Disusun oleh:
Fakultasa Ekonomi
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang diatas maka muncul rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang melatar belakangi munculnya teori belajar dan pembelajaran?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami latar belakang munculnya teori belajar dan
pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
Belajar adalah key term, istilah kunci yang paling penting dalam satiap usaha
pendidikan. Yang melatarbelakangi munculnya teori belajar adalah kesuliatan-
kesuliatan dalam pembelajaran dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu
dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial dengan latar
belakang yang berlainan.
Ada 3 aspek yang membedakan anak didik yang satu dengan yang lainnya
yaitu aspek intelektual, psikologis, dan biologis. Dan ini merupakan akar
permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik di
sekolah. Sehingga teori belajar dimunculkan oleh para psikolog pendidikan untuk
mengatasi kesulitan dalam proses belajar secara menyeluruh.
Teori adalah seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian kejadian tertentu
dalam dunia nyata (McKeachie,1976, hlm.829). Teori dapat memberikan dua
kelebihan yang pertama bahwa asas itu, tidak seperti halnya maksim, dapat di uji.
Keuntungan yang kedua bahwa tidak seperti hasil pengamatan yang terlepas – lepas,
teori mengandung generalisasi tentang gejala – gejala dan dengan demikian dapat di
terapkan pada beberapa keadaan.
Belajar dilakukan hampir setiap waktu, kapan saja, dimana saja, dan sedang
melakukan apa saja. Belajar juga merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan - pelatihan atau pengalaman-
pengalaman.
Belajar dan pembelajaran adalah proses yang kompleks karena dipengaruhi oleh
berbagai faktor, antar lain :
1. Pengaruh budaya, setiap daerah memiliki budaya yang berbeda – beda yang
mempengaruhi proses belajar di daerahnya karena masyarakat ingin menjaga
budayanya melalui berbagai bentuk pendidikan seperti upacara adat,lagu,
tarian,seni dan melalui pendidikan informal khusus oleh para orang tua dan
sesepuh.
2. Pengaruh sejarah, pendidikan adalah hasil dari suatu perkembangan sejarah
yang berasal dari suatu setting budaya sehingga mengandung bias budaya
(metode pembelajaran) dan berkaitan erat dengan reproduksi budaya.
3. Hambatan praktis, terdapat banyak hambatan praktis yang di temui dalam
pembelajaran misalnya guru di batasi oleh waktu,sumber dan fasilitas; guru
juga di batasi oleh undang – undang yang harus di indahkan.
4. Karakteristik guru sebagai guru, banyak hal yang mempengaruhi guru yang
memiliki kepribadian tertentu yang unik. Kepribadian itu berasal dari lingkup
budaya dimana guru berkembang,masyarakat dimana guru hidup,pengaruh
keluarga,pengaruh agama yang di anut,pengalaman akademis,pengalaman
kerja serta genetika atau pengaruh bawaan.
5. Karakteristik siswa, karakteristik awal siswa meliputi berbagai aspek meliputi
bahasa latar belajar akademis,usia,dan tingkat kedewasaan,latar belakang
budaya, tingkat pengetahuan serta keterampilan.
6. Proses belajar, aspek ini berkaitan dengan proses kognitif aktual yang harus di
lalui oleh siswa dalam rangka mencapai keberhasilan belajar. Melalui proses
penyerapan gagasan dan keterampilan baru melalui kegiatan belajar dan
pembelajaran kemudian menyimpan informasi yang di terima agar kelak dapat
di gunakan kembali.
Menurut Suppes (dalam Bell, 1986) ada empat fungsi umum teori. Fungsi ini juga
berlaku bagi teori belajar, yakni:
(2) Memberikan suatu kerangka kerja bagi pengorganisasian butir-butir informasi tertentu;
Teori sangat berguna untuk kerangka kerja penelitian, terutama untuk mencegah
praktik-praktik pengumpulan data yang tidak memberikan sumbangan bagi pemahaman
peristiwa. Empirisme yang polos, menurut Suppes (dalam Bell, 1986) merupakan bentuk
coretan mental dan ketelanjangan tubuh yang jauh lebih menarik daripada ketelanjangan
fikiran.
Fungsi teori sebagai kerangka kerja pengorganisasian butir-butir informasi tertentu.
Semua teori belajar memenuhi fungsi ini. Dalam menjalankan fungsi ini teori dapat dijadikan
acuan dan pedoman bagi pembelajar dalam melakukan aktivitasnya. Dengan memahami
teori, pembelajar akan dapat melakukan pekerjaannya secara efisien dan efektif.
Fungsi identifikasi kejadian yang komplek. Teori dapat menjalankan fungsinya dalam
mengatasi masalah-masalah pembelajaran melalui identifikasi kejadian yang komplek.
Karena teori sering dapat mengungkapkan seluk beluk dan kerumitan peristiwa-peristiwa
yang tampaknya sederhana.
Fungsi reorganisasi pengalaman terdahulu. Fungsi teori yang keempat ini, erat
kaitannya dengan upaya untuk menyusun kembali kepercayaan lama, terutama hal-hal
penting yang ada manfaatnya bagi proses belajar di kelas.
Teori sebagai model kerja. Di samping empat fungsi tersebut di atas, teori juga
diharapkan dapat menjadi model kerja. Teori dapat dijadikan model kerja fenomena tertentu
sampai diketemukannya teori baru.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran