Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinea Kapitis


2.1.1 Definisi

Tinea kapitis (ringworm of the scalp) adalah kelainan pada kulit dan
rambut kepala yang disebabkan oleh spesies dermatofita.Kelainan ini dapat
ditandai dengan lesi bersisik, kemerah‑merahan, alopesia dan kadang terjadi
gambaran klinis yang lebih berat, yang disebut kerion.Tinea kapitis adalah
kelainan pada kulit pada anak yang berumur 3-12 tahun.Tinea kapitis berlaku
disebabkan oleh spesies Microsporum dan Trichophyton.

2.1.2 Etiologi

Dermatofit ektorik biasanya menginfeksi pada perifolikuler stratum


korneum, menyebar ke seluruh dan ke dalam batang rambut dari bagian medial
sampai bagian distal rambut sebelum turun ke folikel untuk menembus folikel
rambut dan diangkat keatas pada permukaannya.Dan biasanya disebabkan spesies
dermatofita golongan Trichophyton dan Microsporum.

Organism yang berhubungan dengan tinea kapitis:-


• Meradang - M.audouinii, M.canis, M.gypseum, M.nanum,
T.mentagrophytes, T.scholeinii, T.tonsurans, T.verrucosum
• Tidak meradang - M.audouinii, M.canis, M.ferrugineum, T.tonsurans
• Black dot - T.tonsurans, T.violaceum
• Favus- M.gypseum, T.schonleinii, T.violaceum

Spesies tersering yang menyebabkan tinea kapitis tipe meradang dan tipe
tidak meradang adalah M.audouinii.T.tonsurans menjadi penyebab utama
terjadinya tinea kapitis tipe black dot dan M.gypseum menyebabkan terjadinya
tinea favus.

Universitas Sumatera Utara


2.1.3 Manifestasi Klinis

Di dalam klinik tinea kapitis dapat di lihat sebagai 4 bentuk yang jelas
(RIPPON, 1970 dan CONANT dkk, 1971).

2.1.3.1 Grey patch ringworm


Grey patch ringworm merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan
oleh genus.Microsporum dan sering ditemukan pada anak – anak. Penyakit mulai
dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut.Papul ini melebar dan
membentuk bercak yang menjadi pucat dan bersisik.Keluhan penderita adalah
rasa gatal.Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi.Rambut mudah
patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa
nyeri.Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga dapat
terbentuk alopesia setempat. Tempat-tempat ini terlihat sebagai grey patch. Grey
patch yang di lihat dalam klinik tidak menunjukkan batas- batas daerah sakit
dengan pasti. Pada pemeriksaan dengan lampu wood dapat di lihat flouresensi
hijau kekuningan pada rambut yang sakit melampaui batas-batas grey tersebut.
Pada kasus-kasus tanpa keluahan pemeriksaan dengan lampu wood ini banyak
membantu diagnosis (RIPPON, 1974). Tinea kapitis yang disebabkan oleh
Microsporum audouinii biasanya disertai tanda peradangan ringan, hanya sekali-
sekali dapat terbentuk kerion.

Gambar 2.1.3.1

Universitas Sumatera Utara


2.1.3.2 Kerion

Kerion adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa
pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan serbukan sel radang yang
padat disekitarnya.Bila penyebabnya Microsporum caniis dan Microsporum
gypseum, pembentukan kerion ini lebih sering dilihat, agak kurang bila
penyebabnya adalah Trichophyto violaceum.Kelainan ini dapat menimbulkan
jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap, parut yang menonjol kadang-
kadang dapat terbentuk.

2.1.3.3 Black dot ringworm

Black dot ringworm terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan


Trichophyton violaceum.Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya
menyerupai kelainan yang di sebabkan oleh genus Microsporum.Rambut yang
terkena infeksi patah, tepat pada rambut yang penuhspora. Ujung rambut yang
hitam di dalam folikel rambut ini memberi gambaran khas, yaitu black dot, Ujung
rambut yang patah kalau tumbuh kadang-kadang masuk ke bawah permukaan
kulit.

