Anda di halaman 1dari 11

TORUS PALATINUS

(Laporan Kasus)

NAMA : DAVID SUGIANTO


NIP/NIM : 041.111.010 / 040.07.039

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2014

1
TORUS PALATINUS

PENDAHULUAN
Torus palatinus merupakan varian normal yang sering dijumpai oleh dokter
gigi saat pemeriksaan rutin. Torus palatinus biasanya ditemukan tidak sengaja dan
pasien tidak memiliki keluhan terhadap torus. Hal ini menyebabkan torus
palatinus jarang dilakukan perawatan kecuali untuk kebutuhan pembuatan gigi
tiruan, torus dipertimbangkan untuk dibuang.
Tori berarti menonjol dalam bahasa latin merupakan eksostosis yang terbentuk
dari kortikal yang menebal dengan jumlah yang terbatas dari sumsum tulang, serta
tertutup oleh mukosa yang tipis dan sedikit vaskularisasi 1. Castro Reino dkk
mengartikan torus atau eksostosis sebagai penonjolan tulang kongenital dengan
karakter jinak mengarah pada osteoblas yang berlebihan sehingga tulang menjadi
menumpuk sepanjang garis dari fusi palatum atau badan mandibula 1. Eksostosis
yang paling sering ditemukan pada manusia adalah torus palatinus dan torus
mandibularis. Torus palatinus seperti nodul dari tulang yang terjadi sepanjang
midline dari palatum keras. Torus mandibularis merupakan penonjolan tulang
yang terletak pada aspek lingual dari mandibula 2.
Penyebab pasti terjadinya torus tidaklah jelas. Teori yang saat ini paling
1,4
banyak diterima adalah genetik , tetapi tidak selalu sifat dominan autosom pada
kemunculannya. Curran dkk menganalisis sebuah kasus dimana anak perempuan,
ibu dan neneknya memiliki sifat osteosklerosis dominan autosom, torus
mandibularis dan torus palatinus, dimana ketiganya ditemukan mempunyai hal
1,5
yang sama . Eggen mempelajari bahwa murni genetik ditemukan pada torus
mandibularis sebesar 70% dan sisanya terjadi karena faktor lingkungan terkait
1,6
beban oklusal . Penyebab lainnya adalah cedera atau terjadi sebagai respon
1,7
fungsional individu saat mengunyah atau pasien dengan gigi yang abrasi .
Kemungkinan lain yang dapat menyebabkan terjadinya torus antara lain kebiasaan
makan, defisiensi vitamin atau suplemen kaya kalsium, dan juga diet 7. Dalam
studinya, Eggen dkk dan Al-Bayaty dkk menyebutkan konsumsi dari ikan dengan

2
kemunculan torus karena ikan mengandung omega 3 asam lemak tidak jenuh dan
vitamin D yang mendorong pertumbuhan tulang 8.
Torus palatinus biasanya berukuran diameter kurang dari 2 cm, namun
terkadang perlahan-lahan dapat bertambah besar dan memenuhi seluruh langit-
langit. Kebanyakan torus tidak menyebabkan gejala.. Ada banyak variasi bentuk
dari torus palatinus antara lain dapat berupa flat, nodul, lobul dan spindle. Studi
Haugen menunjukan bentuk yang paling sering ditemui adalah kecil dan nodul.
Pada kebanyakan kasus semakin besar torus palatinus berbentuk nodul dimana
bentuk lobul lebih jarang terjadi 9.
Bila tidak ada keluhan, torus palatinus tidak memerlukan perawatan. Namun
pada pasien yang menggunakan gigi tiruan, torus palatinus ini dapat mengganjal
basis gigi tiruan sehingga harus dihilangkan dengan pembedahan 3.
Hampir seluruh penelitian mengungkapkan bahwa torus palatinus lebih sering
terjadi pada wanita daripada pria, dengan rasio 2:1, dan puncaknya pada usia
dewasa muda. Observasi yang dilakukan Reichart dkk (pada wanita) dan Al-
Bayaty menunjukan rata-rata usia yang paling banyak dijumpai adanya torus
palatinus sekitar umur 11 sampai 20 tahun 1. Walaupun kebanyakan studi
menunjukan umur yang lebih sering terjadi antara 30-50 tahun, dekade 3 dan 4.
Menurut Edmund dkk, torus palatinus muncul selama pubertas dan berkembang
lambat sampai dewasa dengan kemungkinan terus berkembang sampai dekade 7 9.
Hampir seluruh penelitian mengungkapkan bahwa torus palatinus lebih sering
terjadi pada wanita daripada pria, dengan rasio 2:1, dan puncaknya pada usia
dewasa muda. Studi yang dilakukan Bukhari dkk terhadap 300 pasien yang ada di
Indonesia, pemeriksaan palpasi menujukan jumlah yang besar pada pasien yang
memiliki torus palatinus (22,3%). Pasien wanita lebih tinggi (54,7%)
dibandingkan pasien pria (45,35). Torus palatinus lebih banyak dijumpai oleh
wanita daripada pria, hal ini dipercaya karena adanya tipe dominan terkait dengan
kromosom X. Pada semua studi, wanita memiliki presentasi lebih tinggi
dibanding pria walaupun tidak semua studi melihat adanya perbedaan yang
signifikan 1,3,7.

3
Pada kebanyakan kasus, torus ditemukan tidak sengaja dan ditemukan saat
pemeriksaan. Hal ini disebabkan karena asimptomatik,dan pasien tidak sadar akan
adanya torus tersebut. Beberapa pasien menyampaikan adanya gangguan seperti
terbatasnya mekanisme pengunyahan, ulserasi mukosa, deposit makanan dan
ketidakstabilan protesa dan beberapa pasien mengalami fobia kanker dan
konsultasi untuk menemukan solusi 1,4.
Diagnosis ditegakan berdasarkan pemeriksaan klinis dimana torus dapat
berbentuk unilobular, polilobular, flat, bentuk spindle yang terletak pada midline
palatum keras. Pemeriksaan x-ray menunjukkan densitas yang sedikit lebih tinggi
dibanging tulang sekitarnya. Pemeriksaan x-ray tidak terlalu berguna, lebih
sederhana dengan pemeriksaan klinis 1.
Diagnosis banding torus palatinus adalah eksostosis, abses palatal. Eksostosis
biasanya terletak di bagian bukal sedangkan torus palatinus terletak di midline
palatum. Pada abses palatal biasanya ditemukan faktor iritasi seperti plak,kalkulus
atau gigi yang mengalami karies dalam. Warna mukosa terlihat merah seperti
meradang sedangkan torus memiliki warna yang sama dengan jaringan sekitarnya.
Biasanya juga ditemukan pus pada abses palatal. Pembuangan torus ini tidaklah
selalu penting. Pembuangan biasanya dilakukan untuk kebutuhan pembuatan
protesa atau digunakan sebagai autogenous graft dalam bedah periodontal, bedah
kista atau implant walaupun lamanya kestabilan dari graft tersebut tidaklah pasti
1,4
. Pembuangan torus tidak disarankan oleh beberapa penulis kecuali pada kasus
yang ekstrim dan mereka menyarankan penggunaan akrilik yang tipis pada tepi
protesa sehingga dapat menghindari pembedahan dimana dokter gigi dapat
menawarkan pasien alternatif lain seperti implant 3.

4
Tata Laksana Kasus
Pertama-tama dijelaskan kepada pasien tentang diagnosis, rencana perawatan,
prosedur perawatan yang bertahap dan prognosis perawatan.
Kunjungan pertama tanggal 13 Maret 2014 pasien diindikasikan lalu
dilakukan anamnesis dan pengisian rekam medis lesi oral.
Pengisian status dan diskusi dilakukan tanggal 26 maret 2014 meliputi
identitas pasien, keluhan utama, anamnesis, riwayat penyakit umum, pemeriksaan
umum, pemeriksaan sekitar mulut, pemeriksaan rongga mulut, mukosa orofaring,
gigi geligi, pemeriksaan radiologik, pemeriksaan penunjang, analisis kasus,
diagnosis kerja, diagnosis banding, diagnosis tetap, rencana perawatan, dan
perawatan.

5
Laporan Kasus I

A. Identitas Pasien
1. Nama Pasien : Sugiarti
2. Nama Orang Tua : Tn. Muji Pruwiyanto
dan Ny. Suhanah
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Tanggal Lahir : 17-05-1977
5. Status Perkawinan : sudah menikah
6. Agama : Islam
7. Pekerjaan : ibu rumah tangga
8. Pendidikan : SMU
9. Berat Badan : 50 kg
10. Tinggi Badan : 153 cm
11. Keinginan Pasien : Melakukan pemeriksaan mulut

B Keluhan Utama
Pasien ingin memeriksakan tonjolan pada rahang atas.

C. Anamnesis
Pasien ingin memeriksakan tonjolan pada rahang atas. Tonjolan terletak di
atas bagian tengah berbentuk bulat dan keras. Pasien menyadari tonjolan
saat SMA pada saat ke dokter gigi. Tonjolan tidak bertambah besar, pasien
tidak mengetahui apakah ada keluarga yang mempunyai tonjolan yang
sama. Pasien tidak mempunyai kebiasaan merokok.

