KEPERAWATAN KRITIS
Kasus I
Disusun Oleh:
Kurniawan 21116065
Indah Permata Sari 21116071
Rohma Oktariana 21116083
Lailatu Ulya 21116091
Dewi 21116095
Amanah Utami 21116099
Nandita Eka Putri 21116103
Vadila Zulfa 21116112
Ny. H berusia 38 tahun masuk ke ruang ICU dengan diagnosa post SC dan miomektomi
hr-2, PEB, Susp.pneumonia, post RJP. Saat pasien masuk ICU diantar dokter anestesi dan
perawat dengan terpasang ETT, respirasi dibantu dengan resusitator bag (bagging), RR 12
x/menit, oksigen 12 lt/menit. Pemeriksaan fisik dilakukan kesadaran pasien somnolen, GCS
E3M5T, pupil isokor diameter 2 mm, RC (Reflek Cahaya) +/+, motorik atas +/+ bawah +/+.
Pasien terpasang ventilator mekanik, mode standar SIMV 12, VT 360 ml, PEEP 5 cmH2O,
FiO2 100%. 15 menit kemudian diperiksa AGD FiO2 diturunkan 80%. Suara nafas pasien
terdengar slem, saat dilakukan suction volume sedang, warna putih, encer. Auskultasi ronkhi
basah +/+. HR 120 x/menit, BP 110/60 mmHg, MAP 76 mmHg, nadi kuat, akral hangat.
terpasang kateter, produksi urin 200 cc dalam 4jam terakhir, kuning jernih, terpasang NGT,
udema atas +/+, bawah +/+. Pasien mendapatkan Cefotaxim 1gr/12 jam, Tranexamid acid 500
mg/8 jam, Antipiretik infuse 1gr/8jam, Fentanyl 20 mikro/jam, Midazolam 3 mg iv, Infus
cairan RL sesuai HD (Hemodiamika). Foto thoraks menunjukan adanya efusi pleura bilateral,
ploropneumonia paru kanan, kardiomegali, ETT setinggi VT 3-4. Hasil AGD pH: 7,356;
PCO2: 55,7; PO2: 135; HCO3: 29,5; Be: 5,5; dan SaO2: 100,7
TAHAPAN TUTORIAL
Efusi pleura bilateral ( Amanah ) kondisi yang di tandai oleh penumpukan cairan di
antara dua lapiran pleura (Wijaya,2001)( Dewi )
Fentanyl (Dewi) Obat bius dan pereda nyeri (Ilmu sediaan obat).(
Lailatul )
3. Pneumonia dalah suatu penyakit peradangan pada paru yang timbul karena infasi dari
beberapa pathogen dan salah satu penyebab yang paling banyak yaitu bakteri
sehingga bias menyebabkan gangguan fungsi organ pernafasan seperti kesulitan untuk
bernafas karena kekurangan oksigen (WHO 2014)
4. Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif atau negative
yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas pasien sehingga mampu
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu lama. Alat
bantu napas mekanik berperan sebagai alat pengganti fungsi pompa dada yang
mengalami kelelahan atau kegagalan. Tujuan pemasangan ventilator mekanik adalah
untuk mempertahankan ventilasi alveolar secara optimal dalam rangka memenuhi
kebutuhan metabolik, memperbaiki hipoksemia, dan memaksimalkan transport
oksigen.
Referensi : Dewantari, Luh Pradnya, dkk. 2017. Aplikasi Alat Bantu Dasar Mekanik.
Bagian Anestesiologi Dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Rsup
Sanglah Denpasar
5. Penyebab utama penyakit ini belum diketahui secara pasti. Meskipn demikian,
kemungkinan untuk memiliki mioma ureter dapat meningkat apabila ditemukan
riwayat keluarga yang menderita mioma uteri, wanita dengan tingkat kesuburan yang
rendah dan pada wanita yang belum pernah melahirkan
Referensi : A.M Setyana Mega. Optinisme Kesembuhan Paa Penderita Mioma Uteri.
Vol.13 no april 2014. Fakultas psikologi Universitas Dipnogoro
7. Pembesaran jantung terjadi salah satu faktornya adalah karena jantung yang
memompa lebih keras sehingga menyebabkan kerusakan otot jantung. Jantung
memompa lebih keras dikarenakan pasokan darah yang berisikan O2 maupun CO2
berkurang. Pneumonia merupakan penyakit peradangan pada paru-paru akibat adanya
infeksi. Peradangan ini menyebabkan kurang efektifnya paru-paru menyaring udara
untuk dialirkan ke darah. Sehingga darah dengan kandungan O2 dan CO2 yang
dikirim dari paru-paru kejantung tidak maksimal.
Referensi : Digiulio, Mary dkk. 2007. Keperawatan medical bedah. Yogjakarta:
Rapha publishing
8. Ronchi Basah di sebabkan oleh secret didalam alveoli atau bronkiolus. Pada kasus
pasien mengalami pneumonia yang menyebabkan efusi pleura dimana kondisi paru-
paru mengalami penumpukan cairan. Ronchi kering adalah suatu bunyi tambahan
yang terdengar kontinyu terutama waktu ekspirasi disertai adanya mucus/ secret pada
bronkus. Ada yang high pitch (menciut) minsalnya pada asma dam low pitch oleh
karena secret yang meningkat pada bronkus yang besar yang dapat juga terdengar
waktu inspirasi. Sedangkan ronchi basah adalah bunyi tambahan yang terdengar tidak
kontinyu pada waktu inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar, disebabkan
oleh secret didalam alveoli atau bronkeolus.
Referensi : Digiulio, Mary dkk. 2007. Keperawatan medical bedah. Yogjakarta:
Rapha publishing
9. Sebagai suatu keadaan dimana terjadi perpindahan cairan dari vascular peru ke
interstisial dan alveoli paru. Pada edema paru terdapat penumpukan serosa atau
serosanguonosa secara berlebihan di dalam ruang interstisial dan alveoli paru. Edema
paru terjadi bila cairan yang difiltrasi oleh dinding mikrovaskuler lebih banyak dari
pada yang bisa dikeluarkan yang berakibat alveoli penuh terisi cairan sehingga tidak
memungkinkan terjadinya pertukaran gas.
Referensi : Rampengan, Starry H,.2014.Edema Paru Kardiogenik Akut.Jurnal
Biomedik(JBM),Volume 6,Nomor 3,November 2014,hlm. 149-156.Manado
V. Defining Learning Objectives (LO) / MerumuskanTujuanPembelajaran
A. Konsep ARDS (Acute Respiratory Distress syndrome)
1. Pengertian
Acute Respiratory Distress syndrome (ARDS) adalah satu bentuk dari respiratory
failure. Pada ARDS ini yang dititik-beratkan adalah kurangnya Pa02 didalam darah oleh karena
faktor difusi didalam membrane alveoli. Kelaianan difusi ini oleh karena terhadapnya oedema
paru. Secara klinik setiap odema paru dihubungkan dengan kegagalan dari ventrikel kiri. Akan
tetapi pada ARDS oedema paru ini tidak mempunyai korelasi dengan kegagalan ventrikel kiri
oleh karena itu disebut long oedema non cardiogenic. (Tabrani, 1989)
Istilah ARDS sering pula disebut denga shock paru oleh karena didapat pada 1/3
penderita shock dengan trauma yang berat. Walaupun difinisi ARDS ini masih bersifat
kontrovensil akan tetapi ARDS dapat disimpulkan sebagai kegagalan paru yang
dimanefestasikan dengan hypoxemi dimana terdapat oedema paru yang primer. Disampin
oedema terjadi pula atelektatis karena paru kehilangan surfactant dan dapat pula terjadi
shunting yakni hubungan arteri yang langsung ke venule tanpa melalui alveoli. Dapat pula
terjadi fibrosis yang mengikuti oedema paru dan keseluruhannya memperberat hipoxemi yang
terjadi. Perubahan pada fungsi paru dapat dilihat sebagai berikut :
a. Perubahan difusi gas pada membrane difusi. Karena affinitas difusi CO2 lebih tinggi
dari O2 maka hipoxemi lebih dominan dari hipercapnoe.
Gambaran lain dari ARDS adalah yakni berkurangnya complaince paru yang berarti
dibutuhkan ventilasi yang lebih besar untuk mempertahankan faal paru. Hal ini disebabkan
oleh bertambahnya tegangan permukaan disebabkan oleh berkurangnya surfactant. Bila
complaince ini makin lama makin berkurang akan terjadi atelektatis.
ARDS merupakan suatu bentuk dari gagal napas akut yang ditandai dengan
hipoksemia, penurunan compliance paru, dispnea, edema pulmonal bilateral tanpa gagal
jantung dengan infiltrat yang menyebar. Dikenal juga dengan nama noncardiogenic pulmonary
edema, shock pulmonary, dan lain-lain. Walaupun awalnya disebut dengan “sindrom gawat
napas dewasa (adult)” istilah “akut” sekarang lebih dianjurkan karena keadaan ini tidak terbatas
pada orang dewasa. (Irman Somantri, 2009)
2. Etiologi
3. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis ARDS bervariasi bergantung pada penyebab. Pada permulaan dan
beberapa jam setelah cedera, klien mungkin bebas dari berbagai tanda dan gejala gangguan
pernapasan. Tanda awal yang sering terlihat adalah peningkatan frekuensi pernapasan yang
segera diikuti dengan dispnea.
Pengukuran ABGs awal akan memperlihatkan penekanan PO2 meskipun PCO2
menurun, sehingga perbedaan oksigen alveolar-arteri meningkat. Pada stadium dini pemberian
oksigen dengan masker atau dengan kanula akan membuat koreksi yang bermakna pada
peningkatan PO2 arteri. Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan suara napas ronchi basah yang
halus saat inspirasi meskipun tidak begitu jelas. (Irman Somantri, 2009)
Sindrom dawat pernapasan akut terjadi dalam waktu 24-28 jam setelah kelainan dasar.
Mula-mula penderita akan merasakan sesak napas, biasanya berupa pernapasan yang cepat dan
dangkal. Karena rendahnya kadar oksigen dalam darah, kulit terliat pucat atau biru (sianosis),
dan organ lainnya seperti jantung dan otak akan mengalami kelainan fungsi.
Hilangnya oksigen karena sindroma ini dapat menyebabkan komplikasi dari organ lain segera
setelah sindroma terjadi atau beberapa hari/minggu kemudian bila keadaan penderita tidak
membaik. Kehilangan oksigen yang berlangsung lama bisa menyebabkan komplikasi serius
seperti gagal ginjal. Tanpa pengobatan yang tepat, 90% kasus berakhir dengan kematian. Bila
pengobatan diberikan sesuai, 50% penderita akan selamat. Karena penderita kurang mampu
melawan infeksi, mereka biasanya menderita pneumonia bacterial dalam perjalanan
penyakitnya.
Tekanan darah rendah atau syok (tekanan darah rendah disertai oleh kegagalan organ
lain)
Penderita sering kali tidak mampu mngeluhkan gejalanya karena tampak sangat sakit.
4. Patofisiologi
ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar kapiler yang
mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel alveolar dan perubahan dalam
jaring- jaring kapiler, terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat
kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-paru. ARDS
menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan, yang mengarah pada kolaps alveolar.
Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru-paru menjadi kaku akibatnya adalah
penurunan karakteristik dalam kapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia
(Brunner & Suddart 616).
5. Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan adalah mengatasi masalah yang mengancam kehidupan dan
harus segera dilakukan. Penatalaksanaan yang bisa diberikan adalah sebagai berikut.
a. Terapi Oksigen
Oksigen adalah obat dengan sifat terapeutik penting dan secara potensial
mempunyai efek samping toksik. Klien tanpa dasar penyakit paru tampak
toleran dengan oksigen 100% selama 24-72 jam tanpa abnormalitas fisiologis
penting.
b. Ventilasi Mekanik
e. Titrasi Cairan
f. Terapi Farmakologi
h. Pencegahan Infeksi
i. Dukungan Nutrisi
Foto rontgen dada (Chest X-Ray): tidak terlihat jelas pada stadium awal atau
dapat juga terlihat adanya bayangan infiltrate yang terletak di tengah region
perihilar paru. Pada stadium lanjut terlihat penyebaran di interstisial secara
bilateral dan infiltrat alveolar, menjadi rata dan dapat mencakup keseluruh lobus
paru. Tidak terjadi pembesaran pada jantung.
Tes fungsi paru (Pulmonary Fuction Test): Compliance paru dan volume paru
menurun, terutama FRC, peningkatan dead space dihasilkan oleh pada area
terjadinya vasokonstriksi dan mirkroemboli timbul.
B. Ventilator Mekanik
1. Pengertian
Ventilasi mekanik adalah upaya bantuan napas dengan alat bantu napas mekanik
atau ventilator sebagai alat pengganti fungsi pompa dada yang mengalami kelelahan
atau kegagalan. Ventilasi mekanik digunakan untuk membantu atau menggantikan
napas spontan. Ventilasi mekanik ini diaplikasikan dengan alat khusus yang dapat
mendukung fungsi ventilasi dan memperbaiki oksigenasi melalui penggunaan gas
dengan konten tinggi oksigen dan tekanan positif.
Ventilator mekanik juga sebagai pengganti fungsi pompa dada, namun lebih luas
lagi yaitu mengatasi gangguan ventilasi-perfusi paru, sehingga dengan demikian alat
bantu napas ini disepakati sebagai alat penyelamat kehidupan pasien kritis yang
memerlukan terapi intensif. Tujuan utama tunjangan ventilasi mekanik adalah untuk
menjamin ventilasi-oksigenasi yang adekuat, mengurangi kerja napas, dan
memperbaiki gangguan pertukaran oksigen di alveoli.
Fungsi ventilator umumnya antara lain, mengembangkan paru selama inspirasi,
dapat mengatur waktu dari inspirasi ke ekspirasi, mencegah paru untuk menguncup
sewaktu ekspirasi, serta dapat mengatur waktu dari fase ekspirasi ke fase inspirasi.
Semua ventilator mekanik canggih dilengkapi oleh monitor pengukur tekanan
(pressure gauge), pembatas tekanan untuk mencegah paru dari barotrauma (pressure
limiting device), pengaman (alarm) tekanan tinggi dan rendah, serta pengatur volum
paru (spirometer).
Dimana O2 rendah dengan CO2 normal/ rendah. Pada umumnya terjadi pada V:Q
matching yang buruk (area paru dengan ventilasi yang buruk namun tetap terperfusi),
contohnya pada pneumonia, edema pulmonum atau ARDS, atau emboli paru.
Gagal napas hipoksemia ditandai dengan SaO2 arteri <90%, meskipun fraksi oksigen
inspirasi > 0.6. Tujuan dari pemasangan ventilasi mekanik pada kondisi ini yaitu
untuk menyediakan saturasi oksigen yang adekuat melalui kombinasi oksigen
tambahan dan pola ventilasi tertentu sehingga meningkatkan ventilasi-perfusi dan
mengurangi intrapulmonary shunt.
VD : VT >0,6 0,3
3. Pemantauan
Pasien dengan ventilasi mekanik membutuhkan pemantauan terus menerus
terhadap efek hemodinamik yang tidak diinginkan dan efek merugikan pada paru
akibat tekanan positif di saluran udara. Elektrokardiografi rutin, pulse oksimetri,
dan monitoring tekanan intraarterial langsung sangat berguna. Yang terakhir ini
juga memungkinkan pengambilan sampel darah arteri untuk analisis gas darah.
