Anda di halaman 1dari 36

BAB II

PRELIMINARY

Suatu struktur bangunan beton bertulang dirancang dengan data – data


sebagai berikut:
a) Tipe Bangunan : Apartement
b) Letak Bangunan : Ambon
c) Wilayah Gempa :3
d) Tinggi Bangunan :m
e) Lebar Bangunan : 21 m
f) Panjang Bangunan : 24 m
g) Mutu Beton (f’c) :
1. Balok = 20 MPa
2. Kolom = 25MPa,
3. Pelat = 20 MPa
h) Mutu Baja (fy) :
1. Tulangan Longitudinal = BJPT 30
2. Tulangan Sengkang = BJPT 24
2.1 Pembebanan
Menurut peraturan pembebanan SNI 1727:2013, dalam perencanaan
struktur bangunan, diharapkan struktur dapat menahan beban yang diterima
sehingga memiliki kekuatan dan kekakuan yang cukup untuk memberikan
stabilitas struktural, melindungi komponen nonstruktural dan sistem. Pembebanan
struktur terdiri dari, beban mati, beban hidup, beban angin dan beban gempa.
2.1.1 Beban Mati
Menurut pasal 3.1.1 SNI 1727:2013 definisi dari beban mati adalah berat
seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang terpasang. Konstruksi bangunan
yang dimaksud adalah berat volume struktur utama termasuk dinding, lantai, atap,
plafon, tangga, dinding partisi tetap, finishing, klading gedung dan komponen
arsitektural dan struktural lainnya serta peralatan layan terpasang lainnya serta
termasuk berat keran.
Menurut pasal 3.1.2 SNI 1727:2013 Dalam menentukan beban mati untuk
perancangan, harus digunakan berat bahan dan konstruksi yang sebenarnya,
dengan ketentuan bahwa jika tidak ada informasi yang jelas, nilai yang harus
digunakan adalah nilai yang disetujui oleh pihak yang berwenang yang mengerti
dan ahli dibidangnya.

Tabel 2.1 Beban Mati pada Struktur

Beban Berat Jenis


Beton 2400 kg/𝑚3
Pelat 2400 kg/𝑚3
Penggantung Plafon 7 kg/𝑚2
Plafon 11 kg/𝑚2
Ducting dan Plumbing 40 kg/𝑚2
Spesi 21 kg/𝑚2
Keramik 24 kg/𝑚2
(sumber: PPIUG-
1983)
2.1.2 Beban Hidup
Menurut Pasal 4.1 SNI 1727:2013 definisi dari beban hidup adalah beban
yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni bangunan gedung tersebut atau
struktur lain yang tidak termasuk beban konstruksi dan beban lingkungan,
contohnya seperti beban angin, beban hujan, beban gempa, beban banjir, atau
beban mati. Penggunaan beban hidup diatur dalam pasal 4.3.1 bahwa beban hidup
yang digunakan dalam perancangan bangunan gedung dan struktur lain harus
merupakan beban maksimum yang dapat terjadi akibat penghunian dan
penggunaan bangunan gedung, akan tetapi nilainya tidak boleh kurang dari beban
merata minimum yang ditetapkan dalam peraturan.
Tabel 2.2 Beban Hidup Struktur

Beban Berat Jenis


Rumah Hunian (semua ruang kecuali 192 kg/𝑚2
tangga dan balkon)
Koridor 479 kg/𝑚2
Balkon 479 kg/𝑚2
Semua Konstruksi Lainnya (beban 96 kg/𝑚2
pekerja pada atap)
Hujan 40 kg/m2
(Sumber : SNI 1727: 2013
dan PPIUG 1987)
2.1.3 Beban Angin
PPIUG 1983, Bab I pasal1 ayat 3: beban angin adalah semua beban yang
bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam
tekanan udara. Tekanan angin di Indonesia adalah 80kg/m2 pada bidang tegak
sampai setinggi 20 m. Beban angin yang bekerja terhadap gedung adalah menekan
dan menghisap gedung tidak menentu dan sukar diprediksi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi daya tekan dan hisap angin terhadap gedung adalah kecepatan
angin, kepadatan udara, permukaan bidang, dan bentuk dari gedung.
Adapun langkah perhitungan beban angin SPBAU (Sistem Penahan Beban
Angin Utama) yang bekerja pada bangunan gedung tertutup, tertutup sebagian,
dan terbuka dari semua ketinggian khususnya pada perencanaan Apartment 3
lantai menurut SNI-1727-2013 sebagai berikut :

1. Tentukan kategori risiko bangunan gedung atau struktur lain


Tabel 2.3 Kategori Risiko Bangunan
Penggunaan dan Pemanfaatan Fungsi Bangunan Kategori
Struktur Risiko
Bangunan gedung dan struktur lain yang merupakan
risiko rendah untuk kehidupan manusia dalam kejadian I
kegagalan
Semua bangunan gedung dan struktur lain kecuali
II
mereka teerdaftar dalam kategori risiko I, III, dan IV
Bangunan gedung dan struktur lain, kegagalan yang
dapat menimbulkan risiko besar bagi kehidupan
manusia.
Bangunan gedung dan struktur lain, tidak termasuk
dalam kategori risiko IV, dengan potensi untuk
menyebabkan dampak ekonomi substansi dan gangguan
massa dari hari ke hari kehidupan sipil pada saat terjadi
kegagalan.
Bangunan gedung dan struktur lain tidak termasuk
III
risiko kategori IV (termasuk, namun tidak terbatas
pada, fasilitas yang manufaktur, proses, menangani,
menyimpan, menggunakan, atau membuang zat-zat
seperti bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya,
limbah berbahaya, atau bahan peledak) yang
mengandung zat beracun atau mudah meledak dimana
kuantitas material melebihi jumlah ambang batas yang
ditetapkan oleh pihak yang berwenang dan cukup untuk
menimbulkan suatu ancaman kepada public.
Bangunan gedung dan struktur yang dianggap sebagai
fasilistas penting
IV
Bangunan gedung dengan struktur lain, kegagalan yang
dapat menimbulkan bahaya besar bagi masyrakat.
(sumber: SNI-1727-2013)

Berdasarkan tabel diatas, kategori risiko bangunan pada perencanaan Apartemen 3


lantai pada daerah Lembah di Ambon termasuk kategori III.

2. Tentukan kecepatan angin dasar (V)


Berdasarkan data yang diperoleh dari BMKG, kecepatan angin dasar
didaerah Ambon adalah 5,2 m/s.

3. Tentukan parameter beban angin


1. Faktor arah angin (Kd), bedasarkan tabel 26.6-1

Tabel 2.4 Faktor arah angin (Kd)

Tipe Struktur Faktor Arah Angin Kd


Bangunan Gedung
Sistem Penahan Beban Angin Utama
0,85
Komponen dan Klading Bangunan
0,85
Gedung
Atap Lengkung 0,85
Cerobong asap, tangki, dan stuktur yang
sama
0,90
Segi empat
0,95
Segi enam
0,95
Bundaran
Dinding pejal berdiri bebas dan papan
reklame pejal berdiri bebas dan papan 0,85
reklame terikat
Papan reklame terbuka dan kerangka kisi 0,85
Rangka batang menara
0,85
Segi tiga, segi empat, persegi panjang
0,95
Penampang lainnya
(sumber: SNI-1727-2013)
Berdasarkan Tabel 26.6-1, faktor arah angin pada perencanaan Apartment
dengan tipe struktur bangunan gedung adalah 0.85
2. Kategori Eksposur, berdasarkan pasal 26.7.3

Tabel 2.5 Kategori Eksposur

Kategori Penjelasan
Daerah perkotaan dan pinggiran kota, daerah berhutan,
atau daerah lain dengan penghalang berjarak dekat yang
B
banyak memiliki ukuran dari tempat tinggal keluarga-
tunggal atau lebih besar.
Dataran terbuka dengan penghalang tersebar yang
memiliki tinggi umumnya kurang dari 30 ft(9,1m).
C
Kategori ini mencangkup daerah terbuka datar dan padang
rumput.
Area datar, area tidak terhalang dan permukaan air.
D Kategori ini berisi lumpur halus,padang garam, dan es tak
terputs.
(sumber: SNI-1727-2013)
Berdasarkan pasal 26.7.3 pada SNI-1727-2013, bangunan Apartmen pada
perencanaan ini yaitu termasuk kategori eksposur B.

3. Faktor Topografi (Kzt), berdasarkan pasal 26.8 dan tabel 26.8-1

Tabel 2.6 Parameter untuk peningkatan kecepatan diatas bukit dan tebing

Parameter untuk peningkatan kecepatan diatas bukit dan tebing


K1/(H/Lh) µ
Eksposur Sisi angin
Sisi angin
Bentuk bukit γ datang
pergi dari
B C D dari
puncak
puncak
Bukit memanjang 2-
dimensi (atau lembah 1.3 1.6
1.5 3 1.5 1.5
dengan negative H 0 5
dalam K1/(H/Lh)
Tebing 2-dimensi 0.7 0.8 0.9
2.5 1.5 4
5 5 5
Bukit simetris 3- 0.9 1.0 1.1
4 1.5 1.5
dimensi 5 5 5
(sumber: SNI-1727-2013)
Perhitungan nilai Kzt pada Apartmen berdasarkan tabel diatas nilai K1
sebesar 1.3.
Diketahui nilai : x=Lh= 3000m (berdasarkan panjang bukit
Elfanoen diMaluku Utara)

Nilai K2 = =0.33

Nilai K3 = 𝑒 −𝛾𝑧/𝐿ℎ = 0.987


Nilai Kzt = (1+K1K2K3)2= 2.03
4. Faktor Efek Tiupan Angin (G), berdasarkan pasal 26.9
Faktpr efek-tiupan angin untuk suatu bangunan gedung dan struktur lain
yang kaku boleh diambil sebesar 0.85.
5. Kalsifikasi Ketertutupan, berdasarkan pasal 26.10
Klasifikasi ketertutupan pada perencanaan Apartmen ini yaitu tertutup
sebagian.
6. Koefisien Tekanan Internal (GCpi), berdasarkan pasal 26.11 dan Tabel
26.11-1
Tabel 2.7 Klasifikasi ketertutupan

Klasifikasi Ketertutupan GCpi


Bangunan gedung terbuka 0,00
Bangunan gedung tertutup + 0,55
sebagian -0,55
+0,18
Bangunan gedung tertutup
-0,18
(sumber: SNI-1727-2013)

Berdasarkan tabel diatas, nilai GCpi untuk bangunan tertutup sebagian


adalah +0.55(angin pergi).
7. Koefisien Eksposur Tekanan Velositas ( Kz)
Koefisien eksposur tekanan velositas ditentukan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.8 Koefisien Eksposur Tekanan Velositas Kz.


Tinggi Atas Level Tanah Eksposur
Ft M B C D
0-15 (0-4,6) 0,57 0,85 1,03
20 (6,1) 0,62 0,90 1,08
25 (7,6) 0,66 0,94 1,12
30 (9,1) 0,70 0,98 1,16
40 (12,2) 0,76 1,04 1,22
50 (15,2) 0,81 1,09 1,27
60 (18) 0,85 1,13 1,31
70 (21,3) 0,89 1,17 1,34
80 (24,4) 0,93 1,21 1,38
90 (27,4) 0,96 1,24 1,40
100 (30,5) 0,99 1,26 1,43
120 (36,6) 1,04 1,31 1,48
140 (42,7) 1,09 1,36 1,52
160 (48,8) 1,13 1,39 1,55
180 (54,9) 1,17 1,43 1,58
200 (61,0) 1,20 1,46 1,61
250 (76,2) 1,28 1,53 1,68
300 (91,4) 1,35 1,59 1,73
350 (106,7) 1,41 1,64 1,78
400 (121,9) 1,47 1,69 1,82
450 (137,2) 1,52 1,73 1,86
500 (152,4) 1,56 1,77 1,89
(Sumber: SNI-1727-2013)

Catatan:
1. Koefisien eksposur tekanan velositas KZ dapat ditentukan dari formula
berikut:
 Untuk 15 ft ≤ Z≤ Zg Kz = 2,01(Z/Zg)2/∝
 Untuk Z< 15 ft Kz = 2,01(15/Zg) 2/∝
2. ∝ dan zg ditabulasikan dalam tabel 26.9.1
Tabel 2.9 Konstanta Eksposur Daratan
Eksposur ∝ Zg  ̂
𝒃 ̅
𝜶 ̅
𝒃 c 𝓵(ft) ⋷ Zmin(ft)*
(ft)
B 7,0 1200 1/7 0,84 1/4,0 0,45 0,30 320 1/3,0 30
C 9,5 900 1/9,5 1,00 1/6,5 0,65 0,20 500 1/5,0 15
D 11,5 700 1/11,5 1,07 1/9,0 0,80 0,15 650 1/8,0 7
*Zmin = Tinggi minimum yang dapat menjamin tinggi ekuivalen 𝑧̅ yang lebih
besar dari 0,6h atau Zmin.
Untuk bangun gedung dengan h ≤ Zmin , 𝑧̅ harus diambil sebesar Zmin.

