Anda di halaman 1dari 7

Abdi manaf Hasyim+ Salma (Bani Addi) Abdul Mutholib (Syaibah)

Abdul mutholib nadzar 10 anak kurban salah satu anak.

Di undi terpilih Abdullah (Abdul Mutholib + Fatimah) dihadang penduduk quraisy  menemui wanita
(meminta pendapat) 10x10 unta = 100 unta.

Abdullah+Aminah  meninggal di Madinah (25th) muhammad 6 bulan

Fase kelahiran Nabi Muhammad

12 rabiul Awwal yaitu 50 hari setelah pasukan gajah di hancurkan

Usia 3 – 7 hari  Halimatus Sa’adiyah  Berkah (keledai berjalan cepat, keledai menjadi gemuk,

Usia 6 bulan abdullah meninggal

Usia 8 hari disusui oelh halimatussa’diyah

Usia 6 tahun aminah meninggal saat menuju makkah dari madinah

Usia 8 tahun Abdul Mutholib meninggal

Perjalanan ke syam bertemu pendeta Buhaira di Bashra.

dul Muthalib pernah bernazar jika iya memiliki 10 anak maka dia akan mengkurbankan salah 1 nya. maka
nazar itu harus di lakukan karena ia benar2 di karuniai 10 orang anak. dan abdhul muthalib pun
menjelaskan kepada anak2nya dan anak2nya pun akan memenuhi nazar tersebut. akhirnya ia menulis
nama2 anaknya tersebutpada anak panah untuk di undi siapa salah satu anaknya yang akan di
kurbankan. akhirnya nama yang keluar adalah abdullah (Ayah rasulullah) anak yang paling tampan
namun mau tidak mau abdul muthalib harus memenuhi nazarnya tersebut. namun pada saat nazar tsb
akan di laksanakan penduduk quraisy menghadang nazar tsb dan menyarankan abdhul muthalib untuk
bertemu seorang wanita dan meminta pendapatnya.

akhirnya abdul muthalib menemui wanita tsb dan wanita itu menyarankannya sebagai pengganti nazar
tsb untuk membuat anak panah undian bernama Abdullah dan 10 ekor unta.jika yang keluar nama
Abdullah maka abdul muthalib harus menambah 10 ekor unta lagi, begitu seterusnya. jika keluar nama
undian unta , maka dia harus menyembeli unta sebanyak jumlah yang tertera dlm panah undian itu.

akhirnya abdul muthalib melakukan seperti saran wanita itu dan sampai akhirnya abdul muthalib akhirnya
menyembelih 100 ekor unta. abdullah pun tidak jadi disembelih dan digantikan dengan 100 ekor unta.

Ibunda abdullah bernama fathimah memilihkan untuk abdullah seorang gadis yang bernama aminah.
aminah adalah gadis terhormat dikalangan quraisy.

Abdullah dikirim ayahnya ke yatsrib untuk mengurusi kurma. setelah tiba di yatsrib abdullah jatuh sakit
dan meninggal pada usia sangat muda yaitu 25 tahun. ia di kuburkan di dar an nabighah al jadi. dan
abdullah meninggalkan aminah saat masih mengandung.

Judul Sebelumnya : Penggalian Sumur Zam Zam


Judul hari ini : Abdullah ayahanda Nabi Muhammad SAW
Judul Selanjutnya : Aminah (Ibu Rasulullah) Mengandung

Halimah as-Sa’diyah adalah salah satu wujud nyata ‘bidadari’ yang ada di bumi.
Ia berasal dari Thaif, kabilah bani Sa’ad yang bertempat di desa (kampung).

Orang-orang Arab mempunyai tradisi untuk menyusukan anaknya kepada para


perempuan kampung. Selain perempuan kampung dapat menjamin gizi yang
bagus, nilai sastra dan bahasa orang perkampungan Arab juga tinggi.

Suatu hari, saat Rasulullah SAW berusia tiga hari, Halimah as-Sa’diyah bersama
sekitar 70 orang wanita dari perkampungan pergi ke Mekah untuk menawarkan
susuan demi mencari penghidupan, karena pada saat itu, di Thaif sedang dalam
masa paceklik.

Mereka mengendarai keledai yang kurus, juga membawa unta-unta yang tak
memiliki air susu setetes pun. Ketika mereka sampai di Hudaibiyah di sore hari,
mereka pun mendirikan tenda. Saat itu, anak Halimah yang masih bayi menangis
tiada henti karena kelaparan.