D. Riwayat Penyakit Umum


Hipertensi : (-)
Gastritis : (-)

6
E. Pemeriksaan Umum
Cara berjalan : normal
Fisik : sehat
Warna kulit : sawo matang
Warna Sklera : putih
Warna Konjungtiva : merah muda

F. Pemeriksaan Sekitar Mulut (Ekstral Oral)


Bentuk muka : ovoid simetris
Pembengkakan : t.a.k
Kelenjar Limfe : t.a.k
Bibir : t.a.k
Kulit sekitar mulut : t.a.k
Lain-lain : t.a.k

G. Pemeriksaan Rongga Mulut (Intral Oral)


1. Higine oral : sedang
a. Debri : 1,2,3,4
b. Stain : 1,2,3,4
c. Kalkulus : ada pada regio 17,18,27,28,37,38,48
2. Mukosa labial : t.a.k
3. Mukosa bukal : t.a.k
4. Mukosa dasar mulut : t.a.k
5. Mukosa lidah : t.a.k
6. Mukosa Gingiva : t.a.k
7. Mukosa palatum :
Durum : nodul pada sutura midline palatum durum,
berbentuk bulat, 4 lobus, tidak sakit, berwarna seperti jaringan
sekitarnya. Konsistensi keras dengan ukuran 35x20 mm
Molle : t.a.k

7
H. Mukosa Orofaring (Gambar)

Torus Palatinus

I. Lain-lain : -

J. Gigi geligi : 8 7 6 5 4 3 2 1 12345678


8 7654321 12345678
Missing : gigi 16, 25,26,37
Tumpatan Inlay : gigi 14,15
Tumpatan Onlay : gigi 24
Tumpatan Amalgam I : gigi 38, 46, 47
Tumpatan Amalgam II : gigi 36

K. Pemeriksaan Radiologi
Tidak dilakukan pemeriksaan.

L. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan.

8
M. ANALISIS KASUS :
Pasien wanita berusia 37 tahun datang ke RSGMP Trisakti dengan keluhan
utamanya ingin memeriksakan tonjolan keras pada rahang atas dan tidak
sakit. Nodul tersebut berada di sutura midline palatum durum, berbentuk
bulat, terdiri dari 4 lobus, berwarna seperti jaringan sekitarnya dengan
konsistensi keras dengan ukuran lobus 1 13x10 mm, lobus 2 15x12 mm,
lobus 3 20x10 mm, lobus 4 22x10 mm. berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis, ditentukan bahwa nodul pada palatum pasien adalah
Torus Palatinus.

N. Diagnosis Tetap
Torus Palatinus

O. Diagnosis Banding
Eksostosis, Abses palatal

P. Rencana Perawatan
Motivasi, edukasi, instruksi

9
KESIMPULAN

Pada kasus diatas, ditemukan torus palatinus pada seorang wanita berusia 37
tahun. Diagnosa didapat dari anamnesis yang tepat dan pada pemeriksaan klinis
ditemukannya nodul pada palatum. Torus tersebut tidak perlu dilakukan
pembedahan sebab pasien tidak merasa ada keluhan dan torus palatinus
merupakan salah satu varian normal dalam rongga mulut.

10
REFERENSI

1. Garcia-Garcia, A.S., Martinez-Gonzales,J.M., Font, R.G., Rivadeneira, A.,S.,


Roldan, L.,O. 2010. Current Status of the Torus Palatinus and Torus
Mandibularis. Med Oral Patol Oral Cir.Bucal. 1:15(2). Hlm. 353-360.
2. Firas, A.M., Ziad, N., Al-Dwairi. 2006. Torus palatinus and torus mandiblaris
in edentoulus patients. Journal of Contemporary Dental Practice. Mei:(7);2.
Hlm.112-119.
3. Donado, M. 1998. Pre-prosthetic Surgery. Dalam. Donado M, ed. Cirugía
bucal. Patología y técnica. [Oral Surgery. Pathology and Technique]. Ed.ke-2.
Barcelona: Masson. Hlm.481-510.
4. Sonnier, K.E., Horning, G.M., Cohen, M.E. 1999. Palatal tubercles, palatal
tori, and mandibular tori: prevalence and anatomical features in a U.S. population.
J Periodontol. 70:329-36.
5. Curran, A.E., Pfeffle, R.C., Miller, E. 1999. Autosomal dominant
osteosclerosis: report of a kindred. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol
Endod. 87. Hlm.600-604.
6. Eggen, S. 1989. Torus mandibularis: an estimation of the degree of genetic
determination. Acta Odontol Scand. 47:409-15.
7. Al-Bayaty, H.F., Murti, P.R., Matthews, R., Gupta, P.C. 2001. An
epidemiological study of tori among 667 dental outpatients in Trinidad & Tobago,
West Indies. Int Dent J. 51:300-4.
8. MacInnis, E.L, Hardie, J., Baig, M., Al-Sanea, R.A. 1998. Gigantiform To rus
palatinus: review of the literature and report of a case. Int Dent J. 48:40-3.
9. Haugen, L.K. 1992. Palatine and mandibular tori. A morphologic study in the
current Norwegian population. Acta Odontol Scand. 50:65-77.

11

Anda mungkin juga menyukai