Pembahasan kali ini tentang masalah pendidikan anak, yang lebih tepatnya tentang bahaya
orang tua (atau siapa saja) dalam membentak anak, karena hal ini dapat berakibat fatal.
Berdasarkan penelitian bahwa pada setiap kepala seorang anak, maka akan terdapat lebih dari
10 trilyun sel otak yang sudah siap tumbuh (banyak sekali).
Akan tetapi satu bentakan, perkataan kasar, makian atau yang semacamnya kepada anak yang
masih dalam masa pertumbuhan akan berakibat sangat fatal, dan hal ini merupakan bukan
sebuah perkara yang kecil atau enteng.
Namun ketika dia terkejut ketika ada suara yang sedikit keras, maka rangkaian indah sel otak
yang menggelembung seperti balon tersebut pecah berantakan, dan kemudian juga terjadi
perubahan warna.
Dari penelitian yang dilakukan Lise Gilot ini menjelaskan bahwa pengaruh marah dan
bentakan pada anak akan sangat mempengaruhi perkembangan sel otak anak.
Bahaya, apabila hal tersebut dilakukan secara sering bahkan tidak terkendali, maka dapat
berpotensi besar untuk mengganggu struktur otak anak itu sendiri.
Dan tidak hanya itu saja, hal itu juga akan mengganggu fungsi organ-organ penting di dalam
tubuh seperti hati, jantung dan yang lainnya.
Efek dari kerusakan pada sel-sel otak karena bentakan lebih besar pengaruhnya pada anak-
anak. Adapun pada remaja dan orang dewasa juga berpotensi mengalami kerusakan, tetapi
tidak sebesar dengan yang disertai oleh anak-anak.
Bentakan kepada sang anak akan mengakibatkan hal yang fatal, efek jangka panjangnya
dapat dilihat pada orang-orang yang sering mengalami bentakan di masa lalunya (masa
kecilnya)....
...orang-orang tersebut akan lebih banyak melamun, dan juga lambat dalam memahami
sesuatu
Kemudian juga biasanya akan mudah untuk meluapkan rasa marah, panik dan sedih. Mereka
biasanya akan seringkali mengalami stress hingga depresi dalam hidup.
Hal ini karena kesulitan dalam memahami pola-pola masalah yang mereka hadapi. Dan itu
semua adalah akibat dari sedikitnya sel-sel otak yang aktif dari yang seharusnya.
Sehingga, apabila orang tua “hobi” membentak anak dengan nada tinggi, maka dr Silvia
menjelaskan bahwa anak jika terus-terusan terpapar dengan suara bernada kasar dan tinggi...
...mengakibatkan organ jantung sang anak akan sering berdetak dengan sangat cepat
(abnormal), yang menyebabkan jantung menjadi mudah kelelahan.
Bahaya yang sama juga bisa terjadi pada orang yang sering mendengarkan musik berirama
cepat.
Dimana Anak akan tumbuh menjadi sosok yang mudah marah, sulit mengendalikan diri,
emosional, dan suka teriak-teriak.
Karena tindak kekerasan baik itu verbal maupun non verbal berdampak buruk pada psikologi
sang anak.
Memarahi anak di depan teman-temannya, hal ini tentu bisa mempertaruhkan harga diri sang
anak ketika berada di tengah lingkungan pertemanan atau lingkungan bermainnya.
Sehingga hal ini dapat mengakibatkan tingkat kepercayaan anak kepada orang tuanya
menjadi turun. Alhasil segala petuah / nasehat dari orang tua nantinya hanya dianggap
sebelah mata oleh sang anak.
Permasalahan seperti ini dikemukakan sebuah studi baru yang dipublikasikan di jurnal Child
Development.
Salah satu poin disebutkan, yaitu alih-alih orang tua “berniat baik” untuk memperbaiki
perilaku sang remaja...
...tetapi dengan cara diteriaki, dihina dan dibentak oleh si orang tua, maka hal ini justru
membuat perilaku sang remaja masalah tambah buruk.
Ketika orang tua berbicara dengan nada tinggi alias membentak, justru dapat mengakibatkan
anak terganggu perkembangannya dan mengalami pada gangguan pendengaran.
Selain masalah pendengaran, juga masalah hati yang "terluka" karena sang anak menerima
perlakuan buruk, alhasil anak akan kesulitan untuk tumbuh menjadi pendengat yang baik.
Hal itu karena di dalam jiwa sang anak tertanam perasaan takut salah karena sering dibentak.
Sehingga anak akan minim sekali dan kesulitan untuk bisa melakukan inisiatif.
Sehingga janganlah sikap orang tua terhadap anak seperti halnya polisi yang sedang
menghadapi penjahat.
Dari hal diatas, ada sebuah contoh nyata, diceritakan bahwa di daerah Banjarmasin terdapat
siswa perempuan yang sikapnya “sangat dingin”, pada dirinya tidak ada senyum sama sekali
walau diajak bercanda dan tertawa.
Ternyata setelah diselidiki dengan bertanya-tanya ke pihak keluarga-nya...
...ternyata wanita ini sejak kecil memang selalu mendapat “hadiah” berupa bentakan,
kemarahan, dicubit, dipukul dan kekerasan yang lainnya dari orang tuanya.
Sehingga kemampuan otak-nya dan juga perilakunya sudah tidak normal (menurun) seperti
kebanyakan orang.
"Di dalam setiap kepala seorang anak, terdapat lebih dari 10 trilyun sel otak yang siap
tumbuh. Satu bentakan atau makian, mampu membunuh lebih dari 1 milyar sel otak saat itu
juga. Satu cubitan atau pukulan, mampu membunuh lebih dari 10 milyar sel otak saat itu
juga. Sebaliknya satu pujian atau pelukan akan membangun kecerdasan lebih dari 10 trilyun
sel otak saat itu juga".
Meskipun anak dilahirkan memiliki milyaran sel otak, jika setiap saat anak melewati hari-
harinya dengan omelan, teriakan, dan amarah dari orang tuanya, sungguh tak terbayangkan
berapa banyak sel otak yang akan mati akibat perlakuan buruk yang diterimanya.
2. Penurunan kepercayaan diri
Anak-anak yang sering dimarahi cendrung akan berpikir, bahwa penyebab dia dimarahi
adalah karena melakukan kesalahan. Semakin sering anak dimarahi, maka semakin kuat opini
pada diri anak bahwa semua tindakannya adalah salah, sehingga takut melakukan hal-hal
yang baru, merasa minder, dan pada akhirnya anak akan kehilangan rasa percaya diri, dan
Anak akan menjadi pasif karena cendrung memilih diam dan tidak berbuat daripada
dimarahi.
3. Depresi
Anak yang sering dimarahi bisa mengalami tekanan mental atau depresi. Anak akan jadi
lekas marah atau frustasi, egois, agresif, merasa sedih, merasa tidak berharga atau bersalah,
dan lambat dalam berpikir, berbicara, atau bergerak. Anak juga cendrung melakukan tindakan
kekerasan, baik fisik maupun verbal. Hal ini bisa berlanjut hingga mereka dewasa.
4. Trauma
Kemarahan tidak mengajarkan apa-apa terhadap perkembangan si kecil, justru membuat
renggang ikatan batin antara orang tua dan anak, anak akan merasa tidak nyaman dan takut
karena perilaku orang tuanya. Anak yang sering kena marah bisa mengalami trauma, jika
kekerasan verbal yang mereka alami disertai dengan pemberian julukan (label) yang negatif,
kasar dan tidak pantas. Seperti "anak nakal", "anak bodoh", "anak pemalas", atau "anak tak
berguna". Julukan yang diberikan tersebut akan membuat anak beranggapan bahwa dia
memang seperti apa yang dikatakan itu.
5. Introvert
Anak akan memiliki pribadi yang tertutup. Kepribadian introvert merupakan kondisi
psikologis dimana anak lebih pendiam dan cendrung menutup dan menarik diri dari
lingkungannya. Anak enggan mengungkapkan isi hatinya atau permasalahan yang
dihadapinya, takut mengutarakannya karena takut dipersalahkan.
6. Apatis
Akibat terlalu sering dibentak dan dimarahi, anak akan menjadi bersifat apatis, sering tidak
peduli terhadap suatu hal.
Menahan diri untuk tidak sering marah pada anak tidaklah mudah. Namun, ini lah tantangan
bagi para orang tua untuk lebih sabar dan bijak dalam menyikapi dan memperbaiki perilaku
anak-anak kita.
BAHAYA!!! Ini 12 Akibat Jika Suka Memarahi Anak
Anak-anak adalah Calon Penerus Bangsa, dan Sadarkah kalian Sebagai Orang Tua Bahaya
dari Membentak Anak. Tentu kita semua tidak ingin anak kita jadi generasi yang bodoh kan?
Dan Parahnya sudah banyak ilmuan yang sudah membuktikan bahaya dari membentak anak
sangat mempengaruhi kehidupan sang anak kedepannya.
Dari pada penasaran mending kita langsung baca apa-apa saja akibat dari membentak anak
atau buah hati kita sendiri, Berikut ulasannya:
Di samping itu kita sebagai Orang Tua seharusnya lebih mengerti dalam menghadapi si kecil
saat melakukan kesalahan, Kita ambil pandangan saja "Wajar kan kalau anak kecil melakukan
kesalahan? jadi buat apa memarahinya" saya pikir itu tidak perlu. namun hanya perlu di
berikan teguran kecil atau sesuatu yang tidak membuat mental anak kita ini turun dan rusak.
Jika tetap sang anak masih buruk prilakunya, maka JANGAN PERNAH menyerah, tetaplah
berusaha meluruskan sang anak dari kesalahannya dengan cara yang baik.
Demikian cara lemah lembut seperti ini yang hendaknya lebih dominan diterapkan oleh orang
tua, boleh memang dengan cara yang agak sedikit lebih keras, tetapi jika memang
memberikan manfaat.
Dan cara yang keras ini hedaknya lebih jarang dilakukan, utamakan cara lembut.
Dengan lebih dominan menggunakan cara lemah lembut, maka akan lebih efektif dan lebih
mengena pada hati sang anak, dibandingkan menghadapi kesalahan anak dengan berteriak-
teriak guna meluruskan kesalahannya.
Beberapa cara untuk menghindarkan diri berteriak
pada anak
• Bernafaslah dengan tenang. Ketika Anda akan marah pada anak, tarik nafas perlahan dan
hembuskan. Tutup mata Anda sebentar dan tenangkan diri Anda.
• Kita semua memiliki anak yang menyenangkan, hanya terkadang sedikit nakal. Ajari disiplin
pada anak dengan kasih sayang dan cara yang positif.
• Jadilah contoh yang baik bagi anak Anda.
• Nasehati anak dengan bahasa yang halus dan tutur kata yang lembut.
• Ajari anak untuk dapat mengekspresikan perasaannya dengan baik kepada orang tua
maupun temannya.
• Beri anak aturan yang jelas yang harus dia patuhi. Misalnya tidak boleh menonton televisi
saat jam belajar. Jika anak telah terbiasa maka dia akan dengan mudah mematuhi peraturan
tersebut.
• Selalu berikan pujian jika anak melakukan hal yang baik.
• Perkuat hubungan Anda dengan anak. Jadilah pribadi yang dekat dan akrab dengan anak
Anda.
• Tanamkan dalam diri Anda bahwa Anda mengajari anak disiplin untuk membangun karakter
yang baik, bukan untuk membuat anak Anda menangis dan bersedih.
• Tidak ada orang tua yang sempurna. Tetaplah tenang jika anak Anda nakal atau rewel.
Ajaklah anak bicara baik-baik dan penuh kelembutan.
• Ajarkan disiplin pada anak tanpa memukul. Peluk atau elus lembut kepala anak sambil
menasehati.
• Kata yang bisa Anda ucapkan kepada anak untuk memotivasinya adalah: Kamu pintar
sekali, Kamu hebat.
• Berikan hadiah kepada anak atas keberhasilannya.
Melalui pendekatan ini diharapkan dapat membentuk karakter dan jiwa anak secara positif.
Anak adalah anugerah Tuhan yang menjadikan kita belajar tentang cinta, kebijaksanaan dan
kelembutan.