Anda di halaman 1dari 19

BIMBINGAN DAN KONSELING KARIER

“ TEKNIK – TEKNIK KONSELING KARIER”

Oleh :
Kelompok – 3
Selly Anggraini P. 13010014027
Wisnu Kusuma 13010014028
Aris Ainur R. 13010014029
Yunita Prahesti 13010014030
Duwi Vebiana 13010014031
Arif Rofaul Ali 13010014032
Putri Permata Sari Laili 13010014033
Eva Dwi Jayanti 13010014048
BK 2013B

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

PRODI BIMBINGAN DAN KOSELING

2015
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT semata, yang
telah melimpahkan karuniaNya dan hidayahNya sehingga terselesaikannya
makalah ini.
Makalah ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi tugas kelompok
Bimbingan dan Konseling Karier semester IV, dengan judul: “Tekhnik – Tekhnik
Konseling Karier”. Adapun isi dari makalah ini kami buat berdasarkan data yang
diperoleh dari buku dan sumber internet.
Kami menyadari bahwa terselesaianya penulisan makalah ini tidak lepas dari
bantuan beberapa pihak, baik berupa bimbingan, dukungan, material, maupun
spiritual. Dengan selesainya makalah ini kami berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada semua pihak yang sedang mempelajari tentang
makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pembaca
dan tim penilai khususnya sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.

Surabaya, 25 April 2015

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii


A. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ..................................................................................... 2
1.3 Manfaat ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Konseling Karier ........................................................................ 3


2.2 Teknik-Teknik Konseling Karir ................................................................ 4

2.2.1. Pendekatan Trait and Factor............................................................ 5

2.2.2 Pendekatan Berpusat Pada Konseli (Client-Centered) .................... 6

2.2.3 Pendekatan Konseling Karir Psikodinamik .................................... 9

2.2.4. Pendekatan Perkembangan (Developmental) .................................. 10

2.2.5. Pendekatan Behavioral .................................................................... 11

2.2.6. Pendekatan Komprehensif ............................................................. 15

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan ................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 22
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Konseling Karier


Terdapat konvergensi dalam definisi konseling karir, sebuah
proses yang mungkin diawali dengan penerimaan gagasan Super (1980)
yang berhubungan dengan sifat interaktif peranan kehidupan. Pada tahun
1991, Linda Brooks dan saya (Brown dan Brooks, 1991) mendefinisikan
konseling karir sebagai sebuah proses yang bertujuan untuk memberikan
fasilitas pada perkembangan karir dan mungkin melibatkan pemilihan,
pemasukan, penyesuaian, atau kemajuan dalam sebuah karir. Kita
mendefinisikan permasalahan karir sebagai keragu-raguan yang
berkembang karena terlau sedikitnya informasi, keragu-raguan yang
tumbuh karena kebimbangan pilihan; ketidakpuasan pada performa
pekerjaan; ketak sejenisan antara orang dan peranannya dalam perkerjaan;
dan ketak sesuaian antara peranan dan peranan kehidupan lain, seperti
keluarga atau waktu luang. The National Career Development Association
(NCDA, 1997) menerapkan sebuah definisi yang sama namun lebih
sederhana. Organisasi ini mendefinisikan konseling karir sebagai sebuah
‘proses membantu seseorang dalam perkembangan sebuah kehidupan karir
dengan sebuah focus pada definisi peranan pekerja dan bagaimana peranan
tersebut berinteraksi dengan peranan kehidupan yang lainnya’ (hal.2).
Sebagian besar isinya, definisi ini merefleksikan posisi yang diambil oleh
Gysber, Heppner, dan Johnston (2003); Admunson (2003); dan para ahli
teori postmodern lainnya yang mungkin mengambil permasalahan dengan
gagasan yang lengkap dalam definisi karena mereka terlihat menganggap
bahwa terdapat batasan yang muncul diantara dan ditengah-tengah peranan
kehidupan, sebuah anggapan yang akan menjadi tidak konsisten dengan
pandangan perspektif holistic mereka.
Tugas ini termasuk mengidentifikasi permasalahan yang
disajikan; menyusun hubungan konseling; mengembangkan sebuah ikatan
konselor-klien; mengumpukan informasi mengenai klien, termasuk
informasi personal dan pengendalian kontekstual; pengaturan tujuan;
seleksi intervensi; pengambilan tindakan; dan evaluasi hasil. Seperti yang
akan ditunjukan nanti, model konseling multikultural digarisbesarkan pada
bab ini menerima sebagian besar gagasan yang berhubungan dengan
struktur konseling karir ini dengan perubahan kecil.

