Anda di halaman 1dari 19

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah iktiologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri atas dua kata,

yaitu ichthys diartikan sebagai ikan dan logos berarti ajaran. Dua kata tersebut

dideskripsikan menjadi salah satu cabang ilmu biologi (zoologi) yang mempelajari

khusus tentang ikan beserta segala aspek kehidupannya. Iktiologi sistematika

(morfologi, anatomi, fisiologi dan genetika), biologi dan ekologi (struktur

komunitas, populasi habitat, predator dan persaingan serta penyakitnya)

(Wahyuni dkk., 2014).

Iktiologi merupakan ilmu pengetahuan yang tidak dapat dipisahkan dalam

dunia perikanan. Iktiologi mampu memberikan gambaran ikan secara lengkap

kepada dunia perikanan baik secara eksternal maupun internal. Deskripsi ikan

tersebut dapat secara morfologi dan juga secara anatomi. Saat ini, ilmu iktiologi

sudah berkembang pesat, akan tetapi peminantnya sangat sedikit. Hal ini banyak

diargumentasikan bahwa iktiologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan

yang rumit dan butuh ketelitian serta fokus yang sangat tinggi. Bidang iktiologi

sebagai pembuka jalan bagi pengetahuan biodiversitas ikan, sehingga ilmu ini

sistematis dan sangat mendasar. Bidang ilmu tersebut sangat rumit, sehingga tidak

banyak yang memilih profesi pengajar pada bidang ini (Wahyuni dkk., 2014).

Ikan merupakan obyek yang dipelajari dalam iktiologi. Ikan adalah hewan

berdarah dingin (poikilotherm), mempunyai tulang belakang, mempunyai insang

dan sirip serta hidup di perairan. Ikan menggunakan insang sebagai alat

pernapasan dan sirip sebagai pergerakan keseimbangan badan. Ikan memiliki

kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip yang


bertujuan untuk menjaga keseimbangan tubuh, sehingga tidak tergantung pada

arus atau gerakan air yang disebabkan oleh pengaruh arah angin. Ikan berada

dalam kelompok chordata karena memiliki notokord, yaitu sumbu penyokong

tubuh. Notokord terdapat pada masa embrio awal dan kemudian mengalami

penulangan membentuk struktur tulang sebagai sumbu penyokong tubuh sekunder

berupa ruas tulang vertebrata (Wahyuni dkk., 2014).

Ikan tergolong kelompok vertebrata terbanyak dibandingkan dengan

menurut Nelsu (2006) bahwa system klasifikasi vertebrata diperkirakan jumlah

spesies ikan ± 40.000 spesies, terdapat 27,977 spesies yang sudah diketahui dan

lainnya masih terus dipelajari keberadaan dan identitasnya. Hal ini tersebut

menjadi tugas para ahli taksonomi untuk mengungkap biodiversitas ikan yang

belum diketahui identitasnya di perairan. Besarnya potensi ikan yang tersebar di

bumi (perairan laut dan perairan tawar), membuka peluang yang sangat besar bagi

kalangan ilmuwan untuk mengembangkan ilmu iktiologi ini

(Wahyuni dkk., 2014).

Morfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk luar suatu

organisme. Bentuk luar suatu organisme merupakan salah satu ciri yang mudah

dilihat dan diingat dalam mempelajari organisme. Morfologi merupakan alat

fundamental untuk identifikasi dan klasifikasi spesies, struktur ikan tidak terlepas

dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang dapat

dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan pada perairan payau

maupun perairan laut (Nggajo, 2009).


B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari pratikum ini yaitu untuk mengenal berbagai bentuk luar ikan,

mengamati morfologi dan letak atau posisi bagian luar tubuh ikan secara insitu.

Adapun manfaat dari pratikum ini yaitu, mahasiswa memiliki banyak

wawasan bagaimana cara memebedakan bentuk letak bagian luar tubuh ikan,

selain itu dengan adanya pratikum ini dapat menamba wawasan bahwa ikan yang

ada di Indonesia beranekaragam dari berbagai habitat.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi ikan

Klasifikasi ikan Julung-julung (Gemiramphus brasiliensis) adalah sebagai


berikut:
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Actinopterigii
Order: Belonoformes
Family: Hemiramphidae
Genus: Hemiramphus Sp.
Spesies: Hemiramphus brasiliensis

Gambar 1. Ikan julung-julung (Gemiramphus brasiliensis)


(Sumber: Dok. Pribadi, 2019)

Klasifikasi ikan layang (Decapterus russelli) menurut Saanin (1984)


adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Order : Perciformes
Family : Carangidae
Genus : Decapterus
Species : Decaptersus sp.
Gambar 2. Ikan layang ( Decapterus russelli)
(Sumber: Dok. Pribadi, 2019).

Klasifikasi ikan kakatua menurut Parenti dan Randal (2000), adalah


sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Actinopterygi
Order: Perciformes
Family: Scaridae
Genus: Scarus
Species: Scarus sp.

Gambar 3. Ikan kakatua (Scarus sp.)


( Sumber: Dok. Pribadi, 2019)
Klasifikasi ikan ekor kuning menurut Bloch (1791), adalah sebagai
berikut:
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Osteichtyes
Order: Perciformes
Family: Caesionidae
Genus: Caesio
Spesies: Caesio cuning

Gambar 3. Ikan ekor kuning (Caesinidae).


(Sumber: Dok. Pribadi 2019)

B. Morfologi dan Anatomi

Morfologi ikan julung-julung yang terdapat di tiga lokasi perairan utara

aceh ini dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu faktor yang diturunkan oleh

induknya yang membatasi atau membedakannya dengan spesies yang lain,

adaptasi bentuk tubuh, warna dan sirip pada kondisi lingkungan perairan dimana

mahluk tersebut hidup dan adaptasi bentuk kepala dalam memproses makanan.

Ikan julung-julung merupakan ialah ikan bertulang sejati serta menunjukkan

adanya variasi karakter morfologis pada letak geografis yang berbeda. Secara

geografis, lokasi penangkapan pidie dan pidiejaya berdekatan (± 35 km),

sementara pidie dan Lhokseummawe pidie dan pidie dari 4 kali lipatnya

(±163 km) ( Haryono, 2001).


Ikan layang (Decapterus sp.) termasuk ikan pelagis, Ikan ini yang

tergolong suku Carangidae ini bisa hidup bergerombol, ukurannya sekitar 15 cm

meskipun ada yang mencapai 25 cm. Ciri khas yang sering yang sering dijumpai

pada ikan layang ialah terdapatnya sirip kecil (finlet) dibelakang sirip punggung

sirip dubur dan terdapat sisik berlingin yang tebal (lateral scute) pada bagian garis

sisi (lateral line) ( Haryono, 2001).

Morfologi Ikan kakatua secara umum suku Scaridae antara lain; bentuk

tubuh agak pipih dan lonjong, bentuk moncong membundar dan kepala tumpul,

sirip punggung bergabung antara 9 duri keras dan 10 duri lemah, sirip dubur

dengan 3 duri keras dan 9 duri lemah. Sirip dada dengan 13-17 duri lemah,sisik

besar dan tidak bergerigi. Jumlah sisik sebelum sirip punggung ada 2-8, pada

rahang atas dan bawah terdapat gigi plat yang kuat ( Adrim, 2018).

Morfologi ikan ekor kuning adalah bentuk badan memanjang, melebar dan

gepeng, mulut kecil dan serong, memiliki gigi-gigi kecil dan lancip. Dua gigi

taring dan rahang bawah dan yang halus pada langit-langit, jari-jari keras sirip

punggung 10 dan yang lemah 15, sedangkan jari-jari keras pada sirip dubur 3 dan

yang lemah 11. Ikan memiliki sisik tipis pada garis rusuk serta tersusun

horizontal, sisik pada kepala mulai dari mata (Kottelat et al., 1993).

C. Habitat dan Penyebaran

Menurut Rappie dan Luasunaung (2001) ikan julung julung atau ikan

roa adalah ikan pelagis yang hidup di perairan pantai kearah lepas pantai dan

hanya terlihat bergerombol di sekitar perairan karang ketika akan memijah karena

ikan ini melepaskan telur di terumbu karang yang subur, dan memiliki sumber

makanan alami bagi induk maupun anakan ikan roa. Gerombolan ikan roa yang
mengadakan migrasi ke perairan ini melakukan pemijahan karena ikan yang

tertangkap hampir seluruhnya dalam kondisi hampir bertelur. Dalam kondisi

matang gonad ini tubuh ikan menjadi berat dan gerakan renang ikan menjadi

lambat pada saat inilah ikan ditangkap dengan soma roa.

Menurut Nontji (1993), ikan layang Decapterus russeli mempunyai

sifat stenohalin, artinya hidup pada perairan dengan fariasi salinitas yang sempit,

biasanya sekitar 31-33%. Karena di laut jawa terjadi perubahan pola arus dan pola

sebaran salinitas yang tergantung pada musim maka layangpun berupaya

(migrasi) sesuai dengan pola itu.

Menurut beaufort (1940) terdapat 49 jenis ikan kakatua dikawasan

Indo-pasifik, dan ini meliputi perairan Indonesia, Ikan kakatua tergolong hewan

penghuni perairan karang, pada umumnya kakatua hidup di perairan tropis dan

subtropis.

Habitat ekor kuning adalah diperairan pantai karang, perairan karang

dengan suhu lebih dari 20O C . Hidupnya berasosiasi dengan terumbu karang dan

dapat di temukan pada kedalaman 1-60 meter, terkadang ikan ini berenang dengan

membentuk gerombolan besar dan di temui di dekat tubir (Randa et al., 1990).

D. Fisiologi dan Reproduksi

Tipe reproduksi ikan julung-julung Zenarchopterdae umunya adalah

vivipar yang memiliki tipe reproduksi berbeda, yakni spesies ini meletakkan

telurnya untuk dibuahi. Tipe reproduksi tersebut selanjutnya di kenal dengan

istilah zygot atau embryoparous. Pada pusilla proses pemijahan bisa berlangsung
sepanjang tahun di habitat alaminya, larva yang dilahirkan selalu ditemukan

disetiap bulan (Vidia dkk., 2016).

Pengetahuan tentang tingkat kematangan ikan perlu untuk mengetahi

ikan-ikan memijah, sehingga penangkapannya dapat di kontrol. Salah satopu cara

untuk mengetahui tingkat kematangan ikan yaitu dengan mengukur panjang

gonad dan rongga tubuh (body cavity), disamping dilihat dari mata sahaja warna

gonad dan pembuluh darah, serta butir-butir telur (Samad, 1998).

Pemijahan ikan kakatua di tandai dengan suatau cara gerakan serentak

ke permukaan oleh individu jantan dan seketika itu pula ikan betina pasangannya

mengikuti. Telur yang di hasilkan berukuran kecil, berbentuk bulat mengapung di

permukaan. Telur tersebut kemudian menetas menghasilkan larva, kemudian

meyebar ke parairan karang lain di sekitarnya atau daerah lebih jauh dari tempat

asalnya. Pergerakan dari larva tersebut umumnya akan bersifat pasif mengikuti

gerakan arus dan gelombang laut. Larva kemudian berkembang menjadi ikan

muda (juvenile) di habitat terumbu karang atau padang lamun

(Mohammad, 2008).

Ukuran pertama kali matang gonat (Length of first maturity, Lm)

Caesio cuning diperairan kepulauan seribu berada pada ukuran 22,92 cm; dengan

batas kepercayaan antara 21,86 cm sampai dengan 24,03 cm. (Juanita dkk., 2016).

E. Makan dan Kebiasaan Makan

Menurut Ariyanto (2002) jenis makanan yang di makan oleh satu

spesies ikan biasanya tergantung pada kebiasaan makan, kelimpahan makanan

tertentu, ukuran dan umur ikan, musim serta habitat hidupnya. Sedangkan ikan
julung-julung yang ukuranya lebih kecil cenderung memangsa semut hitam dan

meyesuaikan makanan yang masuk dengan bukaan mulut ikan tersebut.

Secara biologi ikan layang merupakan plankton feeder atau pemakan

plankton kasar yang terdiri dari organisme pelagis meskipun komposisinya

berbeda masing-maasing spesies copepoda, diatomae, dan larva ikan

(Prihartini, 2002).

Menurut Chen (2002), bahwa kebiasaan makan ikan kakatua (family

scaridae) dapat berubah pada umur tertentu, yaitu ikan kakatua yang berukuran

kecil memakan alga, setelah remaja kebiasaan makan berubah menjadi ikan kecil-

kecil. Selanjutnya pada umur dewasa kebiasaan makan berubah lagi menjadi

pemakan krustasea.

Menurut Allen & Steene (1990), berdasarkan periode aktif mencari

makan ikan terbagi menjadi dua kategori, yaitu ikan diurnal dan ikan noktural.

Ikan-ikan diurnal yaitu kelompok ikan yang aktif berinteraksi dan mencari makan

pada siang hari. Pada malam hari ikan diurnal akan masuk dan berlindung di

dalam terumbu dan di gantika oleh ikan –ikan noktural (malam hari). Ikan

noktural meliputi: Holocentridae, Apogonidae, Haemulidae, Muraenidae,

Scorpaenidae, Serranidae, dan Libridae.

F. Nilai Ekonomis

Menurut Haryono (2001), ikan julung-julung merupakan ikan

bertulang sejati (Osteichyes) menunjukan adanya fariasi karakter morfologis pada

letak geografis yang berbeda, memiliki kemiripan morfometrik yang lebih tinggi

dari pada ikan yang lainya.


Ikan layang merupakan ikan pelagis kecil yang termasuk dalam

komoditas ekonomis penting di Sulawesi selatan, selain mempunyai nilai

ekonomis penting, dagingnya memiliki tekstur yang kompak dengan citra rasa

yang banyak di gemari orang, sehingga menjadi salah satu sumber pemenuhan

protein hewani bagi rakyat (Prihartini, 2006).

Ikan kakatua banyak diminati dalam hal ini dikarenakan rasanya sangat

enak dan harganya terjangakau. Harga ikan kakatua pun terkadang harganya

berubah Karena nelayan memisahkan ikan kakatua dari jenis ukuran tubuh ikan

kakatua tersebut, ikan kakatua dapat di jadikan sebagai olahan ikan asin karena

memiliki rasa yang enak, harga merupakan satu penentu keberhasilan suatu

perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan

diperoleh dari perusahaan, dari penjualan produknya, baik berupa barang maupun

jasa (Zamani dkk., 2011).

Ikan yang berpotensial untuk di jadikan bakso adalah ikan ekor kuning

karena memiliki protein yang cukup tinggi yaitu sebesar 22,3 g dari 100 g ikan.

Teknologi lipi mengkategorikan ikan ekor kuning adalah jenis jenis makanan

yang aman dan sehat karena kadar kolestrol yang rendah yaitu sebesar 85 mg per

10 gram ikan ekor kuning sehingga sangat disarankan bagi penderita

hiperkolesterolemia, semakin meningkat penggunaan ikan ekor kuning semakin

tinggi kadar protein bakso, karena kandungan protein ikan ekor kuning lebih

tinggi yaitu 22,3%. (Utomo dkk, 2013).


III. METODE PRATIKUM

A. Waktu dan Tempat

Pratikum ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 23 September 2019

pukul 15:20-19:00 Wita bertempat di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo Kendari.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum morfologi ikan

dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Table 1. Alat dan Bahan yang Digunakan.


No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
1. Alat
- - Gunting tajam - Menggunting organisme
- - Gunting tumpul - Menjepit organisme
- - Mistar cm Mengukur obyek
- - Cutter - Membelah organisme
- - Lup - Mengamati organisme
- - Kertas Laminating - Menyimpan obyek
- - Tissue roll - Membersihkan meja
- - Baki - Tempat untuk meletakkan bahan
- - Sunlihgt - Mencuci meja
- - Lap kasar - Lap meja
- - Lap halus - Mengeringkan meja
- - Alat tulis - Mencatat hasil pengamatan
- - Kamera - Mengambil dokumentasi
2. Bahan
- - Ikan Julung-julung Individu Obyek yang diamati
- - ikan layang Individu Obyek yang diamati
- - ikan Kakatua Individu Obyek yang diamati
- - ikan Ekor kuning Individu Obyek yang diamati
C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dari pratikum morfologi ikan yaitu:

