dirawat di rumah sakit, secara
eksperimen menunjukkan bahwa seluruh umum seluruh responden tidak mengalami
responden mengalami ketakutan,dengan penurunan skor ketakutan. Hal ini
rata-rata nilai yang cukup tinggi yaitu 49,11. menunjukkan adaptasi anak yang belum
Hal ini sesuai dengan penelitian Marwita maksimal. Hal ini karena pada saat anak
(2013) yang menyatakan bahwa nilai hasil dirawat dan menjalani berbagai prosedur di
sebelum perlakuan pada kelompok rumah sakit, anak dengan rasa takut yang
perlakuan memiliki nilai ketakutan yang tinggi lebih banyak memperlihatkan perilaku
tinggi.16 negatif seperti menolak prosedur, menjerit
Hasil setelah perlakuan menunjukkan keras, dan menyerang orang lain.17
bahwa hasil rata-rata tersebut menunjukkan Stressor yang dialami anak masih tetap
perubahan tingkat ketakutan yang dialami sama yaitu lingkungan yang asing sehingga
responden apabila dibandingkan dengan membuat anak tidak nyaman, perasaan
sebelum perlakuan. Hasil tersebut berpisah dengan orang tua, komunikasi
membuktikan bahwa hospitalisasi perawat yang monoton membuat anak
merupakan stressor ketakutan tersendiri mengalami ketakutan. Perpisahan dengan
bagi anak. orang tua selama hospitalisasi membuat
Pada kelompok perlakuan secara umum anak pasif saat di rumah sakit, sehingga
semua responden mengalami penurunan anak membutuhkan dukungan yang lebih
skor ketakutan. Pemberian terapi bermain banyak.18 Lingkungan rumah sakit yang
pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang tetap sama atau tidak akrab yang
dihospitalisasi dapat menurunkan ketakutan mengakibatkan anak mengalami ketakutan.
akibat hospitalisasi dan akhirnya menjaga Komunikasi perawat yang kurang interaktif
kondisi psikologis anak tetap baik.3 Bermain membuat anak merasa tidak nyaman
juga digunakan sebagai terapi dalam proses sehingga anak tetap mengalami rasa takut
penyembuhan pasien anak karena diyakini saat di rumah sakit.
mampu menghilangkan berbagai batasan, Selain itu, rumah sakit belum
hambatan dalam diri, dan frustasi, karena mempunyai intervensi yang spesifik untuk
bermain memiliki efek healing menurunkan ketakutan anak. Perawatan
(penyembuhan). rumah sakit yang standar membuat anak
mengalami ketakutan selama dirawat di
Perbedaan Sebelum dan Sesudah rumah sakit.19 Rumah sakit perlu
Perlakuan pada Kelompok Kontrol mempertimbangkan kebutuhan dan
Perbedaan skor ketakutan anak perkembangan anak, dengan
hospitalisasi pada anak usia prasekolah (3- mempersiapkan sarana di unit perawatan
6 tahun) di RSUD Dr. R Koesma Tuban anak. Ketika mengembangkan ruang anak,
pada kelompok kontrol diketahui dari selisih perlu dipertimbangkan memisahkan ruang
rata- rata skor sebelum dan sesudah tindakan, dengan ruang perawatan. Hal ini
perlakuan yaitu 0,11. Hasil uji t berpasangan agar tidak mengganggu dan membuat anak
menunjukkan p = 0,816 (> 0,05). Jadi dapat lain ketakutan, ketika sedang
dinyatakan tidak ada efektifitas terapi dilaksanakannya prosedur. Jadi tindakan
permainan boneka tangan pada kelompok prosedur rumah sakit tidak akan membuat
kontrol dalam menurunkan ketakutan anak

133
Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 3, September 2016

anak merasa takut selama mengalami Efektifitas Terapi Permainan Boneka


perawatan di rumah sakit. Tangan terhadap Penurunan Ketakutan
Kurangnya informasi juga pada Anak Hospitalisasi Usia Prasekolah
mengakibatkan anak tetap mengalami rasa (3-6 tahun)
takut saat di rumah sakit. Faktor kurangnya Efektitas terapi permainan boneka
informasi yang didapat anak dan orang tangan antara kelompok kontrol dan
tuanya ketika menjalani hospitalisasi masih perlakuan terhadap penurunan ketakutan
kurang. Jika anak mendapatkan informasi anak hospitalisasi usia prasekolah di RSUD
yang jelas terlebih dahulu sebelum Dr. Koesma Tuban diketahui dari hasil uji t
mendapat prosedur rumah sakit, pada tidak berpasangan yang menunjukkan nilai
umumnya akan memiliki hasil yang baik.20 p= 0,000 (< 0,05). Ada efektifitas terapi
Sehingga ketakutan anak akan berkurang permainan boneka tangan untuk
selama dan setelah tindakan. menurunkan ketakutan anak hospitalisasi
usia prasekolah (3-6 tahun) di RSUD Dr. R.
Perbedaan Sebelum dan Sesudah Koesma Tuban.
Perlakuan pada Kelompok Perlakuan Dari uji hipotesis diketahui bahwa
Perbedaan skor ketakutan anak terdapat pengaruh terapi permainan boneka
hospitalisasi pada anank usia prasekolah (3- tangan terhadappenurunan skor ketakutan
6 tahun) di RSUD Dr. Koesma Tuban pada anak hospitalisasi karena ada penurunan
kelompok perlakuan diketahui adaperbedaan ketegangan emosional. Hal ini karena
rata-rata selisih skor sebelum dan sesudah selama anak dirawat dan menjalani berbagai
perlakuan pada anak yaitu 8,556. Hasil uji t prosedur di rumah sakit, anak dengan rasa
berpasangan menunjukkan p = 0,000 (> takut yang tinggi lebih banyak
0,05). Jadi dapat dinyatakan ada efektifitas memperlihatkan perilaku negatif seperti
terapi permainan boneka tangan pada menolak prosedur, menjerit keras, dan
kelompok perlakuan terhadap penurunan menyerang orang lain daripada anak yang
ketakutan pada anak hospitalisasi usia memiliki rasa takut rendah.11
prasekolah (3 - 6 tahun) di RSUD Dr. Adanya stimulus dari luar tersebut
Koesma Kabupaten Tuban. merangsang PFC (cortex prefrontal) untuk
Secara umum, seluruh responden menerima rangsangan. PFC ini terletak pada
mengalami penurunan skor ketakutan. lobus frontalis yang mengatur fungsi-fungsi
Namunefektifitas terapi permainan boneka eksekutif seperti pengambilan keputusan,
tangan ini berbeda pada setiap individu. perencanaan, organisasi atau manajemen
Sesuai dengan hasil penelitian dan yang terpenting adalah memproses
Mulyaningrum (2013) bahwa terapi setiap informasi yang masuk melalui panca
permainan boneka tangan mempunyai nilai indera lalu kemudian mempersepsi informasi
terapeutik pada peningkatan komunikasi tersebut. Hasil persepsi dari PFC akan
anak. Boneka tangan juga merupakan media menentukan respon yang akan diberikan
untuk mengekspresikan perasaan yang oleh tubuh. PFC ini biasa diandalkan
mereka alami selama di rumah sakit. Anak sebagai CEO dari otak kita dan bagian
seringkali merasa takut untuk kreatif dalam pikiran kita (inner mind).
mengungkapkan perasaan mereka saat di Amygdala akan memberikan respon sesuai
rumah sakit.11 Penggunaan terapi permainan hasil persepsi dari PFC yang selanjutnya
boneka tangan pada anak bertujuan untuk akan memberikan sinyal ke hipothalamus
mengidentifikasi ketakutan anak tentang apa untuk memberikan respon fisik dan sellular
yang terjadi pada anak tersebut. dalam tubuh.20 Respon fisik dapat berupa

