Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)

KEUNIKAN BENTUK DAN ORNAMEN

DARI MONUMEN BADJRA SANDI

OLEH :

1. ZHELMI DWI RAMADHAN NIM : B.111.15.0081


2. RIZKY HARDI SETIAWAN NIM : B.111.15.0098
3. ANDARWAN SYAHRUL RAMADHANI NIM : B.111.16.0010
4. RASKHOIRANA LUTHFI NAHARI NIM : B.111.16.0093
5. NIKEN KUSUMASTUTI WIJORENI NIM : B.111.16.0217

UNIVERSITAS SEMARANG

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN

NOVEMBER 2018

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)

KEUNIKAN BENTUK DAN ORNAMEN DARI MONUMEN BADJRA


SANDI

i
Dipersiapkan dan disusun oleh

1. ZHELMI DWI RAMADHAN NIM : B.111.15.0081


2. RIZKY HARDI SETIAWAN NIM : B.111.15.0098
3. ANDARWAN SYAHRUL RAMADHANI NIM : B.111.16.0010
4. RASKHOIRANA LUTHFI NAHARI NIM : B.111.16.0093
5. NIKEN KUSUMASTUTI WIJORENI NIM : B.111.16.0217

Telah diujikan pada tanggal 03 Desember 2018

Dosen Pembimbing

Teguh Ariefiantoro, SE, MM

Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini telah diterima

untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh kurikulum pada

Fakultas Ekonomi Universitas Semarang Jurusan Manajemen

Tanggal 03 Desember 2018

Ketua Jurusan

Teguh Ariefiantoro, SE, MM

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia kepada penulis sehingga laporan KKL yang
berjudul Keunikan Bentuk dan Ornamen dari Monumen Badjra Sandhi ini dapat
diselesaikan sesuai rencana .
Dalam menyelesaikan laporan KKL ini , penulis memperoleh bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu , penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Teguh Ariefiantoro, SE, MM, selaku dosen pembimbing
2. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan dan bantuan material dan
spiritual dalam pembuatan laporan KKL ini.

ii
3. Teman – teman mahasiswa dan pihak lain yang ikut mendukung dan memberi
motivasi kepada kami .
Penulis menyadari bahwa laporan KKL ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, segala kritik serta saran yang membangun dari para pembaca akan
penulis terima dengan senang hati sehingga bisa menjadi sebuah pelajaran bagi
penulis agar kelak penulis dapat membuat laporan KKL dengan lebih baik .
Semoga laporan KKL ini memberikan manfaat bagi masyarakat pada
umumnya dan pembaca pada khususnya serta dapat membantu meningkatkan
harkat dan martabat bangsa kita dalam membangun bangsa Indonesia yang
tercinta ini.

Semarang, 03 November 2018

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….. i

HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………………ii

KATA PENGANTAR.............................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

A. LATAR BELAKANG GAGASAN...............................................................1

B. PERUMUSAN GAGASAN..........................................................................4

iii
1. Bagaimana sejarah dari berdirinya Monumen Badhra Sandhi ?...............4

2. Koleksi apa saja yang berada di Monumen Badjra Sandi ?......................4

3. Apa keunikan dari Monumen Badjra Sandi yang bisa dilihat dari bentuk
dan ornamennya ?.............................................................................................4

C. PEMBAHASAN...........................................................................................5

1. Sejarah Berdirinya Monumen Bajra Sandhi..............................................5

2. Koleksi Monumen Badjra Sandi...............................................................7

3. Keunikan Bentuk dan Ornamen dari Monumen Badjra Sandi..................8

D. PENUTUP...................................................................................................14

1. Kesimpulan..............................................................................................14

2. Saran........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16

LAMPIRAN...........................................................................................................17

iv
A. LATAR BELAKANG GAGASAN

Indonesia adalah Negara yang banyak mempunyai tempat-tempat


bersejarah. Dimana banyak kita jumpai tempat-tempat wisata yang melambangkan
simbol penjuangan rakyat yang ada di daerah tersebut. Mengingat Indonesia
adalah Negara yang pernah di jajah oleh bangsa lain, baik bangsa eropa ataupun
asia. Jadi tidak heran jika banyak daerah-daerah yang melakukan penyerangan
untuk melepaskan diri dari belenggu penjajah. Para penjajah singgah di Indonesia
tidak hanya beberapa tahun, tetapi bertahun-tahun mereka berada di Indonesia,
dan sangat menyengsarakan rakyat Indonesia. Butuh perjuangan keras untuk dapat
bebas dari penjajah. Monumen Bajra Sandhi merupakan salah satu tempat yang
sangat bersejarah, khususnya bagi masyarakat bali.
Monumen Badjra Sandhi adalah sebuah karya arsitektur dari Ida Bagus
Gede Yadnya yang mengacu pada Konsep Tri Hita Karana, Tri Mandala dan Tri
Angga. Secara horizontal tapak bagunan yang mengacu pada konsep Tri Hita
Mandala yaitu bagian gedung monumen sebagai pusat orientasi bangunan sebagai
Utama Mandala, Bagian pelataran mengitari monumen sebagai Madya Mandala
dan Lapangan sebagai Nista Mandala. Sebagai Utama Mandala bangunan utama
dibagi dalam skala paling tengah terletak di lantai 3 atau lantai tertinggi sebagai
Utamaning Utama tempat yang paling tenang, Madyaning Utama terletak di lantai
2 terdapat diorama museum sebagai museum. Nistaning Utama terletak pada
lantai dasar gedung berfungsi sebagai publik area. Secara vertikal bangunan
mengadaptasi konsep Tri Angga yaitu kepala adalah bagian atas yanh kosong
sebagai simbol keabadian., Badan adalah bagian yang berisi diorama dan kaki
adalah basemen dan taman-taman. Nilai filosofis yang terdapat pada Monumen
Badjra Sandhi adalah kisah Pemutaran Gunung Mandara Giri oleh Dewa dan
Raksasa yang bekerjasama untuk mendapatkan Tirtha Amertha pada lautan susu.
Interpretasi terhadap suatu monumen Badjra Sandhi sebagai bentuk arsitektur
bertujuan untuk menjelaskan sebuah objek dan mencari arti yang lebih luas seperti
filosofi, budaya, seni, sosial, dan kepercayaan.

1
Monumen yang terletak di tengah-tengah lapangan puputan Niti Mandala
Renon ini telah menarik banyak wisatawan. Kawasan yang ditata dengan baik
serta arsitektural yang hebat mencerminkan kekuatan dan juga sisi artistik yang
dimiliki rakyat Bali. Monumen ini juga memiliki letak yang strategis karena
ditempatkan di depan Gedung Gubernur Bali dan Gedung DPRD. Area ini
dulunya adalah lokasi perang kemerdekaan antara Pejuang Kemerdekaan Bali
melawan Pasukan Belanda. Perang ini terkenal dengan perang puputan yang
berarti perang habis-habisan hingga tetes darah terakhir. Monument ini dibangun
sebagai tanda jasa untuk menghormati pahlawan perang kemerdekaan yang
berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Monumen ini berdiri di atas lahan seluas
138.830 meter persegi dengan luas bangunan utama sekitar 4.900 meter persegi.
Merupakan monument bersejarah yang dapat menambah wawasan,
Monumen Bajra Sandhi yang terletak di tengah lapangan Renon ini memiliki
arsitektural bangunan yang hebat untuk dijadikan tempat dan objek yang bagus
untuk mengambil foto.
Cukup membayar Rp 2.000,- sudah bisa masuk ke gedung monumen.
Pelataran paling luar disebut Nista Mandala. Kemudian ada tangga naik menuju
bangunan utama. Ada 17 anak tangga menuju bangunan utama melambangkan
tanggal proklamasi kemerdekaan. Bangunan pertama yang saya temui adalah
Utama Mandala di lantai dasar. Isinya adalah ruang informasi, administrasi,
perpustakaan, rapat, dan ruang pameran yang menampilkan foto-foto pahlawan
dan peristiwa bersejarah di Bali. Terharu bila melihat foto-foto kekejaman perang
rakyat Bali melawan Belanda. Sangat dramatis dan emosional.
Di dekat ruang Utama Mandala di lantai dasar, terdapat kolam ikan yang
dikelilingi oleh delapan pilar. Pilar-pilar melambangkan bulan Agustus 1945. Dari
lantai dasar terdapat tangga menuju ruang Madya Mandala. Di ruang Madya
Mandala dipamerkan keris-keris yang pernah dipakai zaman perjuangan dan
ditampilkan 33 mini diorama sejarah Bali mulai dari zaman prasejarah sampai
masa kemerdekaan. Sangat menarik menyaksikan potongan sejarah yang
ditampilkan dalam diorama.

2
Selepas melihat-lihat diorama, berjalan melewati tangga melingkar menuju
ke puncak menara. Tinggi menara 45 meter melambangkan tahun kemerdekaan
Indonesia 1945. perempuan yang sedang datang bulan dilarang naik ke menara.
Dari ketinggian nampak pemandangan lapangan Renon 360 derajat. Kelihatan
pemandangan sebagian kota Denpasar.
Tulisan ini bertujuan untuk menyingkap keunikan bangunan monumen ini,
yang bisa dilihat dari bentuk arsitektur serta ornamen pada monumen ini, sehingga
mampu memberikan gambaran dari sudut pandang arsitektur kepada khalayak
ramai.

3
B. PERUMUSAN GAGASAN

Dari latar belakang tersebut rumusan gagasan yang dapat diambil yaitu:

1. Bagaimana sejarah dari berdirinya Monumen Badhra Sandhi ?

2. Koleksi apa saja yang berada di Monumen Badjra Sandi ?

3. Apa keunikan dari Monumen Badjra Sandi yang bisa dilihat dari bentuk
dan ornamennya ?

4
C. PEMBAHASAN

1. Sejarah Berdirinya Monumen Bajra Sandhi


Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi) tercetus pada tahun
1980 yang berawal dari ide Prof. Dr. Ida Bagus Mantra yang saat itu adalah
Gubernur Bali. Ia mencetuskan ide awalnya tentang museum dan monumen
untuk perjuangan rakyat Bali. Lalu pada tahun 1981, diadakan sayembara
desain monumen, yang dimenangkan oleh Ida Bagus Yadnya, dia adalah
seorang mahasiswa jurusan arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana.
Lalu pada tahun 1988 dilakukan peletakan batu pertama dan selama
kurang lebih 13 tahun pembangunan monumen selesai. Tahun 2001,
bangunan fisik monumen selesai. Setahun kemudian, pengisian diorama dan
penataan lingkungan monumen dilakukan. Pada bulan September 2002, SK
Gubernur Bali tentang penunjukan Kepala UPTD Monumen dilaksanakan.
Dan akhirnya, pada tanggal 1 Agustus 2004, pelayanan kepada
masyarakat dibuka secara umum, setelah sebelumnya pada bulan Juni 2003
peresmian monumen dilakukan oleh Presiden RI pada saat itu, yakni Ibu
Megawati Soekarnoputri.
Monumen ini terletak di kawasan Lapangan Renon yang tentunya
sangat menarik perhatian bagi semua orang karena tempatnya yang terawat
dengan baik dan bersih dan lengkap dengan menara yang menjulang ke
angkasa yang mempunyai arsitektur khas Bali yang indah. Lokasi monumen
ini juga sangat strategis karena terletak di depan Kantor Gubernur Bali yang
juga di depan Gedung DPRD Provinsi Bali tepatnya di Lapangan Niti
Mandala Renon.
Tempat ini merupakan tempat pertempuran jaman kemerdekaan antara
rakyat Bali melawan pasukan penjajah. Perang ini terkenal dengan sebutan
“Perang Puputan” yang berarti perang habis-habisan. Monumen ini
didirikan untuk memberi penghormatan pada para pahlawan serta merupakan
lambang penghormatan atas perjuangan rakyat Bali.

