Anda di halaman 1dari 14

referat

Osteoarthritis
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
padaBagian/SMF Ilmu Bedah RSUDZA/FK Unsyiah
Banda Aceh

Oleh:

Aulia Rachman
Ridha Chaharsyah Mulya

Pembimbing
dr. Safrizal Rahman, M.Kes, Sp.OT

BAGIAN/SMF ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BLUD RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWTkarena dengan berkat


rahmat dan hidayah-Nya, penulisan laporan kasusyang berjudul“Osteoarthtritis”
dapat diselesaikan. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membimbing umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang
penuh dengan ilmu pengetahuan.
Adapun laporan kasus ini diajukan sebagai salah satu tugas dalam menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata dr.
ZainoelAbidinFakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. safrizal Rahman,
M.Kes, Sp.OT yang telah bersedia meluangkan waktu membimbing penulis
untuk penulisan tugas ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para
sahabat dan rekan-rekan yang telah memberikan dorongan moril dan materil
sehingga tugas ini dapat selesai.

Banda Aceh, April 2016


Wassalam,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................2


2.1 Definisi Osteoarthritis..........................................................................................2
2.2 Etiologi....................................................................................................................2
2.3 Klasifikasi...............................................................................................................2
2.4 Epidemiologi...........................................................................................................3
2.5 Patogenesis..............................................................................................................3
2.6 Tanda dan Gejala klinis...........................................................................................5
2.7 Klasifikasi...............................................................................................................6
2.8 Diagnosis.................................................................................................................8

BAB III KESIMPULAN...........................................................................................10


DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyakit muskoskeletal yang
paling sering terjadi pada manusia dan menyerang sendi lutut yang menyebabkan
keterbatasan dari fungsi sendi dan dapat mengurangi kualitas hidup penderita.
Angka kejadian osteoarthritis dikalangan masyarakat sangatlah tinggi dan terus
mengalami peningkatan seiring bertambahnya usia seseorang.1
Menurut British Orthopaedic Assosiation insidensi osteoarthritis pada usia
50 tahun adalah sebesar 20 % dan meningkat pada usian 80 tahun menjadi 40 %,
sedangkan di Amerika sebanyak 240 orang dari 100.000 orang menderita
osteoarthritis dan di Indonesia Prevalensi osteoarhtritis lutut secara radiologis
mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. sedangkan berdasarkan riset
yang dilakukan oleh Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007
mencapai 30,3% dan Aceh merupakan salah satu provinsi dari 11 provinsi yang
mempunyai prevalensi penyakit sendi diatas angka nasional. Osteoartritis
merupakan penyakit sendi yang paling sering terjadi dibandingkan semua
penyakit sendi lainnya.2,3
Untuk mencegah terjadinya kecacatan pada penderita osteoarthritis,
diperlukan penegakan diagnosis secara dini dan penentuan derajat berat
osterorthritis secara akurat, namun penilaian derajat beratnya osteorthritis saat ini
masih belum objektif karena sangat tergantung keahlian dan pengalaman
radiologis. Penegakan diagnosis osteoarthritis sering terlambat dimana saat
diagnosis osteoarthritis ditegakkan pasien telah berada pada stadium lanjut
dikarena keterbatasan kemampuan radiografi dan pemerikasaan fisik dalam
mendeteksi kerusakan sendi pada stadium awal. Keadaan ini berimplikasi pada
kegagalan yang lebih tinggi dalam mencegah disabilitas pada penderita
osteoarthritis.4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Osteoarthritis


Osteoarthritis merupakan gangguan pada satu sendi atau lebih, bersifat

lokal, progresif dan degeneratif yang ditandai dengan perubahan patologis


pada struktur sendi tersebut yaitu berupa degenerasi tulang rawan/kartilago
hialin. Hal tersebut disertai dengan peningkatan ketebalan dan sklerosis dari
subchondral yang bisa disebabkan oleh pertumbuhan osteofit pada tepian
sendi, peregangan kapsul artikular, synovitis ringan pada persendian, dan
lemahnya otot-otot yang menghubungkan persendian. 5

2.2 Etiologi
Etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
biomekanik dan biokimia sepertinya merupakan faktor terpenting dalam
proses terjadinya osteoarthritis. Faktor biomekanik yaitu kegagalan
mekanisme protektif, antara lain kapsul sendi, ligamen, otot-otot persendian,
serabut aferen, dan tulang-tulang. Kerusakan sendi terjadi multifaktorial, yaitu
akibat terganggunya faktor-faktor protektif tersebut. Osteoarthritis juga bisa
terjadi akibat komplikasi dari penyakit lain seperti gout, rheumatoid arthritis,
dan sebagainya. 5