Eksposu ∝ Zg  ̂
𝒃 ̅
𝜶 ̅
𝒃 c 𝓵(ft) ⋷ Zmin(m)
*
r (ft)
B 7,0 365,7 1/7 0,8 1/4, 0/4 0,3 97,54 1/3, 9,14
6 4 0 5 0 0
C 9,5 274,3 1/9,5 1,0 1/6, 0/6 0,2 152,4 1/5, 4,57
2 0 5 5 0 0
D 11, 213,3 1/11, 1,0 1/9, 0/8 0,1 198,1 1/8, 2,13
5 6 5 7 0 0 5 2 0
*Zmin = Tinggi minimum yang dapat menjamin tinggi ekuivalen 𝑧̅ yang lebih
besar dari 0,6h atau Zmin.
Untuk bangun gedung dengan h ≤ Zmin , 𝑧̅ harus diambil sebesar Zmin.
Berdasarkan penjelasan diatas maka didapatkan nilai Kz untuk perencanaan Ap
artment sebagai berikut :
∝ = 𝟕, 𝟎 𝒛𝒈 = 𝟑𝟔𝟓, 𝟕𝟔
Kz = (2,01)(z/zg)2/∝
Kz = 0.77

 Menentukan teknan velositas q atau qh. Tekanan velositas, q. Dievaluasi


pada ketinggian z harus dihitung dengan persamaan pada pasal 27.3.2
halaman 66 SNI 1727-2013.
qz = 0,00256KzKztKdV2 (lb/ft2)
qq = 0.613 x Kz x Kzt x Kd x V2
[Dalam SI: qz = 0,613KzKztKdV2 (N/m2); V dalam m/s ]

Kd = faktor arah angin, liat Pasal 26.6


Kz = koefisien eksposur tekanan velositas, lihat Pasah 27.3.1
Kzt = Faktor topografi tertentu ,lihat Pasal 26.8.2
V = Kecepatan angin dasar, lihat Pasal 26.5
Qz = tekanan velositas dihitung menggunakan Persamaan 27.3-1 pada
ketinggalan z

4. Menentukan koefisien Tekanan Eksternal (Cp atau Cn) diambil dengan


ketentuan permukaan dinding di sisi angin datang.
Tabel 2.10 Koefisien Tekanan Eksternal

Koefisien tekanan dinding. Cp


Permukaan L/B Cp Digunakan
dengan
Dinding di sisi angin datang Seluruh nilai 0,8 qz
Dinding di sisi angin pergi 0-1 - 0,5
2 - 0,3 qh
≥4 - 0,2
Dinding tepi Seluruh nilai - 0,7 qh
(Sumber: SNI-1727-2013)

5. Menghitung Tekanan Angin


Tekanan angin desain untuk SPBAU(Sistem Penahan Bangunan
Utama) bangunan gedung fleksibel harus ditentukan dari persamaan berikut :
p = qG1Cp-ql(GCpl) (lb/ft2) (N/m2)
dimana : q, ql, Cp and (GCpl) dan G1(faktor efek-tiupan angin)
p= (22.02)(0.85)(.08)-(22.02)(0.55)
p= 2.86 N/m2
Maka didapatkan nilai tekanan angin pada Apartement yaitu 2.86 N/m2.
Beban angin yang digunakan dalam desain SPBAU untuk bangunan
gedung tertutup atau tertutup sebagian tidak boleh lebih kecil dari 0,77 Kn/m 2 ,
dan karena besar tekanan angin yang diperoleh lebih kecil dari besar beban angin
yang diisyaratkan, maka beban angin yang digunakan yaitu sebesar 0,77 Kn/m2
pada perencanaan bangunan apartemen.
 Angin Arah X
Arah angin datang berada sisi kanan bangunan dengan sisi dinding yang memiliki
luasan dengan panjang 21 meter dan tinggi bangunan 13 meter dengan luas total
adalah 273 m2 dan memiliki 18 joint di atas tanah. Beban angin dikalikan dengan
luas daerah dinding yang didistribusikan ke tiap joint yang diterpa angin.
Dilakukan perhitungan seperti di bawah ini:

273 𝑥 0,77
Pangin =
18

= 11,67 kN ( tiap joint)

 Angin Arah Y
Arah angin datang berada sisi depan bangunan dengan sisi dinding yang memiliki
luasan dengan panjang 24 meter dan tinggi bangunan 13 meter dengan luasan total
adalah 312 m2 dan memiliki joint di atas tanah. Beban angin dikalikan dengan
luas daerah dinding yang didistribusikan ke tiap joint yang diterpa angin.
Dilakukan perhitungan seperti di bawah ini sebagai berikut:

312 𝑥 0,77
Pangin = 21

= 11,44 kN (tiap joint)

Tabel 2.11 Rekapan hasil perhitungan beban angin


Parameter Nilai Satuan
Kategori Bangunan III
Kecepatan Angin Dasar, V 5,2 m/s
Parameter Beban Angin :
a. Faktor arah angin, Kd 0.85
b. Kategori Eksposur B
c. Faktor topografi, Kzt 2,03
d. Faktor efek tiupan angin, G 0,85
Bangunan Gedung Tertutup
e. Klasifikasi ketertutupan Sebagian
f. Koefisien tekanan internal, Gcpi 0,55
Koefisien eksposure tekanan velositas,
Kz 0,77
Tekanan velositas, q 22,02 N/m2
Koefisien tekanan eksterna, Cp 0,8
Tekanan Angin, p 2,86 N/m2
Kecepatan Angin pakai 0.77 KN/m2

2.2 Preliminary Balok


Balok merupakan batang horizontal dari rangka struktur yang memikul
beban tegak lurus sepanjang batang tersebut biasanya terdiri dari dinding, pelat
atau atap bangunan dan menyalurkannya pada tumpuan atau struktur dibawahnya.

1) Preliminary Balok Induk


Berikut adalah langkah perhitungan desain awal balok:
1. Menentukan Hmin dan Bmin (kode: balok A3, L=5m)
Gambar 2.1 Denah Pembalokan
(sumber: penulis)
Berdasarkan SNI -2847-2013 untuk menghitung nilai Hmin sebagai berikut :
Tabel 2.12 Tebal minimum, h
Tebal minimum, h
Komponen Tertumpu Satu ujung Kedua ujung Kantilever
struktur sederhana menerus menerus
Pelat massif l/20 l/24 l/28 l/10
satu-arah
Balok atau l/16 l/18.5 l/21 l/8
pelat rusuk
satu-arah
Catatan :
Panjang bentang dalam mm.
Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur dengan
beton normal dan tulangan tulangan Mutu 420 MPa. Untuk kondisi lain, nilai di atas
harus dimodifikasikan sebagai berikut: (a) Untuk struktur beton ringan dengan berat
jenis (equilibrium density), wc, di antara 1440 sampai 1840 kg/m3, nilai tadi harus
dikalikan dengan (1,65 – 0,0003wc) tetapi tidak kurang dari 1,09. (b) Untuk fy selain
420 MPa, nilainya harus dikalikan dengan (0,4 + fy/700).
(Sumber : SNI 2047-2013)
Dengan menggunakan sample perhitungan balok A3 yang tertumpu sederhana dan
nilai fy=210 Mpa, maka dilakukan perhitungan nilai Hmin dan Bmin :
Hmin= l/16 × (0,4 + fy/700)
Hmin = 5/16 × (0,4 + 210/700)
Hmin = 0.21875m
Bmin = 2/3 Hmin
Bmin = 2/3 × 0.21875
Bmin = 0.1458m
2. Beban yang bekerja
Tabel 2.13 Beban SIDL
Beban W (kg/m2) P(m) W (kg/m) W total
(kg/m)
plafon 18 1.5 27
spasi 21 1.5 31.5
Keramik 24 1.5 36 529.5
Plumbing 40 1.5 60
Pas ½ bata 250 1.5 375
(sumber: penulis)
Tabel 2.14 Dead Load
Beban W b(m) h(m) W total
(kg/m3) (kg/m)
Balok 2400 0.1458 0.21875 76.5625
(sumber: penulis)
Tabel 2.15 Live load
Beban W (kg/m2) P(m) W
total(kg/m)
Rumah Hunian (semua ruang 192 1.5 288
kecuali tangga dan balkon)
Beban Terfaktor, q = 1,2 DL+1.6 LL
q = 1.2 (529.5+76.5625)+ 1.6 (288)
q = 1188.075 kg/m
3. Menentukan nilai d
𝑀𝑢
𝑏𝑑2 =
∅[𝑓𝑐 ′ × 𝜔(1 − 0.59𝜔)}
1
𝑀𝑢 = 𝑞𝑙 2
8
1
𝑀𝑢 = (1188.075 × 52 ) = 3712.73 𝑘𝑔𝑚
8
𝑓𝑦
𝜔=𝜌
𝑓𝑐′
210
𝜔 = 0.01 = 0.105
25
𝜔 = 0.105

𝑀𝑢
√ ∅[𝑓𝑐 ′ × 𝜔(1 − 0.59𝜔)]
𝑑=
𝑏

3712.73
√ 0.9[(25 × 105 𝑘𝑔/𝑚𝑚) × 0.105(1 − 0.59(0.105))]
𝑑=
∗ 𝑡𝑟𝑖𝑎𝑙 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏 ∗

3712.73
√ 0.9[25 × 0.105(1 − 0.59(0.105))]
0.3235 =
0.2

Periksa syarat dengan memasukkan nilai d dan b yang telah didapatkan ke


persamaan berikut :
𝑀𝑢
𝑏𝑑2 =
∅[𝑓𝑐 ′ × 𝜔(1 − 0.59𝜔)}
3712.73
0.2(0.32352 ) =
0.9[(25 × 105 𝑘𝑔/𝑚𝑚) × 0.105(1 − 0.59(0.105)}
0.0209 = 0.02094 ok.
Berdasarkan SNI-2847-2013, selimut yang disyaratkan untuk tulangan,
selongsong, penutup ujung prategang dan non prategang tidak boleh kurang
dari berikut ini:
Tabel 2.16 Ukuran selimut beton
Selimut Beton
Kriteria
(mm)
Beton yang dicor di atas dan selalu berhubungan dengan tanah 75
Beton yang berhubungan dengan tanah dan cuaca:
Panel dinding, slab, balok usuk
Komponen struktur lainnya 25
40
Beton yang tidak berhubungan dengan cuaca atau
berhubungan dengan tanah:
Slab, dinding, balok usuk 20
Balok, kolom:
Tulangan utama 40
Pengikat, sengkang, spiral 25
Komponen struktur cangkang, pelat lipat: Batang tulangan D-
16, kawat M-16 ulir atau polos, dan yang lebih kecil 10
Tulangan lainnya db namun tidak kurang dari 20
20
(Sumber : SNI 2047-
2013)

Maka, nilai h :
ℎ = 𝑑 + 𝑠𝑒𝑙𝑖𝑚𝑢𝑡 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 = 0.3235 + 0.04 = 0.3635 𝑚
Jadi, perencanaan balok A3 berdimensi 20×36.35 cm atau 20×40cm.
Dengan menggunakan langkah perhitungan yang sama, maka didapatkan hasil
rekapitulasi dimensi balok sebagai berikut:
Tabel 2.17 Rekapitulasi Dimensi Balok Memanjang
Lantai 1&2 Lantai 3
Dimensi Dimensi Panjang
Nama
Balok Nama dimensi b h b h bentang
dimensi
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
A1 A1 20 40 A3 15 30 500
A2 A2 25 50 B2 20 40 500
A3 A1 20 40 A3 15 30 500
B1 A2 25 50 B2 25 50 500
B2 B4 30 60 B2 20 40 500
B3 B4 30 60 B2 20 40 500
B4 B4 30 60 B2 20 40 500
B5 A2 25 50 B2 20 40 500
C1 A1 20 30 A3 15 30 300
C2 A1 20 40 A3 15 30 300
C3 A1 20 40 A3 15 30 300
C4 A1 20 40 A3 15 30 300
C5 A1 20 40 A3 15 30 300
C6 A1 20 40 A3 15 30 300
D1 A1 20 40 A3 15 30 300
D2 A1 20 40 A3 15 30 300
D3 A1 20 40 A3 15 30 300
D4 A1 20 40 A3 15 30 300
D5 A1 20 40 A3 15 30 300
D6 A1 20 40 A3 15 30 300
E1 A1 20 40 A3 15 30 500
E2 A2 25 50 B2 20 40 500
E3 B4 30 60 B2 20 40 500
E4 B4 30 60 E4 25 50 500
E5 A2 25 50 B2 20 40 500
(sumber: penulis)

Tabel 2.18 Rekapitulasi Dimensi Balok Melintang


Lantai 1&2 Lantai 3
Dimensi Dimensi Panjang
Nama
Balok Nama dimensi b h b h bentang
dimensi
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
F1 J3 30 60 F1 20 40 500
F2 J3 30 60 F2 25 50 500
F3 J3 30 60 F1 20 40 500
F4 J2 25 50 H2 15 30 500
G1 J2 25 50 F1 20 40 400
G2 J2 25 50 F1 20 40 400
G3 J2 25 50 H2 15 30 400
G4 J3 30 60 F1 20 40 400
G5 J2 25 50 H2 15 30 400
H1 J1 20 40 H2 15 30 300
H2 J2 25 50 H2 15 30 300
H3 J1 20 40 H2 15 30 300
H4 J2 25 50 H2 15 30 300
H5 J2 25 50 H2 15 30 300
H6 J1 20 40 H2 15 30 300
I1 J1 20 40 H2 15 30 300
I2 J2 25 50 H2 15 30 300
I3 J1 20 40 H2 15 30 300
I4 J2 25 50 F1 20 40 300
I5 J2 25 50 F1 20 40 300
I6 J1 25 50 F1 20 40 500
J1 J1 20 40 H2 15 30 400
J2 J2 25 50 F1 20 40 400
J3 J3 30 60 F1 20 40 400
J4 J2 25 50 F1 20 40 400
K1 J2 25 50 H2 15 30 500
K2 J2 25 50 H2 15 30 500
(sumber: penulis)

2) Analisa Kebutuhan Balok Anak


Berikut adalah langkah perhitungan kebutuhan balok anak(kode 1, luas
5x3 m):
1. Menentukan pembagian per segmen daerah pelat
Gambar 2.2 Pembagian daerah pelat
2. Pembebanan
Tabel 2.19 Beban SIDL
Beban W (kg/m2) W total (kg/m2)
plafon 18
spasi 21
Keramik 24 353
Plumbing 40
Pas ½ bata 250
(sumber: penulis)
Perencanaan awal untuk tebal pelat pada lantai 1 &2 adalah 0.12m dan
untuk lantai 3 adalah 0.1m.

Tabel 2.20 Dead Load


Beban W (kg/m3) h(m) W total (kg/m2)
Pelat 2400 0.12 288
(sumber: penulis)
Tabel 2.21 Live load
Beban W (kg/m2) W total(kg/m2)
Rumah Hunian (semua ruang 192 192
kecuali tangga dan balkon)
(sumber: penulis)
Beban Terfaktor, q = 1,2 DL+1.6 LL
q = 1.2 (353+288)+ 1.6 (192)
q = 1076.4 kg/m2
3. Menentukan Nilai C1
Dengan menggunakan nilai bentang panjang dan pendek pada pelat,
tentukan nilai b/a.
𝑏 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 5
= = = 1.67
𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘 3
Gunakan nilai b/a untuk membaca grafik penentuan nilai C1 dan
didapatkan nilai C1= 0.027 dengan grafik berikut :

Gambar 2.3 Grafik C1

4. Menentukan nilai defleksi maksimal dan defleksi izin


Berdasarkan SNI-2847-2013, defleksi izin maksimum ditentukan
berdasarkan tabel berikut:
∆ max > ∆ izin
p.a4
C1 >Lterpanjang /240
Eh3

1076.4.54
0.027 >5/240
(23500×105 )0.123
0.25×10-5 >2×10-2
Karena defleksi maksimal kurang dari defleksi izin maka pada segmen 1
tidak memerlukan balok anak, dengan dilakukan dengan langkah yang
sama maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2.22 Hasil Rekapitulasi keperluan balok anak
No L b a/ E C1 p Defleksi Defleks Balok
atau (m) b (kg/m2) max i izin anak
a (m)
1 5 3 1.6 23.5 0.027 1076.4 2.5 x 10-7 0.02 tidak
x108 perlu
2 5 3 1.6 23.5 0.027 1076.4 2.5 x 10-7 0.02 tidak
x108 perlu
3 5 4 1.2 23.5 0.02 1382.6 1.8 x 10-7 0.02 tidak
x108 perlu
4 5 3 1.6 23.5 0.027 1306 3.1 x 10-7 0.02 tidak
x108 perlu
5 5 3 1.6 23.5 0.027 1306 3.1 x 10-7 0.02 tidak
x108 perlu
6 5 4 1.2 23.5 0.02 1306 1.07 x 10- 0.02 tidak
x108 7
perlu
-7
7 5 3 1.6 23.5 0.027 1076.4 2.5 x 10 0.02 tidak
x108 perlu
8 4 3 1.3 23.5 0.022 1334.8 1.07 x 10- 0.02 tidak
x108 7
perlu
9 4 3 1.3 23.5 0.022 1334.8 1.07 x 10- 0.02 tidak
x108 7
perlu
-7
10 5 3 1.6 23.5 0.027 1076.4 2.5 x 10 0.021 tidak
x108 perlu
11 5 3 1.6 23.5 0.027 1076.4 2.5 x 10-7 0.021 tidak
x108 perlu
12 4 3 1.3 23.5 0.022 1334.8 1.07 x 10- 0.02 tidak
x108 7
perlu
13 3 3 1.0 23.5 0.01 1535.6 1.8 x 10-7 0.01 tidak
x108 perlu
14 3 3 1.0 23.5 0.01 1535.6 1.8 x 10-7 0.01 tidak
x108 perlu
15 4 3 1.3 23.5 0.022 1334.8 1.07 x 10- 0.02 tidak
x108 7
perlu
-7
16 5 5 1.0 23.5 0.01 1076.4 5.7 x 10 0.021 tidak
x108 perlu
17 5 4 1.2 23.5 0.02 1076.4 1.4 x 10-7 0.021 tidak
x108 perlu
18 5 3 1.6 23.5 0.027 1076.4 2.5 x 10-7 0.021 tidak
x108 perlu
19 5 3 1.6 23.5 0.027 1076.4 2.5 x 10-7 0.021 tidak
x108 perlu
2.3 Preliminary Pelat Lantai
Pelat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung,
merupakan lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang
lain. Pelat lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom
bangunan.
1) Perencanaan Tebal Pelat Lantai
Berikut adalah langkah perhitungan desain awal pelat :
1. Menentukan nilai Ln dan Ls (kode: 1, luas 3x5m, pada lantai 3)

Gambar 2.3 Pembagian daerah pelat


Pelat yang direncanakan berupa pelat lantai yang memiliki ukuran yaitu :
- Luas Pelat Lantai : 5000mm x 3000mm
- Dimensi Balok :
 1a :-L = 5000 mm
- bw = 150 mm
-h = 300 mm
 1b :-L = 3000 mm
- bw = 150 mm
-h = 300 mm
 1c :-L = 5000 mm
- bw = 200 mm
-h = 400 mm
 1d :-L = 3000 mm
- bw = 150 mm
-h = 300 mm

Pelat tersebut direncanakan dengan spesifikasi sebagai berikut :

- Mutu Beton : 20 MPa


- Mutu Baja : 240 Mpa
- Rencana Tebal Pelat :
 Pelat Lantai 1-2 : 12 cm
 Pelat Lantai 3 : 10 cm

Setelah diketahui spesifikasi yang direncanakan, maka akan dilakukan


perhitungan. Untuk perhitungan Ln dan Ls menggunakan rumus sebagai berikut :

150 150
Ln= 5000- ( + ) =4850 mm
2 2

150 200
Sn= 3000- ( + ) =2825 mm
2 2

2. Kontrol Tebal Pelat


Untuk pelat lantai ukuran 5000mm x 3000mm nilai Rasio panjang bentang
bersih arah memanjang pelat terhadap arah memendek pelat (β) adalah :

Ln 4850
β= = = 1,71 < 2
Sn 2825
Sehingga tergolong pelat dua arah dan karena 1b dan 1d memiliki ciri-ciri yang
sama (tipikal) maka perhitungan lebar efektif sayap adalah :

- Balok Induk Tengah (1b, 1d)


Perhitungan pada 1b :
a. be1 ≤ 0,25 x L
be1 ≤ 0,25 x 3000
be1 ≤ 750
b. be2 ≤ (2(8t)) + bw
be2 ≤ (2(8 x 100)) + 150
be2 ≤ 1750
c. be3 ≤ (2(0,5 x Ln)) + bw
be3 ≤ (2(0,5 x 4850)) + 150
be3 ≤ 5000

Dari ketiga syarat perhitungan tersebut diambil nilai terkecil sehingga


didapatkan nilai be = 750 untuk balok induk tepi 15/30 dengan ukuran pelat
5000mm x 3000mm

be t t t 2 be t 3
1+ ( -1) ( ) [4 - 6 ( ) +4 ( ) + ( -1) ( ) ]
bw h h h bw h
k=
be t
1+ ( -1) ( )
bw h