- Menyiapkan alat dan bahan

- Meletakkan organisme yang akan di amati

- Mengambil dokumentasi

- Mengukur bentuk tubuh, bentuk mulut, sungut, sirip ekor, sirip pelfik,

sirip anal, warna tubuh, bar, band, bloch, panjang maxilla, jumlah jari-jari

sirip dorsal, stipe dan spot, dan panjang premaxilla

- Mencatat hasil pengamatan, dan

- Di tanda tangani oleh Asisten pembimbing.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan dari pratikum ini dapat di lihat dari tabel 2
berikut ini:

Tabel 2. Hasil Pengamatan morfologi pada ikan


No Parameter Keterangan Individu
1 2 3 4
1. Bentuk tubuh Fusiform Sagitiyorm Compressed Compressed
2. Bentuk mulut - - - -
a. a. Berdasarkan Terompet Paru Paru Paru
bentuk
b. Dapat tidaknya Tidak Bisa Tidak Bisa
di sembulkan
c. Berdasarkan Interior Terminal Sub terminal Terminal
letaknya
3. Sungut (Ada/tidak Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
ada)
4. Bentuk sirip ekor Nipocercal Forked Truvitace Forked
5. Sirip pelvic Tidak Berpasangan Berpasangan Berpasanga
(Berpasangan/tidak berpasangan n
berpasangan)
6. Sirip anal Berpasanga Tidak Tidak Tidak
(Berpasangan/tidak n berpasangan berpasangan berpasangan
berpasangan)
7. Warna tubuh Silver Silver Hijau Abu-abu
8. Bar Ada/tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada Tidak ada
9. Band Ada/tidak ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada
10. Blotch Ada/tidak Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
ada
11. Panjang 0,9 cm 1,1 cm 0,7 cm 0,9 cm
premaksiila(PPa)
12. Jumlah jari-jari 12 12 17 21
sirip dorsal
13. Speckles(Ada/tidak - - - -
ada)
14. Stripe (Ada/tidak Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada
ada)
15. Lines (Ada/tidak - - - -
ada)
16. Ocellatot spot - - - -
(Ada/ tidak ada)
17. Spot (Ada/tidak ada TTida ada Tidak ada Tidaka ada Tidak ada
18. Linea lateralis - - - -
(Ada/tidak ada)
Keterangan:
1. Ikan julung-julung (Hemiramphus brasiliensis)
2. Ikan lajang (Decapterus Russelli)
3. Ikan kakatua (Scarus sp.)
4. Ikan ekor kuning (Caesio cuning)

B. Pembahasan

Menurut Samad (1998), Ikan Julung-julung memiliki tutup insang terdapat

totol hitam, tubuh bagian atas berwarna hitam dan bagian berwarna putih. 3,5;

Mata 3,6 – 40; Moncong 3x kepala; rahang atas hampir mencapai lengkung mata

terdepan. Ikan ini dalam keadaan segar seluruh tubuhnya berwarna merah jambu,

dan pada bagian belakang tutup insang terdapat tutup insang.

Berdasarkan hasil pengamatan, ikan julung-julung memiliki bentuk tubuh

fusiform , memiliki keunikan yaitu rahang bagian bawah meruncing ke depan,

lebih panjang dari pada rahang atasnya. Memiliki bentuk tubuh seperti terompet,

berdasarkan letaknya dia interior bentuk sirip ekor Nipoceral tetapi sirip pelvic

tidak berpasangan, sedangkan sirip anal berpasangan dan memiliki warna tubuh

silver, band, blotch, memiliki panjang premaxilla 0,9 cm, serta jumlah jari-jari

sirip dorsal sebanyak 12 jari-jari.

Berdasarkan hasil pengamatan morfologi ikan layang memiliki bentuk

tubuh sagitiform benntuk mulut seperti terompet dan bnetuk tubuh seperti paruh

dapat di sembulkan. Berdasarkan letaknya dia terminal tidak tetapi tidak

mempunyai sungut bentuk sirip ekor forked sirip pelvik berpasangan akan tetapi

sirip anal tidak berpasangan memiliki warna tubuh silver, memiliki panjang

premaxilla 1,1 cm dan jumlah jari-jari sirip dorsal sebanyak 12 jari-jari.


Menurut Mose dkk., (2018) Ikan kakatua termasuk jenis ikan karang yang

hidup di ekosistem perairan berbatu karang warna tubuhnya berwarna warni dan

terlihat indah sehingga sangat mudah di bedakan dari jenis ikan lain.

Berdasarkan hasil pengamatan morfologi ikan kakatua memiliki bentuk

tubuh compressed, betuk tubuh terminal, berbentuk paru, tidak dapat

disembulkan, tidak memiliki sungut, memiliki bentuk sirip ekor truvitace, sisrip

pelvic berpasangan akan tetapi risip anal tidak berpasangan, warna tubuh hijau,

memiliki bar, tidak memiliki band serta blotch, memiliki panjang premaxilla 0,7

cm, jumlah jari-jari sirip dorsal 17, tidak memiliki stipe dan spot.

Menurut Juanita (2016), Ikan ekor kuning memiliki karasteristik berbadan

Comperssed. Berwarna kuning pada bagian atas sirip ekor dan bagian belakang.

Bagian bawah dan perut putih atau kemerah-merahan (merah muda). Sirip dada,

sirip perut, dan sirip anal,berwarna putih hingga merah muda.


V. KESIMPULAN DAN SARA

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan:

- Ikan julung-julung memiliki bentuk tubuh sagittiform, tidak memiliki

sungut, bentuk sirip ekor hyporcercal, sirip pelvic berpasangan, dan sirip

anal tidak berpasangan.

- Ikan layang memiliki bentuk tubuh fusiform, tidak memiliki sungut,

bentuk sirip ekor lunate., sirip pelvic berpasangan.

- Kakatua meiliki bentuk tubuh compressed, bentuk mulut terminal tidak

dapat disembulkan, dan letaknya terminal.

- Ikan ekor kuning meiliki bentuk tubuh compressed, bentuk mulut terminal,

dapat disembulkan, terminal, dan tidak memiliki sungut.

B. Saran

Saran yang dapat di sampaikan yaitu pada saat pratikum, pratikum harus

lebih disiplin dan alat-alat yang digunakan untuk praktek dilengkapi, selain itu

pratikan lebih efisien dalam penggunaan waktu agar saat praikum tidak

memerlukan waktu yang lama dan pratikan lebih aktif lagi untuk kedepanya.
DAFTAR PUSTAKA

Adrim M. 2008. Aspek Biologi Ikan Kakatua (Suku Scaridae ). Jurnal Oseana.
Vol 33 (1): 41-50.
Bhagawati MN. A., Amurwanto, A., 2013. Fauna Ikan Tiluformes dan Sungai
Serayu, Banjaran, dan Tajum di Kabupaten Bayumas. Jurnal Mipa.
Vol 36 (2): 112-122.
Fadhil R., Zainal, A. M., & Sari, Widya. 2016.Hubungan Panjang Berat dan
Morfometrik Ikan Julung-julung (Zeanarchopterus disprai) Dari Perairan
Pantai Utara Aceh. Vol 1 (2): 146-159.
Juanita I.I., Turni,S. H., Sri,I.W., 2009. Pertumbuhan, Sebaran Ukuran Pnjang,
dan Kematangan Gonad Ikan Ekor Kuning (Caesio cuning) di Prairan
Kepulauan Seribu. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Ikan.
Vol 7 (1): 293-298.
Mose J. R., Mansyur, A., 2008. Pengaruh Jenis Perbedaan Jenis Umpan Terhadap
Hasil Tangkapan Ikan Kakatua (Famili: Scaridae) Menggunakan Pancing
Ulur. Jurnal Sumberdaya Akustik Indopasifik. Vol 2 (2): 22-30.
Muhotimah T., Susilo, B Priono., & Kuswono, T., 2009. Analis Morfometrik dan
Meristik Nila (Oreochromis sp.) Strain Larasati F5 dan Parents. Jurnal
Perikanan (J.Fish.Sci.). Vol 11 (1): 33.
Nggajo R., 2009. Keterkaitan Sumber Daya Ikan Ekor Kunuing (Caesio cuning )
Dengan Krasteristik Habitat Pada Ekosistem Terumbu Karang di
Kepulauan Seribu. Jurnal Pernyataaan Mengenai Tesis dan Sumber
Informasi. Vol 31 (1): 33.
Samad A.G.,1998. Beberapa Catatan Tentang Biologi Ikan Layang Marga
Decapterus. Jurnal Oseana. Vol 33 (2): 27-36.

Anda mungkin juga menyukai