Anda di halaman 1dari 34

JURNAL SAINS PEMASARAN INDONESIA

Volume X, No. 3, Mei 2011, halaman 283-316

ANALISIS MOMENT OF TRUTH DALAM MEMBANGUN LOYALITAS NASABAH


(Studi Kasus Pada Nasabah TAPLUS BNI Cabang Undip Tembalang - Semarang)
Embun Duriany Soemarso

ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi moment of truth sebagai upaya
untuk meningkatkan loyalitas nasabah. Permasalahan riset bersumber pada 2 (dua) hal yaitu pertama
berdasarkan keragaman hasil penelitian dari Mujiharjo (2006); Palilati (2006) dan Palilati (2004).
Permasalahan kedua bersumber dari adanya fenomena bisnis yaitu dikarenakan performa loyalty index
nasabah tabungan BNI th 2009 menurun dibanding tahun sebelumnya (th 2008), sehingga posisi
peringkat loyalty index nasabah tabungan BNI menduduki peringkat ketiga diantara pesaing sesama
bank.
Berdasarkan permasalahan tersebut yang mendasari dilakukan penelitian yaitu untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi moment of truth untuk meningkatkan loyalitas nasabah.
Dalam penelitian ini dikembangkan suatu model teoritis dengan mengajukan enam hipotesis yang akan
diuji dengan menggunakan Structural Equation Model (SEM) dengan menggunakan software AMOS
16. Responden yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari nasabah tabungan Taplus BNI
berjumlah 102 responden.
Hasil dari pengolahan data SEM untuk model penuh telah memenuhi kriteria goodness of fit
sebagai berikut, nilai chi-square = 84,411; probability = 0,967; GFI = 0,913; AGFI = 0,878; TLI = 1,036;
CFI = 1,000; CMIN/DF = 0,767; RMSEA = 0,000. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model ini
layak untuk digunakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses untuk meningkatkan loyalitas
nasabah adalah melalui moment of truth yang dipengaruhi oleh persepsi nilai dan kualitas komunikasi.
Variabel kepuasan dapat berpengaruh positif secara langsung terhadap loyalitas nasabah. Sedangkan
persepsi nilai dinyatakan berpengaruh positif secara langsung terhadap loyalitas nasabah, tetapi
tidaklah cukup untuk mendorong terciptanya loyalitas nasabah, sehingga dinyatakan tidak signifikan
terhadap loyalitas nasabah.

Kata kunci : Persepsi Nilai, Kualitas Komunikasi, Kepuasan, Moment of Truth, dan Loyalitas Nasabah.

Produk inti dan unggulan perbankan, nasabah, kalau mereka merasa tidak aman
salah satunya adalah tabungan. Perebutan dan tidak percaya, pada akhirnya akan
dana murah tabungan selalu mewarnai berpindah ke bank pesaing. Meskipun pemasar
persaingan antar bank. Saat krisis keuangan sudah memiliki segmen pelanggan yang
global seperti sekarang ini, loyalitas nasabah dianggap loyal, namun tekanan-tekanan
menjadi sangat penting. Nasabah perlu persaingan yang gencar yang sengaja
didengar keinginan riilnya, agar tidak pindah ke diarahkan untuk mengubah loyalitas
bank pesaing. Tak mudah saat ini menjaga pelanggan, tidak dapat diabaikan karena akan
loyalitas nasabah, mengingat persaingan antar berlanjut dengan perpindahan ke pesaing
bank dalam memperebutkan dana masyarakat (Hasan, 2008, p.78). Bagaimanapun juga,
kian ketat. Kini bank-bank tentunya sangat kepuasan, kepercayaan dan loyalitas nasabah
memerlukan nasabah yang loyal yang bisa menjadi kunci penting agar nasabah kebal
menjadi customer based yang baik. Nasabah terhadap ajakan bank–bank pesaing dan
yang loyal akan menjadi pemasar yang nasabah tak menjadi provokator ketika sedang
jempolan dengan mereferensikan bank terjadi krisis (InfoBank 2009).
tempatnya bertransaksi kepada nasabah lain. Nilai pelanggan (customer value)
Migrasi dana dapat terjadi karena nasabah memiliki peranan penting dan menjadi
tidak punya loyalitas. Namun seloyal apa pun paradigma sentral dalam marketing (Kotler,

Jurnal Sains Pemasaran Indonesia 283


Embun Duriany Soemarso

1997; Hunt, 1976). Value (nilai) yang cukup maka tidak akan dapat membuat dan
dipersepsikan pelanggan sebagai sesuatu mengemukakan usulan yang diyakini sesuai
yang super, dapat menjadi penyebab untuk dengan permintaan pelanggan, apalagi lebih
melakukan pembelian ulang, dan sebaliknya baik daripada pesaingnya (Buttle, 2007).
akan menjadi pendorong untuk beralih pada Penerapan strategi komunikasi dengan
produk atau merek lain (Hasan, 2008). Nilai pelanggan, dilaksanakan untuk menyikapi
yang diterima pelanggan adalah selisih antara keterbatasan yang didasarkan adanya
total customer value (jumlah nilai bagi beberapa karakteristik dari jasa yaitu: tidak
pelanggan) dengan total customer cost (biaya berwujud (intangibility), heterogen (variability),
total pelanggan), (Kotler, 1997; Dodds, Monroe produksi dan konsumsi simultan tidak dapat
and Grewal, 1991; Anderson & Narus, 1998). dipisahkan (inseparability), tidak tahan lama –
Dengan kata lain, nilai pelanggan merupakan permintaan penawaran tidak dapat disimpan
perbandingan antara manfaat (benefits) yang (perishability), (Zeithaml & Bitner, 1996; Griffin
dirasakan oleh pelanggan dengan apa yang & Ronald, 1996).
mereka korbankan (costs) untuk mendapatkan Menurut Kotler (2000); Oliver (1993);
atau mengkonsumsi produk tersebut Zeithaml et. al. (1996); Anderson & Srinivasan
(Mujiharjo, 2006). Nilai bagi pelanggan adalah (2003); Lam et. al. (2004), pengertian
perbandingan antara nilai total dengan biaya kepuasan adalah perasaan senang atau
total yang timbul dari pembelian atau kecewa seseorang yang berasal dari
pemakaian barang/jasa dari pelanggan. perbandingan antara kesannya terhadap
Rusdarti (2004), dalam penelitiannya kinerja (hasil) suatu produk dan harapan-
menyatakan bahwa nilai total meliputi semua harapannya. Keunggulan daya saing bank
nilai yang diperoleh dari produk (product menjadi dasar untuk memenuhi harapan-
value), nilai pelayanan (service value), nilai harapan nasabahnya. Setiap kepuasan belum
personil (personnel value), dan citra tentu mendatangkan loyalitas dan tidak selalu
perusahaan (image value). Sedangkan biaya diakhiri dengan melakukan pembelian ulang.
total meliputi harga yang harus dibayar Jadi kepuasan nasabah berarti bahwa kinerja
(monetary price) oleh pelanggan, biaya waktu suatu barang atau jasa yang dirasakan
(time cost), biaya tenaga (energy cost), dan nasabah sekurang-kurangnya sama dengan
biaya psikis (psychis cost). Menurut Woodruff apa yang diharapkan, tidak ada gap antara apa
(2000), customer value (nilai pelanggan) yang diinginkan nasabah dengan apa yang
diartikan sebagai persepsi pelanggan tentang diberikan oleh bank. Dengan demikian bank
apa yang ia inginkan sebagai konsekuensi dituntut mampu melakukan aktivitas
pemakaian produk, yang terjadi pada situasi operasional yang berorientasi untuk kepuasan
tertentu yang dapat membantu penawaran pelanggan (customer satisfaction). Nasabah
barang dan jasa sejalan dengan apa yang yang puas cenderung akan berperilaku positif,
menjadi tujuannya. Konsep nilai pelanggan dimana mereka akan membeli kembali.
memberikan gambaran tentang pelanggan Disamping itu, kepuasan nasabah yang akan
suatu perusahaan, mempertimbangkan apa berdampak positif bagi bank, dapat menjadi
yang mereka inginkan, dan percaya bahwa media promosi gratis dan efektif dalam rangka
mereka memperoleh manfaat dari suatu meningkatkan jumlah nasabah pada bank
produk. tersebut (InfoBank, 2009).
Kualitas komunikasi berkaitan dengan Konsep baru di abad 21 menekankan
kemampuan berkomunikasi dengan bahasa pada penciptaan Moment of Truth untuk
konsumen, merupakan upaya untuk membangun loyalitas. Moment of truth adalah
membahagiakan pelanggan untuk meraih berbagai kesempatan / interaksi pertemuan
loyalitas mereka. Merupakan hal penting yang terjadi antara perusahaan dengan
memahami pelanggan secara keseluruhan pelanggan dimana saat itu pelanggan akan
untuk menjalin kedekatan atau keakraban mengalami dan memberikan penilaian
dengan pelanggan. Tanpa pemahaman yang terhadap pelayanan perusahaan (Monroe,

284 Jurnal Sains Pemasaran Indonesia


Moment of Truth

2007; Brian, 2006; Lawrence, 2007). bersaing yang berkelanjutan dan memiliki nilai
Pelanggan akan kembali lagi akibat moment of strategik bagi perusahaan (Hasan, 2008).
impact sebagai refleksi dari moment of truth. Berdasarkan data Statistik Perbankan
Moment of impact adalah kejadian titik interaksi Indonesia per Oktober 2009, dapat dilihat
yang mengesankan, sehingga pelanggan performa pencapaian loyalitas nasabah
memberikan apresiasinya dan akan terus terhadap produk tabungan Bank Negara
diingat oleh pelanggan. Melalui moment of truth Indonesia (BNI) tahun 2009 sebesar 75,0.
merupakan proses penciptaan efek memori Capaian performa tersebut lebih rendah
mengesankan yang membekas dibenak dibanding tahun sebelumnya (2008) yaitu
pelanggan (memorable experience), sebesar 76,4. Sedangkan peringkat loyalitas
(Lawrence, 2007). Moment of Truth adalah nasabah terhadap produk tabungan BNI tahun
momen kebenaran yang menggambarkan efek 2009 menduduki peringkat ketiga, mengalami
faktor kritis dari suatu proses pengalaman kenaikan dibanding tahun sebelumnya (tahun
pelanggan berupa efek memori mengesankan 2008) menduduki peringkat keenam. Walaupun
yang membekas dibenak pelanggan (Lofgren, demikian apabila performa pencapaian
2008). Pada Moment of Truth akan terjadi loyalitas nasabah produk tabungan BNI tahun
penciptaan efek memori yaitu mengingat 2009 dapat mencapai kenaikan dibanding
kembali pengalamannya, ketika seseorang tahun sebelumnya (tahun 2008), dimungkinkan
memiliki alasan untuk bergabung dan tetap akan dapat menduduki peringkat pada posisi
bertahan atau meninggalkan perusahaan. Efek yang lebih baik dibandingkan dengan capaian
penciptaan pada Moment of Truth didasarkan peringkat yang telah diperoleh tahun 2009.
pada kebutuhan proses pertemuan antara Sehingga dimungkinkan akan dapat
konsumen, perusahaan dan produk dengan memaksimalkan posisi peringkat pencapaian
evaluasi secara menyeluruh, dalam prakteknya loyalitas nasabah produk tabungan BNI
diungkapkan bahwa “Just a few moment”, diantara pesaing sesama bank.
(Meredith, 2006). Hal ini bisa terjadi karena Berdasarkan uraian masalah tersebut
dalam proses dimana konsumen dan obyek diatas, maka masalah penelitian ini adalah :
saling melemparkan beberapa hal atau kode Bagaimana performa pencapaian loyalitas
yang akan mempengaruhi penilaian (Lawrence, nasabah tabungan BNI ditingkatkan, sehingga
2007; Monroe, 2007). posisi peringkat pencapaian loyalitas nasabah
Semakin kritisnya masyarakat ataupun tabungan BNI dapat dimaksimalkan diantara
nasabah, bank dituntut memiliki keunggulan pesaing sesama bank. Selanjutmya rumusan
bersaing (competitive adventage), (InfoBank, masalah penelitian ini difokuskan pada :
2009). Perumusan strategi yang tepat dengan Bagaimana membentuk Moment of Ttruth
memberikan dan meningkatkan nilai yang untuk meningkatkan Loyalitas Nasabah.
dipersepsikan pelanggan (customer value), Berikutnya dirumuskan pertanyaan penelitian
(Yang & Peterson, 2004); kualitas komunikasi sebagai berikut:
dalam pelayanan (Indarjo, 2002; Sukarmi, 1. Apakah terdapat pengaruh persepsi
2009); kepuasan pelanggan (Lam, et.al., 2004; nilai terhadap moment of truth.
Anderson & Srinivasan, 2003), melalui moment 2. Apakah terdapat pengaruh kualitas
of truth (Jenkinsen, 2006; Lawrence, 2007; komunikasi terhadap moment of
Lofgren, 2008) merupakan penciptaan efek truth.
memori mengesankan yang akan membekas 3. Apakah terdapat pengaruh
dibenak pelanggan. Merupakan upaya agar kepuasan terhadap moment of
mampu mengoptimalkan potensi pasar agar truth.
menjadi nasabah yang loyal (Lam, et.al., 2004; 4. Apakah terdapat pengaruh
Palilati, 2007) Loyalitas pelanggan akan moment of truth terhadap loyalitas
menjadi kunci sukses, tidak hanya dalam nasabah.
jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang
dijadikan dasar pengembangan keunggulan

Jurnal Sains Pemasaran Indonesia 285


Embun Duriany Soemarso

5. Apakah terdapat pengaruh mengirimkan pesan yang berulang


persepsi nilai terhadap loyalitas kepada konsumen.
nasabah. Nilai (value) adalah persepsi
6. Apakah terdapat pengaruh pelanggan tentang keseimbangan
kepuasan terhadap loyalitas antara manfaat yang diterima dengan
nasabah. pengorbanan yang diberikan untuk
mendapatkan manfaat tersebut (Butlle,
Penelitian ini bertujuan untuk : 2007). Andreassen (1997),
1. Menganalisis pengaruh persepsi menyatakan bahwa dalam pemasaran
nilai terhadap moment of truth. , ada tiga hal yang perlu diperhatikan
2. Menganalisis pengaruh kualitas oleh marketer, yaitu nilai prediktif
komunikasi terhadap moment of (prediktive value), nilai yang dipercaya
truth. (perceived value) dan komponen nilai
3. Menganalisis pengaruh kepuasan (Hasan, 2008). Hasan (2008)
terhadap moment of truth. mengemukakan, bahwa value yang
4. Menganalisis pengaruh moment of dipersepsikan pelanggan akan menjadi
truth terhadap loyalitas nasabah. pengalaman dalam sepanjang
5. Menganalisis pengaruh persepsi hidupnya, setiap pelanggan akan
nilai terhadap loyalitas nasabah. mempersepsikan nilai dengan dirinya
6. Menganalisis pengaruh kepuasan sendiri dan keluarga. Value yang
terhadap loyalitas nasabah. dipersepsikan pelanggan sebagai
sesuatu yang super (superior
TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN perceived value) dapat menjadi
HIPOTESIS penyebab untuk melakukan pembelian
Persepsi Nilai ulang, dan sebaliknya akan menjadi
pendorong untuk beralih pada produk
Menurut Hasan (2008), atau merek lain. Nilai merupakan
persepsi merupakan proses individu senjata ampuh dalam merebut target
(konsumen) memilih, mengorganisasi, pasar. Menurut Kartajaya (2000), nilai
dan menginterpretasi (memaknai) harus mampu mencerminkan tiga
masukan-masukan informasi yang unsur yaitu : brand, service, dan
dapat menciptakan gambaran obyek proses. Butlle (2007) menyatakan
yang memiliki kebenaran subyektif bahwa, para peneliti nilai pelanggan
(bersifat personal), memiliki arti telah mengembangkan beberapa
tertentu, dapat dirasakan melalui tipologi nilai. Sheth dkk.
perhatian, baik secara selektif, distorsi mengidentifikasi lima tipe nilai yaitu:
maupun retensi. Persepsi nilai fungsional, sosial, emosional,
tergantung pada cara pelanggan epistemis, dan kondisional (Buttle,
menghubungkan berbagai atribut 2007).
produk yang relevan dengan dirinya Afiff dan Astuti (2009) dalam
sendiri. Kuat tidaknya persepsi pada penelitiannya mengidentifikasi empat
konsumen sangat tergantung pada indicator Costomer Value berdasarkan
berbagai daya tarik dan kesesuaian manfaat (benefit) dan pengorbanan
obyek dengan individu yang (sacrifice) yaitu :
bersangkutan. Implikasi penting dari 1. Functional dimension
persepsi dalam pemasaran adalah (functional benefit and
bahwa marketer perlu memperhatikan functional sacrifice).
rangsangan yang paling diperhatikan, 2. Social dimension (social
produk yang bermakna, serta benefit and

286 Jurnal Sains Pemasaran Indonesia


Moment of Truth

social Dari konsep dan beberapa


sacrifice). definisi tentang nilai pelanggan, dapat
3. Emotional dimension dikembangkan secara komprehenship,
(emotional benafit and bahwa secara garis besar nilai
emotional sacrifice). pelanggan merupakan perbandingan
4. Spiritual dimension antara manfaat (benefit) yang
(spiritual dirasakan oleh pelanggan, dengan apa
benefit and yang mereka korbankan (cost) untuk
spiritual mendapatkan atau mengkonsumsi
sacrifice). produk tersebut (Mujiharjo, 2006).
Indikator variabel Persepsi Nilai
Menurut Woodruff (1997); dalam penelitian ini merujuk hasil penelitian
Mujiharjo (2006), customer value terdahulu , yaitu sebagai berikut:
diartikan sebagai persepsi pelanggan X1 = Nilai fungsi produk.
tentang apa yang ia inginkan sebagai Merujuk penelitian
konsekuensi pemakaian produk. Rusdarti (2004); Affif &
Konsep nilai pelanggan (customer Astuti (2009).
value) memberikan gambaran tentang X2 = Nilai pelayanan. Merujuk
pelanggan suatu perusahaan, penelitian Rusdarti
mempertimbangkan apa yang mereka (2004); Affif &
inginkan, dan percaya bahwa mereka Astuti (2009).
memperoleh manfaat dari suatu X3 = Nilai karyawan. Merujuk
produk. Menurut Parasuraman (1997), penelitian Rusdarti
riset-riset yang dilakukan menunjukkan (2004); Affif &
bahwa terdapat perbedaan tentang Astuti (2009).
nilai antara persepsi manajer dengan X4 = Nilai citra. Merujuk
persepsi pelanggan. Hal ini merupakan penelitian Rusdarti
kesenjangan yang menjadikan (2004); Affif & Astuti
kesalahan potensial apabila tidak (2009).
dicari, dihilangkan atau dieliminir oleh
perusahaan. Kualitas Komunikasi
Menurut Kotler (1997);
Rusdarti (2004), nilai bagi pelanggan Menurut Mohr & Speckman (1994);
adalah perbandingan antara nilai total Indarjo (2002); Mohd & Kader (2006),
dengan biaya total yang timbul dari komunikasi adalah pertukaran informasi yang
pembelian atau pemakaian berharga dan tepat waktu baik secara formal
barang/jasa dari pelanggan. Menurut maupun informal diantara dua pihak. Untuk
Rusdarti (2004), sebagai penentu nilai mengukur komunikasi, terdapat empat dimensi
yang diterima pelanggan yaitu nilai komunikasi yaitu: frekuensi, interaksi dua
total meliputi semua nilai yang arah (bidirectional), komunikasi formal, dan
diperoleh dari produk (pruduct komunikasi tanpa tekanan (non coercive).
value), nilai pelayanan (service Frekuensi atau kuantitas komunikasi menunjuk
value), nilai personel (personnel pada berapa sering seseorang melakukan
value), dan citra perusahaan (image kontak dengan orang lain. Interaksi dua arah
value). Sedangkan biaya total meliputi menunjuk pada gerakan vertikal komunikasi di
harga yang harus dibayar (monetary dalam hirarki organisasi. Hubungan penting
price) oleh pelanggan, biaya waktu dua arah ini berasal dari tingkat dimana umpan
(time cost), biaya tenaga (energy cost), balik disampaikan dan ditanggapi. Komunikasi
dan biaya psykis (psychis cost). formal mengarah pada ada tidaknya
mekanisme formal, yakni suatu kesempatan

Jurnal Sains Pemasaran Indonesia 287


Embun Duriany Soemarso

yang terstruktur dan terencana untuk berbagai media masa, menunjukkan lemahnya
mengadakan interaksi. Interaksi tanpa paksaan perlindungan hukum terhadap hak-hak
mengarah pada berbagai bentuk usaha dari nasabah. Pengaduan nasabah yang tidak
perusahaan untuk mempengaruhi pelanggan diselesaikan dengan baik berpotensi menjadi
dalam merubah tingkah laku dengan tanpa friksi yang pada akhirnya akan dapat
paksaan. merugikan nasabah dan atau bank, juga dapat
Menurut Buttle (2007), perusahaan berpengaruh pada reputasi bank. Dalam
dapat menciptakan nilai pelanggan dari strategi rangka menghindarkan bank dari risiko reputasi
komunikasi untuk membangun komunikasi tersebut, mengacu pada Arsitektur Perbankan
secara multilateral, seperti perusahaan dengan Indonesia (API) dan Peraturan Bank Indonesia
pelanggan, pelanggan dengan perusahaan, No. 7/6/PBI/2005, salah satu bentuk
bahkan pelanggan dengan pelanggan. perlindungan konsumen adalah
Pelanggan saat ini dapat berkomunikasi mengkomunikasikan Transparansi Informasi
dengan perusahaan lewat e-mail, website, Produk Bank.
telepon, ruang chat (obrolan), pusat hubungan, Penelitian Sukarmi dkk. (2009) bertujuan
help- desk dan saluran keluhan pelanggan, dan untuk menentukan strategi komunikasi dengan
termasuk juga korespondensi secara elemen-elemen yang dibutuhkan yaitu
tradisional. Perusahaan perlu memahami dan komunikator, pesan dan media/ channel yang
mengadaptasi perilaku pembelian pelanggan, tepat, sehingga pihak perbankan dapat
informasi apa yang mereka perlukan, dan mengetahui langkah-langkah yang harus
dimana mereka ingin dan berharap untuk diambil dalam program edukasi perbankan.
mendapatkan informasi tersebut. Menurut Faktor yang dilakukan uji analisis adalah
Lupiyoadi (2001), kiat pemasaran penting berdasar teori komunikasi, bahwa keberhasilan
lainnya untuk mengembangkan komunikasi strategi komunikasi ditentukan oleh tiga faktor
yang efektif maka diperlukan mengelola dan utama, yaitu:
mengkoordinasi proses komunikasi. Karena 1. Pesan
jangkauan komunikasi yang luas dari alat dan Informasi diberikan secara singkat,
pesan komunikasi yang tersedia untuk tetapi menurut nasabah perbankan
mencapai target audiens, maka alat dan pesan mudah dipahami. Penggunaan
komunikasi perlu dikoordinasikan. Karena jika bahasa yang tepat dan kesesuaian
tidak, pesan akan menjadi kurang konsisten pesan dengan kenyataan atau
atau tidak efektif lagi. praktik, akan mempengaruhi
Menurut Sukarmi, dkk. (2009), untuk pemahaman nasabah.
mengefektifkan dan mengoptimalkan program 2. Komunikator
Cetak Biru Edukasi Masyarakat di bidang Dalam pelaksanaan komunikasi, hal
perbankan, maka dibutuhkan strategi yang mempengaruhi komunikator
komunikasi yang tepat. Pada pola strategi dalam memberikan informasi
Cetak Biru program tersebut, dalam pola kepada nasabah adalah:
strategi jangka pendek antara lain adalah penguasaan materi, kemampuan
meningkatkan awareness terhadap menjelaskan materi, kemampuan
kelembagaan, produk dan jasa perbankan, hak meyakinkan akan pentingnya
dan kewajiban nasabah, aspek kehati-hatian informasi, dan kesediaan
dalam melakukan transaksi keuangan, serta memberikan waktu tanya jawab.
sarana dan mekanisme pengaduan atau 3. Channel (media)
penyelesaian permasalahan dengan Faktor media terdiri dari:
perbankan merupakan rekomendasi Peraturan interpersonal communication, mass
Bank Indonesia No. 7/7/PBI/2005 Tentang media (televisi, koran, leaflet,
Penyelesaian Pengaduan Nasabah. Dengan poster), media publik (seremonial,
masih banyaknya complain nasabah penyuluhan).
perbankan yang terekspos hampir setiap hari di

288 Jurnal Sains Pemasaran Indonesia


Moment of Truth

Persyaratan personil sebagai komunikator positif seperti pembelian ulang, promosi dari
adalah sebagai berikut (Sukarmi, dkk. 2009): mulut ke mulut dan loyalitas yang meningkat
1. Mempunyai kemampuan serta makin meluasnya pangsa pasar dengan
bersosialisasi. konsumen-konsumen baru. Dampak positif ini
2. Memahami produk dan jasa akan berpengaruh pada meningkatnya kinerja
perbankan serta prosedurnya. perusahaan. Pendapat tersebut sesuai dengan
3. Berpenampilan dan berkepribadian penelitian Anderson (1994); Lam, et. al. (2004),
menarik. yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif
4. Mempunyai keahlian marketing. antara kepuasan konsumen dengan loyalitas
5. Mengetahui kode etik perbankan. yang selanjutnya berpengaruh terhadap
kemampuan laba perusahaan.
Menurut Brock (1998), indikator variabel Tingkat kepuasan adalah fungsi dari
Communication yaitu: perbedaan antara kinerja yang dirasakan
1. Talk candidly. dengan harapan (Kotler, 1997; Lupiyoadi,
2. Need to know. 2001). Dengan demikian, harapan pelanggan
3. Responsive to need for information. melatarbelakangi mengapa dua organisasi
4. Communication is open and honest. pada jenis bisnis yang sama dapat dinilai
berbeda oleh pelanggannya. Dalam konteks
Indikator variabel Kualitas Komunikasi kepuasan pelanggan, umumnya harapan
merujuk hasil penelitian terdahulu yang merupakan perkiraan atau keyakinan
dikembangkan dalam penelitian ini, yaitu pelanggan tentang apa yang akan diterimanya.
sebagai berikut: Harapan mereka dibentuk oleh pengalaman
X5 = Hubungan interaktif. Merujuk penelitian pembelian dahulu, komentar teman dan
Mohr & Speckman kenalannya serta janji dari perusahaan
(1994); Mohd & Kader (2006). tersebut. Harapan-harapan pelanggan ini dari
X6 = Informasi pengaduan nasabah. Merujuk waktu ke waktu berkembang seiring dengan
pandangan Sukarmi semakin bertambahnya pengalaman
(2009); rekomendasi Peraturan Bank pelanggan.
Indonesia No. Menurut Tjiptono (1997) kepuasan
7/7/PBI/2005 Tentang Penyelesaian atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon
Pengaduan Nasabah. pelanggan terhadap evolusi ketidaksesuaian
X7 = Informasi yang terbuka. Merujuk (disconfirmation) yang dirasakan antara
penelitian Brock (1998); harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk
Sukarmi dkk. (2009); rekomendasi yang dirasakan setelah pemakaiannya.
Peraturan Bank Persaingan yang semakin ketat, semakin
Indonesia No. 7/6/PBI/2005 Tentang banyak produsen yang terlibat dalam
Transparansi Informasi pemenuhan kebutuhan dan keinginan
Produk Bank. konsumen, sehingga banyak produsen yang
terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan
Kepuasan Nasabah keinginan konsumen. Hal ini menyebabkan
setiap perusahaan harus menempatkan
Menurut Oliver (1993); Lam et. orientasi pada kepuasan pelanggan sebagai
al.(2004), kepuasan atau ketidakpuasan tujuan utama antara lain dengan semakin
nasabah adalah sebagai respon konsumen banyaknya perusahaan yang menyatakan
terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang komitmen terhadap kepuasan nasabah dalam
dirasakan antara harapan sebelumnya dan pernyataan misi dalam iklan.
kinerja aktual produk setelah pemakaiannya. Buttle (2007), metode pengukuran
Pengaruh dari adanya kepuasan yang kepuasan konsumen disebut ”model
diperoleh konsumen dari layanan yang diskonfirmasi harapan”, yaitu jika konsumen
ditawarkan adalah adanya perilaku-perilaku (menurut persepsi mereka) merasa

Jurnal Sains Pemasaran Indonesia 289


Embun Duriany Soemarso

harapannya telah terpenuhi, maka mereka Harahap dkk. (2006), mengemukakan


merasa puas. Disebut diskonfirmasi negatif, faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan
jika harapan mereka tidak sepenuhnya tercapai dibedakan atas sebelum membeli, saat
dan mereka menjadi tidak puas. Disebut membeli dan setelah membeli. Faktor – faktor
diskonfirmasi positif, jika apa yang mereka sebelum membeli adalah citra/ nama
peroleh melampaui apa yang mereka perusahaan, pengalaman masa lalu, opini
harapkan, konsumen akan menunjukkan reaksi teman – teman, reputasi, lokasi penjualan dan
kegirangan. Para peneliti menemukan publikasi serta harga. Pada saat membeli
fenomena yang disebut ”paradoks kepuasan dipengaruhi oleh: spesifikasi produk, komentar
konsumen”, yaitu harapan konsumen sudah penjual, garansi produk, pelayanan , dukungan
terpenuhi namun mereka balum puas juga. Ini program dan harga. Setelah membeli adalah:
akan terjadi manakala konsumen tersebut kemudahan pemasangan, jasa perbaikan,
memiliki harapan yang rendah atau negatif. klaim dan garansi, keandalan dibandingkan
Menurut Kotler (2008), seorang perusahaan lain.
pelanggan yang puas akan melakukan Menurut Anderson & Srinivasan (2003);
tindakan : Oliver (1997), kepuasan berdasarkan
1. Membeli lagi, pendekatan psikologi adalah keadaan emosi
2. Mengatakan hal-hal positif yang terjadi atas ketidak sesuaian harapan
atau baik tentang konsumen dikaitkan dengan perasaan
perusahaan kepada orang sebelumnya tentang pengalaman konsumen.
lain, Perspektif tersebut adalah inner feeling, bahwa
3. Kurang memperhatikan pengertian kepuasan lebih tepatnya adalah
merek dan iklan evaluasi yang terjadi berupa perasaan surprise
4. Membeli produk lain di yang melekat berdasarkan pengalaman
perusahaan yang sama pemakaian produk. Anderson & Srinivasan
(2003), dalam penelitiannya mengidentifikasi
Menurut Palilati (2004), kepuasan indikator kepuasan yaitu:
konsumen harus mendapat perhatian utama 1. Perasaan puas; 2. Perasaan berbeda; 3.
dan kepuasan konsumen penting bagi Perasaan bijak, arif; 4. Perasaan bangga. 5.
pemasar, mengingat kepuasan merupakan Perasaan tepat, benar; 6. Perasaan nyaman; 7.
determinan utama terhadap pembelian jasa. Perasaan senang.
Indikator yang digunakan untuk mengukur Indikator variabel Kepuasan merujuk
variabel kepuasan pelanggan yaitu : hasil penelitian terdahulu yang dikembangkan
1. Harga: Tingkat bunga tabungan. dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
2. Fungsi pruduk. X8 = Rasa puas penggunaan tabungan
3. Pelayanan. dibanding bank lain. Merujuk
4. Profesionalisme staf. penelitian Anderson & Srinivasan
5. Image/ Citra perusahaan. (2003).
6. Promosi penjualan: Hadiah. X9 = Rasa senang atas pelayanan
tabungan. Merujuk penelitian
Suryanto (2002), mengemukakan Anderson & Srinivasan (2003).
bahwa kepuasan nasabah merupakan X10 = Rasa bangga penggunaan tabungan.
pengalaman sejati atau keseluruhan kesan Merujuk penelitian Anderson &
nasabah atas pengalamannya menggunakan Srinivasan (2003).
jasa perbankan. Variabel kepuasan nasabah
didasarkan pada: (1) Penilaian kepuasan Moment of Truth
terhadap layanan secara keseluruhan; (2) Konsep Moment of Truth
Kepuasan dikaitkan dengan bisnis perbankan diperkenalkan pertama kali pada tahun 1987,
secara umum; yang merupakan perbandingan istilah ini diambil dari bullfighting oleh konsultan
antara harapan dan kenyataan. Inggris Richard Norman (spesialistmin service

290 Jurnal Sains Pemasaran Indonesia


Moment of Truth

marketing) dan kemudian dipopulerkan oleh konsep designing experience (Lawrence,


John Carlos dari SAS (Skandinavian Airline 2007).
System) yang mengutamakan kualitas Setiap perusahaan harus konstan dari
pelayanan. Salah satu misinya yaitu moment to moment of truth. Membutuhkan
“Memberikan pelayanan menurut selera commit pada aktivitas untuk membangun great
dengan senyuman yang bersahabat dan experience dalam setiap aspek, karena
memelihara kontak mata selama transaksi”. seseorang akan mengingat kembali
Hal tersebut untuk mendefinisikan kepentingan pengalamannya, ketika mereka membagi
penciptaan pengalaman pelanggan pada titik alasan untuk bergabung dan tetap bertahan
kritis atau titik pelayanan yang penting. (staging) atau meninggalkan perusahaan.
Kemudian menjadi lebih populer sebagai Dalam pengalaman moment of truth,
“Touch Point” – “A moment of truth being an didasarkan pada kebutuhan proses pertemuan
important touch point”, dan juga antara konsumen, perusahaan dan produk,
menghubungkan konsep critical incident yang dengan evaluasi secara menyeluruh. Hal
sering digunakan dalam service marketing. tersebut merupakan pengungkapan “Just a few
Dengan demikian ada hubungan yang kuat moment” seperti diungkapkan Brian (2006).
antara pelayanan dan database atau customer Menurut Oliver (1997); Hasan (2008),
marketing, dengan anggapan bahwa semua merupakan bagian dari strategi meningkatkan
kebutuhan komunikasi, untuk menciptakan nilai loyalitas dengan “Bahagiakan Pelanggan”,
dalam pekerjaan (Jenkinson, 2006). yaitu :
Moment of truth “engagement” adalah 1. Berusaha untuk memuaskan
suatu peristiwa, kejadian/ pengalaman yang pelanggan menuju customer
istimewa sehingga bernilai (mempunyai nilai delight, customer enthusiasm,
lebih) bagi konsumen. Moment of truth tercipta customer exitement, customer
melalui “engagement” antara karyawan dan ‘wow’.
konsumen dengan membangun komitmen 2. Berjuanglah untuk mencapai
karyawan, dimana karyawan mempunyai tingkat zero defection (tingkat
komitmen pada organisasi untuk menciptakan kesalahan nol) bagi pelanggan,
nilai bagi pelanggan (Monroe, 2007). Moment untuk membahagiakan pelanggan
of Truth dimulai pertama kali dengan kesan dan meraih loyalitas mereka.
pertama, sehingga menimbulkan rasa segan 3. Biasakan untuk selalu
bagi konsumen. Adanya “potensial relationship” menyenangkan pelanggan dengan
yang bergantung pada pengalaman pertama, say greeting (tegur sapa), say
akan menentukan apakah konsumen ingin/ thank’s you (terima kasih), jangan
tidak ingin, untuk bersedia melakukan evaluasi pelit dengan smilling (senyum),
kembali dan akan memutuskan memakai dan tidak perlu risih dengan I am
produk tersebut. Melalui pengalaman pertama sorry (minta maaf) jika salah.
pada moment of truth, merupakan dasar bagi 4. Mengembangkan kedekatan
kebutuhan dan harapan konsumen, dimana dengan pelanggan, membina
konsumen menghitung manfaat dan nilai relasi dengan pelanggan.
sebuah produk (Monroe, 2007); (Lawrence, 5. Mengembangkan budaya yang
2007). memprioritaskan solusi spesifik
Moment of truth (Touch point) adalah dan berfokus pada jalinan
setiap saat bagi pelanggan dan produk/ jasa hubungan pelanggan yang akrab
menawarkan sentuhan “touch”, hasilnya dan langgeng.
berupa good or bad. Moment of truth Merupakan bagian dari moment of
merupakan kesempatan yang telah truth, yaitu membangun kepercayaan. Menurut
memberikan harapan lebih baik untuk Buttle (2004), sikap percaya itu lebih terfokus,
menciptakan loyalitas pelanggan. Pada maksudnya manusia memang memiliki rasa
dasarnya moment of truth mengacu pada yakin dan aman namun perasaan itu terarah

Jurnal Sains Pemasaran Indonesia 291


Embun Duriany Soemarso

pada berbagai hal. Sementara itu, sikap loyalitas mempunyai arti sama dengan
percaya itu lebih tertuju atau terfokus pada hubungan komitmen, yang dalam hal ini
pihak lain. Orang dapat mempercayai dijelaskan sebagai hubungan yang mempunyai
karakteristik-karakteristik tertentu dari orang nilai pasar (Anderson et al., 1998; Lam, et. al.
lain, yaitu mengenai : 2004).
- Kebaikan hatinya, keyakinan bahwa Menurut Lam, et. al. (2004); Yang &
salah satu pihak akan bertindak Peterson (2004), loyalitas pelanggan itu sendiri
demi memuaskan kepentingan pihak dapat digambarkan bagaimana pelanggan
lainnya. merekomendasikan jasa tersebut kepada
- Kejujuran, keyakinan bahwa pihak orang lain dan menggunakan jasa yang
lain pasti dapat ditawarkan berulang-ulang. Loyalitas
dipercaya. pelanggan dapat mempengaruhi kepuasan
-Kompetensi, keyakinan bahwa pihak pelanggan ataupun sebaliknya.
lain memiliki kepakaran yang Pelanggan yang loyal lebih sedikit mau
diperlukan untuk melaksanakan suatu menerima informasi negatif mengenai jasa
pekerjaan atau misi. yang ditawarkan daripada pelanggan yang
Berkembangnya kepercayaan merupakan tidak loyal. Selain itu, pelanggan yang loyal
investasi penting dalam membina hubungan akan selalu puas dengan apa yang ditawarkan
dalam jangka panjang. Jika saling memahami, oleh perusahaan jasa tersebut (Ahluwalia,
risiko dan keraguan akan semakin terkikis. 1999; Lam, et. al., 2004). Loyalitas pelanggan
Variabel Moment of Truth dalam mempunyai pengaruh besar dalam performa
penelitian ini menggambarkan efek memori perusahaan. Konsekuensi dari loyalitas dalam
mengesankan yang membekas dibenak perusahaan jasa mengurangi biaya uji coba
pelanggan dari suatu proses konsumsi atas cara memuaskan pelanggan sehingga dapat
pengalaman penggunaan produk (Lofgren, diperoleh profit yang besar. Jadi, loyalitas
2008). Moment of Truth adalah efek dari pelanggan menjadi rencana strategis dalam
penciptaan positif emotional, karyawan pemasaran (Kotler,1997; Lam, et. al., 2004).
membangun customer experience yang Loyalitas pelanggan berarti
memorable terhadap perusahaan, produk kemampuan perusahaan memposisikan
maupun pelayanan (Lawrence, 2007). produknya di benak pelanggan, dimana
perusahaan berusaha memposisikan
Indikator variabel Moment of Truth pelanggan sebagai mitranya dengan cara
merujuk pandangan para ahli yang memantapkan keyakinan pelanggan, selalu
dikembangkan untuk penelitian ini, yaitu berinteraksi, bila perlu mengembangkan demi
sebagai berikut: kemajuan bersama (Kertajaya, 1999).
X11 = Kepercayaan. Merujuk pandangan Sedangkan yang dimaksud pelanggan yang
Buttle (2004). loyal adalah seseorang yang melakukan
X12 = Efek memori positif. Merujuk pembelian ulang dari perusahaan yang sama,
pandangan Lawrence (2007); Lofgren, memberitahukan ke pelanggan yang lain yang
2008). potensial dari mulut ke mulut dan menjadi
X13 = Kesan kuat yang menyenangkan. penangkal serangan dari pesaingnya (Evan
Merujuk pandangan dan Laskin, 1994).
Oliver (1997); Hasan (2008); Brian Pelanggan yang loyal umumnya akan
(2006); Jenkinson (2006) melanjutkan pembelian merek tersebut
walaupun dihadapkan pada banyak alternatif
Loyalitas Nasabah merek produk pesaing yang menawarkan
karakteristik jasa yang lebih unggul dipandang
Menurut Oliver (1999); Lam, et. al.
dari berbagai sudut atributnya. Bila banyak
(2004), loyalitas nasabah atau customer loyalty
pelanggan dari suatu merek masuk dalam
adalah komitmen pembeli terhadap produk,
jasa, brand ataupun organisasi. Konsep

292 Jurnal Sains Pemasaran Indonesia


Moment of Truth

kategori ini berarti merek tersebut memiliki 4. Loyalitas Tindakan


brand equity yang kuat (Palilati, 2007). Menghubungkan penambahan yang
Dalam mengukur kesetiaan, Zeithaml baik untuk tindakan serta keinginan
et al. (1996) menyatakan dengan beberapa untuk mengatasi kesulitan seperti pada
atribut yaitu : 1) mengatakan hal yang positif tindakan kesetiaan.
tentang perusahaan kepada orang lain; 2)
merekomendasikan perusahaan kepada orang
lain yang meminta saran; 3) Tjiptono (2002) mengemukakan enam indikator
mempertimbangkan bahwa perusahaan yang bisa digunakan untuk mengukur loyalitas
merupakan pilihan pertama dalam melakukan konsumen yaitu 1) Pembelian ulang; 2)
pembelian jasa; 4) melakukan lebih banyak kebiasaan mengkonsumsi merek tersebut; 3)
bisnis atau pembelian dengan perusahaan selalu menyukai merek tersebut; 4) tetap
beberapa tahun mendatang. memilih merek tersebut; 5) yakin bahwa merek
Adapun pendapat dari Oliver (1999) tersebut yang terbaik; 6) merekomendasikan
yang mendefinisikan loyalitas konsumen merek tersebut pada orang lain.
dengan suatu keadaan dimana terdapat Variabel loyal merupakan variabel
komitmen yang kuat dalam pembelian ulang yang menjelaskan tentang niat atau minat
dan penggunaan kembali barang dan jasa untuk berbuat di masa datang (behaviour
perusahaan. Untuk itu terdapat konsep intention). Loyalitas terhadap produk/jasa
loyalitas yang ditawarkan Oliver (1999) perusahaan (merek) didefinisikan sebagai
mengenai tingkat loyalitas konsumen terdiri sikap menyenangi (favourable) terhadap suatu
dari empat tahap yakni : merek, yang direpresentasikan dalam
1. Loyalitas Kognitif pembelian yang konsisten terhadap merek itu
Tahap dimana pengetahuan langsung sepanjang waktu. Pengukuran terhadap
maupun tidak langsung konsumen variabel loyalitas dilakukan dengan pendekatan
akan merek, dan manfaatnya, dan sikap dan perilaku (Palilati, 2004).
dilanjutkan ke pembelian berdasarkan Menurut Dick & Basu (1994),
pada keyakinan akan superioritas yang konsumen yang benar-benar loyal adalah yang
ditawarkan. Pada tahap ini dasar tinggi frekuensi pembelian ulangnya dan
kesetiaan adalah informasi tentang menunjukkan sikap setia yang tinggi. Tingginya
produk atau jasa yang tersedia bagi frekuensi pembelian ulang tetapi tidak disertai
konsumen. sikap setia yang kuat tidak mencerminkan
2. Loyalitas Afektif kesetiaan. Situasi itu mungkin menunjukkan
Sikap favorable konsumen terhadap sikap konsumen yang apatis, enggan beralih
merek yang merupakan hasil dari karena terlalu tinggi risiko, ongkos atau tidak
konfirmasi yang berulang dari peduli. Kesetiaan laten akan terjadi manakala
harapannya selama tahap cognitively konsumen menunjukkan sikap setia yang kuat,
loyalty berlangsung. Pada tahap ini namun jarang membeli produk itu. Mungkin
dasar kesetiaannya adalah pada sikap kondisi tersebut terkait dengan kemudahan
dan komitmen konsumen terhadap mengakses atau mendapatkannya.
produk dan jasa sehingga pada tahap Berdasarkan penelitian Dimitriades
ini telah terbentuk suatu hubungan (2006), indikator yang digunakan untuk
yang lebih mendalam antara mengukur variabel loyalitas pelanggan yaitu :
konsumen dengan penyedia produk  Toleransi tinggi
atau jasa dibandingkan pada tahap Kesediaan bekerja sama sebagai niat untuk
sebelumnya. mencapai tujuan bersama dan juga keinginan
3. Loyalitas Konatif konsumen untuk membantu perusahaan
Intensi membeli ulang sangat kuat dan (Palilati, 2004).
memiliki keterlibatan tinggi yang  Tambahan
merupakan dorongan motivasi.

Jurnal Sains Pemasaran Indonesia 293


Embun Duriany Soemarso

Nasabah yang loyal akan senantiasa produk/menikmati layanan (Woodruff,


menambah jumlah tabungannya serta membeli 1997; Mujiharjo, 2006). Butz da
produk-produk lainnya pada bank yang sama Goodstein (1996) mengemukakan nilai
jika membutuhkan produk atau jasa perbankan. pelanggan sebagai ikatan emosional
 Kesetiaan yang terbentuk antara pelanggan dengan
Perilaku pembelian kembali oleh nasabah. produsen, setelah pelanggan
Berdasarkan penelitian Palilati (2004), menggunakan suatu produk atau jasa
konstruk Loyalitas Nasabah diukur dengan penting yang diproduksi (ditawarkan) oleh
menggunakan lima indikator yaitu : 1. produsen dan menemukan produk atau
Komitmen untuk membeli produk ataun jasa jasa tersebut memberikan suatu
bank (Beli); 2. Memberikan rekomendasi tambahan nilai (Mujiharjo, 2006).
kepada orang lain (Rekomen); 3. Akan Moment of Truth menekankan
menabung lebih banyak (Tambahan); 4. Akan pada mendesain sumberdaya manusia,
menceritakan hal-hal yang positif tentang produk atau service untuk “Win at
perusahaan (Cerita); 5. Kesediaan nasabah moment of truth”. Karyawan pada kondisi
(Sedia) untuk menerima bunga rendah dan Moment of Truth akan memberikan
atau biaya yang tinggi (beban biaya). service atau pelayanan untuk
Indikator variabel Loyalitas Nasabah menciptakan great experience yang ideal,
dalam penelitian ini merujuk hasil penelitian experience akan menciptakan identitas
terdahulu, yaitu sebagai berikut: dan komitmen, pada saat keduanya
X14 = Komitment membeli produk jasa bertemu dalam bisnis (Lawrence 2007).
bank. Merujuk penelitian Palilati Konsep “Moment of Truth” juga
(2004); Dimitriades (2006); Zeithaml diterapkan pada organisasi sebagai
et al. (1996). “Winning with employee” , yang berarti
X15 = Merekomendasikan kepada orang bagaimana karyawan memberikan
lain. Merujuk penelitian Palilati pelayanan yang menarik atau yang
(2004); Zeithaml et al. (1996); terbaik pada konsumen sehingga
pandangan Tjiptono (2002). konsumen mempunyai service
X16 = Akan menabung lebih banyak. Merujuk experience (experience marketing) yang
penelitian Palilati (2004); Dimitriades mamorable, baik pada perusahaan,
(2006); Zeithaml et al. (1996). produk, maupun service sebagai
X17 = Toleransi tinggi. Merujuk penelitian “Winning brand and winning with employ
Palilati (2004); Dimitriades (2006). to built customer experience” (Lawrence,
2007).
Hubungan Persepsi Nilai dan Moment of Oleh karena itu, ketika
Truth persepsi nilai dan moment of truth
muncul dalam satu kesatuan akan
Konsep nilai pelanggan menciptakan great experience yang
(customer value) memberikan gambaran ideal. Dengan kata lain, persepsi nilai
tentang pelanggan suatu perusahaan, dan moment of truth secara langsung
mempertimbangkan apa yang mereka mengarahkan perilaku pada ikatan
inginkan, dan percaya bahwa mereka emosional yang akan membangun dan
memperoleh manfaat dari suatu produk. memberikan great experience yang
Nilai pelanggan merupakan persepsi ideal, sehingga dapat menciptakan
pelanggan tentang keseluruhan efek memori yang membekas dibenak
penilaian, yang menggambarkan sebuah pelanggan (Lawrence, 2007).
perbandingan antara kualitas atau Berdasarkan uraian yang
keuntungan yang mereka rasakan dalam didukung oleh beberapa hasil
produk/ layanan dengan pengorbanan penelitian diatas, maka hipotesa yang
yang mereka rasakan ketika membayar diajukan sebagai berikut :

294 Jurnal Sains Pemasaran Indonesia


Moment of Truth

H1 : Persepsi Nilai berpengaruh great experience yang ideal. Sehingga


positif terhadap Moment of akan menciptakan identitas dan
Truth. komitmen berupa efek memori
mengesankan yang membekas dibenak
Hubungan Kualitas Komunikasi dan pelanggan, pada saat interaksi dalam
Moment of Truth bisnis (Lawrence 2007).
Oleh karena itu, ketika kualitas
Menurut Buttle (2007), komunikasi dan Moment of truth muncul
perusahaan dapat menciptakan nilai dalam satu kesatuan maka nasabah akan
pelanggan dari strategi komunikasi untuk mendapatkan pelayanan terbaik dari
membangun komunikasi secara bank, dan dapat berpengaruh pada
multilateral, seperti perusahaan dengan reputasi bank. Dengan kata lain, Kualitas
pelanggan, pelanggan dengan Komunikasi dan Moment of Truth akan
perusahaan, bahkan pelanggan dengan memberikan dukungan terhadap
pelanggan. Berdasarkan penelitian keberhasilan tujuan bank, untuk semakin
Sukarmi dkk. (2009), sumber pemberi memperkuat loyalitas nasabah terhadap
informasi (komunkator) yang paling bank (Lawrence, 2007; Mohd & Kader,
dominan dalam pelaksanaan komunikasi 2006; Sukarmi dkk., 2009).
tentang hak nasabah adalah bank. Hak Berdasarkan uraian yang
nasabah berkaitan dengan informasi yang didukung oleh beberapa hasil
tujuannya adalah memberikan penelitian diatas, maka hipotesa yang
pemahaman mengenai: 1. Manfaat diajukan sebagai berikut :
produk – risiko produk; 2. Aspek kehati- H2 : Kualitas Komunikasi
hatian dalam melakukan transaksi berpengaruh positif terhadap
keuangan; 3. Sarana pengaduan dan Moment of Truth.
mekanisme penyelesaian sengketa Hubungan Kepuasan dan Moment of Truth
dengan bank. Dalam pelaksanaan
komunikasi tentang hak nasabah, faktor- Kotler (2000); Oliver (1993); Palilati
faktor yang mempengaruhi komunikator ( 2007), menyatakan bahwa kepuasan
dalam memberikan informasi kepada pelanggan adalah tingkat perasaan
nasabah yaitu : seseorang setelah membandingkan
1. Penguasaan materi, antara kinerja yang dirasakan
kemampuan meyakinkan, dibandingkan dengan harapannya.
kemampuan menjelaskan Mujiharjo (2006), menyatakan bahwa
materi. kepuasan pelanggan merupakan suatu
2. Penyampaian singkat dan darah kehidupan setiap perusahaan,
mudah dipahami, sehingga kepuasan pelanggan
penggunaan bahasa yang merupakan salah satu elemen penting
tepat dan kesesuaian pesan. dalam peningkatan upaya membangun
3. Faktor media terdiri dari kepercayaan dan citra perusahaan.
interpersonal Menurut Palilati (2004), kepuasan
communication, mass media konsumen harus mendapat perhatian
dan media publik. utama dan kepuasan konsumen penting
Moment of Truth menekankan bagi pemasar, mengingat kepuasan
pada mendesain sumberdaya manusia, merupakan determinan utama terhadap
produk atau service untuk “Win at pembelian jasa.
moment of truth”. Pada kondisi Moment of Pelanggan yang senang dan puas
Truth akan memberikan efek memori atas cenderung akan berperilaku positif.
service atau pelayanan dalam interaksi Kepuasan tinggi atau kesenangan
komunikasi, yang dapat memberikan menciptakan kelekatan emosional

Jurnal Sains Pemasaran Indonesia 295


Embun Duriany Soemarso

terhadap merek. Hasilnya adalah penciptaan efek memori mengesankan


kesetiaan pelanggan yang tinggi, tidak yang akan membekas dibenak
ingin pindah, yang bergerak dinamis nasabah berdasarkan pengalaman
mengikuti harapan-harapan yang terbaik dari bank pada setiap
berkembang di benak konsumen kepentingan operasional produk,
(Palilati, 2004). interaksi dan transaksi nasabah
Menurut Lofgren (2008), suatu dengan bank. Selanjutnya Kepuasan
pendekatan sistem konsumsi (A dan Moment of Truth akan
consumption system approach) in the memberikan dukungan untuk semakin
context of loyalty, overall customer memperkuat loyalitas nasabah
satisfaction has been one of the key terhadap bank (Palilati, 2004;
global constructs predicting consumer Lawrence, 2007; Lofgren 2008).
behavior for decades (Garbarino & Berdasarkan uraian yang
Johnson, 1999; Fornell, 1992). Lofgren didukung oleh beberapa hasil
(2008), studi empiris difokuskan pada penelitian diatas, maka hipotesa yang
customer satisfaction in the first and diajukan sebagai berikut :
second moments of truth can be H3 : Kepuasan berpengaruh positif
operationalized in a consumption terhadap Moment of Truth.
system approach. Menurut Thompson
et.al. (2005), pengalaman penggunaan Hubungan Moment of Truth dan Loyalitas
produk mempengaruhi persepsi Nasabah
tentang kemampuan dan penggunaan
produk tersebut dari waktu ke waktu, Menurut Jenkinson (2006),
pengalaman penggunaan produk loyalitas pelanggan dicapai melalui
mengubah prioritas-prioritas yang akumulasi kualitas pengalaman,
mendasari alasan pokok konsumen. “Moment of truth by moment of truth”.
Kepuasan pelanggan dapat berubah Meningkatnya loyalitas pelanggan
karena perubahan-perubahan persepsi maka akan meningkatkan profitabilitas
dari pembelian dan pemakaian produk perusahaan. Menurut Lawrence
akan berpengaruh pada moment of (2007), Moment of Truth merupakan
truth, dapat diterapkan dengan kesempatan yang telah memberikan
pendekatan sistem konsumsi (Lofgren, efek memori mengesankan untuk
2008). Untuk menciptakan Moment of menciptakan loyalitas pelanggan. Pada
Truth, maka dalam bekerja harus dasarnya Moment of truth mengacu
dengan cinta untuk menciptakan pada konsep efek memori dari great
“engagement”, yang mana dimasa experience.
yang akan datang pelanggan akan Penciptaan pengalaman
mempunyai keinginan/ hasrat untuk keakuratan (truth) pada semua
“commit” & “recommit”, yang interaksi bisnis antara perusahaan
mempunyai kekuatan untuk merubah dengan pelanggan akan menciptakan
segala sesuatu melalui bagaimana positif emotional experiences yang
pengalaman yang bagus dapat dapat menciptakan loyalitas pelanggan
dirasakan lagi, menimbulkan (Jenkinson, 2006). Oleh karena itu
penciptaan efek memori yang kepentingan dari loyalitas dapat
membekas dibenak pelanggan dicapai dengan mengatur life time
(Lawrence, 2007). hubungan dengan pelanggan dan
Oleh karena itu, ketika fokus pada titik kritis atau titik penting
kepuasan dan Moment of Truth muncul (populer sebagai Touch Point) pada
dalam setiap interaksi antara nasabah setiap interaksi yang memberikan
dan bank, maka akan terjadi penciptaan efek memori yang

296 Jurnal Sains Pemasaran Indonesia


Moment of Truth

membekas dibenak pelanggan atas Kepuasan menyeluruh dapat


pengalaman istimewa yang bernilai timbul karena adanya pengalaman
(Moment of Truth), (Jenkinson, 2006) . bertransaksi dengan suatu perusahaan
Berdasarkan uraian yang yang menurut evaluasi telah
didukung oleh beberapa hasil memberikan kepuasan atau pelayanan
penelitian diatas, maka hipotesa yang terbaik sehingga memberikan reaksi
diajukan sebagai berikut : positif bagi pembelinya. Reaksi positif
H4 : Moment of truth berpengaruh dari kepuasan dapat berupa
positif terhadap Loyalitas ketergantungan (Garbarino dan
Nasabah. Johnson, 1999).
Menurut Tjiptono (2002)
Hubungan Persepsi Nilai dan Loyalitas terciptanya kepuasan dapat
Nasabah memberikan beberapa manfaat
Palilati (2007), hasil penelitiannya diantaranya hubungan antara
menunjukkan bahwa terdapat perusahaan dan pelanggan menjadi
hubungan langsung yang signifikan harmonis, memberi dasar bagi
dan positif antara nilai dengan loyalitas pembelian ulang dan menciptakan
nasabah kepada bank tempat loyalitas pelanggan serta rekomendasi
menabung. Konsumen lebih dari mulut ke mulut yang
menekankan kepada benefit atau menguntungkan perusahaan. Menurut
kualitas yang diterima nasabah dari Kotler (2008), hubungan antara
suatu jasa atau produk sebagai nilai kepuasan dan loyalitas adalah saat
yang paling penting (diinginkan) dari dimana konsumen mencapai tingkat
pada uang yang harus diberikan, atau kepuasan tertinggi yang menimbulkan
dapat dikatakan harga kurang penting ikatan emosi yang kuat dan komitmen
dari pada kualitas atau feature (seperti jangka panjang dengan merek
kepercayaan, kecepatan atau perusahaan.
kenyamanan). Menurut Assael (1995);
Rusdarti (2004), hasil Anderson & Srinivasan (2003); Yang &
penelitiannya menunjukkan Nilai Peterson (2004), kepuasan pelanggan
Pelanggan berpengaruh positif dan merupakan salah satu elemen penting
signifikan terhadap loyalitas nasabah. dalam peningkatan upaya menciptakan
Nilai Pelanggan berperan dalam upaya loyalitas pelanggan. Kepuasan yang
untuk mendukung kelancaran proses dirasakan oleh pelanggan dapat
pembentukan loyalitas nasabah. meningkatkan intensitas pembelian
Yang & Peterson (2004), hasil dari pelanggan tersebut. Sehingga
penelitiannya menunjukkan bahwa dengan terciptanya tingkat kepuasan
perceived value dan customer loyalty pelanggan yang optimal, maka
memiliki hubungan yang kuat dan mendorong terciptanya loyalitas di
signifikan. benak pelanggan yang merasa puas
Berdasarkan uraian yang tadi. Menurut Fornell (1992); kepuasan
didukung oleh beberapa hasil pelanggan mempengaruhi perilaku
penelitian diatas, maka hipotesis yang membeli, dimana pelanggan yang
diajukan sebagai berikut : puas cenderung menjadi pelanggan
H5 : Persepsi nilai berpengaruh yang loyal, namun pelanggan yang
positif terhadap Loyalitas loyal tidak perlu puas. Menurut
Nasabah. Kartajaya (1999), Loyalitas berarti
Hubungan Kepuasan dan Loyalitas kemampuan perusahaan
Nasabah memposisikan produknya di benak
pelanggan, dimana perusahaan

Jurnal Sains Pemasaran Indonesia 297


Embun Duriany Soemarso

berusaha menganggap pelanggan Accidental Sampling (Convenience Sampling)


sebagai mitranya dengan cara dan Purposive Sampling (Judgment Sampling).
memantapkan keyakinan pelanggan, Accidental Sampling merupakan metode
selalu berinteraksi, bila perlu sampling yang memilih sampel dari responden
mengembangkan, demi kemajuan yang paling mudah dijumpai dan diakses.
bersama. Purposive Sampling adalah metode sampling
Berdasarkan uraian yang yang memilih responden yang terseleksi oleh
didukung oleh beberapa hasil peneliti berdasarkan ciri-ciri khusus yang
penelitian diatas, maka hipotesis yang dimiliki sampel tersebut yang dipandang
diajukan sebagai berikut : mempunyai sangkut paut yang erat dengan
H6 : Kepuasan berpengaruh positif sifat populasi yang sudah dikatahui
terhadap Loyalitas Nasabah. sebelumnya. Batasan-batasan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai
METODE PENELITIAN berikut :
Populasi dan Sampel  Nasabah Tabungan Taplus Bank
Populasi dalam penelitian ini adalah Negara Indonesia Cabang UNDIP
seluruh jumlah nasabah Taplus Bank Negara Tembalang, Semarang. Nasabah
Indonesia Cabang UNDIP Tembalang - tersebut telah menjadi penabung
Semarang. minimal selama dua tahun.
Sesuai dengan alat analisis yang akan  Nasabah Tabungan tersebut dipilih
digunakan yaitu Structural Equation Modelling secara acak terdiri dari pengguna
(SEM) maka penentuan jumlah sampel produk Tabungan Taplus BNI Cabang
minimum yang representatif menurut Hair et al. UNDIP Tembalang, Semarang.
(1998) adalah 5 responden untuk tiap indikator
(jumlah indikator dikalikan lima). Jumlah Metode Pengumpulan Data
sampel minimum untuk penelitian ini adalah Metode pengumpulan data primer
sebagai berikut : yang dilakukan dalam penelitian ini
Ukuran Sampel Minimum = jumlah untuk memperoleh data yang
indikator x 5 diperlukan adalah dengan
= 17x 5 menggunakan kuesioner yang berisi
= 85 daftar pertanyaan tertutup dan terbuka,
orang responden yang disampaikan langsung kepada
Maka pada penelitian ini sampel yang responden.
digunakan adalah 102 responden nasabah
Taplus BNI Cabang UNDIP Tembalang –
Semarang, didapat dari 6 x 17 untuk Teknik Analisis
menghindari data yang menyimpang dan Teknik analisis yang digunakan dalam
sesuai dengan prosedur estimasi Maximum penelitian ini adalah Structural Equation Model
Likehood Estimation (MLE), bahwa minimum (SEM) yang dioperasikan melalui program
sampel yang dianjurkan adalah berkisar 100 – AMOS 16.0 dalam model dan pengkajian
200 responden. hipotesis. Permodelan penelitian melalui SEM
Teknik Pengambilan Sampel memungkinkan seorang peneliti dapat
Teknik penarikan sampel yang menjawab pertanyaan penelitian yang bersifat
digunakan dalam penelitian ini dengan regresif maupun dimensional (Ferdinand,
pendekatan nonprobability sampling yaitu 2006). SEM juga dapat mengidentifikasi
pemilihan sampel didasarkan pada dimensi-dimensi sebuah konsep atau konstruk
pertimbangan subyektif yang dipandang dan pada saat yang sama SEM juga dapat
mempunyai hubungan erat dengan sifat dari mengukur pengaruh atau derajat hubungan
populasi. Jenis atau Metode Sampling yang faktor yang akan diidentifikasikan dimensi-
digunakan merupakan kombinasi dari dimensinya.

298 Jurnal Sains Pemasaran Indonesia


Moment of Truth

Tabel 2
ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN Hasil Uji Regression Weight
HIPOTESIS Model Penuh
Analisis selanjutnya adalah analisis
Structural Equation Model (SEM) secara Full Estimate S.E. C.R. P Label
Model yang dimaksudkan untuk menguji model Moment Persepsi_
dan hipotesis yang dikembangkan dalam of_ <---
Nilai
.612 .174 3.516 *** par_1
Truth
penelitian ini. Pengujian model dalam Moment
<---
Kualitas_
.241 .103 2.339 .019 par_2
of_ Komunikasi
Structural Equation Model dilakukan dengan Truth
Moment
dua pengujian, yaitu uji kesesuaian model dan of_ <--- Kepuasan -.134 .148 -.905 .366 par_3
uji signifikansi kausalitas melalui uji koefisien Truth
Loyalitas_
<---
Moment
.493 .124 3.980 *** par_4
regresi. Hasil pengolahan data untuk analisis Nasabah of_Truth
Loyalitas_ Persepsi_
SEM terlihat pada Tabel sebagai berikut : Nasabah
<---
Nilai
.212 .157 1.349 .177 par_19

Loyalitas_
<--- Kepuasan .442 .114 3.871 *** par_20
Tabel 1 Nasabah

Hasil Pengujian Kelayakan Model X4 <---


Persepsi_
Nilai
1.000
Model Penuh Persepsi_
X3 <--- .982 .117 8.364 *** par_5
Nilai
Goodness Cut-off Hasil Evaluasi X2 <---
Persepsi_
1.055 .141 7.491 *** par_6
of Fit Value Olah model Nilai
Index Data Persepsi_
X1 <--- 1.024 .134 7.666 *** par_7
Chi-Square <135,480 84,411 Baik Nilai
Probability >0,05 0,967 Baik Kualitas_
X7 <--- 1.000
Komunikasi
RMSEA ≤0,08 0,000 Baik
Kualitas_
X6 <--- .822 .079 10.340 *** par_8
GFI 0,90≤GFI 0,913 Baik Komunikasi
<1,0 Kualitas_
X5 <--- .834 .084 9.895 *** par_9
AGFI 0,90≤AGFI 0,878 Marjinal Komunikasi
<1,0
X10 <--- Kepuasan 1.000
CMIN/DF <2,00 0,767 Baik
TLI 0,95≤ TLI 1,036 Marjinal X9 <--- Kepuasan 1.039 .109 9.504 *** par_10
<1,0
CFI 0,95≤ CFI 1,000 Baik X8 <--- Kepuasan 1.071 .109 9.806 *** par_11
<1,0
Sumber: data primer yang diolah, 2010 X11 <---
Moment
of_Truth
1.000

Moment
X12 <--- .948 .127 7.462 *** par_12
of_Truth
Hasil pengolahan dalam analisis faktor X13 <---
Moment
.788 .111 7.098 *** par_13
of_Truth
konfirmatori terhadap keseluruhan model Loyalitas_
menunjukkan bahwa semua indikator yang X14 <---
Nasabah
1.000

digunakan untuk membentuk model penelitian X15 <---


Loyalitas_
.822 .113 7.262 *** par_14
Nasabah
ini telah memenuhi kriteria-kriteria dalam
Loyalitas_
goodness of fit (tabel 4.32). Semua nilai X16 <---
Nasabah
.836 .106 7.905 *** par_15
goodness of fit yang ditunjukkan pada kolom X17 <---
Loyalitas_
.609 .117 5.208 *** par_16
hasil olah data telah memenuhi sebagian besar Nasabah

syarat dimana nilai-nilai tersebut masuk dalam


rentang nilai persyaratan yang ditunjukkan
dalam kolom cut of value. Dengan demikian Sumber: data primer yang diolah, 2010
berarti konstruk-konstruk yang digunakan untuk
membentuk sebuah model penelitian telah Dari hasil analisis (tabel 4.33) untuk
memenuhi kriteria kelayakan sebuah model. keseluruhan model dalam uji konfirmatori
penelitian ini, maka dapat dilihat terdapat dua
variabel yang memiliki loading factor yang tidak
signifikan karena tidak memenuhi syarat nilai

Jurnal Sains Pemasaran Indonesia 299


Embun Duriany Soemarso

critical ratio 1,96 yaitu variabel kepuasan kepuasan maka semakin tinggi moment of
terhadap moment of truth (CR –0,905) dan truth. Berdasarkan hasil dari pengolahan data
variabel persepsi nilai terhadap loyalitas diketahui bahwa nilai C.R (Critical Ratio) untuk
nasabah (CR 1,349). Sedangkan yang lainnya pengaruh antara kepuasan dengan moment of
bahwa setiap dimensi dari variabel memiliki truth adalah sebesar – 0,905 dengan nilai P
nilai loading faktor atau regression weight (Probability) sebesar 0,366. Kedua nilai ini
estimate yang signifikan dengan nilai critical menunjukkan hasil yang tidak memenuhi
ratio 1,96. syarat, yaitu dibawah 1,96 untuk C.R (Critical
Ratio) dan diatas 0,05 untuk nilai P
Pengujian Hipotesis 1 (Probability). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesis 3 pada penelitian ini tidak
Hipotesis 1 pada penelitian ini dapat diterima (ditolak).
adalah persepsi nilai berpengaruh positif
terhadap moment of truth, sehingga semakin Pengujian Hipotesis 4
tinggi persepsi nilai, maka semakin tinggi
moment of truth. Berdasarkan data dari hasil Hipotesis 4 pada penelitian ini adalah
pengolahan data diketahui bahwa nilai C.R moment of truth berpengaruh positif terhadap
(Critical Ratio) untuk pengaruh antara variabel loyalitas nasabah, sehingga semakin tinggi
persepsi nilai terhadap moment of truth seperti moment of truth maka semakin tinggi loyalitas
terlihat pada Tabel 4.38 adalah sebesar 3,516 nasabah. Berdasarkan hasil dari pengolahan
dengan nilai P (Probability) sebesar 0,000. data diketahui bahwa nilai C.R (Critical Ratio)
Kedua nilai ini menunjukkan hasil yang untuk pengaruh antara moment of truth
memenuhi syarat, yaitu diatas 1,96 untuk C.R dengan loyalitas nasabah adalah sebesar
(Critical Ratio) dan dibawah 0.05 untuk nilai P 3,980 dengan nilai P (Probability) sebesar
(Probability). Sehingga dapat disimpulkan 0,000. Kedua nilai ini menunjukkan hasil yang
bahwa hipotesis 1 pada penelitian ini dapat memenuhi syarat, yaitu diatas 1,96 untuk C.R
diterima. (Critical Ratio) dan dibawah 0,05 untuk nilai P
(Probability). Sehingga dapat disimpulkan
Pengujian Hipotesis 2 bahwa hipotesis 4 pada penelitian ini dapat
diterima.
Hipotesis 2 pada penelitian ini adalah
kualitas komunikasi berpengaruh positif Pengujian Hipotesis 5
terhadap moment of truth, sehingga semakin
tinggi kualitas komunikasi maka semakin tinggi Hipotesis 5 pada penelitian ini adalah
moment of truth . Berdasarkan hasil dari persepsi nilai berpengaruh positif terhadap
pengolahan data diketahui bahwa nilai C.R loyalitas nasabah, sehingga semakin tinggi
(Critical Ratio) untuk hubungan antara kualitas persepsi nilai maka semakin tinggi loyalitas
komunikasi dengan moment of truth adalah nasabah. Berdasarkan hasil dari pengolahan
sebesar 2,339 dengan nilai P (Probability) data diketahui bahwa nilai C.R (Critical Ratio)
sebesar 0,019. Kedua nilai ini menunjukkan untuk pengaruh antara persepsi nilai dengan
hasil yang memenuhi syarat, yaitu di atas 1,96 loyalitas nasabah adalah sebesar 1,349
untuk C.R (Critical Ratio) dan dibawah 0,05 dengan nilai P (Probability) sebesar 0,177.
untuk nilai P (Probability). Sehingga dapat Kedua nilai ini menunjukkan hasil yang tidak
disimpulkan bahwa hipotesis 2 pada penelitian memenuhi syarat, yaitu dibawah 1,96 untuk
ini dapat diterima. C.R (Critical Ratio) dan diatas 0,05 untuk nilai
P (Probability). Sehingga dapat disimpulkan
Pengujian Hipotesis 3 bahwa hipotesis 5 pada penelitian ini tidak
dapat diterima (ditolak).
Hipotesis 3 pada penelitian ini adalah
kepuasan berpengaruh positif terhadap
moment of truth , sehingga semakin tinggi

300 Jurnal Sains Pemasaran Indonesia


Moment of Truth

Pengujian Hipotesis 6 Kesimpulan hipotesis 3


H3 : Kepuasan berpengaruh positif terhadap
Hipotesis 6 pada penelitian ini adalah moment of truth.
kepuasan berpengaruh positif terhadap Berdasarkan penelitian yang telah
loyalitas nasabah, sehingga semakin tinggi dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3
kepuasan maka semakin tinggi loyalitas yaitu: “Kepuasan berpengaruh positif terhadap
nasabah. Berdasarkan hasil dari pengolahan moment of truth ” tidak dapat diterima. Hal ini
data diketahui bahwa nilai C.R (Critical Ratio) menunjukkan bahwa hipotesis 3 tersebut tidak
untuk pengaruh antara kepuasan dengan sesuai dengan data empiris dalam penelitian
loyalitas nasabah adalah sebesar 3,871 ini. Dari hasil pengujian hipotesis diketahui pula
dengan nilai P (Probability) sebesar 0,000. Kepuasan justru berpengaruh negatif terhadap
Kedua nilai ini menunjukkan hasil yang Moment of Truth yang ditunjukkan dengan
memenuhi syarat, yaitu diatas 1,96 untuk C.R angka estimasi Standardized Regression
(Critical Ratio) dan dibawah 0,05 untuk nilai P Weight sebesar – 0,15 (pada gambar 4.7 atau
(Probability). Sehingga dapat disimpulkan lampiran). Hal ini dapat disimpulkan bahwa
bahwa hipotesis 6 pada penelitian ini dapat hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini
diterima. tidak memiliki kesamaan dengan penelitian
terdahulu, seperti penelitian Lofgren (2008);
KESIMPULAN HIPOTESIS PENELITIAN Lawrence (2007). Adanya hipotesis yang tidak
Kesimpulan Hipotesis 1 diterima ini dapat disebabkan karena
H1 : Persepsi nilai berpengaruh positif dimungkinkan adanya responden yang kurang
terhadap moment of truth. serius dalam mengisi kuesioner. Disamping itu
Berdasarkan penelitian yang telah juga adanya responden yang memiliki
dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 beberapa rekening bank lain, sehingga dari
yaitu: “Persepsi nilai berpengaruh positif pertanyaan rasa senang atas pelayanan
terhadap moment of truth” dapat diterima. Hal tabungan terdapat beberapa jawaban: biasa
ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang saja karena bank lain juga memberikan
dibangun dalam penelitian ini memiliki pelayanan yang sama.
kesamaan dan memperkuat justifikasi Kesimpulan Hipotesis 4
penelitian terdahulu, seperti penelitian H4 : Moment of truth berpengaruh positif
Woodruff (1997); dan Lawrence (2007). terhadap loyalitas nasabah.
Kesimpulan ini menunjukkan bahwa hipotesis 1 Berdasarkan penelitian yang telah
telah mendapatkan justifikasi dukungan secara dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis 4
empiris, sehingga dapat diaplikasikan. yaitu: “Moment of truth berpengaruh positif
Kesimpulan Hipotesis 2 terhadap loyalitas nasabah” dapat diterima. Hal
H2 : Kualitas komunikasi berpengaruh positif ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
terhadap moment of truth. dibangun dalam penelitian ini memiliki
Berdasarkan penelitian yang telah kesamaan dan memperkuat justifikasi
dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 penelitian terdahulu, seperti penelitian
yaitu: “Kualitas komunikasi berpengaruh positif Jenkinson (2006); Lawrence (2007).
terhadap moment of truth ” dapat diterima. Hal Kesimpulan ini menunjukkan bahwa hipotesis 4
ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang telah mendapatkan justifikasi dukungan secara
dibangun dalam penelitian ini memiliki empiris, sehingga dapat diaplikasikan.
kesamaan dan memperkuat justifikasi Kesimpulan Hipotesis 5
penelitian terdahulu, seperti penelitian Mohd & H5 : Persepsi nilai berpengaruh positif
Kader (2006); Lawrence (2007); Sukarmi dkk., terhadap loyalitas nasabah.
(2009). Kesimpulan ini menunjukkan bahwa Berdasarkan penelitian yang telah
hipotesis 2 telah mendapatkan justifikasi dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis 5
dukungan secara empiris, sehingga dapat yaitu: “Persepsi nilai berpengaruh positif
diaplikasikan. terhadap loyalitas nasabah” tidak dapat

Jurnal Sains Pemasaran Indonesia 301


Embun Duriany Soemarso

diterima. Meskipun variabel Persepsi Nilai memperkuat justifikasi penelitian terdahulu


berpengaruh positif terhadap Loyalitas seperti penelitian Yang & Peterson (2004);
Nasabah, namun pengaruhnya tidak signifikan. Anderson & Srinivasan (2003). Kesimpulan ini
Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 5 menunjukkan bahwa hipotesis 6 telah
tersebut tidak sesuai dengan data empiris mendapatkan justifikasi dukungan secara
dalam penelitian ini. Dapat disimpulkan bahwa empiris, sehingga dapat diaplikasikan.
hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini
tidak memiliki kesamaan dengan penelitian KESIMPULAN MASALAH PENELITIAN
terdahulu yang menjadi rujukan, seperti Berdasarkan proses yang
penelitian Palilati (2007); Rusdarti (2004); Yang dikembangkan dalam penelitian ini, diperoleh
& Peterson (2004). Kondisi ini merupakan diskripsi jawaban permasalahan penelitian dan
suatu temuan bahwa Persepsi Nilai telah mendapat justifikasi melalui pengujian
berpengaruh positif tetapi tidaklah cukup untuk dengan Structural Equation Model (SEM).
mewujudkan Loyalitas Nasabah tabungan Maka dapat disimpulkan jawaban dari enam
Taplus, sehingga ada kemungkinan variabel- pertanyaan penelitian yang diajukan dalam Bab
variabel lain yang berkontribusi kuat namun I, yaitu sebagai berikut:
belum terungkap dalam penelitian ini. 1. Terdapat pengaruh positif dan
Disamping itu adanya hipotesis yang tidak signifikan pada Persepsi Nilai
diterima ini dapat disebabkan karena terhadap Moment of Truth.
dimungkinkan adanya responden yang kurang 2. Terdapat pengaruh positif dan
serius dalam mengisi kuesioner. Juga signifikan pada Kualitas Komunikasi
dimungkinkan adanya responden yang memiliki terhadap Moment of Truth.
beberapa rekening bank lain, sehingga dapat 3. Terdapat pengaruh negatif dan tidak
terjadi perubahan kondisi, bahwa Persepsi signifikan pada Kepuasan terhadap
Nilai yang tinggi bukan berarti loyal, karena Moment of Truth.
bank lain menawarkan lebih kompetitif. 4. Terdapat pengaruh positif dan
Kesimpulan Hipotesis 6 signifikan pada Moment of Truth
H6 : Kepuasan berpengaruh positif terhadap terhadap Loyalitas Nasabah.
loyalitas nasabah. 5. Terdapat pengaruh positif dan tidak
Berdasarkan penelitian yang telah signifikan pada Persepsi Nilai
dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis 6 terhadap Loyalitas Nasabah.
yaitu: “Kepuasan berpengaruh positif terhadap 6. Terdapat pengaruh positif dan
loyalitas nasabah” dapat diterima. Hal ini dapat signifikan pada Kepuasan terhadap
disimpulkan bahwa hipotesis yang dibangun Loyalitas Nasabah.
dalam penelitian ini memiliki kesamaan dan

IMPLIKASI TEORITIS
Tabel 3
Implikasi Teoritis

Penelitian Terdahulu Penelitian Sekarang Implikasi Teoritis

Model konseptual dari - Penelitian ini berusaha untuk Studi ini memperkuat
Woodroff (1997); mengidentifikasi faktor-faktor penelitian Woodroff (1997);
Lawrence (2007). yang dapat mempengaruhi dan Lawrence (2007), bahwa
Indikator Persepsi Nilai hubungan Persepsi Nilai penelitian tentang pengaruh
dikembangkan dari terhadap Moment of Truth. Persepsi Nilai terhadap
Rusdarti (2004); Afif & - Hipotesis 1 pada penelitian ini Moment of Truth, telah
Astuti (2009). Indikator adalah “Persepsi Nilai mendapat justifikasi dukungan
Moment of Truth berpengaruh positif terhadap secara empiris. Sehingga

302 Jurnal Sains Pemasaran Indonesia


Moment of Truth

dikembangkan dari Moment of Truth”, dapat hasil penelitian rujukan dan


Buttle (2004); terbukti dan diterima. penelitian ini dapat
Lawrence (2007); - Persepsi Nilai dan Moment of diaplikasikan pada persoalan-
Lofgren (2008); Oliver Truth secara langsung persoalan yang sama.
(1997); Brian (2006); mengarahkan perilaku pada
Jenkinson (2006). ikatan emosional yang akan
membangun dan
memberikan great
experience yang ideal,
sehingga dapat menciptakan
efek memori yang
membekas dibenak
pelanggan.

Model konseptual dari - Penelitian ini berusaha untuk Studi ini memperkuat
Mohd & Kader (2006); mengidentifikasi faktor-faktor penelitian Mohd & Kader
Lawrence (2007); yang dapat mempengaruhi (2006); Lawrence (2007);
Sukarmi dkk (2009). hubungan Kualitas Sukarmi dkk (2009), bahwa
Indikator Kualitas Komunikasi terhadap penelitian tentang pengaruh
Komunikasi Moment of Truth. Kualitas Komunikasi terhadap
dikembangkan dari - Hipotesis 2 pada penelitian ini Moment of Truth, telah
Mohr & Specman adalah “Kualitas Komunikasi mendapat justifikasi dukungan
(1994); Mohd & Kader berpengaruh positif terhadap secara empiris. Sehingga
(2006); Sukarmi dkk. Moment of Truth”, dapat hasil penelitian rujukan dan
(2009); Brock (1998); terbukti dan diterima. penelitian ini dapat
Peraturan Bank - Pada kondisi Moment of Truth diaplikasikan pada persoalan-
Indonesia akan memberikan efek persoalan yang sama.
No.7/6/PBI/2005 dan memori atas service atau
No. 7/7/PBI/2005. pelayanan dalam interaksi
komunikasi, yang dapat
memberikan great
experience yang ideal.
Sehingga akan menciptakan
identitas dan komitmen
berupa efek memori
mengesankan yang
membekas dibenak
pelanggan.

Model konseptual dari - Penelitian ini berusaha untuk Hasil studi ini tidak
Lawrence (2007); mengidentifikasi faktor-faktor mendukung penelitian
Lofgren (2008). yang dapat mempengaruhi terdahulu yang telah dipilih
Indikator Kepuasan hubungan Kepuasan sebagai rujukan yaitu
dikembangkan dari terhadap Moment of Truth. Lawrence (2007); Lofgren
Anderson & Srinivasan - Hipotesis 3 pada penelitian ini (2008). Adanya hipotesis yang
(2003). adalah“Kepuasan tidak diterima ini dapat
berpengaruh positif terhadap disebabkan karena
Moment of Truth”, tidak dimungkinkan adanya
terbukti dan ditolak. responden yang kurang serius
Jurnal Sains Pemasaran Indonesia 303
Embun Duriany Soemarso

.- Kepuasan tidak signifikan dalam mengisi kuesioner.


dalam mempengaruhi Disamping itu juga adanya
Moment of Truth pada beberapa responden yang
nasabah tabungan Taplus. memiliki rekening bank lain,
sehingga dari pertanyaan rasa
senang atas pelayanan
tabungan terdapat beberapa
jawaban: biasa saja karena
bank lain juga memberikan
pelayanan yang sama. Oleh
karena itu perlu penelitian
lebih lanjut tentang pengaruh
Kepuasan terhadap Moment
of Truth, guna mengungkap
aspek-aspek yang belum
dibahas pada penelitian ini.

Model konseptual dari - Penelitian ini berusaha untuk Studi ini memperkuat
Jenkinson (2006); mengidentifikasi faktor-faktor penelitian Jenkinson (2006);
Lawrence (2007). yang dapat mempengaruhi Lawrence (2007), bahwa
Indikator Moment of hubungan Moment of Truth penelitian tentang pengaruh
Truth dikembangkan terhadap Loyalitas Nasabah. Moment of Truth terhadap
dari Buttle (2004); - Hipotesis 4 pada penelitian Loyalitas Nasabah, telah
Lawrence (2007); ini adalah “Moment of Truth mendapatkan justifikasi
Lofgren (2008); Oliver berpengaruh positif terhadap dukungan secara empiris.
(1997); Brian (2006); Loyalitas Nasabah”, dapat Sehingga hasil penelitian
Jenkinson (2006). terbukti dan diterima.. rujukan dan penelitian ini
Indikator Loyalitas - Hasil ini menunjukkan dapat diaplikasikan pada
Nasabah keterkaitan antara Moment of persoalan-persoalan yang
dikembangkan dari Truth terhadap Loyalitas sama.
Palilati (2004); Nasabah. Moment of Truth
Dimitriades (2006); merupakan kesempatan yang
Zeithaml et. al (1996). memberikan efek memori
mengesankan untuk
menciptakan Loyalitas
Nasabah.

Model konseptual dari - Penelitian ini berusaha untuk Hasil studi ini tidak
Palilati (2007); Rusdarti mengidentifikasi faktor-faktor mendukung penelitian
(2004); Yang & yang dapat mempengaruhi terdahulu sebagai rujukan
Peterson (2004). hubungan Persepsi Nilai yaitu Palilati (2007); Rusdarti
Indikator Persepsi Nilai terhadap Loyalitas Nasabah. (2004); Yang & Peterson
dikembangkan dari - Hipotesis 5 pada penelitian ini (2004). Adanya hipotesis yang
Rusdarti (2004); Afif & adalah “Persepsi Nilai tidak diterima ini dapat
Astuti (2009). Indikator berpengaruh positif terhadap disebabkan karena
Loyalitas Nasabah Loyalitas Nasabah”, tidak dimungkinkan adanya
dikembangkan dari terbukti dan ditolak. responden yang kurang serius
Palilati (2004); - Persepsi Nilai tidak signifikan dalam mengisi kuesioner.
Dimitriades (2006); dalam mempengaruhi Juga dimungkinka adanya

304 Jurnal Sains Pemasaran Indonesia


Moment of Truth

Zeithaml et. al (1996). Loyalitas Nasabah tabungan responden yang memiliki


Taplus. beberapa rekening bank lain,
sehingga dapat terjadi
perubahan kondisi, bahwa
Persepsi Nilai yang tinggi
bukan berarti loyal, karena
bank lain menawarkan lebih
kompetitif. Oleh karena itu
perlu penelitian lebih lanjut
tentang pengaruh Persepsi
Nilai terhadap Loyalitas
Nasabah, guna mengungkap
aspek-aspek yang belum
dibahas pada penelitian ini.
Model konseptual dari - Penelitian ini mengidentifikasi Studi ini memperkuat
Yang & Peterson faktor-faktor yang dapat penelitian Yang & Peterson
(2004); Anderson & mempengaruhi hubungan (2004); Anderson &
Srinivasan (2003). Kepuasan terhadap Srinivasan (2003), bahwa
Indikator Kepuasan Loyalitas Nasabah. pengaruh Kepuasan terhadap
dikembangkan dari - Hipotesis 6 pada penelitian ini Loyalitas Nasabah, telah
Anderson & Srinivasan adalah “Kepuasan mendapatkan justifikasi
(2003). berpengaruh positif terhadap dukungan secara empiris.
Loyalitas Nasabah”,dapat Sehingga hasil penelitian
terbukti dan diterima. rujukan dan penelitian ini
- Hasil ini menunjukkan dapat diaplikasikan pada
keterkaitan antara Kepuasan persoalan-persoalan yang
terhadap Loyalitas Nasabah. sama.
Dengan terciptanya tingkat
kepuasan nasabah yang
optimal, maka mendorong
terciptanya loyalitas nasabah.

Sumber: Data primer yang diolah dan dikembangkan untuk tesis ini, 2010

Implikasi Managerial
Tabel 5.2
Implikasi Manajerial

No Variabel Customer Needs and Saran/Kebijakan Prioritas


Wants
1 Persepsi Nilai 1
(X1) Nilai fungsi Dapat memenuhi Berdasarkan tabel Karena
produk. kebutuhan transaksi 4..35, variabel Persepsi pengaruh
kemanapun dan Nilai dicerminkan oleh Persepsi
apapun dengan nilai fungsi produk Nilai
aman, misalnya sebesar 0,76 maka: terhadap
untuk membayar  Pihak manajemen Moment of
berbagai kewajiban bank harus lebih Truth
seperti listrik, PAM, berusaha sebesar
Telepon dll. mengembangkan 0,59;

Jurnal Sains Pemasaran Indonesia 305


Embun Duriany Soemarso

Tersedianya fasilitas manfaat produk


ATM, sewaktu-waktu tabungan dengan Maka
butuh uang cash bisa jaminan keamanan prioritas
diambil setiap saat. atas transaksi yang dilakukan
Tidak dibebani biaya dilakukan nasabah. terhadap
(X2) Nilai administrasi yang Sebab dengan semua
pelayanan mahal. tersedianya ATM indikator
nampaknya juga dari
diikuti terjadinya variabel
kejahatan ciber Persepsi
crime. Biaya Nilai tanpa
administrasi membeda-
Nasabah diberikan diusahakan untuk kan antar
pelayanan yang diseimbangkan indikator
memadai, sehingga dengan tingkat
nasabah merasa bunga tabungan
nyaman. Dapat yang diberlakukan.
mengganti Pin
sewaktu-waktu
dengan pelayanan Berdasarkan tabel
(X3) Nilai karyawan petugas yang ramah. 4..35, variabel Persepsi
Cabangnya banyak Nilai dicerminkan oleh
memudahkan nilai pelayanan sebesar
jangkauan transaksi. 0,74 maka:
Satpamnya siap  Pihak manajemen
membukakan pintu harus lebih
dan membantu memahami
nasabah. Ruang keinginan nasabah
tunggu antrian atas pelayanan
nyaman. yang diberikan,
agar nasabah
merasa nyaman.
Ruang tunggu
antrian dengan
Profesionalisme penataan tempat
karyawan dalam duduk diusahakan
melaksanakan tugas senantiasa
pekerjaannya. dievaluasi dan
Petugas terampil diperbaiki.
sehingga proses Disediakan alat
pelayanan cepat tulis dan tempat
(X4) Nilai citra namun tetap menjaga khusus untuk
keramahan. Petugas menyampaikan
melayani dengan saran.
senang hati sesuai
kebutuhan nasabah.
Petugas harus Berdasarkan tabel
senantiasa 4..35, variabel Persepsi
menjalankan Nilai dicerminkan oleh
pekerjaannya dengan nilai karyawan sebesar

306 Jurnal Sains Pemasaran Indonesia


Moment of Truth

benar, tidak 0,83 maka:


melakukan  Pihak manajemen
kesalahan. senantiasa
menjaga
profesionalisme
karyawan dengan
melakukan
evaluasi dan
pembekalan terus
menerus dalam
teknis menjalankan
pekerjaannya.
Misalnya dalam
menghitung uang
dengan mesin
Bank yang citranya sebaiknya
baik akan dilakukan dari dua
memberikan rasa sisi untuk
tenang (tidak mengantisipasi
khawatir) bagi para adanya uang yang
nasabahnya. Sebagai tidak utuh.
bank pemerintah Mengingat petugas
diharapkan tidak bank dituntut
mengalami masalah memiliki ketahanan
dalam segala konsentrasi tinggi
kegiatan dengan
operasionalnya. kemungkinan-
kemungkinan
terjadinya risiko
kesalahan maupun
risiko kecurangan,
maka dibutuhkan
pembekalan terus
menerus untuk
mengendalikan
personal risk
dengan berbagai
pendekatan
(prinsip etika,
etiket, ESQ-
emotional spiritual
intelegensia, dll)

Berdasarkan tabel
4..35, variabel Persepsi
Nilai dicerminkan oleh
nilai citra sebesar 0,78
maka:
 Pihak manajemen

Jurnal Sains Pemasaran Indonesia 307


Embun Duriany Soemarso

senantiasa
berusaha menjaga
citra sebagai bank
yang baik dan
sehat dengan
senantiasa
mengendalikan
seluruh lini
operasional bank
agar tidak terjadi
risiko kesalahan
dalam bentuk
apapun.

2 Moment of Truth 2
(X11) Kepercayaan Nasabah memiliki
Berdasarkan tabel Karena
rasa percaya
4..35, variabel Moment pengaruh
terhadap tabungan of Truth dicerminkan Moment of
Taplus. Merasa amanoleh kepercayaan Truth
dalam menyimpan sebesar 0,82 maka: terhadap
dananya karena
 Pihak manajemen Loyalitas
sebagai bank senantiasa Nasabah
Pemerintah ada menjaga sebesar
penjaminan dari LPS. kepercayaan 0,46;
Merasa aman karena nasabah sebagai Maka
tidak pernah bank Pemerintah. Prioritas
mengalami masalah Bila terjadi kasus dilakukan
dalam transaksi. menyangkut terhadap
Merasa percaya operasional bank semua
(X12) Efek memori karena adanya dalam bentuk indikator
positif kemudahan dalam kesalahan dari
transaksi dengan pencatatan atas Moment of
tersedianya ATM transaksi nasabah, Truth
dilokasi yang uang hilang lewat tanpa
menyebar sedekat ATM, uang hilang membeda-
mungkin daridi internet banking, kan antar
jangkauan nasabah. uang rusak di ATM, indikator
adanya fraud
karyawan bank
yang diekspose di
media, tentunya
akan
mempengaruhi
(X13) Kesan kuat Nasabah memiliki efek kepercayaan
yang efek memori positif pada nasabah
menyenangkan yang membekas bank.
dibenak nasabah
terhadap tabungan Berdasarkan tabel
Taplus atas

308 Jurnal Sains Pemasaran Indonesia


Moment of Truth

keramahan, 4..35, variabel Moment


kesopanan karyawan of Truth dicerminkan
dan kenyamanan oleh efek memori
dalam bertransaksi. positif sebesar 0,78
Pada saat melayani maka:
ATM hilang, petugas  Pihak manajemen
bank dengan halus, berusaha
ramah melayani dan membangun efek
memberi informasi memori yang
dengan baik. mengesankan
nasabah atas
operasional
produk, pelayanan
dan fasilitas yang
dirasakan
nasabah. Dengan
Nasabah merasakan selalu merespon
kesan kuat yang dengan cepat dan
menyenangkan tuntas adanya
terhadap tabungan keluhan nasabah,
Taplus, atas dijaga agar
keramahan petugas, nasabah tidak
kemudahan merasa kecewa
transaksi, yang akan
ketersediaan fasilitas berlanjut ke surat
ATM, petugas pembaca media
satpam yang selalu publikasi yang
siap membantu, dapat berakibat
informasi diberikan reputation risk.
secara jelas. Adapun
hal yang tidak Berdasarkan tabel
menyenangkan yaitu: 4..35, variabel Moment
adanya beban biaya of Truth dicerminkan
administrasi bulanan, oleh kesan kuat yang
mesin ATM kadang menyenangkan
tidak ada dananya sebesar 0,70 maka:
sehingga tidak bisa  Pihak manajemen
dipakai. berusaha
membangun kesan
kuat yang lebih
menyenangkan
dengan
meningkatkan
teknis-teknis
pelayanan
dibanding bank
pesaing, biaya
administrasi
bulanan
disesuaikan

Jurnal Sains Pemasaran Indonesia 309


Embun Duriany Soemarso

dengan bunga
yang diberlakukan.
Mesin ATM
senantiasa dijaga
ketersediaan
dananya..

3 Kepuasan 3
(X8) Rasa puas Nasabah merasa Berdasarkan tabel Karena
penggunaan puas atas 4..35, variabel pengaruh
tabungan dibanding penggunaan Kepuasan dicerminkan Kepuasan
bank lain tabungan Taplus oleh rasa puas terhadap
dibanding bank lain, penggunaan tabungan Loyalitas
karena tidak pernah dibanding bank lain Nasabah
mengalami masalah, sebesar 0,86 maka: sebesar
ATM berada dilokasi  Pihak manajemen 0,45;
yang menyebar berusaha
sehingga mengikuti Maka
(X9) Rasa senang memudahkan perkembangan prioritas
atas pelayanan dijangkau nasabah. produk bankdilakukan
tabungan Kemungkinan kecil pesaing., termasuk terhadap
terjadi kebangkrutan. juga pelayanannya, semua
fasilitasnya danindikator
teknis operasional dari
produk tabungan. variabel
kepuasan
Menunjukkan rasa tanpa
senang nasabah atas Berdasarkan tabel membeda-
pelayanan tabungan 4..35, variabel kan antar
Taplus, karena begitu Kepuasan dicerminkan indikator
masuk pintu sudah oleh rasa senang atas
disambut dengan pelayanan tabungan
ramah, diberi salam sebesar 0,85 maka:
(X10) Rasa bangga dan menanyakan  Pihak manajemen
penggunaan kebutuhan yang berusaha
tabungan diperlukan, kemudian meningkatkan
ditunjukkan sesuai pelayanan
kepentingan tabungan Taplus
nasabah. yang dapat
Pelayanannya sangat menyebabkan rasa
ramah. Adanya senang nasabah.,
fasilitas ATM yang dengan senantiasa
sangat membantu mengikuti
memenuhi kebutuhan perkembangan
penarikan dana pelayanan bank
setiap saat. pesaing.
Mengupayakan
agar nasabah
bersedia memberi
masukan dengan

310 Jurnal Sains Pemasaran Indonesia


Moment of Truth

menyediakan
Rasa bangga fasilitas
nasabah atas penyampaiannya
penggunaan secara mudah dan
tabungan Taplus, praktis. Kemudian
karena merupakan menginventaris
bank Pemerintah untuk dievaluasi.
yang kokoh &
terpercaya, dijamin
keamanannya. Berdasarkan tabel
4..35, variabel
Kepuasan dicerminkan
oleh rasa bangga
penggunaan tabungan
sebesar 0,82 maka:
 Pihak manajemen
berusaha
membangun
upaya-upaya yang
dapat
menimbulkan rasa
bangga nasabah
atas penggunaan
tabungan Taplus,
dengan senantiasa
mengantisipasi
keamanan fasilitas
transaksi seperti
ATM, ketersediaan
dana di ATM harus
selalu dijaga
jangan sampai
terjadi
keterlambatan
pengisian yang
menyebabkan
terjadinya
kekosongan dana.
Slogan BNI
Melayani Negeri
Kebanggaan
Bangsa merupakan
bagian dari
Corporate Culture
masih kurang
familiar dibenak
nasabah, sehingga
diperlukan upaya
sosialisasinya agar
dapat melekat

Jurnal Sains Pemasaran Indonesia 311


Embun Duriany Soemarso

dibenak nasabah.
Senantiasa
mengikuti
perkembangan
fasilitas bank
pesaing sebab
nasabah merasa
fasilitas tabungan
tidak jauh beda
dengan bank lain,
misalnya disertai
asuransi jiwa.

Sumber: Hasil olah data yang dikembangkan untuk tesis ini, 2010

KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui faktor-faktor yang membentuk AGENDA PENELITIAN MENDATANG
Moment of Truth yang dapat berpengaruh Penelitian ini mengenai Analisis
pada peningkatan Loyalitas Nasabah tabungan Moment of Truth untuk meningkatkan Loyalitas
Taplus. Namun dari hasil pembahasan dan Nasabah pada nasabah tabungan Taplus,
pengujian model penelitian serta dibandingkan masih dapat dikembangkan lebih lanjut pada
dengan dasar teori yang digunakan, maka penelitian mendatang, yaitu dapat
dapat diungkapkan beberapa keterbatasan dari dikemukakan sebagai berikut:
penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Berdasarkan keterbatasan yang telah
1. Pada uji kelayakan full model - Structural didiskripsikan, maka penelitian ini
Equation Model (SEM) (Tabel 4.32), ada memungkinkan untuk dikembangkan
beberapa kriteria goodness of fit yang lebih lanjut. Penelitian mendatang
marjinal yaitu AGFI sebesar 0,878 dan diharapkan dapat mengungkap hal-hal
TLI sebesar 1,036. Hal ini menunjukkan yang belum terjawab dalam penelitian
bahwa model masih perlu ini, sehingga akan dapat lebih
penyempurnaan lebih lanjut. melengkapi hasil temuan penelitian.

2. Pada hasil uji hipotesis terdapat dua 2. Disarankan untuk lebih teliti dan
kesimpulan hipotesis yang berbeda berhati-hati bagi peneliti yang akan
dengan penelitian rujukan, namun meneliti pengaruh variabel Kepuasan
dalam penelitian ini belum mengungkap terhadap Moment of Truth; dan
faktor penyebab perbedaan tersebut pengaruh variabel Persepsi Nilai
secara menyeluruh. Adanya hipotesis terhadap Loyalitas Nasabah, karena
yang tidak diterima ini dapat disebabkan adanya kemungkinan memperoleh
kemungkinan adanya beberapa hasil yang bertentangan dengan
responden yang kurang serius dalam penelitian-penelitian rujukan.
mengisi kuesioner. Disamping itu
dimungkinkan adanya pernyataan dan
pertanyaan dalam kuesioner yang tidak
dimengerti responden karena
DAFTAR REFERENSI
membutuhkan pemahaman tentang
pelayanan perbankan secara detail
Afiff, Adi Zakaria & Astuti, Refelly Dewi. 2009.
sehingga jawaban responden kurang
“The Addition of Spiritual Dimension on
fokus dan kurang tepat.
Customer Value, Customer

312 Jurnal Sains Pemasaran Indonesia


Moment of Truth

Satisfaction and behavior Intention on Cohen, D., & Gan, C., & Hwa, H. A. Y., &
Islamic Bank Saving Products in Chong, E., 2007. “Customer Retention
Indonesia”. Asean Marketing Journal, by banks in New Zealand”. Banks
Vol. 1, No. 1, Juni. and Banks Systems, ABI/INFORM
Ahluwalia, Rohini, & H. Rao Unnava, & Robert, Global, 2, 1.
Burnakrant. 1999. “Towards Dharmesta, Basu Swasta. 1999. “Loyalitas
Understanding The Value of a Loyal Pelanggan: Sebuah Kajian konseptual
Customer: An Information – Sebagai panduan Bagi Peneliti”.
Processing Perspective Report”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Marketing Science Institute Indonesia, Vol. 14, No. 3.
Cambridge, MA, No. 99 – 116. Dick, A. S., & Basu, K., 1994. “Customer
Anderson, E. W., & Sullivan, Mary, W., 1993. Loyalty: Towards and Integrated
“The Antecedents and Consequences Framework”. Academy of Marketing
of Customer Satisfaction for Firms”. Science Journal, Vol 22 (2), pp. 99 –
Marketing Science, 12 (12): 125 – 113.
143.
Anderson, E. W., 1994. “Cross Category Dimitriades, Zoe S. 2006. ”Customer
Variation in Customer Satisfaction and Satisfaction, Loyalty and Commitment
Retention”. Marketing Letters, Vol. 5, in Service Organizations”.
Winter, pp. 19 – 30. Management Research News
Anderson, James C., & Narus J. A., 1998. Journal, Vol. 29, No.12, pp. 782-800.
“Bussines Marketing: Understand What Dodds, William, B., & Kent, B. Monroe, &
Customers Value”. Havard Business Dhruv, Grewal. 1991. “Effects of Price,
Review, 76 (6), 53 – 61. Brand and Store Information on Buyers’
Anderson, Rolph E., & Srinivasan, Srini S., Product Evaluation”. Journal of
2003. “E-Satisfaction and E-Loyalty: A Marketing Research, 28 (3), 307.
Contingency Framework”. Evans, Joel, R., & Laskin, Richard, L., 1994.
Psychology & Marketing, Februari, “The Relationship Marketing Process A
Vol. 20 (2). Conceptualization and Application”.
Assael, H., 1995. “Consumer Behavior and Industrial Marketing Management.
Marketing Action, 5 th. Ed. Cincinnati Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian
O. H.”. South – Western College Manajemen. Edisi 2, Badan Penerbit
Publishing. Universitas Diponegoro, Semarang.
Bitran, Gabriel & Hoch Johanes, 1990. ”The Ferdinand, Augusty. 2005. Structural
Humanization of Service: Respect at Equation Modelling Dalam
the Moment of Truth, Sloan Penelitian Manajemen. Edisi 4,
Managemen Review”. ABI/ INFORM Badan Penerbit Universitas
Global, 31, 2, Winter. Diponegoro, Semarang.
Brock, Smith, J., 1998. ”Buyer – Seller Fornell, C., 1992. “A Natioanal Customer
Relationships: Similarity, relationship Satisfaction Barometer: The Swedish
Management and Quality”. Psyhology Experience”. Journal of Marketing ,
& Marketing, ABI/ INFORM Global, 56, 6 – 21.
Jan; 15, 1. Fritz, Robert & Bodaken. 2007. ”The
Buttle, Francis. 2007. Customer Relationship Managerial Moment of Truth: The
Management. Bayumedia Publishing. Essential Step in Helping People
Chan, Syafrudin. 2003. Relationship Improve Performance”. Journal of
Marketing: Inovasi Pemasaran yang Applied Management and
Membuat Pelanggan Bertekuk Lutut. Interpreneurship, ABI/ INFORM
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Global, Vol. 12, No. 1.

Jurnal Sains Pemasaran Indonesia 313


Embun Duriany Soemarso

Garbarino, Ellen, & Johson, Mark, S., 1999. Strategy Management, ABI/ INFORM
“The Defferent Roles of Satisfaction, Global, 13. 4, July.
Trust and Commitment in Customer Kertajaya, Hermawan, 1999. Marketing Plus
relationship”. Journal of Marketing , 2000: Siasat Memenangkan
ABI/INFORM Global, April, 63, 2. Persaingan Global. PT. Gramedia
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Pustaka Utama, Jakarta.
Multivariate Dengan Program SPSS. Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran.
Badan Penerbit Universitas Salemba Empat, Jakarta.
Diponegoro, Semarang. Kotler, Philip. 2000. Marketing Management.
Ghozali, Imam. 2008. Model Persamaan Millennium Edition, Prentice Hall
Struktural Konsep & Aplikasi International , Inc. New Jersey.
Dengan Program AMOS 16,0. Badan Kotler, Philip, et al. 2004. Manajemen
Penerbit Universitas Diponegoro, Pemasaran Perspektif Asia. Edisi 3,
Semarang. PT. Indeks, Jakarta.
Griffin, Ricky W., & Ronald, J. Ebert, 1996. Kotler, Philip. 2008. Manajemen Pemasaran.
Business. Fourth ed., Prentice Hall, Jilid I, Edisi 12, PT Macanan Jaya
New Jersey. Cemerlang, Jakarta.
Hair, J. F., & Anderson, R. E., & Tatham, R. L., Lam, Shun Yi, & Shankar, Venkatesh, &
& Black, W. C. 1998. Multivariate Erramilli, M Krishna Bvsan Murthy. 2004.
Data Analysis. Fifth ed., Prentice “Customer Value, Satisfaction, Loyalty,
Hall, New Jersey. and Switching Cost: An Illustration From
Hair, J. F., & Black, W. C., & Babin, Barry, J., & a Business-to-Business Service
Anderson, R. E., & Tatham, R. L., Context”. Academy of Marketing
2006. Multivariate Data Analysis. Science Journal, Vol 32.
Sixth ed., Prentice Hall, New Jersey. Lawrence. 2007. ”Winning at Imployee Moment
of Truth, Through HR Product &
Harahap, Sofyan S., & Nasution, M. Nur, & Service”. Organizational
Harahap, Ramlan. 2006. “Kepuasan Development Journal ,ABI/ INFORM
pelanggan Pada Bank Islam Studi Global, Vol. 25, No. 2, Summer.
Kasus Suatu Bank Islam di Indonesia”.
Media Riset Bisnis & Manajemen, Lofgren, Martin. 2008. ”Customer Satisfaction
Vol. 6, N0. 2, Agustus. in the First and Second Moment of
Hasan, Ali. 2008. Marketing. Media Truth”. Journal of Product & Brand
Pressindo, Yogyakarta. Management, Vol. 17, No. 7.
Hengen, William. 1998. ”Managing Moment of Lupiyoadi, Rambat. 2001. Manajemen
Truth, Management Review”. ABI/ Pemasaran Jasa: Teori dan Praktik.
INFORM Global, 87, 8, September. Edisi Pertama. Salemba Empat,
Hunt, Shelby. 1976. “ The Nature and Scope of Jakarta.
Marketing”. Journal of Marketing, Juli, Meredith, Brian. 2006. ”Just a Few Moment (of
40, 17 – 28. Truth)”. NZ Business, ABI/ INFORM
Indarjo, Mispan. 2002. “Proses Pengembangan Trade & Industry, 20, 7, August.
Komitmen Hubungan Pemasaran Mohan, T., & Mc Gregor, H., & Strano, Z.,
Jangka Panjang”. Jurnal Sains 1992. Communicating Theory and
Pemasaran Indonesia , September , Practice. 3 nd Edition, Harcourt &
Vol. 1, No. 2. Company, Australia.
Jenkinson, Angus. 2006. ”Do Organizations Mohd, Norizan, Kassim, & Kader, Abdel,
Now Understand The Importance of Mohammed, AA., 2006. “The Influence
information in Providing Excellent of Attraction on Internet Banking: An
Customer Experience”. Journal of Extension to The Trust – Relationship
Database Marketing & Customer Commitment Model”. International

314 Jurnal Sains Pemasaran Indonesia


Moment of Truth

Journal of Bank Marketing, Vol. 24, Financial services, Vol. 3, No. 4,


No. 6. Januari – March.
Mohr, J., & Speckman, R., 1994. Palilati, Alida. 2004. Pengaruh Tingkat
“Characteristics of Partnership Success: Kepuasan Terhadap Loyalitas
Partnership Attributes, Communication Nasabah Tabungan Perbankan di
Behavior, and Conflic Resolution Wilayah Etnik Bugis. Jurnal Analisis,
techniques”. Strategic Management Vol 1, No. 2, Maret.
Journal, 15, 135 – 152. Palilati, Alida. 2007. “Pengaruh nilai
Mohr, J., & Fisher, Robert, J., & Nevin, John, Pelanggan, Kepuasan Terhadap
R., 1996. “Collaborative, Communication Loyalitas Nasabah Tabungan
in Interfirm Relationship: Moderating Perbankan Di Sulawesi Selatan”.
Effects of Integration and Control”. Jurnal Manajemen dan
Journal of Marketing, Vol. 60, July, 103 Kewirausahaan, Vol. 9, No.1, Maret.
– 115. Parasuraman, A., & Zeithaml, Valarie A., &
Monroe, Teryline. 2007. ”Devining The Moment Berry, Leonard L. 1994. “Reassesment
of Truth in Your Organization, Strategic of Expectations as a Comparison
Communication management”. Standard in Measuring Service Quality:
Strategic Communication Implications for Further Research”.
Management, ABI/ INFORM Global, Journal of Marketing, Vol. 58,
11, 5, August/ Sept. January.
Mujiharjo, Bagyo. 2006. “Analisis Faktor-Faktor Rusdarti. 2004. “Pengaruh Kualitas Pelayanan
Yang Mempengaruhi Kepuasan Dan Nilai Pelayanan Terhadap Loyalitas
Pelanggan Dan Pengaruhnya Terhadap Nasabah Pada Bank BPD Jawa Tengah
Loyalitas Pelanggan”. Jurnal Sains Cabang Semarang”. Jurnal Bisnis
Pemasaran Inonesia, Volume V, Strategi, Vol 13, Juli.
September. Sasono, Eko. 2006. “Analisis Faktor-Faktor
Oliver, Richard. 1993. “Cognitive, Affective, Yang Menentukan kepuasan Pelanggan
and Atribute Bases of The Satisfaction”. dan Pengaruhnya Terhadap Loyalitas
Journal of Consumer Research, 20 Pelanggan bank Syariah (Study Empiris
(3), 451 – 466. pada Bank syariah di Jawa Tengah dan
Oliver, Richard. 1997. “ Satisfaction A DI Yogyakarta)”. Jurnal Sains
Behavioral Perspective on the Pemasaran Indonesia, Vol. V, No. 3,
Consumer”. New York: The Mc Graw Desember.
hill Companies, Inc. Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Bisnis.
Oliver, Richard. 1993. “Whence Customer CV Alvabeta, Bandung.
Loyalty”. Journal of Marketing, 63, 33 Sukarmi & Azizah, Siti & Hamidah, Siti. 2009.
– 44. “Strategi Komunikasi Dalam Rangka
Othman, Abdul, Qawi & Owen, Lynn. 2001. Meningkatkan Kesadaran Tentang Hak
“Adopting and Measuring Customer Hak Nasabah Perbankan Di Jawa
Service Quality (SQ) in Islamic Banks: A Timur”. Lembaga Riset Perbankan
Case Study in Kuwait Finance House”. Daerah – Universitas Brawijaya.
International Journal of Islamic Tjiptono, Fandy. 1997. Manajemen Jasa. Edisi
Financial Services, Vol. 3, No. 1, April – kedua. Andi Offset, Yogyakarta.
June. Utami, Anggit & Aryani, Y Anni. 2004.
Othman, Abdul, Qawi & Owen, Lynn. 2002. “Pengaruh Faktor-Faktor Kualitas Jasa
“The Multi Dimensionality of CARTER Terhadap Kepuasan Nasabah (Study
Model to Measure Customer Service Kasus di Bank Syariah mandiri Cabang
Quality (SQ) in Islamic Banking Industry: Surakarta)”. Jurnal Akuntansi &
A Study in Kuwait Finance House”. Bisnis, Vol. 4, No. 1, Pebruari.
International Journal of Islamic

Jurnal Sains Pemasaran Indonesia 315


Embun Duriany Soemarso

Woodruff, Robert B., 1997. “Customer Value:


The Next Source for Competitive
Adventage”. Journal of Marketing
Science, Vol. 25, p. 139 – 153.
Yang, Zhilin, & Peterson, Robin, T., 2004.
“Customer Perceived Value,
Satisfaction, and Loyalty: The Role of
Switching Costs”. Psychology and
Marketing Journal, Vol. 21, No. 10.

Zeithaml, V. A., & Berry, L. L., & Parasuraman,


A., 1996. “The Behavioral
Consequences of Service quality”.
Journal of Marketing , 60, 31 – 46.
Zeithaml, V. A., & Mary J. Bitner, 1996.
Services Marketing. The Mc Graw Hill
Companies.

316 Jurnal Sains Pemasaran Indonesia

Anda mungkin juga menyukai