Disusun Oleh :
MUFLIH GUNAWAN
201510110311353
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
PENULISAN HUKUM
DOSEN PEMBIMBING
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Sulardi, SH., M.Si Catur Wido Haruni, SH., Msi. M.Hum
Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum UMM
ii
SURAT PERNYATAAN
MUFLIH GUNAWAN
iii
ABSTRAKSI
Nama : Muflih Gunawan
NIM : 201510110311353
Judul : Analisa Penyebarluasan Undang-undang Dalam
Kaitannya Dengan Fiksi Hukum
Pembimbing : Dr. Sulardi, SH., M.Si
Catur Wido Haruni, SH., M.Si., M.Hum
iv
ABSTRACT
Nama : Muflih Gunawan
NIM : 201510110311353
Judul : Analisa Penyebarluasan Undang-undang Dalam
Kaitannya Dengan Fiksi Hukum
Pembimbing : Dr. Sulardi, SH., M.Si
Catur Wido Haruni, SH., M.Si., M.Hum
All people must understand the law or at least know that there are laws
governing it. That event which is then commonly referred to as Legal Fiction. The
problems raised in this paper are about how the correlation of the dissemination of
laws with legal fiction, how the methods used in disseminating the law to the
public, and also what are the tools used in disseminating the law. The
methodology used is an approach through; legislation, literature review, and
conceptual. While the types of legal materials used include primary, secondary
and tertiary materials. Primary consists of legislation, Secondary includes books
or journals, and Tertiary in the form of dictionaries, encyclopedias, and others.
The analysis used in this study is desktiptif qualitative which is based on
contemporary phenomena so that the results of this study can be useful in
accordance with the development of civilization. The results of the first discussion
and research are the correlation of the dissemination of the law with legal fiction
which actually has consequences for the government and society, not only the
people who are required to understand the law, but the consequences for the
government also indirectly have an obligation to disseminate the law. second, the
method used to disseminate the law to the public is carried out through
commissions / bodies / committees / tools that administer legislation if the law
originates from the DPR, whereas if the law comes from the government, the
agency that initiates the dissemination of the law. Third, the tools used in
disseminating the law as stated in the laws and regulations include; print media,
electronic media, face-to-face forums or direct dialogue, as well as network legal
documentation and information. His suggestion is to adopt legal fiction into the
AAUPB in the hope of intervening in the performance of the government both the
legislature and the executive in disseminating the law. Encouraging changes in
socialization rights by the DPR is an obligation, and also optimizing government
agencies especially those engaged in telecommunications and information to
disseminate the law.
Keywords : Government, Society, Dissemination of Regulations.
v
KATA PENGANTAR
Maha Besar Allah SWT atas segala rahmat dan ijinnya, sehingga dengan
kuasanya penulis mampu menyelesaikan Penulisan Hukum ini. Karya ini
merupakan hasil penelitian dan pengkajian yang penulis telah optimalkan dalam
menelaah segala kemungkinan yang dapat membantu masyarakat, sehingga
dengan demikian semoga niatan penulis dalam membantu masyarakat dapat
menjadi berkah atas upaya penulis dalam merumuskan karya ini, yang berjudul
“ANALISA PENYEBARLUASAN UNDANG-UNDANG DALAM
KAITANNYA DENGAN FIKSI HUKUM” skripsi ini merupakan dedikasi
penulis dalam mencoba meretaskan permasalahan-permasalahan sosial yang
belakangan ini masif terjadi. Dengan demikian, semoga dengan terselesaikannya
karya ini mampu mewujudkan impian dari penulis.
Skripsi ini juga menjadi satu persyaratan untuk dapat dinyatakan lulus dari
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang, dan akan menyandang
gelar sebagai Sarjana Hukum. Disamping daripada harapan penulis diatas
mengenai Penulisan Hukum ini, tentu penulis juga berharap agar skripsi ini dapat
dijadikan sebagai sorotan utama dalam mengemban ilmu di sektor yang serupa
dengan permasalahan penulis. Dan juga semoga skripsi ini menjadi satu batu
loncatan yang signifikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di abad 21 ini.
Demikian lah harapan daripada skripsi ini dibuat, selanjutnya penulis
mengucapkan banyak terimah kasih kepada beberapa orang atau pihak yang telah
mendukung penulis dalam mengerjakan skripsi ini baik yang berupa materi
maupun berupa motivasi. Terkhusunya terimah kasih ini akan saya sampaikan
kepada :
1. Ir.H. Nasrum Somba dan Marhaya Abdul Samad sebagai orang tua dari
penulis yang terus mendukung dan memberi motivasi disetiap hari-harinya
tanpa balas kasih yang ia minta, dan dengan ketulusannya merawat penulis
dari kecil hingga dini ialah suatu hal yang tak pernah sebanding dengan
materi. Begitupun juga dengan Tante Rumaedah yang senantiasa
menjagaku, yang penulis anggap tidaklain sebagai orang tua. Tidak lupa
juga teruntuk adekku tercinta yang terus memberikan bekal semangat
vi
tersyirat kepada penulis sehingga setiap harinya berhenti mengeluh
terhadap persmasalahan-permasalahan yang fana di dunia ini. Sekali lagi
saya ucapkan banyak terimah kasih kepada keluarga-keluargaku.
2. Dr. Drs. Fauzan M.Pd. Selaku Rektor yang sedang menjabat di UMM
baru-baru ini, yang telah banyak menginspirasi penulis selama berkuliah
di UMM. Semoga beliau dalam keadaan sehat-sehat terus dan tentunya
dapat membawa UMM menjadi salah satu kampus terbaik di skala
Nasional maupun Internasional.
3. Dr. Tongat, S.H., M.Hum sebagai Dekan Fakultas Hukum, Catur Wido
Haruni, S.H., M.Si., M.Hum sebagai Wakil Dekan I, Dr. Haris, S.H.,
M.Hum sebagai Wakil Dekan II, dan juga Said Noor P, S.H., M.H sebagai
Wakil Dekan III, dan juga bapak Bayu Dwi Widdy Djatmiko S.H.,
M.Hum. Penulis mengucapkan banyak terimah kasih kepad nama yang
bersangkutan karena telah mengelola Fakultas Hukum UMM dengan baik,
dan sekaligus menjadi motivator bagi Penulis.
4. Dr. Sulardi, S.H., M.Si selaku Dosen Pembimbing I penulis dan juga
sebagai dosen yang penulis kagumi dalam disiplin ilmu Ketatanegaraan,
terimah kasih karena telah memberikan arahan dan senantiasa
membagikan ilmunya keapda penulis.
5. Catur Wido Haruni, S.H., M.Si., M.Hum sebagai Dosen Pembimbing II
yang sangat menginspirasi penulis dengan ketegasannya beliau yang
menjadikan penulis sebagai orang yang disiplin dan pantang menyerah.
Dengan cara tersendirinya membimbing mahasiswa memberikan makna
yang sangat tersembunyi bahwa seseorang tidak boleh menyerah dalam
keadaan sesulit apapun.
6. Serta selutuh civitas akademika Fakultas Hukum yang telah berjasa dalam
kehidupan penulis tapi tak sempat untuk penulis sebutkan secara rinci dan
eksplisit dalam lembaran ini/
7. Teruntuk Adelya Awdya M sebagai teman hidup Penulis yang tak henti-
hentinya untuk memberi motivasi serta hal-hal yang berharga, sehingga
vii
skripsi ini dapat terselesaikan karena pengaruhnya dalam hidup penulis
yang sangat signifikan.
8. Untuk teman-teman disekeliling penulis yang sangat mempengaruhi
kehidupan penulis menjadi lebih baik, terutama teman-teman kontrakan;
Ismail, Aldi, Fatuh, Ferdi, dan juga Ibnu yang setia menemani penulis
dikala tertimpa masalah. Dan juga teman-teman seorganisasi penulis yang
telah banyak mengajarkan pengalaman serta pengetahuan yang tidak dapat
ditemukan di ruang perkuliahan.
9. Dan yang tidak kalah utamanya juga kepada rekan-rekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2015, terkhusunya kelas F,
yang banyak memberikan pengalaman berharga kepada penulis,
keberuntungan yang sangat berharga ialah pernah sekelas dengan kalian.
Demikianlah segala hormat dari penulis kepada semua yang bersangkutan
di atas, maka penulis dengan segenap hati mengatakan kembali terimah kasih
yang sebesar-besarnya. Tugas Akhir ini sudah layak untuk memberikan penulis
gelar Strata I, dalam artian bahwa siap utuk diuji dihadapan dosen penguji.
Adapun bentuk kritik ataupun saran sangat dibutuhkan oleh penulis dalam rangka
perbaikan dan pengembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang. Puji
Tuhan Alhamdulillah, semoga skripsi ini dapat memberikan mafaat yang sebesar-
besarnya untuk bangsa dan Negara
MUFLIH GUNAWAN
viii
DAFTAR ISI
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
politik hukum secara sederhana dapat diartikan sebagai arah kebijakan hukum
tidak hanya sekedar pada mekanisme perumusan suatu peraturan saja, tetapi
1
Kemenkumham, Politik Perundang-undangan, http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/htn-dan-
puu/480-politik-perundang-undangan.html, diakses 15 maret 2018
1
pengundangan, suatu mekanisme agar aspek publisitas dari suatu peraturan
perkembangan dari suatu teori penting dalam ilmu hukum yaitu teori fiksi
Van Apeldoorn memberi pendapat fictie atau fiksi adalah bahwa kita
menerima sesuatu yang tidak benar sebagai sesuatu hal yang benar. Atau
dengan kata lain kita menerima apa yang sebenarnya tidak ada, sebagai ada
Dalam Sejarah Hukum di Eropa daratan, hukum itu lahir dari kontrak
sistem hukum yang bersifat publik. Untuk memenuhi generalitas itulah semua
orang yang berada dalam satu wilayah negara harus tunduk pada suatu hukum
yang dibikin oleh bandan publik. hal itu memberi manfaat agar institusi
akan undang-undang”. Hal ini didasarkan pada suatu alasan, bahwa manusia
2
manusia memerlukan perlindungan kepentingan, yang dipenuhi oleh berbagai
kaidah sosial yang salah satunya adalah kaidah hukum. Karena kaidah hukum
excusat neminem”5
masyarakat pada hukum dewasa ini secara tidak sadar menimbulkan gejala
sosial yang amat besar. Terlebih dari itu bahwa ketidaktahuan masyarakat
kejahatan yang seharusnya jika dipandang merupakan suatu hal tidak lumrah
5
Ibid.
6
mys/crd, Fiksi Hukum harus didukung sosialisasi Hukum, https://www.hukumonline.com
/berita/baca/hol19115/fiksi-hukum-harus-didukung, 2008.
3
Diwaktu yang sama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
tahu itu dilarang, kalau itu tidak boleh oleh hukum dan peraturan, maka
Posisi kasus : Potret lebih nyata bisa disimak dari kisah sebuah
Pemkot Bandung ini ditanya hakim Setyabudi Tejocahyono tentang apa yang
7
Ibid.
4
Negara. Sang hakim akhirnya menasihati Rochman. Di mata hakim, selaku
hukum, karna setiap orang miskin atau kaya, orang hukum atau bukan, akan
di anggap tahu hukum. Inilah yang lazim disebut dengan Fiksi Hukum
bagi “pelaku salah”, seperti Sweeping yang dilakukan oleh kelompok massa
serta oknum aparat penegak hukum yang membacking orang atau kelompok
Seperti itulah nasib yang menimpa Ahmad Nasir. Pria asal Jepara
8
Mys, menjadikan fiksi hukum tak sekedar fiksi http://www.hukumonline.com
berita/baca/lt4ffe7ed9ac70f/menjadikan-fiksi-hukum-tak-sekadar-fiksi, diakses 15 maret 2018.
5
dibenarkan. Hakim di tingkat pertama dan banding tidak salah menerapkan
hukum. Padahal dalam memori kasasinya, Nasir antara lain berdalih tak
pada setiap bungkus rokok. “Saya terdakwa tidak tahu kalau ada Undang-
Undang baru mengenai pita cukai,” dalihnya, seperti tertuang dalam putusan
Mahkamah Agung. Putusan atas perkara Nasir ini terus meneguhkan sikap
77/Kr/1953, dalam perkara Haji Ilyas, yang menyatakan setiap orang dapat
proses sosialisasi terhadap penegak hukum itu sendiri. Di lain pihak kualitas,
melakukan pendekatan dan penyuluhan hukum oleh para praktisi dan aparatur
9
Mys, Ketidaktahuan Undang-Undang tidak dapat dibenarkan,
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4dc1\00992a35a/ketidaktahuan-undangundang tak-
dapat-dibenarkan, 2011.
6
menghadapi berbagai persoalan yang terkait dengan hak dan kewajibannya
produk hukum yang disebut “Lex” (legere: membaca). Disamping itu terdapat
yang isinya lebih mencerminkan visi sosial elit politik, keinginan pemerintah,
10
Agus Surono, Op,Cit. Hal. 112
11
Satya Arinanto, Kumpulan Materi Pendukung (Transparansi) Politik Hukum dan Politik
Perundang-undangan (Dihimpun dari Berbagai Sumber), Disampaikan pada Pendidikan dan
Pelatihan Perancangan Perundang-undangan Bagi Legislative DrafterSekretariat Jenderal DPR RI,
tanggal 14 April 2003, hal. 8.
12
Dapat ditemui dalam karya Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Jakarta, 2017, Hal. 31
7
kelompok maupun individu-individu dalam masyarakat. Dalam
Berita yang nahas untuk kita peroleh seperti “Berapa jumlah undang-
undang yang disetujui DPR dan Pemerintah pada tahun 2011?” Pertanyaan
lalu. Tidak ada satu orang pun yang bisa menjawab. Ini mengindikasikan
mengenai peraturan yang dibuat oleh legislasi, tetapi tidak dapat pula kita
dalam hukum.14
13
Ibid, Hal. 32
14
Mys, Op.cit, menjadikan fiksi hukum tak sekedar fiksi.
8
Mahkamah Agung di tahun 2017? Dan pertanyaan lain yang berkaitan dengan
peraturan perundang-undangan.
undang saja belum tentu dipahami semua orang, termasuk orang yang
B. Rumusan Masalah
Fiksi Hukum?
undang ?
C. Tujuan Peneltian
menyebarluaskan undang-undang.
15
Ibid.
9
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
penulis begitu akrab dengan hukum karena hanya dengan ini penulis
Penelitian ini juga menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di
b. Bagi Mahasiswa
bahan obrolan hangat di setiap diskusi baik dalam kelas formal maupun
krusial.
c. Bagi Masyarakat
10
mencapai titik substansialnya maka dapat dipastikan bahwa tidak ada lagi
d. Bagi Pemerintah
E. Kegunaan Penelitian
Negara karena proses legislasi merupakan hal yang vital dalam mengedukasi
masyarakat mengenai maksud dari hukum itu sendiri. Tidak hanya itu,
penelitian ini juga diharapkan dapat berguna dalam beberapa disiplin ilmu
F. Metode Penelitian
penelitian ini dikarenakan dari Metode penelitian ini semua dapat terukur
11
dengan akurat, serta memberikan validitas terhadap data-data yang akan
digunakan.
1. Metode Pendekatan
ditentukan sehingga hasil dari penelitian ini sesuai dengan apa yang
Approach).
a. Pendekatan Perundang-undangan
12
inventarisasi mengenai perundang- undangan yang berkaitan dengan
penelitian ini.
c. Pendekatan Konseptual
13
peneliti dalam membangun suatu argumentasi hukum dalam
undangan;
16
Peter Mahmud Marzuki, 2015. Penelitian Hukum (Edisi Revisi). Jakarta. Penerbit Kencana, Hal.
177
17
Dalam penelitian ini tidak digunakan istilah “data”, tapi istilah “bahan hukum”, karena dalam
penelitian normatif tidak memerlukan data, yang diperlukan adalah analisis ilmiah terhadap bahan
hukum. Dalam Jhony Ibrahim, 2006, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:
Bayumedia, hal. 268-269.
14
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 Tentang
skripsi ini.
18
Bambang Waluyo, 2008, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 51
19
Dalam Jhony Ibrahim, Op.cit, hal. 392
15
Malang dan juga jurnal-jurnal yang berada di web Perguruan tinggi
lainnya.
antar permasalahan.20
G. Sistematika Penulisan
terdiri dari sub-sub bab, termasuk sistematika secara singkat adalah sebagai
berikut :
1. BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini memuat hal-hal yang melatar belakangi pemilihan topik dari
20
Nana Syaodih Sukmadinata 2013, Metode Penelitian, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal.
73
16
2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab II ini penulis akan menguraikan landasan asas, teori, atau
4. BAB IV : PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir atau penutup yang didalamnya berisikan
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(3) Hukum hendaknya membatasi diri pada hal-hal yang riil dan actual
dengan menghindari hal-hal yang bersifat metaforis dan hipotesis; (4) Hukum
21
J.J.H Bruggink, Refleksi tentang HUkum, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1996, Hal. 199
18
ditujukan kepada seluruh komponen rakyat dalam artian secara komprehensif;
yang memicu konflik; (7) Lebih dari itu semua, Pembentukan HUkum
Saat ini jika berkaca pada proses legislasi di Indonesia maka terlebih
dahulu dijelaskan secara singkat mengenai maksud dari pada asas hukum di
Berdasarkan pada definisi tersebut, Indonesia juga tidak lepas dari pada
22
Dikutp oleh Sumali dari DIsertasi Hamid S. Attamimi. Lihat Sumali, Reduksi Kekuasaan
Eksekutif di Bidang Peraturan Pengganti UU (Perpu), UMM Press, Malang, 2002, Hal 124-125
23
Maria Farida, Op,cit. Hal. 252
19
dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan terdapat sejumlah
berdasarkan konsep negara hukum secara baik, atau disebut sebagai peraturan
oleh Penguasa yang lebih tinggi mempunyai kedudukan yang lebih tinggi
pula.26
c. Asas lex posteriore derogate lex priori (hukum yang baru mengalahkan
d. Asas hukum lex spesialis derogate legi generalis (hukum yang lebih
sama).28
Secara lebih detail dan spesifik, penjelasan I.C Van Der Vlies seperti
yang dikutip oleh Maria Farida Indrati dalam bukunya membagi asas-asas
24
Bagir Manan, Dasar-dasar Perundang-undangan Indonesia, Penerbit IND-HILL.CO, Cetakan
Pertama, Jakarta, 1992, hlm 13-15.
25
Natabaya, HAS , Sistem Peraturam Perundang-undangan Indonesia, Penerbit Konstitusi Press
dan Tatanusa, Jakarta, 2008, hlm 23-32.
26
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Bahan P.T.H.I: Perundang-undangan dan
Yurisprudensi, Penerbit Alumni, Bandung, 1986, hlm 16.
27
Ibid, Hal. 17
28
Ibid.
20
dalam pembentukan peraturan negara yang baik ke dalam asas-asas yang
1. Asas tentang terminologi dan sistematika yang benar (het beginsel van
individuele rechtsbedeling).
29
Ibid. Hal. 253.
30
Ibid.
31
De Jure, Mengkritisi pemberlakuan Teori Fiksi Hukum, Jurnal Volume 16 Nomor 3, Jakarta,
2016, Hal. 255
21
3. Undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan undang-undang
dari anggapan bahwa semua individu yang ada dalam masyarakat mempunyai
kepentingan sejak ia lahir, maka dari itu hukum dibutuhkan untuk menjaga
Hukum dalam hal ini diartikan sebagai sesuatu yang seharusnya diketahui
22
penyebarluasan yaitu pengumuman, membuat sesuatu terbuka untuk umum
itu kaidah atau norma tersebut tidak semata-mata menjadi sesuatu yang hidup
menjadi faktor kenapa masyarakat tidak lagi patuh terhadap hukum. Akan
tetapi tidak hanya itu, faktor ketidaktahuan juga yang menyebabkan perilaku
32
Maria Farida Indrati S, Ilmu perundang-undangan, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2007) Hal.
252
33
Agus Surono, Op.cit, Hal. 1-2.
23
Penjelasannya berbunyi :
2. Peraturan Pemerintah;
34
Ibid.
24
a. Pengesahan perjanjian antara negara Republik Indonesia dan
Republik Indonesia.
3. Mahkamah Agung;
undang.
25
Indonesia, dan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia dalam bentuk
diundangkan.
ditandatangani.
26
5. Penerbitan Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran
diundangkan.
lembaran lepas yang dilakukan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
himpunan yang dilakukan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
27
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dan dapat diakses melalui
C. Fiksi Hukum
Dalam Sejarah Hukum di Eropa daratan, hukum itu lahir dari kontrak
sistem hukum yang bersifat publik. Untuk memenuhi generalitas itulah semua
orang yang berada dalam satu wilayah negara harus tunduk pada suatu hukum
yang dibikin oleh bandan publik. hal itu memberi manfaat agar institusi
akan undang-undang”. Hal ini didasarkan pada suatu alasan, bahwa manusia
35
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id, pengundangan-dan-penyebarluasan, diakses 25 maret
2018.
36
Agus Surono, Op.cit, Hal. 110.
28
mempunyai kepentingan sejak lahir sampai mati. Setiap kepentingan manusia
kaidah sosial yang salah satunya adalah kaidah hukum. Karena kaidah hukum
neminem”37
Fiksi ialah sesuatu yang membuat kita menerima hal yang tidak benar
sebagai suatu hal yang benar. Dengan perkataan lain bahwa kita menerima
apa yang tidak ada, sebagai ada atau yang sebenarnya ada sebagai tidak ada.
Fiksi itu sendii biasanya di pakai orang, jika orang dengan sadar menerima
Romawi, seorang budak tidak boleh meninggalkan warisan harta yang sah.
Dengan demikian surat wasiat yang dibuatnya sebelum ia ditawan oleh lawan
menjadi tidak berlaku dalam hukum Romawi. Akan tetapi Lex Cornelia dari
Sulla mencoba merubah hal tersebut bahwa bila seorang rakyat yang
37
Rahmat Setiobudi Sokonagoro, Peristilahan Fiksi Hukum (Fictie Hukum) Dalam Teori dan
dalam Praktek, 2008. Diakses pada 25 Desember 2018.
29
meninggal pada saat pengangkatannya sebagai prajurit, sehingga surat
Setelah hal tersebut fiksi yang mulanya hanya dianggap berlaku dalam
kembali di negerinya sendiri tak pernah dianggap sebagai bekas dari tawanan
mengetahuinya".39
38
Rahmat Setiobudi Sokonagoro, Peristilahan Fiksi Hukum (fictie hukum) dalam teori dan dalam
praktek, hal. 42
39
Dr. Riki Perdana Raya Waruwu, S.H., M.H. Penerapan Asas Fiksi Hukum dalam Perma,
https://jdih.mahkamahagung.go.id/, 2017.
30
Adapun lembaran resmi yang dimaksud di dalam ketentuan Pasal 81
tersebut atau tidak, apakah masyarakat menerima peraturan itu atau tidak.
hukum.
40
Ibid.
41
Yustisia Rahman, Publisitas,Fiksi Hukum dan Keadilan, Artikel, 20 Januari 2010.
31
Adanya suatu fiksi, dapat menghitamkan yang putih maupun yang
keadilan. Akan tetapi mesti diketahui bahwa penggunaan giksi mesti harus
berujung pada keadilan. Fiksi adalah ketidak benaran suatu ciptaan saja,
masyarakat.
hukum atau peraturan yang berlaku tanpa terkecuali. Hal tersebut berangkat
tahunya hukum yang berlaku tidak dapat diterima sebagai pembebasan orang
32
BAB III
salah satu aliran yang memberi sumbangsi besar bahwa hukum itu harus
sama.
kepada masyarakat jika saja masyarakat juga menaati hukum sebagai sesuatu
alat pengontrol sosial atau kepentingan individu. Masih dalam suasana yang
sama, bahwa hukum dalam hal ini dianggap sebagai sesuatu yang hidup
seharusnya mengetahuinya.
42
Yustisia Rahman Publisitas; Fiksi Hukum dan Keadilan, 20 januari 2010
33
Tentu saja mesti kita pahami bahwa hukum di sini juga seharusnya
sehingga dipenuhi oleh berbagai kaidah sosial yang salah satunya ialah
kaidah hukum.
34
prinsip Positivisme dikatakan bahwa hukum adalah sama dengan undang-
benar adalah hukum yang berlaku dalam Negara. Sedangkan dalam positivism
material).
yang intinya berisi nilai-nilai moral, etika, budaya maupun keyakinan dari
35
moribus (apa jadinya hukum tanpa moralitas). Namun demikian, Hans
pertimbangan moral.43
hidup dalam setiap aktivitas sosial kalau pada dasarnya hak masyarakat belum
terpenuhi dalam hal ini hak untuk tahu atau memperoleh informasi mengenai
undang pada saat diundangkan, juga dalam adagium hukum dikenal adanya
dapat dimaafkan.
hukum. Disatu sisi menjadi polemik pada tataran administratif sebab apa yang
43 th
Friedmann, W., Legal Theory, 4 Edition, London, Steven & sons Limited, 1960, hlm 229
36
menyebarluaskan suatu Undang-undang. Misalnya apa yang tertera dalam
Berkaca pada histrosi sebuah fiksi ini ditelusuri bahwa permulaan dari
Teori Fiksi Hukum ini berangkat dari asas publisitas yang mensyaratkan agar
sebuah informasi hukum. Asas publisitas ini mesti dipahami sebagai suatu
44
Agus Surono, op.cit hal.22
37
Negara yang diundangakan dapat menjamin jangakaunnya jauh terhadap hak-
kekuatan mengikat.
masukan dari masyarakat serta para pemangku kepentingan. Dan juga dalam
pemerintahan dalam hal ini baik legislator ataupun pelaksana hukum, bahwa
untuk mewujudkan hukum yang responsif maka sangat perlu untuk dilakukan
mesti diperhatikan secara terpadu dan sistematis, karena sangat erat kaitannya
38
kita ketahui bahwa undang-undang diperuntukkan kepada masyarakat, maka
jika tidak memenuhi makna fiksi hukum, karena prinsip daripada hukum
penyebarluasan.
yang dipakai oleh Negara modern yang menuntut adanya tata kelola
belakangan ini. Bahwa salah satu diantaranya ialah adanya aturan hukum yang
45
Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern, Refllika Aditama, 2009, Hal. 79
39
spekulasi serupa yang rada ekstrem bahwa peraturan perundang-undangan
manusia telah dijumpai oleh hukum, yang artinya bahwa segala rutinitas
manusia dalam sehari-harinya merupakan hal yang tidak lepas dari praktek
dari pada hukum dijadikan suatu alat (tool) dalam merekayasa sosial, juga
oleh DPR dan pemerintah yang dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPR
40
dilaksanakan oleh komisi/panitia/badan/alat kelengkapan DPR yang khusus
pemrakarsa.
DPD sepanjang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan
Dan ayat (2) Terjemahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
terjemahan resmi.
eksplisit, terutama dalam frasa DPR dan Pemerintah apa yang kemudian
atau juga inklsufi pemerintah daerah, seperti halnya dalam Undang Undang
41
secara terpisah. Tentu mempunyai implikasi dalam melaksanakan suatu
terhadap edukasi hukum secara keseluruhan tentu saja menjadi hal yang
rumit, akan tetapi jika pada dasarnya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah juga
jabatan.46
yang sekiranya menjadi poin utama bahwa perihal itu merupakan sesuatu
Masih dalam konteks yang serupa, jika diamati secara saksama maka
46
Dahlan Thaib, DPR dalam sistem Ketatanegaraan Indonesia, Yogyakarta: Liberty, Hal.65
42
peran Legislasi sebagaimana yang tercantum dalam pasal 20 ayat (1) UUD
1945 ialah Dewan Perwakilan Rakyat. Lebih jauh lagi bagian penyebarluasan
undangan.
kita lihat dalam Pasal 80 huruf k UU No. 17 Tahun 2014 Tentang MPR,
DPR, DPD, dan DPD. Yang kemudian telah dirubah menjadi Undang-undang
No. 2 Tahun 2018 tentang perubahan UU No. 17 Tahun 2014 Tentang MPR,
DPR, DPD, dan DPD. Bahwa salah satu hak dari pada DPR ialah Melakukan
sosialisasi undang-undang.
dicantumkan sebagai hak dari pada DPR yang sekali lagi ialah pemegang
karena menurut penulis dalam pasal 80 tersebut ialah semata-mata hal yang
Sehingga penulis dalam hal ini berupaya untuk mendorong hak melakukan
43
DPD, dan DPD mengenai kewajiban DPR. Sehingga jika upaya tersebut
undang yang berasal dari DPR disebarluaskan melalui alat kelengkapan DPR
terdapat begitu banyak organ DPR yang ikut dalam proses penyebarluasan
luas tersampaikan, berbeda halnya jika saja semua komisi atau komponen
44
tidak seperti apa yang digambarkan di dalam Undang-Undang No.12 tahun
tersebut.47
web instansi. Terlepas dari itu, cara lain yang dicantumkan dalam pasal 34
47
Ibid.
45
dialog langsung, berupa ceramah, workshop/seminar, pertemuan ilmiah,
ilmiah lainnya.
disebutkan di atas sama sekali tidak dijadikan sebagai suatu syarat prosedur
46
misalnya melalui siaran tv, media sosial, dan sarana lainnya. Bukti yang dapat
mempunyai daya mengikat, sesuai apa yang dikehendaki fiksi hukum bahwa
undang di kalangan pemerintah pun juga masif. Selain tersedia melalui sistem
47
disebut di bagian sebelumnya, naskah peraturan perundang-undangan juga
(JDIHN).48
adalah yang wajar, justru dalam kondisi itulah Negara diharapkan meretaskan
dan juga Negara dalam hal ini berkewajiban dalam membantu masyarakatnya.
Negara dalam konsep demokrasi ialah Negara yang juga melebur bersama
selain tugas yang diamanahkan. Akan tetapi, berbeda halnya dengan Negara
kita kembali pada tesis yang baru saja penulis sebut, bahwa keterbatasan
masyarakat dalam mengakses informasi adalah hal yang wajar. Jika demikian,
48
M. Nur Sholikin, Efektivitas Penyebarluasan Undang-undang secara Online oleh Pemerintah,
https://www.hukumonline.com/berita/baca/, 2014.
48
pertanyaan sederhananya ialah, apakah kemudian Negara dalam hal ini turun
Namun pada kenyataannya, upaya Negara dalam hal ini yang penulis
semangatnya. Misalnya jika kita berkaca pada materi muatan yang diatur
dalam Pasal 29 ayat (6) Peraturan Presiden No. 1 Tahun 2007 tentang
melalui :
1. Media cetak;
2. Media Elektronik; dan
3. Cara lainnya.
49
Berita Negara Republik Indonesia bagi masyarakat yang
membutuhkan.
b. Sekretariat Negara dan Sekretariat Kabinet menyampaikan salinan
otentik naskah peraturan perundang-undangan yang disahkan atau
ditetapkan oleh Presiden, baik yang diundangkan maupun yang tidak
diundangkan kepada Lembaga Negara, Kementerian/Lembaga
Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Daerah dan pihak terkait.
c. Sekretariat Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2)
menyampaikan salinan otentik naskah peraturan perundang-
undangan yang ditetapkan oleh Lembaga yang bersangkutan, yang
diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia kepada
Lembaga Negara, Kementerian/ Lembaga Pemerintah Non
Departemen, dan pihak terkait.
d. Sekretariat Kementerian/sekretariat Lembaga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) menyampaikan salinan otentik
naskah peraturan perundang-undangan yang ditetap-kan oleh
Kementerian/Lembaga yang bersangkutan, yang diundangkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia kepada Lembaga Negara,
Kementerian/Lembaga Pemerintahan Non Departemen, dan pihak
terkait.
(2) Pihak yang untuk keperluan tertentu membutuhkan salinan otentik
peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, huruf c, dan huruf d dapat mengajukan permintaan kepada
Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, sekretariat Kementerian dan
sekretariat Lembaga yang bersangkutan.
media cetak tentu begitu luas yang artinya meliputi beberapa instrument
50
Sekretariat Kabinet, sekretariat Lembaga sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (2), dan sekretariat Kementerian/ sekretariat Lembaga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) serta Sekretariat Daerah
menyelenggarakan sistem informasi peraturan perundangundangan yang
berbasis internet.
(2) Penyelenggaraan sistem informasi peraturan perundangundangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sebagai berikut :
a. Sekretariat Negara dan Sekretariat Kabinet menyelenggarakan sistem
informasi peraturan perundangundangan yang disahkan atau
ditetapkan oleh Presiden;
b. Sekretariat Lembaga, Sekretariat Kementerian dan Sekretariat
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyelenggarakan
sistem informasi peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Pimpinan Lembaga, Menteri dan Kepala Daerah yang
bersangkutan.
(3) Lembaga Pemerintah selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menyelenggarakan sistem informasi peraturan perundang-undangan
yang berbasis internet.
Kemudian dapat kita lihat lagi dalam Pasal 34 Peraturan Presiden No.
51
b. Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2);
c. Kementerian yang memprakarsai rancangan peraturan perundang-
undangan yang ditetapkan atau disahkan oleh Presiden;
d. Kementerian/Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat
(1); dan
e. Pemerintah Daerah,
dapat melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) huruf a, huruf
b, huruf c, dan huruf d serta Pasal 31 baik sendiri-sendiri maupun
bekerjasama dengan Menteri dan/atau lembaga terkait lain.
(2) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara
tatap muka atau dialog langsung, berupa ceramah, workshop/seminar,
pertemuan ilmiah, konferensi pers dan cara lainnya.
penyebarluasan undang-undang.
memunculkan kewajiban yang melekat pada beberapa pejabat publik, hal itu
yang tidak berwatak hukum juga ikut dalam melakukan penyuluhan hukum.
52
menuju arah perubahan, dimana kondisi sekarang masih banyak akademisi
hukum atau setidaknya mengetahui bahwa ada hukum yang mengatur disektor
kegiatan tertentu.
pencari hukum, mengetahui peraturan tersebut dan dengan itu maka lahirlah
tercantum dalam Pasal 171 Peraturan Presiden No. 87 tahun 2014 tentang
bahwa :
53
Pada dasarnya pengundangan atau pengumuman dalam Lembaran
hukum.
dalam Lembaran Negara ataupun disebarkan melalui Berita Negara tentu jauh
54
Padahal banyak cara yang dapat dilakukan oleh Pemerintah, karena
yang diundangkan pada saat itu pula. Dan juga sarana lainnya ialah
hari itu dan saat itu pula telah direncanakan atau telah diberlakukan suatu
lazim daalam Negara yang menganut ciwil law. Ini memberi pembenaran pula
oleh prinsip yang juga diakui universal, yaitu persamaan di hadapan hukum
(equality before the law). Alasan lain adalah undang-undang dibuat oleh
55
sudah sewajarnya bila rakyat dianggap telah mengetahui hukum/undang-
undang.49
hukum-hukum tidak lagi dianggap sebagai hal-hal yang negatif, akan tetapi
hukum ditaati bukan karena takut akan sanksinya, melainkan ditaati karena
hukum dianggap sebagai rel kehidupan yang baik untuk dirinya maupun orang
lain.
49
Luthfi Eddyono, setiap orang dianggap tahu hukum, diakses dari http://luthfiwe.org.com pada
tanggal 4 maret 2019.
56
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
fiksi, yaitu kita mernerima sesuatu yang tidak benar sebagai sesuatu yang
benar. Atau dengan kata lain bahwa kita menerima apa yang sebenarnya
tidak ada, akan tetapi dianggap sebagai sesuatu yang ada, begitupun
menurut penulis sendiri ialah suatu asumsi yang dibangun oleh Negara
sebagai suatu upaya untuk mengintervensi setiap individu yang ada dalam
hal ini berangkat dari anggapan karena setiap orang memiliki kepentingan
57
tetapi di satu sisi, Fiksi Hukum juga sejatinya membawa konsekuensi bagi
maka tidak akan mencapai makna yang terkandung dalam fiksi hukum.
mengetahuinya, kendati isinya baik, tetap saja akan tidak efektif. Karena
58
3. Perangkat yang digunakan dalam menyebarluaskan undang-undang
Undang No. 12 Tahun 2011, Peraturan Presiden No. 1 tahun 2007, dan
juga Peraturan Presiden No. 87 tahun 2014 menjelaskan siapa saja yang
dari sekian banyaknya perangkat Negara baik yang di pusat maupun yang
demikian cukup lumrah beberapa perkara terus terjadi secara berskala dan
berulang.
59
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis kemukakan berdasar apa yang telah
optimal;
undangan perlu diluaskan, dalam artian bahwa tidak hanya instansi yang
pemerintah baik yang bergerak di sektor hukum maupun yang bukan, dan
60
juga semua perusahaan-perusahaan yang terafiliasi oleh pemerintah.
undang-undang.
61
DAFTAR PUSTAKA
Dalam Jhony Ibrahim, 2006, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif,
Malang: Bayumedia.
J.J.H Bruggink, Refleksi tentang HUkum, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1996, Hal.
199
L.J. Van Apeldoorn, 2001. Pengantar Ilmu Hukum. Cetakan kedua puluh
sembilan. Jakarta: Pradnya Paramita.
Peter Mahmud Marzuki, 2015. Penelitian Hukum (Edisi Revisi). Jakarta. Penerbit
Kencana.
62
Sumali, Reduksi Kekuasaan Eksekutif di Bidang Peraturan Pengganti UU
(Perpu), UMM Press, Malang, 2002.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945);
Internet :
Dr. Riki Perdana Raya Waruwu, S.H., M.H. Penerapan Asas Fiksi Hukum dalam
Perma, https://jdih.mahkamahagung.go.id/, 2017.
63
M. Nur Sholikin, Efektivitas Penyebarluasan Undang-undang secara Online oleh
Pemerintah, https://www.hukumonline.com/berita/baca/, 2014.
64