2.2. Teknik-Teknik Konseling Karir

A. Pendekatan Konseling Karir Trait And Factor

Pendekatan ini memiliki latar belakang sejarah pada bidang


psikologi yang difokuskan pada identifikasi dan pengukuran perbedaan
individu dalam tingkah laku manusia. Teori ini merupakan satu dari
keseluruhan orientasi dalam proses psikologi vokasional untuk
menggambarkan dan menjelaskan pembuatan keputusan karir berdasarkan
kesesuaian individu dengan pekerjaan. Terbentuk dari tiga asumsi atau
prinsip :

1. Berdasarkan karakteristik khusus psikologisnya setiap pekerja


disesuaikan setepat mungkin pada suatu jenis pekerjaan yang
khusus.
2. Kelompok pekerja yang berbeda pekerjaan mempunyai
karakteristik psikologi yang berbeda.
3. Berbagai penyesuaian kerja langsung dengan perjanjiannya antara
karakteristik pekerja dengan tuntutan kerja.

Model

Model pendekatan konseling karir ini lebih menekankan pada tiga


hal : a) individu, b) pekerjaan, c) hubungan antar keduanya, sehingga
Parson dianggap sebagai pelopor yang menggabungkan pengalaman-
pengalaman pada perkembangan psikometrik dan okupasionologi yang
terbaru. Yang dibuat dalam tes Minnesota yaitu minat, keterampilan
manual, persepsi ruang dan lainnya. Secara filosofis, teori konseling karir
trait and factor telah mempunyai komitmen kuat terhadap keunikan
individu. Secara psikologis nilai ini bermanfaat dalam waktu yang lama
untuk prinsip psikologi differensial. Sebagai konsekuensi, terdapat dua
implikasi signifikan untuk model ini. Pertama hal ini sangat bersifat
teoritis daripada pemasukan proporsi perbedaan individu. Kedua, analisa
dan atomistic yang berorientasi ini memberikan contoh yang disebut
psikograf dimana profil konseling lebih skematis.

Metode

Metode yang digunakan dalam pendekatan ini sebagai refleksi dari


pendekatan rasionalistik dan kognitif. Teknik-teknik yang digunakan
adalah wawancara, prosedur interpretasi tes dan menggunakan informasi
pekerjaan yang selanjutnya akan disusun untuk membantu menyelesaikan
masalah konseli dan membantu membuat keputusan karir. Konselor tidak
hanya melakukan pengumpulan data dengan sembarangan saja tetapi juga
harus melakukan teknik-teknik tertentu seperti wawancara yang harus
sesuai dengan petunjuk yang ada. Dalam hal ini konselor bias memahami
perasaan, emosi dan sikap klien.

Materi

Untuk menggambarkan model dan metode konseling karir trait dan


factor dengan materi kasus actual. Seorang perwakilan konseli dari
Universitas konseling telah dipilih. Seorang pria berusia 18 tahun, Mark S.
melakukan tiga wawancara setiap minggunya. Seperti dalam kaitan dengan
konseling jabatan, Mc. Daniel (dalam Munandir, 1996) langkah-langkah
yang dilewati dalam proses konseling pilihan pekerjaan yakni : (a) langkah
awal, (b) testing dan penafsiran, (c) mempelajari infomasi pekerjaan, (d)
menyempitkan bidang pekerjaan yang dikaji, (e) meninjau kemajuan, dan
(f) penempatan dan tindak lanjut. Dari enam langkah tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut :

 Dalam langkah awal, konselor membina hubungan baik dengan klien


dengan tujuan agar klien merasa enak dan bebas. Konselor menstruktur
situasi konseling dengan tujuan agar jelas bagi klien apa yang
memegang peranan besar dalam penyelesaian masalah.
 Langkah testing dan penafsiran bias berlangsung dalam beberapa kali
pertemuan wawancara. Tes yang umum diberikan adalah untuk
mengukur minat, kemampuan akademik umum, dan bakat.
 Dalam langkah mempelajari informasi kerja, klien dibantu
memperoleh pemahaman tentang sejumlah pekerjaan yang
mengandung kemungkinan dengan mempertimbangkan kemampuan
bakat dan minat.
 Langkah keempat membantu klien mengaitkan kualifikasi dengan
pilihan pekerjaan dan bertujuan menyempitkan bidang pekerjaan,
menyusun rencana program sesuai dengan pilihan pekerjaan, bagi
siswa ini berarti pemilihan program pengajaran dan mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler.

Di latar sekolah, peninjauan atas kemajuan siswa dilakukan pada


akhir tahun pelajaran. Setelah peninjauan atas kemajuan yang telah dicapai
kemudian dibuat rencana vokasional yang lebih pasti, rencana yang
sebelumnya masih bersifat tentatif.

Langkah-langkah dalam rangka penempatan siswa, dilakukan


ketika ia duduk di kelas tertinggi SMA, apakah penempatan di dunia kerja
atau ke perguruan tinggi.

B. Pendekatan konseling karir berpusat pada klien

Pendekatan ini merupakan pertentangan terhadap pendekatan trait


and factor. Teori client centered memposisikan the self tidak hanya
sebagai konsep mengorganisasi yang dibatasi oleh karakteristik-
karakteristik pribadi sebagai “aku”, tetapi juga sebagai kekuatan motivasi
utama terhadap aktualisasi potensi-potensi diri seseorang, Rogers (dalam
Suherman, 2011).

Dalam pembuatan keputusan karir, konseli seringkali menghadapi


permasalhan seputar ketidaksesuaian antara diri dengan informasi atau
pengalaman kerja yang dimilikinya. Konseling karir client centered
membantu konseli dalam menghadapi permasalahan tersebut. Konselor
bersama-sama dengan konseli, mencoba mencari dan mengatasi
ketidaksesuaian antara diri dan pengalaman konseli dengan dunia kerja.
Konseli berusaha mengembangkan konsep diri dan pengalamannya
terhadap dunia kerja sehingga terbentuk kongruensi diantara keduanya.

Model

Melakukan diagnosis yang memfokuskan pada permasalahan


dalam pembuatan keputusan, yakni : (a) ketidakmatangan, yaitu
kekurangan informasi atau pengalaman kerja, (b) maladjustment, yaitu
penolakan atau distorsi. Dengan memperhatikan proses dalam konseling
karir client centered menurut Patterson dan dihubungkan dengan teori
Rogers (dalam Suherman, 2011) sebagai berikut :

 Tahap pertama, terdapat suatu sikap dalam mengkomunikasikan diri


konseli.
 Tahap kedua, ekspresi berlangsung secara mengalir dalam rangkan
menanggapi namun tidak berdasarkan pada diri, melainkan masalah
dating dari lingkungan luar yang datang ke dalam diri konseli.
 Tahap ketiga, perasaan rileks namun hanya sedikit perhatian pada isi
pembicaraan.
 Tahap keempat, perasaan adalah ikatan dalam diri individu. Kesulitan
masih ada dalam diri individu saat mengekspresikannya.
 Tahap kelima, perasaan dieskpresikan secara bebas dalam tahap ini.
 Tahap keenam, self sebagai objek menghilang.
 Tahap ketujuh, self konseli menjadi subjek yang lebih sederhana dan
mencerminkan kesadaran dan pengalamannya.

Diharapkan hasil dari konseling karir client centered dapat dibatasi


dalam istilah-istilah tertentu yang diterima selama proses interaksi
konselor dengan konseli.
Metode

(a) Teknik wawancara, konseling karir client centered akan membuat


respon-respon selama wawancara. Tujuannya untuk memperkaya
pengalaman konseli yang berhubungan dengan penafsiran konsep diri
dalam peranannya dengan pekerjaan. Snyder (dalam Suherman, 2011)
mengembangkan system klasifikasi wawancara untuk konseling karir
client centered dengan mambatasi kategori dalam merespom dan
memberikan gambaran untuk konselor dalam menentukan yang lebih
banyak digunakan dan bagaimana menggunakannya.