2.3 Klasifikasi
Menurut penyebabnya osteoarthritis dikategorikan menjadi7 :
a. Osteoarhritis primer adalah degeneratif artikular sendi yang terjadi pada
sendi tanpa adanya abnormalitas lain pada tubuh. Penyakit ini sering
menyerang sendi penahan beban tubuh (weight bearing joint), atau
tekanan yang normal pada sendi dan kerusakkan akibatproses penuaan.
Paling sering terjadi pada sendi lutut dan sendi panggul, tapi ini juga
ditemukan pada sendi lumbal, sendi jari tangan, dan jari pada kaki
b. Osteoarthritis sekunder, paling sering terjadi pada trauma atau terjadi

2
akibat dari suatu pekerjaan, atau dapat pula terjadi pada kongenital dan
adanya penyakit sistem sistemik. Osteoarthritis sekunder biasanya terjadi
pada umur yang lebih awal daripada osteoarthritis primer.

2.4 Epidemiologi
Penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada orang
tua. Prevalensinya meningkat seiring bertambahnya usia. Di Amerika
Serikat, prevalensi osteoartritis pada populasi dengan usia di atas 65 tahun
mencapai 80% dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2020. OA
terjadi pada 13,9% orang dewasa berusia lebih dari 25 tahun dan 33,6% dari
mereka yang berusia lebih dari 65 tahun. Prevalensi sendi yang terkena OA
menurut temuan radiologis adalah pada tangan 7,3%, kaki 2,3%, lutut 0,9%,
dan panggul 1,5%. Prevalensi OA menurut gejala yang ditemui yaitu pada
tangan 8%, kaki 2%, lutut 12,1% pada orang dewasa berusia lebih dari 60
tahun dan 16% pada orang dewasa berusi 45 – 60 tahun, dan panggul 4,4%.
Angka kematian yang diakibatkan osteoarthritis adalah sekitar 0,2
hingga 0,3 kematian per 100.000 (1979-1988). Angka kematian akibat OA
sekitar 6% dari semua kematian akibat arthritis. Hampir 500 kematian per
tahun disebabkan OA dan angka tersebut meningkat selama 10 tahun
terakhir6.7.

2.5 Patogenesis
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan
tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA merupakan gangguan
keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur yang
penyebabnya masih belum jelas diketahui. Kerusakan tersebut diawali oleh
kegagalan mekanisme perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme
lain sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera.
Pada Osteoarthritis terjadi perubahan-perubahan metabolisme tulang rawan sendi.
Perubahan tersebut berupa peningkatan aktifitas enzim-enzim yang merusak makromolekul
matriks tulang rawan sendi, disertai penurunan sintesis proteoglikan dan kolagen. Hal ini
menyebabkan penurunan kadar proteoglikan, perubahan sifat-sifat kolagen dan berkurangnya

3
kadar air tulang rawan sendi. Pada proses degenerasi dari kartilago artikular menghasilkan suatu
substansi atau zat yang dapat menimbulkan suatu reaksi inflamasi yang merangsang makrofag
untuk menhasilkan IL-1 yang akan meningkatkan enzim proteolitik untuk degradasi matriks
ekstraseluler.
Gambaran utama pada Osteoarthritis adalah :
1. Dektruksi kartilago yang progresif
2. Terbentuknya kista subartikular
3. Sklerosis yang mengelilingi tulang
4. Terbentuknya osteofit
5. Adanya fibrosis kapsul
Patologik pada OA ditandai oleh kapsul sendi yang menebal dan
mengalami fibrosis serta distorsi. Pada rawan sendi pasien OA juga terjadi proses
peningkatan aktivitas fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini
menyebabkan terjadinya penumpukan trombus dan komplek lipid pada pembuluh
darah subkondral yang menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan
subkondral tersebut. Ini mengakibatkan dilepaskannya mediator kimiawi seperti
prostaglandin dan interleukin yang selanjutnya menimbulkan bone angina lewat
subkondral yang diketahui mengandung ujung saraf sensibel yang dapat
menghantarkan rasa sakit8.
Penyebab rasa sakit itu dapat juga berupa akibat dari dilepasnya mediator
kimiawi seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan radang sendi,
peregangan tendon atau ligamentum serta spasmus otot-otot ekstraartikuler akibat
kerja yang berlebihan. Sakit pada sendi juga diakibatkan oleh adanya osteofit
yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis serta
kenaikan tekanan vena intrameduler akibat stasis vena intrameduler karena proses
remodelling pada trabekula dan subkondral.
Sinovium mengalami keradangan dan akan memicu terjadinya efusi serta
proses keradangan kronik sendi yang terkena. Permukaan rawan sendi akan retak
dan terjadi fibrilasi serta fisura yang lama-kelamaan akan menipis dan tampak
kehilangan rawan sendi fokal. Selanjutnya akan tampak respon dari tulang
subkhondral berupa penebalan tulang, sklerotik dan pembentukkan kista. Pada
ujung tulang dapat dijumpai pembentukan osteofit serta penebalan jaringan ikat