Keesokan harinya, mereka bersama-sama memasuki Mekah untuk mencari ibu-


ibu yang memiliki bayi untuk disusukan, kemudian mereka akan mengambil
upah darinya. Semua teman-teman Halimah telah mendapatkan bayi untuk
mereka susukan. Sementara Halimah tak kunjung mendapatkannya.

Setiap ia bertanya kepada penduduk di sana tentang siapa yang memiliki bayi,
semua akan menjawab Aminah. Sementara ia tahu bahwa Aminah tidak lagi
bersuami. Padahal, upah dari ayah sang bayilah yang diharapkan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.

Semua teman-teman Halimah tak ada yang mau untuk mengambil bayi Nabi
Muhammad Saw. Halimah juga enggan untuk menemui Aminah. Namun karena
tak ada lagi bayi, akhirnya Halimah pergi ke rumah Aminah. Tapi tetap saja,
karena Aminah tak memiliki apa-apa sebagai upah menyusui, Halimah kembali
ke tenda tanpa membawa apa-apa,

Halimah bersama teman-temannya pun kembali ke tenda. Sesampai di tenda,


Halimah mengadu dan mengeluh kepada suaminya, “Bagaimana ini wahai
suamiku, semua orang telah mendapatkan bayi untuk disusukan, sementara kita
belum, dan yang tersisa hanyalah anak Aminah yang tidak memiliki suami dan
juga tidak punya harta. Apakah kita harus pulang dengan tangan kosong?”
Suaminya menjawab, “Bawa saja anak itu wahai istriku, karena kita tak tahu, bisa
jadi ia adalah anak yang membawa berkah.”

Akhirnya Halimah kembali menemui Aminah untuk menjemput bayinya.


Sesampainya di rumah Aminah, Halimah memasuki kamar dengan perasaan
yang tidak seperti biasanya, jantungnya berdebar-debar.

Setelah ia melihat wajah bayi itu, ia berucap, “Aduhai, tak pernah sebelumnya
kulihat ada anak seindah ini.” Halimah pun mendekap bayi itu sambil menangis
haru bahagia. Halimah bersama suaminya kemudian membawa bayi Rasulullah
SAW pulang ke Thaif, setelah sebelumnya membuat perjanjian dengan Halimah
lamanya masa menyusui.

Tak hanya Halimah yang terkejut dengan bayi Muhammad, Aminah, yang
merupakan ibunya sendiri pun mengalami hal yang sama, ia berkata “Sungguh,
anakku ini memang anak yang membawa berkah. Aku tak pernah merasa dan tak
pernah tau bahwa aku sedang mengandung (karena tidak merasakan berat di
perutnya, juga kesusahan lainnya yang biasanya dirasakan ibu-ibu hamil),
kecuali dari mimpi-mimpiku setiap bulan. Dalam setiap mimpi itu, Asiah,
Maryam, dan bidadari-bidadari lainnya memberi tahu padaku ‘wahai Aminah,
kamu sedang mengandung sayyid-nya bani Adam, berilah ia nama dengan nama
Muhammad, karena kelak ia akan selalu dipuji.’”

Halimah kembali ke Thaif menunggangi keledainya. Keberkahan nabi


Muhammad Saw. langsung ia rasakan. Keledai yang biasanya berjalan sangat
lamban, tiba-tiba menjadi sangat cepat, sehingga membuat Halimah sampai di
negeri Thaif mendahului teman-temannya.

Sesampai di Thaif, keberkahan dari Rasulullah SAW pun terbukti. Saat malam
hari, mereka ditimpa kelaparan, suami Halimah pun memerah susu unta. Unta
yang sebelumnya memiliki air susu yang sangat sedikit, tiba-tiba menjadi banyak
setelah Nabi Muhammad SAW hadir di rumah itu. Mereka pun tidur dalam
keadaan perut kenyang pada malam itu.

Nabi Muhammad SAW telah banyak memberi keberkahan dalam kehidupan


Halimah. Kambing-kambingnya yang digembalakan bersama kambing-kambing
orang lain, selalu kembali pulang dengan keadaan perut kenyang dan memiliki
air susu yang banyak.

Hal ini berbeda dengan kambing-kambing orang lain yang kembali dengan
keadaan sebagaimana ketika pergi. Begitulah kehidupan Halimah selama dua
tahun yang senantiasa diberkahi.
Selain banyak membawa keberkahan, Rasulullah SAW juga merupakan sosok
yang berakhlak indah, bahkan semenjak bayi. Ketika menyusu kepada Halimah,
ia selalu menyusu di sebelah kanan, dan menyisakan yang sebelah kiri untuk
saudara sepersusuannya—anak Halimah—.

Hari-hari berlalu. Halimah menyusui, merawat dan mencintai nabi Muhammad


SAW dengan sepenuh hati, bahkan menyayangi Nabi SAW melebihi anakanya
sendiri, hingga tibalah waktu bagi Halimah untuk mengembalikan Nabi ke
pangkuan ibunya.

Halimah pun menuju Mekah untuk membawa nabi ke pangkuan ibunya, Siti
Aminah. Saat itu, Halimah masih sangat ingin untuk merawatnya. Halimah lalu
memohon kepada Aminah untuk memberi tambahan waktu. Aminah lalu
menyetujuinya.

Halimah kembali ke Thaif membawa anak susuannya. Begitulah, Nabi


Muhammad SAW tumbuh di lingkungan bani Sa’ad sampai berusia 4 tahun,
hingga terjadilah proses “pembelahan dada” yang membuat Halimah takut, takut
akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kepada anaknya itu. Halimah pun
mengembalikan Nabi Muhammad SAW kepada ibunya.

Hari berlalu, hingga Allah mengangkat Nabi Muhammad SAW. sebagai seorang
Rasul. Halimah beserta suaminya masuk Islam. Suatu hari, ketika Halimah
bersama rombongannya menuju Mekah untuk berhijrah, Nabi Muhammad SAW.
menyambutnya dengan begitu lembut, penuh kasih sayang dan penghormatan.

Betapa tidak, dialah ibu yang membesarkannya dengan rasa cinta yang besar.
Nabi Muhammad SAW memanggil-manggil ibunya, “ibuku… ibuku…”, padahal
saat itu, Halimah sudah berusia tua, namun nabi masih mengenal ibu
susuannnya itu. Nabi Muhammad SAW kemudian membentangkan sorbannya
sebagai bentuk penghormatan dan bakti kepada ibunya, seraya berkata, “Semoga
Allah membalas segala kebaikanmu, ibu.”

Begitulah Halimah, sosok yang begitu berarti dalam kehidupan nabi Muhammad
SAW, seseorang yang tulus dan ikhlas.

Setidaknya ada tiga hal yang dapat dipetik dari sosok Halimah dalam kisah ini:
Pertama, benahi niat. Lakukan semuanya karena Allah, karena mencari ridha
dan berkah. Sebagaimana Halimah yang menyusui Nabi Muhammad SAW bukan
karena mengharap harta. Tapi karena mengharap keberkahan.

Kedua, keberkahan lebih penting dari apapun. Dalam hal apapun baik itu harta
ataupun ilmu, yang terpenting adalah berkahnya.
Ketiga, adab. Dari Halimah kita juga belajar bagaimana beradab kepada suami
dengan baik. Halimah dengan patuhnya menuruti perkataan suaminya, meski
pada awalnya ia engggan untuk menyusi nabi Muhammad Saw. karena ia yatim.

Namun, karena kepatuhan dan adabnya kepada suami, serta niat yang sudah
dibenahi itulah, kemudian membawa Halimah kepada kehidupan yang penuh
dengan keberkahan.

Semoga kita bisa meneladani sosok Halimah, wujud nyata ‘bidadari’ yang ada di
bumi, tidak hanya memiliki paras indah, tapi juga berakhlak mulia.

Wallahu A’lam.

Mereka mengirimkan anak-anak mereka pada sebuah suku yang masih berbahasa Arab asli. Yang paling
terkenal adalah suku dari Banu Sa’d ibn Bukr. Suku ini lah yang merawat Nabi Muhammad SAW.

Sebagaimana tradisi suku Quraisy dan kabilah arab pada umumnya, pada hari kedelapan selepas
dilahirkan oleh Siti Aminah, Muhammad kecil harus diungsikan ke pedalaman dan baru akan
dikembalikan ke ibunya ketika kelak berusia delapan atau sepuluh tahun. Tentu hal ini membuat
Siti Aminah gundah. Tapi, tradisi tetaplah tradisi, mau nggak mau harus tetap dilaksanakan.

Aminah pun sadar, ini penting untuk ia lakukan. Ia pun mengikhlaskan putranya untuk dikirim
ke pedalaman. Lagipula ia tahu bawah tujuan dikirimkannya supaya kemampuan berbahasa sang
anak bagus—di pedalaman bahasa yang digunakan adalah bahasa arab asli, belum campuran dan
bukan bahasa pasar (fusya)—dan bisa mencecap udara pedalaman yang bersih, tidak seperti di
kota yang dianggap telah tercemar.

Di pedalaman itu, Muhammad kecil diasuh oleh Halimah bint sa’diyah selama tiga tahun.
Muhammad pun tumbuh menjadi anak yang cepat tanggap, telaten dan jujur. Ia juga kerap
membantu temannya yang kesusahan dan selalu bersikap bersahaja walaupun ia terkenal
memiliki kecerdasan yang luar biasa dibandingkan anak seumurannya, apalagi ia adalah
keturunan salah satu suku terpandang di kabilah arab. Hal itu membuatnya disukai banyak
orang. Tak terkecuali teman sebayanya.

Suatu ketika, saat ia bermain bersama anak-anak lain, ia didatangi oleh dua orang berbaju putih. Ia pun
sempat bertanya, tapi tidak dijawab. Dua orang itu berkata dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh
Muhammad kecil.

Sontak, hal ini pun membuatnya ketakutan. Tak terkecuali teman-temannya. Mereka pun berlari
mendatangi rumah Halimatus Sa’diyah dan melaporkan peristiwa yang terjadi.

“Saudaraku yang dari Quraisy itu telah diambil oleh dua orang laki-laki telah diambil oleh dua orang laki-
laki,” ujar salah seorang dari mereka, agak berteriak.
Halimah pun agak terkaget. Tapi, ia berusaha tetap tenang.

“Apa benar yang kau katakan?”


“Benar. Dan ia telah dibaringkan di sebuah batu, perutnya dibedah sambil dibolak-balikkan.”

Seketika itu pula wajah Halimah pucat. Ia pun berlari menuju tempat yang diceritakan itu. Tak butuh
waktu lama, ia pun sampai di tempat yang diceritakan itu.

Di sana, ia melihat Muhammad yang terdiam, Halimah pun berusaha menenangkannya.

“Apa yang telah terjadi, Anakku.”

Muhammad melihat wajah Halimah. Kemudian merangkulnya. Lalu, dengan agak terbata-bata ia
menjawab,”Dua orang itu berbaju putih. Ia berusaha mengambil sesuatu dari tubuhku.”

“Apakah itu?”

“Aku tidak tahu, Ibu.”

Halimah pun merangkulnya sekali lagi. Ia pun sebenarnya ketakutan dan takut jika anak ini sedang
kesurupan atau ada keanehan lain yang tidak mengerti. Untuk itu, ia bersepakat dengan keluarganya
untuk mengembalikan Muhammad kecil ke Makkah.

Kelak, selepas Muhammad kecil tumbuh dewasa dan diangkat menjadi Rasul, baru ia mengerti bahwa
dua orang berbaju putih itu adalah malaikat yang diutus oleh Allah Swt. untuk mencari dan mengangkat
keburukan dalam dirinya.

SEBELUM kelahirannya, dunia di ambang kehancuran. Allah Subhanahu wata’ala sendiri –sebagaimana hadits riwayat Muslim-
sampai memurkai mayoritas penduduk bumi kala itu. Hanya segelintir kecil orang yang membawa cahaya. Namun, laksana kunang-
kunang di tengah pekatnya malam. Mereka ada, tapi tidak bisa menjadi lokomotif perubahan.
Saat kegelapan berada pada titik puncaknya, lahirlah bayi yang dipilih Allah Subhahanu wata’ala menjadi agen perubahan bagi
seantero alam. Kehadirannya menurut pemaparan al-Qur`an, sejak jauh hari sudah diprediksi oleh Injil, dengan nama Ahmad (QS.
As-Shaf [61]: 6). Bahkan, uniknya para nabi pun disumpah agar beriman ketika menjumpainya (QS. Ali Imrân[3]: 81).
Kelahirannya diabadikan sejarah dengan momentum kegagalan Abrahah Ashram dalam ekspedisi penghancuran ka`bah. Surah Al-
Fil [105], ayat 1-5 menggambarkan secara jelas bagaimana Allah SWT menunjukkan kesudahan orang yang mau meniadakan
cahaya. Betapa pun dahsyatnya kegelapan, pada akhirnya akan lenyap dengan hadirnya cahaya (QS. Al-Isrâ [17]: 81). Cahaya itu,
bernama Muhammad ‫ ﷺ‬.

Dari jenak-jenak sirahnya di masa kecil (1-10 tahun), ada beberapa hikmah berserakan yang bisa dihimpun sebagai pintu untuk
mengetahui sirah beliau dimasa kecil. Pertama, beliau lahir dari keluarga baik-baik dan dari pernikahan syar`i. Beliau memiliki
nasab yang bagus. Merupakan suatu pembelajaran berharga bagi orang tua. Jika ingin mendapat keturunan yang baik, maka harus
selektif dalam memilih pasangan.