(b) Interpretasi tes, untuk mencapai client centered ini dengan


menggunakan tes, telah diajukan beberapa prosedur inovatif, yaitu pertama
tes dilakukan atas keinginan dan permintaan dari klien. Kedua, konseli
berpartisipasi dalam proses pemilihan tes. Disini konselor menggambarkan
jenis-jenis informasi yang akan diperoleh dari berbagai tes yang tersediam
dan konseli menentukan kebiasaan mana yang ingin dia nilai. Ketiga,
setelah tes dilakukan dan diskor, konselor melaporkan hasil tes kepada
konseli secara objektif dan tidak dalam bentuk memvonis, serta
memberikan respon terhadap reaksi yang muncul.

(c) Informasi pekerjaan, dalam informasi pekerjaan terdapat empat prinsip,


hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Patterson (dalam Suherman, 2011)
yakni : pertama, informasi pekerjaan dimasukan dalam proses konseling
jika diketahui ada kebutuhan ajan hal itu dari sisi konseli. Kedua,
informasi pekerjaan tidak digunakan untuk mempengaruhi atau
memanipulasi konseli. Ketiga, cara paling objektif dalam memberkan
informasi pekerjaan dan cara yang memaksimalkan inisiatif dan
tanggungjawab konseli adalah dengan mendorong konseli untuk
memperoleh informasi dari sumber aslinya, misalnya dari penerbit,
pekerja. Keempat, sikap dan perasaan konseli terhadap pekerjaan boleh
diungkapkan dan ditangani secara terapeutik.
Materi

Ketika konselor berasumsi bahwa perilaku meraih informasi yang


diperlukan untuk mengumpulkan sejarah kasus baik konselo tidak dapat
menahan perasaan bahwa tanggungjawab pemecahan masalahnya diambil
alih oleh konselor. Informasi yang mencukupi mengenal diri dan dunia
kerja mungkin secara sederhana tidak tersedia untuk konseli, tanpa
pertimbangan apakah dia telah mengasimilasikannya secara akurat.
Kurangnya keseuaian sebagai implementasi self concept dalam peran
pekerjaan, mungkindalam pertama menjadi fungsi kurangnya informasi.
Keputusan diagnosis yang mendahului bahkan dalam konseling karir client
centered akan tampak atau menjadi masalah konseli merupakan penekanan
dari : (1) kurangnya informasi atau (2) distorsi informasi (pengalaman).

Hasil konseling karir client centered dapat dibatasi dalam istilah-


istilah tertentu yang diterima selama proses interaksi konselor dengan
konseli. Patterson dan Grummon (dalam Suherman, 2011) mentakan
bahwa tujuan awal konseling client centered adalah perkembangan konseli
dalam proses dengan menimbang tujuan akhir yaitu mewujudkan
aktulisasi diri.

C. Pendekatan Konseling Karir Psikodinamik

Merupakan suatu pendekatan yang dilakukan konselor untuk


membantu konseli dalam pemilihan dan pembuatan keputusan karir
dengan menggunakan metode penyembuhan yang lebih bersifat psikologis
atau psikis daripada dengan cara-cara fisik. Konseli mengalami
ketergantungan-ketergantungan terhadap orang lain sehingga menjadikan
orang lain itu sebagai perantara kebutuhan konseli. Selain itu, hal lain yang
membuat konseli mengalami kesulitan adalah konflik diri atau
pertentangan dari diri konseli antara konsep diri yang ia pegang sebagai
tuntunan hidup dengan harapan untuk masa depan, sehingga menimbulkan
kecemasan pada konseli dan berimbas pada kemantapan dalam memilih
dan memutuskan karir yang akan diambil untuk masa depannya.
Konseling karir psikodinamik berguna untuk membantu
menyesuaikan dan menyeimbangkan aspek-aspek dorongan dan kebutuhan
dalam diri konseli dengan tuntutan dan kebutuhan dunia kerja. Maka dari
itu dalam hal ini peran konselor adalah membantu dalam pemilihan dan
pembuatan keputusan karir yang dapat dilakukan dengan pendekatan
psikodinamik. Peran konselor diantaranya adalah memberikan masukan-
masukan kepada konseli dan lebih bersifat klinis.

Pandangan psikodinamik mengungkap bahwa pemilihan karir


adalah salah satu dari sekian banyak keputusan penting yang harus dibuat
seseorang didalam hidupnya. Individu yang memiliki pola piker maju,
diperkirakan mampu mengidentifikasi factor-faktor pemilihan profesi yang
mengarah kepada pembuatan keputusan pemilihan profesi sehingga ia
mampu mengembangkan semua sumber daya yang dimilikinya guna
mengimplementasikan keputusan tersebut, sehingga ia mampu bekerja
sama secara efektif.