2.1.3.4 Tinea favus

Tinea favus merupakan infeksi krinis dermatofita pada kepala, kulit tidak
berambut atau kuku, ditandai krusta kering dan tebal dalam folikel rambutyang
menyebabkan terjadinya alopesia jaringan parut.Tinea favus umumnya diderita
sebelum dewasa hingga berlanjut sampai dewasa dan berhubungan dengan
malnutrisi atau gizi buruk.Penyebab tersering adalah T.scholeinii, kadang-kadang
T.violaceum dan M.gypseum.Lesi ditandai dengan bercak-bercak eritem folikuler
disertai skuama ringan perifolikuler dan invasi hifa yang progresif
menggelumbungkan folikel sehingga terjadi papul kekuningan cekung,
menggellingi rambut yang kering dan kusam.

Universitas Sumatera Utara


2.1.4 Penegakan Diagnosa
Diagnosis boleh ditegakkan dengan gejala klinis dan hasil tes
laboratorium. Tes laboratorium yang dapat digunakan adalah:-
1. Pemeriksaan KOH.
Pemeriksaan langsung sediaan basah dilakukan dengan mikroskop,
mula-mula dengan pembesaran 10x10, kemudian pembesaran 10x45.
Sediaan diambil dari kulit kepala dengan cara kerokan pada lesi yang
diambil menggunakan sikat atau blunt solid scapel.
Pengambilan sampel terdiri rambut sampai akar rambut serta
skuama.Setelah sampel diambil kemudian sampel diletakkan diatas gelas
alas, kemudian ditambahkan 1-2 tetes larutan KOH.Konsentrasi larutan
KOH untuk sediaan rambut adalah 10% dan untuk kulit 20%.Setelah sediaan
dicampurkan dengan KOH, ditunggu 15-20 menit untuk melarutkan
jaringan. Untuk mempercepat pelarutan makan dapat dilakukan pemanasan
sediaan basah diatas api kecil. Pada saat mulai keluar uap dari sediaan
tersebut, pemanasan sudah cukup. Bila terjadi penguapan maka akan
terbentuk Kristal KOH, sehingga tujuan yang diinginkan tidak tercapai.
Untuk melihat elemen jamur lebih nyata dapat ditambahkan zat warna pada
sediaan KOH.
2. Kultur
Medium kultur yang digunakan untuk jamur dermatofit adalah
sabouraud dextrose agar. Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk
menyokong pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk menentukan
spesies jamur.Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis
pada media buatan yaitu sabouraud dextrose agar.Antibiotik seperti
kloramfenikol dan cycloheximide ditambahkan ke mediauntuk mencegah
pertumbuhan dari bakteri atau jamur kontaminan. Kerokan yang diambil
pada lesi di kulit kepala dengan menggunakan sikat kemudian diratakan di
permukaan media kultur. Kebanyakan dermatofit tumbuh pada derajat suhu
26 dan diperlukan waktu tumbuh setelah 2 minggu untuk dilakukan
peneriksaan.

Universitas Sumatera Utara


3. Lampu wood
Filter sinar ultraviolet(wood) memunculkan fluoresensi hijau dari
beberapa jamur dermatofita, terutama spesies Microsporum. Lampu Wood
adalah prosedur screening yang berguna untuk mengambil specimen dari
infeksi Microsporum. Pada grey patch ringworm dapat dilihat fluoresensi
hijau kekuningan-kuningan pada rambut yang sakit melampau batas-batas
grey patch.

Universitas Sumatera Utara


2.1.5 Diagnosis Banding

1. Dermatitis seboroik.
Peradangan yang erat dengan keaktivan glandula sebasea yang aktif
pada bayi dan insiden puncak pada usia 18-40 tahun. Manifestasi pada
dermatitis seboroik didapatkan eritema, skuama yang berminyak dan
kekuningan dengan batas tidak tegas, rambut rontok mulai dari vertex dan
frontal. Krusta tebal dapat berbau tidak sedap dan meluas kedahi, glabella
telinga postaurikular, leher, daerah supraorbital, liang telinga luar, lipatan
nasolabial, sternal, payudara, interskapular, umbulikus, lipat paha dan
anogenital.

