Anda di halaman 1dari 8

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG METRIS

DI SEKOLAH DASAR NEGERI SEKECAMATAN


CISAUK, TANGERANG

Stephanus Ivan Goenawan1, Sri Hapsari Wijayanti 2

1
Fakultas Teknik, Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta,
2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta
Email: steph.goenawan@atmajaya.ac.id

Abstrak. Belajar berhitung dianggap paling sulit sehingga tidak mengherankan


bahwa fobia terjadi di antara siswa sekolah dasar terhadap pelajaran ini. Siswa
merasa sulit untuk memahami, tidak bersemangat untuk belajar, dan akhirnya
berpengaruh pada prestasi pembelajaran. Keluhan tersebut berasal dari guru
di sekolah dasar negeri di Kecamatan Cisauk, Tangerang, Jawa Barat. Mereka
mengatakan bahwa siswa kurang bersemangat untuk belajar berhitung atau
matematika dan merasa sulit untuk memahami meskipun mereka telah mengulang
pelajaran tersebut berkali-kali. Selain itu, siswa sering kali kurang beruntung
dalam kompetisi matematika yang diadakan setiap tahun di Cisauk. Tujuan
pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan kapasitas guru
sekolah dasar di Cisauk melalui metode berhitung metriks. Metode ini dikenal
cepat, mudah dan menyenangkan. Target kegiatan ini adalah guru dan siswa
dari tujuh belas sekolah dasar negeri di Cisauk. Kegiatan ini dibagi menjadi
tiga pertemuan, yaitu pelatihan untuk guru, pendampingan guru dan siswa, dan
kompetisi untuk siswa. Secara umum, pemahaman guru tentang pelatihan berada
pada tingkat yang cukup. Mereka telah menerapkan metode ini kepada siswa di
kelas. Penguasaan siswa terhadap metode ini dapat dibuktikan dari kecepatan
dan ketepatan saat kompetisi. Namun, siswa masih lemah dalam operasi hitung
perkalian, pengurangan, dan penambahan secara hafalan.

Kata Kunci : literasi matematika; guru; metode horizontal, sekolah dasar, metris

PENDAHULUAN caan, menulis (sambung), dan juga menghi-


tung. Keterampilan hidup tersebut dinamakan
Pendidikan jenang sekolah dasar meru- literasi (Mahdiansyah & Rahmawati, 2014).
pakan landasan pendidikan terpenting. Pen- Literasi matematika adalah kemampuan in-
didikan yang diterima siswa pada tingkat ini dividu untuk merumuskan, menerapkan, dan
mengantar pada kemampuan siswa dalam menafsirkan matematika dalam berbagai kon-
menerapkan ilmu yang diperoleh dalam ke- teks. Kemampuan ini mencakup penalaran
hidupan sehari-hari untuk masa kini ataupun matematis dan kemampuan menggunakan
masa depan. Siswa diajarkan untuk melek konsep-konsep matematika, prosedur, fakta
huruf melalui membaca dan memahami ba- dan fungsi matematika untuk menggambar-

227
228 ABDIMAS Vol. 22 No. 2, Desember 2018

kan, menjelaskan, dan memprediksi suatu menggunakan metode konvensional saat ini
fenomena (OECD, 2013 dalam Mahdiansyah cenderung bersifat deduktif karena memang
& Rahmawati, 2014). bertujuan agar siswa dapat berpikir secara lo-
Literasi matematika masih merupakan gis. Cara belajar seperti itu belumlah lengkap.
masalah hingga saat ini. Terbukti muncul fobia Siswa juga harus mempunyai kemampuan
di antara siswa terhadap pelajaran matemati- berpikir yang kreatif.
ka. Siswa terkesan sulit mencerna, tidak berse- Proses pembelajaran berhitung yang
mangat belajar, dan akhirnya berdampak pada menggunakan media angka ternyata juga
nilai yang kurang memuaskan. Sebagaimana dapat digunakan untuk mengajarkan siswa
dipetik dalam Sari (2015), kemampuan liter- cara berpikir kreatif, yaitu mengajarkan ber-
asi matematika siswa di Indonesia masih ren- hitung dengan menggunakan Pengenalan Ket-
dah, di bawah rata-rata internasional. Menu- eraturan Pola Angka (Benjamin & Shermer,
rut hasil survei Programme for International 2006). Proses belajar yang kreatif seperti itu
Student Assessment (PISA), mayoritas siswa disebut pembelajaran berhitung secara induk-
hanya dapat menyelesaikan masalah di bawah tif mental (Valle-Tourangeau, et al., 2013).
level dua. Banyak faktor yang menyebabkan Pembelajaran induktif menjadi komprehensif
prestasi belajar siswa kurang, misalnya fak- jika dibarengi dengan pembelajaran deduktif.
tor psikologis, keterlibatan guru dan pihak Salah satu pendekatan pembelajaran kompre-
sekolah, juga faktor lingkungan yang men- hensif, paduan induktif dan deduktif, adalah
dukung motivasi belajar siswa di kelas (Pusat berhitung dengan menggunakan metode hori-
Penilaian Pendidikan Balitbang Kemdikbud, zontal (metris). Metode metris adalah cara ber-
2013 dalam Mahdiansyah & Rahmawati, hitung secara mendatar dengan menggunakan
2014). notasi pagar sehingga siswa tidak bergantung
Pendidikan dasar dalam bidang matema- pada kalkulator untuk perhitungan angka dari
tika adalah ilmu berhitung dasar atau aritme- satu digit hingga lebih dari satu digit.
tika. Dengan kata lain, aritmetika atau berhi- Strategi belajar-mengajar berhitung
tung merupakan bagian dari ilmu matematika. dapat dibedakan menjadi strategi pengaja-
Model pembelajaran berhitung yang saat ini ran induktif dan deduktif. Pengajaran secara
digunakan di banyak sekolah dasar (SD) induktif selalu mengikuti urutan yang pasti,
adalah metode konvensional atau vertikal dimulai dari contoh-contoh spesifik hingga
yang cenderung mengajarkan logika terstruk- mencapai simpulan umum. Untuk menggam-
tur (Herlina, 2008). Bahkan, ada beberapa barkan pendekatan yang digunakan dalam
metode hitung yang mengajarkan proses ber- pengajaran Pengenalan Pola Angka, digunak-
hitung dengan logika, tetapi tidak menggu- an Model Sistem sebagai berikut:
nakan simbol matematika sebagai penjelas-
annya, seperti jarimatika, yang menggunakan Input Output
bantuan tangan, atau sempoa dengan bantuan Proses
manik-manik ala china (Needham, 1986).
Semua itu berimplikasi pada ketidakmampuan Model Sistem
siswa dalam membuktikan kebenaran hasil
perhitungan melalui proses hitung matematika Dalam diagram Model Sistem di atas,
yang telah diakui secara internasional. contoh-contoh yang diberikan terdiri atas in-
Pembelajaran matematika dasar berkai- put yang berupa soal-soal dengan karakteristik
tan erat dengan aktivitas dan proses berpikir yang sama dan output berupa hasil perhitun-
secara logis. Pengajaran aritmetika yang gannya. Isi pelajaran yang ingin disampaikan
Stephanus Ivan Goenawan, Sri Hapsari Wijayanti Peningkatan Kemampuan Berhitung Metris di Sekolah Dasar Negeri
Sekecamatan Cisauk, Tangerang 229

oleh guru merupakan proses yang harus dite- perhitungan yang proses penyelesaiannya
mukan sendiri oleh siswa dengan mengenali dilakukan secara mendatar (horizontal)
pola yang menghubungkan input dengan out- dengan menggunakan notasi pagar metris.
putnya. Sebagai contoh, (Goenawan, 2008): Proses tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut. Pertama, pengenalan tentang for-
93 × 97 = 9021 mula perkalian paling dasar disertai beber-
92 × 98 = 9016 apa contoh dalam menggunakan formula
85 × 85 = 7225 tersebut. Kemudian, pemberitahuan tu-
juan proses pembelajaran agar siswa dapat
Dari contoh-contoh tersebut, siswa mengikuti arah pelajaran yang diberikan.
dibimbing mencari simpulan sendiri berdasar- Selanjutnya, pemberitahuan dasar proses
kan pendekatan Model Sistem berikut: berhitung secara umum, yaitu operasi arit-
metika itu sendiri.
Input Output Untuk operasi perkalian dua digit, mis-
93×97= 90 21 alnya, formula paling dasar yang paling
92×98= 90 16 umum adalah portal (pola horizontal). Con-
85×85= 72 25 toh (Goenawan & Gunawan, 2007):

Siswa dibimbing untuk memilah-milah ab × cd = a × c | a × d + b × c | b × d


mana angka dalam input sebagai satuan dan
mana puluhan. Contoh: 93= 9 3, di sini 9 seb- Huruf a, b, c, dan d mewakili bilangan
agai puluhan dan 3 sebagai satuan. Demikian sembarang dari 0 s.d. 9 yang berada pada ni-
pula dengan angka pada output dapat dipilah lai tempat tertentu (Freitas & Shell-Gellasch,
menjadi dua bagian. Contoh: 9021= 90 21. 2012). Simbol | disebut sebagai notasi pagar
Setelah siswa mengenali pola angka itu, mis- metris yang digunakan untuk merepresentasi-
alnya kan nilai tempat suatu bilangan (Goenawan,
2000). Terdapat aturan notasi pagar metris
9 3 × 9 7 = 9×(9+1) 3×7 = 90 21
yang perlu diingat, yaitu “jumlah digit bilan-
siswa kemudian diminta memberikan gan di sebelah kanan notasi pagar harus sama
contoh serupa dan memeriksa apakah sim- dengan jumlah notasi pagar” (Goenawan,
pulan yang dibuatnya berlaku untuk contoh 2012).
yang baru tersebut. Jika simpulannya belum Dengan metode metris, lomba calistung
berlaku umum, siswa didorong untuk melihat hingga olimpiade matematika yang menuntut
kembali persyaratan dalam input yang diberi- kecepatan dan ketepatan menghitung sangat
kan. Demikian sampai siswa dapat melihat membantu memacu semangat siswa. Akan
bahwa dalam input angka pada puluhannya tetapi, tidak banyak siswa dapat memelajari
kembar dan jumlah angka pada satuannya metode cepat dalam berhitung karena metode
adalah sepuluh. Pada tahap selanjutnya guru ini tidak diajarkan di sekolah. Hal ini tercetus
dapat memberikan latihan soal yang berbeda, dalam wawancara dengan Kepala UPT dan
tetapi mempunyai karakterisitik yang sama guru SDN di Kecamatan Cisauk, Tangerang
dengan contoh sebelumnya. (Maret 2015). Selain itu, dari diskusi kelom-
Akan halnya proses pembelajaran pok berfokus (focus group discussion) dengan
deduktif digunakan metode horizontal (me- para guru di SDN Cisauk terungkap bahwa
tris). Metode horizontal adalah metode guru mengeluhkan siswa yang kurang berse-
mangat dalam belajar matematika dan sulit
230 ABDIMAS Vol. 22 No. 2, Desember 2018

menangkapnya meskipun guru sudah bebera- Kegiatan ini terdiri atas tiga bagian yang
pa kali mengulanginya. Selain itu, meskipun dilaksanakan secara berkelanjutan. Ketiga
hampir setiap tahun SDN di Cisauk mengikuti kegiatan itu berturut-turut adalah pelatihan,
lomba sekecamatan Cisauk, seperti lomba pendampingan, kompetisi. Ketiga kegiatan
calistung, siswa masih belum beruntung jika tersebut diuraikan di bawah ini.
dibandingkan dengan sekolah swasta karena
umumnya siswa SDN di Cisauk masih lemah Pelatihan
dalam berhitung cepat (Wijayanti, 2015). Pada Tahun Ajaran 2015/2016, tepat-
Tujuan kegiatan pengabdian kepada ma- nya 19 September 2015, di SDN Cibogo,
syarakat ini adalah meningkatkan kompetensi para guru dari 17 SDN di Cisauk, Tangerang
guru-guru SDN di Kecamatan Cisauk dalam mengikuti pelatihan berhitung horizontal (me-
mengajarkan berhitung metris. Dengan men- tris). Fasilitator pelatihan adalah Bapak Ivan
guasai berhitung metris, guru dapat membe- Goenawan, dibantu oleh dua mahasiswa dari
nahi metode pengajaran berhitung agar ber- Fakultas Teknik. Peserta yang hadir adalah
hitung atau matematika tidak lagi dianggap peserta yang dipilih oleh kepala sekolah atas
pelajaran yang sulit. Dengan berhitung metris, permintaan Ketua KKG. Kepala sekolah ma-
siswa, dari tingkat SD hingga SMA, dapat sing-masing dari setiap sekolah memilih dua
mengerjakan hitungan dengan cepat dan mu- perwakilannya yang didasarkan atas pertim-
dah, dalam suasana yang menyenangkan. bangan kemampuan pada bidang pelatihan
METODE yang akan diikutinya.

Khalayak sasaran kegiatan ini adalah


guru dan siswa dari tujuh belas SDN di Ke-
camatan Cisauk, Tangerang. Kegiatan ini di-
rancang dalam tiga pertemuan yang saling
berkesinambungan, yaitu pelatihan, pendamp-
ingan, dan kompetisi. Pertama, kegiatan di-
awali dengan membekali guru dengan pelati-
han berhitung metode metris, khususnya pen-
jumlahan, pengurangan, dan perkalian. Baik
strategi pengajaran induktif maupun deduktif
diterapkan dalam pelatihan ini dengan meng-
gunakan bantuan metris. Kedua, memberikan Gambar 1. Penyampaian materi ber-
pendampingan (dan pendalaman) metris bagi hitung metris dan diskusi
guru dan siswa. Kegiatan ini dilakukan setelah
guru mentransfer metode metris yang telah Total peserta pelatihan berjumlah tiga
dipelajarinya kepada sesama guru yang ter- puluh tujuh orang (umumnya wanita) dan
gabung dalam Kelompok Kerja Guru (KKG) berpengalaman mengajar dua hingga tiga
sekecamatan Cisauk dan kepada siswa di puluh tahun. Pada sesi I diperkenalkan notasi
sekolah masing-masing. Ketiga, menguji ke- pagar, operasi penjumlahan dan pengurangan.
mampuan siswa dalam kompetisi metris an- Pada sesi II diajarkan operasi perkalian dan
tarsiswa se-Kecamatan Cisauk. jurus-jurus pintar dalam berhitung.
Metode pelatihan ini adalah ceramah, dis-
HASIL DAN PEMBAHASAN kusi, dan latihan/praktik menyelesaikan soal.
Stephanus Ivan Goenawan, Sri Hapsari Wijayanti Peningkatan Kemampuan Berhitung Metris di Sekolah Dasar Negeri
Sekecamatan Cisauk, Tangerang 231

Dalam pelatihan, guru-guru menunjukkan


antusias yang tinggi karena metode berhitung
metris merupakan hal yang baru kali pertama
mereka pelajari. Meskipun ada guru yang
agak lambat menerima materi, secara keselu-
ruhan guru mampu menyerap materi dengan
baik. Dari hasil evaluasi terhadap pelatihan ini
diperoleh bahwa tingkat pemahaman peserta
setelah mengikuti pelatihan dinyatakan oleh
2 orang masih kurang, 28 orang cukup, dan 7
orang baik. Selain itu, dari pelatihan yang di-
peroleh, diakui 34 guru akan menerapkannya
di kelas, sedangkan 3 orang ragu-ragu.
Gambar 2. Salah satu siswa menger-
jakan soal
Pendampingan
Pada semester berikutnya, enam bulan setelah
pelatihan, tepatnya 19 April 2016, di SDN
Cisauk dilakukan pendampingan terhadap
para guru dan siswa. Pendampingan semata-
mata untuk mengetahui efektivitas pelatihan
yang telah diberikan dan merupakan bentuk
monitoring atas pelatihan. Dalam hal ini akan
diketahui apakah guru menerapkan metode
metris kepada siswa, sejauh mana materi telah
diserap siswa, dan apakah guru mengalami
kendala dalam pengajarannya di kelas. Se- Gambar 3. Siswa didampingi guru
lain itu, pendampingan juga bertujuan mem- mendapat
perdalam materi sekaligus mempersiapkan penyegaran dari fasilitator
siswa yang akan mengikuti lomba pada Mei
2016. Dari pelaksanaan pendampingan dik-
Sekolah yang menjadi peserta pendamp- etahui bahwa guru sudah mengajarkan me-
ingan berjumlah sembilan SDN, masing-ma- tris kepada siswa di kelas dengan baik. Siswa
sing SDN mendaftarkan 12 siswa terpilih- pun mudah menangkap metode baru tersebut.
nya, kecuali satu SDN hanya mendaftarkan 6 Guru, dalam pendampingan ini, telah me-
siswanya. Total peserta pendampingan adalah milih siswa-siswa yang akan diikutsertakan
108 siswa, dengan guru pendamping 18 orang. dalam lomba. Dengan berpegang pada buku
Para peserta yang hadir berasal dari SDN Mencetak Einstein (2008) yang telah dibagi-
Sampora I, SDN Suradita, SDN Dangdang I, kan ketika pelatihan, pendampingan dilaku-
SDN Sampora II, SDN Anamui, SDN Cisauk, kan dengan metode tubian praktik memba-
SDN Bendungan, SDN Kedokan, dan SDN has soal, berdiskusi, me-refresh materi, dan
Perum Suradita. memberikan kisi-kisi persiapan lomba. Di
sini, siswa berlatih dengan didampingi guru.
Siswa menunjukkan keaktifan belajar dengan
bertanya dan berani maju ke depan kelas un-
232 ABDIMAS Vol. 22 No. 2, Desember 2018

tuk menyelesaikan soal. Demikian pula guru


tampak tekun membantu siswa dan tidak ragu-
ragu bertanya kepada fasilitator atau kepada
asisten fasilitator.

Kompetisi
Untuk membangkitkan semangat kompe-
tisi di antara siswa dari beberapa sekolah, seb-
agai tindak lanjut dari pelatihan dan pendamp-
ingan, diselenggarakan kompetisi atau lomba
berhitung metris pada 2 Mei 2016 di SDN
Sampora I. Waktu kompetisi yang diseleng-
garakan dirasakan sangat berdekatan dengan Gambar 5. Mahasiswa mengoreksi
persiapan sekolah menghadapi ujian nasi- hasil tes babak I
onal (UN) untuk siswa kelas VI. Hal tersebut
menjadikan persiapan guru kurang maksimal
dalam melatih siswa.
Kompetisi diikuti oleh 95 siswa-siswi
kelas 4 SD dan kelas 5 SD dari sembilan
SDN di Kecamatan Cisauk. Kesembilan SDN
tersebut adalah SDN Anamui, SDN Cisauk,
SDN Suradita, SDN Sampora I, SDN Sam-
pora II, SDN Dangdang I, SDN Dangdang II,
SDN Kedokan, SDN Perum Suradita. Selu-
ruh peserta dikumpulkan di dalam satu ruang
kelas. Suasana kelas cukup padat, siswa pun
duduk berhimpitan: satu meja untuk empat
hingga enam orang. Kondisi tersebut dimaklu-
mi karena tempat yang tidak memungkinkan
untuk berada di kelas yang terpisah. Gambar 6. Suasana lomba babak III

Gambar 7. Suasana lomba babak II


Gambar 4. Suasana lomba babak I
Stephanus Ivan Goenawan, Sri Hapsari Wijayanti Peningkatan Kemampuan Berhitung Metris di Sekolah Dasar Negeri
Sekecamatan Cisauk, Tangerang 233

Kompetisi berlangsung selama 2,5 jam ingat metris merupakan metode baru dalam
dalam tiga babak. Masing-masing babak berhitung cepat yang baru mereka dapatkan.
tiga puluh menit. Pertama, babak penyisihan Di samping penyelesaian soal dengan metris
berupa tes tertulis selama tiga puluh menit. yang harus siswa kuasai, kelemahan siswa
Dalam babak tersebut dipilih 50 siswa dari dalam lomba tampak dalam kemampuan
95 siswa melalui seleksi soal tertulis. Selek- menghafal perkalian 1x1 dan 9 × 9. Kecepa-
si dilakukan oleh tiga asisten fasilitator dari tan dalam penghitungan perkalian di luar ke-
Fakultas Teknik. Kedua, diseleksi 21 siswa pala bagi siswa (kelas 4 dan 5) di SDN Ke-
dari 50 siswa melalui tes tertulis. Seleksi ini camatan Cisauk masih perlu ditingkatkan
juga dilakukan oleh asisten fasilitator. Ketiga, dan dilatih, apalagi selanjutnya mereka akan
tes adu cepat (cerdas-cermat) dan mencongak memasuki pendidikan yang lebih tinggi, yaitu
sejumlah sepuluh soal. Dari 21 siswa, dipilih tingkat sekolah menengah. Hingga saat ini,
6 siswa. menurut salah satu informasi dari guru (No-
Tiga di antaranya dipilih dari nilai tes ter- vember 2016), metode metris masih terus dia-
tulis terbaik untuk mengisi peringkat Harapan jarkan oleh guru di kelas. Berikut nama-nama
I, II, dan III, sedangkan tiga lainnya dari ni- pemenang.
lai tertulis terbesar untuk masuk babak final.
Sebelum masuk ke dalam setiap babak, para Tabel 1. Pemenang Lomba Metris
peserta diberi penjelasan mengenai model tes
yang diberikan. Adapun kriteria penilaian ba- Peringkat Nama Asal Sekolah
bak kesatu dan kedua sama, yaitu setiap jawa- I Rizki Al Ghifanyah SDN Cisauk
ban benar bernilai 10. Pada babak final, setiap II M. Azhar Nur SDN Cisauk
III Siti Dede Amelia SDN Kedokan
jawaban benar mendapat nilai 100, sedangkan Harapan I Tiara Apriliani SDN Kedokan
jika salah bernilai minus 50. Harapan II Archandatta SDN Cisauk
Kompetisi berjalan lancar. Siswa yang SDN Perum
Harapan III Rifagi A.P.
mengikuti lomba adalah siswa yang sudah Suradita
dididik dan dilatih dengan baik oleh guru
pendamping dan sudah menunjukkan kemam-
puanya berhitung dengan cepat dan tepat.
Praktik pembelajaran metris telah memperli-
hatkan kemampuan siswa untuk mengerjakan
latihan yang diberikan dengan lebih cepat dan
lebih baik. Hasil ini tidak berbeda dengan Her-
lina (2008) yang melaporkan bahwa metris
secara positif dapat meningkatkan proses
pembelajaran aritmetika. Gambar 9. Pemenang lomba pering-
kat I, II, III
Pemenang lomba
Berdasarkan wawancara dengan seorang
SIMPULAN
siswa, dikatakan bahwa persiapan untuk kom-
petisi metris sangat singkat, hanya satu bulan, Proses pembelajaran berhitung secara
dan dilakukan hampir setiap hari. Waktu yang komprehensif merupakan gabungan proses
singkat ini merupakan faktor penyebab siswa pembelajaran berhitung secara induktif dan
yang kurang beruntung dalam lomba meng- deduktif. Melalui proses pembelajaran sep-
234 ABDIMAS Vol. 22 No. 2, Desember 2018

erti itu, dapat dihasilkan proses berpikir siswa Goenawan, St. I. 2012. “Metris: Berhitung
secara logis dan juga kreatif. Hal tersebut Super Cepat”. Jakarta: Media Pusindo.
merupakan inovasi dari pengajaran aritmetika ________. Maret 2000. Metode Horison-
secara konvensional yang cenderung hanya tal (Metris), Vol.1. Jakarta: Unika Atma
bersifat deduktif. Secara umum, hasil penga- Jaya.
jaran berhitung secara komprehensif dengan
menggunakan metris menghasilkan pema- ________. 2008. Metris: Mencetak Einstein.
haman guru termasuk dalam kategori cukup Jakarta: Metris Pustaka.
dan umumnya guru telah menerapkan metode Herlina, L. 2008. Penerapan “Metode Hor-
metris ini dalam pengajarannya di kelas. Cara isontal” untuk Meningkatkan Pema-
mengetahui hasil pembelajaran metris ter- haman Operasi Bilangan pada Siswa
hadap siswa, dilakukan kompetisi atau lomba Kelas II Sekolah Dasar Pasir Kaliki III
antarsiswa sekecamatan Cisauk. Kelemahan Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi.
siswa dalam lomba ditemukan dalam kemam- Skripsi Program Studi Pendidikan Guru
puan siswa menghafal perkalian, di samping Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidi-
kecepatan dalam penjumlahan dan pengu- kan, UPI Bandung.
rangan di luar kepala. Berdasarkan hal itu,
guru dapat lebih menekankan operasi hitung Mahdiansyah & Rahmawati. 2014. Jurnal
tersebut dalam pengajarannya di kelas, teru- Pendidikan dan Kebudayaan, 20(4):
tama untuk siswa kelas IV dan V yang akan 452-469.
mempersiapkan diri mengikuti ujian nasional Needham, J. 1986. Science and Civiliza-
di kelas VI dan akan melanjutkan ke jenjang tion in China: Volume 3, Mathematics
pendidikan menengah. Dengan penguasaan and the Sciences of the Heavens and the
metode berhitung metris dan kemampuan Earth. Taipei: Caves Books, Ltd.
melakukan operasi hitung secara cepat, siswa
Sari, R.H.N. 2015. Literasi Matematika:
dapat unggul dalam prestasi di sekolah dan
Apa, Mengapa, dan Bagaimana? Maka-
dalam prestasi olimpiade matematika.
lah Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika.
DAFTAR PUSTAKA Valle-Tourangeau, F. et al. 2013. Reducing
Benjamin, A. T. & Shermer, M. 2006. Se- the Impact of Math Anxiety on Men-
crets of Mental Math: The Mathemagi- tal Arithmetic: The Importance of Dis-
cian’s Guide to Lightning Calculation tributed Cognition, Proceedings of the
and Amazing Math Tricks. New York: Thirty-Fifth Annual Conference of the
Three Rivers Press. Cognitive Science Society. Austin, TX:
Cognitive Science Society.
Freitas, P. J. & Shell-Gellasch, A. June 2012.
When a Number System Loses Unique- Wijayanti, S.H. 2015. Kebutuhan Guru
ness: The Case of the Maya - Unique- Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Cis-
ness of Representation in a Place-Value auk, Tangerang, dalam Mengembangkan
System. Washington D.C: MAA Press. Profesinya. Prosiding Simposium Nasi-
Loci. onal Riset Pendidikan II 2015. Jakarta:
Yayasan Pendidikan Dompet Dhuafa &
Goenawan, St. I. & Gunawan, A.A.S. 2007. Universitas Paramadina.
Metris: Perkalian Ajaib. Jakarta: Kawan
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai