I/Kalbar menjadi Brigade G Sub territorium II/Kalteng dan Sub territorium III/Kalsel menjadi
Brigade F dan Sub territorium IV/Kaltim manjadi Brigade E.
Guna mengendalikan operasi dan pembinaan territorium, pada tanggal 20 Juli 1950 KSAD
Kolonel A.H Nasution meresmikan berdirinya Tentara dan Territorium VI/Tanjungpura yang
berkedudukan di Banjarmasin.
Komando Tentara dan Territorium VI/Tanjungpura sebagai Kompartemen strategis yang pertama
di Kalimantan. Peristiwa inilah yang kemudian dijadikan sebagai tonggak sejarah Hari Jadi
Kodam VI/Tanjungpura yang diperingati setiap tahun.
Dua tahun kemudian terhitung mulai tanggal 27 Juli 1952 postur pertahanan yang pada awalnya
berbentuk Brigade di rubah menjadi Resimen Infanteri, yaitu : Resimen Infanteri 20/Kalimantan
Barat, Resimen Infanteri 21/Kalimantan Selatan serta Resimen Infanteri 22/Kalimantan Timur.
KURUN WAKTU 1957-1973
Kebutuhan akan terwujudnya sesuatu kekuatan militer di wilayah Kalimatan, mendesak untuk
dibentuk Komando yang berfungsi sebagai satuan tempur serta mampu melakukan upaya
pembinaan territorial yang lebih luas jangkauannya serta mampu menghadapi berbagai ancaman
yang timbul di daerahnya. Kebutuhan ini muncul sebagai dampak dari mencuatnya konsepsi
strategi perang wilayah atau perang rakyat semesta yang dianggap kompeten dalam menghadapi
kekuatan kelompok separatis yang lebih condong merusak keutuhan integeritas nasional. Strategi
pertahanan daerah dengan titik berat pertahanan pulau dengan penguasaan unsure daratnya juga
mewarnai pandangan strategi pada waktu itu.
Untuk mewujudkan pandangan strategis tersebut, pada tanggal 25 Nopember 1957 Komando
Tentara dan Territorium (TT) VI/Tanjungpura beserta jajarannya dihapus dan untuk wilayah
Kalimantan berdiri empat Sub Kompartemen Strategis berbentuk Kodam (Komando Daerah
Militer). Tanggal 29 Maret 1958 secara resmi Resimen Infanteri 22 TT VI/Tanjungpura dilebur
menjadi Kodam VI/Kalimantan Timur dengan Markas berkedudukan di Balikpapan. Selanjutnya
pada tanggal 19 Juli 1958 Kodam Kalimantan Timur dirubah namanya menjadi Kodam
IX/Mulawarman yang berperan sebagai Sub Kompartemen yang mempunyai fungsi sebagai
Komando pengendalian Pertahanan dan Keamanan, Khusunya di wilayah Kalimantan Timur.
Tanggal 17 Juli 1958 diresmikan pula berdirinya Kodam X/Kalimantan Selatan dengan Markas
Komando di Banjarmasin.
Kemudian mulai tanggal 1 Desember 1959 Kodam X/Kalimantan Selatan disebut sebagai
Kodam X/Lambung Mangkurat yang merupakan kesinambungan dari Sub Territorium
Kalimantan Selatan-Tengah.
Bersamaan dengan itu (tanggal 17 Juli 1958) Komando Daerah Militer Kalimantan Tengah juga
diresmikan. Pada tanggal 1 Desember 1959 berubah namanya menjadi Komando Daerah Militer
XI/Tambun Bungai.
Tanggal 19 Juli 1958 di Pontianak Kalimantan Barat diresmikan Komando Daerah Militer
Kalimantan Barat. Kodam ini sebagai likuidasi dari Resimen Infanteri 20 Tentara dan
Territorium VI/Tanjungpura. Mulai tanggal 12 Februari 1960 nama Kodam XII/Kalimantan
Barat diganti menjadi Kodam XII/Tanjungpura.
Seiring dengan terbentuknya 4 Kodam tersebut, dibentuk pula koandakal (Komando Antar
Daerah Militer) yang diresmikan pada tanggal 16 Juli 1958 di Banjarmasin dengan Kolonel Inf.
Konsu Utomo sebagai Panglima yang pertama.
Adapun fungsi dan koandakal ialah unruk mengendalikan dan mengkoordinasi penyelenggaraan
upaya pertahanan Kodam-Kodam yang ada di Kalimantan dan sekaligus sebagai kompartemen
Strategis kewilayahan TNI AD dan titik berat penjabaran strategis matra darat dan spesifikasi
penguasaan pulau demi pulau. Dengan demikian, Kodam berfungsi sebagai Sub Kopartemen
strategis yang berada di bawah Koandakal.
Menjelang dasa warsa 1970-an, muncul pandangan baru di lingkungan ABRI yang menganggap
bahwa peranan Koandakal yang cenderung ke arah dominasi unsur darat, dianggap tidak
memadai lagi. Oleh karena itu, perlu dibentuk suatu Kompartemen strategis yang mampu
berperan secara terpadu dalam menggunakan kekuatan operasional yang terintergasi dari semua
unsur tempur strategis, maka dibentuklah Kowilhan (Komando Wilayah Pertahanan) sebagai
Komando Utama Operasi Gabungan yang didasarka atas Kompartementasi wilayah. Pada
tanggal 4 Februari 1970 diresmikanlah terdirinya Kowilhan III/Kalimantan.
Dalam kurun waktu 1957 sampai dengan 1973 banyak prestasi menonjol yang diukir oleh
satuan-satuan di jajaran ke empat Kodam tersebut, terutama dalam melaksanakan tugas operasi,
antara lain : Operasi PRRI/Permesta di Sulawesi Utara, Operasi Penumpasan DI/TII kahar
Muzakar di Sulawesi (1959, 1960, 1961 dan 1962), Operasi Jaya Wijaya/Trikora di Morotai
(1962), Operasi Dwikora di Kalbar (1965) serta Operasi Penghancuran (Operasi Segi-tiga)
KJRT/Ibnu Hadjar tahun (1960 dan 1963) dan Operasi Penumpasan sisa G 30 S/PKI 1967,
termasuk pula operasi penumpasan PGRS terhadap PARAKU yang dilakukan secara bertahap
dimulai 1967-1970. atas prestasi inilah, Presiden RI menganugerahkan Sam Karya Nugraha
kepada Kodam X/Lambung Mangkurat pada tanggal 29 Oktober 1970 serta kepada Kodam
IX/Mulawarman dan Kodam VI/Tanjungpura pada tanggal 15 April 1974.
KURUN WAKTU 1974-1984
Pada waktu 1974 diadakan lagi penyempurnaan di lingkungan Kompartemen kewilayahan
(Kowilhan). Wilayah Indonesia semula menjadi 6 (enam) Kowilhan disederhanakan lagi menjadi
4 (empat) kowilhan. Penyederhanaan organisasi ini bertitik-tolak dari pandangan strategic
geografis yang sangat rawan akan ancaman. Dengan bertumpu kepada pandangan ini mulai
tahun 1974 berdirilah 4 Kowilhan di Indonesia : Kowilhan I/Sumatera-Kalimantan Barat,
Kowilhan II/Jawa-Nusa Tenggara, Kowilhan III/Sulawesi-Kalimantan dan Kowilhan IV/
Maluku-Irian Jaya.
Khususnya untuk wilayah Kalimantan karena pertimbangan geografis wilayahnya yang
cenderung kearah corong strategis, maka wilayahnya dibagi ke dalam 2 pengawasan Kowilhan
yaitu : wilayah Kalimantan Barat sebagai wilayah Kodam XII/Tanjungpura dengan Corong Barat
masuk Wilayah tanggung jawab Kowilhan I/Sumatera-Kalimantan Barat yang berkedudukan di
Medan dan wilayah Kalimantan lainnya dengan Corong Timur seperti Kaltim, Kalsel dan
Kalteng yang berada di bawah tanggung jawab Kodam IX/Mulawarman, Kodam X/Lambung
Mangkurat dan XI/Tambun Bungai dimasukan ke wilayah tanggung jawab Kowilhan
III/Sulawesi Kalimantan yang berkedudukan di Makassar.
Pada periode Kowilhan (1974-1985), wilayah Kalimantan hanya Memiliki 3 Kodam IX/Tambun
Bungai sudah dilebur ke Kodam X/Lambung Mangkurat. Adapun peranan ketiga Kodam semasa
Kowilhan menitik beratkan kepada operasi teretorial guna terwujudnya pelaksanaan
pembangunan nasional di wilayah Kalimantan. Sepuluh tahun kemudian yaitu tepatnya pada
tanggal 1 Mei 1985, keberadaan ketiga Kodam di Kalimantan (Kodam IX/Mulawarman, Kodam
X/Lambung Mangkurat dan Kodam XII/Tanjungpura) termasuk Kowilhan I dan III dilikuidasi
untuk wilayah Kalimantan berdirilah satu Kompartemen Strategis yang mempunyai wilayah
tanggungjawab meliputi seluruh Kalimantan yaitu : Komando Daerah Militer VI/Tanjuangpura
(Kodam VI/TPR).
Selama kurun waktu tersebut, berbagai tugas dapat diselesaikan dengan baik oleh prajurit Kodam
yang berada di wilayah Kalimantan, menyangkut tugas-tugas operasi maupun berbagai kegiatan
Operasi Bhakti TNI dalam rangka ikut berperanserta meningkatkan taraf hidup atau
kesejahteraan masyarakat Kalimantan.
KURUN WAKTU 1985-2002
Setelah dilakukan reorganisasi TNI-AD pada tahun 1984, yang dilatarbelakangi oleh perubahan
keutuhan dan hakekat ancaman, dimana keberadaan Kowilhan beserta Kodam-Kodam terutama
diluar pulau Jawa dianggap tidak efisien, baik dari segi penggunaan maupun dari segi anggaran
Hankam, maka kompartemen strategis Kalimantan disusun menjadi suatu kompartemen darat
yang kompak sebagi titik beratnya. Dalam hal ini, Kodam VI/Tpr berkembangan menjadi
Komando Utama Kewilayahan TNI menggantikan Kowilhan, dengan tanggung jawab wilayah
meliputi suatu kompartemen strategis, sebagai bagian integral dari pertahanan Nusantara
berdasarkan Sishankamrata.
Sebelum tiga Kodam dilikuidasi, terlebih dahulu dilaksanakan likuidasi Komando Teritorial,
Dinas/Jawatan dan Badan Prasarana. Selanjutnya untuk wilayah Kalimantan 4 Komando Resort
Militer (Korem) dalam jajaran Kodam VI/Tpr, yaitu: Korem 121/Abw berkedudukan di Propinsi
Kalbar, Korem 102/Pjg di Kalteng, Korem 101/Ant berkedudukan di Banjarmasin dan Korem
901/Asn di Samarinda.
Selain memilki tugas dan fungsi untuk memperkokoh ketahanan daerah dan stabilitas keamanan
Kalimantan di harapkan kepada kemungkinan tantangan dan ancaman dari luar, Kodam VI/Tpr
mengemban pula tanggung jawab keamanan dalam negeri, pengamanan ekonomi dan suksesnya
pembangunan nasioanal. Tugas dan fungsi inilah yang mewarnai peran Kodam VI/Tpr dalam
kurun waktu 1985 sampai dengan 2010.
Pada awal pembentukan Kodam VI/Tpr (1985 1986) berbagai kegiatan terfokus pada uapaya
pemantapan organisasi sebagai tindak lanjut reorganisasi dan redislokasi Markas Komando di
Balikpapan. Langkah pertama yang diambil Kodam VI/Tpr adalah menyusun tata ruang untuk
pengembangan Mandala Pertahanan, yang meliputi jaringan rancangan pembangunan jalan darat
antar propinsi dan antar Kabupaten.
Kodam VI/Tpr menyadari bahwa pengembangan Mandala Pertahanan Kalimanatan terkait erat
dan sangat tergantung dengan keberhasilan pembangunan daerah yang terintergrasi dan
terkoordinasi dengan baik. Untuk itu, Kodam VI/Tpr senantiasa berperan memacu pertumbuhan
ekonomi masyarakat dan pembangunan infra struktur.
Kodam VI/Tpr memiliki Organik Brigade Infanteri 19 Khatulistiwa di Singkawang, dan Lima
Brigade Infanteri yang terbesar di lima Komando Kewilayahan TNI Angkatan Darat termasuk
Brigif 19 Kapuas yang berada di bawah naungan Korem 121 ABW, dan Markas Infanteri di
Putussibau. Sebelumnya Kalimantan Barat pernah diresmikan sebagai sebagai Kodam pada 19
Juli 1958. Kodam ini sebagai likuidasi dari Resimen Infanteri 20 Tentara dan Teritorium VI/Tpr.
Mulai 12 Pebruari 1960 nama Komando ini diganti menjadi Kodam XII/Tanjungpura. Namun
Kodam ini hanya belangsung sampai 1985 saja. Terkait pengamanan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), TNI selalu mengamankan kawasan perbatasan dengan memaksimalkan
seluruh potensinya. TNI cadangan juga di optimalkan. Kawasan perbatasan yang mencapai 2004
kilometer tetap menjadi kekuatan TNI. Selain kemampuan tersebut Kodam VI/Tpr memiliki
rentang tanggung jawab yang cukup luas dan memiliki garis perbatasan darat dengan Negara
tetangga Malaysia. Kondisi ini selain memiliki sumber daya alam yang sangat besar, juga
berpotensi memunculkan masalah-masalah yang dapat mengganggu stabilitas keamanan.
KURUN WAKTU 2010 - 2011
Sesuai dengan rencana strategis (Renstra) tahun 2010, Kodam VI/Tanjungpura dibagi menjadi
dua Kodam. Korem Kalbar dan Korem Kalteng akan menjadi satu Kodam. Penamaan Kodamnya
sesuai dengan sejarah daerah. Kodam Tanjungpura ada di Kalbar. Sementara Kalimantan Timur
dan Kalimantan Selatan juga jadi satu Kodam dengan nama Mulawarman, hal ini perlu dilakukan
karena secara geografis, luas pulau Kalimantan lima kali lebih besar dari pulau Jawa. Tingkat
ancaman juga cukup besar karena berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan. Di bagian
daratan juga berbatasan langsung dengan Malaysia Timur (Sarawak) yang memiliki panjang
perbatasan sekitar 966 kilometer, sehingga secara geografis dan pertahanan keamanan sudah bisa
terbagi atas dua Kodam.
Terbentuknya Kodam VI/Mulawarman berpedoman pada :
1. Peraturan Kasad Nomor PERKASAD/17/V/2010 tanggal 27 Mei 2010 tentang pembentukan
Kodam XII/Tanjungpura dan Perubahan Nama Kodam VI/Tanjungpura menjadi Kodam
VI/Mulawarman.
2. Keputusan Kasad Nomor KEP/16/II/2011 TANGGAL 24 Pebruari 2011 tentang Pengesahan
Hari Jadi Kodam VI/Mulawarman.
yaitu program Inpres Desa Tertinggal dengan sasaran, terwujudnya desa mandiri, yang dalam
pelaksanaannya merupakan tugas dan tanggungjawab kita bersama.
***