Anda di halaman 1dari 4

Yonif Linud 503/Mayangkara

Batalyon Infanteri Lintas Udara


Batalyon Infanteri Lintas Udara 503/Mayangkara adalah salah 503/Mayangkara
satu pasukan Infanteri Lintas Udara terbaik yang dipunyai TNI AD.
Batalyon tersebut adalah aspek dari satuan jajaran Brigif Linud
18/Trisula, Divisi Infanteri 2/Kostrad yang berdislokasi di
Kecamatan Mojosari, Mojokerto, Kabupaten Mojokerto, Jawa
Timur. Sebagai pasukan lintas udara yang juga adalah aspek dari
PPRC TNI (Pasukan Pemukul Reaksi Cepat TNI).

Sejarah
Cikal bakal batalyon ini yaitu pemuda-pemuda yang beberapa besar
dari kampung Kedondong, Surabaya di bawah pimpinan Djarot
Subiantoro mantan tokoh Jibaku Tai pada awal kemerdekaan. Setelah
disusun dibuat sebagai Batalyon, pasukan ini bernama Batalyon BPRI
dan bermarkas di Gubeng. Pada peristiwa 10 November 1945,
Batalyon BPRI mundur ke Sepanjang, Krian dan kesudahannya Lambang Yonif Linud 503/MK
mempertahankan Desa Perning, Kecamatan Jetis, Dibangun 9 Desember 1945
Mojokerto, Kabupaten Mojokerto.[1]
Negara Indonesia
Tingkatan TNI Tingkatan Darat
Tipe unit Satuan Tempur Infanteri
Motto Mayangkara
Situs resmi
Situs http://yoniflinud503.blogspot.com

Pasukan Parade

Pasukan Defile Yonif Linud 503/MK

Yonif Linud 503 /MK Juara ke-2 Parade dan Defile Hari Juang Kartika Tahun 2013
Juara ke-2 Parade dan Defile Hari Juang Kartika Tahun 2013

Pada tanggal 9 Desember 1945, Kompi Sriwijaya yang anggotanya bersumber dari kesan Heiho di bawah pimpinan Kapten
Jansen Rambe bergabung dengan Batalyon BPRI, dan ditetapkan dibuat sebagai Batalyon IX dengan komandan tetap Mayor
Djarot Subiantoro. Batalyon IX bergabung ke Resimen XXXII Pimpinan Letkol Kristanto, kemudian markas Batalyon beralih ke
Desa Mantup, Kecamatan Mantup, Lamongan. Batalyon ini mempunyai tanggung jawab Sektor Surabaya Barat, meliputi batas
desa Banjeng hingga batas Selatan desa Kupang Kemlagi, Mojokerto.

Dalam perkembangannya, Batalyon Djarot mengalami beberapa kali pergantian nama dan dislokasi berdasarkan dengan tuntutan
perkembangan situasi pertahanan dan keamanan Negara. Hingga suatu saat berdasarkan Skep Kasad no 235/Kasad/Pnt/1950
tanggal 27 Oktober 1950 dan Instruksi Panglima Divisi I nomor 66/BS.D.IV.I/1951 tanggal 7 Desember 1951 batalyon Djarot
berganti nama dibuat sebagai Batalyon Infanteri 503 di bawah komando Kodam VIII/Brawijaya. Perkembangan situasi berikutnya
membawa pergantian yang cukup signifikan. Berdasarkan Skep Kasad no Skep/277/XII/1975 tanggal 10 Desember 1975 Yonif
503 masuk organik Kostrad, yang selanjutnya ditindak lanjuti oleh perintah Pangkostrad no Sprin/240/III/1975 tanggal 9
Maret 1977, batalyon tersebut masuk ke jajaran Brigif Linud 18/Trisula, sehingga secara resmi berganti nama dibuat sebagai
Batalyon Infanteri Lintas Udara 503/Mayangkara.

Latar Balik

Yonif Linud 503/Mayangkara

Monumen Prajurit Mayangkara

Dari awal terbentuknya Yonif Linud 503/MK,tidak langsung menetap pada satu tempat saja melainkan beralih – pindah tempat.Hal
ini dikarenakan pada saat itu masih dalam situasi perang dan taktik yang digunakan yaitu taktik perang gerilya.Kondisi semacam
itu dirasakan oleh Batalyon pimpinan Pak Djarot hampir berpuluh – puluh tahun yang kesudahannya menetap di desa Mojosulur,
Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto yang dahulunya adalah kesan Asrama Yonif 516 Kodam V/Brawijaya.[2]

Selama berdirinya, Batalyon yang bersimbol Kuda Putih ini sudah pernah melaksanakan pemberian tugas tidak sewenang-wenang
di dalam maupun di luar negeri.Untuk pemberian tugas di dalam negeri, Yonif Linud 503/MK cukup mempunyai nama , tidak
sewenang-wenang itu pemberian tugas pertempuran maupun pemberian tugas pengamanan objek vital.Pemberian tugas di luar
negeri, meliputi pemberian tugas ke Mesir yang pada saat itu tergabung dalam kontingen Garuda serta pemberian tugas
ke Kamboja.

Dari rangkaian peristiwa – peristiwa diatas,Yonif Linud 503 /MK tidak bisa dipandang sebelah mata dalam pengabdiannya kepada
Negara Kesatuan Rebuplik Indonesia tercinta ini.Pengorbanan tidak sewenang-wenang jiwa maupun raga sudah tidak terhitung di
dalam mengawal negeri ini. Sehingga dengan ditulisnya Buku sejarah satuan Yonif Linud 503/MK bisa dibuat sebagai pedoman
untuk orang-orang Yonif Linud 503 / MK pada Khususnya , serta seluruh anggota TNI AD dalam pengabdian kepada Negara
Kesatuan Rebuplik Indonesia.

Pada awal perjuangan fisik pemuda-pemuda dari beberapa besar kampung Kedondong dan Surabaya telah tergabung dalam satu
kesatuan di bawah pimpinan Djarot Subiantoro mantan tokoh Jibaku Tai, setelah disusun dibuat sebagai Batalyon, pasukan ini
mempunyai di Gubeng dan bernama Batalyon BPRI, dengan didiaminya kota Surabaya oleh musuh, maka Kesatuan mundur ke
sepanjang, Krian dan kesudahannya mempertahankan Ds. Perning Kec. Jetis Kab. Mojokerto.

Kompi Sriwijaya yang anggota-anggotanya bersumber dari kesan Heiho di bawah pimpinan Kapten Jansen Rambe bergabung
dengan Batalyon Djarot pada tanggal 9 Desember 1945 (Hari Aci Yonif Linud 503). Kesatuan ditetapkan dibuat sebagai Batalyon
IX dipimpin oleh Mayor Djarot Subiantoro, selanjutnya bergabung ke Resimen XXXII pimpinan Letkol Kristanto kemudian
Komandan Batalyon beralih dan menempati Desa Mantup Kecamatan Mantup. Sektor Surabaya Barat dibuat sebagai tanggung
jawab meliputi batas desa Banjeng hingga batas Selatan desa Kupang Kemlagi Mojokerto sebelum daerah diserahkan kepada
Batalyon IX, beberapa pasukan yang pernah menjalankan tugas selang lain dari Pasukan Hizbullah, Pasukan Pesindo, Kompi
Macan Kera dibawah pimpinan Kapten Sampurno, Kompi Matosin dan sepasukan Penggempur Dalam (PD) dipimpin oleh Sriyono.

Kondisi Saat Itu

Setelah pembentukan dan perang Kemerdekaan pertama berdasarkan dengan perkembangan situasi perlawanan terhadap
musuh, Panglima Divisi membagi-bagi tanggung jawab ke daerah operasi kepada kesatuan-kesatuan di Jawa Timur. Batalyon
DJAROT dipindahkan ke daerah Perning, Jetis ke daerah operasi yang baru untuk menguasai garis pertahanan mulai dari
Mojokerto hingga dengan Cerme (Surabaya Utara) dengan tanggung jawab hingga pantai Utara Jawa Timur.

Pada awal berdirinya Batalyon Djarot, susunan organisasi terdiri dari :

 Komandan batalyon : Mayor Djarot Subiantoro.


 Ajudan : Pembantu Letnan S. Harmadi
 Komandan Kompi I : Kapten Mohamad Hasan
 Komandan Kompi II : Kapten A. Loter
 Komandan Kompi III : Kapten Wieyo Hudiyono
 Komandan Kompi IV : Kapten Jansen Rambe
 Komandan Kompi V : Kapten Saleh

Karena anggota Kompi V lama tidak dapat dikumpulkan kesudahannya dikeluarkan dari Batalyon DJAROT. Dengan dimasukkannya
satu Kompi dari Pare, Kediri pimpinan Kapten Wirdjohoediono, aci Batalyon tetap 5 Kompi, dan penyusunan Batalyon DJAROT
tidak mengganggu pelaksanaan operasi, serangan-serangan tetap diterapkan dan dilancarkan ke pertahanan tentara Sekutu dan
sering mendapat hasil ditengahnya pada tanggal 2 Januari 1946 serangan yang dilancarkan Batalyon DJAROT terhadap
pertahanan tentara Sekutu di sektor Bambe (antara Sepanjang dan Menganti) dapat membunuh tentara Inggris dan Gurkha
sebanyak 60 orang, merampas senjata dan merebut serta menguasai pertahanan musuh. Serangan terhadap pertahanan musuh
di sektor Cerme, Gresik (antara Benjeng dan Menganti) setelah pertempuran selama empat jam dapat merebut dan menguasai
kubu musuh.

Tidak luput juga selain melaksanakan serangan terhadap pertahanan musuh, sering juga pertahanan Batalyon DJAROT dapat
serangan dari tentara musuh tetapi tidak pernah sukses, dampak serangan Batalyon DJAROT yang sukses menguasai pertahanan
musuh di sektor Benjeng, tentara Inggris mengerahkan kekuatan besar-besaran bertambah dari 1(satu) Resimen merebut
kembali pertahanannya. Dalam pertempuran yang sengit ini biarpun kita menderita beberapa orang korban, pertahanan Batalyon
DJAROT tidak dapat di tembus musuh dan tentara Inggris mundur ke Surabaya.

Pada tanggal 25 Januari 1946 pergantian nama TKR dibuat sebagai TRI (TENTARA REPUBLIK INDONESIA) menambah
semangat perjuangan. Dengan pertimbangan mempersatukan pola dasar berpikir para pimpinan bawahan dalam mengendalikan
anak buah, Komandan Batalyon Mayor DJAROT membentuk suatu persatuan ditengahnya para perwiranya. Pada tanggal 1
Pebruari 1946 dibentuklah Officers Corps (Ikatan Perwira) disaksikan oleh Kepala Staf Divisi VI Letnan Kolonel IBNOE
SOEBROTO, sejak itulah tindakan Kesatuan dalam mencapai tujuan perjuangan kemerdekaan dapat tercapai dengan tidak
sewenang-wenang, dan dibuat sebagai ciri-ciri khas dari Batalyon III DJAROT. Officers Corps dari Batalyon III DJAROT dibuat
sebagai contoh dan ditiru oleh kesatuan-kesatuan lain di Jawa Timur, bahkan mengembang ke seluruh TNI-AD dengan nama
CORPS PERWIRA.

Setelah pembentukan dan perang Kemerdekaan pertama berdasarkan dengan perkembangan situasi perlawanan terhadap
musuh, Panglima Divisi membagi-bagi tanggung jawab ke daerah operasi kepada kesatuan-kesatuan di Jawa Timur. Batalyon
DJAROT dipindahkan ke daerah Perning, Jetis, Mojokerto ke daerah operasi yang baru untuk menguasai garis pertahanan mulai
dari Mojokerto hingga dengan Cerme, Gresik (Surabaya Utara) dengan tanggung jawab hingga Pantai Utara Jawa Timur.

Referensi
1. ^ http://yoniflinud503.blogspot.com/p/blog-page.html
2. ^ http://yoniflinud503.blogspot.com/2013/01/latar-belakang-berdirinya-batalyon.html

Anda mungkin juga menyukai