Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG

BETHSAIDA SILOAM HOSPITALS LIPPO VILAGE


TANGERANG

Disusun Oleh Kelompok 5 :


1. Alfonsus Agus Ainaro S 1504003
2. Maria Fransiska Depa 1504035
3. Meita Kuswaningtias 1504036
4. Trovila Christiana Erika Putri 1504049

PROGRAM PROFESI NERS STIKES BETHESDA YAKKUM


YOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan dan kasih
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Manajemen
Keperawatan di ruang Bethsaida Siloam Hospitals Lippo Vilage pada tanggal 23
Mei – 18 Juni 2015 sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Laporan ini disusun untuk mengetahui manajemen keperawatan yang dilakukan di


ruang Bethsaida Siloam Hospitals Lippo Vilage. Disamping itu stase manajemen
ini bertujuan untuk menerapkan teori manajemen keperawatan untuk mewujudkan
pelayanan keperawatan yang berkualitas. Dalam penyusunan laporan ini penulis
mendapat banyak masukan dan bimbingan berbagai pihak, untuk itu penyusun
mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. dr. Anastina Tahjoo, selaku Chief Executive Officer of Siloam Hospital Lippo
Vilage Karawaci Tangerang yang telah memberikan ijin untuk praktek
manajemen.
2. Ibu Niken W.N. Palupi S. Kp., M. Kes., selaku Ketua STIKES Bethesda
Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk praktek manajemen
keperawatan.
3. Ibu Vivi Retno I S. Kep., Ns., MAN selaku Pembimbing Akademik
Manajemen Keperawatan.
4. Ibu Ns. Dhianna Sri Setyohariyati, S.Kep selaku Head Division of Nursing
Siloam Hospital Lippo Vilage yang telah memberikan ijin untuk praktek
manajemen khususnya di ruang Bethsaida.
5. Ibu Ns. Fransisca Witanti Utami, S.Kep selaku pembimbing klinik.
6. Ibu Ns. Sri Karyani, S. Kep, sebagai Head Nurse di Ruang Bethsaida.
7. Perawat ruang Bethsaida sebagai pembimbing di lapangan yang sudah
mengajarkan banyak hal kepada kami.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, segala macam kritik dan saran yang sifatnya membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Tangerang, Mei 2016

Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan dan perubahan dalam profesi setiap saat terjadi yang
memerlukan pengelolaan secara professional dengan mengikuti
pengembangan manajemen secara terpadu terhadap tuntutan global. Dalam
pengembangan keperawatan dimasa depan yang menjadi prioritas utama
adalah manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan harus dapat
diterapkan dalam tatanan pelayanan nyata yaitu di rumah sakit dan
komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep dan penerapannya.
Peningkatan pelayanan kesehatan melalui rumah sakit selalu terpacu
dengan kesadaran, harapan serta permintaan masyarakat yang semakin
tinggi. Masyarakat mengharapkan pelayanan yang bermutu tanpa
menghadapi kesulitan untuk memperolehnya. Mutu pelayanan
menunjukkan pada tingkat kesempatan pelayanan kesehatan dalam
memenuhi kebutuhan dan tuntutan setiap pasien (Sugiharto, 2013).
Tuntunan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan
sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon yang
ada harus bersifat kondusif dengan belajar banyak tentang konsep
pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkrit dalam
pelaksanaanya. Langkah-langkah tersebut dapat berupa penataan sistem
Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) mulai dari ketenagaan,
pasien, penetapan sistem MPKP, dan perbaikan dokumentasi keperawatan
dengan menerapkan prinsip SME (Sesuai standar, mudah dilaksanakan,
efisien dan efektif).
Manajemen keperawatan di Indonesia dimasa depan perlu mendapatkan
prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal ini
berkaitan dengan tuntunan profesi dan tuntunan global bahwa setiap
perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara
professional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di
Indonesia. Pelayanan keperawatan profesional merupakan bagian yang
integral dari pelayanan kesehatan yang berdasarkan ilmu keperawatan
yang kokoh, berorientasi pada pelayanan yang bermutu tinggi dalam
bentuk pelayanan biopsiko-sosial dan spiritual, mulai dari tingkat
individual dan mencakup seluruh sudut kehidupan sampai tingkat
masyarakat. Pelayanan keperawatan professional mempunyai kode etik
keperawatan yang menjamin bahwa masyarakat mendapat pelayanan yang
bertanggung gugat dan bertanggung jawab atas tindakan yang
diberikannya dan menuju kode etik profesi dimana, setiap tindakan dan
keputusan.
Menurut Suyanto (2008) manajemen adalah sebagai suatu proses dapat
dipelajari dari fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh seorang
manajer. Adapun yang dimaksud fungsi manajemen adalah langkah-
langkah penting yang wajib dikerjakan oleh seorang manajer untuk
mencapai tujuan. Masing-masing pakar mengidentifikasi fungsi-fungsi
manajemen yang berbeda-beda.

Keperawatan lebih sering mengadopsi fungsi manajemen menurut George


Terry, yaitu:
a. Planning (perencanaan) sebuah proses yang dimulai dengan
merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan menyusun dan
menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya. Melalui
perencanaan akan dapat ditetapkan tugas – tugas staf. Dengan tugas –
tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk
melakukan supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya
yang dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan tugas – tugasnya.
b. Organizing (pengorganisasian), adalah rangkaian kegiatan
manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang
dimiliki oleh organisasi dan memanfatkannya secara efisien untuk
mencapai tujuan organisasi.
c. Actuating (directing, commanding, coordinating) atau penggerakkan
adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka
mampu bekerja secara optimal dan melakukan tugas – tugasnya sesuai
dengan ketrampilan yang mereka miliki sesuai dengan dukungan
sumber daya yang tersedia.
d. Controling (pengawasan, monitoring) adalah proses untuk mengamati
secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun
dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi dalam
bentuk apapun.
Pelayanan Kesehatan RS. Siloam Lippo Village merupakan instansi
pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanannya melalui Rumah
Sakit di Jakarta. Dalam memberikan pelayanan keperawatan professional
berlandaskan cinta kasih yang senatiasa fokus dan tanggap terhadap
kebutuhan dan harapan pasien atau keluarga untuk mencapai
kesembuhan jasmani, rohani dan spiritual melalui praktek asuhan
keperawatan terbaik berstandar global.
Ruang Bethsaida merupakan salah satu unit Ruangan di Pelayanan
Kesehatan di Siloam Hospital Lippo Vilage yang merupakan ruang rawat
inap Surgery. Ruangan ini memberikan Asuhan Keperawatan secara Tim
Primer yang didalamnya menggunakan metode MPKP yang terdiri dari
Head Nurse (HN), perawat primer (PP), dan perawat associate. Oleh
sebab itu sebagai mahasiswa diharapkan mampu melakukan praktek
manajemen keperawatan dengan cara mengaplikasikan kepemimpinan
dan manajemen di area keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tercapainya praktek manajemen keperawatan di Ruang Bethsaida.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu mengaplikasikan kepemimpinan dan management diarea
keperawatan
b) Mampu membina hubungan interpersonal dengan menerapkan
komunikasi secara efektif dalam menerapkan prinsip-prinsip
management keperawatan.
c) Mampu melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan mengembalikan asuhan dan pelayanan keperawatan.
d) Mampu menjadi change agent dalam pemberian asuhan
keperawatan.
e) Mampu mengambangkan profesionalisme secara terus menerus
atau belajar sepanjang hayat.
f) Melakukan komunikasi yang efektif dalam menerapkan prinsip-
prinsip management keperawatan
g) Menggunakan keterampilan interpersonal yang efektif dalam kerja
tim.
h) Menggunakan teknologi dan informasi kesehatan secara efektif
dan bertanggung jawab.
i) Merencanakan kebutuhan sarana dan prasarana ruangan
keperawatan secara berkelompok.
j) Mengorganisasikan managemen ruangan secara berkelompok.
k) Mencegah dan menyelesaikan konflik didalam tim.
l) Memberikan pengarahan kepada anggota tim.
m) Melakukan evaluasi terhadap tim.
n) Menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif dan sesuai dengan
kondisi.
o) Melaksanakan perubahan dalam asuhan dan pelayanan
keperawatan.
p) Mempertahankan lingkungan yang aman secara konsisten melalui
penggunaan strategi managemen kualitas dan managemen resiko.
q) Memberikan dukungan kepada tim asuhan keperawatan dengan
mempertahankan akuntabilitas asuhan keperawatan yang diberikan.
r) Mewujudkan lingkungan bekerja yang kondusif.
s) Mengembangkan potensi diri untuk meningkatkan kemampuan
profesional.
t) Berkontribusi dalam mengembangkan profesi keperawatan.
u) Menggunakan langkah-langkah pengambilan keputusan etik dan
legal.
v) Mengembangkan pola pikir kritis, logis, dan etik dalam
menggembangkan asuhan keperawatan.
w) Menjalankan fungsi advokasi pada dan mempertahankan hak klien
agar dapat mengambil keputusan untuk dirinya.
x) Mempertahankan lingkungan yang aman secara konsisten melalui
penggunaan strategi managemen kualitas dan management resiko.
y) Melakukn pelayanan kesehatan sesuai dengan kebijakan yang
berlaku dalam bidang keperawatan.
z) Menggunakan hasil penelitian untuk diterapkan dalam pemberian
asuhan keperawatan.
BAB II
KAJIAN SITUASI KEPERAWATAN DI RUANG BETHSAIDA

A. Kajian Situasi Siloam Hospitals Lippo Village


1. Visi Rumah Sakit
a. International quality
b. Scale
c. Reach
d. Godly compassion
2. Misi Rumah Sakit
The trusted destination of choice for holistic world class healthcare,
health education and research.
3. Motto Rumah Sakit
We care about quality because we care about you.
4. Sifat, Maksud dan Tujuan Rumah sakit
a. Pilar pelayanan : meningkatnya kepuasan pelanggan melalui
pemberian pelayanan yang profesional, standar global, responsif/
tanggap, sopan, ramah, tepat waktu, terampil, komunikatif, dan
penuh cinta kasih serta pelaksanaan survey mutu dan kepuasan
pelanggan secara berkesinambungan.
b. Pilar mutu : meningkatnya mutu asuhan keperawatan dan
keselamatan pasien dengan menciptakan lingkungan yang aman,
kondusif, menurunkan resiko terhadap medication error, pasien
jatuh, kejadian dekubitus di rumah sakit, kejadian infeksi luka
operasi, dan sistem pelaporan bila ada kesalahan / kejadian.
c. Pilar sumber daya manusia : meningkatnya kwalitas lingkungan
kerja, keputusan staff, dan efektivitas staffing melalui sistem
rekrutmen program pengembangan staf dan mengembangkan
sistem reward bagi staf yang berprestasi.
d. Pilar keuangan : meningkatnya laba / pendapatan Siloam Hospitals
Lippo Village dengan konstribusi terhadap kekuatan finansial
rumah sakit dan kemampuan menyediakan pelayanan dengan biaya
efektif.
e. Pilar pertumbuhan : meningkatkan penguasaan pasar Siloam
Hospitals Lippo Village melalui peningkatan kwalitas pelayanan
keperawatan dengan mengembangkan program baru berkerjasama
dengan departemen lain,

