RSM-970S
Oleh : Daverius Ma'arang
a. Coorporate
Jenis Radar ini adalah SSR, dimana akan memancarkan RF-Energi dalm format Interogation
Signal menuju Target, kemudian Target tersebut akan menangkapnya lalu memancarkan
jawaban berupa RF-Energy dalam format Repply Signal
b. Non-Coorporate
Jenis Radar ini adalah PSR, dimana akan memancarkan RF-Energi dalam format Interogation
Signal menuju Target, lalu Target tersebut akan merefleksikan (memantulkan ) kembali
Interogation Signal tersebut menuju G/S.
1. Antena (AS-909)
Antena ini berjenis Directional Rotating Array Antena yang berfungsi untuk mentransmisikan
RF Energi dalam format Interogation Pulse dan menerima RF Energi dalam format Repply Pulse
Ada 2 jenis informasi yang dihasilkan oleh MMXc setelah mendapatkan Azimuth Incremen dari
Encoder, yaitu :
ACP Adalah informasi yang menyatakan jumlah increment yang telah dihasilkan oleh putaran
Ant Radar, dimana untuk 1 kali putaran 3600 akan menghasilkan 16.384 increment
− Fungsi Encoder adalah untuk mendapatkan / menentukan Azimuth (θ) dan posisi Target
a. Transmitter
b. Receiver
Pada bagaian Rx akan menerima Σ dan , Δ, dan Ω dari Antena untuk diteruskan menuju sub-
modul MDR ( Mode-S Digital Receiver )
− Fungsi MDR adalah menurunkan Freq 1090 Mhz menjadi 10 Mhz ( Video Signal )
a. Mode – S message
PHASE SHIFTER : Sebuah komponen yang biasanya diletakan pada TLA ( Transmission Line
), yang berfungsi untuk menggeser Phase sehingga menghasilkan perubahan Electrical Length
pada TLA
CONTROL SIGNAL :
Excitter bertugas membangkitkan RF Carrier 1030 Mhz yang akan dipakai oleh Interrogation
Signal sebagai Freq Pembawa
PULSE GENERATOR
Bertugas membangkitkan Pulse – Pulse yang dikenal dengan MODE untuk di modulasikan
dengan RF Carrier 1030 Mhz. MODE yang akan dibangkitkan adalah :
− Mode – 1
− Mode - 2
− Mode – 3/A
− Mode – B
− Mode – C
− Mode - S
MODULATOR
Bertugas memodulasikan RF Carrier Signal ( Freq Carrier ) dengan Pulse – pulse yang berupa
Mode
DRIVER AMPLIFIER
FINAL AMPLIFIER
Bertugas malakukan penguatan terhadap modulated Signal sebelum Interrogation Signal tersebut
dipancarkan oleh Antena via RF – Unit
Transmitter mode-S mempunyai fungsi sbb :
1. Melakukan modulasi BPSK terhadap informasi SSR dan Mode-s yang diberikan oleh
sub-modul MMXc
2. Melakukan amplifikasi ( penguatan ) terhadap signal Σ dan signal Ω sebelum
diteruskan menuju ke Rotating Joint Antena (JTA)
3. MDRP – 1 dan 2
SYSTEM RECEIVER
MIXER
Bertugas melakukan pencampuaran antara Repply Signal dan Local Oscillator Signal untuk
menghasilkan keluaran berupa IF-Signal sebesar 60 Mhz
IF – AMPLIFIER
Bertugas menguatakan IF-Signal sebelum diteruskan menuju Extractor
LOCAL OSCILATTOR
EXTRACTOR
b. MXXC – 1 dan 2
− Akan memproses Increment yang berasal dari Rotating Joint untuk menghasilkan ACP dan
ARP yang akan digunakan untuk menentukan Azimuth dan Posisi Target.
a. Mode-S message
1. DPC-PC
Fungsi DPC-PC yang secara fisik berbentuk Ethernet LAN adalah untuk menghasilkan :
a. Mode-S Track
b. Repply SSR
2. Switch – 1 dan 2
Berfungsi sebagai device untuk melakukan komunikasi antara Chanel-1 dan Chanel-2, sehingga
dapat menciptakan fungsi Redudancy.
3. Switch SUP
4. NTPS -1 dan 2
− Berfungsi untuk memberikan Reference Time yang akan digunakn dalam proses Time
Stamping pada Sistem Multi Radar Tracking.
5. pLINE
Bertugas meng-convert data dalam format Mode-S dan format Repply SSR menjadi data dalam
format Asterix Cat.34/48
E. Switch Video
1. LTM (DRU)
2. STM
3. DACF
− PLOT adalah Report Posisi dari sebuah a/c yang dikirimkan menuju Radar G/S
− TRACK adalah Rentetan Report Posisi dari sebuah a/c yang dikirimkan menuju Radar G/S,
yang kadang kala berkorelasi dan dihaluskan oleh software ( Tracking Algorithm )
− Stby Channel selalu dalam posisi Hot Stand By, sehingga MDR dan STX selalu melakukan
Internal Test Target dengan menggunakan software yang disebut TTG (Test Target Generator)
− Tools yang digunakan untuk maintenance supervisor Operasional dan Teknis adalah :
− LTM ( Local Technical Maintenance ) / DRU ( Data Re-Grouping Unit ) akan mendapat in-
put dari SW-SUP yang merupakan output data dari DPC-PC-1 dan DPC-PC-2.
− STM ( Supervisor Technical Maintenance ) akan mendapatkan input Data dari LTM via
Ethernet LAN
− CBP ( Cabinet Parameter ) adalah sebuah software yang digunakan untuk melihat parameter
MSSR RMS 970 S
IBIS berfungsi untuk memproses input yang berupa RAW Video dan berasal dari SW-SUP dan
SW Video
CBP adalah berupa sebuah Software yang di install pada LTM dengan fungsi untuk
mengumpulkan informasi dari Radar. Contoh : menentukan Mode Integration.
A. INTERROGATION ( MODE )
SIF Mode merupakan Interogation Mode :1, 2, 3/A, dan C , Dimana SIF Interogation ini
berisikan :
SIF Interrogation terdiri dari P1, P2, dan P3 ; Dimana P1 dan P3 akan dipancarkan oleh SUM
Antena Beam dan P2 akan dipancarkan oleh OMEGA Antena Beam.
Interval Time antara P1 dan P3 berfungsi untuk menetukan jenis Mode yang sedang
dioperasikan, sedangkan P2 merupakan Side Lobe Suppressor.
Transponder a/c akan menerima dan mengevaluasi Ratio Power (perbandingan Level Amplitude)
antara P1, P2, dan P3, sehingga didapatkan hasil :
- Bila Level Amplitude P1 dan P3 lebih besar terhadap P2, maka posisi a/c berada di Main
Antena Beam, sehingga akan memancarkan Repply ( Code ) yang sesuai dengan Mode yang
sebelumnya diterima.
- Bila Level Amplitude P2 lebih besar terhadap P1 dan P3, maka posisi a/c tidak berada di
Main Antena Beam, sehingga tidak akan memancarkan Repply ( Code )
MODE – A
MODE – C
B. REPPLY ( CODE )
Contoh :
OCTAL : 1614
II. TEORI INTERMODE
Format Intermode merupakan hasil turunan dari format SIF Mode ( Mode : A dan C ), namun
yang membedakannya hanya pada penambahan P4 yang akan dipancarkan setelah P3 ( Pulse
Spacing P3 – P4 = 2 μs ).
P4 dapat dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan Pulse Width ( PW ) yang sedang digunakannya,
yaitu :
Pulse Width ( PW ) dan Pulse Spacing ( PS ) untuk P1, P2, dan P3 sama dengan yang ada di
Mode – A ( pada SIF Mode ), sedangkan untuk PW P4 = 0.8 μs ( short )
Pulse Width ( PW ) dan Pulse Spacing ( PS ) untuk P1, P2, dan P3 sama dengan yang ada di
Mode – C ( pada SIF Mode ), sedangkan untuk PW P4 = 0.8 μs ( short )
Pulse Width ( PW ) dan Pulse Spacing ( PS ) untuk P1, P2, dan P3 sama dengan yang ada di
Mode – A ( pada SIF Mode ), sedangkan untuk PW P4 = 1.6 μs ( long )
4. Mode – C/S ALL CALL
Pulse Width ( PW ) dan Pulse Spacing ( PS ) untuk P1, P2, dan P3 sama dengan yang ada di
Mode – C ( pada SIF Mode ), sedangkan untuk PW P4 = 1.6 μs ( long )
III.TEORI MODE – S
Mode – S dapat dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan Time Periode yang digunakan, yaitu :
ALL CALL Time Periode akan dimanfaatkan oleh Transponder G/S untuk mengirimkan
Interrogation signal ( mode ) secara BROADCAST kepada Transponder a/c; Dimana
Interogation yang dikirimkan adalah berupa : Mode 3/A, Mode – C, dan Mode – S.
