Anda di halaman 1dari 13

7 Bahaya Membentak Anak (Memusnahkan Sel Otak dll)

Pembahasan kali ini tentang masalah pendidikan anak, yang lebih tepatnya tentang bahaya
orang tua (atau siapa saja) dalam membentak anak, karena hal ini dapat berakibat fatal.
Berdasarkan penelitian bahwa pada setiap kepala seorang anak, maka akan terdapat lebih dari
10 trilyun sel otak yang sudah siap tumbuh (banyak sekali).
Akan tetapi satu bentakan, perkataan kasar, makian atau yang semacamnya kepada anak yang
masih dalam masa pertumbuhan akan berakibat sangat fatal, dan hal ini merupakan bukan
sebuah perkara yang kecil atau enteng.

1. Bahaya membentak anak karena memusnahkan sel otak anak


Karena bentakan atau perkataan yang kasar dapat membunuh lebih dari 1 milyar sel otak saat
itu juga.
Dan bahkan sebuah pukulan atau cubitan yang disertai dengan bentakan maka akan
membunuh lebih dari bermilyar-milyar sel otak saat itu juga.
Akan tetapi sebaliknya, dengan 1 pujian, kehangatan pelukan dan kasih sayang maka akan
membangun dengan sangat baik bibit kecerdasan seorang anak... yang membuat
perkembangan otak anak yang sangat cepat.
Hasil penelitian tersebut dari seorang yang bernama Lise Gliot, dia berkesimpulan seperti itu,
pada anak yang masih dalam pertumbuhan, terutama pada masa “golden age” yaitu pada
umur 2-3 tahun.

Suara hanya cenderung lebih keras, maka sudah menjadi


masalah...
Lise Gliot menjelaskan bahwa suara yang keras dan bentakan yang keluar dari orang tua
dapat merusak atau menggugurkan sel otak anak yang sedang tumbuh.
Sedangkan ketika sang ibu sedang memberikan belaian lembut sambil menyusui anaknya,
maka rangkaian otak terbentuk indah.
Penelitian Lise Gliotini ini, dengan melakukan penelitian pada objeknya yaitu anaknya
sendiri.
Dia berinisiatif memasang kabel perekam otak yang dihubungkan dengan sebuah monitor
komputer, dengan begitu akan terlihat setiap perubahan yang terjadi dalam perkembangan
otak anaknya.
Dan dia menyatakan bahwa hasilnya sangat luar biasa, saat sang anak menyusui sang anak
maka akan terbentuk rangkaian indah pada sel otak anak.

Namun ketika dia terkejut ketika ada suara yang sedikit keras, maka rangkaian indah sel otak
yang menggelembung seperti balon tersebut pecah berantakan, dan kemudian juga terjadi
perubahan warna.

Dari penelitian yang dilakukan Lise Gilot ini menjelaskan bahwa pengaruh marah dan
bentakan pada anak akan sangat mempengaruhi perkembangan sel otak anak.

Bahaya, apabila hal tersebut dilakukan secara sering bahkan tidak terkendali, maka dapat
berpotensi besar untuk mengganggu struktur otak anak itu sendiri.

Hati-hati ketika ingin memarahi anak...


Sang peneliti Lise Gilot memberikan nasihat bahwa kita harus berhati-hati dalam memarahi
sang anak.

Dan tidak hanya itu saja, hal itu juga akan mengganggu fungsi organ-organ penting di dalam
tubuh seperti hati, jantung dan yang lainnya.

Efek dari kerusakan pada sel-sel otak karena bentakan lebih besar pengaruhnya pada anak-
anak. Adapun pada remaja dan orang dewasa juga berpotensi mengalami kerusakan, tetapi
tidak sebesar dengan yang disertai oleh anak-anak.

Bentakan kepada sang anak akan mengakibatkan hal yang fatal, efek jangka panjangnya
dapat dilihat pada orang-orang yang sering mengalami bentakan di masa lalunya (masa
kecilnya)....

...orang-orang tersebut akan lebih banyak melamun, dan juga lambat dalam memahami
sesuatu

Kemudian juga biasanya akan mudah untuk meluapkan rasa marah, panik dan sedih. Mereka
biasanya akan seringkali mengalami stress hingga depresi dalam hidup.

Hal ini karena kesulitan dalam memahami pola-pola masalah yang mereka hadapi. Dan itu
semua adalah akibat dari sedikitnya sel-sel otak yang aktif dari yang seharusnya.

2. Karena dibentak, jantung anak bisa kelelahan


Menurut penjelasan dr Godeliva Maria Silvia Merry, M.Si, dokter yang juga pengajar di
UKDW, Yogyakarta, dia menjelaskan bahwa denyut nadi seseorang dapat berubah-ubah yang
tergantung dari suara yang didengar.

Sehingga, apabila orang tua “hobi” membentak anak dengan nada tinggi, maka dr Silvia
menjelaskan bahwa anak jika terus-terusan terpapar dengan suara bernada kasar dan tinggi...

...mengakibatkan organ jantung sang anak akan sering berdetak dengan sangat cepat
(abnormal), yang menyebabkan jantung menjadi mudah kelelahan.
Bahaya yang sama juga bisa terjadi pada orang yang sering mendengarkan musik berirama
cepat.

3. Anak akan tumbul menjadi pribadi yang emosional


Ketika sering dibentak, anak akan meniru hal yang “diterimanya” itu dalam kehidupan
sehari-harinya.

Dimana Anak akan tumbuh menjadi sosok yang mudah marah, sulit mengendalikan diri,
emosional, dan suka teriak-teriak.

Karena tindak kekerasan baik itu verbal maupun non verbal berdampak buruk pada psikologi
sang anak.

4. Tingkat kepercayaan anak kepada orang tua menurun


Dimana orang tua kerap dijadikan panutan bagi sang anak pada umumnya, sehingga
kebiasaan orang tua akan ditiru sangat anak, termasuk kebiasaan berbicara dengan nada yang
kasar dan tinggi.

Memarahi anak di depan teman-temannya, hal ini tentu bisa mempertaruhkan harga diri sang
anak ketika berada di tengah lingkungan pertemanan atau lingkungan bermainnya.

Sehingga hal ini dapat mengakibatkan tingkat kepercayaan anak kepada orang tuanya
menjadi turun. Alhasil segala petuah / nasehat dari orang tua nantinya hanya dianggap
sebelah mata oleh sang anak.

5. Anak menjadi depresi


Membentak anak yang beranjak remaja juga merupakan hal yang tidak baik.
Remaja berusia 13 tahun yang sering dibentak oleh orang tuanya memperlihatkan lebih
banyak gejala depresi dibandingkan dengan teman seumurannya yang tidak mendapatkan hal
kurang baik itu.

Permasalahan seperti ini dikemukakan sebuah studi baru yang dipublikasikan di jurnal Child
Development.
Salah satu poin disebutkan, yaitu alih-alih orang tua “berniat baik” untuk memperbaiki
perilaku sang remaja...
...tetapi dengan cara diteriaki, dihina dan dibentak oleh si orang tua, maka hal ini justru
membuat perilaku sang remaja masalah tambah buruk.

6. Kesulitan menjadi pendengar yang baik


Supaya anak nantinya tumbuh menjadi pribadi sebagai pendengar yang baik, maka sang anak
perlu tumbuh di lingkungan yang membuatnya dapat berpikir positif.

Ketika orang tua berbicara dengan nada tinggi alias membentak, justru dapat mengakibatkan
anak terganggu perkembangannya dan mengalami pada gangguan pendengaran.

Selain masalah pendengaran, juga masalah hati yang "terluka" karena sang anak menerima
perlakuan buruk, alhasil anak akan kesulitan untuk tumbuh menjadi pendengat yang baik.

7. Anak kehilangan inisiatif karena takut salah


Anak yang sering dibentak dan dimarahi, apalagi dimarahi secara membabi buta, maka bisa
beresiko menjadi diri anak kesulitan dalam melakukan suatu inisiatif.

Hal itu karena di dalam jiwa sang anak tertanam perasaan takut salah karena sering dibentak.
Sehingga anak akan minim sekali dan kesulitan untuk bisa melakukan inisiatif.

Nasehat untuk orang tua...


Untuk itu handaknya Orang tua perlu menyadari bahwa dunia anak JAUH BERBEDA
dengan orang dewasa.
Jadi, yang perlu diperhatikan adalah ketika menetapkan perilaku anak yang melakukan salah,
maka jangan menggunakan tolok ukur orang dewasa.

Sehingga janganlah sikap orang tua terhadap anak seperti halnya polisi yang sedang
menghadapi penjahat.
Dari hal diatas, ada sebuah contoh nyata, diceritakan bahwa di daerah Banjarmasin terdapat
siswa perempuan yang sikapnya “sangat dingin”, pada dirinya tidak ada senyum sama sekali
walau diajak bercanda dan tertawa.
Ternyata setelah diselidiki dengan bertanya-tanya ke pihak keluarga-nya...
...ternyata wanita ini sejak kecil memang selalu mendapat “hadiah” berupa bentakan,
kemarahan, dicubit, dipukul dan kekerasan yang lainnya dari orang tuanya.
Sehingga kemampuan otak-nya dan juga perilakunya sudah tidak normal (menurun) seperti
kebanyakan orang.

Cara menghadapi anak yang melakukan kesalahan


Sangat penting orang tua untuk "membiasakan diri" berbicara secara baik dan manis kepala
anak, termasuk ketika anak melakukan hal yang salah sehingga harus diluruskan
kesalahannya.
Ajarkan bagaimana seharusnya sang anak bersikap yang benar secara perlahan...
...(karena secara perlahan) maka diperlukan kesabaran dan kecerdasan emosi dari sang orang
tua, terutama ketika sang anak memperlihatkan respon kurang baik dari nasehat orang tua.
Jika tetap sang anak masih buruk prilakunya, maka JANGAN PERNAH menyerah, tetaplah
berusaha meluruskan sang anak dari kesalahannya dengan cara yang baik.
Sering Memarahi Anak, Ini Dampak Buruknya
Setiap orang tua di dunia pasti pernah memarahi anaknya. Penyebab dari kemarahan antara
lain bisa dikarenakan sikap anak yang agresif, rewel, keras kepala dan suka membantah.
Kemarahan yang ditunjukkan orang tua, sebenarnya bertujuan agar anak menyadari akan
kesalahannya dan mau memperbaiki perilakunya. Namun, keseringan memarahi anak justru
dapat memberi dampak negatif bagi perkembangan otak anak.

"Di dalam setiap kepala seorang anak, terdapat lebih dari 10 trilyun sel otak yang siap
tumbuh. Satu bentakan atau makian, mampu membunuh lebih dari 1 milyar sel otak saat itu
juga. Satu cubitan atau pukulan, mampu membunuh lebih dari 10 milyar sel otak saat itu
juga. Sebaliknya satu pujian atau pelukan akan membangun kecerdasan lebih dari 10 trilyun
sel otak saat itu juga".

Dampak buruk jika sering memarahi anak, yaitu


1. Kerusakan/kematian sel-sel otak anak
Sejumlah penelitian menunjukkan bagaimana pengaruh penting sikap atau perilaku orang tua
terhadap anak-anak mereka pada masa perkembangan dan pertumbuhannya. Seorang
Neuroscientist di Chicago Medical School, Lise Eliot, Phd, dalam bukunya "Whats going on
in There? How The Brain and Mind Develop in The First Five Years of Life. Menceritakan
sebuah fakta yang begitu mencengangkan. Ia melakukan penelitian perkembangan otak
terhadap bayinya sendiri.
Lise memasang seperangkat alat khusus di kepala bayinya. Alat itu dihubungkan dengan
kabel-kabel komputer agar dia bisa melihat setiap perubahan yang terjadi dalam
perkembangan sel otak anaknya melalui layar monitor. Saat bayinya bangun, dia memberinya
ASI. Ketika bayinya minum ASI, Lise melihat gambar-gambar sel otak anaknya di layar
monitor sedang membentuk rangkaian yang indah.
Ketika sedang asyik menyusui, tiba-tiba bayi Lise menendang kabel komputer. Si ibu sontak
kaget dan berteriak, "No!" Ternyata teriakan si ibu membuat bayinya kaget, saat itu juga Lise
melihat gambar sel otak anaknya di layar monitor terus menggelembung seperti balon,
semakin membesar dan akhirnya pecah. Selanjutnya terjadi perubahan warna yang menandai
kerusakan sel otak. Apa yang dilakukan oleh Lise Eliot telah membuktikan kepada kita
semua, betapa emosi yang tidak terkontrol akan berdampak buruk pada perkembangan otak
anak-anak kita.

Meskipun anak dilahirkan memiliki milyaran sel otak, jika setiap saat anak melewati hari-
harinya dengan omelan, teriakan, dan amarah dari orang tuanya, sungguh tak terbayangkan
berapa banyak sel otak yang akan mati akibat perlakuan buruk yang diterimanya.
2. Penurunan kepercayaan diri
Anak-anak yang sering dimarahi cendrung akan berpikir, bahwa penyebab dia dimarahi
adalah karena melakukan kesalahan. Semakin sering anak dimarahi, maka semakin kuat opini
pada diri anak bahwa semua tindakannya adalah salah, sehingga takut melakukan hal-hal
yang baru, merasa minder, dan pada akhirnya anak akan kehilangan rasa percaya diri, dan
Anak akan menjadi pasif karena cendrung memilih diam dan tidak berbuat daripada
dimarahi.
3. Depresi
Anak yang sering dimarahi bisa mengalami tekanan mental atau depresi. Anak akan jadi
lekas marah atau frustasi, egois, agresif, merasa sedih, merasa tidak berharga atau bersalah,
dan lambat dalam berpikir, berbicara, atau bergerak. Anak juga cendrung melakukan tindakan
kekerasan, baik fisik maupun verbal. Hal ini bisa berlanjut hingga mereka dewasa.
4. Trauma
Kemarahan tidak mengajarkan apa-apa terhadap perkembangan si kecil, justru membuat
renggang ikatan batin antara orang tua dan anak, anak akan merasa tidak nyaman dan takut
karena perilaku orang tuanya. Anak yang sering kena marah bisa mengalami trauma, jika
kekerasan verbal yang mereka alami disertai dengan pemberian julukan (label) yang negatif,
kasar dan tidak pantas. Seperti "anak nakal", "anak bodoh", "anak pemalas", atau "anak tak
berguna". Julukan yang diberikan tersebut akan membuat anak beranggapan bahwa dia
memang seperti apa yang dikatakan itu.
5. Introvert
Anak akan memiliki pribadi yang tertutup. Kepribadian introvert merupakan kondisi
psikologis dimana anak lebih pendiam dan cendrung menutup dan menarik diri dari
lingkungannya. Anak enggan mengungkapkan isi hatinya atau permasalahan yang
dihadapinya, takut mengutarakannya karena takut dipersalahkan.

6. Apatis
Akibat terlalu sering dibentak dan dimarahi, anak akan menjadi bersifat apatis, sering tidak
peduli terhadap suatu hal.
Menahan diri untuk tidak sering marah pada anak tidaklah mudah. Namun, ini lah tantangan
bagi para orang tua untuk lebih sabar dan bijak dalam menyikapi dan memperbaiki perilaku
anak-anak kita.
BAHAYA!!! Ini 12 Akibat Jika Suka Memarahi Anak
Anak-anak adalah Calon Penerus Bangsa, dan Sadarkah kalian Sebagai Orang Tua Bahaya
dari Membentak Anak. Tentu kita semua tidak ingin anak kita jadi generasi yang bodoh kan?
Dan Parahnya sudah banyak ilmuan yang sudah membuktikan bahaya dari membentak anak
sangat mempengaruhi kehidupan sang anak kedepannya.

Dari pada penasaran mending kita langsung baca apa-apa saja akibat dari membentak anak
atau buah hati kita sendiri, Berikut ulasannya:

1. Memarahi Anak Dapat MEMUSNAHKAN Sel Otak


Anak
Menurut Martin Teicher, seorang profesor psikiatri di Harvard Medical School, ketika orang
tua berteriak kepada anak-anaknya akan terjadi kerusakan struktur otak pada anak. Pada
otak anak yang sering dibentak, saluran yang menghubungkan otak kanan dengan otak kiri
menjadi lebih kecil. Hal ini mempengaruhi area otak yang berhubungan dengan emosi dan
perhatian. Perubahan ini pada saat anak dewasa akan menyebabkan kecemasan, depresi,
dan gangguan kepribadian, resiko bunuh diri dan aktivitas otak yang mirip dengan epilepsi.
Karena bentakan atau perkataan yang kasar dapat membunuh lebih dari 1 milyar sel otak
saat itu juga.
Dan bahkan sebuah pukulan atau cubitan yang disertai dengan bentakan maka akan
membunuh lebih dari bermilyar-milyar sel otak saat itu juga.
Akan tetapi sebaliknya, dengan 1 pujian, kehangatan pelukan dan kasih sayang maka akan
membangun dengan sangat baik bibit kecerdasan seorang anak... yang membuat
perkembangan otak anak yang sangat cepat.
Hasil penelitian tersebut dari seorang yang bernama Lise Gliot, dia berkesimpulan seperti itu,
pada anak yang masih dalam pertumbuhan, terutama pada masa “golden age” yaitu pada
umur 2-3 tahun.
Suara hanya cenderung lebih keras, maka sudah menjadi masalah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Lise Gliot dari Fakultas Kedokteran Chicago,
memarahi anak dapat mengganggu struktur otak anak. Malah pada anak yang masih dalam
pertumbuhan otak yakni pada masa golden age yaitu 2-3 tahun pertama kehidupannya, suara
keras dan membentak yang keluar dari orang tua dapat menggugurkan sel otak yang sedang
tumbuh.
Lise Gliot menjelaskan bahwa suara yang keras dan bentakan yang keluar dari orang tua
dapat merusak atau menggugurkan sel otak anak yang sedang tumbuh.
Sedangkan ketika sang ibu sedang memberikan belaian lembut sambil menyusui anaknya,
maka rangkaian otak terbentuk indah.
Penelitian Lise Gliotini ini, dengan melakukan penelitian pada objeknya yaitu anaknya sendiri.
Dia berinisiatif memasang kabel perekam otak yang dihubungkan dengan sebuah monitor
komputer, dengan begitu akan terlihat setiap perubahan yang terjadi dalam perkembangan
otak anaknya.
Dan dia menyatakan bahwa hasilnya sangat luar biasa, saat sang anak menyusui sang anak
maka akan terbentuk rangkaian indah pada sel otak anak.
Namun ketika dia terkejut ketika ada suara yang sedikit keras, maka rangkaian indah sel otak
yang menggelembung seperti balon tersebut pecah berantakan, dan kemudian juga terjadi
perubahan warna.
Dari penelitian yang dilakukan Lise Gilot ini menjelaskan bahwa pengaruh marah dan
bentakan pada anak akan sangat mempengaruhi perkembangan sel otak anak.
Bahaya, apabila hal tersebut dilakukan secara sering bahkan tidak terkendali, maka dapat
berpotensi besar untuk mengganggu struktur otak anak itu sendiri.
Hati-hati ketika ingin memarahi anak...
Sang peneliti Lise Gilot memberikan nasihat bahwa kita harus berhati-hati dalam memarahi
sang anak.
Dan tidak hanya itu saja, hal itu juga akan mengganggu fungsi organ-organ penting di dalam
tubuh seperti hati, jantung dan yang lainnya.
Adapun efek dari kerusakan pada sel-sel otak karena bentakan akan lebih besar pengaruhnya
pada anak-anak, pada remaja dan orang dewasa juga berpotensi mengalami kerusakan,
tetapi tidak sebesar dengan yang disertai oleh anak-anak.
Bentakan kepada sang anak akan mengakibatkan hal yang fatal, efek jangka panjangnya
dapat dilihat pada orang-orang yang sering mengalami bentakan di masa lalunya (masa
kecilnya)
orang-orang tersebut akan lebih banyak melamun, dan juga lambat dalam memahami sesuatu
Kemudian juga biasanya akan mudah untuk meluapkan rasa marah, panik dan sedih. Mereka
biasanya akan seringkali mengalami stress hingga depresi dalam hidup
Hal ini karena kesulitan dalam memahami pola-pola masalah yang mereka hadapi. Dan itu
semua adalah akibat dari sedikitnya sel-sel otak yang aktif dari yang seharusnya.

2. Cenderung Tidak Punya Rasa Percaya Diri


Biasanya anak yang di bentak ini adalah ia melakukan suatu hal, namun di halangi oleh
bentakan orang tua. Dalam waktu jangka panjang, anak malah tidak menemukan
kepercayaan dirinya. Ia terlalu takut untuk melakukan hal baru. Ia trauma untuk di bentak
orang lain, karena ia sudah lelah untuk di bentak bentak orang tua masa kecil.
Maka dari pada ia harus mengambil resiko berat, yang mana bisa memicu orang lain
membentaknya, ia lebih baik mundur. Mengalihkan dengan hal lain.
Anak yang di besarkan dengan bentakan akan tumbuh menjadi orang yang minder. Ia
cenderung tertutup pada temannya. Rasa percaya dirinya sangat rendah.
Sebenarnya ia mampu melakukan beberapa hal yang baik. Namun karena rasa percaya diri
yang rendah, maka ia akan menunda pekerjaan itu atau bahka tidak melakukannya. Ia merasa
kurang dengan dirinya sendiri. dan terlalu menganggap orang lain itu sempurna.

3. Tingkat Kepercayaan Anak Kepada Orang Tua


Menurun
Dimana orang tua kerap dijadikan panutan bagi sang anak pada umumnya, sehingga
kebiasaan orang tua akan ditiru sangat anak, termasuk kebiasaan berbicara dengan nada
yang kasar dan tinggi.
Memarahi anak di depan teman-temannya, hal ini tentu bisa mempertaruhkan harga diri sang
anak ketika berada di tengah lingkungan pertemanan atau lingkungan bermainnya.
Sehingga hal ini dapat mengakibatkan tingkat kepercayaan anak kepada orang tuanya
menjadi turun. Alhasil segala petuah / nasehat dari orang tua nantinya hanya dianggap
sebelah mata oleh sang anak.
Anak-anak yang dibentak cenderung menjadi takut dengan orang tua mereka. Hal ini
menciptakan ketidakpercayaan dan respon memberontak pada anak. Seperti dilansir dari
parents.commenurut Dr. Laura Markham anak cenderung akan menutup diri secara
emosional. Anak akan mencari dukungan dari orang lain seperti teman-temannya. Hal ini akan
menyebabkan hubungan antara orang tua dan anak menjadi tidak sehat di kemudian hari.

4. Anak Kehilangan Inisiatif Karena Takut Salah


Anak yang sering dibentak dan dimarahi, apalagi dimarahi secara membabi buta, maka bisa
beresiko menjadi diri anak kesulitan dalam melakukan suatu inisiatif.
Hal itu karena di dalam jiwa sang anak tertanam perasaan takut salah karena sering dibentak.
Sehingga anak akan minim sekali dan kesulitan untuk bisa melakukan inisiatif.

5. Kesulitan Menjadi Pendengar Yang Baik


Supaya anak nantinya tumbuh menjadi pribadi sebagai pendengar yang baik, maka sang
anak perlu tumbuh di lingkungan yang membuatnya dapat berpikir positif.
Ketika orang tua berbicara dengan nada tinggi alias membentak, justru dapat mengakibatkan
anak terganggu perkembangannya dan mengalami pada gangguan pendengaran.
Selain masalah pendengaran, juga masalah hati yang "terluka" karena sang anak menerima
perlakuan buruk, alhasil anak akan kesulitan untuk tumbuh menjadi pendengat yang baik.

6. Anak Menjadi Depresi


Membentak anak yang beranjak remaja juga merupakan hal yang tidak baik.
Remaja berusia 13 tahun yang sering dibentak oleh orang tuanya memperlihatkan lebih
banyak gejala depresi dibandingkan dengan teman seumurannya yang tidak mendapatkan
hal kurang baik itu.
Permasalahan seperti ini dikemukakan sebuah studi baru yang dipublikasikan di jurnal Child
Development. Salah satu poin disebutkan, yaitu alih-alih orang tua “berniat baik” untuk
memperbaiki perilaku sang remaja tetapi dengan cara diteriaki, dihina dan dibentak oleh si
orang tua, maka hal ini justru membuat perilaku sang remaja masalah tambah buruk.

7. Karena Dibentak, Jantung Anak Mudah Kelelahan


Menurut penjelasan dr Godeliva Maria Silvia Merry, M.Si, dokter yang juga pengajar di UKDW,
Yogyakarta, dia menjelaskan bahwa denyut nadi seseorang dapat berubah-ubah yang
tergantung dari suara yang didengar.
Sehingga, apabila orang tua “hobi” membentak anak dengan nada tinggi, maka dr Silvia
menjelaskan bahwa anak jika terus-terusan terpapar dengan suara bernada kasar dan tinggi
mengakibatkan organ jantung sang anak akan sering berdetak dengan sangat cepat
(abnormal), yang menyebabkan jantung menjadi mudah kelelahan. Bahaya yang sama juga
bisa terjadi pada orang yang sering mendengarkan musik berirama cepat.