Karakteristik konseli yang ditangani oleh psikodinamik


menggambarkan seseorang yang mempunyai masalah antara dinamika
kepribadian dengan pembuatan keputusan karir.

D. Pendekatan Konseling Karir Perkembangan

Konseling karir perkembangan menekankan pada hubungan


kematangan karir seseorang dengan masalah pembuatan keputusan suatu
tindakan yang disampaikan konseli dalam konseling karir.

Konseling karir perkembangan berada pada jajaran karir


perkembangan secara umum, dari permasalahan sederhana sampai pada
permasalahan yang kompleks. Komunikasi dan hubungan merupakan dua
bentuk perkembangan karir pada umumnya. Perkembangan karir terjalin
dengan berbagai segi perkembangan, seperti personal dan social, sehingga
intervensi dalam perkembangan karir konseli dapat memiliki pengaruh
pada proses perkembangan keluarganya begitupun sebaliknya. Jadi,
pendekatan perkembangan memberikan dimensi waktu pada konseling
karir dan kemungkinan seluruh perubahan dalam perilaku termasuk
vokasional, personal atau social yang dapat terjadi sepanjang dimensi
waktu.

E. Pendekatan Konseling Karir Behavioral

Model

Lebih tepatnya menggunakan beberapa model dalam pendekatan


behavioral dibandingkan dengan penggunaan satu model tertentu.
Goodstein (1972) melihat hal tersebut, walaupun model-model tersebut
sama yaitu dalam lingkup psikologi belajar eksperimental, tetapi dalam
konseling behavioral ini terdapat dua orientasi yang berbeda. pertama
yaitu fokus tidak langsung melalui aspek mediasi bahasa dan yang kedua
adalah konsentrasi langsung pada konsekuensi sebuah respon dari pemberi
sebuah penghargaan atau hukuman yang diberikan.

Meskipun Goodstein membuat konstribusi yang tak ternilai dalam


menganalisis dan mendiagnosis ketidakmampuan membuat
keputusan (indecision) dan ketidakyakinan(indecisive) konseli dalam hal
karir, tetapi dia tidak memberikan teori umum pilihan karir dari
pendekatan konseling karir behavioral.

Krumboltz dan baker mengungkapkan langkah konseling karir


behavioral yaitu; a) pendefinisi masalah dan tujuan konseli; b) kesepakatan
bersama agar tujuan konseling dapat dicapai; c) alternatif pemecahan
masalah secara umum; d) mengumpulkan informasi tentang alternatif
masalah; e) mempertimbangkan konsekuensi dari alternatif pemecahan
masalah; f) peninjauan kembali tujuan, alternatif pemecahan masalah, dan
konsekuensi; g) pembuatan keputusan atau pilihan sementara dari
kemungkinan alternatif yang didasarkan pada perkembangan serta
kesempatan yang baru; h) generalisasi proses pengambilan keputusan
dalam masalah baru lainnya.
Diagnosis

Menurut Krumbolts dan Thoresen mengklasifikasikan beberapa


permasalahan yang dihadapi oleh konseli secara umum meliputi tujuh
bagian yaitu sebagai berikut :

1. Permasalahan ada pada perilaku individu.


2. Permasalahan ada diperasaan yang diungkapkan oleh konseli.
3. Ketidakjelasan atau ketidaktahuan tujuan karir.
4. Keinginan yang tidak tersalurkan.
5. Konseli tidak mengetahui bahwa perilakunya merupakan
ketidakpastian.
6. Konflik dalam memilih
7. Ketertarikan pribadi terhadap sebuah karir bukan berdasarkan
identifikasi potensi diri atau masalahnya.

Proses

Menurut Shoben 1949 mengatakan ada dua tahapan dalam proses


konseling karir yaitu Tahap pertama, konselor berusaha menghilangkan
kecemasan, kebimbangan yang berhubungan dengan pengambilan
keputusan. Kedua, setelah konseli terbebas dari kecemasan, pembelajaran
(pemahaman) bisa terjadi dan membantu menstimulasi untuk mempelajari
pilihan-pilihan karir. dan proses konseling konseling karir sebagai
kesimpulan utama dari teori behavioral (Goodstein, 1972) mengemukakan
dua tahapan yaitu counterconditioning dan instrumen learning.

