Anda di halaman 1dari 88

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, CITRA PERUSAHAAN,

KEPERCAYAAN DAN KEPUASAN TERHADAP

LOYALITAS NASABAH

( STUDI KASUS PADA NASABAH BANK BRI CABANG SRAGEN )

Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Melengkapi Syarat-syarat Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :
MUHAMAD ISMAIL PRABOWO
F1207566

S1 NON REGULER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada masa perekonomian yang telah masuk dalam era globalisasi,

dimana sebagai pelaku bisnis merasakan adanya persaingan bisnis yang

semakin ketat. Sudah menjadi kewajiban pelaku bisnis untuk mendapatkan

keunggulan bersaing sehingga dapat memenangkan persaingan tersebut,

pelaku bisnis wajib memperhatikan pengaruh dari kepuasan konsumen.

Kepuasan konsumen ini memegang peranan yang sangat penting dalam

kesuksesan dari sebuah perusahaan untuk dapat bersaing. Kepuasan konsumen

akan menjadi pedoman untuk mengarahkan seluruh organisasi kearah

pemenuhan kebutuhan pelanggan sehingga menjadi sumber keunggulan daya

saing berkelanjutan. Dari perspektif konsumen, banyak keluhan dan hak-hak

konsumen diabaikan menyangkut harga yang terlalu tinggi, pelayanan yang

lambat dan tidak ramah, promosi yang merugikan, jaminan purnajual yang

tidak memadai, rendahnya kualitas produk dan jasa. Perbedaan antara harapan

dengan kenyataan yang diperoleh konsumen ini, bila tidak diantisipasi dengan

baik oleh pengusaha akan menjadi bomerang bagi pengusaha itu sendiri.

Dalam jangka panjang, loyalitas pelanggan menjadi tujuan bagi

perencanaan pasar strategik (Kotler, 1997 dalam Dharmesta, 1999); selain itu

juga dijadikan dasar untuk pengembangan kompetitif yang berkelanjutan

(Dick dan Basu, 1994 dalam Dharmesta, 1999), yaitu keunggulan yang dapat

direalisasikan melalui upaya-upaya pemasaran. Loyalitas pelanggan secara

iii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

positif mempengaruhi laba perusahaan melalui efek pengurangan biaya dan

penambahan pendapatan per pelanggan (Berry, 1995 dalam Thurau, 2002).

Dengan mempertimbangkan efek pengurangan biaya dilaporkan bahwa

dengan tetap mempertahankan loyalitas pelanggan akan mengeluarkan biaya

yang lebih sedikit daripada memperoleh satu pelanggan yang baru dan biaya

untuk mempertahankan pelanggan menurun sepanjang fase siklus hidup

hubungan.

Perusahaan yang beroperasi dalam sektor jasa maupun barang akan

mempertimbangkan kebijakan mengenai seberapa pentingnya kualitas

pelayanan yang diberikan dibandingkan dengan kepuasan yang diterima oleh

pelanggan. Mana yang lebih penting antara membuat pelangan puas atau

menjalankan kualitas pelayanan yang dipersepsikan pada tingkat yang

maksimal. Kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan adalah konsep yang

berbeda dengan argumen bahwa kualitas pelayanan yang dipersepsikan

merupakan suatu bentuk sikap, evaluasi menyeluruh dalam jangka panjang,

sedangkan kepuasan menunjukan ukuran transaksi tertentu. Oleh karena itu,

kepuasan berlangsung dalam jangka pendek. Semakin tinggi tingkat kualitas

pelayanan yang dipersepsikan, semakin meningkatnya kepuasan konsumen.

Pernyataan tersebut menegaskan adanya hubungan yang erat antara kualitas

pelayanan dengan kepuasan pelanggan. (Parasuraman, 1988 : 16).

Kualitas memberikan dorongan kepada pelanggan untuk menjalin

hubungan yang erat dengan perusahaan sehingga memungkinkan perusahaan

untuk memahami dengan seksama harapan dan kebutuhan, yang pada

akhirnya kepuasan pelanggan dapat menciptakan kesetiaan/loyal kepada

iv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

perusahaan. Dalam jangka panjang, loyalitas pelanggan menjadi tujuan bagi

perencanaan pasar strategik (Kotler, 1997 dalam Dharmesta, 1999); selain itu

juga dijadikan dasar untuk pengembangan kompetitif yang berkelanjutan

(Dick dan Basu, 1994 dalam Dharmesta, 1999), yaitu keunggulan yang dapat

direalisasikan melalui upaya-upaya pemasaran.

Kepuasan pelanggan dipahami sebagai emosi pelanggan atau reaksi

perasaan pada perbedaan yang dirasakan antara penilaian kinerja dengan

harapan (Oliver, 1980; Rust, Zahorik dan Keiningham, 1996; Yi, 1990 dalam

Thurau, 2002). Konsep yang paling dekat dengan hasil yang berhubungan

dengan kualitas jasa digambarkan sebagai evaluasi pelanggan pada hasil kerja

penyedia jasa, berdasarkan pada pengalaman sebelumnya dan kesannya.

Seperti pada kasus kepuasan, relevansi kualitas bagi kesuksesan jangka

panjang tidak perlu dipersoalkan lagi (Parasuraman, dan Berry, 1988 dalam

Thurau, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Dabholkar, et al (2000) dalam

Tjitono (2005), menyatakan bahwa kualitas jasa mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Penelitian lain juga menunjukan

hubungan antara kualitas jasa dengan loyalitas pelanggan (Zeithmal, Berry

dan Parasuraman, 1996 dalam Thurau, 2002).

Citra perusahaan adalah sebuah proses (Maclnnis dan Price dalam Aydin

dan Ozer, 2005). Berawal dari ide, perasaan dan pengalaman mengkonsumsi

perusahaan yang didapat dari ingatan dan diubah kedalam citra mental (batin)

(Yullie dan Catchpole dalam Aydin dan Ozer, 2005). Untuk menciptakan

suatu image perusahaan yang positif atau yang baik dapat dilakukan dengan

membantu pelanggan melihat keistimewaan produk melalui cara yang terbaik,

v
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

melakukan apa saja yang mungkin untuk menampilkan image positif dari

perusahaan serta layanan dan mengembangkan hubungan yang mampu

membuat pelanggan merasa diistimewakan dan dihargai secara pribadi.

Keyakinan atau kepercayaan adalah faktor penting yang dapat mengatasi

krisis dan kesulitan antara rekan bisnis selain itu juga merupakan asset penting

dalam mengembangkan hubungan jangka panjang antar organisasi. suatu

organisasi harus mampu mengenali faktor-faktor yang dapat membentuk

kepercayaan tersebut agar dapat menciptakan, mengatur, memelihara,

menyokong dan mempertinggi tingkat hubungan dengan pelanggan

(Zeineldin, et al, 1997; Zeineldin, 1998). Doney dan Cannon dalam Aydin dan

Ozer (2005) menyatakan bahwa kepercayaan merupakan suatu proses

menghitung (calculative process) antara biaya yang dikeluarkan dengan hasil

yang diperoleh. Pelayanan baik yang diterima sekarang akan berlanjut untuk

kedepannya, sehingga service quality berpengaruh positif terhadap trust.

Bank BRI sebagai salah satu Bank terbesar yang mempunyai cabang

disetiap kota dan unit-unit yang hampir disetiap tingkat kecamatan, menjadi

salah satu Bank yang dijadikan nasabah untuk melakukan simpan pinjam

maupun transaksi lainnya. Dengan tingkat persaingan antar Bank yang

semakin ketat serta didukung keunggulan-keunggulan yang dimiliki antar

Bank, mendorong Bank BRI khususnya cabang Sragen untuk lebih

meningkatkan kualitas pelayanan, meningkatkan citra perusahaan,

menciptakan kepercayaan bagi nasabahnya sehingga diharapkan nasabah akan

mendapat kepuasan dan pada akhirnya nasabah akan menjadi loyal. Dari

pembahasan singkat diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

vi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dengan judul “ PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, CITRA

PERUSAHAAN, KEPERCAYAAN DAN KEPUASAN TERHADAP

LOYALITAS NASABAH ( Studi kasus pada nasabah Bank BRI cabang

Sragen ) “.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang sudah dijabarkan diatas, maka

penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah kualitas pelayanan (service quality) berpengaruh terhadap citra

perusahaan (corporate image) ?

2. Apakah kualitas pelayanan (service quality) berpengaruh terhadap

kepuasan nasabah (customer satisfaction) ?

3. Apakah kualitas pelayanan (service quality) berpengaruh terhadap

kepercayaan (trust) ?

4. Apakah kualitas pelayanan (service quality) berpengaruh terhadap

loyalitas nasabah (customer loyalty) ?

5. Apakah kepuasan nasabah (customer satisfaction) berpengaruh terhadap

citra perusahaan (corporate image) ?

6. Apakah kepuasan nasabah (customer satisfaction) berpengaruh terhadap

kepercayaan (trust) ?

7. Apakah citra perusahaan (corporate image) berpengaruh terhadap loyalitas

nasabah (customer loyalty) ?

8. Apakah kepuasan nasabah (customer satisfaction) berpengaruh terhadap

loyalitas nasabah (customer loyalty) ?

vii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

9. Apakah kepercayaan (trust) berpengaruh terhadap loyalitas nasabah

(customer loyalty) ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan (service quality) terhadap

citra perusahaan (corporate image).

2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan (service quality) terhadap

kepuasan konsumen (customer satisfaction).

3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan (service quality) terhadap

kepercayaan (trust).

4. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan (service quality) terhadap

loyalitas nasabah (customer loyalty).

5. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan konsumen (customer satisfaction)

terhadap citra perusahaan (corporate image).

6. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan konsumen (customer satisfaction)

terhadap kepercayaan (trust).

7. Untuk mengetahui pengaruh citra perusahaan (corporate image) terhadap

loyalitas nasabah (customer loyalty).

8. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan konsumen (customer satisfaction)

terhadap loyalitas nasabah (customer loyalty).

9. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan (trust) terhadap loyalitas

nasabah (customer loyalty).

viii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat,

antara lain:

1. Bagi perusahaan

Sebagai bahan acuan untuk memformulasikan kebijaksanaan dalam

upaya meningkatkan loyalitas pelanggan dan untuk mengetahui faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap loyalitas nasabah.

2. Bagi akademisi

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi

penelitian-penelitian berikutnya dan diharapkan penelitian berikutnya

mampu memperbaiki dan menyempurnakan kelemahan dalam penelitian

ini.

3. Bagi penulis

Penelitian ini merupakan sebuah proses belajar dalam pengaplikasian

pengetahuan dan teori-teori yang diperoleh terutama dalam mata kuliah

manajemen pemasaran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PELAYANAN

1. Pengertian Pelayanan

ix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kotler (2000), jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang

dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya

bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan

kepemilikan sesuatu produksi jasa berhubungan dengan produk fisik

maupun tidak. Sedangkan menurut Zeithamt dan Berry (dalam Yazid,

1999 : 2), jasa adalah mencakup semua aktivitas ekonomi yang outputnya

bukanlah produk atau kondisi fisik yang secara umum konsumsi dan

produksinya dilakukan pada waktu yang sama dan nilai tambah yang

diberikan dalam bentuk (kenyamanan, liburan, kecepatan, dan kesehatan)

yang secara prinsip tidak berwujud (intangible) bagi pembeli pertamanya.

2. Karakteristik Pelayanan

Jasa mempunyai empat karakteristik utama yang sangat

mempengaruhi pemasaran (Kotler, 2002 : 488), dimana karakteristik

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Intangible (tidak berwujud)

Jasa mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dirasakan dan

dinikmati sebelum dibeli oleh konsumen. Untuk mengurangi

ketidakpastian, konsumen akan mencari tanda atau bukti dari kualitas

jasa. Konsumen akan menarik kesimpulan mengenai kualitas jasa

ditempat, orang, peralatan, alat komunikasi dan harga yang mereka

lihat.

b. Inseparability (tidak dapat dipisahkan)

x
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Jasa diproduksi (dihasilkan) dan dirasakan pada waktu yang bersamaan

dikarenakan konsumen juga hadir saat suatu jasa dilakukan. Interaksi

penyedia konsumen merupakan ciri khusus pemasaran.

c. Variability (bervariasi)

Jasa sangat bervariasi, tergantung dari siapa yang menghasilkan jasa,

kapan dan dimana jasa tersebut diberikan.

d. Perishability (tidak tahan lama)

Jasa tidak dapat disimpan. Sifat jasa yang tidak tahan lama tersebut

bukan menjadi masalah apabila permintaan tetap. Namun jika

permintaan berfluktuasi, perusahaan jasa menghadapi masalah yang

rumit. Misalnya sebuah perusahaan transportasi umum harus memiliki

banyak kendaraan karena adanya permintaan pada jam sibuk

dibandingkan jika permintaan cukup merata sepanjang hari.

3. Klasifikasi Pelayanan

Sebagai konsekuensi dari sulitnya membedakan dengan jelas antara

jasa dan barang maka sulit untuk menggeneralisasikan jasa bila tidak

melakukan pembedaan lebih lanjut. Pembedaan dapat dilakukan

berdasarkan kriteria (Tjiptono, 2000 : 8) yaitu sebagai berikut :

a. Segmentasi pasar

Dilihat dari segmen pasar dapat dibedakan menjadi :

1) Jasa kepada konsumen akhir, misalnya : asuransi jiwa, transportasi,

dan pendidikan.

2) Jasa kepada konsumen organisasi, misalnya : jasa akuntan dan

perpajakan, jasa konsultasi manajemen dan hukum.

xi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Tingkat keberwujudan (tangibility)

Kriteria jasa ini dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

1) Rented-goods service

Dalam jenis ini konsumen menyewa dan menggunakan produk-

produk tertentu berdasarkan tarif tertentu selama jangka waktu

tertentu pula. Konsumen hanya dapat menggunakan produk

tersebut tanpa dapat memiliki karena kepemilikannya tetap berada

pada pihak perusahaan yang menyewanya. Contoh : persewaan

mobil, kaset video dan vila.

2) Owned-goods service

Produk-produk yang dimiliki konsumen direparasi, dikembangkan

atau ditingkatkan untuk kerjanya atau dipelihara atau dirawat oleh

perusahaan jasa. Jenis jasa ini juga mencakup perubahan bentuk

pada produk yang diminta konsumen. Contoh : reparasi komputer,

sepeda motor dan mobil.

3) Non-goods service

Karakteristik khusus pada jenis ini adalah jasa personal bersifat

intangible atau tidak berwujud produk fisik. Contoh : sopir,

perawat, dosen dan pemandu wisata.

c. Ketrampilan penyedia jasa

Berdasarkan ketrampilan penyedia jasa, jasa terdiri dari :

1) Profesional service, misalnya dokter, perawat, arsitek, konsultan.

