Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan SKDI survei tahun
2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Secara kuantitatif trend AKI di
indonesia cenderung menurun sejak tahun 1994. Namun angka ini masih tertinggi
di Asia. Secara distribusi persentase penyumbang AKI secara berturut-turut adalah
sebagai berikut: perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), abortus (5%),
persalinan tidak maju (5%), emboli osbtruktif (3%), dan lain-lain.1 Asma dalam
kehamilan merupakan salah satu keadaan yang dapat meningkatkan morbiditas
serta mortalitas ibu hamil bila tidak ditangani dengan baik.
Global Initiative for Asthma (GINA) mendefinisikan asma sebagai
gangguan inflamasi kronik pada saluran pernapasan yang melibatkan banyak sel
inflamasi dan hipersensitivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan (alergen)
yang ditandai oleh penyempitan saluran pernapasan yang reversibel dengan atau
tanpa pengobatan. Hingga saat ini, asma masih merupakan masalah di dunia dengan
angka kejadian sebanyak 3.000.000 penduduk dan angka kematian sebanyak
250.000 penduduk setiap tahunnya.2
Pada kehamilan, tingkat keparahan asma sendiri dapat berubah, baik
menjadi semakin ringan, berat, atau tidak berubah sama sekali. Walaupun adanya
kekhawatiran akan penggunaan obat-obatan selama kehamilan, asma yang tidak
terkontrol dapat mengakibatkan efek yang tidak diinginkan terhadap janin berupa
peningkatan mortalitas perinatal, angka kejadian prematuritas, dan angka kejadian
berat badan bayi lahir rendah sehingga penanganan asma yang baik dengan
pemantauan ketat serta pengobatan asma dengan prinsip reliever dan controller
akan menurunkan morbiditas serta mortalitas ibu hamil dengan asma, sehingga
dapat menghasilkan outcome maternal dan fetal yang maksimal.2,3
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Asma adalah suatu kelainan berupa proses inflamasi kronik saluran napas
yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagain rangsangan yang
ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa
berat di dada terutama pada malam hari atau dini hari yang umumnya bersifat
reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan.4

2.2. Epidemiologi
Asma masih merupakan masalah di dunia dengan angka kejadian sebanyak
3.000.000 penduduk (prevalensi asma di dunia berkisar diantara 1%-18%) dan
angka kematian sebanyak 250.000 penduduk setiap tahunnya.2
Di Indonesia prevalensi asma berkisar diantara 5%-6% dari populasi
penduduk di Indonesia, dengan prevalensi asma pada kehamilan berkisar diantara
3,7%-4%. Hal ini mengarah kepada tingkat kejadian asma yang banyak dijumpai
pada kehamilan.4

2.3. Faktor Risiko


Faktor risiko serangan asma terbanyak pada orang dewasa termasuk latihan
fisik, rhinitis infeksi atau alergi, bronkitis, refluks gastroesofagus, dan alergi
terhadap obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS). Selain itu, paparan atau
rangsangan oleh suhu udara yang dingin dan alergen-alergen di lingkungan seperti
debu, asap rokok, pabrik atau masakan, dan serbuk bunga juga merupakan pemicu
terjadinya serangan asma.5

2.4. Patofisiologi
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran pernapasan dengan
komponen genetik yang utama. Peningkatan respon dari saluran pernapasan dan
inflamasi subakut yang persisten telah banyak dihubungkan dengan gen-gen pada
3