134
Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 3, September 2016

peningkatan detak jantung, peningkatan melakukan terapi permainan boneka tangan


tekanan darah, produksi keringat, ini, anak mengerti tentang situasi yang
penegangan otot, penajaman sensasi, dan sedang dihadapinya.
dilatasi pupil.11
Penggunaan media boneka tangan KESIMPULAN
menolong anak untuk bernalar dan
membentuk konsep tentang segala sesuatu Kesimpulan yang diperoleh dari
yang berhubungan dengan objek, baik penelitian ini yaitu terapi permainan boneka
ukuran, bentuk, berat, maupun manfaatnya. tangan efektif terhadap penurunan ketakutan
Media boneka tangan berupa auditory, anak hospitalisasi pada usia prasekolah (3-6
kinestetik dan visual. Melalui cerita boneka tahun) di RSUD Dr. R. Koesma Kabupaten
tangan yang diberikan kepada anak, akan Tuban.
memberikan pengalaman bagi anak,
memungkinkan anak untuk menganalisis SARAN
cerita boneka tangan, membangkitkan
motivasi anak, serta rasa ingin tau isi cerita Perlu adanya pemberian terapi bermain
boneka tangan. Boneka tangan memberikan pada anak hospitalisasi dengan kegiatan
informasi yang diperoleh anak lebih jelas, bermain boneka tangan dan menjadikannya
boneka tangan membantu anak bagian dari intervensi dalam asuhan
memperjelas suatu masalah yang mereka keperawatan anak di RSUD Dr. R. Koesma
hadapi saat dirawat di rumah sakit.22 Kabupaten Tuban.
Selain itu, perasaan anak juga dapat
diekspresikan melalui boneka tangan. DAFTAR PUSTAKA
Melalui cerita boneka tangan anak mampu
mengungkapkan rasa sakitnya saat 1. Supartini Y. Buku Ajar Konsep Dasar
menjalani prosedur rumah sakit dan Keperawatan Anak.Ester M (Editor).
bertanya apakah tindakan prosedur yang Jakarta: Penerbit EGC. 2004.
dihadapinya tersebut menyakitkan atau 2. MurtutikL dan Wahyuni. Hubungan
tidak.18Terapi permainan boneka tangan Frekuensi Hospitalisasi Anak dengan
mempunyai nilai terapeutik pada Kemampuan Perkembangan Motorik
peningkatan komunikasi anak.11 Kasar pada Anak Prasekolah Penderita
Anak seringkali merasa takut untuk Leukimia di RSUD Dr. Moewardi. Jurnal
mengungkapkan perasaan mereka saat di Ilmu Keperawatan Indonesia. 2013;
rumah sakit. Pengaruh boneka yangan 6(3):2.
dijelaskan oleh Pratiwi (2012) dalam 3. Yusuf M dan SyamsuddinA. Pengaruh
penelitiannya bahwa dengan adanya terapi Terapi Bermain terhadap Kondisi
permainan boneka tangan dapat membantu Psikologis Anak Usia Prasekolah yang
anak untuk menurunkan ketegangan Mengalami Hospitalisasi di Rumah Sakit
emosional anak. Dengan terapi permainan Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda
boneka tangan yang bertahap, respon psikis Aceh. Jurnal Kesehatan Ilmiah
dan fisiologis kecemasan dan ketakutan Nasuwakes. 2013; 6(2):2.
anak akan berkurang sehingga kepercayaan 4. Bastable SB. Perawat sebagai Pendidik.
diri anak akan lebih meningkat dan Widyastuti P(Editor). Jakarta: Penerbit
berkembang dengan optimal.9 Boneka EGC. 2002.
tangan lebih mudah dipahami dan 5. Muttaqin A. Buku Ajar Asuhan
dimengerti oleh anak, sehingga saat anak Keperawatan dengan Gangguan Sistem

135
Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 3, September 2016

Persarafan. Jakarta: Salemba Medika. Interactionswith Nursing Professionals.


