Anda di halaman 1dari 8

OPEN FRACTURE DISLOCATION TARSOMETATARSAL II-III PEDIS DEXTRA

(​LISFRANC FRACTURE DISLOCATION​)

Ramdhana zaqifah*, Muh.Ardi Moenir**,Muh Nasir***

*Pendidikan Profesi Dokter, Fakultas kedokteran, Universitas tadulako


***Departement Infeksi dan Traumatologi, Fakultas kedokteran, Universitas tadulako

Abstract
Introduction: Lisfranc fractures are rare. Appropriate early diagnosis is very important to
prevent chronic disability. Diagnosed based on physical and radiological examination. ​Case​:
A man aged 59 was taken to the emergency department after an accident while riding a
motorcycle. On physical examination a torn wound was found on a dorsum pedis dextra. On
radiological (X-Ray) examination AP / Oblique pedis dextra, an incomplete os metatarsal II
dextra pedis fractsure appears with a dislocation of tarsometatarsal II-III joints. ​Conclusion:
Tarsometatarsal fracture dislocation is also known as Lisfranc-dislocation fracture.
Keywords:​ Lisfranc-dislocation fracture, accident, os metatarsal, tarsometatarsal joint, x-ray

Abstrak
Pendahuluan​: Fraktur-Dislokasi ​Lisfranc jarang terjadi. Diagnosis dini yang tepat sangat
penting untuk mencegah disabilitas kronik. Diangnosis ditegangkan berdasarkan pemeriksaan
fisik dan radiologi. ​Kasus: Seorang Laki-laki usia 59 dibawa ke instalasi gawat darurat
setelah mengalami kecelakaan saat mengendarai sepeda motor. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan luka robek pada punggung kaki kanan. Pada pemeriksaan radiologi foto rontgen
regio pedis dextra AP/Oblique tampak fraktur inkomplit os metatarsal II pedis dextra dengan
adanya dislokasi sendi tarsometatarsal II-III. ​Kesimpulan: fraktur dislokasi tarsometatarsal
dikenal juga sebagai Fraktur-dislokasi ​Lisfranc​.
Kata Kunci: Fraktur-dislokasi ​Lisfranc​, Kecelakaan, ​os metatarsal, sendi tarsometatarsal,
foto rontgen