kromosom 5, 11, dan 12 yang meliputi kumpulan gen sitokin, gen reseptor β-
adrenegik dan glukokortikoid, seta gen reseptor antigen sel T. Selain itu, juga
dijumpai adanya stimulan alergen lingkungan seperti virus influenza dan asap
rokok pada penderita-penderita yang rentan.3
Tanda khas dari asma berupa obstruksi saluran pernapasan yang reversibel
akibat konstriksi otot polos bronkus, kongesti vaskuler, produksi mukus yang
kental, dan edema mukosa saluran pernapasan.Selain itu, juga dijumpai adanya
inflamasi saluran pernapasan dan meningkatnya respon terhadap berbagai stimuli
seperti iritan-iritan, infeksi virus, aspirin, udara dingin, dan latihan fisik. Proses
inflamasi disebaban oleh respon sel mast, eosinofil, limfosit, dan epitelium bronkus
yang mengakibatkan disekresikannya mediator-mediator inflamasi seperti
histamin, leukotrien, prostaglandin, sitokin, dan lain sebagainya. IgE juga
memegang peranan penting dalam patofisiologi dari asma.3
4

2.5. Manifestasi klinis


Asma bermanifestasi sebagai spektrum gejala klinis yang luas, dari mengi
yang ringan hingga bronkokonstriksi yang berat. Efek fungsional dari
bronkospasme akut adalah obstruksi saluran pernapasan dan penurunnya laju udara
di paru. Upaya bernafas meningkat secara progresif dan menimbulkan gejala
subjektif berupa sesak napas dan gejala objektif berupa mengi. Hal ini diikuti
dengan perubahan oksigenasi yang mengakibatkan ventilation-perfusion mismatch
karena distribusi penyempitan saluran pernapasan yang tidak seimbang.3
Variasi dari manifestasi klinis asma telah diklasifikasikan secara sederhana,
dengan tetap meliputi tingkat keparahan, serta onset dan durasi dari gejala klinis
yang timbul.

2.6. Efek kehamilan terhadap asma


Tidak ada bukti bahwa kehamilan memiliki efek yang dapat diprediksi
terhadap asma yang telah ada sebelumnya. Gluck dan Gluck (2006) melaporkan
bahwa sekitar sepertiga kasus mengalami perberatan penyakit, sepertiga kasus
lainnya mengalami menifestasi klinis yang lebih ringan dibandingkan sebelum
kehamilan, dan sepertiga terakhir tidak mengalami perubahan manifestasi klinis
asma sebelum dan sesudah kehamilan. Namun, Hendler et al (2006) melaporkan
5

bahwa wanita dengan tingkat keparahan asma yang lebih berat memiliki
kemungkinan eksaserbasi asma yang lebih besar dalam kehamilan.3
Secara umum, Schatz et al (2003) melaporkan bahwa sekitar 20% wanita
dengan tingkat keparahan asma ringan dan sedang akan mengalami eksaserbasi
asma intrapartum.3

2.7. Efek asma pada kehamilan


Asma, terutama apabila dengan tingkat keparahan yang berat, dapat
mempengaruhi hasil kehamilan secara bermakna. Dalam sebagian besar penelitian,
dijumpai peningkatan insidensi preeklampsia, persalinan preterm, bayi berat lahir
rendah, dan mortalitas perinatal. Walaupun belum terbukti, secara logika asma yang
terkontrol baik akan memberi hasi yang lebih baik. Kematian ibu dapat terjadi
akibat status asmatikus. Penyulit yang mengancam nyawa adalah penumotoraks,
pneumomediastinum, kor pulmonale akut, aritmia jantung, kelelahan otot serta
henti napas.5

2.8. Efek asma terhadap janin


Penelitian pada baik manusia maupun hewan menunjukkan bahwa alkalosis
pada ibu dapat menyebabkan hipoksemia janin jauh sebelum oksigenasi maternal
terganggu. Gangguan pada janin diperkirakan merupakan akibat dari beberapa
faktor, yaitu berkurangnya aliran darah fetus, berkurangnya aliran darah balik vena
ibu, dan pergeseran kurva disosiasi oksihemoglobin ke kiri akibat keadaan basa.
Apabila ibu tidak lagi mampu mempertahankan tekanan oksigen normal dan terjadi
hipoksemia, janin akan berespon dengan mengurangi aliran darah umbilikus,
meningkatkan resistensi vasukler sistemik dan paru, dan akhirnya mengurangi
curah jantung. Kesadaran bahwa janin dapat mengalami gangguan berat sebelum
penyakit ibu menjadi parah menunjukkan pentingnya pemantauan dan tatalaksana
agresif pada semua wanita hamil dengan asma akut. Pemantauan respon janin pada
dasarnya menjadi indikator gangguan pada ibu.5

