LAPORAN Iktiologi MORFOLOGI IKAN
LAPORAN Iktiologi MORFOLOGI IKAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah iktiologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri atas dua kata,
yaitu ichthys diartikan sebagai ikan dan logos berarti ajaran. Dua kata tersebut
dideskripsikan menjadi salah satu cabang ilmu biologi (zoologi) yang mempelajari
kepada dunia perikanan baik secara eksternal maupun internal. Deskripsi ikan
tersebut dapat secara morfologi dan juga secara anatomi. Saat ini, ilmu iktiologi
sudah berkembang pesat, akan tetapi peminantnya sangat sedikit. Hal ini banyak
yang rumit dan butuh ketelitian serta fokus yang sangat tinggi. Bidang iktiologi
sebagai pembuka jalan bagi pengetahuan biodiversitas ikan, sehingga ilmu ini
sistematis dan sangat mendasar. Bidang ilmu tersebut sangat rumit, sehingga tidak
banyak yang memilih profesi pengajar pada bidang ini (Wahyuni dkk., 2014).
Ikan merupakan obyek yang dipelajari dalam iktiologi. Ikan adalah hewan
dan sirip serta hidup di perairan. Ikan menggunakan insang sebagai alat
arus atau gerakan air yang disebabkan oleh pengaruh arah angin. Ikan berada
tubuh. Notokord terdapat pada masa embrio awal dan kemudian mengalami
spesies ikan ± 40.000 spesies, terdapat 27,977 spesies yang sudah diketahui dan
lainnya masih terus dipelajari keberadaan dan identitasnya. Hal ini tersebut
menjadi tugas para ahli taksonomi untuk mengungkap biodiversitas ikan yang
bumi (perairan laut dan perairan tawar), membuka peluang yang sangat besar bagi
organisme. Bentuk luar suatu organisme merupakan salah satu ciri yang mudah
fundamental untuk identifikasi dan klasifikasi spesies, struktur ikan tidak terlepas
dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang dapat
dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan pada perairan payau
Tujuan dari pratikum ini yaitu untuk mengenal berbagai bentuk luar ikan,
mengamati morfologi dan letak atau posisi bagian luar tubuh ikan secara insitu.
wawasan bagaimana cara memebedakan bentuk letak bagian luar tubuh ikan,
selain itu dengan adanya pratikum ini dapat menamba wawasan bahwa ikan yang
A. Klasifikasi ikan
aceh ini dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu faktor yang diturunkan oleh
adaptasi bentuk tubuh, warna dan sirip pada kondisi lingkungan perairan dimana
mahluk tersebut hidup dan adaptasi bentuk kepala dalam memproses makanan.
adanya variasi karakter morfologis pada letak geografis yang berbeda. Secara
sementara pidie dan Lhokseummawe pidie dan pidie dari 4 kali lipatnya
meskipun ada yang mencapai 25 cm. Ciri khas yang sering yang sering dijumpai
pada ikan layang ialah terdapatnya sirip kecil (finlet) dibelakang sirip punggung
sirip dubur dan terdapat sisik berlingin yang tebal (lateral scute) pada bagian garis
Morfologi Ikan kakatua secara umum suku Scaridae antara lain; bentuk
tubuh agak pipih dan lonjong, bentuk moncong membundar dan kepala tumpul,
sirip punggung bergabung antara 9 duri keras dan 10 duri lemah, sirip dubur
dengan 3 duri keras dan 9 duri lemah. Sirip dada dengan 13-17 duri lemah,sisik
besar dan tidak bergerigi. Jumlah sisik sebelum sirip punggung ada 2-8, pada
rahang atas dan bawah terdapat gigi plat yang kuat ( Adrim, 2018).
Morfologi ikan ekor kuning adalah bentuk badan memanjang, melebar dan
gepeng, mulut kecil dan serong, memiliki gigi-gigi kecil dan lancip. Dua gigi
taring dan rahang bawah dan yang halus pada langit-langit, jari-jari keras sirip
punggung 10 dan yang lemah 15, sedangkan jari-jari keras pada sirip dubur 3 dan
yang lemah 11. Ikan memiliki sisik tipis pada garis rusuk serta tersusun
horizontal, sisik pada kepala mulai dari mata (Kottelat et al., 1993).
Menurut Rappie dan Luasunaung (2001) ikan julung julung atau ikan
roa adalah ikan pelagis yang hidup di perairan pantai kearah lepas pantai dan
hanya terlihat bergerombol di sekitar perairan karang ketika akan memijah karena
ikan ini melepaskan telur di terumbu karang yang subur, dan memiliki sumber
makanan alami bagi induk maupun anakan ikan roa. Gerombolan ikan roa yang
mengadakan migrasi ke perairan ini melakukan pemijahan karena ikan yang
matang gonad ini tubuh ikan menjadi berat dan gerakan renang ikan menjadi
sifat stenohalin, artinya hidup pada perairan dengan fariasi salinitas yang sempit,
biasanya sekitar 31-33%. Karena di laut jawa terjadi perubahan pola arus dan pola
Indo-pasifik, dan ini meliputi perairan Indonesia, Ikan kakatua tergolong hewan
penghuni perairan karang, pada umumnya kakatua hidup di perairan tropis dan
subtropis.
dengan suhu lebih dari 20O C . Hidupnya berasosiasi dengan terumbu karang dan
dapat di temukan pada kedalaman 1-60 meter, terkadang ikan ini berenang dengan
membentuk gerombolan besar dan di temui di dekat tubir (Randa et al., 1990).
vivipar yang memiliki tipe reproduksi berbeda, yakni spesies ini meletakkan
istilah zygot atau embryoparous. Pada pusilla proses pemijahan bisa berlangsung
sepanjang tahun di habitat alaminya, larva yang dilahirkan selalu ditemukan
gonad dan rongga tubuh (body cavity), disamping dilihat dari mata sahaja warna
ke permukaan oleh individu jantan dan seketika itu pula ikan betina pasangannya
meyebar ke parairan karang lain di sekitarnya atau daerah lebih jauh dari tempat
asalnya. Pergerakan dari larva tersebut umumnya akan bersifat pasif mengikuti
gerakan arus dan gelombang laut. Larva kemudian berkembang menjadi ikan
(Mohammad, 2008).
Caesio cuning diperairan kepulauan seribu berada pada ukuran 22,92 cm; dengan
batas kepercayaan antara 21,86 cm sampai dengan 24,03 cm. (Juanita dkk., 2016).
tertentu, ukuran dan umur ikan, musim serta habitat hidupnya. Sedangkan ikan
julung-julung yang ukuranya lebih kecil cenderung memangsa semut hitam dan
(Prihartini, 2002).
scaridae) dapat berubah pada umur tertentu, yaitu ikan kakatua yang berukuran
kecil memakan alga, setelah remaja kebiasaan makan berubah menjadi ikan kecil-
kecil. Selanjutnya pada umur dewasa kebiasaan makan berubah lagi menjadi
pemakan krustasea.
makan ikan terbagi menjadi dua kategori, yaitu ikan diurnal dan ikan noktural.
Ikan-ikan diurnal yaitu kelompok ikan yang aktif berinteraksi dan mencari makan
pada siang hari. Pada malam hari ikan diurnal akan masuk dan berlindung di
dalam terumbu dan di gantika oleh ikan –ikan noktural (malam hari). Ikan
F. Nilai Ekonomis
letak geografis yang berbeda, memiliki kemiripan morfometrik yang lebih tinggi
ekonomis penting, dagingnya memiliki tekstur yang kompak dengan citra rasa
yang banyak di gemari orang, sehingga menjadi salah satu sumber pemenuhan
Ikan kakatua banyak diminati dalam hal ini dikarenakan rasanya sangat
enak dan harganya terjangakau. Harga ikan kakatua pun terkadang harganya
berubah Karena nelayan memisahkan ikan kakatua dari jenis ukuran tubuh ikan
kakatua tersebut, ikan kakatua dapat di jadikan sebagai olahan ikan asin karena
memiliki rasa yang enak, harga merupakan satu penentu keberhasilan suatu
diperoleh dari perusahaan, dari penjualan produknya, baik berupa barang maupun
Ikan yang berpotensial untuk di jadikan bakso adalah ikan ekor kuning
karena memiliki protein yang cukup tinggi yaitu sebesar 22,3 g dari 100 g ikan.
Teknologi lipi mengkategorikan ikan ekor kuning adalah jenis jenis makanan
yang aman dan sehat karena kadar kolestrol yang rendah yaitu sebesar 85 mg per
tinggi kadar protein bakso, karena kandungan protein ikan ekor kuning lebih
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum morfologi ikan
- Mengambil dokumentasi
- Mengukur bentuk tubuh, bentuk mulut, sungut, sirip ekor, sirip pelfik,
sirip anal, warna tubuh, bar, band, bloch, panjang maxilla, jumlah jari-jari
A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan dari pratikum ini dapat di lihat dari tabel 2
berikut ini:
B. Pembahasan
totol hitam, tubuh bagian atas berwarna hitam dan bagian berwarna putih. 3,5;
Mata 3,6 – 40; Moncong 3x kepala; rahang atas hampir mencapai lengkung mata
terdepan. Ikan ini dalam keadaan segar seluruh tubuhnya berwarna merah jambu,
lebih panjang dari pada rahang atasnya. Memiliki bentuk tubuh seperti terompet,
berdasarkan letaknya dia interior bentuk sirip ekor Nipoceral tetapi sirip pelvic
tidak berpasangan, sedangkan sirip anal berpasangan dan memiliki warna tubuh
silver, band, blotch, memiliki panjang premaxilla 0,9 cm, serta jumlah jari-jari
tubuh sagitiform benntuk mulut seperti terompet dan bnetuk tubuh seperti paruh
mempunyai sungut bentuk sirip ekor forked sirip pelvik berpasangan akan tetapi
sirip anal tidak berpasangan memiliki warna tubuh silver, memiliki panjang
hidup di ekosistem perairan berbatu karang warna tubuhnya berwarna warni dan
terlihat indah sehingga sangat mudah di bedakan dari jenis ikan lain.
disembulkan, tidak memiliki sungut, memiliki bentuk sirip ekor truvitace, sisrip
pelvic berpasangan akan tetapi risip anal tidak berpasangan, warna tubuh hijau,
memiliki bar, tidak memiliki band serta blotch, memiliki panjang premaxilla 0,7
cm, jumlah jari-jari sirip dorsal 17, tidak memiliki stipe dan spot.
Comperssed. Berwarna kuning pada bagian atas sirip ekor dan bagian belakang.
Bagian bawah dan perut putih atau kemerah-merahan (merah muda). Sirip dada,
A. Kesimpulan
sungut, bentuk sirip ekor hyporcercal, sirip pelvic berpasangan, dan sirip
- Ikan ekor kuning meiliki bentuk tubuh compressed, bentuk mulut terminal,
B. Saran
Saran yang dapat di sampaikan yaitu pada saat pratikum, pratikum harus
lebih disiplin dan alat-alat yang digunakan untuk praktek dilengkapi, selain itu
pratikan lebih efisien dalam penggunaan waktu agar saat praikum tidak
memerlukan waktu yang lama dan pratikan lebih aktif lagi untuk kedepanya.
DAFTAR PUSTAKA
Adrim M. 2008. Aspek Biologi Ikan Kakatua (Suku Scaridae ). Jurnal Oseana.
Vol 33 (1): 41-50.
Bhagawati MN. A., Amurwanto, A., 2013. Fauna Ikan Tiluformes dan Sungai
Serayu, Banjaran, dan Tajum di Kabupaten Bayumas. Jurnal Mipa.
Vol 36 (2): 112-122.
Fadhil R., Zainal, A. M., & Sari, Widya. 2016.Hubungan Panjang Berat dan
Morfometrik Ikan Julung-julung (Zeanarchopterus disprai) Dari Perairan
Pantai Utara Aceh. Vol 1 (2): 146-159.
Juanita I.I., Turni,S. H., Sri,I.W., 2009. Pertumbuhan, Sebaran Ukuran Pnjang,
dan Kematangan Gonad Ikan Ekor Kuning (Caesio cuning) di Prairan
Kepulauan Seribu. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Ikan.
Vol 7 (1): 293-298.
Mose J. R., Mansyur, A., 2008. Pengaruh Jenis Perbedaan Jenis Umpan Terhadap
Hasil Tangkapan Ikan Kakatua (Famili: Scaridae) Menggunakan Pancing
Ulur. Jurnal Sumberdaya Akustik Indopasifik. Vol 2 (2): 22-30.
Muhotimah T., Susilo, B Priono., & Kuswono, T., 2009. Analis Morfometrik dan
Meristik Nila (Oreochromis sp.) Strain Larasati F5 dan Parents. Jurnal
Perikanan (J.Fish.Sci.). Vol 11 (1): 33.
Nggajo R., 2009. Keterkaitan Sumber Daya Ikan Ekor Kunuing (Caesio cuning )
Dengan Krasteristik Habitat Pada Ekosistem Terumbu Karang di
Kepulauan Seribu. Jurnal Pernyataaan Mengenai Tesis dan Sumber
Informasi. Vol 31 (1): 33.
Samad A.G.,1998. Beberapa Catatan Tentang Biologi Ikan Layang Marga
Decapterus. Jurnal Oseana. Vol 33 (2): 27-36.