2. Dermatitis atopik.
Dermatitis atopik merupakan peradangan kulit kronis dan residif, yang
umumnya terjadi selama masa anak-anak yang berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan faktor genetic dimana dipengaruhi
oleh kromosom. Manifestasi klinis didapatkan pruritus hilang timbul
sepanjang hari namun hebat pada malam hari, sehingga penderita akan
menggaruk dan timbul berupa papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi,
eksudasi, krusta. Predileksi pada anak biasanya di muka dan pipi sedangkan
dewasa pada lipat siku, lipat lutut, samping leher dan sekitar mata.

3. Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun bersifat kronik
dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas
dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan trasparan disertai fenomena
tetesan lilin, auspitz dan kobner.Penyakit ini mengenai semua umur namun
umumnya pada dewasa dan pria lebih banyak dibandingkan
wanita.Predileksi psoriasis adalah scalp, ekstremitas bagian ekstensor
terutama siku serta lutut serta lumbosacral.

Universitas Sumatera Utara


4. Alopesia areata
Etiologi alopesia areata sampai sekarang belum diketahui namun
sering dihubungkan dengan infeksi local, kelainan endokrin dan stres
emosional. Gejala klinis terdapat bercak berbentuk bulat atau lonjong dan
terjadi kerontokan rambut pada kulit kepala, alis, janggut dan bulu mata.
Pada tepi daerah yang botak ada rambut yang terputus, bila dicabut terlihat
bulbus yang atrofi.Pada pemeriksaan histopatologi ditemukan rambut
banyak dalam fase anagen, folikel rambut terdapat berbagai ukuran, tetapi
lebih kecil dan tidak matang, bulbus rambut didalam dermis dan dikelilingi
oleh infiltrasi limfosit.
2.1.6 Pengobatan
Pengobatan dermatofitosis mengalami kemajuan sejak tahun
1958.GENTLES (1958) dan MARTIN (1958) secara terpisah melaporkan,
bahawa griseofulvin per oral dapat menyembuhkan dermatofitosis yang
ditimbulkan pada binatang percobaan.
Pada tinea kapitis yang disebabkan oleh microsporum audouni misalnya,
dilakukan pengobatan topikal dan disertai penyinaran dengan sinar X untuk
merontokkan rambut di bagian yang sakit.Cara penyinaran ini, yang diberi dosis
tunggal memerlukan perhitungan yang cermat.Persiapan untuk melindungi bagian
yang sehat juga sangat rumit. Selain itu efek samping penyinaran yang mungkin
timbul pada masa akan dating cukup berbahaya. Hal ini dibuktikan oleh ALBERT
dan BURTON (1966). Menurut penelitian retrospektif mereka, anak-anak yang
telah mendapat penyinaran, ternyata pada masa akan datang mendapat
kemungkinan menderita keganasan 10x lebih besar daripada anak-anak yang tidak
mengalami penyinaran untuk pengobatan tinea kapitis.
Pada masa sekarang, dermatofitosis pada umumnya dapat diatasi dengan
pemberian griseofulvin yang bersifat fungistatik.Bagian dosis pengobatan
griseofulvin berbeda-beda. Secara umum, griseofulvin dalam bentuk fine particle
dapat diberikan dengan dosis 0.5-1 g untuk orang dewasa dan 0.25 – 0.5 g untuk
anak-anak sehari atau 10-25 mg per kg berat badan. Lama pengobatan bergantung
pada lokasi penyakit, penyebab penyakit, dan keadaan imunitas penderita(BEARE