Hasil

Menurut Krumboltz (1966, pp. 154-155) tujuan konseling harus


memenuhi tiga kriteria, yaitu :

1. Tujuan konseling harus mampu merumuskan untuk tiap konseli secara


individu.
2. Tujuan konseling untuk tiap konseli harus cocok dengan konselor,
walaupun tidak harus identik dengan nilai yang dimiliki oleh konselor.
3. Derajat tujuan konseling harus dapat dicapai oleh setiap konseli agar
dapat diobservasi

Metode

Metode dari pelaksanaan konseling karir behavioral yaitu secara


pragmatis. Beberapa metode dalam pendekatan ini adalah teknik
wawancara,interprestasi tes dan informasi pekerjaan.

Teknik wawancara

Goodstein (1972) menetapkan tiga prosedur yang dapat digunakan


dalam orientasi psikoterapi behavioral yang juga dapat diterapkan dalam
konseling karir.

Adaptasi atau desentisasi (adaptation or desentisization

Mengkondisikan inhibisi atau inhibisi internal (inhibitory


conditioning or internal inhibition).

Counterconditioning.

Interpretasi tes

Gambaran penggunaan tes dalam konseling karir, sedikit banyak


diperluas yang salah satunya dengan teori. Konseling
karir behavioral memberikan solusi alternatif dalam pengambilan
keputusan kepurusan karir dengan maksud agar konseli memberikan
tanggapan atas item-item yang didiskusikan tentang beberapa alternatif
pekerjaan, skor dari hasil dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh
konselor.

Informaasi pekeerjaan

Dibutuhkan kreativitas dan imajinatif dalam memberikan informasi


pekerjaan terutama konselor. Krumboltz dan rekannya menetapkan secara
sistematik dalam pemecahan masalah pekerjaan.
Suatu masalah harus realistik dan mewakili jenis masalah pekerjaan.

95% dari target populasi (siswa SMU) harusnya tidak mengalami


kesulitan dalam mengatasi masalah.

Masalah harus dipertimbangkan berdasarkan ketertarikan terbanyak pada target


populasi.

75% dari target harus bisa memahami alat dan pemecahan masalah.

Suatu masalah harus dapat melengkapi dan mengatur diri individu.

Materi

Diagnosis

Sebagai contoh Jim binggung dalam menentukan 3 pilihan, dia mengalami


kecemasan yang tinggi dan untuk mereduksi kecemasannya ia minum minuman
keras secara berlebihan untuk sementara ia merasa lebih baik tetapi dengan segera
ia menjadi alkoholik kemudian Jim membuat kontrak jangka pendek dengan
konselor untuk tidak minum-minum lagi. Untuk mendiagnosisnya konselor
menggunakan kuesioner tentang kecemasan Spielberger Trait and
State dan Career Maturity Inventory. Jim memiliki kecemasan yang tinggi
berkaitan dengan respektivitas dan konsekuensi kecemasan dalam analisis
kebimbangan.

Proses

Pemberian diagnosis dalam ketidakmampuan mengambil keputusan, konselor


melakukan konseling karir yang dicobakan kepada Jim untuk mengkondisikan
kecemasannya dalam membuat keputusan. Akibatnya, konselor memilih
pengkondisian kecemasan dengan cara istirahat. Dengan bekerjasama, Jim dapat
membangun keadaan untuk mengatasi kecemasannya dalam sebuah keputusan
dan juga mengajar Jim dalam relaksasi

Hasil
Hasil konseling karir terbukti dari proses tersebut. Pertama, dengan segera ia
dapat menentukan beberapa pilihan,Kedua, membuat keinginan yang dahulu
untuk menggabungkan dengan membuat keputusan,Ketiga, umpan balik yang
didapatkannya mengindikasikan bahwa kemungkinan untuk mengatasi
kecemasan.

F. Pendekatan konseling karir komprehensif

Model

Dalam merusmuskan model konseling kakrir konprehendif, konsep dan prinsip


pokok yang digunakan tidak hanya bersumber dari pendekatan karir utama, tetapi
juga bersumber dari sisitem umum konseling dan psikoterapi.Model disini yaitu
Diagnosis,Proses dan Hasil.