2) Non profesional service, misalnya sopir taksi dan penjaga malam.

xii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pada jasa yang memerlukan ketrampilan tinggi dalam proses

operasinya, pelanggan cenderung selektif dalam memilih penyedia

jasa. Hal ini yang menyebabkan para profesional dapat mengikat

pelanggannya, sebaliknya jika tidak memerlukan ketrampilan tinggi,

seringkali loyalitas dari pelanggan rendah karena penawarannya sangat

banyak.

d. Tujuan organisasi jasa

Berdasarkan tujuan organisasi jasa ini, jasa dapat dibedakan menjadi :

1) Commercial service atau profit service, misalnya penerbangan,

restoran dan bank.

2) Non profit, misalnya sekolah, yayasan, dana bantuan, panti asuhan

dan perpustakaan.

e. Regulasi

1) Regulated service, misalnya angkutan umum dan bank.

2) Non regulasi service, misalnya makelar, catering, pengecatan

rumah.

f. Tingkat intensitas karyawan

Berdasarkan tingkat intensitas karyawan (keterlibatan tenaga kerja)

jasa dapat dibagi menjadi :

1) Equipment-based service, misalnya mesin cuci mobil otomatis,

jasa sambung telfon jarak jauh atau ATM.

2) People-based service, misalnya konsultan manajemen dan

konsultan hukum.

g. Tingkat kontak antara penyedia jasa dengan pelanggan

xiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berdasarkan tingkat kontak ini secara umum dapat dibagi menjadi dua

yaitu :

1) High service

Pada tingkat kontak dengan pelanggan tinggi, ketrampilan

interpersonal karyawan harus diperhatikan oleh perusahaan jasa.

Contohnya : universitas, bank, dokter dan pegadaian.

2) Low contact service

Pada jasa yang tingkat kontak dengan pelanggan rendah, keahlian

teknis karyawan ppaling penting. Contohnya : bioskop.

B. KUALITAS PELAYANAN

Kualitas merupakan kondisi dimana yang berhubungan dengan produk,

jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan

(Goeth dan Davis dalam Tjiptono, 2000 : 51). Model kualitas jasa yang paling

popular dan hingga kini banyak dijadikan acuan dalam riset manajemen dan

pemasaran jasa adalah model SERVQUAL (Service Quality) yang

dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1983, 1988, 1990,

1991, 1993, 1994) dalam Tjiptono (2005). Model yang dikenal pula dengan

istilah Gap Analysis, model ini berkaitan erat dengan model kepuasan

pelanggan yang didasarkan pada ancangan diskonfirmasi (Oliver, 1997 dalam

Tjiptono, 2005). Ancangan ini menegaskan bahwa kinerja pada suatu atribut

meningkat lebih besar dan pada harapan atas atribut bersangkutan, maka

persepsi atas kualitas jasa akan positif dan sebaliknya.

Penelitian yang dilakukan oleh Dabholkan et al (2000) dalam Tjiptono

(2005), menyatakan bahwa kualitas jasa mempunyai pengaruh yang sangat

xiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Penelitian yang juga dilakukan oleh

Stank et al (1999), menyatakan bahwa ada hubungan pengaruh yang sangat

signifikan antara kualitas jasa secara tidak langsung dengan loyalitas

konsumen dengan mediasi kepuasan pelanggan.

Dimensi kualitas jasa ada lima kriteria umum dan standar yaitu

(Rangkuti, 2006) :

1. Responsiveness (ketanggapan) yaitu kemampuan untuk menolong

pelanggan dan ketersediaan untuk melayani pelanggan dengan baik.

2. Reliability (keandalan) yaitu kemampuan untuk melakukan pelayanan

sesuai yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.

3. Emphaty (empati) yaitu rasa peduli untuk membantu secara individual

kapada pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan serta kemudahan

untuk dihubungi.

4. Assurance (jaminan) yaitu pengetahuan, kesopanan petugas serta sifatnya

yang dapat dipercaya sehingga pelanggan terbebas dari resiko.

5. Tangible (bukti langsung) meliputi fasilitas fisik, perlengkapan karyawan

dan sarana komunikasi.

C. KEPUASAN PELANGGAN

1. Pengertian Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa yang

dirasakan seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya

terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya (Kotler

xv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dalam Munawaroh, 2002). Oliver (1997) dalam Tjiptono (2005 : 196),

mendefinisikan kepuasan pelanggan yaitu penilaian bahwa produk atau

jasa memberikan tingkat pemenuhan berkaitan dengan konsumsi yang

menyenangkan. Engel, Blackwell, dan Miniard dalam Widyaratna et al

(2003:87) mendefinisikan kepuasan sebagai evaluasi pasca konsumsi

dimana suatu alternatif yang dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi

harapan.

Konsumen yang merasa puas adalah konsumen yang menerima nilai

tambah yang lebih dari perusahaan. Memuaskan konsumen tidak hanya

berarti memberikan tambahan produk atau jasa, pelayanan ataupun sistem

yang digunakan (Evans dan Taskin, 1994). Kepuasan pelanggan

merupakan suatu hal yang sangat berharga demi mempertahankan

keberadaan pelanggan tersebut untuk tetap berjalannya bisnis atau usaha.

Tingkat kepuasan konsumen dapat ditentukan berdasar pada lima

faktor utama yang harus diperhatikan oleh sebuah perusahaan (Lapiyoadi,

2001 : 158), yaitu :

a. Kualitas produk

Konsumen akan merasa puas apabila hasil evaluasi mereka

menunjukan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.

b. Kualitas pelayanan

Konsumen akan merasa puas apabila mereka mendapatkan pelayanan

yang sesuai yang diharapkan terutama untuk industri jasa.

c. Emosional

xvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Konsumen akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa

orang lain akan kagum terhadap konsumen tersebut apabila

menggunakan merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat

kepuasan.

d. Harga

Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga

yang relatif murah akan memberikan nilai lebih tinggi kepada

konsumennya.

e. Biaya

Konsumen tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu

membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa

cenderung puas terhadap produk atau jasa tersebut.

2. Konsep kepuasan pelanggan

Dalam konsep kepuasan pelanggan terdapat dua elemen yang

mempengaruhi, yaitu harapan dan kinerja. Kinerja adalah persepsi

konsumen terhadap apa yang diterima setelah mengkonsumsi produk.

Harapan adalah perkiraan konsumen tentang apa yang akan diterima

apabila ia mengkonsumsi produk (barang atau jasa). kepuasan palanggan

dapat digambarkan seperti yang ditunjukan pada gambar sebagai berikut :

Tujuan perusahaan Kebutuhan dan


keinginan pelanggan

Produk
Harapan pelanggan

Nilai produk bagi


pelanggan

xvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tingkat kepuasan pelanggan

Gambar II.1
Konsep kepuasan pelanggan
Sumber : Tjiptono (1995)

3. Pengukuran kepuasan pelanggan

Kepuasan pelanggan merupakan fungsi dari kualitas pelayanan

dikurangi harapan pelanggan (Zeithmal & Bitner, 1996 dalam Tjiptono,

2005), dengan kata lain pengukuran kepuasan konsumen dirumuskan

sebagai berikut :

a. Service quality < Expectation

Bila ini terjadi, dapat dikatakan bahwa pelayanan yang diberikan

perusahaan buruk. Selain tidak memuaskan juga tidak sesuai dengan

harapan pelanggan.

b. Service quality = Expectation

Bila ini terjadi dapat dikatakan bahwa pelayanan yang diberikan tidak

ada keistimewaan.

c. Service quality > Expectation

Bila ini terjadi dapat dikatakan bahwa pelanggan merasakan pelayanan

yang diberikan oleh perusahaan tidak hanya sesuai dengan kebutuhan,

namun sekaligus memuaskan dan menyenangkan. Pelayanan ketiga ini

disebut pelayanan prima (excellent service) yang selalu diharapkan

oleh pelanggan.

xviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sedangkan menurut Kotler (dalam Tjiptono, 1997: 4) ada empat

metode yang digunakan untuk mengukur kepuasan konsumen, yaitu :

a. Sistem Keluhan dan Saran

Organisasi yang berpusat kepada pelanggan (customer oriented)

memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk

menyampaikan saran dan keluhan. Umumnya perusahaan menyediakan

kotak saran, kartu komentar, dan lain-lain. Informasi ini dapat

memberikan ide-ide dan masukan kepada perusahaan serta akan

memungkinkan perusahaan untuk bereaksi dengan tanggap dan cepat

untuk mengatasi masalah yang timbul. Fokus dari metode ini pada

identifikasi masalah dan pengumpulan saran.

b. Belanja Siluman (ghost shopping)

Untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan,

perusahaan dapat memperkerjakan beberapa orang (ghost shopper)

untuk berperan dan bersikap sebagai pembeli potensial terhadap produk

perusahaan dan pesaing. Para ghost shopper melaporkan berbagai

pertemuan penting berdasarkan pengalamannya mengenai kekuatan dan

kelemahan perusahaan dibandingkan pesaing. Selain itu mereka juga

dapat mengobservasi cara perusahaan dan pesaingnya melayani

permintaan spesifik pelanggan, menjawab pertanyaan pelanggan, dan

menangani setiap masalah dan keluhan pelanggan.

c. Analisis Kehilangan Pelanggan (Lost customer analysis)

Perusahaan seharusnya menghubungi para pelanggan yang berhenti

membeli atau beralih kepemasok lain agar dapat memahami mengapa

xix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan atau

penyempurnaan selanjutnya. Bukan hanya exit interview namun lebih

kepada pemantauan customer loss rate, karena peningkatan customer

loss rate menunjukkan kegagalan perusahaan dalam memuaskan

pelanggan.

d. Survei Kepuasan Pelanggan

Umumnya penelitian tentang kepuasan pelanggan dilakukan dengan

penelitian survei, baik dengan survei melalui pos, telepon, maupun

wawancara pribadi. Melalui survei, perusahaan akan memperoleh

tanggapan dan umpan balik langsung dari pelanggan dan juga

memberikan sinyal positif bahwa perusahaan menaruh perhatian

terhadap mereka.

Metode survei kepuasan pelanggan dapat diukur dengan berbagai

cara sebagai berikut :

1) Pengukuran yang diungkapkan secara langsung dengan pernyataan

dan disertai skala untuk jawabannya (directly reported satisfaction).

2) Responden diberi pertanyaan mengenai seberapa besar mereka

mengharapkan suatu atribut tertentu dan seberapa besar yang

mereka rasakan (derived satisfaction).

3) Responden diminta untuk menuliskan masalah-masalah yang

mereka hadapi berkaitan dengan penawaran dari perusahaan dan

juga diminta untuk menuliskan perbaikan-perbaikan yang mereka

sarankan (problem analysis).

xx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4) Responden diminta untuk merangking berbagai elemen dari

penawaran berdasrkan derajat pentingnya setiap elemen dan

seberapa baik kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen

(importance performance ratings).

4. Atribut Kepuasan Konsumen

Atribut-atribut dari kepuasan konsumen secara universal menurut

Dutka (dalam Foedjiwati, 2002) adalah:

a. Attributes Related to the Product, meliputi:

1) Value-Price Relationship, merupakan faktor sentral dalam

menentukan kepuasan konsumen, apabila nilai yang diperoleh

konsumen melebihi apa yang dibayar, maka suatu dasar penting dari

kepuasan konsumen telah tercipta.

2) Product Quality, merupakan mutu dari semua komponen-komponen

yang mebentuk produk sehingga produk tersebut memiliki nilai

tambah.

3) Product Benefit, merupakan manfaat yang dapat diperoleh

konsumen dalam menggunakan suatu produk yang dihasilkan oleh

suatu perusahaan dan kemudian dapat dijadikan dasar positioning

yang membedakan perusahaan tersebut dengan perusahaan lainnya

4) Product Features, merupakan ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh

suatu produk sehingga berbeda dengan produk yang ditawarkan

pesaing

5) Product Design, merupakan proses untuk merancang gaya dan

fungsi produk yang menarik dan bermanfaat

xxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6) Product Reliability and Consistency, merupakan keakuratan dan

keterandalan produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam

jangka waktu tertentu dan menunjukkan pengiriman produk pada

suatu tingkat kinerja khusus

7) Range of Product or Service, merupakan macam dari produk/jasa

layanan yang ditawarkan oleh perusahaan.

b. Attributes Related to Service meliputi:

1) Guarantee or Warranty, merupakan jaminan yang diberikan oleh

suatu perusahaan terhadap produk yang dapat dikembalikan bila

kinerja produk tersebut tidak memuaskan.

2) Delivery, merupakan kecepatan dan ketepatan dari proses

pengiriman produk dan jasa yang diberikan perusahaan terhadap

konsumennya.

3) Complaint Handling, merupakan penanganan terhadap keluhan yang

dilakukan oleh konsumen terhadap perusahaan

4) Resolution of Problem, merupakan kemampuan perusahaan dengan

serius dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh konsumen.

c. Attributes Related to Purchase, meliputi:

1) Courtesy, merupakan kesopanan, perhatian, pertimbangan,

keramahan yang dilakukan karyawan dalam melayani konsumennya

2) Communication, merupakan proses penyampaian informasi yang

dilakukan oleh karyawan perusahaan kepada konsumennya

3) Ease or Convenience Acquisition, merupakan kemudahan untuk

mendapatkan pengetahuan tentang produk dari perusahaan

xxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4) Company Reputation, merupakan reputasi yang dimiliki perusahaan

dapat mempengaruhi pandangan konsumen terhadap perusahaan

tersebut yang akan mengurangi ketidakpastian dan resiko dalam

keputusan pembelian

5) Company Competence, merupakan kemampuan suatu perusahaan

untuk mewujudkan permintaan yang diajukan oleh konsumen dalam

memberikan pelayanan.

D. CITRA PERUSAHAAN (Corporate Image)

Corporate Image didefinisikan sebagai persepsi kepada sebuah

perusahaan yang direfleksikan dalam asosiasi yang terdapat dalam memori

konsumen (Keller, 1993). Nguyen dan Leblanc (2001) menyatakan citra

perusahaan berhubungan dengan fisik dan atribut yang berhubungan dengan

perusahaan seperti nama, bangunan, produk/jasa, untuk mempengaruhi

kualitas yang dikomunikasikan oleh setiap orang supaya tertarik dengan

perusahaan. Image menggambarkan keseluruhan kesan yang dibuat publik

tentang perusahaan dan produknya. Image dipengaruhi oleh banyak faktor

diluar kontrol perusahaan (Kotler, 2000 : 296).

Beberapa faktor yang mempengaruhi image perusahaan (Mayer dalam

Palupi, 2006) :

1. Pelayanan

xxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Atribut pelayanan konsumen yang berperan dalam pembentukan image

perusahaan dimata pelanggan yang langsung diberikan oleh pramuniaga

dan langsung dapat dirasakan oleh para pelanggan.

2. Fasilitas fisik

Fasilitas fisik sebagai penunjang bangunan pokok dan produk yang dijual

juga mempunyai pengaruh yang kuat bagi konsumen.

3. Kualitas produk dan jasa

Kualitas sering dianggap sebagai ukuran relatif suatu produk atau jasa

yang terdiri atas kualitas desain yang merupakan fungsi spesifikasi produk,

sedangkan kualitas kesesuaian adalah ukuran seberapa jauh suatu produk

mampu memenuhi persyaratan atau spesifikasi kualitas yang telah

ditetapkan. Ada tiga komponen yang mencerminkan image perusahaan

(Macaulay dan Sarah, 1996 : 12), yaitu :

a. Kualitas produk dan layanan yang dihasilkan.

b. Cara memberikan pelayanan

c. Hubungan antar pribadi yang terbentuk melalui layanan tersebut.

Citra perusahaan adalah sebuah proses (Maclnnis dan Price dalam

Aydin dan Ozer, 2005). Berawal dari ide, perasaan dan pengalaman

mengkonsumsi perusahaan yang didapat dari ingatan dan diubah kedalam citra

mental (batin) (Yullie dan Catchpole dalam Aydin dan Ozer, 2005). Seperti

dicatat diatas citra perusahaan berasal dari pengalaman mengkonsumsi

konsumen dimana service quality adalah fungsi dari pengalaman

mengkonsumsi ini sehingga service quality secara langsung berpengaruh pada

corporate image (Aydin dan Ozer, 2005).

xxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

E. KEPERCAYAAN (Trust)

1. Pengertian Trust

Keyakinan atau kepercayaan adalah faktor penting yang dapat

mengatasi krisis dan kesulitan antara rekan bisnis selain itu juga

merupakan asset penting dalam mengembangkan hubungan jangka

panjang antar organisasi. suatu organisasi harus mampu mengenali faktor-

faktor yang dapat membentuk kepercayaan tersebut agar dapat

menciptakan, mengatur, memelihara, menyokong dan mempertinggi

tingkat hubungan dengan pelanggan (Zeineldin, et al, 1997; Zeineldin,

1998). Doney dan Cannon dalam Aydin dan Ozer (2005) menyatakan

bahwa kepercayaan merupakan suatu proses menghitung (calculative

process) antara biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh.

Pelayanan baik yang diterima sekarang akan berlanjut untuk kedepannya,

sehingga service quality berpengaruh positif terhadap trust.

Menurut teori Trust-Comitment (Morgan dan Hunt, 1994) trust

adalah satu variabel kunci untuk memelihara suatu hubungan jangka

panjang, termasuk pada sebuah merek. Sejalan dengan konsep relationship

marketing, kepercayaan atas merek akan berpengaruh terhadap loyalitas

atas merek hal ini disebabkan karena kepercayaan menciptakan suatu

hubungan timbal balik yang bernilai sangat tinggi. Jadi dapat juga

dikatakan bahwa loyalitas adalah suatu proses yang berkesinambungan

sebagai akibat dari terbentuknya kepercayaan atas merek (Morgan dan

Hunt, 1994).

2. Fungsi Trust

xxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Morgan dan Hunt (1994) menyatakan bahwa trust merupakan kunci

sukses untuk :

a. Memelihara hubungan dengan konsumen.

b. Menahan dari berbagai alternatif pilihan sehingga konsumen tetap

bertahan pada perusahaan.

c. Membuat konsumen untuk lebih berhati-hati dalam melakukan

tindakan-tindakan yang berpotensi memiliki resiko yang tinggi jika

berpindah ke perusahaan yang lain.

3. Proses Trust

Berkaitan dengan pentingnya kepercayaan dalam menjalin sebuah

hubungan, Doney dan Cannon (1997) mengemukakan adanya lima proses

yang menyebabkan timbulnya kepercayaan :

a. Proses kalkulasi : Proses ini menekankan bahwa kepercayaan

konsumen muncul karena konsumen menganggap bahwa perusahaan

telah mengeluarkan sejumlah pengorbanan demi terpeliharanya

hubungan dengannya.

b. Proses prediksi : Kepercayaan konsumen muncul karena adanya

harapan konsumen agar perilaku perusahaan di masa sekarang tidak

berubah pada masa yang akan datang.

c. Proses kapabilitas : Kepercayaan konsumen muncul karena

kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajibannya.

d. Proses motif : Kepercayaan pembeli muncul karena konsumen melihat

motif perusahaan dalam menjalin hubungan dengan para

pelanggannya.

xxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

e. Proses transfer : kepercayaan konsumen muncul akibat kepercayaan

konsumen terhadap perilaku sebelumnya dilakukan oleh perusahaan.

F. LOYALITAS PELANGGAN

1. Pengertian Loyalitas Pelanggan

Loyalitas pelanggan adalah keadaan yang menunjukan loyalitas

seorang pelanggan pada suatu obyek tertentu. Obyek tersebut sapat berupa

merek, produk atu took (Rowley dan Dawes dalam Darsono dan

Dharmesta, 2005). Loyalitas konsumen merupakan dorongan perilaku

untuk melakukan pembelian secara berulang-ulang dan untuk membangun

kesetiaan pelanggan terhadap suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh

badan usaha tersebut membutuhan waktu yang lama melalui suatu proses

pembelian yang berulang-ulang tersebut. Mempertahankan loyalitas

pelanggan berarti perusahaan mengeluarkan biaya lebih sedikit daripada

harus memperoleh satu pelanggan yang baru. Loyalitas akan memberikan

banyak keuntungan bagi perusahaan termasuk didalamnya perulangan

pembelian dan rekomendasi mengenai merek tersebut kepada teman dan

kenalan (Lau dan Lee, 1999).

2. Konsep Loyalitas Pelanggan

Konsep tentang loyalitas merek perlu diperjelas sebelum

pengembangan metode operasionalisasi (pengukuran) dilakukan secara

memadai. Jacoby dan Kryner dalam Dharmesta (1999) telah

mengklasifikasikan istilah loyalitas merek melalui definisi yang mencakup

enam kondisi yang secara kolektif memadai adalah sebagai berikut :

a. Respon keperilakuan (pembelian)

xxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Yang bersifat bias (non random)

c. Terungkap secara terus-menerus

d. Oleh unit pengambilan keputusan

e. Dengan memperhatikan satu atau beberapa merek alternative dari

sejumlah merek sejenis

f. Merupakan fungsi proses psikologis (pengambilan keputusan evaluasi)

3. Karakteristik Konsumen Yang Loyal

Menurut Lu Ting Pong dan Tang Pui Yee (2001) ada delapan

ukuran untuk mengukur service loyalty yang termasuk dalam kepribadian

(behavior), sikap (attitude) dan kesadaran (cognitive), ukuran-ukuran

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Perilaku pembelian ulang

Konsumen melakukan pembelian ulang pada produk atau jasa yang

sama.

b. Rekomendasi gethok tular (word of mouth)

Berarti merekomendasikan kepada orang lain untuk membeli produk

atau jasa. Konsumen yang loyal dipercaya dapat memberi umpan balik

positif bagi perusahaan.

c. Periode dalam penggunaan

Berarti ada interval waktu dimana konsumen mengkonsumsi jasa pada

penyedia jasa yang sama secara terus menerus.

d. Toleransi terhadap harga

Konsumen akan tetap mengkonsumsi produk atau jasa walaupun

terjadi kenaikan harga.

xxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

e. Pembelian ulang secara intensif

Konsumen memiliki komitmen untuk terus melakukan pembelian

ulang.

f. Pilihan

Produk atau jasa dikonsumsi menjadi pilihan utama dan pada

produk/jasa lain yang sejenis.

g. Perilaku mengurangi pilihan

Konsumen yang loyal akan mengurangi motivasi untuk mencari

produk/jasa lain yang sejenis.

h. Fist in mind

Konsumen yang loyal menganggap produk/jasa dari penyedia jasa

yang sama sebagai perilaku pertama yang diingat ketika dia akan

mengkonsumsi produk/jasa.

4. Keuntungan Loyalitas Pelanggan

Menurut Kotler (1999: 547) pelanggan yang loyal memiliki beberapa

keuntungan bagi perusahaan, diantaranya; pelanggan yang loyal kurang

sensitif terhadap harga, tetap berlangganan atau membeli produk

perusahaan untuk periode yang lama dan menyebarkan informasi yang

positif tentang perusahaan dan produk yang ditawarkan.

Sedangkan Barnes (2003:43) menyatakan keuntungan dari pelanggan

yang loyal, antara lain :

a. Pelanggan yang loyal membelanjakan lebih banyak.

xxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Semakin lama seorang pelanggan menjalin relasi dengan perusahaan,

mereka cendrung membelanjakan lebih banyak uang. Inilah yang

disebut fenomena proporsi shopperan.

b. Pelanggan yang loyal merasa lebih nyaman.

Pelanggan yang memiliki loyalitas seringkali kembali dan kembali

lagi pada sebuah perusahaan karena mereka merasa nyaman dengan

perusahaan tersebut. Mereka tidak memiliki dorongan untuk pergi

serta telah mengembangkan kepercayaan yang timbul seiring

terjadinya keakraban.

c. Pelanggan yang loyal menyebarkan berita yang positif.

Pelanggan loyal jangka panjang adalah sumber iklan gratis. Mereka

menjadi duta bagi perusahaan atau sering disebut juga “tenaga penjual

part time”. Ketika pelanggan yang loyal merekomendasikan suatu

bisnis pada orang lain, bisnis tersebut memperoleh potensi pendapatan

baru dan kesempatan untuk membangun lebih banyak hubungan

pelanggan.

d. Pelanggan yang loyal lebih mudah untuk dilayani.

Biaya untuk menarik pelanggan baru sangat mahal. Dimana karyawan

memerlukan waktu untuk mengenal pelanggan baru serta memahami

kebutuhan dan keinginan mereka. Sebaliknya pelanggan yang loyal

sudah tercantum dalam database dan telah dikenal dengan baik,

sehingga mereka lebih mudah dilayani karena telah dikenal oleh

perusahaan.

e. Pelanggan yang loyal tidak terlalu sensitf terhadap harga.

xxx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pelanggan yang loyal lebih kecil kemunkinannya untuk mengeluh soal

harga dan bahkan mereka mungkin mencapai suatu tingkatan dalam

relasi dimana mereka bahkan tidak bertanya berapa harganya.

f. Pelanggan Yang Loyal Lebih Memaafkan.

Hubungan yang telah dibangun dengan pelanggan yang memiliki

loyalitas sejati merupakan jaminan bagi suatu perusahaan. Pelanggan

yang memiliki loyalitas sejati lebih mungkin memaafkan dan

kesempatan bagi perusahaan ntuk memperbaiki suatu kesalahan,

dengan alasan tertentu.

g. Pelanggan Yang Loyal Membuat Perusahaan Lebih Efisien.

Sebuah perusahaan memiliki kesempatan untuk mengenal pelanggan

dan kebutuhan pelanggan dengan sangat baik, jika perusahaan

memiliki basis pelanggan loyal yang kokoh. Hal ini membuat

perusahaan menjadi jauh lebih efisien daripada ketika usaha

pemasaran ditujukan untuk menarik sejumlah pelanggan baru.

h. Pelanggan yang loyal berpotensi menghasilkan keuntungan yang lebih

besar. Ketika pelanggan baru harus ditarik dengan tawaran harga atau

insentif lain atau diskon, pelanggan yang loyal memiliki potensi yang

jauh lebih besar untuk menghasilkan keuntungan karena lebih

mungkin membayar dengan harga penuh.

5. Tahap-Tahap Loyalitas Konsumen

Loyalitas berkembang melalui tiga tahap, yaitu kognitif, afektif, dan

konatif. Tinjauan ini memperkirakan bahwa konsumen menjadi loyal lebih

xxxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dulu pada aspek kognitifnya, kemudian pasda aspek afektif, dan akhirnya

pada aspek konatif.

a. Tahap Loyalitas Kognitif

Konsumen yang mempunyai loyalitas tahap pertama ini menggunakan

basis informasi yang secara memaksa menunjukkan pada satu merk

atau merk lainnya. Jadi loyalitasnya hanya didasarkan pada kognisi

saja. Sebagai contoh, sebuah rumah makan secara konsisten

menawarkan harga yang lebih rendah dari pesaing yang ada. Informasi

ini cukup memaksa konsumen untuk selalu berbelanja dirumah makan

tersebut. Apakah hal ini bentuk loyalitas yang kuat? Dalam kenyataan

tidak demikian dengan alasan bahwa apabila rumah makan lainnya

dapat menawarkan informasi yang lebih menarik maka konsumen

dapat beralih ke rumah makan lain. Jadi, pemasar harus memiliki

alasan yang lebih kuat lagi agar konsumen tetap loyal.

b. Tahap Loyalitas Afektif

Tahap ini berdasarkan pada aspek afektif konsumen. Sikap merupakan

fungsi dari kognisi (pengharapan) pada periode awal pembelian

(masa prokonsumsi) dan merupakan fungsi dari sikap sebelumnya

ditambah kepuasan periode berikutnya (masa pasca konsumsi).

Loyalitas tahap ini jauh lebih sulit dirubah, tidak seperti tahap kognitif

karena loyalitasnya sudah masuk kedalam benak konsumen sebagai

kognisi yang mudah berubah. Afektif memiliki sifat yang tidak mudah

berubah, karena sudah terpadu dengan kognisi dan evaluasi konsumen

secara keseluruhan tentang merk.

xxxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Tahap Loyalitas Konatif

Konatif (niat melakukan) dipengaruhi oleh perubahan-perubahan afek

terhadap merk. Konasi menunjukkan suatu niat atau komitmen untuk

melakukan sesuatu kearah tujuan tertentu. Niat melakukan merupakan

fungsi dari niat sebelumnya (pada masa prakonsumsi) dan sikap pada

masa pasca konsumsi. Maka loyalitas konatif merupakan suatu

kondisi loyal yang mencakup komitmen mendalam untuk melakukan

penelitian.

d. Tahap Loyalitas Tindakan

Aspek konatif atau niat melakukan telah mengalami perkembangan

yaitu diskonversi menjadi perilaku atau tindakan, meskipun tataran

kontrol tindakan ini masih relatif baru tetapi dapat direkomendasikan

untuk melengkapi kerangka konseptual tentang loyalitas. Tindakan

merupakan hasil dari pertemuan dua kondisi tersebut. Dengan kata

lain, tindakan mendatangkan sangat didukung oleh pengalaman

mencapai sesuatu dan penyelesaian hambatan. Ini menunjukkan

bagaimana loyalitas itu dapat menjadi kenyataan, yaitu pertama-tama

sebagai loyalitas kognitif, kemudian loyalitas afektif, dan loyalitas

konatif, serta terakhir sebagai loyalitas tindakan (loyalitas yang

ditopang dengan komitmen dan tindakan)

6. Pengukuran Loyalitas

Pengukuran loyalitas merek menurut Dharmestha (1999 : 81)

adalah dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan

xxxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

keperilakuan (behavioral approach) dan pendekatan attitudinal (attitudinal

approach).

a. Pendekatan keperilakuan (behavioral approach) dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu :

1) Runtutan pilihan merek

Menurut Kotler (1994), loyalitas pelanggan dikelompokan menjadi

empat macam yaitu :

a) Hard core loyalty

Yaitu konsumen yang membeli satu merek saja sepanjang

waktu. Pola pembelian dari kelompok ini adalah A, A, A, A, A,

A, dimana menggambarkan loyalitas konsumen pada merek A

tanpa memakai merek yang lain.

b) Split loyals

Adalah konsumen yang loyal pada dua atau tiga merek yang

berbeda. Pola pembelian dari kelompok ini adalah A, A, B, B,

A, A, A, B, dimana menggambarkan konsumen yang

loyalitasnya terbagi pada merek A dan merek B.

c) Shifting loyals

Konsumen yang bergeser dari satu merek yang disertai ke

merek yang lain. Pola pembelian dari kelompok ini adalah A,

A, A, A, B, B, B, dimana menggambarkan perpindahan

loyalitas konsumen dari merek A ke merek B.

xxxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d) Switchers

Konsumen telah mempunyai loyalitas terhadap merek apapun.

Pola pembelian dari kelompok ini adalah A, C, E, B, D, B,

dimana menggambarkan konsumen yang tidak loyal memiliki

sifat deal prone (membeli suatu merek pada saat ada diskon)

atau variety prone (menginginkan sesuatu yang berbeda-beda

setiap saat).

2) Proporsi pembelian

Kelebihan-kelebihan yang ada pada cara ini dibandingkan runtutan

pemilihan merek adalah :

a) Lebih mudah untuk dikuantitatifkan

b) Memungkinkan dilakukan identifikasi loyalitas merek

berganda

b. Pendekatan attitudinal (attitudinal approach)

1) Preferensi merek

Pendekatan attitudinal menunjukan bahwa sikap positif konsumen

terhadap suatu merek telah menjadi dasar bagi pemahaman bagi

loyalitas merek. Jadi dalam loyalitas merek terkandung fenomena

psikologis attitudinal, tidak semata-mata perilaku beli aktual saja.

Oleh karena itu konsumen yang loyal pada sebuah merek memang

secara aktif menyukai merek tersebut (Jacoby dan Chesnut, 1978

dalam Dharmestha, 1999).

xxxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Komitmen

Komitmen pelanggan adalah orientasi jangka panjang pelangan

terhadap hubungan bisnis yang diikat pada kedua tingkat

emosional (Geykens et al, 1996; Moorman, Zaltman dan Desh

Pande, 1992 dalam Thurau, 2002). Gundlach, Achrol dan Mentzer

(1995) dalam Zuganef (2002), berhasil mengungkapkan bahwa

komitmen adalah suatu sikap yang merupakan niat untuk

mempertahankan keterhubungan jangka panjang. Konsumen pada

tingkat ini adalah konsumen yang benar-benar setia.

G. PENELITIAN TERDAHULU

Untuk mendukung dari penelitian ini, maka peneliti mengambil

sumber-sumber lain pada jurnal penelitian yang telah banyak dilakukan oleh

peneliti-peneliti sebelumnya. Adapun penelitian terdahulu adalah sebagai

berikut :

Penelitian yang dilakukan oleh Karsono. Hasil penelitian menunjukan

bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepercayaan, citra perusahaan dan biaya perpindahan, tetapi tidak signifikan

mempengaruhi loyalitas pelanggan. Kepercayaan berpengaruh positif secara

signifikan terhadap biaya perpindahan dan loyalitas pelanggan. Biaya

perpindahan tidak signifikan mempengaruhi loyalitas pelanggan. Citra

perusahaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap loyalitas pelanggan.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Aryotedjo. Hasil penelitian

menunjukan bahwa Kualitas jasa memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap kepuasan pelanggan pada ALFA Pabelan di Surakarta, Kualitas jasa

xxxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan pada

ALFA Pabelan di Surakarta, Kepuasan pelanggan memiliki pengaruh positif

dan signifikan terhadap komitmen pelanggan pada ALFA Pabelan di

Surakarta, Kepuasan pelanggan memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap loyalitas pelanggan pada ALFA Pabelan di Surakarta dan Komitmen

pelanggan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas

pelanggan pada ALFA Pabelan di Surakarta.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Saptiyas Ruriyana. Hasil analisis

yang peroleh adalah kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap citra

perusahaan, kepuasan, kepercayaan dan biaya perpindahan. Kedua,

kepercayaan berpengaruh signifikan terhadap biaya perpindahan. Ketiga,

kepuasan konsumen berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan dan citra

perusahaan. Keempat, kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap

loyalitas konsumen. Kelima, citra perusahaan, kepuasan, kepercayaan, biaya

perpindahan berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen.

H. KERANGKA PEMIKIRAN

Loyalitas pelanggan secara positif mempengaruhi laba perusahaan

melalui efek pengurangan biaya dan penambahan pendapatan per pelanggan

(Berry, 1995 dalam Thurau, 2002). Dengan mempertimbangkan efek

pengurangan biaya dilaporkan bahwa dengan tetap mempertahankan loyalitas

pelanggan akan mengeluarkan biaya yang lebih sedikit daripada memperoleh

satu pelanggan yang baru dan biaya untuk mempertahankan pelanggan

menurun sepanjang fase siklus hidup hubungan.

xxxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Citra perusahaan adalah sebuah proses (Maclnnis dan Price dalam

Aydin dan Ozer, 2005). Berawal dari ide, perasaan dan pengalaman

mengkonsumsi perusahaan yang didapat dari ingatan dan diubah kedalam citra

mental (batin) (Yullie dan Catchpole dalam Aydin dan Ozer, 2005). Fishbein

dan Ajzen dalam Aydin dan Ozer (2005) menyatakan bahwa sikap secara

fungsional berhubungan dengan minat, dimana memprediksikan suatu tingkah

laku. konsekuensinya citra perusahaan sebagai sikap berpengaruh terhadap

minat seperti customer loyalty (Johnson et,al, 2001 dalam Aydin dan Ozer,

2005).

Doney dan Cannon dalam Aydin dan Ozer (2005) menyatakan bahwa

kepercayaan merupakan suatu proses menghitung (calculative process) antara

biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Pelayanan baik yang

diterima sekarang akan berlanjut untuk kedepannya, sehingga service quality

berpengaruh positif terhadap trust.

Kepuasan pelanggan dipahami sebagai emosi pelanggan atau reaksi

perasaan pada perbedaan yang dirasakan antara penilaian kinerja dengan

harapan (Oliver 1980; Rust, Zahorik, dan Keiningham 1996; Yi 1990 dalam

Thurau, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Dabholkar, et al (2000) dalam

Tjiptono (2005) menyatakan bahwa kualitas jasa mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Peneliti lain juga telah menunjukkan

hubungan antara kualitas jasa dengan loyalitas pelanggan (Zeithaml, Berry,

dan Parasuraman, 1996 dalam Thurau, 2002; Ferrinadewi, 2004; Zulganef,

2002

xxxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Citra
Perusahaan
H1 H7

H5

Kualitas H2 Kepuasan H8 Loyalitas


Pelayanan Konsumen

H6
H3 H9

Kepercayaan H4

Gambar II.2
Kerangka Pemikiran

I. HIPOTESIS

Hipotesis merupakan pernyataan mengenai suatu hal yang harus diuji

kebenarannya. Ada hubungan teori dan hipotesis yaitu bahwa hipotesis

merupakan penjelasan yang bersifat sementara tetapi harus didasarkan pada

sistematika dan kebenaran dari teori yang sudah diuji (Djarwanto dan

Subagya, 1998).

Citra perusahaan (Corporate image) berasal dari pengalaman

mengkonsumsi konsumen dimana service quality adalah fungsi dari

pengalaman mengkonsumsi ini, sehingga service quality secara langsung

berpengaruh pada corporate image (Aydin dan Ozer, 2005). Pelayanan yang

memuaskan mencerminkan suatu citra perusahaan (Macaulay dan Sarah,

1996:12).

xxxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hipotesis 1 : Variabel kualitas pelayanan (service quality) mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap citra perusahaan

(corporate image).

Pada industri yang memasuki tahap kedewasaan (mature), kualitas

pelayanan (service quality) memiliki kontribusi bagi perusahaan yang

membedakan perusahaan dari pesaingnya (Simon, et al, 2005). Kuncinya

adalah mempertemukan atau melampaui target harapan kualitas pelayanan

pelanggan. Menurut Parasuraman (1988 : 16), semakin tinggi tingkat kualitas

pelayanan yang dipersepsikan, semakin meningkatnya kepuasan konsumen.

Pernyataan tersebut menegaskan adanya hubungan yang erat antara kualitas

pelayanan dengan kepuasan pelanggan.

Hipotesis 2 : Variabel kualitas pelayanan (service quality) mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen

(customer satisfaction).

Doney dan Cannon dalam Aydin dan Ozer (2005) menyatakan bahwa

kepercayaan merupakan suatu proses menghitung (calculative process) antara

biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Pelayanan baik yang

diterima sekarang akan berlanjut untuk kedepannya, sehingga kualitas

pelayanan berpengaruh positif terhadap kepercayaan.

Hipotesis 3 : Variabel kualitas pelayanan (service quality) mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap kepercayaan (trust).

Zeithaml, Berry dan Parasuraman, 1996 (dalam Thurau, 2002),

mengemukakan bahwa ada hubungan positif antara kualitas jasa dengan

loyalitas pelanggan. Pemberian rekomendasi suatu produk atau layanan dari

xl
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pelanggan kepada orang lain merupakan pencerminan dari tingginya loyalitas

pelanggan tersebut (Arndt : 1967:21). Service quality adalah penilaian

konsumen tentang kehandalan dan superioritas pelayanan secara keseluruhan

(Zeithaml, 1988). Service quality memuaskan konsumen akhirnya memelihara

loyalitas ( Zeithaml, Berry dan Parasuraman, 1996 ).

Hipotesis 4 : Variabel kualitas pelayanan (service quality) mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas konsumen

(consumer loyalty).

Konsumen yang merasa puas adalah konsumen yang menerima nilai

tambah yang lebih dari perusahaan. Memuaskan konsumen tidak hanya berarti

memberikan tambahan produk atau jasa, pelayanan ataupun sistem yang

digunakan (Evans dan Taskin, 1994). Kepuasan pelanggan merupakan suatu

hal yang sangat berharga demi mempertahankan keberadaan pelanggan

tersebut untuk tetap berjalannya bisnis atau usaha.

Hipotesis 5 : Variabel kepuasan konsumen (customer satisfaction)

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap citra

perusahaan (corporate image).

Garbarino dan Johnson (1999), bahwa kepercayaan terbentuk dari

pengalaman masa lalu dan interaksi sebelumnya sehingga konsumen

mendapatkan kepuasan seperti dalam penelitian Engel (1990) dan Pawitra

(1993), penilaian kepuasan terhadap suatu perusahaan tertentu karena

keduanya berkaitan erat dengan konsep kepuasan pelanggan.

xli
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hipotesis 6 : Variabel kepuasan konsumen (customer satisfaction)

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kepercayaan (trust).

Banyak faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan (customer

loyalty). Dalam penelitiannya mengenai customer loyalty, Aydin dan Ozer

(2005) mengemukakan bahwa faktor-faktor tersebut adalah kualitas

pelayanan, kepercayaan, citra perusahaan. Fishbein dan Ajzen dalam Aydin

dan Ozer (2005) menyatakan bahwa sikap secara fungsional berhubungan

dengan minat, dimana memprediksikan suatu tingkah laku. konsekuensinya

citra perusahaan sebagai sikap berpengaruh terhadap minat seperti loyalitas

pelanggan (Johnson et al, 2001).

Hipotesis 7 : Variabel citra perusahaan (corporate image) mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas konsumen

(consumer loyalty).

Menurut Fornell (1992), loyalitas pelanggan merupakan fungsi dari

kepuasan pelanggan, rintangan pengalihan dan keluhan pelanggan. Pelanggan

yang puas akan dapat melakukan pembelian ulang pada waktu yang akan

datang dan memberikan kepada orang lain atas produk atau jasa yang

dirasakan.

Hipotesis 8 : Variabel kepuasan konsumen (customer satisfaction),

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas

konsumen (consumer loyalty).

xlii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kepercayaan (trust) muncul dari pengalaman dan interaksi dari masa

lalu (Garbarino dan Johnson, 1999). Kepercayaan terlihat sebagai faktor

penting untuk meningkatkan loyalitas pelanggan (Fournier, 1998).

Hipotesis 9 : Variabel kepercayaan (trust), mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap loyalitas konsumen (consumer loyalty).

Hipotesis 10 : Variabel citra perusahaan (corporate image), kepuasan

(customer satisfaction), kepercayaan (trust), diduga sebagai

variabel mediasi dari kualitas pelayanan (service quality)

terhadap loyalitas konsumen (consumer loyalty).

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dilihat dari tujuannya, penelitian ini dikategorikan

kedalam penelitian pengujian hipotesis (hypothesis

testing), yaitu penelitian yang menjelaskan fenomena

dalam bentuk hubungan antar variabel. Dilihat dari

hubungan antar variabelnya, penelitian ini merupakan

penelitian kausal atau sebab akibat, yaitu penelitian

xliii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang diadakan untuk menjelaskan hubungan antar

variabel, variabel yang satu menyebabkan atau

menentukan nilai variabel yang lain (Cooper dan

Schindler, 2006:154). Metode pengumpulan data yang

digunakan pada penelitian ini adalah metode survey,

yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu

populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data untuk analisa penelitian.

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek yang

karakteristiknya hendak diduga (Djarwanto dan Pangestu Subagyo, 1998).

Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah Bank BRI cabang Sragen.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang (100 responden)

nasabah Bank BRI Cabang Sragen yang lamanya menjadi nasabah sudah

lebih dari 6 bulan (enam bulan). Pemilihan jumlah ini didasarkan pada

rumus (Djarwanto, 1996), adalah sebagai berikut :

2
1  Z  / 2
N=
4  E 

Keterangan :

N : jumlah sampel

xliv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Z : angka yang menunjukan penyimpangan suatu nilai variabel dari

mean dihitung dalam satuan deviasi standar tertentu.

E : error (kesalahan)

Dari nilai (level of significance) yang akan digunakan dalam

penelitian ini yaitu : 0,05 diharapkan bahwa besarnya kesalahan dalam

penggunaan sampel (kesalahan sampling) tidak lebih dari 10 persen.

Dengan rumus diatas jumlah sampel dapat ditentukan sebagai berikut :

2 2
1  Z 0.05/2  1  1.96 
N=   =   = 96.04
4  0.1  4  0.1 

Sehingga jumlah sampel yang digunakan adalah 96.04 orang dan

dibulatkan menjadi 100 orang.

3. Sampling

Sampling adalah proses dari penyeleksian suatu jumlah elemen yang

cukup dari populasi sehingga dengan mempelajari sampel, memahami

sifat dan karakteristik dari subyek sampel, yang mampu

menjeneralisasikan sifat atau karakteristik ke dalam elemen-elemen dalam

populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan desain

non probability, probability elemen dalam populasi untuk terpilih sebagai

subyek sampel tidak diketahui (Sekaran, 2003). Sampel ditentukan dengan

metode purposive sampling. Pengambilan sampel dalam hal ini terbatas

pada jenis orang tertentu yang dapat memberikan informasi yang

diinginkan entah karena mereka adalah satu-satunya yang memilikinya

atau memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti (Sekaran,

2003). Kriteria yang digunakan adalah nasabah Bank BRI cabang Sragen

yang lamanya menjadi nasabah sudah lebih dari 6 bulan (enam bulan).

xlv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Sumber Data

Sumber data diperoleh dengan menggunakan data primer. Data primer

adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau

perorangan langsung dari objeknya (Sekaran, 2003:57). Dalam penelitian ini,

data primer diperoleh dari jawaban responden yang diperoleh melalui

kuesioner sedangkan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data kuantitatif. Dalam hal ini adalah jawaban dari konsumen yang di dapat

dari hasil penyebaran kuesioner mengenai kualitas jasa, citra perusahaan,

kepercayaan, kepuasan pelanggan, dan loyalitas pelanggan.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah

dengan menggunakan kuesioner, yaitu dengan

memberikan daftar pertanyaan kepada responden dan

responden memilih alternatif jawaban yang sudah

tersedia. Responden tidak diberi kesempatan menjawab

yang lain di luar jawaban yang telah disediakan.

E. Pengukuran Variabel dan Definisi Operasional

1. Teknik Pengukuran Variabel

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dalam

penelitian ini adalah kuesioner, yaitu suatu angket yang berisi serangkaian

pertanyaan yang disebarkan kepada responden untuk mendapatkan

xlvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

jawaban mereka (Sekaran, 2000). Skala yang digunakan dalam penelitian

ini adalah skala Likert.

Sangat Setuju (SS) = nilai skor 4 (empat)

Setuju (S) = nilai skor 3 (tiga)

Tidak Setuju (TS) = nilai skor 2 (dua)

Sangat Tidak Setuju (STS) = nilai skor 1(satu)

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang bersifat memberikan arti

kepada suatu variabel dengan menetapkan kegiatan-kegiatan atau

tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur variabel tersebut. Definisi

operasional ini akan memberikan batasan, ciri atau indikator suatu variabel

dengan merinci hal-hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk

mengukur variabel tersebut.

Tabel III. 1
Tabel Definisi Operasional Dan Representasi Pengukuran Variabel

No Variabel Notasi Definisi Operasional Indikator Skala

1 Kualitas jasa X1 Ukuran seberapa  Aspek Fisik Likert


bagus tingkat layanan  Reliabilitas (Interval)
yang diberikan  Interaksi personal
mampu sesuai dengan  Pemecahan masalah
harapan pelanggan  Kebijakan
2 Kepuasan X2 Tingkat perasaan  Tingkat kepuasan Likert
pelanggan seseorang setelah keseluruhan (Interval)
membandingkan  Rasa senang terhadap
kinerja atau hasil pelayanan
yang ia rasakan

xlvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dibandingkan dengan
harapannya
3 Citra X3 Keseluruhan kesan  Kestabilan Likert
perusahaan yang dibuat tentang perusahaan (Interval)
perusahaan  perusahaan maju dan
inovatif kontribusi
pada masyarakat
 perusahaan menjadi
pemimpin pasar
dalam industri
 citra perusahaan
4 Trust X4 Kesediaan  reliability Likert
(kepercayaan ) (willingness) (kehandalan) (Interval)
seseorang untuk  ethics (etika)
menggantungkan  service quality
dirinya pada pihak (kualitas pelayanan)
lain dengan risiko  cumulative process
tertentu (proses kumulatif)

5 Loyalitas Y Suatu kondisi dimana  repurchase intention Likert


pelanggan konsumen (minat membeli (Interval)
mempunyai sikap kembali)
positif terhadap  resistance to
sebuah merek dan switching (ketahanan
bermaksud dalam melakukan
meneruskan pemilihan)
pembeliannya dimasa  willingness to
mendatang recommend
(keinginan untuk
merekomendasikan)
Sumber : Karsono (2005) yang diolah

xlviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

berisi daftar pertanyaan. Dalam penelitian ini, digunakan kuesioner yang

dikembangkan oleh Karsono. Metode pengumpulan data kuesioner pada

penelitian ini adalah dengan menggunakan metode personnally administrated

qustonnaires, yaitu peneliti menyampaikan sendiri kuesioner kepada

responden dan mengambil sendiri kuesioner yang telah diisi oleh responden,

tujuan utamanya supaya tingkat pengembalian kuesioner dapat terjaga didalam

periode waktu yang relatif pendek (Sekaran, 2003: 236).

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis data dengan cara mengubah

data mentah menjadi bentuk yang lebih mudah dipahami dan

diinterpretasikan. Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk

menganalisis profil responden dan analisis tanggapan responden terhadap

item-item pertanyaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

loyalitas konsumen. Penyajian hasil-hasil analisis deskriptif dalam

penelitian ini berupa frekuensi dan prosentase, serta grafik dan chart pada

data yang bersifat kategorial, serta berupa statistik-statistik kelompok,

mean pada data yang bukan kategorial. Kesimpulan pada penelitian ini

dapat dilihat pada data kuesioner yang telah diisi oleh responden.

xlix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Pengujian Instrumen Penelitian

a) Uji Validitas

Validitas instrumen penelitian atau tingkat ketepatan instrumen

penelitian adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk

mengungkapkan data sesuai dengan masalah yang hendak

diungkapkannya. Validitas pengukuran berhubungan dengan

kesesuaian dan kecermatan fungsi ukur dari alat yang digunakan.

Dengan menggunakan instrumen penelitian yang memiliki validitas

tinggi, maka hasil penelitian akan mampu menjelaskan masalah

penelitian sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. (Umar, 2002:213):

Pada uji validitas ini dilakukan CFA (Confirmatory Faktor

Analysis). Dalam uji CFA ini dilakukan dengan cara memasukkan

seluruh item pertanyaan pada faktor analisis dengan metode extraksi

principel component analysis kemudian melakukan pengujian yang

berulang-ulang hingga mendapatkan seluruh item pertanyaan

terekstrak secara sempurna. Pada uji validitas ini digunakan aplikasi

bantuan yakni SPSS For Windows versi 11.5. (Ghozali, 2001:251).

b) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

konsistensi terhadap instrumen-instrumen yang mengukur konsep.

Reliabilitas suatu pengukuran mencerminkan apakah suatu pengukuran

dapat terbebas dari kesalahan (error), sehingga memberikan hasil

pengukuran yang konsisten pada kondisi yang berbeda dan pada

masing-masing butir dalam instrumen (Sekaran, 2003:203).

l
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menurut Sekaran (2000: 312) indikator pengukuran reliabilitas

dibagi ke dalam 3 kriteria berdasarkan nilai koefisisen Alpha-nya,

yaitu sebagai berikut :

Jika alpha:

1. 0,8-1,0 = Reliabilitas sangat baik

2. 0,6-0,799 = Reliabilitas baik

3. kurang dari 0,6 = Reliabilitas kurang baik

Untuk mengukur reliabilitas dari instrumen penelitian ini

dilakukan dengan Cronbach’s Alpha juga digunakan software aplikasi

SPSS for windows versi 11.5.

c) Uji Hipotesis

1) Analisis regresi linear berganda

Secara umum, analisis regresi pada dasarnya adalah studi

mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu

atau lebih variabel independen (bebas) dengan tujuan untuk

mengestimasi atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-

rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang

diketahui (Gujarati, 2003).

2) Uji-t (t – test)

Uji-t berfungsi untuk mengetahui apakah variabel independen

secara individual mempengaruhi variable dependen. Uji ini

dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel.

Rumus uji t yang digunakan adalah sebagai berikut:

li
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tahap-tahap yang dilakukan adalah :

(a) Hipotesis

Ho : β = 0 (secara parsial tidak ada pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen)

Hi : βi ≠ 0 (secara parsial terdapat pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen)

(b) Tingkat Kesalahan α = 0.05

ttabel = tα/2 , n-k-1

(c) Kriteria pengujian

Ho diterima apabila = –ttabel ≤ thitung ≤ t tabel

Ho ditolak apabila = thitung >ttabel atau thitung < -ttabel

(d) Menentukan thitung

(e) Kesimpulan: menolak atau menerima Ho

Jika thitung lebih besar daripada ttabel atau thitung lebih kecil

daripada ttabel maka Ho ditolak artinya terdapat pengaruh yang

signifikan antara masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen. (Harsono, 2002:157).

3) Uji signifikansi simultan (uji F)

Uji statistic F pada dasarnya menunjukan apakah semua

variabel independent yang dimasukan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

lii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adakah semua parameter

dalam model sama dengan nol atau :

H0 : bi = b2 =……= bk = 0

Artinya apakah semua variabel independen bukan merupakan

penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis

alternatifnya (HA) tidak semua parameter secara simultan sama

dengan nol atau :

HA : bi ≠ b2 ≠…..≠ bk ≠ 0

Artinya semua variabel independen secara simultan

merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

4) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi menunjukkan berapa besar persentase

variasi dalam variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi

variabel independen. Uji ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

ketepatan yang paling baik dalam analisis regresi, yang ditunjukan

oleh besarnya koefisien determinasi (R2) antara nol dan satu.

Koefisien determinasi nol berarti variabel independen sama sekali

tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, bila mendekati satu

berarti variabel independen semakin berpengaruh terhadap variabel

dependen (Sekaran, 2002 : 217).

5) Pengujian variabel mediasi

Variabel mediasi adalah variabel yang mengemuka antara

waktu variabel bebas mulai bekerja mempengaruhi variabel terikat,

dan waktu pengaruh variabel bebas terasa pada variabel terikat.

liii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Variabel mediasi mengemuka sebagai sebuah fungsi variabel bebas

yang berlaku dalam situasi apapun, serta membantu mengonsepkan

dan menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat

(Sekaran, 2006). Untuk menguji hipotesis penelitian dipakai

analisis path. Analisis path adalah alat statistik yang digunakan

untuk menjelaskan dua variabel atau lebih. Kegunaan analisis path

ini adalah sebagai alat eksplanasi atau faktor dominan atau jalur

mana yang berpengaruh kuat (Baron dan Kenny, 1986).

Lima langkah analisis path adalah sebagai berikut :

a) Merancang model berdasarkan konsep dan teori.

b) Pemeriksaan terhadap asumsi yang mendasari.

c) Pendugaan parameter atau perhitungan koefisien path

i) Regresi linear sederhana

Z = a + bX + e

ii) Regresi berganda

Y =  0  1 X   2 Z

Keterangan :

a, b,  0 : konstanta regresi

1 ,  2 : koefisien regresi

Y : variabel dependen

X : variabel independen

Z : variabel pemediasi

liv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d) Pemeriksaan validitas model

Kesahihan hasil penelitian tergantung pada terpenuhi atau

tidaknya asumsi yang melandasi.

e) Melakukan interpretasi hasil

Langkah terakhir dalam analisis path adalah melakukan

interpretasi hasil, akan terjadi full mediation jika pengaruh

variabel prediktor pada variabel kriteria secara langsung adalah

signifikan tapi pengaruhnya tidak signifikan ketika melibatkan

variabel mediator. Partial mediation terjadi jika pengaruh

variabel prediktor pada variabel kriteria baik secara langsung

maupun tidak langsung adalah signifikan (Baron dan Kenny,

1986).

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif Responden

Responden dalam penelitian ini adalah nasabah Bank BRI Cabang

Sragen yang lamanya menjadi nasabah sudah lebih dari 6 bulan (enam bulan)

yang berjumlah 100 nasabah. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan desain non probability, probability elemen dalam populasi

untuk terpilih sebagai subyek sampel tidak diketahui (Sekaran, 2003). Sampel

ditentukan dengan metode purposive sampling. Pengambilan sampel dalam

lv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

hal ini terbatas pada jenis orang tertentu yang dapat memberikan informasi

yang diinginkan entah karena mereka adalah satu-satunya yang memilikinya

atau memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti (Sekaran,

2003). Kriteria yang digunakan adalah nasabah Bank BRI cabang Sragen yang

lamanya menjadi nasabah sudah lebih dari 6 bulan (enam bulan).

Pengumpulan data dilakukan dua tahap, tahap pertama peneliti

melakukan pretest dengan menyebar 30 kuesioner sebagai tahap awal untuk

menguji validitas masing-masing variabel dengan melakukan uji confirmatori

factor analisys. Pada tahap pertama ini terdapat beberapa pertanyaan yang

kurang valid sehingga harus direvisi. Setelah item pertanyaan pada masing-

masing variabel tersebut direvisi, maka selanjutnya disusun kuesioner yang

akan digunakan untuk mengambil sampel besar. Pada tahap ini 30 kuesioner

tersebut tidak digunakan sebagai data analisis.

Tahap kedua pengambilan sampel besar dengan melakukan penyebaran

kuesioner sebanyak 100 buah, yang kemudian dianalisis dengan menguji

validitas responden. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui apakah masih

terdapat kelemahan pada kuesioner dan sampel yang akan digunakan sebagai

analisa hipotesis penelitian. Pada tahap ini sudah tidak terdapat masalah

sehingga dapat dilakukan analisis berikutnya.

Gambaran umum tentang responden diperoleh dari data diri yang

terdapat dalam kuesioner pada bagian identitas responden yang meliputi : jenis

kelamin, kelompok usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan terakhir, dan

penghasilan / gaji. Gambaran umum responden dapat dilihat dalam tabel

berikut ini:

lvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel IV.1
Deskripsi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase


Laki-laki 61 61 %
Perempuan 39 39 %
Jumlah 100 100 %
Sumber : Data Primer Diolah, 2009

Berdasarkan tabel IV.1 dapat diketahui bahwa sejumlah 61 responden

atau 61 % adalah laki-laki dan 39 responden atau 39 % adalah perempuan. Hal

tersebut sesuai dengan jumlah total yaitu 100 responden yang menjadi

ketentuan pengambilan sampel.

Tabel IV.2
Deskripsi Responden Berdasarkan usia
Umur Frekuensi Persentase
16 – 25 tahun 32 32 %
26 – 35 tahun 37 37 %
36 – 45 tahun 17 17 %
46 – 55 tahun 10 10 %
56 tahun lebih 4 4%
Jumlah 100 100 %
Sumber : Data Primer Diolah, 2009

Berdasarkan tabel IV.2 dapat diketahui bahwa 32 responden atau 32 %

adalah kelompok usia 16-25 tahun, 37 responden atau 37 % adalah kelompok

usia 26-35 tahun, 17 responden atau 17 % adalah kelompok usia 36-45 tahun,

10 responden atau 10 % adalah kelompok usia 46-55 tahun, dan 4 responden

atau 4 % adalah kelompok usia 56 tahun lebih.

Tabel IV.3
Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Persentase
PNS 32 32 %
Wiraswasta 18 18 %
Swasta 23 23 %

lvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Mahasiswa/pelajar 23 23 %
Purnawirawan 1 1%
Lainnya 3 3%
Jumlah 100 100 %
Sumber : Data Primer Diolah, 2009

Berdasarkan tabel IV.3 dapat diketahui bahwa 32 responden atau 32 %

adalah PNS, 18 responden atau 18 % adalah wiraswasta, 23 responden atau 23

% adalah swasta, 23 responden atau 23 % adalah mahasiswa/pelajar, 1

responden atau 1 % adalah purnawirawan, dan 3 responden atau 3 % adalah

lainnya. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang paling

dominan adalah bekerja sebagai PNS.

Tabel IV.4
Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan Frekuensi Persentase
SD 0 0%
SLTP 3 3%
SLTA 29 29 %
Akademi (D1/D2/D3/D4) 12 12 %
Sarjana (S1/S2/S3) 56 56 %
Jumlah 100 100 %
Sumber : Data Primer Diolah, 2009

Berdasarkan tabel IV.4 dapat diketahui bahwa 0 responden atau 0 %

adalah pendidikan SD, 3 responden atau 3 % adalah SLTP, 29 responden atau

29 % adalah SLTA, 12 responden atau 12 % adalah akademi, dan 56

responden atau 56 % adalah sarjana. Jumlah responden terbanyak yaitu dari

tingkat pendidikan sarjana.

Tabel IV.5
Deskripsi Responden Berdasarkan Gaji / penghasilan
Penghasilan Frekuensi Persentase
< Rp 1000.000,- 32 32 %

lviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Rp 1000.001,- s/d Rp 2000.000,- 38 38 %


Rp 2000.001,- s/d Rp 3000.000,- 12 12 %
Rp 3000.001,- s/d Rp 4000.000,- 13 13 %
> Rp 4000.001,- 5 5%
Jumlah 100 100 %
Sumber : Data Primer Diolah, 2009

Berdasarkan tabel IV. 5 dapat diketahui bahwa 32 responden atau 32 %

adalah dengan penghasilan rata-rata perbulan < Rp 1000.000,- , 38 responden

atau 38 % adalah dengan penghasilan rata-rata perbulan Rp 1000.001,- s/d Rp

2000.000,- , 12 responden atau 12 % adalah dengan penghasilan rata-rata

perbulan Rp 2000.001,- s/d Rp 3000.000,- , 13 responden atau 13 % adalah

dengan penghasilan rata-rata perbulan Rp 3000.001,- s/d Rp 4000.000,- , dan

5 responden atau 5 % adalah dengan penghasilan rata-rata perbulan > Rp

4000.001,-.

B. Analisis Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Uji validitas berfungsi untuk menguji ketepatan suatu alat ukur dalam

melakukan fungsi ukurnya. Pengujian dilakukan dengan cara

mengkorelasikan skor tiap-tiap butir dengan skor butirnya untuk menguji

kesalahan butir dari alat ukur. Dalam hal ini uji validitas dipergunakan

untuk mengetahui sejauh mana kuesioner mengukur pemahaman

konsumen terhadap variable Kualitas Pelayanan (service quality),

Kepuasan Pelanggan (customer satisfaction), kepercayaan (trust), Biaya

Perpindahan (switching cost), dan Loyalitas Pelanggan (customer loyalty)

sehingga dapat memberikan jawaban sesuai dengan pendapatnya. Dalam

perhitungan secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus

lix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dibandingkan dengan angka kritis tabel korelasi nilai r. Dengan bantuan

program SPSS, uji yang dilakukan adalah dengan melakukan uji CFA

(Confirmatory Faktor Analisys) yang dilakukan secara berulang-ulang dan

trial and error hingga mendapatkan hasil dari seluruh komponen dapat

terekstrak secara sempurna. Dapat dilihat hasil uji validitas pada tabel

dibawah berikut:

Tabel IV.6

Tabel Hasil Uji CFA (Confirmatory Factor Analysis)


Component
1 2 3 4 5
QS1 .896
QS2 .629
QS3 .901
QS4 .659
QS5 .786
QS6 .759
QS7 .895

lx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

QS8 .904
CI1 .520
CI2 .524
CI3 .683
CI4 .803
CI5 .712
SC1 .584
SC2 .861
SC3 .548
SC4 .853
T1 .601
T2 .575
T3 .534
L1 .682
L2 .699
L3 .720
L4 .662

Sumber : Data primer diolah, 2009

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa semua item pertanyaan

(QS1 s/d L4) dapat terekstrak secara sempurna kedalam 5 faktor (5

variabel) sehingga semua item dikatakan valid. Dari tabel diatas dapat

disimpulkan bahwa variabel independen yaitu QS (kualitas pelayanan), CI

(citra perusahaan), SC (kepuasan konsumen), T (kepercayaan), dan

variabel dependen yaitu L (loyalitas nasabah) dapat dikatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan tingkat kestabilan dari alat pengukur untuk

mengukur suatu gejala. Semakin tinggi suatu reliabilitas alat ukur, maka

semakin stabil alat tersebut mengukur suatu gejala. Untuk mengukur

reliabilitas dapat dilihat dari nilai Cronbach’s Alpha. Cronbach’s Alpha

lxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dipilih karena merupakan teknik pengujian konsistensi reliabilitas yang

paling popular dan indeks konsistensi yang cukup sempurna. Nilai alpha

0,8 sampai 1,0 dikategorikan reliabilitas sangat baik. Sedangkan antara 0,6

sampai 0,799 berarti reliabilitasnya baik (diterima), dan jika nilai

Cronbach’s Alpha kurang dari 0,6 dikategorikan reliabilitasnya kurang

baik (Sekaran, 2000:312).

Perhitungan menggunakan bantuan software SPSS versi 11.5 yang

hasil perhitungannya dapat dilihat dalam lampiran dan dijelaskan pada

tabel berikut:

Tabel IV.7
Tabel Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Koefisien Alpha Keterangan reliabilitas


Kualitas pelayanan 0,945 Reliabilitas sangat baik
Citra perusahaan 0,834 Reliabilitas sangat baik
Kepuasan 0,859 Reliabilitas sangat baik
Kepercayaan 0,707 Reliabilitas baik
Loyalitas 0,872 Reliabilitas sangat baik
Sumber : Data primer diolah, 2009

Berdasarkan tabel IV.7 diatas dapat diketahui bahwa alat

ukur/kuesioner dalam penelitian ini yang meliputi pengukuran terhadap

kualitas pelayanan (service quality), citra perusahaan (corporate image),

kepuasan nasabah (customer satisfaction), dan loyalitas nasabah (customer

loyalty) memiliki tingkat reliabilitas sangat baik masing-masing 0,945,

0,834, 0,859, dan 0,872 sedangkan kepercayaan (trust) memiliki tingkat

reliabilitas baik yaitu dengan nilai alpha 0, 707. Dari hasil tersebut maka

lxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dapat dikatakan bahwa seluruh variabel reliabel atau tidak ada variabel

yang tertolak.

C. Analisis data

1. Variabel dependen citra perusahaan

a. Regresi linear berganda

Tabel IV.8

Hasil analisis regresi berganda

Variabel independen Koefisien t hitung Sig

Kualitas pelayanan 0,099 2,338 0,021


Kepuasan 0,569 6,202 0,000

Variabel dependen Citra perusahaan


Constan 6,054
Stand. error of the estimate 1,476
Adjusted R square 0,402
R Square 0,414
F hitung 34,303
Sumber : Data primer diolah, 2009

Y : 6,054 + 0,099 X1 + 0,569 X2


1) Berdasarkan regresi diatas dapat dijelaskan bahwa koefisien regresi

untuk kualitas pelayanan (X1) bernilai positif, hal ini berarti

apabila kualitas pelayanan meningkat maka citra perusahaan juga

akan meningkat. sebaliknya apabila kualitas pelayanan mengalami

penurunan maka citra perusahaan juga akan turun.

lxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Berdasarkan regresi diatas dapat dijelaskan bahwa koefisien regresi

untuk kepuasan (X2) bernilai positif, hal ini berarti apabila

kepuasan meningkat maka citra perusahaan juga akan meningkat.

sebaliknya apabila kepuasan mengalami penurunan maka citra

perusahaan juga akan turun.

b. Goodness of fit

1) Uji-t

Dengan menggunakan  5% yang berarti tingkat keyakinan 95 %

maka T tabel dapat dihitung :

t tabel : (  /2 : N-k )

: 0,05/2 : 100-2)

: (0,025 : 98)

: 0,0002

a) Dari tabel IV.8 dapat diketahui bahwa untuk variabel kualitas

pelayanan mempunyai t hitung = 2,338 > t tabel = 0,0002

maka H0 ditolak dan HA diterima. Berarti dapat disimpulkan

bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara kualitas

pelayanan terhadap citra perusahaan.

b) Dari tabel IV.8 dapat diketahui bahwa untuk variabel kepuasan

mempunyai t hitung = 6,202 > t tabel = 0,0002 maka H0

ditolak dan HA diterima. Berarti dapat disimpulkan bahwa

adanya pengaruh yang signifikan antara kepuasan terhadap

citra perusahaan.

2) Uji F

lxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel kualitas pelayanan

dan kepuasan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap citra

perusahaan. Dengan menggunakan  5% dan tingkat keyakinan 95

% maka besar F tabel dapat dihitung sebagai berikut :

F tabel : F (k-1 : N-k)

: 0,05 (2-1 : 100-2)

: 0,05 (1: 98)

: 0,05 (0,01)

: 0,0005

Hasil pengolahan data diketahui bahwa F hitung = 34,303 > F tabel

= 0,0005 maka dapat diambil kesimpulan H0 ditolak dan HA

diterima, hal ini berarti bahwa variabel kualitas pelayanan dan

kepuasan mempunyai pengaruh terhadap citra perusahaan.

3) Uji determinasi (R 2 )

Hasil dari perhitungan R 2 adalah sebesar 0,644 dan koefisien

determinasi yang disesuaikan sebesar 0,414. Hal ini berarti 41,4 %

citra perusahaan benar-benar dikarenakan kualitas pelayanan dan

kepuasan, sedangkan sisanya 58,6 % dipengaruhi oleh faktor lain

diluar variabel lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian

ini.

2. Variabel dependen Kepuasan

a. Regresi linear berganda

Tabel IV.9

Hasil analisis regresi berganda

lxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Variabel independen Koefisien t hitung Sig

Kualitas pelayanan 0,197 4,642 0,000

Variabel dependen Kepuasan


Constan 7,370
Stand. error of the estimate 1,625
Adjusted R square 0,172
R Square 0,180
F hitung 21,549
Sumber : Data primer diolah, 2009

Y : 7,370 + 0,197 X1

Berdasarkan regresi diatas dapat dijelaskan bahwa koefisien regresi

untuk kualitas pelayanan (X1) bernilai positif, hal ini berarti apabila

kualitas pelayanan meningkat maka kepuasan juga akan meningkat.

sebaliknya apabila kualitas pelayanan mengalami penurunan maka

kepuasan juga akan turun.

b. Goodness of fit

1) Uji-t

Dengan menggunakan  5% yang berarti tingkat keyakinan 95 %

maka T tabel dapat dihitung :

t tabel : (  /2 : N-k )

: 0,05/2 : 100-1)

: (0,025 : 99)

: 0,0002

Dari tabel IV.9 dapat diketahui bahwa untuk variabel kualitas

pelayanan mempunyai t hitung = 4,642 > t tabel = 0,0002 maka

H0 ditolak dan HA diterima. Berarti dapat disimpulkan bahwa

lxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

adanya pengaruh yang signifikan antara kualitas pelayanan

terhadap kepuasan.

2) Uji F

Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel kualitas pelayanan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan. Dengan

menggunakan  5% dan tingkat keyakinan 95 % maka besar F

tabel dapat dihitung sebagai berikut :

F tabel : F (k-1 : N-k)

: 0,05 (1-1 : 100-1)

: 0,000

Hasil pengolahan data diketahui bahwa F hitung = 21,549 > F tabel

= 0,000 maka dapat diambil kesimpulan H0 ditolak dan HA

diterima, hal ini berarti bahwa variabel kualitas pelayanan

mempunyai pengaruh terhadap kepuasan.

3) Uji determinasi (R 2 )

Hasil dari perhitungan R 2 adalah sebesar 0,425 dan koefisien

determinasi yang disesuaikan sebesar 0,180. Hal ini berarti 18,0 %

kepuasan benar-benar dikarenakan kualitas pelayanan, sedangkan

sisanya 82,0 % dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel lain

yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini.

3. Variabel dependen Kepercayaan

a. Regresi linear berganda

Tabel IV.10

Hasil analisis regresi berganda

lxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Variabel independen Koefisien t hitung Sig

Kualitas pelayanan 0,069 2,262 0,026


Kepuasan 0,291 4,396 0,000

Variabel dependen Kepercayaan


Constan 4,249
Stand. error of the estimate 1,065
Adjusted R square 0,278
R Square 0,293
F hitung 20,063
Sumber : Data primer diolah, 2009

Y : 4,249 + 0,069 X1 + 0,291 X2

1) Berdasarkan regresi diatas dapat dijelaskan bahwa koefisien regresi

untuk kualitas pelayanan (X1) bernilai positif, hal ini berarti

apabila kualitas pelayanan meningkat maka kepercayaan juga akan

meningkat. sebaliknya apabila kualitas pelayanan mengalami

penurunan maka kepercayaan juga akan turun.

2) Berdasarkan regresi diatas dapat dijelaskan bahwa koefisien regresi

untuk kualitas pelayanan (X2) bernilai positif, hal ini berarti

apabila kepuasan meningkat maka kepercayaan juga akan

meningkat. sebaliknya apabila kepuasan mengalami penurunan

maka kepercayaan juga akan turun.

b. Goodness of fit

a. Uji-t

Dengan menggunakan  5% yang berarti tingkat keyakinan 95 %

maka T tabel dapat dihitung :

t tabel : (  /2 : N-k )

lxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

: 0,05/2 : 100-2)

: (0,025 : 98)

: 0,0002

a) Dari tabel IV.9 dapat diketahui bahwa untuk variabel kualitas

pelayanan mempunyai t hitung = 2,262 > t tabel = 0,0002

maka H0 ditolak dan HA diterima. Berarti dapat disimpulkan

bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara kualitas

pelayanan terhadap kepercayaan.

b) Dari tabel IV.9 dapat diketahui bahwa untuk variabel kepuasan

mempunyai t hitung = 4,396 > t tabel = 0,0002 maka H0

ditolak dan HA diterima. Berarti dapat disimpulkan bahwa

adanya pengaruh yang signifikan antara kepuasan terhadap

kepercayaan.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel kualitas pelayanan

dan kepuasan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kepercayaan. Dengan menggunakan  5% dan tingkat keyakinan

95 % maka besar F tabel dapat dihitung sebagai berikut :

F tabel : F (k-1 : N-k)

: 0,05 (2-1 : 100-2)

: 0,0005

Hasil pengolahan data diketahui bahwa F hitung = 20,063 > F tabel

= 0,0005 maka dapat diambil kesimpulan H0 ditolak dan HA

lxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

diterima, hal ini berarti bahwa variabel kualitas pelayanan dan

kepuasan mempunyai pengaruh terhadap kepercayaan.

c. Uji determinasi (R 2 )

Hasil dari perhitungan R 2 adalah sebesar 0,541 dan koefisien

determinasi yang disesuaikan sebesar 0,293. Hal ini berarti 29,3 %

kepercayaan benar-benar dikarenakan kualitas pelayanan dan

kepuasan, sedangkan sisanya 70,7 % dipengaruhi oleh faktor lain

diluar variabel lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian

ini.

4. Variabel dependen loyalitas

a. Regresi linear berganda

Tabel IV.11

Hasil analisis regresi berganda

Variabel independen Koefisien t hitung Sig

Kualitas pelayanan 0,313 6,164 0,000

lxx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Variabel dependen Loyalitas


Constan 3,570
Stand. error of the estimate 1,948
Adjusted R square 0,272
R Square 0,279
F hitung 37,998
Sumber : Data primer diolah, 2009

Y : 3,570 + 0,313 X1

Berdasarkan regresi diatas dapat dijelaskan bahwa koefisien regresi

untuk kualitas pelayanan (X1) bernilai positif, hal ini berarti apabila

kualitas pelayanan meningkat maka loyalitas juga akan meningkat.

Sebaliknya apabila kualitas pelayanan mengalami penurunan maka

loyalitas juga akan turun.

b. Goodness of fit

a) Uji-t

Dengan menggunakan  5% yang berarti tingkat keyakinan 95 %

maka T tabel dapat dihitung :

t tabel : (  /2 : N-k )

: 0,05/2 : 100-1)

: (0,025 : 99)

: 0,0002

Dari tabel IV.10 dapat diketahui bahwa untuk variabel kualitas

pelayanan mempunyai t hitung = 6,164 > t tabel = 0,0002 maka

H0 ditolak dan HA diterima. Berarti dapat disimpulkan bahwa

adanya pengaruh yang signifikan antara kualitas pelayanan

terhadap loyalitas.

lxxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b) Uji F

Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel kualitas pelayanan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas. Dengan

menggunakan  5% dan tingkat keyakinan 95 % maka besar F

tabel dapat dihitung sebagai berikut :

F tabel : F (k-1 : N-k)

: 0,05 (1-1 : 100-1)

: 0,000

Hasil pengolahan data diketahui bahwa F hitung = 37,998 > F tabel

= 0,000 maka dapat diambil kesimpulan H0 ditolak dan HA

diterima, hal ini berarti bahwa variabel kualitas pelayanan

mempunyai pengaruh terhadap loyalitas.

c) Uji determinasi (R 2 )

Hasil dari perhitungan R 2 adalah sebesar 0,529 dan koefisien

determinasi yang disesuaikan sebesar 0,279. Hal ini berarti 27,9 %

loyalitas benar-benar dikarenakan kualitas pelayanan, sedangkan

sisanya 62,1 % dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel lain

yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini.

5. Variabel dependen Loyalitas

a. Regresi linear berganda

Tabel IV.12

Hasil analisis regresi berganda

Variabel independen Koefisien t hitung Sig

lxxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kualitas pelayanan 0,130 2,873 0,005


Citra perusahaan 0,280 2,527 0,013
Kepuasan 0,409 3,615 0,000
Kepercayaan 0,345 2,251 0,027

Variabel dependen Loyalitas


Constan - 4,518
Stand. error of the estimate 1,509
Adjusted R square 0,563
R Square 0,581
F hitung 32,917
Sumber : Data primer diolah, 2009

Y : -4,518 + 0,130 X1 + 0,280 X2 + 0,409 X3 + 0,345 X4

Berdasarkan model regresi tersebut dapat ditafsirkan sebagai berikut :

1) Berdasarkan regresi diatas dapat dijelaskan bahwa koefisien regresi

untuk kualitas pelayanan (X1) bernilai positif, hal ini berarti

apabila kualitas pelayanan meningkat maka loyalitas juga akan

meningkat. sebaliknya apabila kualitas pelayanan mengalami

penurunan maka loyalitas juga akan turun.

2) Berdasarkan regresi diatas dapat dijelaskan bahwa koefisien regresi

untuk citra perusahaan (X2) bernilai positif, hal ini berarti apabila

citra perusahaan meningkat maka loyalitas juga akan meningkat.

sebaliknya apabila citra perusahaan mengalami penurunan maka

loyalitas juga akan turun.

3) Berdasarkan regresi diatas dapat dijelaskan bahwa koefisien regresi

untuk kepuasan (X3) bernilai positif, hal ini berarti apabila

kepuasan meningkat maka loyalitas juga akan meningkat.

lxxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sebaliknya apabila kepuasan mengalami penurunan maka loyalitas

juga akan turun.

4) Berdasarkan regresi diatas dapat dijelaskan bahwa koefisien regresi

untuk kepercayaan (X4) bernilai positif, hal ini berarti apabila

kepercayaan meningkat maka loyalitas juga akan meningkat.

sebaliknya apabila kepercayaan mengalami penurunan maka

loyalitas juga akan turun.

b. Goodness of fit

1) Uji-t

Dengan menggunakan  5% yang berarti tingkat keyakinan 95 %

maka T tabel dapat dihitung :

t tabel : (  /2 : N-k )

: 0,05/2 : 100-4)

: (0,025 : 96)

: 0,0003

a) Dari tabel IV.11 dapat diketahui bahwa untuk variabel kualitas

pelayanan mempunyai t hitung = 2,873 > t tabel = 0,0003

maka H0 ditolak dan HA diterima. Berarti dapat disimpulkan

bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara kualitas

pelayanan terhadap loyalitas.

b) Dari tabel IV.11 dapat diketahui bahwa untuk variabel citra

perusahaan mempunyai t hitung = 2,527 > t tabel = 0,0003

maka H0 ditolak dan HA diterima. Berarti dapat disimpulkan

lxxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara citra

perusahaan terhadap loyalitas.

c) Untuk variabel kepuasan mempunyai t hitung = 3,615 > t tabel

= 0,0003 maka H0 ditolak dan HA diterima. Berarti dapat

disimpulkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara

kepuasan terhadap loyalitas.

d) Untuk variabel kepercayaan mempunyai t hitung = 2,251 > t

tabel = 0,0003 maka H0 ditolak dan HA diterima. Berarti dapat

disimpulkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara

kepercayaan terhadap loyalitas.

2) Uji F

Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel kualitas pelayanan,

citra perusahaan, kepuasan, kepercayaan secara bersama-sama

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas. Dengan

menggunakan  5% dan tingkat keyakinan 95 % maka besar F

tabel dapat dihitung sebagai berikut :

F tabel : F (k-1 : N-k)

: 0,05 (4-1 : 100-4)

: 0,05 (3 : 96)

: 0,05 (0,031)

: 0,002

Hasil pengolahan data diketahui bahwa F hitung = 32,917 > F tabel

= 0,002 maka dapat diambil kesimpulan H0 ditolak dan HA

diterima, hal ini berarti bahwa variabel kualitas pelayanan, citra

lxxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

perusahaan, kepuasan, kepercayaan mempunyai pengaruh terhadap

loyalitas.

3) Uji determinasi (R 2 )

Hasil dari perhitungan R 2 adalah sebesar 0,762 dan koefisien

determinasi yang disesuaikan sebesar 0,581. Hal ini berarti 58,1 %

loyalitas benar-benar dikarenakan kualitas pelayanan, citra

perusahaan, kepuasan, kepercayaan, sedangkan sisanya 41,9 %

dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel lain yang tidak dapat

dijelaskan dalam penelitian ini

D. Pengujian Hipotesis

Berikut ini akan disampaikan pembahasan tentang variabel yang

mempengaruhi citra perusahaan (corporate image), kepuasan konsumen

(customer satisfaction), kepercayaan (trust), dan loyalitas konsumen

(customer loyalty).

Hipotesis 1: Variabel kualitas pelayanan (service quality) mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap citra perusahaan

(corporate image).

Berdasarkan analisis pada tabel IV.8 untuk variabel kualitas pelayanan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap citra perusahaan karena nilai t

hitung > 0,0002. Hal tersebut juga ditunjukan dari hasil uji statistic F sebesar

21,549 dan t hitung 4,642. Hal ini berarti apabila kualitas pelayanan semakin

baik dari Bank BRI cabang Sragen maka akan semakin mendapatkan citra

perusahaan yang semakin baik pula. Berdasarkan pengujian diatas dapat

diambil kesimpulan bahwa hipotesis 1 terbukti.

lxxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Aydin

dan Ozer (2005), Citra perusahaan (Corporate image) berasal dari pengalaman

mengkonsumsi konsumen dimana service quality adalah fungsi dari

pengalaman mengkonsumsi ini, sehingga service quality secara langsung

berpengaruh pada corporate image .

Hipotesis 2: Variabel kualitas pelayanan (service quality) mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen

(customer satisfaction).

Berdasarkan analisis pada tabel IV.9 untuk variabel kualitas pelayanan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan karena nilai t hitung

> 0,0002. Hal tersebut juga ditunjukan dari hasil uji statistic F sebesar 21,549

dan t hitung 4,642. Hal ini berarti apabila kualitas pelayanan semakin baik dari

Bank BRI cabang Sragen maka akan semakin mendapatkan kepuasan yang

semakin baik pula. Berdasarkan pengujian diatas dapat diambil kesimpulan

bahwa hipotesis 2 terbukti.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh

Parasuraman (1988 : 16), semakin tinggi tingkat kualitas pelayanan yang

dipersepsikan, semakin meningkatnya kepuasan konsumen. Pernyataan

tersebut menegaskan adanya hubungan yang erat antara kualitas pelayanan

dengan kepuasan pelanggan.

Hipotesis 3: Variabel kualitas pelayanan (service quality) mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap kepercayaan (trust).

Berdasarkan analisis pada tabel IV.10 untuk variabel kualitas pelayanan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepercayaan karena nilai t

lxxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

hitung > 0,0002. Hal tersebut juga ditunjukan dari hasil uji statistic F sebesar

20,063 dan t hitung 2,262. Hal ini berarti apabila kualitas pelayanan semakin

baik dari Bank BRI cabang Sragen maka akan semakin mendapatkan

kepercayaan yang semakin baik pula. Berdasarkan pengujian diatas dapat

diambil kesimpulan bahwa hipotesis 3 terbukti.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Doney dan

Cannon dalam Aydin dan Ozer (2005) menyatakan bahwa kepercayaan

merupakan suatu proses menghitung (calculative process) antara biaya yang

dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Pelayanan baik yang diterima

sekarang akan berlanjut untuk kedepannya, sehingga service quality

berpengaruh positif terhadap trust.

Hipotesis 4: Variabel kualitas pelayanan (service quality) mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas konsumen

(consumer loyalty).

Berdasarkan analisis pada tabel IV.11 untuk variabel kualitas pelayanan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas karena nilai t hitung >

0,0002. Hal tersebut juga ditunjukan dari hasil uji statistic F sebesar 37,998

dan t hitung 6,164. Hal ini berarti apabila kualitas pelayanan semakin baik dari

Bank BRI cabang Sragen maka akan semakin mendapatkan loyalitas yang

semakin baik pula. Berdasarkan pengujian diatas dapat diambil kesimpulan

bahwa hipotesis 4 terbukti.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zeithaml,

Berry dan Parasuraman, 1996 (dalam Thurau, 2002), mengemukakan bahwa

ada hubungan positif antara kualitas jasa dengan loyalitas pelanggan.

lxxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pemberian rekomendasi suatu produk atau layanan dari pelanggan kepada

orang lain merupakan pencerminan dari tingginya loyalitas pelanggan tersebut

(Arndt : 1967:21). Service quality adalah penilaian konsumen tentang

kehandalan dan superioritas pelayanan secara keseluruhan (Zeithaml, 1988).

Service quality memuaskan konsumen akhirnya memelihara loyalitas (

Zeithaml, Berry dan Parasuraman, 1996 ).

Hipotesis 5: Variabel kepuasan konsumen (customer satisfaction)

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap citra

perusahaan (corporate image).

Berdasarkan analisis pada tabel IV.8 untuk variabel kepuasan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap citra perusahaan karena nilai t

hitung > 0,0002. Hal tersebut juga ditunjukan dari hasil uji statistic F sebesar

34,303 dan t hitung 6,202. Hal ini berarti apabila kepuasan semakin baik dari

Bank BRI cabang Sragen maka akan semakin mendapatkan citra perusahaan

yang semakin baik pula. Berdasarkan pengujian diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa hipotesis 5 terbukti.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Evans dan

Taskin (1994) konsumen yang merasa puas adalah konsumen yang menerima

nilai tambah yang lebih dari perusahaan. Memuaskan konsumen tidak hanya

berarti memberikan tambahan produk atau jasa, pelayanan ataupun sistem

yang digunakan. Kepuasan pelanggan merupakan suatu hal yang sangat

berharga demi mempertahankan keberadaan pelanggan tersebut untuk tetap

berjalannya bisnis atau usaha.

Hipotesis 6: Variabel kepuasan konsumen (customer satisfaction)

lxxix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepercayaan

(trust).

Berdasarkan analisis pada tabel IV.10 untuk variabel kepuasan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepercayaan karena nilai t

hitung > 0,0002. Hal tersebut juga ditunjukan dari hasil uji statistic F sebesar

20,063 dan t hitung 4,396. Hal ini berarti apabila kepuasan semakin baik dari

Bank BRI cabang Sragen maka akan semakin mendapatkan kepercayaan yang

semakin baik pula. Berdasarkan pengujian diatas dapat diambil kesimpulan

bahwa hipotesis 6 terbukti.

Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Garbarino

dan Johnson (1999), bahwa kepercayaan terbentuk dari pengalaman masa lalu

dan interaksi sebelumnya sehingga konsumen mendapatkan kepuasan seperti

dalam penelitian Engel (1990) dan Pawitra (1993), penilaian kepuasan

terhadap suatu perusahaan tertentu karena keduanya berkaitan erat dengan

konsep kepuasan pelanggan.

Hipotesis 7: Variabel citra perusahaan (corporate image) mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas konsumen

(consumer loyalty).

Berdasarkan analisis pada tabel IV.12 untuk variabel citra perusahaan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas karena nilai t hitung >

0,0003. Hal tersebut juga ditunjukan dari hasil uji statistic F sebesar 32,917

dan t hitung 2,527. Hal ini berarti apabila citra perusahaan semakin baik dari

Bank BRI cabang Sragen maka akan semakin mendapatkan loyalitas yang

lxxx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

semakin baik pula. Berdasarkan pengujian diatas dapat diambil kesimpulan

bahwa hipotesis 7 terbukti.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fishbein dan

Ajzen dalam Aydin dan Ozer (2005) menyatakan bahwa sikap secara

fungsional berhubungan dengan minat, dimana memprediksikan suatu tingkah

laku. konsekuensinya citra perusahaan sebagai sikap berpengaruh terhadap

minat seperti loyalitas pelanggan (Johnson et al, 2001).

Hipotesis 8: Variabel kepuasan konsumen (customer satisfaction) mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas konsumen

(consumer loyalty).

Berdasarkan analisis pada tabel IV.12 untuk variabel kepuasan

konsumen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas karena

nilai t hitung > 0,0003. Hal tersebut juga ditunjukan dari hasil uji statistic F

sebesar 32,917 dan t hitung 3,615. Hal ini berarti apabila kepuasan konsumen

semakin baik dari Bank BRI cabang Sragen maka akan semakin mendapatkan

loyalitas yang semakin baik pula. Berdasarkan pengujian diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa hipotesis 8 terbukti.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fornell

(1992), loyalitas pelanggan merupakan fungsi dari kepuasan pelanggan,

rintangan pengalihan dan keluhan pelanggan. Pelanggan yang puas akan dapat

melakukan pembelian ulang pada waktu yang akan datang dan memberikan

kepada orang lain atas produk atau jasa yang dirasakan.

Hipotesis 9: Variabel kepercayaan (trust) mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap loyalitas konsumen (consumer loyalty

lxxxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berdasarkan analisis pada tabel IV.12 untuk variabel kepercayaan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas karena nilai t hitung >

0,0003. Hal tersebut juga ditunjukan dari hasil uji statistic F sebesar 32,917

dan t hitung 2,251. Hal ini berarti apabila kepercayaan semakin baik dari Bank

BRI cabang Sragen maka akan semakin mendapatkan loyalitas yang semakin

baik pula. Berdasarkan pengujian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

hipotesis 9 terbukti.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Garbarino

dan Johnson (1999), Kepercayaan (trust) muncul dari pengalaman dan

interaksi dari masa lalu. Kepercayaan terlihat sebagai faktor penting untuk

meningkatkan loyalitas pelanggan (Fournier, 1998). Pendapat ini diperkuat

oleh O’ Shaughnessy dalam Lau dan Lee (1999) yang mengemukakan bahwa

hal pokok yang mendasari loyalitas adalah kepercayaan.

Hipotesis 10 : Variabel citra perusahaan (corporate image), kepuasan

(customer satisfaction), kepercayaan (trust), diduga

sebagai variabel mediasi dari kualitas pelayanan (service

quality) terhadap loyalitas konsumen (consumer loyalty).

Berdasarkan analisis pada tabel IV.12 untuk variabel kualitas

pelayanan, citra perusahaan, kepuasan dan kepercayaan mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap loyalitas karena nilai t hitung > 0,0003. Hal tersebut

juga ditunjukan dari hasil uji statistic F sebesar 32,917 dan t hitung masing-

masing 2,873; 2,527; 3,615; 2,251. Hal tersebut didukung dengan nilai

lxxxii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

koefisien determinasi sebesar 0,581 atau 58,1 % bahwa loyalitas benar-benar

dikarenakan, citra perusahaan, kepuasan, kepercayaan. Berdasarkan pengujian

diatas dapat diambil kesimpulan variabel citra perusahaan, kepuasan dan

kepercayaan benar-benar sebagai variabel yang memediasai kualitas

pelayanan terhadap loyalitas, sehingga hipotesis 10 terbukti.

Untuk menjelaskan variabel mediasi digunakan adalah standardized.

Pertama, kualitas pelayanan diregresikan dengan citra perusahaan, kepuasan

dan kepercayaan. hasilnya kualitas pelayanan secara signifikan berpengaruh

terhadap citra perusahaan, kepuasan dan kepercayaan dengan tingkat

probabilitas < 0,05. Kedua, kualitas pelayanan diregresikan dengan loyalitas

nasabah. Hasilnya variabel independen kualitas pelayanan berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen loyalitas nasabah dengan probabilitas <

0,05. Ketiga, kualitas pelayanan, citra perusahaan, kepuasan dan kepercayaan

secara bersama-sama diregresikan dengan loyalitas nasabah. Hasilnya

pengaruh variabel independen kualitas pelayanan terhadap loyalitas nasabah

mempunyai pengaruh signifikan (dari tabel IV.12 t = 2,873, probabilitas =

0,005 < 0,05, beta = 0,219). Sedangkan variabel mediasi citra perusahaan,

kepuasan dan kepercayaan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah

(dari tabel IV.12 t masing-masing = 2,527; 3,615; 2,251, probabilitas masing-

masing = 0,013; 0,000; 0,027 < 0,05, beta masing-masing = 0,234; 0,320;

0,190).

Pengaruh mediasi dalam penelitian ini adalah mediasi secara parsial,

karena variabel pemediasi (citra perusahaan, kepuasan dan kepercayaan)

signifikan pada variabel dependen (loyalitas nasabah), variabel independen

lxxxiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(kualitas pelayanan) signifikan pada variabel dependen (loyalitas nasabah) dan

pemediasi (citra perusahaan, kepuasan dan kepercayaan) (Baron dan Kenny,

1986).

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aydin dan

Ozer (2005), banyak faktor yang mempengaruhi loyalitas. Dalam

penelitiannya mengemukakan-faktor tersebut adalah kualitas pelayanan,

kepercayaan, citra perusahaan. Penelitian lainnya dilakukan oleh Karsono

(2005), bahwa kepuasan memegang peranan sebagai mediator dari pengaruh

kualitas pelayanan terhadap loyalitas.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat diambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Kualitas pelayanan (service quality) mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap citra perusahaan (corporate image) pada Bank BRI cabang

Sragen.

2. Kualitas pelayanan (service quality) mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kepuasan nasabah (customer satisfaction) pada Bank BRI cabang

Sragen.

lxxxiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Kualitas pelayanan (service quality) mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kepercayaan (trust) pada Bank BRI cabang Sragen.

4. Kualitas pelayanan (service quality) mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap loyalitas nasabah (customer loyalty) pada Bank BRI cabang

Sragen.

5. Kepuasan nasabah (customer satisfaction) mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap citra perusahaan (corporate image) pada Bank BRI

cabang Sragen.

6. Kepuasan nasabah (customer satisfaction) mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kepercayaan (trust) pada Bank BRI cabang Sragen.

7. Citra perusahaan (corporate image) mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap loyalitas nasabah (customer loyalty) pada Bank BRI cabang

Sragen.

8. Kepuasan nasabah (customer satisfaction) mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap loyalitas nasabah (customer loyalty) pada Bank BRI

cabang Sragen.

9. Kepercayaan (trust) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

loyalitas nasabah (customer loyalty) pada Bank BRI cabang Sragen.

10. Variabel citra perusahaan, kepuasan dan kepercayaan sebagai variabel

yang memediasi kualitas pelayanan terhadap loyalitas nasabah pada Bank

BRI cabang Sragen.

B. Keterbatasan Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa keterbatasan

dalam penelitian ini diantaranya adalah :

lxxxv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penelitian ini belum memasukkan variabel biaya perpindahan (switching

cost), karena dengan memasukkan variabel biaya perpindahan akan diketahui

ada atau tidaknya pengaruh secara langsung terhadap loyalitas konsumen.

Aydin dan Ozer (2005), menemukan bahwa kualitas pelayanan penting, namun

tidak cukup dalam usaha memunculkan loyalitas konsumen. Ada beberapa

variabel penting lainnya yang menimbulkan loyalitas, yaitu kepercayaan, citra

perusahaan dan biaya perpindahan.

C. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan di atas, maka dapat

dikemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Mengingat adanya pengaruh langsung kualitas pelayanan (service quality)

terhadap citra perusahaan (corporate image), kepuasan nasabah (customer

satisfaction), dan kepercayaan (trust), maka penting bagi perusahaan

(Bank BRI cabang Sragen) untuk lebih berfokus terus meningkatkan

kualitas pelayanan yang diberikan sesuai dengan apa yang menjadi

komitmen dan janji Bank BRI cabang Sragen kepada para nasabahnya

seperti dengan memberikan pelayanan yang cepat, memberikan jaminan

keamanan bagi nasabahnya, tanggap terhadap masalah dan keluhan dari

nasabah, memberikan fasilitas-fasilitas yang mendukung dan nyaman serta

profesionalitas dari karyawan. Dengan adanya peningkatan kualitas

pelayanan yang baik tersebut akan diikuti dengan meningkatnya citra

perusahaan dimata para nasabahnya dan bahkan masyarakat umum, selain

itu juga meningkatnya tingkat kepuasan dan kepercayaan dari nasabah.

Sehingga dari hal tersebut akan meningkatkan pula loyalitas dari nasabah.

lxxxvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Dalam penelitian ini kepuasan nasabah (customer satisfaction) mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas nasabah (customer loyalty),

sehingga perusahaan terus meningkatkan kepuasan dari nasabah tersebut

agar nantinya nasabah tidak pindah. Meningkatkan kepuasan dapat

dilakukan dengan memberikan kualitas pelayanan sesuai dengan apa yang

menjadi komitmen perusahaan (Bank BRI cabang Sragen) untuk

nasabahnya. Dengan tingkat kepuasan yang tinggi maka tingkat loyalitas

juga akan semakin meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Aydin, Serkan and Ozer, Gokhan. 2005. The analysis of antecedents of customer
loyalty in the Turkish mobile telecommunication market. European
Journal of Marketing, 39 (7/8) : 910-925.

Aydin, Serkan and Ozer, Gokhan. 2005. National customer satisfaction indices :
an implementation in the Tuskish mobile telephone market. Marketing
Intelligence & Planning, 23 (5) : 486-504.

Baron, Reuben M, David A. 1986. Kenny The Moderator-Mediator Variable


Distinction in Social Psychological Reseach : Conceptual, Strategic and
Statistical Considerations University of Connecticul. Journal of
Personality and Social Psychology. 1986, Vol.51, No.6, 1173-1182.

Cooper, D.R, & Schindler, P.S. 2006. Business Research Methods. (9 th ed).
Boston : Mc Grawhill Book Co.

Djarwanto. 1998. Statistik Induktif. Yogyakarta : BPFE UGM

Dharmestha, B.S. 1999. Loyalitas pelanggan : sebuah kajian konseptual sebagai


panduan bagi peneliti. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 14 (3) : 73-
88.

Dick, A.S and Basu, K. 1994. Customer loyalty : toward and intergrated
conceptual framework. Journal Of Academy Of Marketing Sciense, 22 (2)
: 99-113.

lxxxvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang :


Badan Peneliti-UNDIP.

Karsono . 2005. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Anggota


dengan Kepuasan Anggota Sebagai Variabel Pemediasi. Surakarta : Jurnal
Bisnis Dan Manajemen, Vol.5, No.2, p.183-196.

Kotler, Philip. 1997. Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation


and Control,9th ed.. Engelwoods Cliffs, New Jersey : Prentice-Hall Inc.

Kotler, Philip. 2000. Marketing Management: The Millennium Edition..


Engelwoods Cliffs, New Jersey : Prentice-Hall Inc.

Kotler, Philip. 2003. Marketing Management: 11 th ed.. Upper Saddle River, New
Jersey : Prentice-Hall Inc.

Lau, G.T and Lee, S.H. 1999. “Consumers’ trust in a brand and the link to brand
loyalty”. Journal of Market Focused Management, 4:341-370.

Morgan, R.M and Hunt, S.D. 1994. The commitment-trust theory of relaitionship
marketing. Journal of Marketing, 58 (July) : 20-38.

Nguyen, N. and Leblanc, G. 2001. Corporate image and corporate reputation in


customer retention decisions in services. Journal Of Retailing and
Customer Service, 8 : 27-36.

Oliver, Richard L. 1993. Cognitive, affective and Attribute Bases of the


satisfaction. Journal of Consumer Research, 20 (3) : 451-466.

Palupi, Endah Dwi. 2006. “ Analisis Pengaruh Corporate Image terhadap


Loyalitas Pelanggan pada Apotek Padma Surakarta”. Thesis S2, Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.

Parasuraman, Valarie A; Zeitham I; Leonardo L. Berry. (1988). “ Servqual A


Multiple-Item Scale for Measuring Consumer Perception of Service
Quality “. Journal and Retailing, Vol.64 p. 12-40.

Sekaran, U. 2003. Research Methods for Business: A Skill Building Aproach.


4 th ed,. New York: John Willey & Sons, Inc.

Thurau. T.H, Gwinner, K.P, and Gremler, D.D, 2002. “ Understanding


Relationship Marketing : An Integration of Relational Benefits and
Relationship Quality “. Journal of Service Research, February, Vol. 4, No
3, p 230-247.

Tjiptono, Fandi. 1997. Strategi Pemasaran., Edisi kedua, Cetakan pertama.


Yogyakarta : Andi Offset.

Tjiptono, Fandi. 2002. Manajemen Jasa. Yogyakarta : Andi Offset

lxxxviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Zeithaml, Valarie. A., Leonard, L. Berry and A. Parasuraman. 1996. The


behavioral concequences of service quality . Journal of Marketing , 60
(April) : 31-46.

Zeithaml, Valarie. A.1998. Consumer perceptions of price, quality and value : a


means-end model and synthesis of evidence. Journal of Marketing, 52
(July) : 2-22

lxxxix

Anda mungkin juga menyukai