Universitas Sumatera Utara


dkk., 1972; EMMONS dkk., 1970; CONANT dkk., 1971; CANIZRES, 1975).
Setelah sembuh klinis dilanjutkan 2 minggu agar tidak residif. BEARE dkk(1972)
menganjurkan dosis harian dibagi menjadi 4 kali sehari. Di dalam klinik cara
pemberian dengan dosis tunggal harian memberi hasil yang cukup baik pada
sebagian besar penderita(MEDANSKY, 1968; BUDIMULJA dkk., 1976). Untuk
mempertinggi absorpsi obat dalam usus, sebaiknya obat dimakan bersama-sama
makanan yang banyak mengandung lemak(CROUNSE, 1963). Untuk
mempercepat waktu penyembuhan, kadang-kadang diperlukan tindakan khusus
atau pemberian obat topikal tumbuhan. CANIZARES (1975) menganjurkan
pengobatan tambahan sebagai berikut: tindakan pemotongan rambut pada tinea
kapitis dan pemberian obat-obat.
Pada pengobatan kerion stadium dini diberikan kortikosteroid sistemik
sebagai anti-inflamasi, yakni prednison 3x5 mg prednisolone 3x4 mg sehari
selama dua minggu. Obat tersebut diberikan bersama-sama dengan
griseofulvin.Griseofulvin diteruskan selama dua minggu setelah sembuh klinis.
Efek samping griseofulvin jarang dijumpai, yang merupakan keluhan
utama ialah sefalgia yang didapati pada 15%penderita. Efek samping yang lain
dapat berupa gangguan traktus digestinus ialah nausea, vomitus, dan diare. Obat
tersebut juga bersifat fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi hepar.
Obat per oral, yang juga efektif untuk dermatofitosis yaitu ketokonazol
yang bersifat fungistatik.Pada kasus-kasus resisten terhadap griseofulvin dpat
diberikan obat tersebut sebanyak 200 mg per hari selama 10 hari – 2 minggu pada
pagi hari setelah makan.Ketakonazol merupakan kontraindikasi untuk penderita
kelainan hepar.
Sebagai pengganti ketokanozal yang mempunyai sifat hepatotoksik
terutama bila diberikan lebih dari sepuluh hari, dapat diberikan suatu obat tiazol
iaitu itrakonazol yang merupakan pemilihan yang baik.Pemberian obat tersebut
untuk penyakit kulit dan selaput lender oleh penyalit jamur biasanya cukup 2 x
100-200 mg sehari dalam kapsul selama 3 hari.Khusus untuk onikomikosis
dikenal sebagai dosis denyut selama 3 bulan.Cara pemberiannya sebagai berikut,

Universitas Sumatera Utara


diberikan 3 tahap dengan interval 1 bulan.Setiap tahap selama 1 minggu dengan
dosis 2 x 200 mg sehari dalam kapsul.
Hasil pemberian itrakonazol dengan dosis denyut untuk onikomikosis
hamper sama dengan pemberian terbinafin 250 mg sehari selama 3 bulan.
Kelebihan itrakonazol terhadap terbinafin adalah efektif terhadap onikomikosis.
Terbinafin yang bersifat fungisidal juga dapat diberikan sebagai pengganti
griseoflvin selama 2-3 minggu, dosisnya 62.5 mg – 250 mg sehari bergantung
pada berat badan.
Efek samping terbinafin ditemukan pada kira-kira 10% penderita, yang
tersering gangguan gastrointestinal di antaranya nausea, vomitus, nyeri lambung,
diarea, konstipasi, umumnya ringan. Efek samping yang lain dapat berupa
gangguan pengecapan, presentasinya kecil. Rasa pengecapan hilang sebagian atau
seluruhnya setelah beberapa minggu makan obat dan bersifat sementara.Sefalgia
ringan dapat pula terjadi.Gangguan fungsi hepar ada dilaporkan.
Pada masa kini obat-obat topikal konvensional, misalnya asam salisil 2-
4%, asam benzoate 6-12%, sulfur 4-6%, vioform 3%, asam undesilenat 2-5%, dan
zat warna dikenal banyak obat topikal baru. Obat-obat baru ini di antaranya
tolnaftat 2%; tolsiklat, haloprogin, derivate-derivat imidazole, siklopiroksolamin
dan naftifine
2.1.7 Pencegahan
Kurap sulit untuk dicegah karena jamur yang menyebabkan penyakit ini
ialah jamur yang umum ditemukan dan sangat menular. Namun, risiko kurap
dapat dikurangi dengan sejumlah langkah berikut:
Didiklah diri sendiri dan orang lain. Sadar akan risiko kurap dari orang
yang terinfeksi atau hewan peliharaan. Beritahu anak tentang apa itu kurap, apa
yang harus diperhatikan dan bagaimana untuk menghindari infeksi.Keramas
secara teratur. Pastikan untuk mencuci kulit kepala anak secara teratur, terutama
setelah memotong rambut.Jaga kebersihan.Pastikan anak sering mencuci
tangannya untuk menghindari penyebaran infeksi.Jaga area umum atau bersama
agar tetap bersih, terutama di sekolah-sekolah, pusat penitipan anak, pusat
kebugaran dan kamar ganti.Hindari hewan yang terinfeksi.Infeksi sering terlihat

