Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FARMAKOGNOSI

ALKALOID
GOLONGAN PIRIDIN-PIPERIDIN

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1

Feni Afriani 151650044


Nadia Nur Azis 151650015
Salma Lailatul Hida 151650009
Sriwulan Ayuningtyas 151650017

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


KHARISMA PERSADA
D III FARMASI
Jl. Padjajaran, Pamulang Barat, Tangerang Selatan
Tangerang Selatan
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di
alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam
berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan
dikotil sedangkan untuk tumbuhan monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid
dengan kadar yang sedikit. Pengertian lain Alkaloid adalah senyawa organik yang
terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom
N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau
aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan
hewan.
Pada waktu yang lampau sebagian besar sumber alkaloid adalah pada tanaman
berbunga, angiosperma (Familia Leguminoceae, Papavraceae, Ranunculaceae, Rubiaceae,
Solanaceae, Berberidaceae) dan juga pada tumbuhan monokotil (Familia Solanaceae dan
Liliaceae). Pada tahun-tahun berikutnya penemuan sejumlah besar alkaloid terdapat pada
hewan, serangga, organisme laut, mikroorganisme dan tanaman rendah. Beberapa contoh
yang terdapat pada berbagai sumber adalah isolasi muskopiridin dari sebangsa rusa;
kastoramin dari sejenis musang Kanada; turunan Pirrol-Feromon seks serangga;
Saksitoksin-Neurotoksik konstituen dari Gonyaulax catenella; pirosiamin dari bacterium
Pseudomunas aeruginosa; khanoklavin-I dari sebangsa cendawan, Claviceps purpurea;
dan likopodin dari genus lumut Lycopodium.
Oleh karena itu alkaloid sebagai suatu kelompok senyawa yang terdapat sebagian
besar pada tanaman berbunga, maka para ilmuwan sangat tertarik pada sistematika aturan
tanaman. Kelompok tertentu alkaloid dihubungkan dengan famili atau genera tanaman
tertentu. Berdasarkan sistem Engler dalam tanaman yang tinggi terdapat 60 order. Sekitar
34 dari padanya mengandung alkaloid. 40% dari semua famili tanaman paling sedikit
mengandung alkaloid. Namun demikian, dilaporkan hanya sekitar 8,7% alkaloid terdapat
pada disekitar 10.000 genus.
Kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid yang penting adalah
Liliaceae, solanaceae dan Rubiaceae. Famili tanaman yang tidak lazim yang mengandung
alkaloid adalah Papaveraceae. Dalam kebanyakan famili tanaman yang mengandung
1
alkaloid, beberapa genera mengandung alkaloid sedangkan genera yang lain tidak
mengandung alkaloid. Suatu genus sering menghasilkan alkaloid yang sama, dan bahkan
beberapa genera yang berbeda dalam suatu famili dapat mengandung alkaloid yang sama.
Sebagai contoh hiossiamin diperoleh dari tujuh genera yang berbeda dari famili tanaman
Solanaceae. Dilain pihak alkaloid yang lebih kompleks, seperti vindolin dan morfin,
sering terdapat dalam jumlah yang terbatas pada satu spesies atau genus tanaman.
Tidak semua yang mengandung nitrogen adalah alkaloid, beberapa kelompok
senyawa organik mengandung nitrogen adalah namun bukan alkaloid adalah asam amino,
amida, pirimidin atau kelompok asam nukleat.
Alkaloid tersebar merata dalam beberapa jaringan tumbuhan terutama bagian
jaringan tumbuhan yang sedang tumbuh, pada daun, biji, lateks dan pada kulit kayu. Pada
umumnya alkaloid dibentuk dalam jaringan vascular, oleh karena itu tidaklah mungkin
menemukan alkaloid dalam sel yang masih muda kecuali vasculisasi sedang berlangsung.
Manusia telah menggunakan obat-obatan yang mengandung alkaloid dalam
minuman, obat, teh dan racun selama 4000 tahun. Akan tetapi belum ada usaha untuk
mengisolasi komponen aktif dari ramuan obat-obatan hingga permulaan abad kesembilan
belas.
Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan menjadi alkaloid dengan atom
nitrogen heterosiklik dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya dan alkaloid
tanpa atom nitrogen yang heterosilik dimana atom nitrogen tidak terletak pada cincin
karbon tetapi pada salah satu atom karbon pada rantai samping. Yang termasuk pada
golongan alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik adalah Alkaloid Piridin-Piperidin,
Alkaloid Tropan, Alkaloid Quinolin, Alkaloid Isoquinolin, Alkaloid Indol, Alkaloid
Imidazol, Alkaloid Lupinan, Alkaloid Steroid, Alkaloid Amina, dan Alkaloid Purin.
Golongan Piridin–Piperidin adalah sebuah senyawa organik heterosiklik yang
berbentuk cincin aromatik sederhana. Rumus kimianya adalah C5H5N. Strukturnya mirip
dengan benzene, dimana sebuah gugus CH didalam cincin aromatis yang terdiri dari
enam atom diganti dengan nitrogen.

B. Tujuan
1. Untuk memahami tentang senyawa-senyawa alkaloid piridin-piperidin.
2. Untuk memahami struktur dari senyawa alkaloid piridin-piperidin.
3. Untuk memahami sifat fisika dan kimia senyawa alkoid piridin-piperidin.

2
C. Manfaat
1. Mahasiswa akan lebih memahami tentang senyawa-senyawa alkaloid piridin-
piperidin.
2. Mahasiswa dapat mengetahui sturktur dari senyawa alkaloid piridin-piperidin.
3. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami sifat fisika dan kimia dari alkaloid
sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Golongan Piridin–Piperidin


Piridin-piperidin adalah sebuah senyawa organik heterosiklik yang berbentuk cincin
aromatic sederhana. Rumus kimianya adalah C5H5N. Strukturnya mirip dengan benzene,
dimana sebuah gugus CH didalam cincin aromatis yang terdiri dari enam atom diganti
dengan nitrogen. Senyawa ini berbentuk cairan tidak berwarna yang berbau aroma khas
seperti ikan. Cincin piridin banyak terdapat diberbagai senyawa-senyawa penting,
termasuk nikotinamida. Yang termasuk dalam golongan Piridin-piperidin adalah piperine,
coniine, trigonelline, arecoline, arecaidine, guvacine, cystisine, Lobeline, nikotina,
anabasine, dan sparteine. Golongan piridin-piperidin ini dibagi dalam 4 sub golongan :
1. Turunan Piperidin, meliputi piperini yang diperoleh dari Piperis nigri Fructus; yang
berasal dari tumbuhan Piperis nigri.
2. Turunan Propil-Piperidin, meliputi koniin yang diperoleh dari Conii Fructus; yang
berasal dari tumbuhan Conium maculatum.
3. Turunan Asam Nikotinan, meliputi arekolin yang diperoleh dari Areca Semen; yang
berasal dari tumbuhan Areca catechu.
4. Turunan Pirinin & Pirolidin, meliputi nikotin yang diperoleh dari Nicoteana Folium;
yang berasal dari tumbuhan Nicotiana tobaccum.

B. Sifat Kimia dan Sifat Fisika


Alkaloid golongan piridin-piperidin memiliki sifat-sifat, antara lain:
1. Sifat – Sifat Kimia :

Gambar II.1 Struktur Inti Golongan Piridin-Piperidin

4
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan
elektron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat
melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada
nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada
dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus
fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (gugus karbonil), maka
ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat
bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh, senyawa yang mengandung gugus
amida.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami
dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini
sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat
menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama.
Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam
hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam
perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.

2. Sifat–Sifat Fisika :
Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih
dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat
berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat
kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya). Kebanyakan
alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang
tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf
dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak
berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna
(contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa
bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod
dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut
dalam air. Alkaloid dalam bentuk bebas tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
kloroform, eter dan pelarut organik lainnya yang bersifat relatif nonpolar.

5
Piperidin alkaloid diidentifikasi dari lingkaran heterosiklik jenuh yang
dimilikinya, sebagai contoh adalah inti piperidin. Senyawa terpenting dari piperidin
alkaloid adalah coniin yang dijumpai pada tanaman Conium maculatum atau lebih
dikenal dengan nama tanaman hemlock beracun.
Racun ini mudah menyebar karena mudah menguap sehingga dapat terhirup alat
pernafasan.Komposisi kimia dari lima senyawa kimia yang terjadi dari conium
alkaloid yaituconiin, δ-conicein, conhydrin, N-metilconiin dan pseudoconhydrin.

C. Sumber Piperidin
Piperidin alkaloid yang merupakan penyebab dari adanya keracunan pada hewan
ternak dihasilkan tanaman hemlock beracun (Conium maculatum). Tanaman hemlock
beracun bentuk dan namanya hampir serupa dengan tanaman hemlock air (Cicuta
maculata). Tanaman hemlock beracun ini berasal dari Eropa,dan tersebar luas keluar
Amerika khususnya ke daerah Amerika bagian Pasifik barat laut, utara bagian sentral dan
daerah timur laut. Tanaman hemlock ini merupakan jenis tanaman yang kuat, tumbuh
setinggi 6-10 kaki sepanjang sisi jalan, parit-parit halaman kandang maupun ditepi sawah.
Kemunculannya hampir sama dengan hemlock air maupun tanaman wortel liar
(Daucus carota). Tanaman ini mempunyai daging tubuh cukup tebal dan akar tunggang
putih, sedangkan hemlock air memiliki cabang akar tangkai yang menebal lebih
menyerupai akar umbi dahlia. Bagian bawah dari hemlock air menjadi tempat
penyimpanan racun. Tanaman, bagan dan biji hemlock beracun dapat dilihat pada gambar
di bawah ini.

Gambar II.2 Tanaman hemlock

6
Tanaman tersebut mempunyai ciri khas yaitu bau yang tidak menyenangkan, yang
dapat segera diketahui jika berada didekat tanaman tersebut atau apabila daun atau batang
dihancurkan. Alkaloid yang mudah menguap tersebut bersifat racun dan dapat menyebabkan
keracunan pada saat bernafas. Conium alkaloid mengakibatkan dua pengaruh utama, yaitu
kerusakan akut padasistem syaraf dan sebagai agen teratogenik.

7
BAB III
PEMBAHASAN

A. Tumbuhan yang Mengandung Alkaloid Piridin-Piperidin


1. Conii Fructus

Gambar III.1 Conium Maculatum L

a. Taksonomi
1) Kingdom : Plantae
2) Subkingdom : Viridiplantae
3) Infrakingdom : Streptophyta
4) Superdivision : Embryophyta
5) Class : Magnoliopsida
6) Superorder : Asteranae
7) Order : Apiales
8) Family : Apiaceae
9) Genus : Conium L
10) Species : Conium maculatum L.
11) Simplisia : Conii Fructus
b. Morfologi
1) Tumbuh hingga 9 meter dan menyerupai tanaman wortel.
2) Daun yang besar (dapat mencapai hingga 4meter) dan berenda.
3) Bunga-bunga kecil seperti payung
4) Batang biasanya berongga dan memiliki bintik-bintik ungu.
5) Buah kecil dan pipih disisi-sisinya, dengan panjang 3-4 milimeter.
6) Ketika hancur, daun dan bunga menghasilkan bau yang ofensif.

8
c. Habitat dan Persebaran
1) Habitat : tumbuh subur didaerah limbah atau tanah yang tidak dikelola baik,
seperti baris pagar, singkapan berbatu dataran rendah dan daerah berhutan.
2) Persebaran : berasal dari daerah eropa telah beradaptasi diwilayah Amerika
dan Asia. Sekarang penyebarannya hingga diseluruh dunia, terutama
didaerah beriklim dengan ketinggian dibawah 5.000 kaki.
d. Kandungan Kimia
1) Coniine adalah alkoloid piperidin (2-propil piperidin)
2) Seluruh tanaman mengandung coniine, N-metil coniine, conhydrine,
lambda-coniceine dan pseudo conhydrine.
e. karakteristtik Fisika-Kimia Lain
1) Memiliki bau yang khas yang disebabkan oleh coniine, yang merupakan
cairan yang mudah yang mudah menguap, tidak berwarna, dan rasa pahit
f. Kandungan Kimia Lainnya
1) Lebih dari 98%, dari total alkaloid dalam tanaman segar conium maculatum
adalah coniceine , dalam tanaman kering kurang dari 20% adalah coniceine,
dan ada juga coniine
2) N-metil coniine, conhydrine dan pseudo conhydrine, yang memiliki aksi
beracun mirip dengan coniine.
g. Kegunaan
1) Digunakan sebagai antispasmodik atau sedatif.
2) Sebagai bromhydrat, dosis maksimal yang direkomendasikan adalah 15mg
perhari.
3) Dosis yang dianjurkan dari teh yang dibuat dari daun kering adalah 1gram
dalam 100cc air
4) Digunakan juga sebagai aromatik

9
2. Nicotiana Tabacum Folium

Gambar III.2 Nicotiana Tabacum L.

a. Taksonomi
1) Kingdom : Plantae
2) Subkingdom : Viridiplantae
3) Infrakingdom : Embryophyta
4) Division : Tracheophyta
5) Superdivision : Spermatophytina
6) Class : Magnoliopsida
7) Superorder : Asteranae
8) Order : Solanales
9) Family : Solanaceae
10) Genus : Nicotina L
11) Species : Nicotiana Tabacum L.
12) Simplisia : Nicotiana Tabacum Folium
b. Morfologi
1) Seperti semak atau pohon kecil
2) Tinggi 0,90-1,50 m sesuai dengan varietas
3) Daunnya berbentuk bulat panjang atau oblanceolate
4) Bunganya bergerombol di ujung cabang memili kelopak silinder dan
kehijauan atau kemerahan di bagian atas.

10
c. Habitat Dan Persebaran
1) Habitat: N. Tabacum sensitif terhadap suhu, udara, kelembapan tanah dan
jenis tanah. Suhu optimum 20-30˚C kelembapan atmosfer 80-85.
2) Persebaran: N. Tabacum berasal dari daerah tropis dan subtropis Amerika
tetapi sekarang komersial dibudidayakan di seluruh dunia.
d. Biosintesis
1) Asam Nikotinat
a) Komponen asam nikotinat dari nicotinamide disintesis pada hewan oleh
degradasi L-tryptophan.
b) Tanaman seperti Nicotinana menggunakan jalur yang berbeda
menggunakan gliseraldehida 3-fosfat dan prekusor asam L-aspartat.
2) Anabasin
a) Anabasine dihasilkan dari asam nikotinat dan lisin molekul kation 1-
piperidinnium.
e. Kandungan kimia
Senyawa kimia yang terkandung dalam tembakau antara lain alkaloida
(nikotin), saponin, flavonoida dan politenol.
e. Kegunaan
1) Nicotinamide digunakan untuk suplemen diet.
2) Asam nikotinat dalam dosis besar mampu menurunkan konsentrasi
kolesterol dan trigliserida dengan menghambat sintesisnya.
3) Bubuk daun tembakau telah lama digunakan sebagai insektisida
4) Nikotin adalah racun bagi manusia karena afeknya pada sistem saraf,
berinteraksi dengan reseptor nicotic acetylcholine.
f. Isolasi
1) Tahap pertama ialah tahap persiapan. Dalam tahap ini pertama-tama ambil
¼ bagian batang tembakau dari atas.
2) Kemudian dicuci dengan air mrngalir untuk menghilangkan zat-zat lain
yang menempel pada batang tembakau tersebut.
3) Kemudian potong-potong batang tersebut dengan panjang 1 – 2 cm, lalu
keringkan dengan cara menjemurnya di bawah sinar matahari sampai
batang tersebt mudah dipatahkan (bahan getas akan berbunyi apabila
dipatahkan).
4) Bahan yang sudah kering tersebut kemudian dihaluskan hingga 30 mesh.
11
5) Tahap kedua ialah tahap ekstraksi. Dalam tahap kedua ini dilakukan
ekstraksi dengan pelarut air. Bahan yang telah dihaluskan dicampur dengan
air. Perbandingan bahan dengan pelarut 100 gram : 400 ml air, kemudian
dipanaskan selama 90 menit pada suhu 90oC pada kecepatan pengadukan
250 rpm.
6) Tahap ketiga adalah pengambilan hasil ekstraksi. Setelah tahap ekstraki
selesai, filtrat dipisahkan dari padatannya dengan cara disaring dan filtrat
yang didapatkan kemudian dipekatkan untuk menghasilkan ekstran yang
kadar nikotinnya tinggi.

3. Piper Nigrum

Gambar III.3 Piper nigrium L.

a. Taksonomi
1) Kingdom : Plantae
2) Subkingdom : Vindiplantae
3) Infrakingdom : Streptophyta
4) Superdivision : Embryophyta
5) Division : Tracheophyta
6) Subdivision : Spermmatophytina
7) Class : Magnoliopsida
8) Superorder : Magnolianae
9) Order : Piperales
10) Family : Piperaceae
11) Genus : Piper
12) Species : Piper nigrium L.
13) Simplisia : Piperis niges Fructus
b. Morfologi
1) Tumbuh hingga mencapai tinggi 10 m atau lebih
12
2) Membentuk akar pendek, yang disebut akar adventif.
3) Daun: meruncing ke arah ujung, berwarna hijau gelap dan mengilap
dibagian atas, berwarna pucar hijau dibagian bawah.
4) Bunga: tersimpan dalam bentuk kelompok/kluster. Terdapat 50-150 bunga
warna putih hingga kuning-hijau yang diproduksi pada setiap spike.
5) Buah: berbentuk bulat seperti berry, meimiliki diameter hingga 6 mm,
berwarna hijau pada awalnya, tetapi memerah pada saat matang, setiap
buah masing-masing mengandung satu biji. Terdapat 50-60 buah yang
diproduksi pada setiap spike.
c. Habitat Dan Perbesaran
1) Merupakan tanaman asli dari Western Ghats Kerala di India, dimana Piper
nigrum tumbuh liar di pegunungan serta pada daerah yang panas dan
lembab.
2) Tanaman ini dibudidayakan di seluruh daerah tropis sebagai tanaman
komersial. Vietnam, Indonesia, Brazil dan india adalah produsen utamanya.
d. Kegunaan
1) Piper nigrum memiliki efek farmakologi seperti antijamur, antiflamasi, anti
kanker dan antioksidan.
2) Dikenal memiliki aktivitas insektisida terhadap nyamuk dan lalat.
3) Inflamasi dari minyak lada hitam dapat meningkatkan gerak refleks saat
menelan.
4) Piperine banyak digunakan dalam pembuatan sediaan sirup untuk obat
batuk herbal, karena memiliki efek antitussive dan bronkodilator.
Digunakan juga sebagai anti inflamasi, anti malaria, dan anti leukimia.
e. Cara Memperoleh Simplisia
1) Buah dipetik ketika warnanya mulai berubah menjadi merah. Buah
dikumpulkan kemudian direndam dalam air mendidih selama sekitar 10
menit, yang menyebabkan berubah menjadi warna cokelat gelap atau hitam
dalam waktu satu jam. Kemudian di sebar dan dijemur selama tiga atau
empat hari.
2) Ekstraksi dengan pelarut seperti aseton atau etanol
3) Pemurnian dengan kromatografi atau kristalisasi
4) Analisis dengan KCKT (kromatografi cair kinerja tinggi)
f. Kandungan Kimia
13
1) Minyak atsiri 1-2% yang
Mengandung : - dipentena
- felandrena.
2) Alkaloid piperin
- piperidina 4,5-8%.
3) Resin
4) Khavisin
5) Amilum
6) Tanin
7) Minyak tak menguap
8) Ekstrak eter
g. Cara Isolasi
1) Langkah awal proses isolasi piperin ini adalah menarik semua komponen
kimia yang terkandung dalam piper nigrii fructus, yang disebut dengan
proses ekstraksi.
2) Ekstraksi dilakukan dengan penambahan pelarut etanol 96%. Proses
pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman piperis nigrii yaitu
etanol 96% akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam etanol 96% di luar
sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan
berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat
aktif di dalam dan di luar sel.
3) Pada dasarnya sirkulasi yang baik dilakukan selama 1-2 jam dengan
kecepatan 6-8 siklus per jam, untuk mendapatkan zat aktif yang lebih
banyak dan murni.
4) Hasil dari ekstraksi ini kemudian didinginkan dan disaring dengan kertas
saring untuk memisahkan sari dari bagian yang tidak larut.
5) Penambahan KOH-Etanolik 10% untuk memisahkan senyawa resin dengan
meminimalkan pembentukan garam, sehingga didapatkan alkaloida yang
murni. Endapan dipisahkan dengan cara penyaringan dengan glasswool,
untuk meminimalkan kandungan resin yang ikut tersaring, kemudian
didapatkan sari yang jernih.
h. Biosintesis

14
Biosintesis alkaloid melibatkan asam amino sebagai precursor diantaranya Fenil
alanin, Triptofan, Lysin, Tirosin, Histidin dan Ornitin.