B. Kajian situasi ruangan


1. Karakteristik ruangan
a. Visi Ruangan
Meningkatkan mutu asuhan keperawatan medikal bedah dengan
menerapkan sistem klien sebagai fokus asuhan serta memandang
klien sebagai makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang memiliki
martabat dan nila-nilai luhur manusia sebagai ciptaan Tuhan.
b. Tujuan dan sasaran kerja
1) Pilar pelayanan
a) ≥ 85% opini pasien pulang menyatakan pelayanan keperawatan
baik.
b) ≥ 85% pasien pulang dihubungi melalui telepon setelah 2 hari
di rumah untuk follow up kondisi dan mengingatkan control
kembali ke dokter.
c) ≥ 90% persepsi pasien terhadap mutu pelayanan keerawatan
melalui survey tim mutu keperawtan bak.
d) ≥ 85% staff perawat menerapkan GST dan GERMS di setiap
layanan.
2) Pilar Mutu
a) 100% staff mampu memahami dan mengimplementasikan
EWS/MEWS/PEWS system dan mendokumentasikan dengan
baik dan benar.
b) 100% staff mampu memahami dan mengimplementasikan
manajemen dan pengkajian resiko VTE.
c) 100% staff mampu menjelaskan prosedur readback dengan
benar serta terferifikasi dalam waktu <24 jam.
d) 100% staff melakukan prosedur identifikasi dengan
menanyakan nama pasien dan mencocokkan ama dan nomor
medical record/tanggal lahir pasien sebelum melakukan
tindakan, seperti memberikan obat, mengambil darah untuk
pemeriksaan, dll.
e) ≥ 95% askep pada pasien baru sudah terlengkapi dalam waktu
24 jam.
f) Monitoring nursing sensitivity indicator (NSI) setiap bulan
dengan target pencapaian : kejadian medication error ≤5%,
kejadian phlebitis ≤3,5%, kejadian pasien jatuh ≤0,1% dan
kejadian pressure ulcer ≤3,5% serta melakukan evakuasi NSI
setiap 3 bulan.
 Berdasarkan angka kejadian pressure ulcer bulan April
tahun 2016 didapatkan 3 kejadian (0,86%). Dari hasil
pengkajian dengan observasi selama 3 hari di Ruang
Bethsaida ditemukan 2 kejadian pressure ulcer yang
didapatkan selama perawatan di rumah.
g) 100% staff menggunakan clinical pathway pada 24 kasus
penyakit dan melakukan monitoring setiap bulan terhadap
penggunaan clinical pathway tersebut.
3) Pilar SDM
a) Seluruh staff memiliki kompetensi sesuai dengan level masing-
masing melalui:
(1) 100% perawat menggunakan nursing portofolio dalam
pengembangan diri.
(2) ≥ 80% staff mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh
T dan E departemen.
(3) 100% staff mengikuti program pengembangan ruangan dan
bedside teaching.
(4) 90% staff mengikuti pembahasan kasus dan presentasi
pembahasan kasus setiap minggu sesui program divisi
keperawatan.
(5) Seluruh staff mengikuti uji kompetensi general dan uji
kompeten special sesuai dengan area kerja, sesuai dengan
area kerja, sesuai jenjang karir atau perawat klinik (PK).
(a) 1 orang staf dapat mengikuti pelatihan ANLP.
(b) ≥ 85% staf memiliki sertifikat pelatihan basic wound
management dan basic pain management.
(c) 2 orang staf dapat menyelesaikan profesi NERS UPH.
(d) Angka ketidakhadiran staff karena sakit dan tidak hadir
bekerja tanpa keterangan <2%.
4) Pilar Keuangan
a) Pencapaian rata-rata BOR ≥80%
b) Angka lembur <10% setiap bulan.
c) Alat-alat medic terpelihara dengan baik menurut hasil PPM dan
kalibrasi yang dijadwalkan bagian biomedik.
5) Pilar Pertumbuhan
a) Pertambahan jumlah staff yang memiliki sertifikat ACLS dari
41% (13 perawat) menjadi ≥56% (18 perawat).
b) Pertambahan jumlah staff dengan latar belakang pendidikan S1
Ners keperawatan dari 22% (7 perawat) menjadi 31%(10
perawat).
c) Memiliki 2 staff dengan sertifikasi advance pain management
d) Memiliki 2 staff dengan sertifikasi medical surgical.
e) Pertambahan jumlah staff yang memiliki sertifikita leadership
program / ANLP dari 3% (1 orang) menjadi 6% (2 orang).
f) Penerapan MPKP (model praktik keperawatan professional)
dengan metode PTNM (primer tim nursing model).
c. Misi Ruangan
1) Memberikan pelayanan keperawatan professional berlandaskan
cinta kasih yang senantiasa fokus dan tanggap terhadap
kebutuhan dan harapan pasien atau keluarga untuk mencapai
kesembuhan jasmani, rohani, dan spiritual melalui praktek
asuhan keperawatan terbaik berstandar global.
2) Meningkatkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan staf
keperawatan yang dapat mendukung peningkatan produktivitas
kerja dan profesionalisme serta mendukung terciptanya iklim
yang menampung proses belajar mengajar.
3) Menciptakan budaya staf dalam mencegah terjadinya
penyebaran infeksi dengan menerapakan prinsip-prinsipn
universal precaution sehingga dapat menghilangkan kejadian
infeksi nosokomial.
4) Menciptakan kualitas hidup klien secara optimal dengan
mengupayakan agar klien dan keluarga dapat beradaptasi sesuai
dengn keadaan dan kemampuannya.
5) Menggunakan proses keperawatan yang berkesinambungan
dengan menerapkan kebijakan dalam keperawatan sebagai
landasan kerja.
d. Model layanan
TIM MPKP (Model Praktik keperawan professional) dengan
metoda PTNM (Primer tim nursing model).
e. Letak ruangan
Ruang Bethsaida terletak di lantai 8.
f. Kapasitas unit/ruangan
Kapasitas bed/tempat tidur 44 buah dan ruangan kamar terdapat 19
ruangan.
DENAH RUANGAN

tangga darurat
Jalur
Lokasi anda saat ini
Evakuasi

Hydrant box

APAR

Lift Tamu

Lift Barang
2. Analisis terhadap klien
a. Karakteristik
Divisi Keperawatan
Misi Divisi Keperawatan adalah memberikan pelayanan keperawatan
professional berlandaskan cinta kasih yang senantiasa fokus dan
tanggap terhadap kebutuhan dan harapan pasien atau keluarga untuk
mencapai keseimbangan jasmani, rohani, dan spiritual melalui praktek
asuhan keperawatan terbaik berstandar global.
b. Tingkat ketergantungan
Berdasarkan pengamatan pada tanggal 24-26 Mei 2016 terdapat
pasien dengan kategori sebagai berikut :
a) Tanggal 24 Mei 2016
15 pasien minimal care, 16 pasien partial care, dan 8 pasien
total care.
b) Tanggal 25 Mei 2016
15 pasien minimal care, 18 pasien partial care, dan 8 pasien
total care.
c) Tanggal 26 Mei 2016
16 pasien minimal care, 16 pasien partial care, dan 6 pasien
total care.
3. Analisis unit layanan keperawatan
a. Flow of care

