Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ILMU GIZI DAN PANGAN


“PENGALIH FUNGSIAN LAHAN DI KOTA CILEGON ”
DOSEN PENGAMPU : Ir.Hj.Sri Mulyati,M.M.
Winda Nurtiana, S.T.P, M.Si.

Disusun Oleh :
SUTIHAT
RATU MILLENIA
GABE NURAHEL
ABDI
MOCHAMAD KEMAL (4441180099)
NURHILMIYAH
RANDY ALHIKMAH

AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Syukur
alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas saya ucakan kepada Allah
SWT, yang karena bimbingannyalah maka saya bisa menyelesaikan makalah pada
mata perkuliahan Ilmu Gizi dan Pangan "Pengalih Fungsian Lahan di Kota
Cilegon”.
Shalawat serta salam, Marilah kita sanjungkan kepada baginda Nabi Besar
Muhammad SAW, dengan adanya Rasulullah, alhamdulillah sampai saat ini saya
dapat menyusun makalah ini.
Makalah ini saya buat berdasarkan buku penunjang yang dimiliki dan
berbagai sumber lainnya untuk mempermudah kami dalam mengerjakan makalah
ini. Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini.
Oleh karna itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.

Serang, 13 Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ............................................. Error! Bookmark not defined.
1.2 Tujuan ........................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II PEMBAHASAN ....................................... Error! Bookmark not defined.
2.1 Pengertian Pengalih Fungsian Lahan ........... Error! Bookmark not defined.
2.2 Faktor - Faktor Pengalih Fungsian Lahan .... Error! Bookmark not defined.
2.3 Dasar Hukum Alih Fungsi Lahan ................ Error! Bookmark not defined.
2.4 Pengalih Fungsian Lahan Pertanian di Kota CilegonError! Bookmark not
defined.
2.5 Pengalih Fungsian Lahan Pada Sektor Industri Error! Bookmark not
defined.
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 18
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 18
3.2 Saran ............................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat luas
dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia dari sisi ekonomi lahan
merupakan input tetap yang utama bagi berbagai kegiatan produksi komoditas
pertanian dan non-pertanian. Banyaknya lahan yang digunakan untuk setiap
kegiatan produksi tersebut secara umum merupakan permintaan turunan dari
kebutuhan dan permintaan komoditas yang dihasilkan. Oleh karena
ituperkembagan kebutuhan lahan untuk setiap jenis kegiatan produksi akan
ditentukan oleh perkembagan jumlah permintaan setiap komoditas. Pada
225umumnya komoditas pangan kurang elastis terhadap pendapatan
dibandingkan permintaan komoditas nonpertanian, konsekuensinya adalah
pembangunan ekonomi yang membawa kepada peningkatan pendapatan
cenderung menyebabkan naiknya permintaan lahan untuk kegiatan di luar
pertanian dengan laju lebih cepat dibandingkan kenaikan permintaan lahan
untuk kegiatan pertanian Alih Fungsi Lahan adalah suatu proses perubahan
penggunaan lahan dari Bentuk penggunaan tertentu menjadi penggunaan lain
misalnya ke-non pertanian. Dan biasanya dalam pengalih fungsiannya
mengarah ke hal yang bersifat negative bagi ekosistem lingkungan alam
sawah itu sendiri-sendiri. Menurut Lestari, mendefinisikan alih fungsi lahan
atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi
sebagain atau seluruh kawasan lahan dari fungsi semula (seperti yang
direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah)
terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Dampak alih fungsi lahan
juga mempengaruhi struktur sosial masyarakat, terutama dalam struktur mata
pencaharian menurut Malthus dalam bukunya yang Berjudul principles of
population menyebutkan bahwa perkembagan manusia lebih cepat di
bandingkan dengan produksi hasil-hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Malthus salah satu orang yang pesimis terhadap masa depan
manusia. Hal itu didasari dari kenyatanaan bahwa lahan pertaian sebagai salah
satu faktor produksi utama jumlahnya tetap. Kendati pemakaiannya untuk
produksi pertanian bisa ditingkatkan, peningkatannya tidak akan seberapa. Di
lain pihak justru lahan pertanian akan semakin berkurang keberadaanya karena
digunakan untuk membangun perumahan, pabrik-pabrik serta infrastruktur
yang lainnya.
1.2 Tujuan
1. Menyelesaikan tugas mata kuliah ilmu gizi dan pangan.
2. Mengetahui apa itu alih fungsi lahan
3. Mengetahui dampak yang terjadi bila dilakukan pengalih fungsian lahan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengalih Fungsian Lahan


Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat luas
dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia dari sisi ekonomi lahan
merupakan input tetap yang utama bagi berbagai kegiatan produksi komoditas
pertanian dan non-pertanian. Banyaknya lahan yang digunakan untuk setiap
kegiatan produksi tersebut secara umum merupakan permintaan turunan dari
kebutuhan dan permintaan komoditas yang dihasilkan. Oleh karena itu
perkembagan kebutuhan lahan untuk setiap jenis kegiatan produksi akan
ditentukan oleh perkembagan jumlah permintaan setiap komoditas. Pada
umumnya komoditas pangan kurang elastis terhadap pendapatan dibandingkan
permintaan komoditas nonpertanian, konsekuensinya adalah pembangunan
ekonomi yang membawa kepada peningkatan pendapatan cenderung
menyebabkan naiknya permintaan lahan untuk kegiatan di luar pertanian
dengan laju lebih cepat dibandingkan kenaikan permintaan lahan untuk
kegiatan pertanian.
Alih Fungsi Lahan adalah suatu proses perubahan penggunaan lahan dari
bentuk penggunaan tertentu menjadi penggunaan lain misalnya ke-non
pertanian. Dan biasanya dalam pengalih fungsiannya mengarah ke hal yang
bersifat negatif bagi ekosistem lingkungan alam sawah itu sendiri-sendiri.
Menurut Lestari, mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut
sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagain atau seluruh
kawasan lahan dari fungsi semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi
lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi
lahan itu sendiri. Dampak alih fungsi lahan juga mempengaruhi struktur sosial
masyarakat, terutama dalam struktur mata pencaharian perkembagan manusia
lebih cepat di bandingkan dengan produksi hasil-hasil pertanian untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Malthus salah satu orang yang pesimis
terhadap masa depan manusia. Hal itu didasari dari kenyatanaan bahwa lahan
pertaian sebagai salah satu faktor produksi utama jumlahnya tetap. Kendati
pemakaiannya untuk produksi pertanian bisa ditingkatkan, peningkatannya
tidak akan seberapa. Di lain pihak justru lahan pertanian akan semakin
berkurang keberadaanya karena digunakan untuk membangun perumahan,
pabrik-pabrik serta infrastruktur yang lainnya. (Maltus, principles of
population).

2.2 Faktor-faktor pengalih fungsian lahan


Pada dasarnya pengalih fungsian lahan biasa terjadi dengan diawali
penjualan lahan, dan pendek cerita, mungkin uang hasil penjualan tersebut
akan meningkatkan kesejahteraan petani, tetapi karena umumnya sebagain
besar uang hasil penjualan tersebut dibelanjakan untuk aset nonproduktif
seperti membuat/rehabilitasi rumah dan pembelian kendaraan, maka laha
pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama akan semakin sempit yang
dalam jangka panjang akan semakin menurunkan sekala usahanya. Peralihan
lahan sawah bisa saja diiringi oleh penurunan tingkat kesejahteraan petani, ini
dapat diidentifikasi dari penurunan luas lahan milik dan luas lahan garapan,
yang secara keseluruhan bermuara kepada penurunan pendaptan. Perubahan
penggunaan lahan akan mengarah kepada land rent yang lebih tinggi, sehingga
secara ekonomi demand lahan akan dideterminasi oleh surplusnya. Ketika
suatu lahan berubah fungsi, maka seharusnya secara agregat output
wilayahpun meningkat pula akibatnya adalah peningkatan produktifitas lahan.
Banyaknya lahan guntai disekitar lahan yang telah mengalami alih fungsi,
dengan motivi spekulasi lahan. Selain itu dengan nilai land rent kegiatan
pertanian yang rendah maka secara logis pertumbuhan ekonomi akan
mendorong terjadinya alokasi lahan yang bisa ke sektor ekonomi lain dan
menimbulkan konversi lahan pertanian.
Konversi lahan pertanian tersebut cenderung terjadi pada lahan pertanian
berproduktivitas tinggi seperti lahan sawah beririgasi. Kecenderungan
demikian sangat tidak menguntungkan kerja di pedesaan namun terkesan sulit
dihindari. Dua faktor utama yang dapat menjadi penyebabnya adalah :
1) Ketersediaan infrastruktur ekonomi merupakan faktor positif dominan yang
berpengaruh terhadap preferensi investor dalam memilih lokasi lahan yang
akan dibangun untuk kegiatan di luar pertanian. Infrastruktur tersebut secara
umum lebih tersedia di daerah pertanian yang sudah berkembang akibat
pembangunan masa lalu. Konsekuensinya adalah permintaan lahan oleh
investor cenderung lebih tinggi di daerah pertanian yang sudah berkembang,
utamanya yang mendekati sasaran konsumennya seperti di daerah pinggiran
kota.
2) Perlindungan pemerintah terhadap lahan pertanian produktif relatif lemah.
Kondisi demikian dapat terjadi akibat penilaian pasar terhadap lahan pertanian
yang cenderung under estimate karena lahan pertanian dianggap hanya
menghasilkan komoditas pertanian yang berharga murah dan bernilai tambah
rendah. Persepsi demikian melekat pada hampir seluruh lapisan masyarakat
termasuk para ekonom makropun persepsi demikian sangat dominan sehingga
pertumbuhan ekonomi. Yang direfleksikan dalam pertumbuhan GDP (gross
domestic product) hanya diukur dari nilai produksi pertanian secara fisik,
padahal lahan pertanian memiliki multifungsi yang sangat luas secara
lingkungan dan sosial. Persepsi demikian pula yang menyebabkan konversi
lahan pertanian seringkali berlangsung dengan dukungan birokrasi daerah
dengan alasan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

2.3 Dasar Hukum Alih Fungsi Lahan


Aturan dalam UU No. 24/1992 yang secar jelas berisi tentang pernyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) seharusnya dilaksanakan secara baik
oleh berbagai pihak yakni mempertimbangkan budidaya tanaman pangan
(sawah irigasi teknis) agar tetap lestari dengan demikian pembangunan
ekonomi juga sudah seharusnya tetap mengikuti/mentaati Undang-undang
RTRW untuk menjaga ketahanan pangan. Adapu peraturan lain yang
dikeluarkan pemerintah adalalah Undang-undang No 41 tahun 2009 tentang
perlindungan lahan pertanian berkelanjutan, sebagai sumber pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, efisiesnsi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, dan kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan, kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional. Selain itu
negara menjamin hak atas pangan sebagai hak asasi setiap warga negara
sehingga negara berkewajiban menjamin kemandirian, ketahanan, dan
kedaulatan pangan, serta mengantisipasi pertambahan jumlah penduduk dan
perkembagan ekonomi yang mengakibatkan terjadinya degradasi, alih fungsi,
dan fragmentasi lahan pertanian pangan yang telah mengancam daya dukung
wilayah secara nasional dalam menjaga kemandirian, ketahan, dan kedaulatan
pangan. Penetapan kawasan pertanian pangan berkelanjutan Kabupaten/Kota
diatur dalam peraturan Daerah mengenai rencana tata ruang wilayah
Kabupaten/Kota PP No 12 Tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan, peraturan pemerintah ini adalah untuk
memberikan dukungan kepada petani yang tidak mengalih fungsikan lahannya
dengan memberikan insentif berupa peningkatan infrastruktur,bantuan
keringanan pajak, serta penyediaan sarana produksi pertanian dan
penghargaan bagi petani berprestasi tinggi PP No. 1 Tahun 2012 tentang
Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah
bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan
secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian,
ketahanan dan kedaulatan pangan nasional, hal ini dimaksudkan untuk
melindungi lahan potensial agar pemanfaatannya, kesesuaian dan
ketersediaannya tetap terkendali untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian
pangan berkelanjutan pada masa yang akan datang.
UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penata Ruangan bahwa ruang Wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan negara kepulauan
berciri Nusantara, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat,
ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai
sumber daya, perlu ditingkatkan upaya pengelolaanmya secara bijaksana,
berdaya guna dan berhasil guna dengan berpedoman pada kaidah penataan
ruang sehingga kualitas ruang wilayah nasional dapat terjaga keberlanjutannya
demi terwujudnya kesejahteraan umum dan keadilan sosial sesuai dengan
landasan Konstitusioan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1995 PP No 25 Tahun 2012 Tentang Sistem Informasi Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan sistem informasi lahan pertanian pangan berkelanjutan
adalah kesatuan komponen yang terdiri atas kegiatan yang meliputi
penyediaan data, penyeragaman, penyimpanan dan pengamanan, pengolahn,
pembuatan produk informasi, penyampaian produk informasi dan penggunaan
informasi yang terkait satu sama lain dan penyelenggaraan mekanismenya
pada perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan. PP No 30 Tahun
2012 Tentang Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan adalah merupakan sistem dan proses dalam merencanakan dan
menetapkan, mengambangkan, memanfaatkan, membina, mengendalikan, dan
mengawasi lahan pertanian pangan dan kawasan secara berkelanjutan,
pembiayaan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan adalah suatu
pendanaan dalam rangka melindungi lahan pertanian pangan berkelanjutan.
Dalam UU dan PP yang ada diatas dapat dilihat bahwasannya pemerintah
memberi perhatian besar terhadap lahan sawah, dimana selain UU dan PP
yang menjabarkan tentang pentingnya lahan sawah bagi ketahanan pangan
nasional pemerintah juga memberi perhatian serius kepada petani pemilik
lahan, guna meminimalisir alih fungsi lahan pertanian. Tapi kurang tegasnya
dalam penerapan dilapangan, membuat UU dan PP yang ada tidak
memberikan dampak yang besar, petani masih tetap mengalih fungsikan
lahannya dan lahan sawah akan terus terancam. Di kecamatan Pagelaran
sendiri alih fungsi lahan mulai banyak terjadi baik guna pembangunan rumah,
ruko dan kolam. Selain itu Pembagunan fasilitas umum pun menyasar lahan
sawah produktif yang sudah memiliki sisitem irigasi yang baik. Hal ini
membuktikan bahwasannya Undang-undang dan peraturan pemerintah yang
ada masih kurang efektif dalam menangani masalah ini. Di kebupaten
peringsewu sendiri yang merupakan pusat pemerintahan masih belum
menelurkan hukum seputar alih fungsi lahan pertanian.

2.4. Pengalih fungian lahan pertanian di Kota Cilegon


Pertumbuhan ekonomi wilayah kota Cilegon yang mengandalkan sektor
industri, perdagangan dan jasa akan menimbulkan dampak pergeseran
penggunaan lahan pertanian dan perikanan menjadi lahan non pertanian dan
perikanan. Berdirinya kawasan industri merubah wilayah Cilegon yang
semula lahan pertanian menjadi kawasan industri. Sedangkan wilayah bagian
tengah kota Cilegon menjadi kawasan permukiman perkotaan dan kawasan
perdagangan dan jasa. Adanya pergeseran penggunaan lahan
pertanian/perikanan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Berdasarkan tabel di atas luas lahan menurut penggunaan di kota Cilegon
sawah mengalami penurunan dari 2.231 Ha pada tahun 2005 menjadi 2.154
Ha pada tahun 2009 hingga turun menjadi 1.805 Ha pada tahun 2012.
Tegal/kebun mengalami pengurangan dari 6.644 Ha tahun 2005 menjadi 4.912
Ha pada tahun 2009 hingga turun menjadi 3.987 Ha pada tahun 2012.
Sementara yang mengalami kenaikan adalah lahan pekarang/lahan buat
bangunan dan halaman sekitar dari 4.106 Ha tahun 2005 menjadi 4.980 Ha
pada tahun 2012 serta lahan lain-lain dari sebesar 1.411 Ha pada tahun 2005
meningkat menjadi 3.639 Ha pada tahun 2012.
Lahan pertanian di Kota Cilegon semakin menyusut karena belaih fungsi
menjadi kawasan industri dan perumahan. Berdasarkan data Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Cilegon, pada 2013, lahan pertanian di
Kota Cilegon, khususnya persawahan tercatat seluas 1.736 hektar, sedangkan
pada pada 2017 tercatat seluas 1.623 hektar. Atau mengalami penyusutan
sebanyak 113 hektar.Jika dihitung raa-rata, selama empat tahun tersebut setiap
tahun penyusutan lahan pertanian sebanyak 28 hektar. lahan pertanian belaih
fungsi lainnya adalah Kota Cilegon bukan menjadi pemasok utama beras atau
gabah, sehingga tidak menjadikan acuan untuk pemasok pertanian dan
menjaga ketahanan pangan nasional.
Perubahan fungsi lahan akan berlanjut terus dan untuk itu perlu pengaturan
untuk melindungi semakin sempitnya ruang gerak kegiatan usaha pertanian
dan penangkapan ikan. Dilain pihak kebijakan di sektor pertanian dan
kelautan harus tetap ditingkatkan dan dikembangkan mengingat secara sosial,
budaya maupun ekonomi sebagian besar masyarakat kegiatan usahanya
berbasis atau mengakar di sektor pertanian, peternakan, kelautan dan
perikanan.

2.4 Pengalih fungsian lahan pada sektor industri


Sektor industri menjadi salah satu sektor terbesar dalam pengalih fungsian
lahan, Kawasan Industri Menurut Peraturan Pemerintah No.24 tahun 2009,
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
bahan setengah jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Industri adalah aset yang berharga bagi daerah ataupun negara karena
pendapatannya yang cukup besar. Pengklasifikasian kegiatan industri didasarkan
pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal,
atau jenis teknologi yang digunakan (Dwiputri 2012). Berdasarkan SK Menteri
Perindustrian No.19/M/I/1986 dalam Nugroho 2009, kegiatan industri
diklasifkasikan menjadi empat, yaitu: industri kimia dasar (contoh: pupuk, kertas),
industri mesin dan logam dasar (contoh: kendaraan bermotor, tekstil), industri
kecil (contoh: minyak goreng, makanan ringan), dan aneka industri (contoh:
makanan, pakaian).
Kawasan Industri adalah suatu tempat pemusatan kegiatan industri yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang disediakan dan dikelola oleh
Kawasan Industri PT Krakatau Steel Kebutuhan RTH Kawasan Industri menurut
Undang-Undang Kondisi existing RTH Kondisi Lokasi Kawasan Industri Persepsi
dan Preferensi Karyawan dan Masyarakat Analisis - Kecukupan RTH - Penutupan
lahan oleh vegetasi - Kenyamanan thermal Persepsi dan preferensi karyawan
dan masyarakat - SWOT Rekomendasi Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Industri
PT Krakatau Steel perusahaan kawasan industri (Kwanda 2000). Menurut
Peraturan Pemerintah No.24 tahun 2009, pembangunan kawasan industri
bertujuan untuk :
a. Mengendalikan pemanfaatan ruang.
b. Meningkatkan upaya pembangunan kawasan industri yang berwawasan
lingkungan.
c. Mempercepat pertumbuhan industri di daerah.
d. Meningkatkan daya saing industri.
e. Meningkatkan daya saing investasi.
f. Memberikan kepastian lokasi dalam perencanaan dan pembangunan
infrastruktur yang terkoordinasi antar sektor terkait.
Dalam merencanakan suatu kawasan industri, pemerintah melalui Menteri
Perindustrian telah menentukan Standar Teknis Kawasan Industri yaitu melalui
Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor: 291/M/SK/10/1989 tanggal 28
Oktober 1989. Secara garis besar standar teknis mencakup beberapa hal yaitu:
1. Komposisi penggunaan lahan
a. Kapling industri : Maximum 70%
b. Ruang terbuka hijau termasuk daerah penyangga : Minimum 10%
c. Prasarana dan sarana: Luas tanah sisa (20%)

2. Prasarana yang wajib disediakan antara lain :


a. Jaringan jalan lingkungan: satu jalur dengan dua arah, lebar perkerasan
minimum 8 meter atau dua jalur dengan dua arah, lebar perkerasan minimal 2 x 7
meter
b. Saluran pembuangan air hujan (drainase)
c. Instalasi penyediaan air bersih bersumber dari PAM dan/atau diusahakan
sendiri di Instalasi penyediaan dan jaringan distribusi tenaga listrik dengan
sumber PLN dan/atau diusahakan sendiri
e. Jaringan telekomunikasi
f. Instalasi pengelolaan air limbah industri
g. Penerangan jalan h. Unit perkantoran perusahaan kawasan industri i. Unit
pemadam kebakaran Diluar prasarana yang diwajibkan, dapat pula menyediakan
prasarana seperti TPS limbah padat dan pagar kawasan industri.

3. Sarana Sarana yang dapat disediakan yaitu: kantin, poliklinik, tempat ibadah,
rumah penginapan sementara, fitness center, halte, pos keamanan, perkantoran
untuk bank, pos dan wartel.

2.5 Dampak Kegiatan Industri


a. Lingkungan
Kegiatan perindustrian merupakan salah satu kegiatan manusia yang
sering \ menimbulkan dampak terhadap lingkungan yang menyebabkan kualitas
lingkungan berubah. Dampak negatif akibat kegiatan industri dapat mengganggu
keseimbangan lingkungan, dapat dilihat dari terjadinya masalah pencemaran
udara, pencemaran air, dan pecemaran daratan. Menurut Daryanto dalam
Paramitha (2013), setiap pencemaran memiliki derajat pencemaran atau tahap
pencemaran yang berbeda berdasarkan pada: (1) konsentrasi zat pencemar, (2)
waktu tercemarnya, dan (3) lamanya kontak antara bahan pencemar dan
lingkungan. Kegiatan perindustrian tidak terlepas dari sisa material buangan yang
disebut limbah. Menurut Kristanto (2004), limbah adalah buangan yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan
karena tidak memiliki nilai ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan
yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B-3, yang
dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi
untuk merusak lingkungan hidup dan sumberdaya. Beberapa kriteria berbahaya
dan beracun telah ditetapkan, antara lain mudah terbakar, mudah meledak,
korosif, bersifat sebagai oksidator dan reduktor yang kuat, mudah membusuk, dan
lain-lain. Penggunaan mesin dalam kegiatan industri tentunya menghasilkan gas
buangan yang akan bercampur dengan udara. Pencemaran udara diartikan sebagai
adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan
perubahan susunan komposisi udara dari keadaan normalnya (Wardhana 2004).
Kegiatan industri diperkirakan juga menimbulkan eksternalitas negatif bagi
lingkungan hidup berupa pencemaran dan kerusakan lingkungan (Resosudarmo,
et al. 2000). Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran udara ternyata sangat
merugikan. Pada umunya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernapasan atau pneumoconiosis
(Wardhana 2004). Pencemaran tersebut tidak hanya mempunyai akibat langsung
terhadap kesehatan manusia saja, akan tetapi juga dapat merusak lingkungan
lainnya, seperti hewan, tanaman, bangunan gedung, dan lain sebagainya. Sumber
pencemar udara dari kegiatan industri yang dilepaskan ke udara antara lain COx,
NOx, SOx, SPM (Suspended Particular Matter), Ox, dan berbagai logam berat.
Berlebihnya tingkat konsentrasi zat pencemar hingga melampui ambang batas
toleransi yang diperkirakan akan mempunyai dampak negatif yang berbahaya
terhadap lingkungan, baik bagi manusia, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan rusaknya
benda-benda (material), serta berpengaruh terhadap kualitas air hujan (hujan
asam), yang berakibat pada mata rantai berikutnya, yaitu pada ekosistem flora dan
fauna (Budiyono 2001). Dampak kesehatan yang diakibatkan oleh pencemaran
udara terhadap manusia berbeda-beda antar individu. Populasi yang paling rentan
adalah kelompok individu berusia lanjut dan balita. Menurut penelitian di
Amerika Serikat, kelompok balita mempunyai kerentanan enam kali lebih besar
jika dibandingkan dengan orang dewasa. Kelompok balita lebih rentan karena
mereka lebih aktif dan dengan demikian menghirup udara lebih banyak, sehingga
mereka lebih banyak menghirup zat-zat pencemar (Farida 2004). Berdasarkan
hasil penelitian Ekawati (1998) menunjukkan bahwa pencemaran udara secara
nyata berpengaruh pada kerusakan (abnormalitas) sel daun beberapa jenis
tanaman. Terjadinya pertambahan atau pengurangan ukuran sel merupakan
indikasi terjadinya penambahan atau pengurangan massa sel. Hal ini merupakan
respon tanaman untuk mempertahankan keseimbangan fungsi fisiologis, terutama
pada sel daun sebagai tempat terjadinya fotosintesis. Perubahan bentuk sel, variasi
penambahan atau kenaikan maupun penurunan ukuran sel, menunjukkan respon
dari masingmasing sel tanaman terhadap tekanan yang diberikan oleh lingkungan
berupa udara yang tercemar.
b. Produktifitas Pangan
Data luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas kacang tanah tahun
2005 – 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Berdasarkan tabel di atas produksi dari tahun 2005 sampai 2007


mengalami kenaikan namun mulai tahun 2008 sampai 2012 terus mengalami
penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor :
- Penggunaan benih unggul bermutu masih rendah.
- Budidaya yang masih konvensional.
- Ketersediaan sumber air yang terbatas akibat Elnino.
Data luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas tanaman Jagung
tahun 2005 – 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Berdasarkan tabel di atas produksi jagung di kota Cilegon trennya terus


mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
- Penggunaan benih unggul bermutu masih rendah.
- Budidaya yang masih konvensional.
- Ketersediaan sumber air yang terbatas akibat Elnino.
Data luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas tanaman padi tahun
2005 – 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Dari data di atas pada tahun 2009 terjadi penurunan dibandingkan tahun 2008
karena terjadinya Elnino dan musim kering yang berkepanjangan, terbatasnya
sumber air permukaan maupun air tanah serta serangan hama sundep sehingga
terjadi kegagalan panen sedangkan produksi padi tahun 2012 realisasinya juga
berada di bawah target/sasaran. Hal ini disebabkan khususnya karena adanya alih
fungsi lahan pertanian dari lahan sawah ke lahan non sawah serta adanya bencana
banjir di Kota Cilegon sehingga terjadi penurunan produksi padi yakni dengan
realisasi produksi hanya mencapai 74,75% dari target yang telah ditetapkan.
Secara umum terjadinya penurunan produksi padi dari tahun 2005 sampai
tahun 2014 disebabkan karena beberapa kendala seperti :
1. Masih rendahnya SDM petani dimana sistem penanaman belum mengikuti
metode tandur jajar atau legowo;
2. Adanya alih fungsi lahan pertanian dari lahan sawah ke lahan non sawah
sebesar 67 Ha;
3. Adanya bencana banjir yang mengakibatkan puso sebesar 9 Ha dan terancam
puso sebesar 17 Ha;
4. Masih adanya keterbatasan sarana produksi terutama sumber pengairan dan
irigasi;
5. Masih adanya penggunaan pupuk yang belum berimbang.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tecatat bahwa tiap tahunnya lahan pertanian di wilayah cilegon menyusut
sekitar 28 hektar akibat terjadinya pergeseran wilayah pertanian menjadi
kawasan industri, hal tersebut tidak bisa dipungkiri bahwa pendapatan
terbesar masyarakat di daerah tersebut bertumpu pada sektor industri.
Pergeseran wilayah pertanian menjadi kawasan industri ini mempunyai
dampak yang tidak hanya hanya dirasakan pada lingkungan saja melainkan
pada produksi pangan di wilayah tersebut. Ketidakstabilan produksi pangan
yang terjadi, menyebabkan secara tidak langsung menaruh dampak akan
ketahanan pangan pada wilayah tersebut. Walau dalam segi nasional Cilegon
belum dikategorikan sebagai pemasok atau suplay bahan pokok namun hal
tersebut menjadi tolak ukur bagi pemenuhan pangan pada suatu wilayah.

3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini kami berharap pemerintah dapat meregulasi
lahan pertanian yang beralih fungsi untuk dapat mempertahankan lahan
pertanian pangan berkelanjutan. Di samping itu, dengan terbatasnya lahan
pertanian yang dimiliki di Kota Cilegon, maka strategi peningkatan hasil
pertanian harus dilakukan dengan meningkatkan produktivitas pertanian.

Tujuan
Dapat mengetahui pengertian pengalih fungsian lahan?
Dapat mengetahui faktor-faktor penyebab pengalih fungsian lahan?
Mengetahui dasar hukum pengalih fungsian lahan?
Mengetahui permasalahan pengalih fungsian lahan di kota cilegon menjadi
kawasan industri?
Mengetahui dampak dari pembagunan Kawasan industri terhadap
lingkungan maupun produktivitas pangan?

Anda mungkin juga menyukai