Diagnosis

Proses diagnosinya adalah sebagai berikut :

Diagnostik diffrensial yang bersumber dari teori konseling karir TF

Diagnosis dinamik dilakukan untuk mengetahui asal usul munculnya masalah

Menggunakan Career Maturity Inventory

Proses

Dalam tahap ini persiapan awal dalam konseling karir komprehensif adalah
diagnosis, tahap kemudian adalah menggunakan mengklarifikasi dan
menspesifikasi masalah, dan yang terakhir dari tahap konseling karir
komprehensif adalah menggolongkan masalah secara mudah.

Hasil

Hasil dari konseling karir adalah penyesuaian yang tepat bagi permasalahan
konseli, sedangkan dua hasil lain yang diharapkan dari konseling karir adalah :

Tercapainya kemampuan konseli untuk membuat keputusan yang tepat baik


Menghasikan konseli yang kesesuainya menjadi lebih baik dalam fungsi
kehidupan lain di samping dalam pekerjaanya.

Metode

Sama dengan pendekatan-pendekatan sebelumnya dalam pendekatan ini metode-


metode yang digunakan adalah teknik wawancara,interprestasi tes, informasi
pekerjaan.

Teknik Wawancara

Dalam Teknik wawancara disini meliputi beberapa tahapan yaitu mulai dari tahap
eksplorasi latar belakang masalah kemudian tahap yang selanjutnya adalah
pembatasan masalah dan tahap terakhir tahap pemecahan masalah.

Interprestasi Tes

Konsep utama dari pendekatan tes inidapat memprediksi karir dimasa depan agar
sesuai dan membuat konseli berfikir rasional untuk memilih karir. Hal yang
khusus saat membuat keputusan diagnosis yang benar, ketika konseli dan konselor
secara sistematis menaganalis masalah apapun dapat diidentifikasi dan membuat
pilihan.

Informasi Pekerjaan

Adanya proses/prinsip utama dalam memberikan informasi pekerjaan pada


konseli.Pertama, konselor bisa memadukan menggunakan informasi dengan
konseling karir,Kedua, konseli dapatdibentuk dan dikuatkan oleh konselor
denagn menyimplkan informasi dalam dalam maupun luar konseli,Ketiga, sistem
informasi dapat menggunakan informasi canggih (komputerisasi) yang kan
bermanfaat bagi peningkatan konseling karir.

Materi

Materi yang sering digunakan dalam motode konseling karir komprehensif adalah
kegiatan wawancara antara konselor dan konseli, termasuk kegiatan yang ada di
dalamnya adanya interaksi dan tes, yang dimulai dari perkenalan data pribadi dari
inisial sampai ke pertnyaan berikutnya.

Diagnosis

Konseli diharapkan dapat belajar untuk mengambil keputusannya sendiri


berdasarkan latar belakang permasalahan yang dihadapinya sehingga keputusan
yang diambil dapat dipertanggungjawabkan pada masa sekarang dan yang akan
datang.

Proses

Ada bebrapa tahap dalam proses konseling karir komprehensif, yaitu sebagai
berikut : a) Eksplorasi Masalah Awal (screening dan wawancara awal; b)
Klarifikasi masalah dan Identifikasi orang terkait; c) Pembicaraan alternatif karir
yang sesuai

Hasil

Hasil dari contoh tersebut dalam konseling adalah sebagai berikut :

Meskipun tidak mencapai keputusan karir yang pasti, setidaknya konseli


mempelajari banyak hal yang menyebabkan ia sulit untuk menentukan pilhan
karirnya

Konseli mulai mengetahui identitas dirinya dengan lebih baik dan mampu
mengkumunikasikan tentang konsep dirinya pada konselor.

Konseli lebih terarah dan lebih beradaptasi dalam proses konseling karir, tidak
hanya dalam penentuan karir tetapi lebih percaya diri untuk menjalani kehidupan
selara keseuruhan
BAB III

PENUTUP

Munandir. 1996. Program Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta : Dikti

Suherman, U. 2011. Bimbingan dan Konseling Karir. Bandung : Pascasarjana


Universitas Pendidikan Indonesia

Muharramsyah, train. 2012. Pendekatan Konseling Karir Behavioral dan


Pendekatan Konseling Karir Komprehensif (online),
(http://trianmuharramsyah.blogspot.com/2012/12/pendekatan-konseling-
karir-behavioral.html)

Winkel, W.S dan M.M. Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi

Anda mungkin juga menyukai