Baca: Beginilah Kegiatan Harian Rasulullah Muhammad ‫ﷺ‬


Kedua, terlahir dalam keadaan yatim. Dalam literatur sirah, beliau sudah ditinggal mati ayahnya sejak di dalam kandungan(bahkan
nanti disusul ibunya pada saat berusia 6 tahun). Peristiwa ini bertalian erat dengan takdir ilahi yang kemudian hari akan memilihnya
menjadi orang pilihan sebagai penutup risalah para nabi.
Keyatiman secara horisontal, membuatnya peka terhadap penderitaan-penderitaan sosial, melembutkan hati, memberikan
ketahanan internal yang membuatnya kokoh ketika akan menghadapi rintangan yang akan menimpanya di kemudian hari, bahkan
menjadi inspirasi bagi anak semisalnya.
Adapun secara vertikal, ada isyarat menarik yang bisa dibaca dari peristiwa keyatiman beliau: bahwa pendidikan bocah ini tidak
akan dicampuri dengan tangan manusia. Keyatiman dini, tidak memberinya peluang untuk mendapat doktrin yang kuat dari
ayahnya. Sehingga ia manjadi anak yang betul-betul bebas pengaruh dan mendapat penjagaan dan perhatian langsung dari Allah
Subhanahu wata’ala.
Ketiga, penyusuan ke Halimah Sa`diyah. Ini adalah jenak peristiwa yang juga berkaitan erat dengan ‘skenario’ Allah Subhanahu
wata’ala dalam mempersiapkannya menjadi manusia pilihan. Dalam tradisi penduduk Arab kala itu, mencarikan ibu asi bagi anak
dari penduduk desa merupakan bagian mendasar untuk membuat bayi yang sehat dan kuat. Jadi, sejak kecil (1-4)kebutuhan asi
beliau terpenuhi sehingga menjadi anak sehat dan kuat.
Baca: Rasulullah Sang Majikan Teladan
Sisi lain yang tidak kalah menariknya, kehidupan Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬di masa kecil dalam perkampungan Bani Sa`ad, membuatnya
akrab dengan alam. Pendidikan alam bisa secara langsung dia terima laiknya anak perdesaan lainnya, beliau akrab berinteraksi
dengan alam secara langsung. Beliau biasa berkuda, berenang, bermain dengan teman sebayanya, dan lain sebagainya.
Martin Lings menyebutkan keistimewaan hidup di pedesaan di antaranya: memiliki udara segar untuk pernafasan, bahasa Arab
yang fasih untuk lidah, dan kebebasan bagi jiwa (2007: 48). Hidup di lingkungan yang alami seperti ini, membuat masa kecil nabi
peka terhadap lingkungan, tidak kehilangan masa kecil, fasih dalam berbicara, bahkan membuat jiwanya lapang.
Keempat, pembelahan dada. Peristiwa pembelahan dada ini, diceritakan langsung oleh Anas bin Malik sebagaimana riwayat Muslim.
Dia pun tahu ada bekas jahitan di dada Rasulullah ‫ ﷺ‬. Dalam hadits disebutkan bahwa rahasia pembelahan dada ini adalah untuk
membersihkan Muhammad ‫ ﷺ‬dari potensi buruk, pengaruh setan. Kejadian ini membuat hatinya bersih dan beraklak mulia.

Kelima, menggembala kambing. Bukhari meriwayatkan bahwa setiap nabi pasti berprofesi sebagai penggembala kambing semasa
kecil. Rasul sendiri menggembalakan kambing penduduk Mekah dengan menerima upah. Kebiasaan ini, tentu saja memberikan
pengelaman berharga bagi Nabi Muhammad di masa kecil yaitu: kemandirian, kepemimpinan, kepekaan, kesabaran, kelembutan,
keuletan, dan ketelatenan yang sangat berguna ketika pada saatnya menjadi nabi.
Masa kecil nabi yang terlahir dari keluarga baik-baik, yatim, tumbuh di perkampungan Bani Sa`ad, pembelahan dada, dan
penggembalaan kambing adalah di antara sekian kecil mutiara yang efeknya sangat dahsyat bagi pendidikan anak. Tidak berlebihan
jika al-Qur`an (Al-Ahzab [33]: 21) menandaskan bahwa dalam “sirah” beliau benar-benar menyimpan keteladanan yang berhaga.
Tentunya bagi orang yang mengharap (ridha) Allah dan berorientasi akhirat. Bagaimana dengan kita?*/

Anda mungkin juga menyukai