Anda di halaman 1dari 13

Tugas Laporan Bacaan

1) RAGI CARITA 1

“SEJARAH GEREJA INDONESIA 1500-1860”

(Dr. Th. van den End)

2) HARTA DALAM BEJANA

“SEJARAH GEREJA RINGKAS” (Dr. Th. van den End)

Laporan bacaan ini diserahkan sebagai salah satu syarat penilaian

pada mata kuliah

Sejarah Gereja Indonesia (SGI)

Dosen:

Pdt. DR. Tertius Lantigimo

Mahasiswa:

Yanet Kristin Muna

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PALU

2012
Judul Buku:

RAGI CARITA JILID 1

“Sejarah Gereja di Indonesia Tahun 1500-1860”

Penulis:

(Dr. Th. van den End)

Penerbit:

BPK Gunung Mulia, 2001

Jumlah Halaman:

267 halaman
SEJARAH GEREJA DI INDONESIA (Tahun 1500-1860)
RAGI CARITA JILID 1

 Agama asli Indonesia- Agama Suku

Indonesia sebelum dan semasa penjajahan Belanda adalah penganut Agama Suku.
Yang dimaksudkan Agama Suku ini ialah suatu ajaran turun-temurun yang dianut oleh
suku-suku di Indonesia berdasarkan ajaran nenek moyang mereka. Corak agama ini
bersifat animisme atau kepercayaan roh-roh nenek moyang dan dinamisme atau
kepercayaan adanya kekuatan supranatural yang dimiliki oleh suatu objek tertentu seperti
pohon atau batu besar sehingga disembah dan dikeramatkan oleh agama suku tersebut.

 Agama dari luar

Dalam keberadaan agama suku tersebut, maka datang pula agama-agama atau
kepercayaan lain yang masuk ke Indonesia melalui bangsa-bangsa pendatang. Bangsa-
bangsa pendatang tersebut sangat tertarik untuk dating ke kepulauan Nusantara
(Indonesia) karena Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah khususnya
rempah-rempah. Sehingga tidak mengherankan lagi jika Indonesia pada jaman dulu
dikenal sebagai pusat perdagangan se-Asia.
Dalam jalur perdangan tersebut maka agama-agama pun masuk ke Indonesia,
diawali agama Hindu/Budha pada abad ke-13 dan juga agama Islam. Indonesia yang
menganut system kerajaan pun menjadi penganut agama Hindu/Budha, contohnya
kerajaan Sriwijaya. Agama Islam kemudian masuk bersamaan dengan perdagangan oleh
bangsa Gujarat dan meng-islamkan raja-raja dan para bangsawan melalui caranya sendiri
yaitu perkawinan dengan anak-anak bangsawan. Daerah-daerah yang menjadi penganut
Islam di Indonesia pertama-tama adalah daerah-daerah pesisir pantai yaitu Kota Perlak
(1292), Jawa (1420), Ternate (1480), Sulawesi Selatan (1600), dan Sumatera Utara
(Aceh).
 Pekabaran Injil: Misi Katolik

Tiga abad kemudian yaitu abad ke-16 dan 17 barulah orang-orang Kristen Barat
yaitu Portugis dan Belanda datang ke Indonesia dengan membawa agama Kristen. Agama
yang dibawa adalah agama Kristen Katolik melalui sistem Padroardo (tuan, majikan, raja,
pelindung gereja) bangsa Barat.

 Bentuk-bentuk Misi-nya di Indonesia, yaitu:

1. Hirarkis. Semua bentuk pelayanan diatur oleh bangsa barat di bawah


pimpinan para imam, uskup, dan Paus, sehingga orang pribumi atau orang awam
tidak memiliki suara dalam gereja. Bahasa Ibadah yang dipakai adalah bahasa
Latin dengan alas an agar memiliki keseragaman. Kitab PB pertama kali
diterjemahkan ke dalam bahasa Portugis pada akhir abad ke-18.
2. Sakramen lebih penting daripada pelayanan firman. Doktrin yang kental
adalah, baptisan demi keselamatan. Katekisasi dan pembinaan jemaat diabaikan.
3. Gereja menguasai seluruh kehidupan masyarakat atau takluk kepada
kekuasaan gereja, dengan kata lain Negara berada di bawah gereja.

Melihat dan menganalisis misi Kekristenan mula-mula di Indonesia ini tergambar


jelas bahwa Kekristenan sangat sulit berkembang pada masa itu Namun pun tidak
dipungkiri juga bahwa, semangat Pietisme yang dimiliki oleh para misionaris Barat
merupakan batu loncatan yang berguna bagi pekabaran Injil di Indonesia. Corak
Theologia yang terdapat dalam pietisme/revival menghasilkan sikap tertentu bagi
penganut-penganutnya, yaitu rasa kasih terhadap sesama, rasa terharu akan dosa sendiri,
hasrat untuk mengabarkan Injil, dan pertobatan.
Theologia katolik yang dianut oleh misionaris Eropa menganggap bahwa agama
Islam bukan merupakan musuh, sebab anggapan mereka Islam dan Kristen menyembah
Allah yang sama. Namun, Portugis dan Spanyol memiliki sikap superior bukan
berdasarkan ras tetapi agama. Mereka menganggap bahwa Islam merupakan musuh
utama dalam pekabaran Injil seab mereka pernah dijajah selama berabad-abad.
Iddeologinya adalah mengkristenkan sama dengan menspayolkan atau memportugiskan.
Dari pihak gereja pada kontra-Reformasi (tahun 1540) Imperialisme tersebut didobrak.
Anggapannya missionaries memiliki tugas dan tujuan lain daripada penginjilan.

 Pekabaran Injil: Penganut Reformasi Calvin

Bangsa Belanda masuk seabad setelah Portugis masuk ke Indonesia. Mereka


adalah orang-orang Kristen pengikut reformasi Calvin, yaitu Kaum Protes-tan. Mereka
memiliki pemahaman ajaran yang berbeda jauh dari Katolik.

 Misi Protestan yaitu:

1. Tidak ada Hirarki dalam gereja


2. Alkitab harus diajarkan dan disebarluaskan, disampaikan dengan bahasa yang
dapat dimengerti oleh orang lain. Penafsiran firman dalam adalah penting adanya.
3. Negara tidak berada di atas maupun di bawah gereja, melsainkan di samping.
Keduanya saling bekerjasama ednmi kemajuan pekerjaan Allah.

Ideologi Belanda berbeda dengan Portugis atau Spanyol, musuh utama bukanlah
orang Islam melainkan Gereja Katolik. Tidak dipungkiri rasa superioritas atau merasa
paling benar juga masih ada. Rasa superioritas tidak ada hanya dalam urusan agama,
tetapi juga politik dan ekonomi. Orang-orang Barat (Portugis-Spanyol) membagi-bagi
dunia. Amerika untuk Spanyol, Asia untuk Portugis.
Dari sikap-sikap tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam abad ke-
16 samapai ke- 18, orang-orang Barat berusaha membangun gereja di Indonesia namun
memiliki maksud lain yaitu bersamaan dengan latar belakang politis maupun ekonomi.
Sehingga, tidak heran jika sampai saat ini pun ada orang tertentu yang sangat membenci
agama Kristen di Indonesia, karena dianggap sebagai agama para penjajah.

 Missionaris “rasul Maluku”