Catatan- asupan cairan masuk dan keluar diperlukan untuk menilai keseimbangan
cairan secara akurat. Kateter urin sangat membantu. pemantauan vena sentral dan/
atau tekanan arteri pulmonalis diindikasikan pada hemodinamik pasien stabil dan
mereka yang dengan output urin yang rendah. Foto polos dada setiap hari umumnya
dilakukan untuk menilai TT dan posisi lini tengah, mencari bukti barotrauma paru,
membantu mengevaluasi keseimbangan cairan, dan memantau perkembangan
penyakit paru.
Tekanan udara saluran napas (baseline, puncak, dan rerata), VT yang dihirup dan
dihembuskan (mekanik dan spontan), dan konsentrasi fraksi oksigen harus
dimonitor. Pemantauan parameter ini tidak hanya memungkinkan penyesuaian
optimal dari setting ventilator tapi membantu mendeteksi masalah dengan TT,
sirkuit bernapas, dan ventilator. Pengisapan/suction periodik sekresi jalan napas
yang tidak adekuat dan adanya gumpalan sekret yang besar pada klinis tampak
sebagai peningkatan tekanan puncak inflasi dan penurunan VT yang dihembuskan.
Selain itu, peningkatan mendadak tekanan puncak inflasi bersama- sama dengan
hipotensi tiba-tiba kemungkinan terjadi pneumotoraks.
Menurut Department of Health 2011, terdapat beberapa cara dalam mencegah VAP
yang disebut VAP bundle yang terdiri atas 6 elemen:
1) Elevasi kepala tempat tidur: yaitu dengan cara menaikkan kepala tempat tidur
hingga 30-45°.
2) Penilaian level sedasi: sedasi dikurangi untuk dilakukan penilaian minimal tiap
hari sekali, kecuali pasien sadar dan merasa nyaman,
3) Kebersihan oral: mulut dibersihkan dengan Chlorhexidine Gluconate (≥1- 2%
gel or liquid) tiap 6 jam. Gigi dibersihkan dengan pasta gigi standar tiap 12
jam.
4) Aspirasi subglotis: tracheal tube (endotracheal atau tracheostomy) dengan
drainase sekresi subglotis digunakan bila pasien direncanakan pemasangan
intubasi >72 jam. Sekresi diaspirasi melalui sekresi subglotis tiap 1-2 jam.
5) Tekanan cuff tracheal tube: tekanan cuff diukur tiap 4 jam, dijaga antara 20-
30 cmH2O dan dicatat pada grafik ICU.
6) Profilaksis stress ulcer: digunakan hanya untuk pasien dengan resiko tinggi
berdasarkan pedoman lokal.
2. Atelektasis
Penyulit ini terjadi karena sumbatan sputum dalam waktu cukup lama dan
imobilisasi dalam waktu yang lama. Untuk mencegah kejadian ini perlu dilakukan
mobilisasi, fisioterapi dada, drainase postural, dan penghisapan sputum. Apabila
belum berhasil bisa dihisap dengan bantuan bronkoskop lewat pipa endotrakeal atau
trakeostomi.
3. Barotrauma
Barotrauma terjadi ketika tekanan tinggi (>50 cmH2O) terlalu mengembang
dan mengganggu jaringan paru-paru. Secara klinis, dicirikan dengan interstitial
emphysema, pneumomediastinum, subcutaneous emphysema, atau pneumotoraks.
Interstitial emphysema, pneumomediastinum, subcutaneous emphysema dapat
diperbaiki dengan mengurangi tekanan udara. Sedangkan pneumotoraks yang
signifikan, yang diindikasikan dengan hipoksemia, penurunan komplians paru dan
gangguan hemodinamik, memerlukan tube thoracostomy.