Universitas Sumatera Utara


seperti bagian kulit yang bulunya hilang.Dalam beberapa kasus, kita mungkin
tidak melihat adanya tanda-tanda penyakit. Mintalah dokter hewan untuk
memeriksa hewan peliharaan Anda dan hewan lain dari kurap. Jangan berbagi
barang pribadi. Ajarkan anak untuk tidak membiarkan orang lain menggunakan
pakaian mereka, handuk, sisir atau barang pribadi lainnya, atau untuk meminjam
barang-barang tersebut dari anak-anak lain.
Dokter mungkin menyarankan agar rambut anak dicuci dengan sampo
yang diresepkan dokter, yang mengandung 2,5 persen selenium sulfida. Hal ini
dapat membantu menghilangkan spora jamur dan mencegah penyebaran infeksi
kepada orang lain atau ke area lain dari kulit kepala anak atau tubuhnya. Untuk
penggunaan terbaik: Baluri rambut anak dengan sampo obat. Biarkan sampo
tinggal di kulit kepala anak selama lima menit sebelum dibilas. Gunakan obat
sampo dua sampai tiga kali seminggu selama sekitar satu bulan, atau seperti yang
diarahkan oleh dokter.Sekali-kali gunakan sampo tanpa obat pada hari-hari
lainnya. Mintalah anak memakai topi atau syal jika ia merasa malu atau
menyadari diri sendiri botak sebagian. Anda tidak perlu untuk mencukur kulit
kepalanya.

2.1.8 Komplikasi

Dalam beberapa kasus, kurap kulit kepala dapat menyebabkan kerion


peradangan dan rasa sakit yang parah pada kulit kepala.Kerion muncul akibat
pengelupasan pembengkakan sehingga nanah menjadi kering dan menjadi tebal
akibat pengerasan kulit kuning pada kulit kepala.Rambut dapat menjadi rontok
atau dapat dengan mudah patah.Kerion dapat disebabkan oleh reaksi yang kuat
dari jamur dan dapat menyebabkan luka permanen serta rambut rontok.

2.1.9 Prognosis

Universitas Sumatera Utara


Tinea kapitis tipe (gray patch) sembuh sendirinya dengan waktu, biasanya
dengan permulaan dewasa.Semakin meradang reaksinya, semakin dini selesainya
penyakit, yaitu yang zoofilik (M. canis, T. mentagrophytes dan T.
verrucosum).Infeksi ektorik sembuh selama perjalanan normal penyakit tanpa
pengobatan. Namun pasien menyebarkan jamur penyebab kelain anak selama
waktu infeksi.Sebaliknya infeksi endotrik menjadi kronis dan berlangsung sampai
dewasa T. violacaum, T. tonsurans menyebabkan infeksi tetap, pasien menjadi
vektor untuk menyebarkan penyakit dalam keluarga dan masyarakat, pasien
seharusnya cepat diobati secara aktif untuk mengakhiri infeksinya dan mencegah
penularannya.

Infeksi dermatofit sering respon pada terapi topikal.Lotion atau semprotan


lebih mudah daripada krim untuk diterapkan ke daerah-daerah besar atau pada
rambut.Ketika pasien memiliki lesi kulit yang luas, intrakonazol oral atau
terbinafine dapat mempercepat resolusi.Terbinafine berinteraksi dengan obat
kurang dari intraconazole dan umumnya agen pertama.

Universitas Sumatera Utara


2.2 Perbedaan Struktur Kulit Bayi dan Dewasa

Kulit bayi dibandingkan dengan kulit orang dewasa mempunyai struktur yang
agak berbeda.

Gambar 2.2 Perbedaan Struktur Kulit Bayi dan Dewasa

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai