Anda di halaman 1dari 9

MODEL RME PERKALIAN BILANGAN ASLI SEKOLAH DASAR

Andini Dhunurroini1, Afib Rulyansah, S.Pd., M.Pd2, Prof. Dr. Hj. Siti Maghfirotun Amin, M.
Pd3, Sri Hartatik, S.Si., M.Pd4

andinidhunurroini006.sd19@student.unusa.ac.id1, afibrulyansah@unusa.ac.id2,
amin@unusa.ac.id3, titax@unusa.ac.id4

Received Month XX, 20XX; Revised Month XX, 20XX; Accepted Month XX, 20XX

ABSTRAK

Menyiapkan RME (Persiapan untuk Angka Adil) yang berkelanjutan tidak persis sama dengan
ini. Beberapa siswa, terutama di sekolah dasar, terkejut dengan metode pembelajaran matematika
yang menjanjikan ini karena merupakan salah satu alasan utama siswa umumnya memiliki
kemampuan belajar IPA yang rendah. Duplikasi merupakan contoh pengetahuan yang tidak lepas
dari ingatan atau pemahaman konsep kemajuan; dalam hal ini, siswa belum siap
menggunakannya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan
masalah yang biasa diamati oleh guru. terutama kurangnya pemahaman yang dimiliki siswa
tentang konsep kemajuan. Kajian ini bertujuan untuk membahas bagaimana siswa kelas dua
menyusun, menerapkan, dan meningkatkan metode pengembangan ide yang paling efektif untuk
pengembangan materi SDN 1 Ratawangi ke depan. Tiga periode pembelajaran digunakan untuk
prosedur pelatihan wali kelas penelitian ini. Audit, tes, dan persepsi dokumentasi adalah semua
komponen teknik pemilahan informasi. Lakukan pemeriksaan ekspresif saat Anda melihat
informasinya. Hasil temuan siklus I mendapat skor 81 persen, pelaksanaan pembelajaran 56
persen, dan siswa 36 persen. Pada semester kedua pemahaman mahasiswa meningkat menjadi
86%, penggunaan pengetahuan meningkat menjadi 71%, dan dominasi organisasi meningkat
menjadi 90%. Ini menunjukkan kemajuan dasar di Musim Gugur III: 95% siswa memahaminya,
94% mempraktikkannya, dan 95% mempelajarinya. Kesiapan model, pelaksanaan pembelajaran,
dan jumlah siswa yang mendapat pembelajaran logika di SDN 1 Ratawangi Kelas II yang
menggunakan teknik praktikum matematika untuk materi berpikir meningkat secara signifikan.
Kata kunci: pendekatan matematika realistik, pemahaman siswa, konsep perkalian.

PENDAHULUAN

Menyiapkan RME (Persiapan untuk Angka Adil) yang berkelanjutan tidak persis sama dengan
ini. Beberapa siswa, terutama di sekolah dasar, terkejut dengan metode pembelajaran matematika
yang menjanjikan ini karena merupakan salah satu alasan utama siswa umumnya memiliki
kemampuan belajar IPA yang rendah. Duplikasi merupakan contoh pengetahuan yang tidak lepas
dari ingatan atau pemahaman konsep kemajuan; dalam hal ini, siswa belum siap
menggunakannya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan
masalah yang biasa diamati oleh guru. terutama kurangnya pemahaman yang dimiliki siswa
tentang konsep kemajuan. Kajian ini bertujuan untuk membahas bagaimana siswa kelas dua
menyusun, menerapkan, dan meningkatkan metode pengembangan ide yang paling efektif untuk
pengembangan materi SDN 1 Ratawangi ke depan. Tiga periode pembelajaran digunakan untuk
prosedur pelatihan wali kelas penelitian ini. Audit, tes, dan persepsi dokumentasi adalah semua
komponen teknik pemilahan informasi. Lakukan pemeriksaan ekspresif saat Anda melihat
informasinya. Hasil temuan siklus I mendapat skor 81 persen, pelaksanaan pembelajaran 56
persen, dan siswa 36 persen. Pada semester kedua pemahaman mahasiswa meningkat menjadi
86%, penggunaan pengetahuan meningkat menjadi 71%, dan dominasi organisasi meningkat
menjadi 90%. Ini menunjukkan kemajuan dasar di Musim Gugur III: 95% siswa memahaminya,
94% mempraktikkannya, dan 95% mempelajarinya. Kesiapan model, pelaksanaan pembelajaran,
dan jumlah siswa yang mendapat pembelajaran logika di SDN 1 Ratawangi Kelas II yang
menggunakan teknik praktikum matematika untuk materi berpikir meningkat secara signifikan.

Matematika dasar dibangun di atas pemahaman tentang konsep augmentasi. Mendongeng


dulunya lebih tentang berpikir daripada tentang menangkap ide orisinal. Hal ini juga menjadi
salah satu penyebab mengapa pembelajaran aritmatika siswa selalu buruk menurut Suwangsih,
E., dan Misel (2016). Beberapa siswa menganggap matematika sebagai salah satu mata pelajaran
yang paling menantang. Menurut keyakinan Marti (dalam Sundayana, 2014, hlm. 3), item
bilangan unik merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh siswa matematika, lihat Ningsih
(2014), hlm. 74. Memahami konsep sangat penting dengan cara ini.
Sesuai Sumarmo dalam Nopelia (2017), hal. 300, pemahaman digunakan untuk menggambarkan
pemahaman. Sementara itu, kata Daryanto, perjumpaan yang mendidik dan menumbuhkan
sebagian besar menggarisbawahi pengertian. Seperti yang ditunjukkan oleh Daryanto (2014),
p.106, siswa diharapkan selalu memahami apa yang disampaikan. Tingkat pemahaman suatu ide,
proses, atau kebenaran matematis masih di udara oleh tingkat afiliasi yang dirasakan ketika hal-
hal ini membentuk jaringan yang saling berhubungan dengan luar biasa. Seperti yang
dikemukakan Erdoan dan Sengul (2014, p. 596), gagasan sains dapat digambarkan sebagai
penilaian siswa terhadap kemampuan dan kemampuannya, serta kepuasan dan minatnya pada
matematika. Seperti yang ditunjukkan oleh Uno dan Koni (2012), hal. 61, pemahaman
digambarkan sebagai kemampuan tunggal untuk menggambarkan, menguraikan atau
menyampaikan sesuatu dengan caranya sendiri sesuai dengan informasi yang diperoleh. Seperti
yang diperhatikan oleh Sumianto (2018) hal. 50, siswa membutuhkan pengalaman belajar yang
cepat dan besar untuk mencapai tujuan persiapan publik. Menurut Piaget (Ibda, 2015, p. 32),
pada tahap aktivitas tinggi siswa secara intelektual dapat belajar bagaimana menggunakan
pemikiran rasional, namun masih terbatas dan tidak pantas untuk menggunakan pemikiran yang
lebih logis. Ini mengatur periode pertukaran peristiwa mental. Peningkatan psikologis ini terjadi
antara usia 7 dan 11 tahun, ketika siswa belum memiliki pemikiran tentang cara berpikir secara
mendalam karena belum memiliki kemampuan berpikir formal (Mulyati, 2017, p. 2 ). Motivasi
di balik penelitian ini adalah memotret Learning Setup, Learning Execution dan Reasonable
Mathematical Method untuk mengelola tinjauan pemahaman kemungkinan penyampaian di SDN
1 Ratawang sehubungan dengan masalah di atas.

METODE

Teknik Study Hall Activity Exploration (Vehicle) atau model Kemmis dan Mc digunakan dalam
penelitian ini. Selama tiga putaran Taggart, sebanyak 22 orang mengikuti persiapan,
pelaksanaan, dan persepsi serta kesan setiap siklus di SDN Ratawang, Wilayah Banjarsar, Rezim
Ciamis. RPP diperiksa sebagai subjek.

B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Persepsi Gerakan Pendidik, Lembar


Persepsi Tindakan Siswa, dan Test Kit sebagai Polling (Item) adalah contoh alat nontes yang
dimanfaatkan dalam pengalaman pendidikan dalam ulasan ini. Informasi dikumpulkan melalui
tinjauan persepsi dan dokumentasi dalam tes tinjauan ini. Miles dan Huberman (Rochiati dalam
Hermawan et al.) menyatakan bahwa Dalam penelitian ini, langkah-langkah penanganan
informasi eksplorasi subjektif digunakan untuk menangani data. 2007, hal. 195), yang memiliki
tiga tahapan: mereduksi informasi, menyajikan informasi, dan menganalisis atau menghapus
informasi.

Pada titik ini, pendidik berperan sebagai ilmuwan dan menjawab pertanyaan mengapa,
bagaimana, dan seberapa besar mediasi mengubah segalanya. Tahap ini berkaitan dengan
informasi yang dikumpulkan selama persepsi. Informasi tersebut diurai oleh guru dan wali kelas
untuk melihat apakah ada topik penting yang dapat diingat untuk upaya tambahan dalam
menerapkan Pembelajaran IPA di Kelas II SD. Jika hasil normal tidak tercapai, tahapan siklus
diulangi dengan berbagai kemajuan (Suharsimi Arikunto en Sofiana, 2015, hlm. 43).

PEMBAHASAN

Berikut ini adalah titik awal yang baik untuk mempelajari matematika tradisional, khususnya
operasi aritmatika bilangan bulat:

1) Instruktur memberikan penjelasan secara lisan tentang cara mengalikan bilangan bulat; 2)
Belum ada metode atau alat yang digunakan untuk membantu guru mengajarkan konsep
perkalian; satu-satunya cara guru mendemonstrasikan pemahaman adalah melalui pertanyaan
perkalian; 3) Kecerdikan guru dalam merancang strategi pembelajaran dan memanfaatkan ruang
kelas menjadi penghambat pembelajaran matematika; 4) Menurut hasil pra-kursus, hanya 32%
dari 22 siswa yang mencapai nilai ketuntasan belajar minimal 70, yang diperlukan untuk
keberhasilan akademik.

Hasil berikut diperoleh melalui penggunaan uji coba kelompok:

Materi pembelajaran siklus I menggunakan metode RME yang memasukkan ide perkalian
bilangan bulat. Pembelajaran terbuka, penguasaan mata pelajaran, penggunaan media,
pendekatan saintifik, dan evaluasi masih luput dari RPP. Persentase yang diinginkan sebesar 81
persen tercapai dengan skor rata-rata 3,25.
Pada dasarnya, ini dicapai dengan menggunakan pendekatan matematika realistik untuk
mengajarkan konsep perkalian. Kinerja guru sangat baik, terutama dalam hal memanfaatkan
interaksi siswa secara maksimal dan membuat siswa lebih bersemangat dalam belajar. Persentase
yang diinginkan sebesar 81 persen tercapai dengan skor rata-rata 3,25. Selain itu, keterlibatan
siswa lebih rendah dari biasanya. Untuk porsi 56%, skor rata-ratanya adalah 2,23. Saya tidak
memenuhi kriteria keberhasilan penilaian konsep siklus perkalian siswa; Skor rata-rata untuk
penelitian ini adalah 64,5, atau 36%, dan tingkat keberhasilannya adalah 75%. Saat membuat
RPP materi konsep perkalian yang mengambil pendekatan matematika realistik, penelitian ini
selesai pada Fall II yang meningkat sembilan puluh persen dan rata-rata 3,62. Meskipun kinerja
guru dalam mempraktekkan materi konsep naratif secara signifikan lebih unggul dari Siklus 1,
masih ada ruang untuk perbaikan, terutama untuk memfasilitasi pembelajaran. Persentase
biasanya adalah 32,8 persen pada 90%.

Meskipun pembelajaran siswa semakin baik, masih ada ruang untuk perbaikan, terutama di
bidang pekerjaan siswa dan penggunaan konstruktif. Dengan pangsa 71%, rata-rata adalah 2,84.
Pada Fall II, pemahaman konsep perkalian siswa meningkat dengan skor rata-rata 86,4 dan
persentase 86%. Pada siklus kedua ini, mahasiswa memenuhi 75% kriteria keberhasilan
penelitian.

Kuantitas materi konsep perkalian meningkat secara signifikan, terutama dari perspektif kegiatan
prasekolah, menurut temuan penelitian Musim Gugur III, namun tetap rendah di bidang lain,
seperti pembelajaran pengantar. Persentil ke-95 memiliki skor rata-rata 3,83. Ketidakmampuan
instruktur untuk mengajarkan perkalian dengan cara yang realistis berdasarkan matematika,
terutama ketika mendorong siswa untuk mengekspresikan diri dan memecahkan masalah. Skor
rata-rata pada persentil ke-94 adalah 3,75. Dengan rata-rata skor 3,77 dan persentase 94%,
prestasi belajar siswa pada Siklus III meningkat, khususnya pada bidang penggunaan dan
penciptaan karya siswa. Dengan nilai rata-rata 93,6, pemahaman konsep perkalian siswa pada
penilaian Periode III memenuhi kriteria keberhasilan sebesar 95 persen.

Gagasan memperbanyak Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Materi (RPP) dengan


menggunakan pendekatan matematis realistik paling tepat menggambarkan pembahasan hasil
penelitian. Mengatur pelajaran. Sebelum melakukan penyesuaian yang diperlukan, rencana
pelajaran dibuat dan dievaluasi oleh guru mitra—pengamat. Kurikulum Siklus II perlu dilakukan
penyempurnaan untuk melengkapi kurikulum Siklus III karena masih banyak kekurangan pada
kurikulum Siklus I. Rangkuman nilai rencana pelaksanaan setiap siklus adalah sebagai berikut:

Tabel menunjukkan nilai perencanaan pelaksanaan untuk setiap siklus.


Nilai
Aspek yang
No Siklus Siklus Siklus
Diamati
I II III
membantu siswa
dalam
1 memahami 3 3 4
"konteks"
pertanyaan
Membimbing
siswa untuk
menggunakan
ide,
2 cara/metode 3 4 3
mereka sendiri
dalam
penyelesaian
pertanyaan
Langsung
Peserta didik
menemukan atau
menerapkan
3 strategi solusi 3 3 4
yang berbeda
Perta nyaan

Langsung
Siswa
menggunakan
konteks dalam
masalah dengan
4 cara yang 3 3 3
membantu siswa
memilih strategi
solusi
Perta

maksimalisasi
Interaksi antar
siswa ketika
bekerja dalam
5 kelompok atau 4 4 4
Berp pasangan
untuk membuat
Situasi
pembelajaran
yang mendorong
6 siswa untuk 4 4 4
saling bertanya,
menjawab dan
mempresentasika Dapat ditarik kesimpulan, berdasarkan
data n pendapatnya yang disajikan dalam tabel, bahwa
Membantu menggunakan pendekatan matematika
siswa/kelompok
yang kesulitan realistik meningkatkan perencanaan,
menyelesaikan implementasi, dan pemahaman konsep
7 3 3 4
soal
perkalian siswa. Hal ini menunjukkan
bahwa materi konsep perkalian SDN 1
untuk melakukan Ratawang dirancang dan dievaluasi secara
Diskusi kelas
(khususnya untuk realistis secara efektif untuk
mengikuti meningkatkan pemahaman siswa kelas II.
berbagai solusi
8 yang diajukan). 3 4 4
mahasiswa),

KESIMPULAN

Berikut ini dapat ditarik dari temuan


memotivasi
siswa survei aktivitas kelas:
9 4 4 3
sepanjang
1) Di jalan kelas II SDN 1 Ratawang, pemahaman
proses
untuk mempelajari siswa tentang perkalian bilangan bulat
dapat Merangsang ditingkatkan dengan menggunakan
Siswa dapat
membenarkan metode RME; 2) Persepsi siswa SD
solusi mereka
10 (secara lisan atau 3 4 4 terhadap matematika dapat berubah dari
tertulis). menakutkan menjadi menyenangkan
Pertanyaan.
dengan pendekatan RME; 3) Penelitian
Merangsang tindakan dapat dilakukan di dalam kelas
Mintalah siswa
menuliskan dengan menggunakan metode RME untuk
proses yang meningkatkan pembelajaran matematika.
11 mereka ikuti 3 3 4
dalam solusi
mereka
pertanyaan
Jumlah 39 42 45
Rata-rata 3.25 3.5 3.75
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Neli, Intan Sari Ramdhani, and Enawar. 2022. “Analisis Gerakan Literasi Pojok Baca
Terhadap Minat Baca Kelas 4 SDN Bojong 04.” Al-Irsyad 105(2): 79.

Anisah, Anisah. 2020. “Dinamika Implementasi Gerakan Literasi Sekolah SD Negeri Di


Kecamatan Muntilan.” Edukasi: Jurnal Penelitian dan Artikel Pendidikan 11(2): 77–90.

Banani, Putri Fauziah et al. 2022. “Meningkatkan Minat Baca Melalui Kegiatan Literasi Siswa
Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dikelas V SDN 55/1 Sridadi Putri.” 4: 1707–15.

Berliana, Debora, M. Ferdiansyah, and Sylvia Lara Syaflin. 2022. “Analisis Gerakan Literasi
Sekolah Terhadap Minat Baca Siswa Kelas II Di SD Negeri 185 Palembang.” 2(1): 115–
21.

Dharma, Ketut Budh. 2020. “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Dalam Menumbuhkan
Minat Baca Siswa Sekolah Dasar.” Jurnal Edukasi Nonformal 1(2): 70–76.

Faradina, Nindya. 2017. “Pengaruh Program Gerakan Literasi Sekolah Terhadap Minat Baca
Siswa Di Sd Islam Terpadu Muhammadiyah An-Najah Jatinom Klaten.” Jurnal Hanata
Widya 6(8): 60–69.
Julita, Lewis. 2022. “Analisis Gerakan Literasi Sekolah Dasar Dalam Meningkatkan Minat Baca
Siswa.” Dawuh Guru: Jurnal Pendidikan MI/SD 2(2): 101–12.

Muflikhah, Ana, F Shoufika Hilyana, and Ika Oktavianti. 2022. “Analisis Gerakan Literasi
Sekolah Terhadap Minat Baca Siswa Kelas IV Di Sdn 2 Bangsri Selama Ptm Terbatas.” :
88–94.

Mustofa, Agus, Parji Parji, and Dwi Rohman Soleh. 2022. “Implementasi Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) Untuk Menumbuhkan Minat Baca Siswa Di Masa Pandemi Covid-19
Pada Siswa Kelas V SDN Rejomulyo 1.” Wewarah: Jurnal Pendidikan Multidisipliner
1(1): 24.

Rohmah, Siti et al. “Meningkatkan Minat Baca Siswa Melalui Gerakan Literasi Sekolah Di SD
Ukhuwwatul Islamiyyah Jakarta Barat.” : 1–5.

Anda mungkin juga menyukai