Emergency area Poli Klinik

Tidak
Rawat inap
Administrasi

Ya
Pulang
Administrasi

Mendapatkan kamar

Pasien diantar keruangan

Diterima oleh perawat ruangan

Pasien diantar ke kamar

Dilakukan pengkajian

Dipasang IV line ( cairan sesuai dengan


instruksi dokter )

Diberikan terapi sesuai dengan instruksi doker

Tidak ada keluhan ( kondisi stabil)

Administrasi dan obat

Pasien pulang
b. Manajement unit

Head Nurse
CN Educator

Ward Clerk

Nurse

HCA Helper

4. Sumber daya atau kekuatan kerja


a. Manusia
Ketenagaan di Ruang Bethsaida terdiri dari perawat, health care
asistant (HCA), dan helper.
Pendidikan Jumlah Presentase
Perawat
a. Ners 7 17,5 %
b. S1 5 12.5 %
c. D3 22 55 %
Dan lain-lain (HCA,
Helper)
a. SMA 2 5%
b. SMK 4 10 %
TOTAL 40 100%

1) Kebutuhan Tenaga
Kebutuhan tenaga perawat per-shift menurut Douglas sebagai
berikut:
Klasifikasi Pasien

Jumlah Minimal Parsial Total


Pasien
P S M P S M P S M

1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20

2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40

3 0,51 0,48 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60

a) Shift pagi : minimal care 15 x 0,17 = 2,55


Parsial care 16 x 0,27 = 4,32
Total care 8 x 0,36 = 2,88
Total = 9,75 (10 perawat)

b) Shift siang: minimal care 15 x 0,14 = 2,1


Parsial care 16 x 0,15 = 2,4
Total care 8 x 0,30 = 2,4
Total = 6,9 (7 perawat)
c) Shift malam: minimal care 15 x 0,10 = 1,5
Parsial care 16x 0,07 = 1,12
Total care 8 x 0,20 = 1,6
Total = 4,22 (4 perawat).
Jadi kebutuhan tenaga dalam sehari 21 perawat
 Dari hasil pengkajian selama 3 hari di Ruang Bethsaida
pada tanggal 24 Mei 2016 didapatkan 6 dari 10 perawat shift
pagi yang menutup jarum syring saat mengoplos obat
menggunakan dua tangan, tanggal 25 Mei didapatkan 5 dari
10 perawat shift pagi yang menutup jarum syring saat
mengoplos obat menggunakan dua tangan dan tanggal 26
Mei 2016 didapatkan 5 dari 10 perawat shift pagi yang
menutup jarum syring saat mengoplos obat dengan dua
tangan.
 Saat dilakukan pengkajian dengan observasi di Ruang
Bethsaida didapatkan 7 dari 10 perawat shift pagi yang tidak
mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh pasien pada
tanggal 24 Mei 2016, didapatkan 5 perawat dari 10 perawat
shift pagi yang tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah
menyentuh pasien pada tanggal 25 Mei 2016, dan didapatkan
5 perawat dari 10 perawat yang tidak mencuci tangan
sebelum dan sesudah menyentuh pasien pada tanggal 26 Mei
2016.

b. Non manusia
1) Method
Memberikan asuhan keperawatan secara holistik dengan responsif
care dan safety dan Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP).

2) Material
Nama Barang Inventaris Jumlah
animax 1
bed pan 14
Bengkok plastik 10
Botol suction 5
Co mode 1
Cool pack 2
Gelas ukur plastik 2
Gelas ukur plastik kecil 4
Gelas ukur stainlis 4
Gerusan obat 3
Hair dryer 1
Kasur debitus 4
Kursi roda 1
monitor 1
opthalmuscope 1
Pad slide 1
penlight 2
Reflek hammer 1
Regulator oksigen twin 4
Regulator oksigen single 13
Regulator suction 11
Spuit gliserin 3
Standar infsu mobile 15
stetoskop 10
surestep 1
Tabung oksigen mobile 4
Tabung oksigen portable 2
termometer 9
urinal 19
washer 1
Lampu x ray 1
ECG 1
Ambubag 1
defibrilator 1
Trolley emergency 1
Timbangan listrik 1
Tensimeter dinding 44
Trolley obat 3
Trolley dressing 1
3) Money
Anggaran didapatkan dari banyak jumlah pasien, pemakaian
tempat tidur dan peralatan medis, pemeriksaan penunjang yang
tersedia.
4) Marketing
Sistem marketing di ruang Bethsaida dapat dilakukan dengan cara
pemberian mutu pelayanan dan mengimplementasi kebijakan
mutu: cepat, tepat, tanggap, trampil, komunikatif, dan cinta kasih
dan bekerja sama dengan tim asuransi, BPJS, perusahan.
5. Lingkungan kerja
a. Lingkungan fisik
Terdiri dari 19 kamar dengan 44 tempat tidur, 3 kamar kelas 1, 13
kamar kelas II, 3 kamar kelas III. Ruangan berlantai viniel putih
kecoklatan, berdinding tembok dengan cat putih dan dilengkapi
dengan AC.
1) Ruangan pasien
Terdiri dari 19 kamar, 3 kamar kelas 1, 13 kamar kelas II dan 3
kamar kelas III. Setiap kamar kelas 1 dilengkapi dengan 2 bed, 2
tempat duduk, 1 toilet, 2 almari pakaian, 2 almari obat, 2 televisi, 2
meja portable dan 1 handrub. Setiap kamar kelas II dilengkapi
dengan 2 bed, 2 tempat duduk, 1 toilet, 2 almari pakaian, 2 almari
obat, 1 televisi, 2 meja portable dan 1 handrub. 2 kamar kelas III
dilengkapi dengan 3 bed, 3 tempat duduk, 1 toilet, 3 almari obat, 3
meja portable, 1 handrub dan 1 kamar kelas III dilengkapi dengan
6 bed, 6 tempat tidur, 2 toilet, 6 almari obat, 6 meja portable, 1
handrub.
2) Nurse station
Dilengkapi 2 komputer, 1 printer sticker, 1 faxs, 2 rak dokumen, 2
rak serbaguna, dan 4 telepon.
3) Ruang head nurse
Ruangan dilengkapi 1 komputer, 1 printer, 2 telepon, 1 rak
serbaguna.
4) Dirty utility
Dirty utility untuk menyimpan alat tenun kotor, sampah medis,
troli mandi, pispot, urinal, baskom mandi.
5) Clean utility
Clean utility untuk tempat persiapan obat, menyimpan alat-alat
bersih seperti alat tenun, perlengkapan alat untuk tempat sample
pemeriksaan laboratorium, kulkas yang berisi obat-obatan, troli
ganti verban, dan wastafel.
6) Ward Clerk
Ward Clerk merupakan petugas administrasi di ruangan untuk
mempercepat pemberian asuhan keperawatan dalam kaitannya
dengan persiapan pasien rencana pulang, rencana tindakan yang
berkaitan dengan pembayaran dan peralatan yang akan digunakan
oleh perawat dan pasien.
b. Non fisik
Metode keperawatan yang digunakan di Bethsaida adalah Model
Praktik Keperawatan Profesional (MPKP). MPKP adalah suatu
metode yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian
asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan (Sitorus & Yuli, 2006).
Kelebihan :
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah
diatasi dan memberikan kepuasan pada anggota tim, bila
diimplementasikan di RS dapat meningkatkan mutu asuhan
keperawatan
4) Ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses
belajar
5) Ruang rawat MPKP sangat menunjang program pendidikan
keperawatan
Kelemahan :
1) Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk
konferensi tim, membutuhkan waktu dimana sulit
melaksanakannya pada waktu-waktu sibuk.
2) Akuntabilitas pada tim tinggi
3) Beban kerja tinggi
4) Pendelegasian tugas terbatas
5) Kelanjutan keperawatan klien hanya sebagian selama perawat
penanggung jawab klien tugas
Keperawatan di ruang Bethsaida terdiri dari head nurse, perawat
primer, dan perawat associate. Tugas dari masing-masing perawat
sebagai berikut:
1) Kepala ruang
a) Perencanaan
(1) Merencanakan program kegiatan atau pelayanan yang
ada di ruangan.
(2) Menunjuk anggota menjadi ketua tim
(3) Mengikuti serah terima pasien dari shift dinas
sebelumnya.
(4) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien dan
menyiapkan pasien pulang.
(5) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien
(6) Mengatur penugasan dan penjadwalan
(7) Strategi pelaksanaan keperawatan.
(8) Mengikuti visite dokter dan mendiskusikan status
kesehatan pasien dan tindakan yang akan dilakukan.
(9) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
(10) Membantu pengembangan staff, pendidikan, dan
latihan
(11) Membantu bimbingan terhadap peserta didik
keperawatan dan karyawan baru
b) Pengorganisasian
1) Merumuskan metode atau sistem penugasan
2) Menjelaskan rincian tugas perawat primer
3) Melakukan orientasi kepada pasien baru dan keluarga
4) Mengkaji setiap pasien, menganalisa, menetapkan
rencana keperawatan, menerapkan tindakan
keperawatan dan mengevaluasi rencana keperawatan.
5) Mengkoordinasikan rencana keperawatan dan
tindakan medis melalui komunikasi yang konsisten
6) Membagi tugas anggota tim dan merencanakan
kontinuitas asuhan keperawatan melalui conference
7) Membimbing dan mengawasi pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh anggota tim
8) Bertanggung jawab terhadap kepala IPM dan HDUN
9) Menjelaskan rentang kendali di ruang rawat

Head Nurse

Katua Tim /Perawat Primer

Perawat Pelaksana/Perawat associate


10) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan
diruang rawat
11) Perhitungan tenaga perawatan menurut metode
Douglas di ruang Bethsaida
12) Klasifikasi ketergantungan pasien di unit Bethsaida
13) Merencanakan strategi rencana keperawatan
14) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan atau
fasilitas ruangan
15) Membuat permintaan kebutuhan ruang setiap minggu
16) Mendelegasikan tugas kepada PN apabila kepala
ruang sedang tidak berada di ruangan.
17) Mengatur penugasan dan jadwal
c) Pengarahan
1) Memberikan pengarahan kepada primary nurse
2) Memberikan motivasi dalam meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap anggota tim
3) Memberi pujian kepada anggota Tim yang
melaksanakan tugas dengan baik
4) Membimbing bawahan
5) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim
6) Memberikan informasi tentang hal-hal yang
berhubungan dengan pelayanan keperawatan
diruangan
7) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
d) Pengawasan dan Evaluasi
1) Memberikan umpan balik pada kinerja PN.
2) Menilai kerja ketua tim dan anggota.
3) Mengevaluasi pelaksanaan
4) Mengunjungi pasien untuk mengevaluasi kepuasan
pasien terhadap pelayanan keperawatan
2) Tugas perawat primer/ primary nurse
a) Perencanaan :
(1) Bersama kepala ruang melaksanakan serah terima
tugas
(2) Melakukan pre conference
(3) Melakukan pembagian tugas
(4) Menyusun rencana asuhan keperawatan
(5) Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan
(6) Mengikuti visite dokter
(7) Menilai kinerja anggota tim
(8) Mendiskusikan masalah dengan anggota tim
(9) Melakukan ronde keperawatan bersama kepala
ruangan.
(10) Mengorientasikan pada pasien baru
b) Pengorganisasian:
(1) Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim
keperawatan
(2) Melakukan pembagian tugas bersama kepala ruang
terhadap pasien yang menjadi tanggungjawabnya.
(3) Membagi pekerjaan sesuai tingkat ketergantungan
pasien
(4) Membuat rincian tugas anggota tim dalam
keperawatan
(5) Mampu mengkoordinir pekerjaan yang harus
dilakukan bersama tim kesehatan lain
(6) Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada
anggota tim
(7) Melakukan koordinasi tugas anggota tim dalam
pemberian asuhan keperawatan
c) Pengarahan:
(1) Memberikan pengarahan kepada anggota tim tentang
tugas
(2) Memberi pengarahan pada setiap anggota tim dalam
melaksanakan asuhan keperawatan
(3) Memberi teguran , pengarahan pada anggota tim
(4) Memberikan pujian atau motivasi kepada anggota tim
d) Pengawasan dan evaluasi:
(1) Menilai kinerja anggota tim
(2) Menilai dokumentasi keperawatan
(3) Mengevaluasi pelaksanaan dibandingkan dengan
rencana
6. Kajian indikator mutu ruangan
a. BOR= Bed Occupancy Rate
Tingkat Hunian RS (dalam bentuk persentase)
Jumlah pasien pada tanggal 24 Mei 2016 = 39 pasien
Jumlah pasien pada tanggal 25 Mei 2016 = 41 pasien
Jumlah pasien pada tanggal 26 Mei 2016= 38 pasien
Maka jumlah hari perawatan pada tanggal 24 Mei 2016 – 26 Mei 2016
adalah 118 pasien dengan jumlah tempat tidur 44 bed.
BOR = Jumlah hari perawatan RS x 100%
Jumlah TT x jumlah hari dalam 1 periode
= 118 x 100%
44 x 3 hari
= 89 %
b. ALOS = Average Length of Stay
Rata-rata lama dirawat dalam satu periode:
Pada tanggal 24 Mei 2016 – 26 Mei 2016 jumlah pasien pulang adalah
Mr. A pulang dengan lama dirawat 14 hari
Mrs. A pulang dengan lama dirawat 2 hari
Mr.T pulang dengan lama dirawat 2 hari
Mrs V pulang dengan lama dirawat 4 hari
Mrs. K pulang dengan lama dirawat 1 hari
Mr. A pulang dengan lama dirawat 5 hari
Mr. S pulang dengan lama dirawat 2 hari
Mr.A pulang dengan lama dirawat 2 hari
Mr. C pulang dengan lama dirawat 4 hari
Mrs D pulang dengan lama dirawat 7 hari
Mr. D pulang dengan lama dirawat 6 hari
Mrs. M pulang dengan lama dirawat 2 hari
Mr. B pulang dengan lama dirawat 5 hari
Mr. S pulang dengan lama dirawat 4 hari
Mr. T pulang dengan lama dirawat 2 hari
Mrs. S pulang dengan lama dirawat 3 hari
Mrs. M pulang dengan lama dirawat 3 hari
Mr. E pulang dengan lama dirawat 3 hari
Mr. S pulang dengan lama dirawat 3 hari
Mr. I pulang dengan lama dirawat 3 hari
Mrs. K pulang dengan lama dirawat 4 hari
ALOS = Jumlah lama dirawat
Jumlah pasien keluar (hidup+meninggal)
= 81 : 21
= 3,85
=4
c. TOI = Turn Over Interval
Rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke
saat terisi berikutnya

TOI = (jumlah tempat tidur X jumlah periode) - hari perawatan


Jumlah pasien keluar hidup dan meninggal
= (44x 1)-3
21
= 1,95
= 2 tempat tidur
d. BTO = Bed Turn Over
Frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode atau berapa kali
tempat tidur yang dipakai dalam satu satuan waktu (periode).
BTO = jumlah pasien keluar (hidup dan meninggal)
Jumlah tempat tidur
= 21
44
= 0,47 kali
7. Pendidikan
Jumlah perawat ners 7 orang (17,5), S1 keperawatan 5 orang (12,5 %), D3
keperawatan 22 orang (55%), HCA, helper : SMA 2 orang (5%), SMK 4
orang (10%).
8. Pelatihan
Diruang Betsaida terdapat 34 perawat, 5 HCA dan 1 runner, setiap tenaga
mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
diruang Betsaida. Pelatihan dibagi menjadi dua yaitu pelatihan tenaga
medis dan tenaga non-medis. Pelatihan yang diadakan adalah :
a) Pelatihan yang wajib diikuti oleh semua kariawan yaitu program
orientasi umum, BHD, fire and safety, pencegahan dan
pengendalian infeksi, hand higyene.
b) Pelatihan tambahan yang wajib diikuti seluruh perawat, yaitu
program keperawatan umum, modul basic, pain management dan
wound care management.
c) Pelatihan lain yang diberikan oleh rumah sakit yaitu ACLS diikuti
oleh perawat yang menjadi perawat primer dan perawat
penanggung jawab dalam sift.
d) Pelatihan penggunaan alat seperti :
- Surestep
- IV terapi
- EKG
BAB III
ANALISA DATA DAN PERENCANAAN

A. Analisa data
Salah satu pilar mutu kerja ruang Bethsaida angka pressure ulcer ≤
3,5% didapat di rumah sakit. Berdasarkan angka kejadian pressure ulcer
bulan April tahun 2016 didapatkan 3 kejadian (0,86%). Dari hasil
pengkajian dengan observasi selama 3 hari di Ruang Bethsaida ditemukan
2 kejadian pressure ulcer yang didapatkan selama perawatan di rumah.
Saat dikaji oleh perawat, pasien mengalami pressure ulcer akibat tirah
baring yang lama.
Tertusuk jarum syring merupakan hal yang sangat diwaspadai oleh
perawat ketika mengoplos obat, mengambil darah maupun memberikan
obat. Dari hasil pengkajian selama 3 hari di Ruang Bethsaida pada tanggal
24 Mei 2016 didapatkan 6 dari 10 perawat shift pagi yang menutup jarum
syring saat mengoplos obat menggunakan dua tangan, tanggal 25 Mei
didapatkan 5 dari 10 perawat shift pagi yang menutup jarum syring saat
mengoplos obat menggunakan dua tangan dan tanggal 26 Mei 2016
didapatkan 5 dari 10 perawat shift pagi yang menutup jarum syring saat
mengoplos obat dengan dua tangan.
Cuci tangan merupakan salah satu cara untuk mencegah HAIs
(Healthcare Associate Infections). Cuci tangan ada 5 moment, yaitu
sebelum melakukan prosedur bersih atau steril, sebelum bersentuhan
dengan pasien, setelah bersentuhan dengan pasien, setelah bersentuhan
dengan lingkungan sekitar pasien, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh
pasien. Saat dilakukan pengkajian dengan observasi di Ruang Bethsaida
didapatkan 7 dari 10 perawat shift pagi yang tidak mencuci tangan
sebelum dan sesudah menyentuh pasien pada tanggal 24 Mei 2016,
didapatkan 5 perawat dari 10 perawat shift pagi yang tidak mencuci tangan
sebelum dan sesudah menyentuh pasien pada tanggal 25 Mei 2016, dan
didapatkan 5 perawat dari 10 perawat yang tidak mencuci tangan sebelum
dan sesudah menyentuh pasien pada tanggal 26 Mei 2016.
A. Analisa Data
Matriks TOWS

Matriks TOWS Strengh (S) Weakness (W)


1. Metode keperawatan sudah menggunakan 1. Tenaga perawat dalam ruang Bethsaida berjumlah 34
metode MPKP orang
2. Adanya motto ruangan RCS (responsive, 2. Masih ditemukan perawat yang tidak melakukan cuci
care, safety) tangan sebelum dan sesudah berinteraksi dengan pasien
3. Mempunyai SOP tentang cuci tangan 3. Masih ada perawat yang menutup syring dengan two
4. Kerjasama dalam tim sudah baik hand
5. RS SHLV memberikan kesempatan 4. Masih ada kejadian pressure ulcer di ruang Bethsaida
pengembangan keterampilan perawat
dalam pelatihan
Oportunity (O) SO WO
1. Tiap ruangan mempunyai handrub 1. Giatkan cuci tangan dengan handrub 1. Lakukan refresing SOP memberikan obat injeksi setiap
2. BOR ruangan yang selalu diatas 80% sebelum dan sesudah berinteraksi dengan breafing
menunjukkan bahwa pasien tertarik pasien 2. Giatkan cuci tangan dengan handrub sebelum dan
untuk dirawat di ruangan. 2. Lakukan refresing SOP cuci tangan setiap sesudah berinteraksi dengan pasien
3. Adanya prosedur pendelegasian tugas breafing 3. Gunakan stiker tanda risk pressure ulcer
masing-masing tim kerja sehingga 4. Gunakan tempat untuk menutup jarum syring
mendukung untuk mengikuti suatu
pelatihan
4. Mempunyai sarana prasarana yang
lengkap
Threat (T) ST WT
1. HAIs 1. Giatkan cuci tangan dengan handrub 1. HAIs dapat terjadi
2. Semakin tingginya kesadaran sebelum dan sesudah berinteraksi dengan 2. Kejadian pressure ulcer meningkat
masyarakat akan pelayanan kesehatan pasien agar mencegah HAIs 3. Adanya perawat yang tertusuk jarum saat menutup
3. Meningkatnya kejadian pressure ulcer 2. Gunakan stiker tanda risk pressure ulcer syring
4. Perawat tertusuk jarum saat menutup 3. Gunakan tempat untuk menutup jarum
syring syring
B. PLAN OF ACTION

No Masalah Tujuan Rencana kegiatan Sasaran Waktu Tempat Evaluasi Penanggung


Jawab
1. Masih Mencegah 1. Pengkajian Perawat dan 2-4 Juni Ruang Senin, 6 Perawat
ditemukan terjadi HAIs a. Planning HCA 2016 Bethsaida Juni 2016 incharge/
perawat yang b. Pengajuan proyek inovasi lantai 8 Perawat Primer
tidak c. Presentasi Ruang Bethsaida
melakukan 2. Sosialisasi
cuci tangan 3. Implementasi
sebelum dan 4. Evaluasi
sesudah
berinteraksi
dengan
pasien
2. Masih ada Mencegah 1. Pengkajian Perawat 2-4 Juni Ruang Senin, 6 Perawat
perawat yang perawat a. Planning 2016 Bethsaida Juni 2016 incharge/
menutup tertusuk b. Pengajuan proyek inovasi lantai 8 Perawat Primer
jarum syring c. Presentasi Ruang Bethsaida
syring
2. Sosialisasi
dengan two 3. Implementasi
hand 4. Evaluasi

3. Masih ada Mencegah 1. Pengkajian Perawat 2-4 Juni Ruang Senin, 6 Perawat
kejadian peningkatan a. Planning 2016 Bethsaida Juni 2016 incharge/
pressure kejadian b. Pengajuan proyek inovasi lantai 8 Perawat Primer
pressure c. Presentasi Ruang Bethsaida
ulcer di
ulcer 2. Sosialisasi
ruang 3. Implementasi
Bethsaida 4. Evaluasi
Lembar Observasi

1. Before 2. Before 3.after body fluid 4.After touching 5.After touching


touching a clean/aseptic exposure risk a patient patient
patient procedure surroundings
INITIAL Tgl/ Tgl/ Tgl/ Tgl/ Tgl/
YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK

JUMLAH
Lembar Observasi Resiko Tertusuk

Tanggal Observasi :

Beresiko Tertusuk Jarum Tertusuk Jarum Initial Nama Perawat


YA TIDAK YA TIDAK

JUMLAH
Formulir Skala Braden (Patricia, 2012)

Nama pasien :
IMR :
Tanggal :
PARAMETER TEMUAN SKOR
Persepsi 1. Tidak 2. Gangguan 3. Gangguan pada 1 4. Tidak ada
sensori merusak atau sensori pada atau 2 ekstremitas gangguan
respon bagian ½ atau berespon sensori,
terhadap permukaan pada perintah berespon
stimulasi tubuh atau verbal tapi tidak penuh
nyeri, hanya selalu mampu terhadap
kesadaran berespon pada manyatakan perintah
menurun stimuli nyeri ketidaknyamanan verbal
Kelembapan 1. Selalu 2. Sangat lembab 3. Kadang lembab 4. Kulit kering
terpapar
keringat atau
urin basah
Aktivitas 1. Terbaring di 2. Tidak bisa 3. Berjalan dengan 4. Dapat berjalan
tempat tidur berjalan atau tanpa sekitar
bantuan ruangan
Mobilitas 1. Tidak mampu 2. Tidak dapat 3. Dapat membuat 4. Dapat
bergerak merubah perubahan posisi merubah
posisi secara tubuh atau posisi tanpa
tepat atau ekstremitas bantuan
teratur dengan mandiri
Nutrisi 1. Tidak dapat 2. Jarang mampu 3. Mampu 4. Dapat
menghabiskan menghabiskan menghabiskan ½ menghabiskan
1/3 porsi ½ porsi makan porsi makan porsi makan,
makanan, atau intake tidak
sedikit cairan kurang memerlukan
minum, puasa dari jumlah suplemen
atau minum optimum nutrisi
air putih, atau
mendapat
infus lebih
dari 5 hari
Gesekan 1. Tidak 2. Membutuhkan 3. Membutuhkan
memapu bantuan bantuan minimal
mengangkat minimal mengangkat
badannya mengangkat tubuhnya
sendiri atau tubuhnya
spatik,
kontraktur
atau gelisah
TOTAL SKOR

PENILAIAN LUKA TEKAN MENGGUNAKAN BRADEN SKOR

1. SKALA BRADEN Q (RESIKO RENDAH), SKOR 16-23


Intervensi:
a. Ubah posisi pasien secara teratur, setidaknya 4 jam sekali.
b. Dukung pasien untuk mobilisasi seefektif mungkin
c. Lindungi area tonjolan tulang yang beresiko untuk terjadi luka tekan
d. Gunakan alat penyangga untuk melindungi area tubuh dari tekanan.
e. Cegah gesekan dengan mengangkat atau mobilisasi pasif dengan benar.
f. Berikan nutrisi secara adekuat sesuai dengan kebutuhan pasien/program.
g. Keringkan area yang lembab dengan segera
h. Kelompokkan pasien ke tingkat resiko yang lebih tinggi bila ada faktor
resiko.

2. SKALA BRADEN Q (RESIKO SEDANG), SKOR 13-15


Intervensi:
a. Ubah posisi pasien secara teratur, setidaknya 4 jam sekali.
b. Dukung pasien untuk mobilisasi seefektif mungkin
c. Lindungi area tonjolan tulang yang beresiko untuk terjadi luka tekan
d. Gunakan alat penyangga untuk melindungi area tubuh dari tekanan.
e. Cegah gesekan dengan mengangkat atau mobilisasi pasif dengan benar.
f. Berikan nutrisi secara adekuat sesuai dengan kebutuhan pasien/program.
g. Keringkan area yang lembab dengan segera
h. Kelompokkan pasien ke tingkat resiko yang lebih tinggi bila ada faktor
resiko.
i. Pengaturan posisi miring 30 derajad dengan menggunakan bantuan bantal
busa.
3. SKALA BRADEN Q (RESIKO TINGGI), SKOR 10-12
Intervensi:
a. Dukung pasien untuk mobilisasi seefektif mungkin
b. Lindungi area tonjolan tulang yang beresiko untuk terjadi luka tekan
c. Gunakan alat penyangga untuk melindungi area tubuh dari tekanan.
d. Cegah gesekan dengan mengangkat atau mobilisasi pasif dengan benar.
e. Berikan nutrisi secara adekuat sesuai dengan kebutuhan pasien/program.
f. Keringkan area yang lembab dengan segera
g. Kelompokkan pasien ke tingkat resiko yang lebih tinggi bila ada faktor
resiko.
h. Pengaturan posisi miring 30 derajad dengan menggunakan bantuan bantal
busa.
i. Ubah posisi pasien setiap 1 jam sekali.

4. SKALA BRADEN Q (RESIKO SANGAT TINGGI), SKOR ≤9


Intervensi
a. Dukung pasien untuk mobilisasi seefektif mungkin
b. Lindungi area tonjolan tulang yang beresiko untuk terjadi luka tekan
c. Gunakan alat penyangga untuk melindungi area tubuh dari tekanan.
d. Cegah gesekan dengan mengangkat atau mobilisasi pasif dengan benar.
e. Berikan nutrisi secara adekuat sesuai dengan kebutuhan pasien/program.
f. Keringkan area yang lembab dengan segera
g. Kelompokkan pasien ke tingkat resiko yang lebih tinggi bila ada faktor
resiko.
h. Pengaturan posisi miring 30 derajad dengan menggunakan bantuan bantal
busa.
i. Ubah posisi pasien setiap 1 jam sekali.
j. Penggunaan matras khusus untuk mencegah terjadinya luka tekan.
PRESSURE PRESSUR
PRESSURE PRESSURE
ULCER EULCER
ULCER ULCER
RISK RISK
RISK RISK
3 4
1 2

Lubang Penahan Tutup Syringe

Anda mungkin juga menyukai