4. ARECA CATECHU L

Gambar III.4 Areca catechu L.

a. Taksonomi
1) Kingdom : Plantae
2) Subkingdom : Viridipiplantae
3) Infrakingdom : Streptophyta
4) Superdivision : Embryophyta
5) Division : Tracheophyta
6) Subdivision : Spermmatophytina
7) Class : Magnoliopsida
8) Superorder : Lilianae
9) Order : Arecales
10) Family : Arecaceae
11) Genus : Areca L
12) Species : Areca catechu L.
13) Simplisia : Areca semen
b. Morfologi
1) Tumbuh hingga mencapai tinggi 15-20 meter dengan batang tegak lurus
bergaris tengah 15m.
15
2) Daun memiliki panjang hingga 7 inchi dan ujungnya bergerigi
3) Buahnya berwarna orange hinggaa kuning saat matang
4) Biji buah berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuku-
lekuk dengan warna yang lebih muda.
5) Pada bidang irisan bijji tampak perisperin berwarna coklat tua dengan
lipatan tidak beraturan menebus endosperem yang agak keputihan.
c. Habitat Dan Perseberan
1) Arecha catechu dapat ditemukan di Bangladesh, Bismarck archipelago,
cambodia, Caroline is, China South-Central, Fiji, Hainan, India, Laos,
Malaya, Marianas New Guinea, Philippines, Society Is, Solomon Is, sri
lanka, Sulawesi, Taiwan, Thailand, Vanuatu, dan Vietnam.
2) Tanaman ini tumbuh pada daerah tropis dan daerah sub tropis yang hangat,
lembab, berdrainase baik dan tidak kering.
d. Kandungan Kimia
1) Biji buah pinang mengandung alkaloid seperti, arekolin, arekaidin, arekain,
guvakolin, guvasine, dan isoguvasine.
2) Kandungan kimia lain adalah tanin terkondensasi, tanin terhidrolisis,
flavanoid, senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, serta garam.

e. Kegunaan
1) Areca catechu memiliki efek stimulan karena kandungan alkaloidnya.
2) Secara tradisional dapat digunakan sebagai diuretik, obat cacing,
kardiotonik, diare, tekanan darah rendah, denyut jantung yang lambat, dan
gangguan sistem pencernaan lainnya.
3) Tanaman ini juga memiliki efek antibakteri, antivirus, antikarsinogenik,
anti-inflamasi, anti alergi, dan vasodilatasi.
f. Cara Memperoleh Simplisia
1) Buah dipetik ketika telah matang, yaitu warnanya merah terang hingga
kuning. Lakukan pengeringan dengan dijemur dibawah sinar matahari.
Kemudian dikupas untuk mendapatkan bijinya.
g. Isolasi
1) Ekstraksi dengan pelarut selama 30-150 menit sambil dikocok.
16
2) Analisis menggunakan KCKT (kromatografi cair kinerja tinggi)

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Piridin-piperidin adalah sebuah senyawa organik heterosiklik yang berbentuk cincin
aromatic sederhana. Rumus kimianya adalah C5H5N. Strukturnya mirip dengan benzene,
dimana sebuah gugus CH didalam cincin aromatis yang terdiri dari enam atom diganti
dengan nitrogen. Sedangkan alkaloid suatu golongan senyawa organik yang terbanyak
ditemukan di alam. Golongan piridin-piperidin dibagi menjadi 4 sub golongan yaitu :
turunan piperidin, turunan propil-piperidin, turunan asam nikotinan, dan turunan pirinin
& pirolidin.

B. Saran
Mahasiswa harus dapat mengetahui bagaimana didalam alkaloid terbagi berbagai
macam – macam golongan yang sekarang kami buat yaitu piridin-piperidin yang dimana
disini menjelaskan isi didalam piridin-piperidin nya itu sendiri.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hesse, M. 1981. Alkaloid Chemistry. Toronto: John Wiley and Sons, Inc.
Matsjeh, S. 2002. Kimia Hasil Alam Senyawa Metabolit Sekunder Tumbuhan Falvonoid,
Terpenoid dan Alkaloid. Yogyakarta: Jurusan Kimia FMIPA UGM.
Nofrika, Vony. Farmakognosi. Jakarta: P2B community; 2012.
Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi keenam. Terjemahan
kokasih Padmawinata. Bandung: FMIPA ITB.
Usman, H., 2002, Kimia Organik Bahan Alam. Makassar: UNHAS.

19

Anda mungkin juga menyukai