4
sekitarnya. Oleh sebab itu pembesaran tepi tulang ini memberikan gambaran
seolah persendian yang terkena itu bengkak6,8.

2.6 Tanda dan Gejala Klinis


Pada umumnya, pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhan yang
dirasakannya telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan Berikut
adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien OA :
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan dan
tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain.
Perubahan ini dapat ditemukan meski OA masih tergolong dini ( secara
radiologis). Umumnya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit sampai
sendi hanya bias digoyangkan dan menjadi kontraktur, Hambatan gerak dapat
konsentris ( seluruh arah gerakan ) maupun eksentris ( salah satu arah gerakan
saja)7.
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada
sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan bahwa
nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar kartilago7.
Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari
nyeri yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi ( sinovitis ), efusi sendi,
dan edema sumsum tulang.
Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit
tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar tulang hingga ke
kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang Hal ini menimbulkan
nyeri5.
Nyeri dapat timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat sendi.
Sumber nyeri yang umum di lutut adalah akibat dari anserine bursitis dan
sindrom iliotibial band.
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan
dengan pertambahan rasa nyeri7.

5
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau
tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu
yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari9.
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala
ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan
akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang
memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar
hingga jarak tertentu.9
e. Pembesaran sendi ( deformitas )
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar.
f. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang
biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk
permukaan sendi berubah.9
g. Tanda – tanda peradangan
Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan, gangguan gerak,
rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai pada OA karena
adanya synovitis. Biasanya tanda – tanda ini tidak menonjol dan timbul pada
perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA
lutut.9
h. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien lanjut
usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat
badan terutama pada OA lutut.9
2.7 Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, OA dibedakan menjadi dua jenis yaitu OA
primer dan OA Sekunder. OA primer adalah jenis OA yang tidak diketahui secara
pasti penyebabnya atau biasanya disebut idiopatik. OA primer atau idiopatik dapat
dibedakan lagi beradasarkan tempatnya, yaitu lokal dan menyeluruh (generalized

6
osteoarthritis). Sedangkan secara radiologis, OA lutut klasifikasikan menjadi 5
grade yaitu 0-4, menurut Kellgren-Lawrence yang dibedakan berdasarkan
gambaran osteofit, jarak anatara sendi, sklerosis subkondral dan kista yang
terbentuk.10
Grade Klasifikasi Deskripsi
Grade Deskripsi
0 Normal tidak ada gambaran osteoartritis
1 Meragukan gambaran sendi normal, tetapi terdapat osteofit
minimal
2 Ringan osteofit kecil, kemungkinan penyempitan sendi
3 Sedang osteofit sedang, deformitas ujung tulang, dan celah
sendi sempit
4 Berat osteoartritis berat dengan osteofit besar, deformitas
ujung tulang, celah sendi hilang, serta adanya
sklerosis dan kista subkondral

Tabel Klasifikasi derajat OA lutut berdasarkan Kellgren-Lawrence.

Gambar derajat OA lutut berdasarkan kellgren-Lawrence

7
2.8 Diagnosis
Diagnosis osteoarthritis lutut berdasrkan klinis, klinis dan radiologis, serta
klinis dan laboratoris 11
a. Klinis:
Nyeri sendi lutut dan 3 dari kriteria di bawah ini:
1. umur > 50 tahun
2. kaku sendi < 30 menit
3. krepitus
4. nyeri tekan tepi tulang
5. pembesaran tulang sendi lutut
6. tidak teraba hangat pada sendi
Catatan: Sensitivitas 95% dan spesifisitas 69%.
b. Klinis, dan radiologis:
Nyeri sendi dan paling sedikit 1 dari 3 kriteria di bawah ini:
1. umur > 50 tahun
2. kaku sendi <30 menit
3. krepitus disertai osteofit
Catatan: Sensitivitas 91% dan spesifisitas 86%.
c. Klinis dan laboratoris:
Nyeri sendi ditambah adanya 5 dari kriteria di bawah ini:
1. usia >50 tahun
2. kaku sendi <30 menit
3. Krepitus
4. nyeri tekan tepi tulang
5. pembesaran tulang
6. tidak teraba hangat pada sendi terkena
7. LED<40 mm/jam
8. RF <1:40
9. analisis cairan sinovium sesuai osteoarthritis
Catatan: Sensitivitas 92% dan spesifisitas 75%.

8
Kriteria diagnosis osteoarthritis tangan adalah nyeri tangan, ngilu atau kaku
dan disertai 3 atau 4 kriteria berikut:
1. pembengkakan jaringan keras > 2 diantara 10 sendi tangan
2. pembengkakan jaringan keras > 2 sendi distal interphalangea (DIP)
3. pembengkakan < 3 sendi metacarpo-phalanea (MCP)
4. deformitas pada ≥ 1 diantara 10 sendi tangan
Catatan: 10 sendi yang dimaksud adalah: DIP 2 dan 3, PIP 2 dan 3 dan CMC 1
masing-masing tangan. Sensitivitas 94% dan spesifisitas 87%.

9
BAB III
KESIMPULAN

Osteoarthritis merupakan gangguan pada sendi yang ditandai


dengan perubahan patologis pada struktur sendi tersebut yaitu berupa
degenerasi tulang rawan/kartilago hialin. Penyakit ini memiliki
prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada orang tua. Selain itu,
osteoarthritis ini juga merupakan penyebab kecacatan paling banyak pada
orang tua. Etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
biomekanik dan biokimia sepertinya merupakan faktor terpenting dalam
proses terjadinya osteoarthritis. Osteoarthritis menyerang sendi-sendi
tertentu terutama sendi-sendi yang mendapat beban cukup berat dari aktivitas
sehari-hari.
Osteoarthritis dapat didiagnosis berdasarkan kelainan struktur
anatomis dan atau gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Gejala yang
sering muncul pada osteoarthritis adalah nyeri sendi yang diperburuk oleh
aktivitas dan gejala akan mereda setelah istirahat.
Diagnosis osteoarthritis didasarkan pada pemeriksaan fisik dan
dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologis berupa foto
sinar-x sebagai penunjang/pemastian diagnosis.
Sampai saat ini belum ada terapi definitif untuk mengobati
osteoarthritis. Terapi yang sudah ada bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri
dan meminimalisasi hilangnya fungsi fisik. Hal ini bertujuan
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan cara membantu pasien agar
tetap bisa melakukan aktivitas sehari-hari.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Arya RK, Jain V. Osteoarthritis of the Knee Joint : an


Overview.2013.JIACM ; 14(2):154-62, Newdelhi
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. RISKESDAS 2007.
Jakarta:Kementerian Kesehatan RI, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan; 2008.
3. British Orthopaedic Association (BOA). Commissioning Guide : Painful
Osteoarthritis of the Knee.2013.London.
4. Andriyasa K, Putra TR. Korelasi antara derajat beratnya osteoarthritis lutut
dan cartilage oligomeric matrix protein serum. 2012. J penyakit dalam :
vol 13 N 1, Jakarta.
5. David, T. 2006. Osteoarthritis of the knee. The New England Journal of
Medicine
6. Lozada, Carlos J. 2009. Osteoarthritis. http://emedicine.medscape.com.
Diakses tanggal 19 April 2016.
7. Iannone F, Lapadula G. 2003. The pathophysiology of
osteoarthritis. Aging Clin Exp Res. 15(5):364–372.
8. Jacobson, JA, et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis
: Degenerative Joint Disease and Variation. Radiology. 248(3):737–747.
9. Tjokroprawiro, Askandar, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Surabaya: Airlangga University Press.
10. Michael JWP, Brust KUS, Eysel P. The Epidemiology, Etiology,Diagnosis
and Treatment of Osteoarthritis of the Knee. Deutsches Ärzteblatt
International. 2010; 107: p. 152-162.
11. Jacobson, JA, et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis
: Degenerative Joint Disease and Variation. Radiology. 248(3):737–747.

11

Anda mungkin juga menyukai