4. Hipotensi
Hipotensi terjadi akibat peningkatan tekanan intratoraks dengan penurunan
venous return yang hampir selalu responsif terhadap penurunan volume intravaskular.
Pada pasien yang terdiagnosis hipotensi atau kegagalan respirasi akibat edema
alveolar, monitoring hemodinamik dengan kateter arteri pulmonal dapat berperan
penting dalam delivery O2 melalui manipulasi volume intravaskular serta level FIo
dan PEEP.
5. Efek pada gastrointestinal
Efek pada gastrointestinal akibat ventilasi bertekanan positif antara lain stress
ulceration dan kolestasis mild hingga moderate. Pada umumnya, pasien dengan
ventilasi mekanik diberikan profilaksis H2-receptor antagonist atau sucralfate untuk
mencegah stress-related ulcer. Kolestasis ringan disebabkan oleh efek meningkatnya
tekanan intratoraks terhadap tekanan vena portal, dan pada umumnya bersifat self-
limited.
Implikasi Klinik:
Implikasi Klinik:
a. Penurunan nilai PaCO2 dapat terjadi pada hipoksia, anxiety/ nervousness dan
emboli paru. Nilai kurang dari 20 mmHg perlu mendapatkan perhatiaan khusus.
b. Peningkatan nilai PaCO2 dapat terjadi pada gangguan paru atau penurunan fungsi
pusat pernafasan. Nilai PaCO2 > 60 mmHg perlu mendapat perhatian khusus.
c. Umumnya peningkatan PaCO2 dapat terjadi pada hipoventilasi sedangkan
penurunan nilai menunjukkan hiperventilasi.
d. Biasanya penurunan 1 mEq HCO3 akan menurunkan tekanan PaCO2 sebesar 1.3
mmHg.
3. Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Oksigen, (PaO2).
PaO2 adalah ukuran tekanan parsial yang dihasilkan oleh sejumlah oksigen
yang terlarut dalam plasma. Nilai ini menunjukkan kemampuan paru-paru dalam
menyediakan oksigen bagi darah.
Nilai Normal (suhu kamar, tergantung umur): 75 - 100 mmHg
SI : 10 - 13.3 kPa
Implikasi Klinik:
a. Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada penyakit paru obstruksi kronik, PPOK,
penyakit obstruksi paru, anemia, hipoventilasi akibat gangguan fisik atau
neoromuskular dan gangguan fungsi jantung. Nilai PaO2 kurang dari 40 mmHg
perlu mendapatkan perhatian khusus.
b. Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran O2 oleh
alat bantu, contohnya nasal prongs, alat ventilasi mekanik hiperventilasi dan
polisitemia, peningkatan sel darah merah dan daya angkut oksigen.
4. Interpretasi Hasil Saturasi Oksigen, (SaO2).
Jumlah oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis sebagai persentasi total
oksigen yang terikat pada hemoglobin.
Nilai Normal : 95 - 99 % O2
Implikasi Klinik:
a. Peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada muntah yang parah, emfisema, dan
aldosteronisme
b. Penurunan kadar CO2 dapat terjadi pada gagal ginjal akut, diabetik asidosis dan
hiperventilasi
c. Peningkatan dan penurunan dapat terjadi pada penggunaan nitrofurantoin.
D. Rencana Keperawatan
Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
Suara nafas 2 5
tambahan
Akumulasi 3 5
sputum
Keterangan :
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
Kemampuan
untuk
berbicara
ketika
melakuakan
aktifitas fisik
2 4
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
Ketidakefektifan Lebel : perfusi jaringan perifer. Lebel :perawatan sirkulasi
perfusi jaringan insufisiensi arteri.