750 100 100 100 2 750 100 3


1+ ( -1) (300) [4 - 6 (300) +4 (300) + ( -1) (300) ]
150 150
k=
750 100
1+ ( -1) (300)
150

k = 1,91

1 1
ib = x bw x h3 x k = x 150 x 3003 x 1,91 = 644642857 cm4
12 12

1 1
is = x bs x t 3 = x 3000 x 1003 = 250000000 cm4
12 12

𝑖𝑏 644625000
𝑎= = = 2,57
𝑖𝑠 250000000

Untuk pelat lantai yang diapit oleh dua buah balok, maka perhitungan lebar efektif
sayap adalah :

- Balok Induk Tepi (1a)


a. be1 ≤ bw + 6t
be1 ≤ 150 + 6 x 100
be1 ≤ 750
b. be2 ≤ bw + L/12
be2 ≤ 150 + 5000/12
be2 ≤ 566,67
c. be3 ≤ bw + 1/2Ln
be3 ≤ 150 + 1/2 x 4850
be3 ≤ 2575

Dari ketiga syarat perhitungan tersebut diambil nilai terkecil sehingga


didapatkan nilai be = 566,67 untuk balok induk tepi 15/30 cm dengan ukuran pelat
5000mm x 3000mm

be t t t 2 be t 3
1+ ( -1) ( ) [4 - 6 ( ) +4 ( ) + ( -1) ( ) ]
bw h h h bw h
k=
be t
1+ ( -1) ( )
bw h

566,67 100 100 100 2 566,67 100 3


1+ ( -1) ( ) [4 - 6 ( ) +4 ( ) +( -1) ( ) ]
150 300 300 300 150 300
k=
566,67 100
1+ ( -1) (300)
150

k = 1,74

1 1
ib = x bw x h3 x k = x 150 x 3003 x 1,74 = 588568376 cm4
12 12

1 1
is = x bs x t 3 = x 5000 x 1003 = 416666667,667 cm4
12 12

𝑖𝑏 587250000
𝑎= = = 1,41
𝑖𝑠 416666667,667

- Balok Induk Tengah (1c)


a. be1 ≤ 0,25 x L
be1 ≤ 0,25 x 5000
be1 ≤ 1250
b. be2 ≤ (2(8t)) + bw
be2 ≤ (2(8 x 100)) + 200
be2 ≤ 1800
c. be3 ≤ (2(0,5 x Ln)) + bw
be3 ≤ (2(0,5 x 4850)) + 200
be3 ≤ 5025
Dari ketiga syarat perhitungan tersebut diambil nilai terkecil sehingga
didapatkan nilai be = 1250 untuk balok induk tepi 20/40 dengan ukuran pelat
300x250 cm

be t t t 2 be t 3
1+ ( -1) ( ) [4 - 6 ( ) +4 ( ) + ( -1) ( ) ]
bw h h h bw h
k=
be t
1+ ( -1) ( )
bw h

1250 100 100 100 2 1250 100 3


1+ ( 200 -1) (300) [4 - 6 (300) +4 (300) + ( 200 -1) (300) ]
k=
1250 100
1+ ( 200 -1) (300)

k = 2,04

1 1
ib = x bw x h3 x k = x 200 x 4003 x 2,04 = 2176000000 cm4
12 12

1 1
is = x bs x t 3 = x 5000 x 1003 = 416666667,667cm4
12 12

ib 2176000000
a= = =5,22
is 416666667,667

Dari perhitungan nilai a diatas, maka didapatkan am sebagai berikut :

am = 1,41+2,57+5,22+2,57 ⁄ 4

am = 2,94

Didapatkan nilai am = 2,94, dikarenakan nilai am > 2 maka untuk ketebalan pelat
minimum (tmin) yang digunakan rumus sesuai dengan persyaratan SNI 03-2847-
2013 pasal 9.5.3.3(c) dan tidak boleh < 90 mm :

fy
Ln {0,8 + (1400)}
h= ≥ 90 mm
36 + 9β
240
4850 {0,8 + (1400)}
h= ≥ 90 mm
36 + 9 x 1,701
h = 91,18 mm ~ 100 mm ≥ 90 mm
Sehingga tebal pelat yang direncanakan sudah memenuhi perhitungan syarat
minimum tebal pelat.
Dengan melakukan langkah perhitungan yang sama pada lantai 1, 2, dan 3,
maka didapatkan nilai ketebalan pelat terbesar sebagai tebal pelat yang akan
digunakan yaitu 11cm untuk pelat lantai 1 & 2 serta pelat atap. Berikut adalah
hasil rekapitulasi perhitungan tebal pelat lantai 1, 2, dan pelat atap :
Tabel 2.23 Rekapitulasi Tebal Pelat Lantai 1&2
Kode Bentang Tebal Pelat
(cm) (cm)
1 500x300 9.01
2 500x300 8.95
3 500x400 9.68
4 500x300 8.9
5 500x300 8.94
6 500x400 9.68
7 300x500 8.99
8 300x400 7.6
9 300x400 7.6
10 300x500 8.99
11 300x500 8.97
12 300x400 7.59
13 300x300 6.04
14 300x300 6.03
15 300x400 7.64
16 500x500 10.15
17 500x400 9.7
18 500x300 8.96
19 500x300 9.01

Tabel 2.23 Rekapitulasi Tebal Pelat Atap


Bentang Tebal Pelat
Kode
(cm) (cm)
1 500x300 9.16
2 500x300 9.1
3 500x400 9.9
4 500x300 9.13
5 500x300 9.07
6 500x400 9.8
7 300x500 8.9
8 300x400 7.6
9 300x400 7.6
10 300x500 9.2
11 300x500 9.1
12 300x400 7.7
13 300x300 6.1
14 300x300 6.1
15 300x400 7.8
16 500x500 10.3
17 500x400 9.8
18 500x300 9.1
19 500x300 9.2

3.3 Preliminary Kolom


Kolom adalah suatu batang langsing yang dikenai tekanan aksial biasa
disebut dengan kolom. Kolom biasanya digunakan untuk menyatakan suatu
batang vertikal. Kolom merupakan bagian dari suatu kerangka bangunan yang
menempati posisi terpenting dalam sistem struktur bangunan. Bila terjadi
kegagalan pada kolom maka dapat berakibat keruntuhan komponen struktur
lain yang berhubungan dengannya, atau bahkan terjadi keruntuhan total pada
keseluruhan struktur bangunan ( Istimawan D., 1999). Berikut adalah langkah
perhitungan dimensi kolom pada perecanaan Apartement 3 lantai :
1. Kolom Ujung Lantai 3 (kode: K1I)

Gambar 2.5 Penamaan Kolom


1. Pembebanan
Berikut adalah beban yang bekerja pada kolom K1I :
Tabel 2.24 Beban Mati pada kolom K1I

Balok Pelat
w total w(kg/ Tebal w total
w(kg/m²) b(m) h(m) p(m) Luas(m2)
(kg) m3) (m) (kg)
2400 0.25 0.5 2.5 750 2400 3.75 11 99000
2400 0.2 0.4 1.5 288
Total Dead
100038
Load
(sumber: penulis)
Tabel 2.25 Beban SIDL pada kolom K1I

SIDL
2
w(kg/m²) Luas(m ) w total (kg)
58 3.75 217.5
Total Beban SIDL 217.5
(sumber: penulis)

Tabel 2.26 Beban Hidup pada kolom K1I

Beban w (kg/m2) Luas (m2) w total (kg)


Semua Konstruksi
Lainnya (beban 96 kg/𝑚2 3.75 360
pekerja pada atap)
Hujan 40 kg/m2 3.75 150
Total beban hidup 510
(sumber: penulis)
Beban Terfaktor, Pu = 1,2 DL+1.6 LL
Pu = 1.2 (100038+217.5)+ 1.6 (510)
Pu= 121122.6 kg/m2
Catatan :
Tabel 2.27 Beban Mati pada kolom

Beban Mati pada Lantai 3 Beban Mati pada Lantai 2 Beban Mati pada Lantai 1
Balok Lantai 3 Balok Lantai 2 Balok Lantai 2
Pelat Lantai 3 Pelat Lantai 2 Pelat Lantai 2
Kolom Lantai 3 Kolom Lantai 3
(sumber: penulis)
Pu Lantai 2 = 1.2 DL + 1.6LL + Pu Lantai 3
Pu Lantai 1 = 1.2 DL + 1.6LL + Pu Lantai 2
2. Menghitung dimensi kolom
𝑃𝑢 ≤ 0.1 𝑓𝑐 ′ . 𝐴𝑔
𝑃𝑢 ≤ 0.1 𝑓𝑐 ′ . 𝑏 2
𝑃𝑢
𝑏2 =
0.1 𝑓𝑐′

𝑃𝑢
𝑏= √
0.1 𝑓𝑐′

121122.6
𝑏= √
0.1 (25 × 101.97)

𝑏 = 21.79 ≈ 22𝑐𝑚
2. Kolom Ujung Tengah Lantai 3 (kode: K1I)
1. Pembebanan
Berikut adalah beban yang bekerja pada kolom K2L :
Tabel 2.28 Beban Mati pada kolom K2L

Balok Pelat
2
w(kg/m²) b(m) h(m) p(m) w total (kg) w(kg/m3) Luas(m ) Tebal(m) w total (kg)
2400 0.15 0.3 1.5 162 2400 7.5 11 198000
2400 0.2 0.4 1.5 288
2400 0.2 0.4 2.5 480
Total Dead Load 198930

Tabel 2.29 Beban SIDL pada kolom K2L

SIDL
2
w(kg/m²) Luas(m ) w total (kg)
58 7.5 435
Total Beban SIDL 435

Tabel 2.30 Beban Hidup pada kolom K2L

Beban w (kg/m2) Luas (m2) w total (kg)


Semua Konstruksi
Lainnya (beban 96 kg/𝑚2 7.5 720
pekerja pada atap)
Hujan 40 kg/m2 7.5 300
Total beban hidup 1020

Beban Terfaktor, Pu = 1,2 DL+1.6 LL


Pu = 1.2 (198930+435)+ 1.6 (1020)
Pu= 240870 kg/m2
2. Menghitung dimensi kolom
𝑃𝑢 ≤ 0.1 𝑓𝑐 ′ . 𝐴𝑔
𝑃𝑢 ≤ 0.1 𝑓𝑐 ′ . 𝑏 2
𝑃𝑢
𝑏2 =
0.1 𝑓𝑐′

𝑃𝑢
𝑏= √
0.1 𝑓𝑐′
240870
𝑏= √
0.1 (25 × 101.97)

𝑏 = 30.73 ≈ 31

3. Kolom Tengah Lantai 3 (kode: K3K)


3. Pembebanan
Berikut adalah beban yang bekerja pada kolom K3K :
Tabel 2.31 Beban Mati pada kolom K3K

Balok Pelat
2
w(kg/m²) b(m) h(m) p(m) w total (kg) w(kg/m3) Luas(m ) Tebal(m) w total (kg)
2400 0.15 0.3 1.5 162 2400 15 11 396000
2400 0.2 0.4 2.5 480
2400 0.2 0.4 1.5 288
2400 0.2 0.4 2.5 480
Total Dead Load 397410

Tabel 2.32 Beban SIDL pada kolom K3K

SIDL
2
w(kg/m²) Luas(m ) w total (kg)
58 15 870
Total Beban SIDL 870

Tabel 2.33 Beban Hidup pada kolom K3K

Beban w (kg/m2) Luas (m2) w total (kg)


Semua Konstruksi
Lainnya (beban 96 kg/𝑚2 15 1440
pekerja pada atap)
Hujan 40 kg/m2 15 600
Total beban hidup 2040

Beban Terfaktor, Pu = 1,2 DL+1.6 LL


Pu = 1.2 (397410+870)+ 1.6 (2040)
Pu= 481200 kg/m2
4. Menghitung dimensi kolom
𝑃𝑢 ≤ 0.1 𝑓𝑐 ′ . 𝐴𝑔
𝑃𝑢 ≤ 0.1 𝑓𝑐 ′ . 𝑏 2
𝑃𝑢
𝑏2 =
0.1 𝑓𝑐′

𝑃𝑢
𝑏= √
0.1 𝑓𝑐′

481200
𝑏= √
0.1 (25 × 101.97)

𝑏 = 43.44 ≈ 44

Tabel 2.34 Rekapitulasi Dimensi Kolom Lantai 3

Kolom Ujung Lantai 3


Nama Pu(kg) b(cm) Ag(cm2) fc'(kg/mm) 0.1*fc' 0.1*fc'*Ag
K1A 200947 29 841.00 2549.25 254.93 214391.93
K1B 120395.4 22 484.00 2549.25 254.93 123383.70
K1C 96355.2 20 400.00 2549.25 254.93 101970.00
K1D 120395.4 23 529.00 2549.25 254.93 134855.33
K1E 120395.4 22 484.00 2549.25 254.93 123383.70
K1F 120395.4 22 484.00 2549.25 254.93 123383.70
K1G 160671.2 26 676.00 2549.25 254.93 172329.30
K1K 160872.8 26 676.00 2549.25 254.93 172329.30
K1I 121122.60 22.00 484.00 2549.25 254.93 123383.70
K1J 120546.6 22 484.00 2549.25 254.93 123383.70
Kolom Ujung Tengah Lantai 3
K2A 361567.8 38 1444.00 2549.25 254.93 368111.70
K2B 280944.2 34 1156.00 2549.25 254.93 294693.30
K2C 240718.8 31 961.00 2549.25 254.93 244982.93
K2D 321342.4 37 1369.00 2549.25 254.93 348992.33
K2E 288676.8 34 1156.00 2549.25 254.93 294693.30
K2F 240718.8 31 961.00 2549.25 254.93 244982.93
K2G 312853.8 37 1369.00 2549.25 254.93 348992.33
K2H 377169.8 39 1521.00 2549.25 254.93 387740.93
K2I 377169.8 39 1521.00 2549.25 254.93 387740.93
K2J 400943.6 40 1600.00 2549.25 254.93 407880.00
K2K 401296.4 40 1600.00 2549.25 254.93 407880.00
K2L 240870 31 961.00 2549.25 254.93 244982.93
Kolom Tengah Lantai 3
K3A 577864.8 48 2304.00 2549.25 254.93 587347.20
K3B 448966.4 43 1849.00 2549.25 254.93 471356.33
K3C 384765.6 40 1600.00 2549.25 254.93 407880.00
K3D 432954 42 1764.00 2549.25 254.93 449687.70
K3E 264571.8 33 1089.00 2549.25 254.93 277613.33
K3F 144435.6 24 576.00 2549.25 254.93 146836.80
K3G 264760.4 33 1089.00 2549.25 254.93 277613.33
K3H 377040.2 39 1521.00 2549.25 254.93 387740.93
K3I 240870 31 961.00 2549.25 254.93 244982.93
K3J 377191.4 39 1521.00 2549.25 254.93 387740.93
K3K 481200 44 1936.00 2549.25 254.93 493534.80

Tabel 2.35 Rekapitulasi Dimensi Kolom Lantai 2

Kolom Ujung Lantai 2


Nama Pu(kg) b(cm) Ag(cm2) fc'(kg/mm) 0.1*fc' 0.1*fc'*Ag
K1A 404930.8 40 1600.00 2549.25 254.93 407880.00
K1B 242230.8 31 961.00 2549.25 254.93 244982.93
K1C 194368.8 28 784.00 2549.25 254.93 199861.20
K1D 242890.8 31 961.00 2549.25 254.93 244982.93
K1E 242890.8 31 961.00 2549.25 254.93 244982.93
K1F 241854 31 961.00 2549.25 254.93 244982.93
K1G 325908 36 1296.00 2549.25 254.93 330382.80
K1K 323813.6 36 1296.00 2549.25 254.93 330382.80
K1I 244621.50 31 961.00 2549.25 254.93 244982.93
K1J 244338 31 961.00 2549.25 254.93 244982.93
Kolom Ujung Tengah Lantai 2
K2A 727218 54 2916.00 2549.25 254.93 743361.30
K2B 565646 48 2304.00 2549.25 254.93 587347.20
K2C 483907.2 44 1936.00 2549.25 254.93 493534.80
K2D 645795.2 51 2601.00 2549.25 254.93 663059.93
K2E 365603.4 38 1444.00 2549.25 254.93 368111.70
K2F 484975.2 44 1936.00 2549.25 254.93 493534.80
K2G 629562 50 2500.00 2549.25 254.93 637312.50
K2H 598578.8 49 2401.00 2549.25 254.93 612074.93
K2I 758862.8 55 3025.00 2549.25 254.93 771148.13
K2J 566378.8 48 2304.00 2549.25 254.93 587347.20
K2K 806981.6 57 3249.00 2549.25 254.93 828251.33
K2L 484730.4 44 1936.00 2549.25 254.93 493534.80
Kolom Tengah Lantai 2
K3A 1161424.8 68 4624.00 2549.25 254.93 1178773.20
K3B 527909 46 2116.00 2549.25 254.93 539421.30
K3C 536293.2 46 2116.00 2549.25 254.93 539421.30
K3D 871308 59 3481.00 2549.25 254.93 887393.93
K3E 465000.6 43 1849.00 2549.25 254.93 471356.33
K3F 293637.6 34 1156.00 2549.25 254.93 294693.30
K3G 462014.04 43 1849.00 2549.25 254.93 471356.33
K3H 641006.12 51 2601.00 2549.25 254.93 663059.93
K3I 493819.2 45 2025.00 2549.25 254.93 516223.13
K3J 479801 44 1936.00 2549.25 254.93 493534.80
K3K 968208 62 3844.00 2549.25 254.93 979931.70

Tabel 2.35 Rekapitulasi Dimensi Kolom Lantai 1

Kolom Ujung Lantai 1


Nama Pu(kg) b(cm) Ag(cm2) fc'(kg/mm) 0.1*fc' 0.1*fc'*Ag
K1A 609721 49 2401.00 2549.25 254.93 612074.93
K1B 364872.6 38 1444.00 2549.25 254.93 368111.70
K1C 293188.8 34 1156.00 2549.25 254.93 294693.30
K1D 366192.6 38 1444.00 2549.25 254.93 368111.70
K1E 366192.6 38 1444.00 2549.25 254.93 368111.70
K1F 363312.6 38 1444.00 2549.25 254.93 368111.70
K1G 491951.2 44 1936.00 2549.25 254.93 493534.80
K1K 487560.8 44 1936.00 2549.25 254.93 493534.80
K1I 368926.80 39 1521.00 2549.25 254.93 387740.93
K1J 367315.8 38 1444.00 2549.25 254.93 368111.70
Kolom Ujung Tengah Lantai 1
K2A 1095172.2 66 4356.00 2549.25 254.93 1110453.30
K2B 852651.8 58 3364.00 2549.25 254.93 857567.70
K2C 729399.6 54 2916.00 2549.25 254.93 743361.30
K2D 972552 62 3844.00 2549.25 254.93 979931.70
K2E 444834 42 1764.00 2549.25 254.93 449687.70
K2F 731535.6 54 2916.00 2549.25 254.93 743361.30
K2G 948574.2 61 3721.00 2549.25 254.93 948575.93
K2H 822291.8 57 3249.00 2549.25 254.93 828251.33
K2I 1142859.8 68 4624.00 2549.25 254.93 1178773.20
K2J 734118 54 2916.00 2549.25 254.93 743361.30
K2K 1214970.8 71 5041.00 2549.25 254.93 1285076.93
K2L 730894.8 54 2916.00 2549.25 254.93 743361.30
Kolom Tengah Lantai 1
K3A 1747749.6 83 6889.00 2549.25 254.93 1756178.33
K3B 609616.4 49 2401.00 2549.25 254.93 612074.93
K3C 690585.6 53 2809.00 2549.25 254.93 716084.33
K3D 1312426.8 72 5184.00 2549.25 254.93 1321531.20
K3E 667733.4 52 2704.00 2549.25 254.93 689317.20
K3F 445143.6 42 1764.00 2549.25 254.93 449687.70
K3G 661571.64 51 2601.00 2549.25 254.93 663059.93
K3H 907276.04 60 3600.00 2549.25 254.93 917730.00
K3I 749072.4 55 3025.00 2549.25 254.93 771148.13
K3J 584714.6 48 2304.00 2549.25 254.93 587347.20
K3K 1457980.8 73 5329.00 2549.25 254.93 1358495.33

Tabel 2.36 Rekapitulasi Dimensi Pakai Kolom

Nama Lantai 3 Lantai 2 Lantai 1


(cm) (cm) (cm)
K1 30X30 40X40 50X50
K2 40X40 60X60 75X75
K3 50X50 70X70 90X90

Anda mungkin juga menyukai