Anda di halaman 1dari 37

KARYA ILMIAH

PEMANFAATAN BIJI KELOR SEBAGAI


PENJERNIH AIR

Disusun Oleh:

NAMA : AMINUDDIN NUR RAHMAN

NIS/NISN : 915/9960502694

KELAS : XII IPA 3

PROGRAM : ILMU PENGETAHUAN ALAM

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS


DINAS PENDIDIKAN
SMA N 2 MUARA BELITI
TAHUN AJARAN 2013/2014
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disusun Karya Tulis Ilmiah tentang “Pemanfaatan Biji Kelor sebagai
Penjernih Air” oleh Aminuddin Nur Rahman sebagai salah satu penunjang
pembelajaran pembuatan Karya Tulis Ilmiah guna untuk menempuh syarat
evaluasi belajar tahap akhir semester 1 Tahun Ajaran 2013/2014 SMA Negeri 2
Muara Beliti.

Karya Tulis Ilmiah disahkan oleh:

Muara Beliti, Desember 2013

Mengetahui, Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2

Nani Winarni, S.Pd, M.Si Musarofah, S.Pd


NIP. 19730206.199802.2.001 NIP. 19730307.199903.2.005

Mengetahui,
Kepala Sekolah

Surantini, M.Pd
NIP. 19690405.199703.2.003
HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah dipersembahkan untuk:

 Allah SWT yang telah memberi saya kemampuan dan kesadaran sehingga
dapat menyelesaikan tugas ini.
 Kedua Orang Tua yang selalu memberi dukungan baik moril maupun
materil, serta menjadi motivator terbesar dalam hidup.
 Kakak dan Adik saya yang senantiasa menemani dalam setiap langkah.
 Ibu/Bapak guru SMA N 2 Muara Beliti yang selalu bersedia membantu
saya.
 Teman-teman kelas XII yang selalu menjadi inspirasi saya.
 Seluruh pembaca terutama masyarakat SMA N 2 Muara Beliti yang
menginginkan kemajuan bangsa dan kecerdasan bangsa.
MOTTO

 Kendalikan pikiranmu sebelum pikiranmu mengendalikanmu.


 Persiapkanlah dirimu sebelum dirimu masuk kedunia yang sesungguhnya.
 Janganlah menganggap ringan suatu masalah yang kecil, masalah kecil
bisa menjadi besar jika tidak cepat diselesaikan.
 Rasa takutmu akan menjadi sebuah bom atom bagi dirimu.
 Berikanlah hatimu ilmu agama yang cukup agar tidak terjerumus pada
masa depanmu
 Janganlah engkau sombong karena kesombonganmu akan
menghancurkanmu.
 Ingatlah selalu perkataan Orang Tuamu karena perkataan mereka itu baik.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang mana telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah tentang Pemanfaatan Biji Kelor sebagai Penjernih Air.
Dalam menyusun tugas ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu dengan terselesainya tugas ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis.
Penulis mengakui bahwa ia adalah manusia yang mempunyai keterbatasan
dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan
sangat sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ini yang telah terselesaikan.
Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam karya tulis ini.
Penulis melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang dimiliki.
Di mana penulis juga memiliki keterbatasan kemampuan.
Menyadari akan kekurangan yang ada pada tugas ini masih jauh dari
sempurna, baik dalam sistematika, isi, maupun susunannya, maka kritik dan saran
yang membangun penyusunan tugas ini masih sangat dibutuhkan. Oleh karena itu,
kritik dan saran pembaca sangat penulis butuhkan.
Harapan penulis, semoga tugas ini benar-benar dapat memenuhi salah satu
syarat nilai yang telah ditetapkan, dapat memenuhi harapan para pembaca dan
dapat berguna bagi pembaca.
Mudah-mudahan tugas ini dapat bermanfaat bagi semua orang, khusunya
untuk Siswa/Siswi di SMA Negeri 2 Muara Beliti. Amin.

Muara Beliti, Desember 2013

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ i
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... ii
MOTTO............................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 4
1.3 Tujuan dan Manfaat........................................................................ 4
1.3.1 Tujuan.................................................................................... 4
1.3.2 Manfaat.................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 5


2.1 Air................................................................................................... 5
2.1.1 Air Limbah Domestik............................................................ 6
2.1.2 Air Yang Baik........................................................................ 7
2.1.3 Pesyaratan dalam Pennyediaan Air Bersih............................ 8
2.2 Biji Kelor........................................................................................ 10

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 14


3.1 Alat dan Bahan.............................................................................. 14
3.1.1 Alat ...................................................................................... 14
3.1.2 Bahan ................................................................................... 14
3.2 Cara Kerja...................................................................................... 14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 16


4.1 Hasil dengan Biji Kelor................................................................. 16
4.1.1 Penjernihan dengan Biji Kelor................................................. 16
4.1.2 Pembanding Penjernihan dengan Cara Tradisional................. 16
4.2 Pembahasan....................................................................................... 16

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 21


5.1 Kesimpulan........................................................................................ 21
5.2 Saran.................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 22
LAMPIRAN..................................................................................................... 23
LEMBAR KONSULTASI.............................................................................. 28
BIOGRAFI....................................................................................................... 30
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tidak dapat digantikan
dengan senyawa yang lain. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia
membutuhkan air. Kuantitas dan kualitas air yang sesuai dengan kebutuhan
manusia merupakan faktor penting yang menentukan kesehatan hidupnya.
Kualitas air berhubungan dengan adanya bahan-bahan lain yang terkandung
dalam air, terutama senyawa-senyawa sinetik baik dalam bentuk organik
maupun anorganik juaga adanya mikroorganisme. (Achmad, 2004).

Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian
yang diakibatkan oleh dehidrasi. Karenanya orang dewasa perlu meminum
minimal sebanyak 1,5 – 2 liter air sehari untuk keseimbangan dalam tubuh dan
membantu proses metabolisme. Di dalam tubuh manusia, air diperlukan untuk
transportasi zat – zat makanan dalam bentuk larutan dan melarutkan berbagai
jenis zat yang diperlukan tubuh. Misalnya untuk melarutkan oksigen sebelum
memasuki pembuluh-pembuluh darah yang ada disekitar alveoli.
(http://definisimu.blogspot.com/2012/07/definisi-air.html ).

Air yang baik untuk di konsumsi adalah air yang memenuhi kategori 3B
yaitu, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa. Dan air yang baik yang
digunakan untuk aktivitas sehari-hari adalah air yang bersih, agar tidak
terjangkit penyakit kulit. Walaupun kita masih melihat di daerah yang minim
air, air yang kotor di gunakan untuk aktivitas sehari-hari.

Namun seringkali kita bertanya apakah air yang digunakan di daerah yang
kekurangan air tersebut baik untuk di gunakan? Oleh sebab itu dengan karya
ilmiah ini penulis akan membahas tentang pemanfaatan biji kelor sebagai
penjernih air.

Metode pengolahan air, terutama air limbah yang umum digunakan adalah
pengolahan secara fisika-kimia yaitu koagulasi-flokulasi diikuti dengan
sedimentasi. Dalam proses koagulasi-flokulasi biasanya digunakan alum atau
tawas sebagai koagulan. Akan tetapi, metode ini sering mengalami kegagalan
karena prosesnya terlalu kompleks serta memerlukan biaya yang relatif tinggi
(chandra, 1998). Oleh karena itu diperlukan penelitian tentang penggunaan
bahan alami yang dapat digunakan untuk mengolah limbah.

Diantara seluruh tanaman yang telah diuji selama bertahun-tahun, serbuk


hasil proses dari biji kelor (Moringa oleifera) menunjukan hasil yang efektif
sebagai koagulan untuk pengolahan air dan dapat dibandingkan dengan alum
(koagulan sintetik yang biasa digunakan). Dari laporan-laporan yang ada
terdapat dugaan bahwa serbuk tersebut juga memiliki sifat antimikroba
(Posnote, 2002).
Kelor (Moringa oleifera Lam.) adalah satu tumbuhan yang dapat
digunakan sebagai penurun kekeruhan air atau sebagai koagulan di negara
tropis (Mayer dan Stelz, 1993:33; Jahn (1981, 1986) dalam Tauscher,
1994:57; Hidayat, 2006). Kelor juga bermanfaat sebagai sayuran bergizi
tinggi, sebagai obat, bahan baku pembuatan kosmetik dan sabun. Kelor
merupakan tumbuhan asli India Utara, saat ini banyak ditemukan di wilayah
Asia Tenggara, termasuk Indonesia (Polprasid, 1993; Ramachandran, 1980).
Penurunan kekeruhan air menggunakan serbuk biji kelor telah dilakukan di
Afrika Utara, Mesir Selatan, dan Sudan Utara. Bahkan secara sporadis
digunakan di Indonesia, terutama di Jawa Timur (Hidayat, 2006). Jahn (1986)
dalam Tauscher (1994: 57) menyatakan: “…seeds of Moringa oleifera,
Moringa stenopala, and the bark of Boscia senegalensis are the best sources
of natural flocculants of plant origin”.

Dengan pengetahuan tentang bagian tumbuhan sebagai bahan penjernih


air, kita dapat mengembangkan pemanfaatan sumber daya alam yang kita
3

miliki dan dikenal dengan baik. Hanya diperlukan penyesuaian terhadap


kondisi kekeruhan awal dari air baku yang ada di dae-rah masing-masing.
Untuk ini diperlukan upaya pemberdayaaan masyarakat bantaran sungai yang
sumber airnya selalu keruh (Hidayat, 2006).

Serbuk biji kelor ketika diaduk dengan air, protein terlarutnya memiliki
muatan positif. Larutan ini dapat berperan sebagai polielektrolit alami yang
kationik. Fakta ini sangat menguntungkan karena kebanyakan koloid di
Indonesia bermuatan listrik negatif, karena banyak berasal dari material
organik. Ion koagulan dengan muatan serupa dengan muatan koloid akan
ditolak, sebaliknya ion yang berbeda muatan akan ditarik.
Prinsip perbedaan muatan antara koagulan dan koloid inilah yang menjadi
dasar proses koagulasi. Semakin tinggi ion yang berbeda muatan semakin
cepat terjadi koagulasi (Raju, 1995:139). Pemanfaatannya sebagai
biokoagulan khususnya di negara tropis, memberikan keuntungan karena
ketersediaannya di alam sangat banyak, mudah dibudidayakan, dan belum
dimanfaatkan secara intensif. Berdasarkan telaah pustaka bahwa yang
berperan aktif sebagai agen penjernihan air dari biji kelor adalah protein, maka
perlu diketahui kandungan protein yang dimiliki oleh masing-masing bagian
dari biji kelor yaitu zat-zat yang terkandung dalam biji kelor. (http://online-
journal.unja.ac.id/index.php/biospecies/article/download/250/453).
Tetapi menurut beberapa pendapat, tawas sebagai pembanding penjernihan
air untuk kadar ekonomi masyarakat sedang kurang efektif. Disini penulis
mengganti penjernihan air melalui tawas dengan penjernihan air yang
sederhana yaitu penyaringan melalui tahapan ijuk/sabut kelapa, batu kerikil,
pasir dan arang, ini dilakukan karena agar pembaca dapat menggunakan
penjernihan air yang tradisional dan memanfaatkan bahan-bahan yang tidak
digunakan dilingkungan masyarakat / sering masyarakat buang dan tidak tahu
digunakan untuk apa?
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang tertera di atas, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pemanfaatan biji kelor
sebagai proses penjernihan air secara alami.

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberi informasi tentang
penjernihan air yang masyarakat jarang dengar yaitu dengan
menggunakan biji kelor sebagai pengganti tawas.

1.3.2 Manfaat
a) Sebagai inovasi baru dalam menjernihkan air selain dengan cara
tradisional.
b) Menberikan informasi tentang cara-cara penjernihan air yang dapat
dilakukan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air (http://definisimu.blogspot.com/2012/07/definisi-air.html)

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di
bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain.
Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum.
Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri.
Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian yang
diakibatkan oleh dehidrasi. Karenanya orang dewasa perlu meminum minimal sebanyak
1,5 – 2 liter air sehari untuk keseimbangan dalam tubuh dan membantu proses
metabolisme. Di dalam tubuh manusia, air diperlukan untuk transportasi zat – zat
makanan dalam bentuk larutan dan melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh.
Misalnya untuk melarutkan oksigen sebelum memasuki pembuluh-pembuluh darah yang
ada disekitar alveoli.

Definisi Air menurut para ahli:

a. Sitanala Arsyad
Air adalah senyawa gabungan antara dua atom hidrogen dan satu atom
oksigen menjadi H2O
b. Hefni Effendi
Air adalah salah satu sumber energi gerak
c. Robert J. Kodoatie
Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi
d. Roestam Sjarief
Air merupakan zat yang paling esensial dibutuhkan oleh makhluk hidup
e. Ilmu Kimia
Air ialah H2O dan jawaban itu dibenarkan secara empiris berdasarkan
observasi
f.Sayyid-Quthb
Air adalah dasar dari suatu kehidupan dan merupakan satu unsur yang di
butuhkan dalam kehidupan hingga manusia pun sangat menantikan
kedatangannya.

g. Eko Budi Kuncoro


Air merupakan suatu senyawa kimia sederhana yang terdiri atas 2 atom
hidrogen (H) dan 1 atom Oksigen (O). Air mempunyai ikatan Hidrogen yang
cenderung bersatu padu untuk menentang kekuatan dari luar yang akan
memecahkan ikatan-ikatan ini.

2.1.1 Air Limbah Domestik

Air limbah domestik adalah air bekas yang tidak dapat dipergunakan lagi untuk
tujuan semula baik yang mengandung kotoran manusia (tinja ) atau dari aktifitas
dapur, kamar mandi dan cuci.
Air limbah domestik mengandung lebih dari 90 % cairan. Zat-zat yang terdapat
dalam air buangan diantaranya adalah unsur-unsur organik tersuspensi maupun
terlarut seperti protein, karbohidrat dan lemak dan juga unsur-unsur anorganik
seperti butiran, garam dan metal serta mikroorganisme. Unsur-unsur tersebut
memberikan corak kualitas air buangan dalam sifat fisik kimiawi maupun biologi
( Fair et al., 1979; Sugiharto, 1987).

Kualitas/sifat fisik air buangan domestik pada umumnya dinyatakan dalam


Temperatur, Warna, Bau dan Kekeruhan. ( Robert J. Kodoatie, Ph.D & Roestam
Sjarief, Ph.D, 2008 )
2.1.2 Air Yang Baik

a. Rasa
Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berasa. Rasa dapat
ditimbulkan karena adanya zat organik atau bakteri dan usur lain yang
masuk kedalam air.
b. Bau
Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berbau, karena bau ini dapat
ditimbulkan oleh pembusukan zat organik seperti bakteri serta
kemungkinan akibat tidak langsung dari pencemaran lingkungan, terutama
sistem sanitasi.
c. Suhu
Secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan
aktifitas biologi sehingga akan membentuk O2 lebih banyak lagi.
Kenaikan suhu perairan secara alamiah biasanya disebabkan oleh aktifitas
penebangan vegetasi di sekitar sumber air tersebut, sehingga menyebabkan
banyaknya cahaya matahari yang masuk tersebut mempengaruhi akuifer
yang ada secara langsung atau tidak langsung.
d. Kekeruhan (warna)
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan
anorganik, kekeruhan juga dapat mewakili warna. Sedang dari segi
estetika kekeruhan air dihubungkan dengan kemungkinan hadirnya
pencemaran melalui buangan sedang warna air tergantung pada warna
buangan yang memasuki badan air.
e. TDS atua jumlah zat padat terlarut (total dissolved solids)
Adalah bahan padat yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan
pengeringan pada suhu 103 oC – 105 oC dalam portable water kebanyakan
bahan bakar terdapat dalam bentuk terlarut yang terdiri dari garam
anorganik selain itu juga gas-gas yang terlarut.

(Tetapi dari semua yang dimiliki air yang baik, secara umum tidak
boleh berasa, berbau dan berwarna). Dan pendapat ahli gizi dan makanan
dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Nuri Andarwulan PhD ia mengatakan
bahwa Secara fisik, air yang sehat adalah yang jernih, tidak berbau, dan
tidak berasa. (http://heksagonal.wordpress.com/category/seputar-air/)

Kandungan total solids pada portable water biasanya berkisaran antara


20 sampai dengan 1000 mg/l dan sebagai suatu pedoman kekerasan dari
air akan meningkatnya total solids, disamping itu pada semua bahan cair
jumlah koloit yang tidak terlarut dan bahan yang tersuspensi akan
meningkat sesuai derajat dari pencemaran (sutrisno, 1991).
Zat padat selalu terdapat dalam air dan kalau jumlahnya terlalu banyak
tidak baik sebagai air minum, banyaknya zat padat yang diisyaratkan
untuk air minum adalah kurang dari 500 mg/l. Pengaruh yang menyangkut
aspek kesehatan dari pada penyimpangan kualias air minum dalam hal
total solids ini yaitu bahwa air akan memberikan rasa tidak enak pada
lidah dan rasa mual. (http://www.artikellingkunganhidup.com/ciri-ciri-
kualitas-air-yang-baik-secara-fisiknya.html).

2.1.3 Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih

a. Persyaratan Kualitatif.

Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku


air bersih. Persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, persyaratan kimia,
persyaratan biologis dan persyaratan radiologis. Syarat-syarat tersebut
berdasarkan Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990dinyatakan bahwa
persyaratan kualitas air bersih adalah sebagai berikut:
1. Syarat-syarat fisik.
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa.
Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau
kurang lebih 25oC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang
diperbolehkan adalah 25oC ± 30oC.
2. Syarat-syarat Kimia.
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah
yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah :
pH, total solid, zat organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi
(Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida
(F), serta logam berat.
3. Syarat-syarat bakteriologis dan mikrobiologis.
Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang
mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan
tidak adanya bakteri E. coli atau Fecal coli dalam air.
4. Syarat-syarat Radiologis.
Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh
mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung
radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.

b. Persyaratan Kuantitatif (Debit).


Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari
banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah
dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat
ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai
dengan jumlah kebutuhan air bersih.

c. Persyaratan Kontinuitas.

Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan
fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun
musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus
tersedia 24 jam per hari, atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air
tersedia. Akan tetapi kondisiideal tersebut hampir tidak dapat dipenuhi
pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat
kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara pendekatan
aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air.Prioritas pemakaian
air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas
kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 – 18.00 WIB.
Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek.Pertama
adalah kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air
untuk kehidupan dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan.
Karena itu, diperlukan pada waktu yang tidak ditentukan.Karena itu,
diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas energi yang siap setiap saat.
Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan
aliran tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,6–1,2 m/dt.
Ukuran pipa harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga
tekanan dalam sistem harus tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa
distribusi, dapat ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang diperlukan
sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kuantitas aliran
terpenuhi.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38270/4/Chapter%20II.p
df )

2.2 Biji Kelor

Kelor atau merunggai (Moringa oleifera) adalah sejenis tumbuhan dari


suku Moringaceae. Tumbuhan ini memiliki ketinggian batang 7-11 meter.
Daun kelor berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun
majemuk dalam satu tangkai, dapat dibuat sayur atau obat. Bunganya
berwarna putih kekuning-kuningan dan tudung pelepah bunganya
berwarna hijau; bunga ini keluar sepanjang tahun dengan aroma bau
semerbak. Buah kelor berbentuk segitiga memanjang yang disebut
kelentang, juga dapat disayur. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kelor).
Kelor
Moringa oleifera

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae

Ordo: Brassicales

Famili: Moringaceae

Genus: Moringa

Spesies: M. oleifera
Nama binomial
Moringa oleifera
Sinonim
Moringa (http://id.wikipedia.org/wik
i/Kelor).
pterygosperma, Gaertn.

Biji buah kelor mengandung zat aktif O-etil-4-(α-Lrhamnosyloxy) benzil


karbamat bersama-sama dengan tujuh senyawa bioaktif yang diketahui, 4 (α-L-
rhamnosyloxy) benzil-isothiocyanate, niazimicin, 3-O-(6′-O-oleoil-β-D-
glucopyranosyl)-β-sitosterol, β-sitosterol-3-O-β-D-glucopyranoside, niazirin, β-
sitosterol dan gliserol-1-(9-octadecanoate). (http://kelorina.com/solusi-
malnutrisi/kandungan-nutrisi-kelor).
Peneliti Fakultas Kehutanan (Fahutan) Universitas Mulawarman (Unmul) Enos
Tangke Arung, MP mengatakan, hasil penelitian tersebut telah diujikan pada air
Sungai Mahakam (Samarinda) dengan kandungan partikel tanah dan unsur
logamnya yang terkandung dalam air sungai itu dikategorikan cukup
tinggi.(http://dwidirarahmawati.blogspot.com/2012/12/ilmupengetahuan_12.html)

GAMBAR SENYAWA (RBITC) 4-[(2'-O-acetyl-α-L


rhamnosyloxy)benzyl]isothiocyanate

Beberapa peneliti menyatakan bahwa kotiledon Moringa oleifera Lam.


mengandung substansi antimikroba 4 a L-rhamnosiloksi-benzil-isotiosianat.
Seperti halnya yang dinyatakan oleh Mayer & Stelz (1993), Polprasid (1993).
Pembuktian keberadaan substansi antimikroba ini perlu dilanjutkan lebih
terperinci lagi, mengingat bahan aktif tersebut terikat pada protein. Saya
menyatakan bahwa degradasi fecal coliform hanya terperangkap pada jembatan
antarpartikel yang terbentuk ketika terjadi koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi
pada proses penjernihan air menggunakan serbuk bijikelor.
(http://yasiendt.blogspot.com/2013/03/senyawa-kimia-di-dalam-biji-daun-
kelor.html).
Protein biji kelor memiliki muatan positif (Hidayat, 2006:76). Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Fink (1984) dalam Tauscher (1994:60) yang menyatakan
protein yang terdapat dalam biji kelor bersifat kationik. Demikian pula Jahn
(1986) dalam Muyibi dan Evison (1995:1102) menyatakan bahwa protein yang
terdapat pada biji kelor merupakan flokulan polielektrolit kationik. Perbedaan
muatan antara protein biji kelor yang dilarutkan dalam air yang diketahui
bermuatan positif dengan partikel penyebab kekeruhan air yang bermuatan
negatif, menyebabkan terjadinya flok yang semakin membesar dan
mengendapkan partikel penyebab kekeruhan air. Bakteri fecal coliform dapat saja
terperangkap (teroklusi) bersama partikel yang mengendap tersebut. Oleh karena
itu, kita harus mengetahui lebih lanjut apakah benar bakteri fecal coliform
bermuatan negatif, bermuatan positif, atau tidak bermuatan (netral). Ataukah
degradasi bakteri tersebut benar disebabkan oleh efek antimikroba 4 a L-
rhamnosiloksi-benzil-isotiosianat seperti yang dinyatakan oleh Mayer & Stelz
(1993), Polprasid (1993). Hasil penelitian tersebut akan memperkuat kesimpulan
bahwa degradasi bakteri fecal coliform benar disebabkan oleh koagulan serbuk
biji kelor. Terlepas dari perdebatan tersebut, serbuk biji kelor adalah koagulan
(penjernih air) alternatif yang ramah lingkungan. Pemanfaatannya dapat
diperkenalkan melalui pemberdayaan masyarakat bantaran sungai yang airnya
selalu keruh dan jauh dari jangkauan suplai air minum seperti halnya yang berasal
dari Perusahaan Daerah Air Minum, baik skala kecil maupun skala besar. ”Serbuk
biji buah kelor ternyata cukup ampuh menurunkan dan mengendapkan kandungan
unsur logam berat yang cukup tinggi dalam air, sehingga air tersebut memenuhi
standar baku air minum dan air bersih, ”katanya.
Disebutkan, kandungan logam besi (Fe) dalam air Sungai Mahakam yang
sebelumnya mencapai 3,23 mg/l, setelah dibersihkan dengan serbuk biji kelor
menurun menjadi 0,13 mg/l, dan telah memenuhi standar baku mutu air minum,
yaitu 0,3 mg/l dan standar baku mutu air bersih 1,0 mg/l.Sedangkan tembaga (Cu)
yang semula 1,15 mg/I menjadi 0,12mg/l, telah memenuhi standar baku mutu air
minum dan air bersih yang diperbolehkan, yaitu 1 mg/l, dan kandungan logam
mangan (Mn) yang semula 0,24 mg/l menjadi 0,04 mg/l, telah memenuhi standar
baku mutu air minum yang diperbolehkan untuk dikonsumsi 0,1 mg / l - 0,5
mg/l.(http://yasiendt.blogspot.com/2013/03/senyawa-kimia-di-dalam-biji-daun-
kelor.html)
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
a) 2 buah wadah besar (boleh bekas botol minyak sayur yang 5 liter)
b) 2 buah gelas air mineral
c) Alat penumbuk

3.1.2 Bahan
a) Biji kelor
b) Pasir
c) Batu kerikil
d) Abu
e) Sabut kelapa
d) Air keruh

3.2 Cara Kerja

A. Penjernihan Air dengan biji kelor

a) Biji yang sudah bersih ditumbuk sampai halus (diekstarf).


Penumbukan yang kurang halus dapat menyebabkan kurang
sempurnanya proses penggumpalan.
b) Campur tumbukkan biji kelor dengan sedikit air sampai
tercampur. Masukkan campuran tersebut ke dalam wadah
yang berisikan air kotor kemudian diaduk.
c) Aduklah secara cepat 30 detik, dengan kecepatan 55-60
putaran/menit.
d) Kemudian aduk lagi secara berlahan dan beraturan selama 5
menit dengan kecepatan 15-20 putaran/menit.
e) Setelah dilakukan pengadukan, air diendapkan selama 2
jam dan 24 jam.
f) Pisahkan air yang jernih dari endapan. Pemisahan harus
dilakukan dengan hati-hati agar endapan tidak naik lagi.

B. Penjernihan Air secara Tradisional (Sebagai Pembanding)

a) Lubangi bagian bawah pada wadah bekas minyak sayur


(jangan terlalu besar),
b) Susun bahan-bahan pada wadah, seperti pasir, batu kerikil,
arang dan ijuk. Penyusunannya sebagai berikut:
Pasir – Batu Kerikil – Arang – Ijuk
c) Setelah tersusun, isikan air kotor tersebut kedalam wadah
dan tunggu sekitar 2 jam dan 24 jam.
d) Tunnggu air tersebut sampai keluar dari wadah yang telah
dilubangi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Penjernihan dengan biji kelor

Waktu Kekeruhan sebelum Kekeruhan Sesudah Bau Rasa


2 Jam Keruh Sedikit Bening Berbau Biji Kelor Berasa
24 Jam Keruh Bening Sempurna Berbau Biji Kelor Berasa

4.1.2 Pembanding penjernihan dengan cara tradisional

Pengulangan Kekeruhan Bau Rasa


Penyaringan
Pertama Keruh Tidak Berbau Tidak Berasa
Kedua Keruh Tidak Berbau Tidak Berasa
Ketiga Keruh Tidak Berbau Tidak Berasa
Keempat Keruh Tidak Berbau Tidak Berasa
Kelima Sedikit Keruh Tidak Berbau Tidak Berasa
Keenam Sedikit Bening Tidak Berbau Tidak Berasa
Ketujuh Bening Tidak Berbau Tidak Berasa

4.2 Pembahasan

Pada penelitian pemanfaatan biji kelor diperoleh hasil yang cukup bagus. Air
keruh yang dicampurkan dengan ekstraf biji kelor sangat efisien digunakan untuk
menjernihkan air, ini dikarenakan biji kelor mengandung zat aktif 4-[(2'-O-acetyl-
α-L-rhamnosyloxy)benzyl]isothiocyanate (RBITC) yang mampu mengadopsi dan
menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam air
limbah suspensi, dengan partikel kotoran melayang di dalam air. Beberapa
peneliti menyatakan bahwa kotiledon Moringa oleifera Lam. mengandung
substansi antimikroba 4 a L-rhamnosiloksi-benzil-isotiosianat. mengingat bahan
aktif tersebut terikat pada protein. Para ahli menyatakan bahwa degradasi fecal
coliform hanya terperangkap pada jembatan antarpartikel yang terbentuk ketika
terjadi koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi pada proses penjernihan air
menggunakan biji kelor yang diekstraf menjadi serbuk biji kelor.
Protein biji kelor memiliki muatan positif (Hidayat, 2006:76). Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Fink (1984) dalam Tauscher (1994:60) yang menyatakan
protein yang terdapat dalam biji kelor bersifat kationik.
Demikian pula Jahn (1986) dalam Muyibi dan Evison (1995:1102) menyatakan
bahwa protein yang terdapat pada biji kelor merupakan flokulan polielektrolit
kationik. Perbedaan muatan antara protein biji kelor yang dilarutkan dalam air
yang diketahui bermuatan positif dengan partikel penyebab kekeruhan air yang
bermuatan negatif, menyebabkan terjadinya flok yang semakin membesar dan
mengendapkan partikel penyebab kekeruhan air. Dari data-data diatas dapat
menjadi acuan bahwa serbuk biji kelor adalah koagulan (penjernih air) alternatif
yang ramah lingkungan. Tetap proses penjernihan itu memiliki waktu yang tidak
memungkinkan lagi bagi biji kelor untuk digunakan lagi
Biji kelor yang digunakan sebagai penjernihan air berdurasi lebih dari 1
minggu kurang baik jika digunakan lagi dikarenakan biji kelor bukanlah bahan
kimia seperti tawas, biji kelor adalah kesatuan dari tumbuhan, semua tumbuhan
pasti mengalami pembusukan. Meski sudah dijelaskan bahwa air yang dijernihkan
dengan biji kelor mengeluarkan aroma yang kurang sedap dari biji kelor. Tetapi
aroma biji kelor tersebut tergantikan oleh aroma busuk dari biji kelor yang sudah
direndam selama lebih dari 7 hari.
Tetapi dari semua kekurangan biji kelor, rentan waktu yang baik penjernihan
air dengan biji kelor antara 1 sampai 7 hari, tetapi penulis akan membahas
penjernihan air selama 2 jam dan 24 jam. Pada durasi waktu penjernihan 2 jam,
kejernihan air pada waktu ini sudah bening tetapi masih kelihatan warna
campuran biji kelor (warnanya sedikit putih) bukan bening, tetapi pada durasi
waktu 24 jam sudah kelihatan air yang dicampurkan dengan biji kelor sudah
berwarna bening.
Penjernihan air dengan cara penyaringan (tradisional) menghasilkan air bening
setelah dilakukan penyaringan selama 7 kali. Proses ini berjalan cukup lama
diperkirakan membutuhkan waktu 1 x 24 jam ini dikarenakan lamanya menunggu
tetesan air dari proses penyaringan.
Maka dari kedua penjernihan air tersebut lebih efisien menjernihkan air dengan
mengekstraf biji kelor sebagai pengganti tawas dibanding menggunakan cara
tradisional, proses penjernihannya-pun lebih cepat dibanding cara tradisional.
Ditinjau dari hasil waktu 24 jam untuk penjernihan air dengan biji kelor diperoleh
bahwa lebih bening penjernihan biji kelor dibandingkan dengan menunggu 1x24
jam untuk penjernihan dengan tradisional, hasilnya dapat disimpulkan bahwa
rentan waktu 2-24 jam bagi penjernihan biji kelor sudah menyamai penjernihan
tradisional. Berarti didapatkan efisiensi waktu penjernihan biji kelor lebih baik
dari penjernihan tradisional.
Tetapi kembali mengingat bahwa air yang baik itu adalah air yang
menyangkup kategori 3B yaitu tidak berbau, berasa dan berwarna. Air yang
dijernihkan dengan biji kelor sudah memiliki 1 kategori dari 3 kategori air yang
baik. Jadi penjernihan air dengan biji kelor hanya dapat digunakan untuk aktivitas
mencuci dan mandi, ini semua dikarenakan air hasil penjernihan dengan biji kelor
memiliki rasa dan bau. Tetapi jika air hasil penjernihan biji kelor ingin
dikonsumsi maka sebagai catatan, air penjernihan biji kelor harus diberi arang.
Arang berfungsi untuk menyerap aroma kelor tersebut. Arang tersebut dibungkus
agar tidak mengotori air saat pengadukan. Mencampurkan arang sebagai
penetralisir aroma di penjernihan air biji kelor dilakukan sesudah air keruh
tercampur dengan ekstraf biji kelor langsung dicampurkan arang dan diaduk
jangan menunggu sampai proses pengendapan kotoran terjadi.
Air yang dijernihkan dengan tradisional dapat dikonsumsi karena sudah
memiliki 3 kategori air yang baik. Ini disebabkan karena air hasil penjernihan
tradisional menggunakan bahan-bahan yang tidak mengeluarkan zat-zat yang
dapat membuat air menjadi berbau, tetapi sabut kelapa yang digunakan harus
dicuci dan dikeringkan agar air yang dijernihkan tidak tercampur dengan warna
sabut kelapa tetapi sabut kelapa dapat diganti dengan ijuk. Air yang digunakan
dengan tradisional tidak memerlukan arang karena air penjernihan ini tidak
memiliki bau dan rasa. Sekilas dari pembahasan ini, air yang dijernihkan dengan
tradisional lebih efisien dari air penjernihan biji kelor tanpa ditambahkan arang.
Tetapi jika ingin mendapat air yang bening, lebih efisien menggunakan
penjernihan air dengan biji kelor, sebagai catatan harus ditambahkan arang agar
air hasil penjernihan dengan biji kelor dapat dikonsumsi dan memiliki 3 kategori
air yang baik, hal ini diperjelas dengan adanya spesifikasi air yang baik
diantaranya:
a. Rasa
Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berasa. Rasa dapat
ditimbulkan karena adanya zat organik atau bakteri dan usur lain yang
masuk kedalam air.
b. Bau
Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berbau, karena bau ini dapat
ditimbulkan oleh pembusukan zat organik seperti bakteri serta
kemungkinan akibat tidak langsung dari pencemaran lingkungan, terutama
sistem sanitasi.
c. Suhu
Secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan
aktifitas biologi sehingga akan membentuk O2 lebih banyak lagi.
Kenaikan suhu perairan secara alamiah biasanya disebabkan oleh aktifitas
penebangan vegetasi di sekitar sumber air tersebut, sehingga menyebabkan
banyaknya cahaya matahari yang masuk tersebut mempengaruhi akuifer
yang ada secara langsung atau tidak langsung.
d. Kekeruhan (warna)
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan
anorganik, kekeruhan juga dapat mewakili warna. Sedang dari segi
estetika kekeruhan air dihubungkan dengan kemungkinan hadirnya
pencemaran melalui buangan sedang warna air tergantung pada warna
buangan yang memasuki badan air.
e. TDS atua jumlah zat padat terlarut (total dissolved solids)
Adalah bahan padat yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan
pengeringan pada suhu 103 oC – 105 oC dalam portable water kebanyakan
bahan bakar terdapat dalam bentuk terlarut yang terdiri dari garam
anorganik selain itu juga gas-gas yang terlarut. (Sutrisno, 1991).
Tetapi dari 5 kategori ini suhu dan TDS air tanpa alat yang memadai
tidak bisa dilakukan, dan air yang memiliki ketiga kategori ini yaitu bau,
rasa dan warna dapat di konsumsi dengan syarat harus di masak. Dan lebih
diperjelas dengan pendapat ahli gizi dan makanan dari Institut Pertanian
Bogor (IPB), Nuri Andarwulan PhD ia mengatakan bahwa Secara fisik, air
yang sehat adalah yang jernih, tidak berbau, dan tidak berasa.
(http://heksagonal.wordpress.com/category/seputar-air/)

Catatan: 3 kategori air yang baik ini ditinjau secara umum dan setelah air
dipisahkan dari proses pengendapan, air harus segera digunakan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a) Ternyata air hasil penjernihan dengan biji kelor lebih cepat bening.
b) Air hasil penjernihan dengan biji kelor memiliki aroma dan rasa.
c) Ternyata aroma dan rasa pada penjernihan air dengan biji kelor
dapat dihilangkan dengan arang.
d) Penjernihan air tradisional kalah bening dibanding penjernihan air
dengan biji kelor meski penjerniahan air tradisional tanpa
ditambahkan arang dan waktu yang digunakan sedikit lama pada
penjernihan dengan cara tradisional.

Air yang baik adalah air yang tidak memiliki rasa, bau dan warna.
Karena susahnya mencari air bersih maka manfaatkan air secara
teratur.

5.2 Saran

a) Gunakanlah air seefektif mungkin dikarenakan susahnya mencari


air bersih yang tidak memiliki rasa, bau dan warna.
b) Penulis menginginkan kepada pembaca agar dapat berinovasi
untuk mengembangkan penjernihan air secara alami dengan bahan
alami lain.
DAFTAR PUSTAKA

Kodoatie, Robert J dan Sjarief, Roestam. 2008. Pengelolaan Sumber Daya


Air Terpadu Edisi 2. Yogyakarta: Andi

http://definisimu.blogspot.com/2012/07/definisi-air.html
http://online-journal.unja.ac.id/index.php/biospecies/article/download/250/453
http://heksagonal.wordpress.com/category/seputar-air/
http://www.artikellingkunganhidup.com/ciri-ciri-kualitas-air-yang-baik-secara-
fisiknya.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38270/4/Chapter%20II.pdf
http://yasiendt.blogspot.com/2013/03/senyawa-kimia-di-dalam-biji-daun-
kelor.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kelor
http://kelorina.com/solusi-malnutrisi/kandungan-nutrisi-kelor
http://dwidirarahmawati.blogspot.com/2012/12/ilmupengetahuan_12.html
LAMPIRAN

Gambar Alat

a) 2 buah wadah besar b) 11 buah gelas air mineral

c) Alat penumbuk

Gambar Bahan

a) Biji kelor b) Pasir


c) Batu kerikil d) Abu

e) Sabut kelapa d) Air keruh

Gambar Proses Pembuatan Media untuk Penjernihan


Gambar Proses Penjernihan Biji Kelor dan Proses Penyaringan dengan
Tradisional

Penjernihan Biji Kelor Penjernihan Tradisional


Gambar Hasil Penjernihan
a. penjernihan dengan Biji Kelor
- Gambar hasil Pengendapan selama 2 jam

- Gambar hasil Pengendapan selama 24 jam

b. Penjenihan dengan tradisional

1 kali penyaringan 2 kali penyaringan


3 kali penyaringan 4 kali penyaringan

5 kali penyaringan 6 kali penyaringan

7 kali penyaringan Gambar jika sabut kelapa tidak dicuci


LEMBAR KONSULTASI

Nama : Aminuddin Nur Rahman

Kelas : XII IPA 3

Judul : Pemanfaatan Biji Kelor sebagai Penjernih Air

Guru Pembimbing : Musarofah, S.Pd

No. Tanggal Materi Paraf


1. 25 November 2013 ACC Bab 1,2 dan 3
2. 28 November 2013 ACC
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Aminuddin Nur Rahman

Kelas : XII IPA 3

Judul : Pemanfaatan Biji Kelor sebagai Penjernih Air

Guru Pembimbing : Nani Winarni, M.Pd

No. Tanggal Materi Paraf


1 13 November 2013 Penentuan Judul dan Perbaikan Bab 1,2 dan 3

2 22 November 2013 Perbaikan Bahasa dan Letak Bab 1,2 dan 3

3 27 November 2013 Perbaikan Bab 4 dan 5

4. 28 November 2013 ACC


BIOGRAFI

Saya anak ke-2 dari 3 bersaudara dari pasangan Abdul Rochman dan Nanik
Wiratmi, dengan biografi saya sebagai berikut:
Nama : Aminuddin Nur Rahman
Tempat, tanggal lahir : Lubuklunggau, 03 maret 1996
Kelas : XII IPA 3
Alamat : Jl. Polri Drajat Mantap No.41, Rt 07, Lingkungan 02, Kel.
Ps. Miuara Beliti, Kab. Musi Rawas. Prov. Sumsel, 31661
Riwayat Pendidikan :
- SD N 1 Muara Beliti
- SMP N Muara Beliti
- SMA N 2 Muara Beliti
Saya adalah diri saya sendiri dan bukan orang lain. Sebuah pejuangan dalam
hidup saya yaitu menggapai cita-cita yang akan menimbulkan sesuatu yang dapat
menguasai dunia dalam bidang yang saya geluti dan restu orang tua harus selalu
di emban dalam hati.

Anda mungkin juga menyukai