Bagian Timur Indonesia, khususnya Ternate adalah pangkalan Portugis dalam
perdagangan. Agama Islam adalah agama mula-mula yang masuk ke daerah ini, namun
beberapa puluh tahun kemudain masuklah golongan baru yaitu Kristen. Sultan ternate
menyambut dengan baik kedatangan bangsa Portugis ini dengan memberikan kesempatan
untuk membangun benteng di Ternate, hal ini sudah pasti memiliki latar belakang saling
menguntungkan. Benteng ini menjadi pangkalan tentara dan pusat aktifitas perdagangan
dan dengan sendirinya menjadi pusat Misi. Dengan demikian, nasib agama Kristen di
Indonesia timur akan tergantung dari hubungan orang-orang Portugis dengan sultan
ternate.
Hubungan antara Portugis dengan Ternate menjadi buruk, karena kelakuan orang-
orang Portugis yang melakukan zinah, mabuk-mabukan, berkelahi, dan menipu. Sampai
pada puncaknya sultan Hairun dari Ternate terbunuh. Dengan demikian usaha para
rohaniawan untk membangun jemaat Kristen Pribumi menjadi terhambat.
Misionaris-missionaris yang datang ke Indonesia berasal dari ordo-ordo misalnya
Fransiskan, Dominikan, dan Serikat Yesus atau Yesuit. Missionaris terkenal pada jaman
itu adalah Fransiskus Xaverius (1546-47), berasal dari ordo Yesuit. Dia tidak akan
membabtis orang untuk masuk Kristen apabila ia tidak yakin akan dapat membina dan
mengajar jemaat. Xaverius dan “rasul Maluku” yang lain ingin mendobrak cara misi yang
lama di Inonesia, yang hanya sekedar membaptis, mengahafal doa Bapa Kami, dan
melaksanakan Sakramen tanpa pembinaan jemaat.
Fransiskus Xaverius berkebangsaan Spanyol. Ia merasa bahwa dirinya adalah
seorang perintis sehingga ia terbeban untuk melanjutkan misi pekabaran Injil dari Ambon
Maluku, Indonesia ke Negara-negara Asia lainnya seperti Jepang. Pribadinya yang ramah
terhadap masyarakat membuatnya sangat disayangi dan ketika ia meninggalkan Indonesia
semua masyarakat merasa kehilangan.
Bangsa lainnya yaitu Belanda memiliki organisasi Politik yang bernama VOC.
Kegiatan yang dilakukan adalah memonopoli perdagangan di Indonesia. Tugas para
rohaniawan adalah melayani orang-orang Belanda yang ada di bawah naungan VOC ini.
Tidak ada misi khusus untuk memberitakan Injil di Indonesia.
Masuknya Kekristenan di Indonesia menimbulkan kontroversi tersendiri. Ada
cerita yang mengatakan bahwa sebenarnya Kristen masuk di Indonesia jauh sebelum
abad ke-13 Islam masuk ke Indonesia. Menurut cerita yang berkembang, 2 orang
missinaris pertama mengadakan penginjilan ke Sumatera Utara. Namun, mereka dimakan
oleh orang-orang suku yang terdapat di daerah tersebut, sehingga Kekristenan di sana
tidak berkembang. Namun, kemudian hari ada seorang missionaris yang berasal dari
gereja Nostarian yaitu Nomensen yang mengabdikan dirinya untuk memberitakan Injil di
sana. Barulah Kekristenan tumbuh dan berkembang dengan hadirnya atau terbentuknya
jemaat yang kita kenal saat ini gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan).
Kita mengetahui bahwa ketika kekristenan masuk ke Indonesia ternyata sudah ada
agama-agama lain yng terlebih dahulu masuk, seperti Hindu, Budha dan Islam. Namun
agama-agama tersebut hanya berkembang dan dikenal di daerah pesisir saja sebab dibawa
oleh para saudagar-saudagar atau pedagang dari Gujarat, Arab, dan bangsa Timur lainnya.
Oleh karena itu Kekristenan tidak lagi mendapat tempat di daerah tersebut sehingga
masuklah para missionaris ke daerah-daerah pegunungan saja. Hal ini dibuktikan dari
catatan sejarah berkembangnya agama Kristen di Sumatera Utara, Sulawesi Utara dan
Sulawesi Tengah dari jaman dulu hingga sekarang.
Bangsa-bangsa Eropa, seperti Portugis dan Belanda menemui kegagalan dalam
melaksanakan misi di Indonesia Barat karena:
1. Daerah-daerah pesisir di Indonesia Barat semua sudah memeluk
agama Islam
2. Orang-orang Portugis memusatkan perhatian mereka kepada Indonesia
Timur, yang dari sudut ekonomis lebih penting bagi mereka.
Namun ketika Belanda merebut Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1619 maka
Batavia menjadi pusat kekuasaan Belanda di Indonesia bahkan di Asia. Di Batavia
dilaksanakanlah perjamuan kudus pertama kali di Asia menurut aturan Protestan.
Gereja tersebut berkembang sangat pesat hingga pada tahun 1700 ada 15.000
orang Kristen di Batavia secara khususnya. Mereka ini terbagi menjadi 3 golongan yaitu:
orang-orang Eropa yang dilayani dalam bahasa Belanda, jemaat “Portugis Hitam” yaitu
orang-orang Srilanka dan India dilayani dalam bahasa Portugis, dan jemaat berbahasa
Melayu yaitu orang-orang Indonesia yang menjadi Kristen.
Pendeta-pendeta yang melayani Geerja di Batavia pada zaman VOC biasanya
berkebangsaan Belanda. Hanya terdapat satu-dua orang Indonesia, salah satunya yang
terkenal bijaksana dan saleh adalah Meester Cornelius, meskipun pemerintah Belanda
tidak mengangkatnya sebagai pendeta sepenuhnya namun ia tidak pernah memprotes,
malahan ia semakin tekun untuk melayani orang-orang Kristen di Batavia, tidak hanya
orang-orang Melayu tetapi juga jemaat Portugis, ia menjadi guru sekolah dan guru jemaat
penduduk kampung Banda di Batavia.
Akhirnya, dari sini kita melihat pekerjaan Roh Kudus melalui para missionaris,
para penginjil, para pelayan, para perintis, bangsa Portugis, Belanda, Spanyol, sehingga
kita pada saat ini dapat mengenal “Berita Keselamatan” yang datang dari Yesus Kristus.
Judul Buku:

HARTA DALAM BEJANA

Penulis:

Dr. Th. van den End

Penerbit:

BPK Gunung Mulia, 2001

Jumlah Halaman:

419 halaman
HARTA DALAM BEJANA
“Sejarah Gereja Ringkas”

Pada masa mulainya kejayaan gereja pada abad mula-mula, gereja harus
diperhadapkanoleh pertentangan dan hambatan-hambatan baik itu dari luar maupun dari
dalam tubuh gereja itu sendiri. Terbukti setelah gereja mulai bisa berdiri sendiri di luar
paham maupun idealisme lainnya, seperti filsafat pada zaman itu, maka hambatan baru
pun mulai bermunculan dari dalam tubuh gereja, yakni menyangkut tentang Trinitas.
Dalam hal ini yang dipersoalkan adalah diri Kristus, yaitu: hubungan-Nya dengan Allah
Bapa. Serta pertikaian lain mengenai sifat keilahian Kristus dan sifat kemanusiaan-Nya
(Kristologi).

Banyak yang menerima bahwa Yesus adalah Tuhan seutuhnya dan manusia
seutuhnya, namun adapula pandangan bahwa Yesus adalah setengah memiliki sifat Allah
dan setengahnya manusia. Hal inilah yang menyebabkan para Teolog dan Filsuf pada
zaman itu membentuk suatu kelompok-kelompok yang saling beradu pemikiran,
misalnya seorang uskup yang berasal dari Smirna di Asia kecil (Turki) yaitu Irenaeus
yang cenderung untuk menghapuskan batas antara Allah Bapa dengan Kristus yaitu
mempertahankan bahwa Yesus adalah Allah sepenuhnya. Ada pula kelompok lain, yaitu
Origenes seorang Mesir dari Aleksandria yang begitu menggemari ilmu filsafat zamannya
sehingga cenderung mengabaikan keesaan Allah dan ketuhanan Kristus dan
berpandangan bahwa Yesus berpangkat lebih rendah daripada Allah. Dalam arti kata lain,
Yesus adalah “Allah kedua”.

Pertikaian tersebut tidak hanya sampai disitu saja, melainkan berlanjut pada
pengikut-pengikut Irenaeus dan Origenes yang dimulai pada tahun 315. Pemikiran
Irenaeus dipertahankan oleh Athanasius, sednagkan pemikiran Origenes diwakili oleh
Arius.
Arius adalah seorang Teolog dari Aleksandria, ia mempertahankan bahwa Yesus
berada di bawah Allah, bahkan mengatakan bahwa Ia adalah mahkluk yaitu salah satu
malaikat tertinggi yang diangkat menjadi Anak Allah. Pernyataan ini pun mendapat
pertentangan dari uskup Aleksandria, yaitu Athanasius. Ia menyatakan bahwa: Kristus
adalah Allah sepenuhnya, dan tidak boleh dibedakan daripada Allah Bapa.

Di samping pertikaian itu, para uskup yang ada pada saat itu cenderung lebih
menerima pandangan Irenaeus dan Athanasius. Karena menurut mereka, pandangan Arius
sangat bertentangan dengan Alkitab (Yoh. 1:1). Oleh karena itu untuk mempersatukan
gereja, maka Kaisar Konstantinus mengadakan konsili di kota Nicea (325) dan membujuk
uskup-uskup untuk menerima rumus kompromi, yaitu Kristus sehakikat dengan Allah.
Puncak dari pertiakaian tersebut maka setengah abad kemudian dirumuskan kembali
suatu keputusan dalam konsili Konstantinopel (381) yang mencapai persetujuan, yaitu:
Bapa, Anak dan Roh Kudus Esa menurut hakikatnya (kealaahannya), tetapi merupakan
tiga pribadi.