perifer b.d kurang Setelah dilakukan tindakan
pengetahuan tentang keperawatan diharapkan pasien Aktivitas-aktivitas:
proses penyakit d.d lebih membaik dengan indicator
1. lakukan pemeriksaan fisik
edema, penurunan Indicator Awal Target system kardiovaskuler
nadi perifer. atau penilaian yang
Bruit du 2 5 komperhensif pada
ujung kaki sirkulasi perifer misalnya
dan tangan memeriksa denyut nadi
perifer, edema, waktu
Edema 2 5 pengisian kapiler,warna
dan suhu
perifer
2. dukung pasien untuk
Mati rasa 2 5 melakukan kegiantan
olahraga walaupun pasien
Kelemahan 3 5 tidak suka
3. instruksikan pada pasien
otot
mengenai perawatan kaki
yang tepat
4. intruksikan pasien
Keterangan : mengenai faktor-faktor
yang mengganggu
1. berat sirkulasi darah mislnya
2. cukup berat merokok,pakaian ketat
3. sedang terlalu lama didalam suhu
4. ringan dingin dan
5. tidak ada menyilangkan kaki
5. monitor jumlah cairan
yang masuk dan yang
keluar
Defisit Perawatan Label : perawatan diri Label : Bantuan Perawatan Diri :
diri b.d hambatan Eliminasi
mobilitas d.d ketidak
mampuan hygiene Setelah dilakukan intervensi selama
eliminasi secara 3x 24 jam diharapkan masalah Aktivitas-aktivitas :
komplet defisit perawatan diri pada pasien
terpenuhi dengan indikator : 1. Lepaskan baju yang
diperlukan sehingga bisa
melakukan eliminasi
Skala :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
Aliran darah
melalui
pembuluh
darah ginjal.
2 4
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
A.M Setyana Mega. Optinisme Kesembuhan Paa Penderita Mioma Uteri. Vol.13 no april
2014. Fakultas psikologi Universitas Dipnogoro
Ayuningtyas, Dumilah, dkk. 2018. Etika Kesehatan pada Persalinan Melalui Sectio Caesarea
Tanpa Indikasi Medis. JURNAL MKMI, Vol. 14 No. 1, Maret 2018
Dewantari, Luh Pradnya, dkk. 2017. Aplikasi Alat Bantu Dasar Mekanik. Bagian Anestesiologi
Dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Rsup Sanglah Denpasar
Digiulio, Mary dkk. 2007. Keperawatan medical bedah. Yogjakarta: Rapha publishing
Jonathan A, Fergusson ND. Clinical review: Acute respiratory distress syndrome – clinical
ventilator management and adjunct therapy. Critical Care 2013, 17:225
Rampengan, Starry H,.2014.Edema Paru Kardiogenik Akut.Jurnal Biomedik(JBM),Volume
6,Nomor 3,November 2014,hlm. 149-156.Manado
Setiyawan, S. Dwi Sulisetyawati. 2018. Hubungan Tekanan Cuff Endotracheal Tube (Ett)
Dengan Saturasi Oksigen Pada Pasien Terpasang Ventilasi Mekanik. Jurnal
Keperawatan Volume 10 No 3, Hal 196 - 200, Desember 2018
Viana W, Nawawi M. 2017. Ventilasi Mekanik. Bagian Anestesiologi dan Reanimasi . Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran.
IV. Inventory and Analyz the problems (Menginventarisasi dan menganalisis permasalahan
& membuat problem three / pathway)
Edema
Cairan dan protein
mukosa
masuk ke alveolar
Hipersekresi
Cairan masuk ke
interstitial
↓ reflek
batuk
Bersihan
Terjadi kerusakan
Jalan Nafas
sel epitel
Tak Efektif
pneumosif tipe II
(surfaktan)
Atelektasis paru
Fase fibrosis
ARDS
Pertukaran O2 dan
CO2 terganggu
Hiperventilasi
Hipoksemia
Mekanisme
↓ saturasi O2 ↓ kesadaran kompensasi
metabolisme
anaerob
Defisit
Gangguan Perawatan
perfusi jaringan Diri ↓ pembentukan
perifer
ATP
Energi ke
otot ↓
Kelemahan
Intolerasi
Aktivitas