Hlm 222. 2008. Rev Latino-Am Enfermagem. 2011;
6. Pravitasari A dan Edi B. Perbedaan 19(6):1429-1436.
Tingkat Kecemasan Pasien Anak Usia 16. Marwita F. Pengaruh Pendidikan
Prasekolah Sebelum dan Sesudah Kesehatan pada Orang tua terhadap
Program Mewarnai.2012;1(1):16-21. Tingkat Kecemasan Orang Tua pada
7. Fung E. Psychosocial Management of Anak yang di Hospitalisasi di RSUD
Fearsof Needles in Children. The Official Dr.Achmad Mochtar Bukit Tinggi. 2013.
Journal of the World Federation of 17. Yoo H, RNaMS, Kim S, Hur HK,dan
Hemophilia. 2009; 15(2):635-636. doi: Kim HS. The Effects of An Animation
10.1111. Distraction Intervention on Pain
8. Pratiwi YS. Penurunan Tingkat Response of Preschool Children During
Kecemasan Anak Rawat Inap dengan Venipuncture.2011; 24:94–100. doi:
Permainan Hospital Story di RSUD :10.1016/j.apnr.2009.03.005
Kraton Pekalongan. Ilmiah Kesehatan. 18. Utami Y. Dampak Hospitalisasi terhadap
2012;5(2). Perkembangan Anak. Jurnal imiah
9. Hidayat AAA. Pengantar Ilmu Widya. 2014;2(2):2.
Kesehatan Anak untuk Pendidikan 19. Hernandez M, Thoma S, Evans A,
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Jesse P, Lian B, TingleC. The Effects of
2008. Medical Play on Reducing Fears, Fears,
10. Fatmawati E, Samiasih, Amin, dan and Procedure Distress in School-Aged
Pawestri. Perawatan Terapi Bermain Children Going to Visit the Doctor. 2011.
oleh Mahasiswa Profesi Ners di Bangsal 20. Gordon JB, Perrin M, Jackson A,
Perawatan Anak RSUP DR.Kariadi Sandstrom A, Sheehan S. Child and
Semarang. 2013;1(3):2. Parental Surveys about Pre-
11. Mulyaningrum DA. Pengaruh Edukasi hospitalization Information Provision.
dengan Boneka Tangan terhadap Child: Care, Health and Development.
Kecemasan Anak yang Menderita 2011; 37(5):727-733. doi:
Kanker di INSKA RSUP Dr. Sardjito 10.1111/j.1365-2214.2010.01190.
Yogyakarta. 2013. 21. Etkin. Emotional Control Circuit of Brain
12. Hooshmand A, Keshavarz F, and Fears Response Discovered. 2006.
BaghadrsariansA. The Impact of Play 22. Sudaniti TW. Peningkatan Keterampilan
Therapy on Developmental Fearsamong Bercerita Siswa Kelas VIIB SMP Negeri
Preschoolers. International Research 1 Prambanan Sleman dengan
Journal of Applied and Basic Sciences. Menggunakan Media Boneka
2013; 4(7):1740-1745. Tangan.Yogyakarta:Universitas Negeri
13. Price Dl dan Gwin JF. Pediatric Nursing Yogyakarta. 2011.
an Intoductory Text.10th edition. 23. Yusuf M dan Syamsuddin A. Pengaruh
Philadelphia: Saunders-Elseiver. 2008. Terapi Bermain terhadap Kondisi
14. Westwood N. The Health-Care Psikologis Anak Usia Prasekolah yang
Environment Through the Eyes of A Mengalami Hospitalisasi di Rumah Sakit
Child--Does It Soothe or Provoke Fears Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda
?. 2012; 18(1):7-11. doi: 10.1111/j.1440- Aceh. Jurnal Kesehatan Ilmiah
172X.2011.01995. Nasuwakes. 2013; 6(2):2.
15. Lucia A dan Juan LC. The Experience of
Hospitalized Children Regarding Their

136

Anda mungkin juga menyukai