2.9. Penatalaksanaan
6

2.9.1. Penanganan asma akut


Penanganan asma akut pada kehamilan memegang prinsip yang sama
dengan asma biasa dengan tambahan ambang batas rawat inap yang lebih rendah.
Secara umum, dilakukan penanganan aktif dengan hidrasi intravena, pemasangan
sungkup oksigen dengan target PO2 > 60 mmHg dan pemasangan pulse oximetry
dengan target saturasi O2 > 95%. Kemudian dilakukan pemeriksaan analisa gas
darah (AGDA), pengukuran FEV1 serta PEFR, dan dilakukan pemantauan janin.5
Obat lini pertama adalah agonis β-adrenegik (subkutan, peroral, inhalasi)
dengan loading dose 4-6 mg/kgBB dan dilanjutkan dengan maintenance dose 0,8-
1 mg/kgBB/jam sampai tercapai kadar terapeutik dengan kadar plasma sebesar 10-
20 ng/ml. Obat ini akan berikatan dengan reseptor spesifik di permukaan sel dan
mengaktifkan adenilil siklase untuk meningkatkan cAMP intrasel dan merelaksasi
otot polos bronkus. Selain itu, diberikan kortikosteroid metilprednisolon 40-60 mg
intravena setiap 6 jam. Terapi selanjutnya bergantung kepada pemantauan respon
hasil terapi sebelumnya. Bila FEV1 dan PEFR > 70% baseline maka pasien dapat
dipulangkan dan berobat jalan. Namun, bila FEV1 dan PEFR < 70% baseline setelah
3 kali pemberian agonis β-adrenegik, maka diperlukan masa observasi di rumah
sakit hingga keadaan pasien stabil.5
Asma berat yang tidak berespon terhadap terapi dalam 30-60 menit
dimasukkan dalam kategori status asmatikus. Penanganan aktif di intensive care
unit (ICU) dan intubasi dini, serta penggunaan ventilasi mekanik pada keadaan
kelelahan otot, retensi CO2, dan hipoksemia akan memperbaiki morbiditas.5

2.9.1. Penanganan asma kronik


Menurut National Asthma Education and Prevention Program Expert
Panel, 1997, penanganan yang efektif terhadap asma kronis pada kehamilan harus
mencakup hal-hal berikut:
 Penilaian objektif fungsi paru dan kesejahteraan janin
 Menghindari/ menghilangkan faktor presipitasi dari lingkungan
 Terapi farmalokogik dan edukasi pasien
7

Pasien harus mengukur PEFR 2 kali sehari dengan target 380-550 L/menit.
Setiap pasien memiliki nilai baseline masing-masing sehingga terapi dapat
disesuaikan.

Pendekatan farmakologis pada penderita asma disesuaikan dengan tingkat


keparahan penyakit sesuai tabel diatas. Pada penderita asma intermitten ringan,
agonis β-adrenegik inhalasi hanya diberikan apabila keluhan timbul sedangkan
pemberian kortikosteroid inhalasi dosis rendah diberikan sebagai tambahan agonis
β-adrenegik inhalasi sebagai pengendali penyakit pada penderita asma persisten
ringan. Pada penderita asma persisten sedang kombinasi kortikosteroid inhalasi
dosis ringan hingga sedang ditambahkan dengan agonis β-adrenegik inhalasi kerja
panjang diberikan untuk mengontrol keluhan pasien. Kortikosteroid inhalasi dosis
tinggi yang dikombinasikan dengan agonis β-adrenegik inhalasi kerja panjang
diberikan sebagai pengendali penyakit pada penderita asma persisten berat. Steroid
oral juga dapat diberikan pada penderita asma persisten berat bila pemberian terapi
inhalasi tidak dapat meredam gejala yang timbul.
8

BAB III
LAPORAN KASUS

ANAMNESA PRIBADI
No. MR : 93.12.37
Nama : Ny. N
Umur : 31 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Batak / Indonesia
Masuk RSUPM : 04 Juli 2014
Pukul : 23.57 WIB

ANAMNESA UMUM
Ny.N, 31 tahun, G2P0A1, Jawa, Islam, SMA, Ibu Rumah Tangga, i/d Tn. P,
34 tahun, Jawa, Islam, SMA, Wiraswasta datang ke RS Pirngadi dengan :
Keluhan utama : Sesak Napas
Telaah : Hal ini dialami pasien sejak 1 minggu ini, sesak tidak
dipengaruhi oleh aktivitas, sesak timbul jika cuaca
dingin, debu. Pasien juga mengeluhkan batuk sejak 3
minggu ini, dahak (-). Riwayat batuk darah (+)
dialami pasien pada tahun 2008 dan telah mendapat
terapi pengobatan paru-paru sejak 6 bulan dan
dinyatakan sembuh total. Mules-mules mau
melahirkan (-), riwayat keluar lendir darah (-).
Riwayat keluar air-air dari kemaluan(-). BAB (+)
normal, BAK (+) normal.
RPT : TB Paru, Asma Bronkial
RPO : Rifampicin, Etambutol, Seretide 3 minggu ini
9

RIWAYAT HAID
HPHT : 15 - 10 - 2013
TTP : 22 - 07 - 2014
ANC : Bidan 3X, SpOG 9X

RIWAYAT KEHAMILAN / PERSALINAN


1. Abortus tahun 2011
2. Hamil ini

STATUS PRESENS
 Sensorium : Compos Mentis Anemis : (-)
 Tekanan darah : 100/70 mmHg Sianosis : (-)
 Frekuensi nadi : 96 x/i Ikterus : (-)
 Frekuensi nafas : 28 x/i Dispnoe : (+)
 Temperatur : 36,9 ºC Oedema : (-)
 Keadaan gizi : Baik

STATUS GENERALISATA
 Kepala
- Mata : Reflek cahaya +/+, pupil isokor, konjungtiva
palpebra inferior pucat -/-, ikterik-/-
- Telinga : Dalam batas normal
- Hidung : Dalam batas normal
- Mulut : Dalam batas normal
 Leher : Pembesaran KGB (-)
Pembesaran Kelenjar Tiroid (-)
 Thoraks : Suara Pernafasan : vesikuler ekspirasi memanjang
Suara Tambahan : wheezing
 Ekstremitas : Superior : Dalam batas normal
Inferior : Dalam batas normal
10

STATUS OBSTETRIKUS
 Abdomen : Membesar asimetris
 TFU : 3 jari di bawah proc. xypoideus (33 cm)
 Bagian teregang : Kiri
 Bagian terbawah janin : Kepala
 Gerak : (+)
 His : (-)
 Denyut jantung janin : 148x/i, regular
 EBW : 3000-3200 gr

PEMERIKSAAN DALAM
Adekuasi Panggul
-Promontorium : tidak teraba
-Linea Inominata : teraba 2/3 promontorium
-Spina Ischadika : lancip
-Cochcygenus : mobile
-Sakrum : cekung
KESAN : Panggul Adekuat

VT : Cx tertutup
ST : Lendir darah (-) Air Ketuban (-)

USG TAS
- Janin Tunggal, Presentasi Kepala, Anak Hidup
- FM (+), FHR (+)
- BPD = 94,9mm
- FL = 73,1 mm
- AC = 320 mm
- EFW = 2250 gram
- Tampak plasenta Fundal grade III
Kesan : IUP (37-38 minggu) + Presentase Kepala + Anak Hidup
11

LABORATORIUM
Hb :12,1g/dL
Ht :35,6%
Leukosit :9.000/mm3
Trombosit :177.000/mm3
KGD ad rand : 96 mg/dL
Ureum : 10 mg/dL
Uric acid : 3 mg/dL
Natrium : 143 mmol/dL
Kalium : 3,3 mmol/dL
Klorida : 108 mmol/dL
pH :7,493
pCO2 : 27,4
pO2 : 117,6
TCO2 : 22,9
HCO3 : 24,2
Base Excess : -2,3
O2 Saturasi : 99.1

DIAGNOSA SEMENTARA
Asma Bronkial + SG (Nulipara) + KDR (36-38) minggu + Presentasi Kepala +
Anak Hidup + Belum Inpartu

RENCANA PERSALINAN
- Perbaiki keadaan umum, sectio caesarian
- Oksigen 2-4 liter per minit
- IVFD RL 20gtt/I --- skin test (profilaksis)
- Inj. Ceftriaxone 2gr
- Ventolin nebulizer / 8jam
- Inj. Dexamethason 5mg / 8jam
12

LAPORAN PERSALINAN
- Pasien dibaringkan di meja operasi dengan infus dan kateter terpasang baik.
- Di bawah spinal anastesi, dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada
seluruh dinding perut dengan betadine dan alkohol 70%. Kemudian
abdomen ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi.
- Dilakukan insisi midline mulai dari kutis, subkutis, hingga tampak fasia,
lalu digunting ke atas dan bawah.
- Otot dikuakkan tumpul, peritoneum digunting ke atas dan bawah.
- Uterus diinsisi secara konkaf pada segmen bawah rahim hingga
subendometrium lalu endometrium ditembus secara tumpul, dan dilebarkan
sesuai arah sayatan, selaput ketuban dipecahkan.
- Dengan meluksir kepala, lahir bayi perempuan, BB 3300 gram, PB 50 cm,
A/S : 8/9, anus (+).
- Tali pusat diklem di dua tempat dan digunting di antaranya, dengan PTT
lahir plasenta, kesan lengkap.
- Uterus dijahit secara continuous interlocking. Evaluasi bekas jahitan uterus,
tidak ada perdarahan.
- Kavum abdomen dibersihkan dari sisa air ketuban dan stool cell.
- Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
- Luka operasi ditutup dengan supratul, kasa steril dan hypafix, kesan bersih
- Operasi selesai
- Keadaan umum ibu post SC stabil.

ANJURAN
- Awasi vital sign, kontraksi uterus dan tanda-tanda perdarahan
- Cek darah rutin 2 jam post operasi

NEONATUS
13

1. Jenis kelahiran : Tunggal


2. Lahir tanggal : 10 Juli 2014
3. Keadaan lahir : Hidup
4. Nilai APGAR : 8/9
5. Bantuan pernafasan :-
6. Jenis kelamin : Perempuan
7. Berat badan (g) : 3300 gram
8. Panjang badan (cm) : 50 cm
9. Kelainan bawaan : Tidak ada
10. Trauma : Tidak ada
11. Konsul : Tidak ada
12. Ukuran kepala :-

PEMANTAUAN KALA IV
Jam 1400 1430 1500 1530 1600
Tekanan darah 120/90 120/80 110/80 110/80 110/70
Nadi per menit 82 84 82 80 80
Pernafasan per menit 24 22 22 22 22
Kontraksi uterus Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat
Perdarahan (dalam cc) - - - - -
Terapi  IVFD RL + Oxytocin 10-10-5-5 20 gtt/i
 Inj.Ceftriaxone 1 gr/12 jam
 Inj. Ketorolac 30mg/8 jam
 Inj. Ranitidin 50mg/12 jam
 Inj. Transamin 500 mg/8 jam (24 jam pertama)
 Metronidazole drip/8 jam
 Nebule Ventolin /8 jam
 Nebul Flexotide /8 jam

PEMANTAUAN NIFAS
14

Hari ke 0 I II III IV
Tanggal 11 Juli 12 Juli 13 Juli 14 Juli 15 Juli 2014
2014 2014 2014 2014
Takanan 110/80 110/80 110/70 100/80 110/80mmH
darah mmHg mmHg mmHg mmHg g
Nadi/me 80 80 92 80 84
nit
Suhu (0C) 36,8 36,5 37,0 37,0 37,0
Pernafasa 24 22 22 22 22
n/ menit
ASI (+) (+) (+) (+) (+)
Luka Tertutup Tertutup Tertutup Tertutup Tertutup
operasi verban verban verban verban verban
Flatus Tidak ada Ada Ada Ada Ada
Urine Terpasang + + + +
kateter
UOP
300cc/6ja
m
Defekasi Tidak ada Ada Ada Ada Ada
Peristalti Normal Normal Normal Normal Normal
k
Fundus 1 jari 2 jari 3 jari 3 jari di 3 jari di
uteri bawah bawah bawah bawah bawah pusat
pusat pusat pusat pusat
Diet M1 MB MB MB MB
15

Terapi -IVFD RL 20 -Cefadroxil 3x500mg -Cefadroxil


gtt/i -Asam mefenamat 3x 3x500mg
-Inj. Ceftriaxone 500mg -Asam
1 gr/12 jam -B comp 2x1 tab mefenamat
-Inj. Ketorolac - Ventolin Nebulizer 3x 500mg
30 mg/8 jam (k/p) -B comp 2x1
-Inj. Ranitidin tab
50 mg/12 jam - Rencana
-Ventolin PBJ
Nebulizer (k/p)
16

KESIMPULAN

Telah datang seorang pasien Ny.N, 31 tahun, G2P0A1, Jawa, Islam, SMA,
Ibu Rumah Tangga, i/d Tn. P, 34 tahun, Jawa, Islam, SMA, Wiraswasta datang ke
RS Pirngadi dengan keluhan utama sesak napas dialami pasien sejak 1 minggu ini,
sesak tidak dipengaruhi oleh aktivitas, sesak timbul jika cuaca dingin, debu. Pasien
juga mengeluhkan batuk sejak 3 minggu ini, dahak (-). Riwayat batuk darah (+)
dialami pasien pada tahun 2008 dan telah mendapat terapi pengobatan paru-paru
sejak 6 bulan dan dinyatakan sembuh total. Mules-mules mau melahirkan (-),
riwayat keluar lendir darah (-). Riwayat keluar air-air dari kemaluan(-). BAB (+)
normal, BAK (+) normal.HPHT tanggal 15/10/2013 dengan TTP 22/07/2014,
ditaksir usia kehamilan 37-38 minggu. Ini merupakan kehamilan yang kedua.
Keadaan umum ibu : sedang. TD: 110/70 mmHg, HR: 84 x/i, RR: 28 x/i, T:
36,9 0C. Pada status obstetrikus dijumpai abdomen: membesar asimetris, TFU: 3
jari dibawah processus xypoideus (33 cm), bagian terbawah janin: kepala, bagian
tegang: kiri, gerak janin: (+), His: (-), DJJ: 148x/i, regular, EBW: 3000-3200 gr.
VT Cx tertutup, ST lendir darah(-), air ketuban(-).Pemeriksaan USG TAS tanggal
4 Juli 2014 didapatkan : Janin Tunggal, Presentasi Kepala, Anak Hidup, FM (+),
FHR (+), BPD: 94,9 mm, FL: 73,1 mm, AC : 3200 mm, EBW : 3129 gr, placenta
fundal grade III. Kesan USG TAS: IUP ( 37-38) minggu+ PK+AH. Pasien
didiagnosis dengan Asma Bronkial + SG ( Nulipara) + KDR (36-38) minggu +
Presentasi Kepala + Anak Hidup + Belum Inpartu. Rencana tindakan perbaiki
keadaan umum dan section caesarien, oksigen 2-4 liter per menit, IVFD RL 20gtt/I,
Inj.Ceftriaxone 2gr skin test (profilaksis), Dexamethasone 5 mg, nebul ventolin/
8jam. Pasien dilakukan SC pada hari Kamis, 10 Juli 2014 pukul 1230 WIB dan
lahir bayi perempuan, BB: 3300 gram, PB: 50 cm, A/S : 8/9, Anus: (+). Keadaan
umum ibu post SC stabil.. Pasien di follow up selama 3 hari dan keadaan pasien
stabil saat pulang pada tanggal 13 Juli 2014.

BAB IV
17

PEMBAHASAN

4.1. Analisa kasus


Teori Kasus
Tingkat keparahan asma dibagi Pada pasien ini dijumpai keluhan
menjadi 4 tingkat, yaitu: berupa sesak napas yang dialaminya
- Asma intermitten ringan karena pasien mengaku keluhan
- Asma persisten berat tersebut tidak mengganggu aktivitas
- Asma persisten sedang sehari-hari os dan keluhan hanya
- Asma persisten berat timbul sesekali (1-2 kali sebulan)
ketika pasien baru bangun tidur.
Menurut berat ringannya gejala, asma
pasien digolongkan sebagai asma
intermitten ringan, yaitu gejala
intermitten (kurang dari sekali
seminggu), serangan singkat (beberapa
jam sampai beberapa hari), gejala asma
pada malam hari kurang dari 2 kali
sebulan, diantara serangan pasien
bebas gejala dan gunsi paru normal,
nilai APE dan KVP1 > 80% dari hasil
prediksi, variabilitas < 20%.
Pengobatan medikamentosa pada Pada pasien ini diberikan terapi nebul
penderita asma diberikan sesuai dengan ventolin/ 8jam (agonis β-adrenegik
tingkat keparahan asma itu sendiri, inhalasi) untuk mengendalikan asma
yaitu: intermitten ringan pasien.
- Asma persisten ringan
diberikan agonis β-adrenegik
inhalasi bila diperlukan
18

- Asma persisten ringan


diberikan kortikosteroid
inhalasi dosis rendah dengan
tambahan agonis β-adrenegik
inhalasi
- Asma persisten sedang
diberikan kombinasi
kortikosteroid inhalasi dosis
ringan hingga sedang dengan
agonis β-adrenegik inhalasi
kerja panjang
- Asma persisten berat diberikan
kortikosteroid inhalasi dosis
tinggi yang dikombinasikan
dengan agonis β-adrenegik
inhalasi kerja panjang. Steroid
oral juga dapat diberikan pada
penderita asma persisten berat
bila pemberian terapi inhalasi
tidak dapat meredam gejala
yang timbul.
19

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Pemberdayaan Perempuan. 2014. Angka Kematian Ibu.


Available from : http://www.menegpp.go.id/v2/index.php/datadanin
formasi /kesehatan?download=23:angka-kematian-ibu-melahirkan-aki.
[Accessed 2014, July 19].
2. From the Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global
Initiative for Asthma (GINA) 2014. Available from:
http://www.ginasthma.org/. [Accessed 2014, July 19].
3. Cunningham FG et al. Asma Dalam Kehamilan. Dalam: Obstetri Wiilliams
Volume II. Edisi XXI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.
4. Prawirohardjo S & Hanifa W. Asma Dalam Kehamilan. Dalam: Ilmu
Kandungan. Edisi II. 2005. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
5. Moechtar R. Asma Dalam Kehamilan. Dalam: Sinopsis Obstetri. Jilid II.
Edisi II. 1998. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.

Anda mungkin juga menyukai