Tujuan akhir untuk dari ALL CALL Time Periode adalah mendeteksi adanya TARGET yang
mengirimkan Repply signal ( Code ) yang sesuai dengan Intterogation signal ( Mode ) yang
sebelumnya telah diterima oleh Target tersebut
2. ROLL CALL
ROLL CALL time Periode akan dimanfaatkan oleh Transpopnder G/S untuk berkomunikasi
dengan Transponder a/c yang sudah mempunyai kemampuan MODE-S ( Transponder a/c
berfungsi sebagai Mode – S Target ).
Tujuan akhir dari ROLL CALL Time Periode adalah Transponder G/S dapat berkomunikasi
dengan menggunakan :
- Mode - S Surveillance Protocol ( Komunikasi antara Transponder G/S dan Transponder a/c
)
- Mode – S Data Link Protocol [ Komunikasi antara Transponder G/S dan ATC ( Automasi )
sistem ]
Bagaimana estimasi posisi TARGET dapat diketahui pada Mode-S sistem adalah dengan
mengetahui TRACK.
FORMAT DATA MODE – S
Format Data Mode – S dibedakan menjadi 2 ( dua ) berdasarkan jenis Modulasi yang
digunakan, yaitu :
Format Data Intterogation Mode – S berisikan : P1, P2, dan P6; dengan penjabaran sbb :
- P6 akan terpancar setelah P1 dan P2 terlebih dahulu yang dipancarkan. Fungsi dari P1 dan
P2 adalah untuk men-suppres ( menekan ) Repply signal yang merupakan jawaban untuk Mode
3/a dan Mode- C, sehingga Synchronous Garble dapat dihindari.
- SYNC PHASE REVERSAL pada P6 adalah merupakan sebuah TIME MARK yang akan
berfungsi sebagai Tanda dimulainya proses DE-MODULASI terhadap deretan CHIP ( PW
CHIP = 0.25 μs )
- Deretan CHIP akan di mulai pada CHIP – 1 setelah 0.5 μs dari SYNC PHASE REVERSAL
dan diakhiri pada CHIP – ke n ( CHIP paling akhir ) sebelum Trailing edge P6.
- Time Interval 0.5 μs antara CHIP paling akhir dan Trialing edge P6 dinamakan sebagai
GUARD INTERVAL.
- Isi dari P6 adalah deretan CHIP, dimana didalam setiap CHIP ini ada informasi yang di
modulasikan dengan menggunakan jenis modulasi DPSK ( Diffrential Phase Shift Keying)
Format Data Standard Interogation yang digunakan pada Mode – S adalah :
Format Data Repply Mode – S yang dikirimkan oleh Transponder a/c kepada Transponser G/S
adalah seperti gambar dibawah ini
Format Data Repply Mode – S dapat dibagi menjadi 2 (dua ), yaitu :
Berisikan 4 PULSE dengan PS ( Pulse Spacing ) dan PW ( Pulse width ) yang selalu tetap ( fixed
)
Bagian ini berisikan informasi dan panjang Data block ini dapat dibedakan maenjadi 2 jenis
berdasarkan panjang informasi yang ada didalamnya, yaitu :
COVERAGE
Coverage akan bertambah step by step pada saat MSSR baru dihidupkan dengan asumsi :
1. Inicial Accusition
2. Operasional Coverage
SWITCH OVER
Terdapat 3 (tiga) jenis Switch Over, yaitu :
Maintenance State :
- Bila Chn-1 sedang ON, maka dapat dilaksanakan maintenance state pada Chn-1 atau Chn-2
- Bila sedang melaksanakan maintenance state maka Automatic Switch Over dimatikan
DATA EQUIPMENT
Format modulasi BPSK di hasilkan oleh MMx sebelum diteruskan menuju STx, dan proses
modulasi sendiri terjadi di STx