8. Anak akan Tumbuh menjadi Pribadi yang


Emosional (Mudah Marah)
Sejak kecil, anak akan belajar untuk bersikap dan berperilaku dari lingkungan yang
membentuknya. Jika ia besar di bawah pengawasan orang yang suka membentak,
kemungkinan ia akan besar menjadi anak yang suka memberontak. Mengapa? Sebab anak
akan belajar dari bagaimana orang tuanya mendidik. Jika ia di didik dengan suara keras, maka
saat dewasa ia akan belajar untuk berbicara dengan nada dan suara keras. Sama seperti saat
orang tuanya mengajari kala kecil.
Ketika sering dibentak, anak akan meniru hal yang “diterimanya” itu dalam kehidupan sehari-
harinya.
Dimana Anak akan tumbuh menjadi sosok yang mudah marah, sulit mengendalikan diri,
emosional, dan suka teriak-teriak. Karena tindak kekerasan baik itu verbal maupun non verbal
berdampak buruk pada psikologi sang anak.
Anak yang sudah sering kali di bentak, akan memiliki sikap mudah marah. Biasanya ia akan
sama meluapkan emosinya dengan bentakan pula. Entah ia bisa balik membentak orang tua,
temannya, atau orang lain yang ada di sekitarnya. Tentu saja kepribadian sering membentak
ini akan membentuk perilaku mudah marah. Anak menjadi cenderung agresif dan sensitif.

9. Daya Kreatifitasnya Berkurang dan Kecerdasannya


Menurun
Anak dengan di bentak akan takut untuk melakukan hal hal baru. Ketertarikannya akan
berkurang. Daya imajinatifnya juga mulai menurun. Sebab keterbatasan untuk melakukan hal
baru sangat di kekang. Kebiasaan kecil untuk berperilaku penasaran dan ingin tahu ‘apa itu’
juga turun. Minat turun, akhirnya otak akan membuat pola baru. Yakni kreatifitasnya mulai
menurun dari sebelumnya. Tentu saja bukan berdampak saat kecil saja. Namun nantinya saat
besar, anak cenderung tidak akan menampilkan kreatifitasnya lagi.
Bahkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa anak yang terbiasa di didik dengan
bentakan dikhawatirkan menimbulkan efek negatif. Salah satunya adalah terkait kecerdasan.
Kemungkinan besar karena tidak bisanya sel sel otak yang bersambungan atau bersinapsis
tadi tidak bisa memicu kecerdasannya dalam merangkai masalah dan menemukan solusinya.
Tentu saja ini menyebabkan anak di nilai kurang cerdas dalam hal intelegensi.

10. Anak akan Sulit untuk Berpikir Jernih


Saat di bentak oleh orang lain, apa yang anda rasakan? Gemuruh emosi, marah, kecewa,
dan sedih, semuanya berkumpul jadi satu bukan? Berkecambuk dalam hati anda bukan?
Bahkan beberapa orang yang di bentak ingin sekali membalas bentakan tersebut.
Namun kadang kala ia tidak memiliki kekuatan serupa untuk membentak balik. Akhirnya
mereka sulit untuk berpikir jernih. Bahkan cenderung malah melakukan hal hal yang
membahayakan untuk dirinya sendiri.

11. Sulit Dalam Mengambil Keputusan (Mudah


Dilema)
Memang sudah sewajarnya jika anak tumbuh dengan bantuan dan bimbingan oleh orang tua.
Namun hal ini tidak bisa di biarkan seperti ini terus menerus dan berlarut larut. Anak perlu
untuk bisa mengambil tindakan, suatu keputusan untuk dirinya sendiri.
sayangnya dengan didikan yang kerap kali di bentak, membuat mental anak menjadi ciut. Ia
akan meminta bantuan orang lain saat hendak mengambil keputusan untuk hidupnya. Ia takut
jika keputusan yang ia ambil salah, kemudian orang lain akan menyalahkan dirinya.

12. Anak akan MENIRU Apa yang ANDA Lakukan!


Sudah menjadi kebiasaan, bahwa perilaku dan tindakan anak akan meniru dari orang tua
yang mengasuhnya. Akan sama pula kasusnya jika anda sudah biasa untuk membentak anak
anda saat di rumah.
bukankah anak ngeyel pada usia 2 sampai 10 tahun adalah hal yang lumrah? Maka saat
nantinya si anak besar, ia akan sama membentak anak generasi selanjutnya. Tentu kalian
tidak ingin anak kalian nantinya begitu kan! :)

Di samping itu kita sebagai Orang Tua seharusnya lebih mengerti dalam menghadapi si kecil
saat melakukan kesalahan, Kita ambil pandangan saja "Wajar kan kalau anak kecil melakukan
kesalahan? jadi buat apa memarahinya" saya pikir itu tidak perlu. namun hanya perlu di
berikan teguran kecil atau sesuatu yang tidak membuat mental anak kita ini turun dan rusak.

Cara Menghadapi Anak yang Melakukan Kesalahan


Sangat penting orang tua untuk "membiasakan diri" berbicara secara baik dan manis kepala
anak, termasuk ketika anak melakukan hal yang salah sehingga harus diluruskan
kesalahannya.
Ajarkan bagaimana seharusnya sang anak bersikap yang benar secara perlahan...(karena
secara perlahan) maka diperlukan kesabaran dan kecerdasan emosi dari sang orang tua,
terutama ketika sang anak memperlihatkan respon kurang baik dari nasehat orang tua.

Jika tetap sang anak masih buruk prilakunya, maka JANGAN PERNAH menyerah, tetaplah
berusaha meluruskan sang anak dari kesalahannya dengan cara yang baik.
Demikian cara lemah lembut seperti ini yang hendaknya lebih dominan diterapkan oleh orang
tua, boleh memang dengan cara yang agak sedikit lebih keras, tetapi jika memang
memberikan manfaat.

Dan cara yang keras ini hedaknya lebih jarang dilakukan, utamakan cara lembut.
Dengan lebih dominan menggunakan cara lemah lembut, maka akan lebih efektif dan lebih
mengena pada hati sang anak, dibandingkan menghadapi kesalahan anak dengan berteriak-
teriak guna meluruskan kesalahannya.
Beberapa cara untuk menghindarkan diri berteriak
pada anak
• Bernafaslah dengan tenang. Ketika Anda akan marah pada anak, tarik nafas perlahan dan
hembuskan. Tutup mata Anda sebentar dan tenangkan diri Anda.
• Kita semua memiliki anak yang menyenangkan, hanya terkadang sedikit nakal. Ajari disiplin
pada anak dengan kasih sayang dan cara yang positif.
• Jadilah contoh yang baik bagi anak Anda.
• Nasehati anak dengan bahasa yang halus dan tutur kata yang lembut.
• Ajari anak untuk dapat mengekspresikan perasaannya dengan baik kepada orang tua
maupun temannya.
• Beri anak aturan yang jelas yang harus dia patuhi. Misalnya tidak boleh menonton televisi
saat jam belajar. Jika anak telah terbiasa maka dia akan dengan mudah mematuhi peraturan
tersebut.
• Selalu berikan pujian jika anak melakukan hal yang baik.
• Perkuat hubungan Anda dengan anak. Jadilah pribadi yang dekat dan akrab dengan anak
Anda.
• Tanamkan dalam diri Anda bahwa Anda mengajari anak disiplin untuk membangun karakter
yang baik, bukan untuk membuat anak Anda menangis dan bersedih.
• Tidak ada orang tua yang sempurna. Tetaplah tenang jika anak Anda nakal atau rewel.
Ajaklah anak bicara baik-baik dan penuh kelembutan.
• Ajarkan disiplin pada anak tanpa memukul. Peluk atau elus lembut kepala anak sambil
menasehati.
• Kata yang bisa Anda ucapkan kepada anak untuk memotivasinya adalah: Kamu pintar
sekali, Kamu hebat.
• Berikan hadiah kepada anak atas keberhasilannya.

Melalui pendekatan ini diharapkan dapat membentuk karakter dan jiwa anak secara positif.
Anak adalah anugerah Tuhan yang menjadikan kita belajar tentang cinta, kebijaksanaan dan
kelembutan.

Anda mungkin juga menyukai