Pertiakaian tentang Trinitas disusul dengan pertikaian tentang kedua tabiat


Lristus. Tokoh yang bertikai di dalamnya ialah Nestorius yang juga pengikut Origenes
serta Cyrillus pengikut Irenaeus. Nestorius mengatakan bahwa hubungan kedua tabiat
Kristus itu tidak begitu erat, misalnya seperti minyak dengan air dalam satu gelas.
Sedangakan Cyrillus menyatakan bahwa hubungan itu seperti susu dengan air. Namun
sekali lagi persoalan Kristologi tersebut dipecahkan pada Konsili Chalcedon (451). Yaitu:
Tabiat Kristus, “tak terbagi, tak terpisah” akan tetapi juga “tak bercampur, tak berubah”
Pada abad ke-4, perbedaan corak gereja di bagian Barat Kekaisaran Romawi sudah
tampak berbeda dengan corak gereja di bagian timur. Hal inilah yang menjadi pemicu
perpecahan antara Gereja Barat, yang meliputi: Gereja Katolik Roma dan gereja-gereja
Reformasi (Protestan) dan Gereja Timur yang meliputi: Gereja Ortodoks Timur dan
beberapa gereja lain

Ciri khas dari Gereja Timur adalah masih tetap mempertahankan suasana Gereja
Lama dalam hal tata gereja atau masih berpegang pada system episkopal. Teologi Timur
berkisar sekitar soal-soal kefanaan dan ketidakfanaan, tokoh Alkitab yang paling disukai
adalah Yohanes. Sedangkan Teologi Barat berkisar soal-soal dosa dan rahmat, dan tokoh
Alkitab yang paling disukai adalah Paulus.

Tokoh Gereja Barat yang sangat berpengaruh adalah Ambrosius dan Augustinus.
Ambrosius adalah orang yang mewakili pemikiran Barat tentang gereja-negara. Ia
menganggap tindakan para pemerintah pada zamannya berlawanan dengan kehendak
Allah sehingga hal ini menimbulkan bentrok yang sangat sensitif. Ia berpendapat
seharusnya para pemerintah pada umumnya adalah “Prajurit Allah”, yang harus bertindak
sesuai dengan kehendak Allah, kalau mereka berdosa maka gereja patut memberikan
hukuman disiplin gereja.

Sedangkan Augustinus adalah Bapa Gereja Barat yang paling masyhur. Sebelum
bertobat, ia sangat gemar mempelajari salah satu aliran gnostik yaitu Manikheisme. Ia
teru menerus mencari kebenaran sejati dengan mempelajari aliran-aliran filsafat pada saat
itu. Namun demikian, ia pun akhirnya meyakini bahwa kebenaran yang dicarinya hanya
terdapat dalam Injil Yesus Kristus saja. Ia kemudian dibabtis oleh Ambrosius bersama
anaknya Adeodatus pada tahun 387.

Pertobatan itu membuahkan hasil yang luar biasa dalam kehidupan rohaninya, ia
kemudian menjadi salah satu pemimpin besar Gereja Barat di Aljazair Timur, Afrika.
Gereja Barat dan Gereja Timur dibagi bukan berdasarkan tempat atau daerah tertentu,
melainkan menurut pembagian wilayah kekuasaan Romawi pada waktu itu. Kekaisaran
Romawi sangat luas. Gereja Barat dikemudian hari disebut sebagai gereja Katolik Roma
yang berpusat di Vatikan sedangkan Gereja Timur disebut gereja Ortodoks.

Perbedaan mencolok antara keduanya adalah:

1. Pemimpin Gereja Barat disebut Paus, sedangkan gereja Timur Patriakh


2. Gereja Barat memakai istilah “Sakramen” sedangkan Gereja Timur “Ekaristi”
akan
tetapi makna dan tujuannya sama.

3. Teologi Gereja Barat berbicara sekitar rahmat dan kesadaran akan dosa-dosa,
sedangkan Gereja Timur berbicara mengenai kefanaan dan ketidakfanaan.

Gereja yang kemudian berkembang dan berpengaruh yang masuk ke Indonesia


secara garis sejarah berasal dari perpecahan oleh Gereja Barat, yaitu Katolik Roma dan
Reformasi (Calvin). Sedangkan Gereja Timur berkembang menjadi Gereja Ortodoks
Timur, Koptik, dan Nestorian.

Anda mungkin juga menyukai