5
Museum ini lambang semangat untuk mempertahankan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari 17 anak
tangga yang ada di pintu utama, 8 buah tiang agung di dalam gedung
monumen, dan monumen yang menjulang setinggi 45 meter.
Bentuk museum ini diambil berdasarkan cerita Hindu pada saat
Pemutaran Gunung Mandara Giri oleh Para Dewa dan Raksasa guna
mendapatkan Tirta Amertha atau Air Suci Kehidupan.
Dinamakan Museum Bajra Sandi karena bentuk museum ini seperti
Bajra atau Genta yang dipakai oleh para pemimpin Agama Hindu dalam
mengiringi pengucapan japa mantra pada saat melakukan upacara Agama
Hindu. Adapun bagian-bagian yang penting dalam museum ini adalah sebagai
berikut :
1. Bangunan Museum yang menjulang melambangkan Gunung Mandara
Giri
2. Guci Amertha dilambangkan dalam bentuk Kumba (periuk) tepat bagian
atas museum
3. Naga yang melilit museum melambangkan Naga Basuki yang digunakan
sebagai tali dalm pemutaran Mandara Giri.
4. Kura-kura yang terdapat di bagian bawah museum merupakan simbul
dari Bedawang Akupa yang digunakan sebagai alas pemutaran Mandara
Giri.
5. Kolam yang terdapat disekeliling museum merupakan simbul dari Lautan
Susu yang mengelilingi Mandara Giri tempat beradanya Air Suci
Kehidupan atau Tirtha Amertha.

6
2. Koleksi Monumen Badjra Sandi
Koleksi Monumen Bajra Sandhi antara lain foto-foto kekejaman
perang rakyat Bali melawan Belanda. Nilai kepahlawanan tercermin dari 33
diorama yang ada di dalamnya. Gagasan dan inspirasi membangun MPRB
adalah keinginan untuk memiliki sebuah lambang yang mewakili semangat
juang orang Bali. Diorama itu memberikan gambaran kepada generasi
penerus bagaimana jejak perjuangan rakyat Bali.
Salah satunya heroik rakyat Badung dalam perang puputan tahun
1906. Tegasnya, MPRB diharapkan mampu menjadi lambang yang
mengabadikan jiwa-jiwa perjuangan rakyat Bali dari zaman ke zaman.
Diorama itu sendiri diharapkan selesai akhir tahun ini.
Menurut rancangan, diorama akan diletakkan di lantai dua berisi 33
unit pajangan miniatur perjuangan rakyat Bali dari masa ke masa. Urutan unit
1 sampai dengan 33 dimulai dari arah mata angin timur memutar ke kanan
searah jarum jam. Deretan putaran luar sampai dengan unit 21, deretan
putaran tengah mulai unit 22 sampai dengan unit 33. Diorama itu
menceritakan pertama, kebudayaan Bali pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan. Kedua, kebudayaan Bali pada masa bercocok
tanam. Ketiga, kegiatan membuat aneka perunggu.
Keempat, tradisi penguburan dengan memakai sarkofagus. Semua unit
tersebut menggambarkan perjuangan Bali pada masa prasejarah. Unit
berikutnya mencerminkan perjuangan rakyat Bali pada masa Bali Kuno,
meliputi prasasti Sukawana (unit 5), Rsi Markandeya (unit 6), Sri Ksari
Warmadewa tahun 914 M (unit 7), Gunapriya Dharma Patni dan suaminya
Dharmodayana Warmadewa, tahun 989-1001 M (unit (8), Mpu Kuturan,
tahun 1007 (unit 9), Sri Aji Anak Wungsu tahun 1050 - 1078 M (unit 10), Sri
Asta Sura Ratna Bumi Banten (unit 11), Sri Kresna Kepakisan tahun 1347 -
1350 M (unit 12), Dalem Ketut Ngelusir tahun 1380 - 1460 M (unit 13), dan
Dalem Watu Renggong tahun 1460 - 1550 M (unit 14).
Diorama berikutnya memajang Perjuangan Rakyat Bali periode 1845-
1950, yakni (15) perang Buleleng, (16) Patih Jelantik merobek surat Gubernur

7
Jenderal di hadapan Raja Klungkung, (17) Perang Jagaraga, (18) Perang
Kusamba, (19) Puputan Badung, (20) Puputan Klungkung, (21) Bangkitnya
Organisasi Pemuda di Bali, (22) Kehidupan masyarakat pada
masa Jepang, (23) Gerakan Bawah Tanah menentang Fasisme Jepang,
(24) Proklamasi Kemerdekaan sampai di Bali, (25) Menyebarluaskan berita
Proklamasi, (26) Pusat Komando PRI (Pemuda Republik Indonesia), (27)
Peristiwa Bendera di Pelabuhan Buleleng, (28) Pertempuran Laut di Selat
Bali, (29) Serangan Umum terhadap Tangsi NICA di Denpasar, (30)
Pembentukan Dewan Perjuangan Rakyat Sunda Kecil (DPRI SK), (31)
Pertempuran Tanah Aron, (32) Pertempuran Marga dan (33) Bali dalam
mengisi kemerdekaan.

3. Keunikan Bentuk dan Ornamen dari Monumen Badjra Sandi


Menurut Mark Gelernter (Pranawrdhi, 2017) sebuah bentuk arsitektur
dibuat untuk fungsi yang dimaksudkan baik dari faktor fjisik, sosial,
psikologi dan fungsi simbolik yang diinginkan untuk diperlihatkan. Sebuah
bentuk arsitektur dihasilkan dari imajinasi kreatif seorang desainer yang
berasal dari intuisi dan inner resources desainer yang menggunakan perasaan
spesial terhadap bentuk serta meletakkan ide-ide lama ide-ide baru dengan
caranya sendiri. Bentuk arsitektural ditentukan oleh kondisi sosial an ekonomi
pada masa tersebut dimana ide artistik individu disainer dipengaruhi oleh
kondisi non fisik seperti psikologis, sistem sosial dan ekonomi di lingkungan
arsitek
Sebagai monumen yang dibangun untuk memperingati dan
menghormati perjuangan rakyat Bali dalam menentang penjajahan, bangunan
tersebut dikonsep dengan anak tangga dari area utama menuju area parkir
dengan jumlah anak tangga 17 buah dimaknai sebagai tanggal kemerdekaan
bangsa Indonesia. Pada tengah ruangan utama terdapat delapan pilar di tengah
kolam sebagai makna bulan kemerdekaan yaitu Agustus. Tinggi total Menara

8
adalah 45 meter, mengandung makna tahun kemerdekaan Indonesia yaitu
1945.
Bentuk dari Monumen Bajra Sandhi adalah genta atau Bajra yang
biasa dipakai para pendeta Hindu untuk mengiringi pengucapan japa mantra
(Weda) pada saat melakukan upacara kegamaan Agama Hindu mengandung
makna bahwa monumen tersebut merupakan doa keselamatan dan
mengingatkan agar manusia selalu mengamalkan nilai – nilai ajaran Hindu.
Bangunan museum yang berbentuk tinggi menjulang mengandung makna
Gunung Mandara Giri. Dapat dilihat bahwa substance dan form dari bentuk
monumen ini sangat berkaitan dengan simbul dan budaya yang ingin
ditonjolkan.Guci Amertha dalam bentuk Kumba (periuk) tepat pada bagian
atas museum merupakan tempat Tirtha Amertha yaitu air keabadian
diletakkan pada tempat teratas mempunyai makna bahwa sumber kehidupan
dan keabadian adalah sang pencipta.
Dua patung utama pada pintu masuk dengan ukuran besar dan dua
patung dibelakang pada pintu pejalan kaki dengan ukuran lebih kecil dalam
bentuk patung raksasa dengan bentuk badan kekar sikap duduk kaki tegak
bertaring dan mata bulat lengkap dengan senjata di tangan adalah sarwakala
ditempatkan pada bagian nista mandala sesuai dengan tingkat kehidupannya
merupakan ragam hias mempunyai makna sebagai penjaga monumen atau
sebagai penjaga kehidupan manusia.
Dua pintu utama menghadap ke depan terletak pada tembok
penyengker batas area museum yang berfungsi sebagai pintu masuk atau
keluar pekarangan museum disebut juga pemesuan pada tempat yang
disucikan dengan ukuran besar disebut Candi Bentar. Candi Bentar ini
memiliki makna tanda peralihan dari area nista mandala ke area madya
mandala. Candi bentar memiliki makna filosofis gunung retak yang siap
menjepit setiap maksud jahat yang melaluinya. Makna dalam ragam hias
tersebut bermaksud memberikan arahan dan penertiban terhadap
pembentukan sikap hidup sesuai ajaran agama. Kaki candi bentar dihiasi
ragam hias fauna berupa Karang Asti atau karang gajah, mengambil bentuk

9
gajah dengan ekspresi kekarangan. Karang Asti berbentuk kepala gajah
dengan belalai dan taring gadingnya, bermata bulat dihiasi flora patra
punggel kearah sisi pipi. Karang Asti ditempatkan pada sudut bebaturan candi
bentar sesuai dengan kehidupan gajah di tanah yang mengandung makna
kekuatan. Diatas Karang Asti terdapat Karang Tapel berbentuk kepala raksasa
tanpa tangan terdapat patra bun – bunan pada kepala dan patra punggel
searah pipi dalam wujud kecil hanya dengan bibir atas dengan gigi datar dan
taring runcing mata bulat dan hidung ke depan. Tapel adalah topeng yang
diambil dari muka – muka galak ditempatkan pada peralihan area bawah ke
area tengah Candi Bentar mengandung makna penjagaan terhadap area suci.
Bentuk candi bentar serta ornamen yang terdapat pada candi ini menunjukkan
sebuah simbol-simbol dalam kepercayaan umat Hindu yang ingin ditunjukkan
serta adanya imajinasi kreatif dalam mewujudkannya. Bentuk arsitektur serta
makna yang terkandung di dalamnya sejalan dengan teori pertama dan kedua
Gelernter.
Dua Candi Bentar pada area depannya terdapat dua patung sebagai
penunggu area monumen yaitu yang disebelah kiri I Ratu Wayan Tebeng dan
yang disebelah kanan Sang Kala Katungkul. Kedua patung tersebut
diletakkan pada pintu masuk area Madya Mandala mempunyai makna sebagai
penjaga dengan rupa Bhuta memegang senjata dengan mata bulat yang
mengandung makna waspada. Pada ujung tembok penyengker sebelah kiri
dan kanan Candi Bentar terdapat bentuk Karang Tapel yang mempunyai
makna perkuatan penjagaan terhadap Bangunan. Penyengker Area Madya
Mandala berupa pagar dengan bahan beton menyerupai arsitektur tradisional
gaya Bali Timur berbentuk pepatran dasar Pae yang memiliki dimensi besar
sehingga menyerupai Bajra senjata. Dewa Iswara pelindung dan penguasa
arah Timur. Bentuk Pepatran senjata Bajra yang diletakkan pada Tembok
penyengker area Madya mandala mengandung makna penguasaan dan
perlindungan terhadap area bangunan dimana letak monumen tersebut berada
di sebelah timur pulau Bali.

10
Pada area Madya Mandala terlihat bentuk bangunan utama museum
sebagai bentuk genta dengan tinggi menjulang sebagai lambang Gunung Giri
Mandara mengandung makna keagungan dan kehidupan abadi. Dari area
Madya Mandala menuju bangunan utama terdapat pemesuan atau pamedalan
Kori Agung dengan bentuk bangunan pasangan masif berupa material batu
karangasem dengan lubang masuk beratap. Atap kori merupakan rangkaian
pasangan batu lanjutan dari bagian badan dilengkapi dengan tangga naik dan
tangga turun. Didepan Kori Agung terdapat dua patung yang mengapit tangga
masuk yang berwujud kemanusiaan selain sebagai hiasan juga mengandung
makna penambahan nilai kesakralan. Patung di depan Kori Agung Utama
disebelah kiri adalah Sutasoma adalah putra Raja Mahaketu dari Hastina yang
merupakan perwujudan Budha sang Bodhisatta yang mengajarkan Dharma
(Bakti, 2010). Di sebelah kanan Kori Agung adalah Resi Kesawa seorang
pemimpin pertapaan di Gunung Semeru yang menjadi penasehat dan
pendamping Sutasoma dalam perjalanannya menuju Budha. Patung kedua
tokoh tersebut mengandung makna Kebaikan, kebijaksanaan dan pengetahuan
(Darmosoetopo, 2010). Dikedua sisi Kori Agung terdapat dua patung
disebelah kiri berupa patung Naga dengan mahkota dan hiasan gelung kepala,
bebadong leher, anting – anting telinga, rahang terbuka, taring gigi runcing
dengan lidah api bercabang. Patung naga sikap tegak bertumpu pada dada.
Patung naga pengapit tangga menghadap ke depan biasanya dipakai untuk
tangga – tangga bangunan parahyangan sebagai tempat pemujaan. Railling
tangga pada bangunan ini membentuk badan Naga sampai ekor. Pada sisi
kanan Kori Agung terdapat patung Gajah Waktra raja besar dari Bedahulu
yang bergelar Bhatara Sri Astasura Ratna Bumi Banten dan terkenal sangat
sakti, cerdas, bijaksana dan adil yang didampingi patih Kebo Iwa yang sangat
sakti dan kuat (Suyasa, 2014). Diatas pintu Kori Agung terdapat Karang
Boma berbentuk kepala raksasa dengan hiasan mahkota lengkap dengan
tangan dari arah pergelangan ke arah jari yang mekar.
Tembok penyengker yang berujung pada Kori Agung menggunakan
pepatran flora dengan pengabungan antara patra mote – motean, patra mas –

11
masan dan patra mesir. Pada setiap sudut pekarangan bangunan utama
memiliki bangunan sakepat bertiang empat dengan denah segi empat terbuat
dari material yang sama dengan material lain yaitu batu lahar karang asem.
Keempat sisi sendinya berupa Karang Lembusora. Atap berbentuk limasan
dengan murda berbentuk busur anak panah senjata Nagapasa dari dewa
Mahadewa penguasa dan pelindung arah Barat serta senjata Angkus Dewa
Sangkara penguasa dan pelindung arah Barat Laut. Pada bagian Pemade
terdapat lambang Padma sebagai lambang Dewa Siwa manifestasi dari Sang
Maha Pencipta. Bangunan tersebut berfungsi untuk tempat duduk dan
menikmati pemandangan taman, ke arah luar dari bangunan ini dapat
menikmati pemandangan taman disekitar monumen dan lapangan Niti
Mandala.
Bangunan Utama berada pada Utama Mandala adalah bangunan
Museum dikelilingi kolam merupakan simbol dari Lautan Susu yang
mengelilingi Mandara Giri tempat air suci kehidupan atau Tirtha Amertha
yang diperebutkan kaum Dewa dengan kaum Asura (raksasa). Menuju
bangunan utama pada Utama Mandala berupa bangunan museum terdapat
Kori Agung. Didepan Kori Agung terdapat sepasang patung Rama merupakan
awatara Dewa Wisnu yang ke tujuh yang diceritakan dalam kitab Ramayana
putra Raja Dasarata dengan Kosalya dan disebut sebagai Maryada
Purushottama atau manusia yang sempurna dan Dewi Sita inkarnasi dari
Dewi Laksmi yang diculik oleh Rahwana raja dari kerajaan Alengka.
Diatas pintu Kori Agung terdapat karang berbentuk kepala kura – kura
raksasa (bedawang) berambut api dengan hidung mancung dan mata bulat,
wajah angker memandang keatas depan mempunyai makna kehidupan yang
abadi ditunggangi oleh Naga dengan kepala bedawang sejajar dengan kepala
Naga. Untuk melengkapi mithologi Hindu yang membawakan filosofi
kehidupan ritual pada karang tersebut terdapat sayap garuda sebagai simbol
bahwa Bedawang yang dibelit Naga merupakan pijakan Garuda sebagai
kendaraan Dewa Wisnu.

12
Pintu masuk Museum merupakan pintu dengan ukiran khas Bali
dengan pepatran Naga dan kehidupan air mengandung makna penegasan
terhadap Mitologi Hindu Kolam Susu. Dikiri dan kanan pintu masuk Museum
terdapat Karang Asti dan Karang Bentulu yang merupakan bentuk karang
tapel yang lebih kecil dan sederhana menghiasi sudut – sudut dinding
sehingga memperkuat kesan tampilan pilar pada frame pintu.
Pada badan dalam konsep Tri Angga terdapat Museum Diorama
perjuangan rakyat Bali yang berbentuk segi delapan dengan empat pintu
menuju teras. Pada Teras di sisi timur laut terdapat Padmasana sebagai
simbol Dewa Wisnu yang mengendarai Garuda yang berpijak pada Bedawan
yang dililit Naga. Konsep Tri Angga pada monumen ini terdapat pada puncak
bangunan ruang dalam yang terdapat bentuk senjata para Dewa pada hiasan
langit – langitnya. Keseluruhan kekarangan yang terdapat pada puncak
bangunan merupakan penggabungan dari pepatran floral yang dibentuk
sedemikian hingga menyerupai bentuk abstrak dari kekarangan. Bentuk –
bentuk keindahan pada bangunan tersebut dibuat melalui patra – patra flora
yang terlihat lebih ringan dan harmonis.

13
D. PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan isi pembahasan masalah pada bab sebelumnya penulis dapat
mengambil simpulan sebagai berikut :
 Monumen Perjuangan Rakyat Bali merupakan sebuah monumen untuk
mengenang kerja keras dan perjuangan heroik dari rakyat Bali sebelum dan
sesudah kemerdekaan.
 Dalam monumen ini memiliki nilai relegius seperti sering disebut dengan
Bajra Sandhi karena bentuk museum ini seperti Bajra atau Genta yang
dipakai oleh para pemimpin Agama Hindu dalam mengiringi pengucapan
japa mantra pada saat melakukan upacara Agama Hindu.
 Monumen Perjuangan Rakyat Bali ini melambangkan semangat untuk
mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini
dapat dilihat dari 17 anak tangga yang ada di pintu utama, 8 buah tiang
agung di dalam gedung monumen, dan monumen yang menjulang setinggi
45 meter. Hal ini mengingat kemerdekaan Negara Indonesia merdeka pada
tanggal 17 Agustus 1945.
 Dalam membangun monumen ini terdapat beberapa makna kehidupan
manusia dengan istilah budaya Hindu seperti menggambarkan Tri Mandala
dan Tri Angga.
 Bentuk – bentuk baik ornamen dan ragam hias yang berada monumen ini
menguatkan konsep – konsep Tri Mandala yang dibangun Konsep Tri
Angga secara Vertikal pada monument tersebut terbentuk dengan
pemisahan level lantai yang dilengkapi dengan teras atau halaman pada
tiap – tiap ruang.

2.Saran
Adapun saran yang diberikan penulis sebagai berikut :

14
1. Sebagai siswa hendaknya kita selalu ingin tahu lagi mengenai suatu hal,

agar pengetahuan kita bisa lebih bertambah.

2. Sebagai warga Indonesia hendaknya kita mengetahui daerah-daerah yang

sangat bersejarah bagi bangsa Indonesi

15
DAFTAR PUSTAKA

Prajnawrdhi, T A (2017) Bentuk dan Makna Arsitektur, Materi Kuliah T A , PMA


UNUD: Bentuk dan Makna Arsitektur.
Darmosoetopo, R (2010) Transkripsi Lontar Sutasoma, Koleksi Museum
Sonobudoyo Editor, Hotels.com. Bajra Sandhi Monument in Bali, Central
Land in Denpasar (Online). (http://www.Baliindonesia.
com/magazine/bajra-sandhi-monument.htm.
http://www.wisatadewata.com/article/wisata/monumen-perjuangan-rakyat-bali-

bajra-sandhi/

https://samar aarsitektur.unud.ac.id

16
LAMPIRAN

Gambar 1. Monumen Bajra Sandhi

Gambar 2. Bentuk Monumen dan Patung pada Pintu Masuk

17
Gambar 3. Karang Asti dan Karang Tapel pada Kaki Candi Bentar

Gambar 4. Patung Penunggu di Depan Candi Benta

18
Gambar 5. Penyengker Area Madya Mandala

Gambar 6. Tembok Penyeker Utama Mandala

19
Gambar 7. Kori Agung Bangunan Utama

20

Anda mungkin juga menyukai