MAKALAH PENYAJI
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Landasan dan Wawasan Bimbingan dan Konseling
Yang dibina oleh Prof. Dr. Nur Hidayah, M.Pd. dan
Diniy Hidayatur Rahman S.Pd, M.Pd
Oleh :
Anja Nofianti 190111750425
Sitti Nur Aini 190111850406
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah “Landasan dan Wawasan Bimbingan dan
Konseling”. Kemudian shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-qur’an dan
sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas untuk memenuhi mata kuliah
Landasan dan Wawasan Bimbingan dan Konseling. Selanjutnya penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Nur
Hidayah, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Landasan dan Wawasan Bimbingan dan
Konseling.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-
kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Problem Sensing
Konseling merupakan proses pelayanan bantuan yang pelaksanaannya
didasarkan atas keahlian. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa konseling
tidak bisa dilaksanakan secara asal-asalan, namun harus dilakukan oleh
seorang yang professional dan memiliki kode etik dalam menjalankan
tugasnya. Kaitannya dengan profesi, kode etik merupakan pedoman norma
dan nilai yang menjadi standart kegiatan anggota profesi. Profesi konselor
atau guru BK juga memiliki kode etik tersendiri yang harus dipatuhi oleh
anggotanya. Kode etik profesi menjadi nilai-nilai profesional yang hendaknya
dipatuhi oleh anggota profesi tersebut.
Sama halnya dengan profesi konselor atau guru BK yang memiliki kewajiban
untuk memegang teguh kode etik konselor. Meskipun sudah tertulis secara
jelas dalam kode etik namun, masih banyak pelanggaran yang dilakukan
konselor atau guru BK di Indonesia dan luar negeri khusunya di Malaysia dan
Filiphina. Salah satu contohnya adalah konselor melakukan kekerasan seksual
terhadap siswa atau konseli. Hal tersebut sudah sangat jelas sekali kesalahan
yang dilakukan oleh konselor, dimana seharusnya konselor menjadi seseorang
yang dapat melindungi konseli tetapi yang terjadi justru sebaliknya, konselor
menjadi seseorang yang mengancam konseli.
9
BAB II
ISI
Aspek
Indonesia Malaysia Filipina
Landasan Kode etik profesi konselor di Dalam kode etik profesi di Tidak disebutkan dalam
Indonesia memiliki landasan Malaysia tidak menyebutkan kode etik.
yang jelas yaitu : 1) Pancasila, landasan secara eksplisit.
2) UUD 1945, 3) UU NO 20
Tahun, 4) UU RI No 16 Tahun
2017, 5) PP RI No.19 2005,
6) PP RI No. 74 2008, 7)
PERMENDIKNAS No 22
2006,
8) PERMENDIKNAS No.27
2008, 9) PERMENDIKBUD
No 111 2014
Kualifikasi 1. Guru BK minimal Sarjana Pada kode etik profesi di Dalam kode etik profesi
Pendidikan S-1BK Malaysia, kualifikasi tidak konselor di Filipina tidak
2. Konselor minimal Sarjana disebutkan secara eksplisit dalam disebutkan secara eksplisit
Pendidikan S-1 BK dan subbagian tertentu, namun di mengenai kualifikasi
telah lulus PPG/PPK. jabarkan pada bagian C mengenai konselor.
3. Magister BK adalah Ahli tanggung jawab profesional.
BK berkualifikasi
pendidikan S2 BK
4. Doctor BK ahli
pengembang Ilmu BK
berkualifikasi pendidikan
S3 BK
Kompetensi Kompetensi yang harus Di dalam kode etik konselor Dalam kode etik profesi
dimiliki konselor di dalam Malaysia, kompetensi yang harus konselor di Filipina tidak
kode etik konselor Indonesia dimiliki konselor sudah tercantum disebutkan secara eksplisit
dijelaskan secara jelas tetapi masih eksplisit dan belum mengenai kompetensi
ada subbagian yang menjelaskan konselor.
secara rinci
10
Pelaksanaan Di dalam kode etik konselor Sedangkan di kode etik Malaysia Dalam kode etik profesi
Pelayanan Indonesia pada aspek hanya terdapat point Kerahasiaan konselor di Filipina tidak
pelayanan terdapat point di poin B, tanggung jawab di poin disebutkan secara eksplisit
tentang: penghargaan dan C mengenai pelaksanaan
keterbukaan, kerahasiaan dan pelayanan
berbagi informasi, seting
layanan, tanggung jawab
Pelanggaran Bentuk pelanggaran dan sanksi Dalam kode etik profesi konselor Dalam kode etik profesi
dan Sanksi di Malaysia hanya terdapay konselor di filipina Sanksi
Pelanggaran di poin H sedangkan dijelaskan di artikel VI
untuk sanksi tidak dijelaskan sedangkan untuk
secara jelas pelanggaran tidak
dijelaskan secara detail.
11
Pada Jumat 7 Juli 2017 12:55 WIB okezone menerbitkan berita yang
ditulis oleh Agregasi Harian bahwa seorang anak perempuan di bawah umur
menjadi korban kejahatan seksual salah gurunya di salah satu Madrasah
Tsanawiyah (MTs) di Bantul. Pelaku yang tak lain gurunya sendiri tersebut
terancam hukuman 15 tahun penjara. Informasi yang dihimpun, Guru
Bimbingan Konseling (BK) itu melakukan hubungan seksual berkali-kali
hingga korban mengandung.
Dikutip dari 86news.co pada hari Minggu, 11 Oktober 2019
menuliskan bahwa “Dunia Pendidikan Tercoreng, Oknum Guru SMKN 1 Kota
Tangerang Diduga Pelecehan Seksual Kepada Muridnya”. Pengaduan Mantan
Orang Tua Murid Inisial “H” Kepada Ricardo Kurniawan Selaku Kordinator
Investigasi (LSM Garuk KKN) Lembaga Swadaya Masyarakat Gerakan Aksi
Rakyat Untuk Rakyat Korupsi kolusi Nepotisme Mengenai Pelecehan
Seksual Yang Di Duga Dilakukan Oleh Oknum Guru Inisial ” N” Selaku
Guru (BK) Bimbingan Konseling Di SMK N 1 Kota Tangerang.
CNNBanten.Id suhandi 16 Mei 1996 menuliskan bahwa para alumni
SMKN 1 Kota Tanggerang geruduk pihak sekolah lantaran mendengan isu
terkait kasus pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh guru BK kepada
siswi sekolah tersebut. Dan hal tersebut dibenarkan oleh Wakil Kepala
Sekolah SMKN 1 Kota Tanggerang dan masalah tersebut sudah ditangani
oleh pihak yang berwajib.
B. Problem Posing
Berdasarkan problem sensing dan problem exploration and analysis
yang sudah dipaparkan diatas maka penulis merumuskan problem posing dari
masalah tersebut adalah :
1. Guru BK dalam melaksanakan layanan BK tidak berpedoman pada Kode
Etik Konselor
2. Guru BK tidak memahami isi dari Kode Etik Konselor
12
C. Problem Solving
Sementara upaya meminimalisir resiko tentang pelanggaran kode etik
maka perlunya hal-hal seperti berikut :
1. Adanya kesadaran dari konselor bahwasanya konseling merupakan
kegiatan yang kompleks dan tak jarang juga banyak resiko yang tak
terduga. Konselor sebaiknya memahami peraturan tentang komunikasi
khusus serta harus mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan
secara legal dan etis.
2. Mengingat sulitnya bertindak secara etik, maka perlu adanya perangkat seperti
panduan untuk bertindak secara etis yang jelas, terukur dan operasional.
3. ABKIN Sebagai asosiasi yang melindungi para konselor perlu melaksankan
sosialisasi kode etik profesi, bahkan menyediakan jasa ’penasehat’ untuk
membantu menangani isu-isu etis dan menciptakan mekanisme perlindungan
bagi para konselor yang mengungkapkan praktik-praktik tidak etis baik
disekolah atau konselor bukan sekolah.
13
BAB III
PENUTUP
14
DAFTAR RUJUKAN
15