I. PENDAHULUAN disebabkan trauma langsung atau tidak


Fraktur adalah hilangnya kontinuitas langsung. Trauma langsung berarti
jaringan tulang, tulang rawan epifisis dan benturan pada tulang dan mengakibatkan
atau tulang rawan sendi baik yang bersifat fraktur di tempat itu. Trauma tidak
total maupun yang parsial. Fraktur dapat langsung bila titik tumpu benturan dengan
terjadinya fraktur berjauhan (Evelyn C, riwayat peyakit terdahulu dan riwayat
2006; Rasjad, 2010) penyakit dalam keluarga disangkal.
Cedera ​Lisfranc ​adalah dislokasi Pada pemeriksaan fisik didapatkan
fraktur midfoot yang jarang dan pasien sakit sedang dengan kesadaran
kompleks. Pria memiliki resiko cedera 2-4 komposmentis. Tanda-Tanda vital
kali lebih tinggi dibandingkan wanita, Tekanan darah 130/90 mmHg, Nadi
sering pada dekade ketiga. Kasus Cedera 86x/menit, Pemeriksaan thoraks dan
dikaitkan dengan polytrauma dan abdomen dalam batas normal. Pada
dicurigai dalam cedera energi tinggi, pemeriksaan status lokalis Regio dorsal
seperti tabrakan kendaraan bermotor dan pedis dextra, Inspeksi: tampak skin avulsi
jatuh, serta olahraga yang melibatkan pada regio dorsal pedis dextra dengan
fiksasi kaki depan (menunggang kuda, ukuran 8 cm x 6 cm x 7cm, deformitas
windsurfing). Dislokasi fraktur ​Lisfranc (+), Edema (+),hematom (-), sikatrix
dapat salah didiagnosis hingga 20% kasus (-),perdarahan aktif (-).Tampak jahitan
dan mengakibatkan malalignment jangka situasi pada dorsal pedis dextra; pada
panjang dan kesulitan fungsional yang perabaan didapatkan nyeri tekan (+),
berat.(Evelyn C, 2006; Lau et al., 2017; teraba hangat (+), krepitasi (+), ROM (
Mikko Kirjavainen, 2011) Range Of Motion​) gerakan terbatas
karena nyeri; capiilary refill time <2 detik;
II. LAPORAN KASUS sensori: sensitif terhadap perabaan (+),
Seorang Laki-laki usia 59 dibawa ke nyeri (+). Motorik+/+, Arteri dorsal pedis
instalasi gawat darurat RS Undata rujukan teraba (+). Pemeriksaan hasil lab darah
dari RS Torabelo dengan keluhan nyeri lengkap dalam batas normal. ​Pada
dan luka robek uk ± 8cm x 6cm x 7cm pemeriksaan radiologi foto rontgen regio
pada kaki kanan atas serta jari-jari sulit pedis dextra AP/Oblique tampak fraktur
untuk digerakkan yang dirasakan sejak ± inkomplit os metatarsal II pedis dextra
12 jam sebelum masuk rumah sakit, dengan adanya dislokasi sendi
Pasien mengalami kecelakaan sepeda tarsometatarsal II-III.
motor. ​Pasien mengalami kecelakaan
mengendarai sepeda motor saat akan
keluar dari halaman rumah, dari arah jalan
tiba-tiba pengendara motor lain menabrak
dari arah sisi kanan pasien. Pasien
mengatakan sesaat setelah kecelakaan,
pasien sempat berteriak meminta tolong,
kemudian tidak sadarkan diri dan dibawa
ke RS Torabelo. Cedera kepala tidak ada, (a)
riwayat muntah 1x saat tiba di RS undata.
Pasien memiliki keluhan pusing dan sakit
kepala, nyeri ulu hati tidak ada, BAK
lancar, BAB biasa. Pasien menyangkal
mengkonsumsi obat-obatan.Adanya
(b)
Gambar 1. Klinis: Dorsum pedis
Gambar 2. ​Foto Rontgen regio pedis dextra
dextra (proyeksi anterior) (a), dorsum
AP/ Oblique
pedis dextra (proyeksi lateral)(b)
Radiografi pedis mengungkapkan
fraktur-dislokasi sendi tarsometatarsal
atau Lisfranc. Diastasis antara metatarsal
III. DISKUSI
proksimal 1 dan 2, 2 dan 3 terlihat dan
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik
menunjukkan cedera yang tidak stabil.
dan pemeriksaan penunjang pada kasus
Sebuah fragmen tulang hadir di daerah
ini, didapatkan diagnosis dengan Open
ini karena avulsi ligament Lisfranc.
fraktur-dislokasi tarsometatarsal digiti
Selain itu, tepi lateral cuneiform medial
II-III pedis dextra. ​Penyebab tejadinya
tidak sejajar dengan aspek lateral
fraktur pada pasien adalah cedera
metatarsal pertama.dan tepi medial
traumatik langsung dimana benturan
cuneiform lateral tidak sejajar dengan
langsung akibat kaki menumpu pada
aspek medial metatarsal kedua.
aspal jalan dan mengakibatkan tulang
Kemudian jaringan lunak sekitarnya
patah atau mengalami dislokasi secara
kesan swelling. Malalignment ini bisa
spontan sehingga terjadi fraktur pada
menjadi satu-satunya indikasi cedera
bagian tarsometatarsal digiti II-III pedis
pada Lisfranc joint dalam presentasi
dextra. ​Dengan pemeriksaan klinis,
yang lebih halus, yang dapat dengan
sudah dapat dicurigai adanya fraktur
mudah dilewatkan.(Hansen and Netter,
karena didapatkan krepitasi pada kaki
2014; Lau et al., 2017; Rasjad, 2010;
kanan. Selanjutnya pemeriksaan
Sean O’Brien, MD and Joel M. Schofer,
radiologis diperlukan untuk menentukan
MD, 2008; Stavlas et al., 2010)
keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur.
Pendekatan yang baik dari radiografi
Dari hasil Pemeriksaan radiologi telah
kaki harus menggabungkan pendekatan
memberikan tampakan jelas sehingga
bertahap untuk interpretasinya. ​The
diagnosis pada kasus bisa di tegakkan.
ABCS mnemonic of A (alignment), B
(tulang), C (cartilage) dan S (jaringan
lunak) dapat digunakan dalam
interpretasi dari radiografi kaki serta
gambar radiografi lainnya di
tubuh.Dimulai dengan menilai
keselarasan (A) dari sendi trauma benturan keras, pasien dapat
Tarsometatarsal dengan:(Hansen and hadir dengan pembengkakan parah pada
Netter, 2014; Watson et al., 2010) kaki tengah dan pelebaran atau perataan
a. Mengambar garis sepanjang poros kaki yang terkait. Cedera jaringan lunak
medial dan pangkal metatarsal kedua seperti fraktur terbuka dengan defisit
ke sisi medial rona tengah pada film kulit dan cedera pada dorsalis pedis juga
AP. dapat terjadi. Dalam kasus ekstrim,
b. Menggambar garis antara sisi medial sindrom kompartemen dapat terjadi dan
poros dan pangkal dari metatarsal ini paling baik dinilai melalui elisitasi
keempat dan sisi medial berbentuk nyeri di luar proporsi pada peregangan
kubus. pasif jari-jari kaki. Biasanya, kaki pasien
c. Menilai pelebaran interssval antara terlalu bengkak atau terlalu lunak untuk
sinar pertama dan kedua ≥ 2,7 mm. diperiksa dengan tepat untuk berbagai
d. Metatarsal dorsal subluksasi pada gerakan midfoot. Dalam presentasi
tampilan lateral. subakut atau tertunda, tes khusus untuk
cedera Lisfranc termasuk uji
ketidakstabilan; di mana TMTJ dapat
dorsal subluks dengan aplikasi kekuatan
dorsal ke aspek distal dari midfoot. Pada
kasus yang berat juga dapat terjadi
penggeseran medial dan lateral
metatarsal pertama dan kedua, dan ini
umumnya merupakan indikasi untuk
Gambar 3. Anatomi midfoot dan hubungan intervensi bedah yang mendesak. Tes
ligamen dengan stabilitas sendi provokatif juga bisa digunakan, di mana
Lisfranc. pronasi dan abduksi kaki depan
Temuan pemeriksaan dalam cedera menimbulkan rasa sakit.(Sean O’Brien,
Lisfranc dapat bervariasi yang MD and Joel M. Schofer, MD, 2008)
menimbulkan tantangan untuk penilaian Selanjutnya Pada pasien ini
awal dan diagnosis. Ekimosis lengkung diperlukan pemeriksaan laboratorium
plantar dianggap patognomonik untuk sebagai pemeruksaan penunjang untuk
cedera Lisfranc, tetapi mungkin tidak mengetahui apakah terdapat tanda
ada dalam contoh strain ligamen atau infeksi ataukan terdapat hal yang dapat
fraktur minor. Namun, belum ada menyebabkan terhalangnya operasi
penelitian yang menilai nilai prediktif Pemeriksaan laboratorium meliputi:
positif dari tanda ini, dan bukti untuk a. Pemeriksaan darah rutin untuk
signifikansinya tampak jelas untuk saat mengenai keadaan umum,
ini.(DiDomenico and Cross, 2012; Sean infeksi akut/menahun
O’Brien, MD and Joel M. Schofer, MD, b. atas indikasi tertentu: diperlukan
2008) pemeriksaan kimia darah, reaksi
Jika ada kecurigaan cedera kaki, imunologi, fungsi hati/ginjal
radiografi polos harus dilakukan. Setelah
dari hasil laboratorium darah lengkap Rasjad, 2010; Sean O’Brien, MD and
menunjukan tidak ada penyulit dalam Joel M. Schofer, MD, 2008; zairin noor,
melakukan operasi dikarenakan hasil 2011)
pemeriksaan laboratorium pasien Antibiotik selektif yang dipilih, tidak
normal. mahal, non toksik, spectrum sempit.
Adapun penatalaksanaan pada pasien Organisme gram positif ​Staphylococcus
adalah sebelum operasi dan sesudah aureus​, dan epidermidis yang biasanya
operasi pemberian medikamentosa paling umum berhubungan dengan
berupa pemberian antibiotik serta anti infeksi pada ortopedi. Umumnya
nyeri, pada saat sebelum operasi pasien organisme ini adalah flora normal yang
diberikan cefobactam, ranitidin, dan ada di kulit dan dapat melekat pada
ketorolac hal ini sesuai dengan teori dan implant dan bermultipikasi. Sehingga
kondisi pasien dimana pasien memiliki antibiotik yang dimasukkan preoperatif
tanda fraktur terbuka sehingga adalah golongan beta lactam seperti
diperlukan pemberian antibiotik , cephalosporin, penisilin, dan turunan
pemberian antibiotik kemudian cloxacilin, glikopeptida seperti
dilakukan sebelum pasien melakukan teicoplanin dan aminoglikosida seperti
operasi hal ini sudah sesuai dengan teori gentamicin. Menurut ​American Society
pada penelitian yang telah dilakukan of Health System Pharmacist ​(ASHP),
kumar dalam jurnal india. Pemberian cefazolin telah digunakan sebagai
antibiotik (profilaksis) adalah antibiotik preoperative profilaksis, kombinasi
yang diberikan sebelum operasi atau cefazolin dengan gentamicin telah
segera pada kasus yang secara klinis banyak digunakan sebagai antibiotik
tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi. rasional pada operasi ortopedi.
Diharapkan pada saat operasi jaringan, Sedangkan sefalosporin generasi dua
target sudah mengandung kadar yakni cefuroxime digunakan pada 11,8
antibiotik tertentu yang efektif untuk kasus yang menjalani prosedur
menghambat pertumbuhan kuman atau artroplasti. Sedangkan sefalosporin
membunuh kuman. Antibiotika generasi tiga digunakan untuk
profilaksis pada pembedahan ialah pemasangan fiksasi internal. Pada kasus
antibiotika yang diberikan pada ini digunakan cefobactam yang
penderita yang menjalani pembedahan merupakan sefalosforin generasi ketiga
sebelum adanya infeksi, tujuannya ialah yang sesuai untuk operasi ortopedi.(Egol
untuk mencegah terjaidnya infeksi et al., 2015; zairin noor, 2011)
akibat tindakan pembedahan yaitu Analgesik preempetif dimasukkan
infeksi luka operasi (ILO) atau ​surgical sebelum stimulus nyeri dapat mencegah
site infection (SSI). ILO dapat dibagi atau mererduksi nyeri secara substansial.
dalam 3 kategori yaitu superficial Analgesik atau obat penghilang nyeri
meliputi kulit dan jaringan subkutan, adalah zat – zat yang dapat mengurngi
deep yang meliputi fasia dan otot, serta ataumenghilangkan nyeri tanpa
orgayn/space yang meliputi organ dan menghilangkan kesadaran (perbedaan
rongga tubuh.(Dhammi et al., 2015; dengan anestetik umum). Analgetik
digolongkan berdasarkan mekanisme Stabilitas umumnya harus diperiksa
kerjanya: yakni: ulang pada 10-14 hari dengan radiografi
1. Penekanan raasa nyeri dengan beban berat dan jika terjadi kolaps atau
merintani pembentukan perubahan posisi dari hasil pengamatan
rangsangan dalam reseptor nyeri maka fiksasi operatif dipertimbangkan.
perifer (analgetik perifer, anastesi Dislokasi fraktur yang tidak stabil,
lokal) sebaliknya telah terbukti memiliki hasil
2. Menekan rasa nyeri dengan yang buruk ketika ditangani dengan
merintangi penyaluran reduction dan casting. Seperti
rangsangan nyeri dalam syaraf – kebanyakan cedera ekstremitas bawah,
syaraf sensoris (anestesi lokal) manajemen segera melibatkan elevasi
3. Menghambat rasa nyeri dipusat dan gips ekstremitas, untuk mengurangi
nyeri dalam sistem saraf pusat dan membatasi pembengkakan dan
(analgetik narkotik, anestesi mengurangi peradangan lokal.(Lau et
umum).(Egol et al., 2015; zairin al., 2017)
noor, 2011) Komplikasi ​LisFranc fraktur yang
Dalam kasus ini pasien diberikan dapat muncul: (Evelyn C, 2006; Sean
analgetik berupa ketorolac yang O’Brien, MD and Joel M. Schofer, MD,
dikombinasikan dengan ranitidin. 2008; Watson et al., 2010)
Dimana ketorolac adalah analgesik. 1. Sindrom kompartemen
Namun efek lain yang muncul ketika 2. Selulitis / infeksi luka
pemberian analgesik tanpa disertai 3. Kontraktur (terutama jika
penurun asam lambung, pasien akan canssgkokan kulit diperlukan
kesakitan pada daerah perut bagian atas untuk menutup luka terbuka)
atau bisa juga merasakan sensasi seperti 4. Cedera vaskular: arteri dorsalis
terbakar pada ulu hatinya. Efek samping pedis sering terganggu (cabang
dari Ketorolac adalah menaikkan asam mutiple ant / post tibial A.
lambung, maka untuk menurunkan asam biasanya tidak masalah)
lambung, dipilihlah ranitidin sebagai 5. Kelumpuhan saraf peroneal
penurun kadar asam lambung.(Egol et superfisial
al., 2015; zairin noor, 2011) 6. Pasca traumatic arthritis
Terapi pembedahan pada kasus ini (tergantung pada cedera pada
berupa Tindakan operasi debridement tulang rawan artikular dan
dengan reposisi dislokasi. Debridement kegagalan untuk mencapai
dilakukan pada daerah skin dorsum pengurangan anatomi)
pedis dextra dan diirigasi kemudian 7. Kerusakan perangkat keras /
dilakukan reposisi. Pada kasus ini tidak sekrup rusak
diperlukan fiksasi operatif. Lisfranc 8. Deformitas postraumatik
yang stabil dapat diobati secara (biasanya planovalgus) dengan
non-operatif; biasanya menggunakan kesulitan memakai sepatu.
bantalan sedang pendek di bawah lutut
dan gips untuk jangka waktu 6 minggu.
9. Malunion (tikungan dorsolateral sederhana hingga trauma berenergi
sendi tarsometatarsal kedua yang tinggi. Diagnosis yang tepat dini
paling umum). sangat penting. Tidak ada konsensus
10. Nonunion mutlak tentang pengobatan definitif,
Prognosis dari fraktur Lisfranc namun, reduksi tertutup dan fiksasi
sangat ditentukan dari diagnosis dini k-wire harus dihindari. Open
dan penanganan yang cepat. Reduction dan fiksasi sekrup internal
Semakin dini dilakukan maka atau arthrodesis primer dari kolom
prognosis akan ​semakin baik dan medial dan tengah, terutama pada
sebaliknya.(Dhammi et al., 2015; cedera ligamentum murni,
Watson et al., 2010; zairin noor, direkomendasikan.
2011)
IV. KESIMPULAN V. REFERENSI
Cedera Lisfranc adalah dislokasi
fraktur midfoot. Mekanisme cedera
dapat bervariasi mulai dari distensi
Dhammi, I.K., Ul Haq, R., Kumar, S., https://doi.org/10.1136/emermed-20
2015. Prophylactic antibiotics in 15-205317
orthopedic surgery: Controversial Mikko Kirjavainen, 2011. Lisfranc
issues in its use. Indian J Orthop 49, Fracture. Department of
373–376. Orthopaedics and Traumatology
https://doi.org/10.4103/0019-5413.1 Helsinki University Central
59556 Hospital, Helsinki Finland 34,
DiDomenico, L.A., Cross, D., 2012. 58–62.
Tarsometatarsal/Lisfranc Joint. Rasjad, C., 2010. Pengantar ilmu bedah
Clinics in Podiatric Medicine and ortopedi. Bintang Lamumpatue,
Surgery 29, 221–242. Makassar.
https://doi.org/10.1016/j.cpm.2012. Sean O’Brien, MD, Joel M. Schofer, MD,
01.003 2008. Images in Emergency
Egol, K.A., Koval, K.J., Zuckerman, J.D., Medicine : Lisfranc
Ovid Technologies, I., 2015. Fracture-Dislocation. Western
Handbook of fractures. Wolters Journal of Emergency Medicine IX,
Kluwer Health, Philadelphia. 56–57.
Evelyn C, P., 2006. Anatomi dan Fisiologi Stavlas, P., Roberts, C.S., Xypnitos, F.N.,
Untuk Paramedis. PT Gramedia Giannoudis, P.V., 2010. The role of
Pustka Utma, Jakarta. reduction and internal fixation of
Hansen, J.T., Netter, F.H. (Eds.), 2014. Lisfranc fracture–dislocations: a
Netter’s clinical anatomy, 3rd systematic review of the literature.
edition. ed. Saunders/Elsevier, International Orthopaedics 34,
Philadelphia, PA. 1083–1091.
Lau, S., Bozin, M., Thillainadesan, T., https://doi.org/10.1007/s00264-010-
2017. Lisfranc fracture dislocation: 1101-x
a review of a commonly missed Watson, T.S., Shurnas, P.S., Denker, J.,
injury of the midfoot. Emergency 2010. Treatment of Lisfranc joint
Medicine Journal 34, 52–56. injury: current concepts. J Am Acad
Orthop Surg 18, 718–728.
zairin noor, helmi, 2011. buku ajar
muskuloskeltal, 2nd ed. salemba
medika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai